Anda di halaman 1dari 28

TENSION-TYPE HEADACHE

Disusun oleh:
Mutiara Sukma
Pembimbing:
dr. Perwitasari Bustomi, Sp.S
dr. Eny Waeningsih, Sp.S, M.Kes
Definisi
Tension-type headache adalah suatu keadaan yang melibatkan sensasi
nyeri atau rasa tidak nyaman di daerah kepala, kulit kepala atau leher
yang biasanya berhubungan dengan ketegangan otot di daerah ini1.

TTH adalah nyeri kepala bilateral yang menekan (pressing/sequeezing),


mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh
aktivitas fisik, bersifat ringan hingga sedang, tidak disertai (atau
minimal) mual dan/atau muntah, serta disertai fotofobia atau
fonofobia3.
Epidemiologi
Sekitar 93% laki-laki dan 99% perempuan pernah mengalami nyeri
kepala. TTH adalah bentuk paling umum dari nyeri kepala primer yang
mempengaruhi hingga dua pertiga populasi. Sekitar 78% orang dewasa
pernah mengalami TTH setidaknya sekali dalam hidupnya.3

TTH dapat menyerang segala usia. Usia terbanyak adalah 25-30 tahun,
namun puncak prevalensi meningkat di usia 30-39 tahun.
Anatomi dan Fisiologi Nyeri
Daerah sensitif terhadap nyeri kepala dapat dibagi menjadi 2 bagian
yaitu intrakranial dan ekstrakranial.
Intrakranial yaitu sinus venosus, vena korteks serebrum, arteri basal,
duramater bagian anterior, dan fossa tengah serta fossa posterior.
Ektrakranial yaitu pembuluh darah dan otot dari kulit kepala, bagian
dari orbita, membran mukosa dari rongga nasal dan paranasal, telinga
tengah dan luar, gigi, dan gusi.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang dapat ditemukan pada tension-type headache (TTH) adalah:
• Tidak ada gejala prodromal
• Nyeri dapat ringan hingga sedang maupun berat
• Tumpul, seperti ditekan atau diikat.
• Nyeri tidak berdenyut
• Menyeluruh atau difus, tidak hanya pada satu titik atau satu sisi), nyeri lebih hebat did aerah kulit
kepala, oksipital dan belakang leher.
• Terjadi secara spontan
• Memburuk atau dicetuskan oleh stres, dan kelelahan
• Adanya insomnia
• Kelelahan kronis
• Iritabilitas
• Gangguan konsentrasi
• Kadang-kadang disertai vertigo
• Beberapa orang mengeluhkan rasa tidak nyaman di daerah kepala, rahang dan
temporomandibular.
• Nyeri nya khas, yaitu: menekan (pressing), mengikat (tightening), tidak
berdenyut (non-pulsating). Rasa menekan, tidak enak, atau berat dirasakan
di kedua sisi kepala (bilateral), juga di leher, pelipis, dahi. Leher dapat
terasa kaku.
• TTH tidak dipengaruhi aktivitas fisik rutin.
• Dapat disertai anoreksia, tanpa mual dan muntah.
• Dapat disertai photophobia (sensasi nyeri/tidak nyaman di mata saat
terpapar cahaya) atau phonophobia (sensasi tak nyaman karena rangsang
suara)
• TTH terjadi dalam waktu relatif singkat, dengan durasi berubah-ubah
(episodik) atau terus menerus (TTH kronis)3.
Klasifikasi

Gambar 2. Klasifikasi TTH ICHD-II tahun 20046


Gambar 3. Klasifikasi TTH ICHD-III Tahun 20138
Infrequent episodic TTH8
Kriteria diagnosis:
• Minimal 10 episode nyeri kepala < 1 hari per bulan atau < 12 hari per tahun
dan memenuhi kriteria (2) hingga (4).
• Dirasakan selama 30 menit hingga 7 hari
• Memenuhi minimal 2 dari 4 kriteria berikut:
• Lokasi bilateral
• Kualitas nyeri berupa rasa mengikat atau menekan tidak disertai denyut
• Intensitas ringan hingga sedang
• Tidak dipengaruhi oleh aktivitas fisik misalnya berjalan atau naik tangga.
• Memenuhi 2 kriteria berikut:
• Tidak ada mual muntah
• Hanya memiliki salah satu dari fotofobia atau fonofobia.
Infrequent episodic TTH asosiasi dengan nyeri perikranial
Kriteria diagnosis:
• Memenuhi kriteria infrequent episodic TTH
• Nyeri perikranial meningkat ketika dilakukan palpasi manual

Infrequent episodic TTH tanpa asosiasi dengan nyeri perikranial


• Memenuhi kriteria infrequent episodic TTH
• Nyeri perikranial tidak meningkat ketika dilakukan palpasi manual
Frequent episodic TTH8
Kriteria diagnosis:
• Minimal 10 episode nyeri kepala dalam 1- 14 hari per bulan atau 12 – 180
hari per tahun dan memenuhi kriteria (2) hingga (4).
• Dirasakan selama 30 menit hingga 7 hari
• Memenuhi minimal 2 dari 4 kriteria berikut:
• Lokasi bilateral
• Kualitas nyeri berupa rasa mengikat atau menekan tidak disertai denyut
• Intensitas ringan hingga sedang
• Tidak dipengaruhi oleh aktivitas fisik misalnya berjalan atau naik tangga.
• Memenuhi 2 kriteria berikut:
• Tidak ada mual muntah
• Hanya memiliki salah satu dari fotofobia atau fonofobia.
Frequent episodic TTH asosiasi dengan nyeri perikranial
Kriteria diagnosis:
• Memenuhi kriteria frequent episodic TTH
• Nyeri perikranial meningkat ketika dilakukan palpasi manual

Frequent episodic TTH tanpa asosiasi dengan nyeri perikranial


Kriteria diagnosis:
• Memenuhi kriteria frequent episodic TTH
• Nyeri perikranial tidak meningkat ketika dilakukan palpasi manual
Chronic TTH8
Kriteria diagnosis:
• Minimal 10 episode nyeri kepala dalam >15 hari per bulan atau >3 bulan
per tahun dan memenuhi kriteria (2) hingga (4).
• Dirasakan selama 30 menit hingga 7 hari
• Memenuhi minimal 2 dari 4 kriteria berikut:
• Lokasi bilateral
• Kualitas nyeri berupa rasa mengikat atau menekan tidak disertai denyut
• Intensitas ringan hingga sedang
• Tidak dipengaruhi oleh aktivitas fisik misalnya berjalan atau naik tangga.
• Memenuhi 2 kriteria berikut:
• Tidak ada mual muntah
• Hanya memiliki salah satu dari fotofobia atau fonofobia.
Chronic TTH asosiasi dengan nyeri perikranial
Kriteria diagnosis:
• Memenuhi kriteria Chronic TTH
• Nyeri perikranial meningkat ketika dilakukan palpasi manual

Chronic TTH tanpa asosiasi dengan nyeri perikranial


Kriteria diagnosis:
• Memenuhi kriteria Chronic TTH
• Nyeri perikranial tidak meningkat ketika dilakukan palpasi manual
Probable TTH8
Probable infrequent episodic tension-type headache
Kriteria diagnosis:
• Mengalami satu atau lebih episode infrequent episodic TTH tetapi tidak
memenuhi 1 kriteria dari kriteria diagnosis (1) hingga (4)

Probable frequent episodic tension-type headache


Kriteria diagnosis:
• Mengalami satu atau lebih episode frequent episodic TTH tetapi tidak memenuhi
1 kriteria dari kriteria diagnosis (1) hingga (4)

Probable chronic tension-type headache


Kriteria diagnosis:
• Mengalami satu atau lebih episode chronic TTH tetapi tidak memenuhi 1 kriteria
dari kriteria diagnosis (1) hingga (4).
Diagnosis
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah palpasi manual. Palpasi
manual dilakukan untuk menilai pericranial tenderness. Palpasi manual
dilakukan di daerah delapan pasang otot dan insersi tendon yaitu
frontal, temporal, masetter, processus coronoid, sternocleidomastoid,
suboccipital, mastoid dan otot-otot trapezius.
Cara melakukan palpasi manual adalah dengan melakukan gerakan
memutar kecil dengan tekanan kuat menggunakan jari ke dua dan ke
tiga di daerah-daerah tersebut selama 4-5 detik.
Penilaian palpasi manual dibantu dengan
palpometer3.
Pericranial tenderness dicatat dengan Total Tenderness Score. Tenderness dinilai dengan
empat poin yatu 0,1,2 dan 3 di setiap lokasi otot. Masing-masing skor menunjukkan respon
subjektif pasien sbb:
0 = Tidak ada respon tidak nyaman yang terlihat secara visual maupun yang dilaporkan
secara verbal oleh pasien
1 = Mimik wajah pasien menunjukkan rasa nyeri yang ringan namun tidak ada keluhan
secara verbal
2 = Mimik wajah menunjukkan reaksi terhadap nyeri berat dan rasa tidak nyaman disertai
dengan laporan verbal dari pasien
3 = Mimik wajah meringis disertai dengan laporan verbal mengenai nyeri yang hebat

Nilai dari sisi kiri dan kanan dijumlahkan menjadi total skor (maksimum skor 48 poin)3
dengan perhitungan sebagai berikut:

(8 × 2 × 3 (tender spots × right/left × maximum tender spot score)).

Penderita TTH diklasifikasikan sebagai terkait (asosiasi) dengan pericranial tenderness


apabila skor total > 8 poin dan dikatakan tidak terkait (asosiasi) dengan pericranial
tenderness apabila skor < 8 poin3.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah, rontgen, CT-Scan
kepala atau MRI tidak perlu dilakukan jika tidak ada indikasi apapun7.
Neuroimaging yaitu pencitraan otak atau cervical spine, terutama
direkomendasikan untuk3:
• Nyeri kepala dengan pola atipikal
• Riwayat kejang
• Dijumpai tanda/gejala neurologis
• Penyakit simptomatis, seperti: AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome), tumor, atau neurofibromatosis.
• Pemeriksaan funduskopi untuk papiloedema atau abnormalitas
lainnya penting untuk evaluasi nyeri kepala sekunder3.
Penatalaksanaan
Terapi non-farmakologis berupa latihan relaksasi, relaksasi progresif, terapi kognitif, biofeedback
training, cognitive-behavioural therapy atau kombinasi. Solusi lain adalah modifikasi perilaku dan
gaya hidup berupa3:
• Istirahat di tempat tenang dan gelap
• Peregangan leher dan otot bahu 20-30 menit, idealnya di pagi hari, selama minimal seminggu
• Hindari terlalu lama bekerja di depan komputer. Beristirahat setiap 15 menit setiap 1 jam
berkerja, berselang-seling , iringi dengan instrumen musik alam/klasik.
• Tidur dengan posisi yang benar
• Hindari suhu dingin
• Bekerja, menonton dan membaca dengan pencahayaan yang tepat
• Menuliskan pengalaman bahagia
• Terapi tawa
• Salat dan berdoa
Tabel 1. Analgetik yang direkomendasikan untuk terapi TTH episode akut6.
Kategori NSAID yang digunakan sebagai lini pertama dalam mengatasi
TTH akut adalah simple analgetic berupa ibuprofen dan naproxen,
karena toleransinya terhadap gastrointestinal yang baik. Jika simple
analgetic tidak memberikan efek yang maksimal maka bisa
ditambahkan dengan caffeine, karena penelitian Controlled Clinical
Trials menunjukkan peningkatan efikasi simple analgetic dengan
penambahan caffeine 130 mg – 200 mg.
Tabel 2. Agent yang direkomendasikan untuk terapi preventif TTH6.
Terapi farmakologi preventif digunakan apabila minimal penderita
mengalami 2 hingga 3 hari nyeri kepala setiap minggu. Meskipun
penangan dari nyeri kepala TTH ini mungkin menyebakan
meningkatnya resiko transformasi menjadi CTTH. Penatalaksanaanya
menggunakan agen tricyclic antidepressant amintryptiline yang dimulai
dengan dosis terendah dan ditingkatkan secara bertahap hingga
tercapai dosis terapi.
Komplikasi
Komplikasi psikiatri yang sering dijumpai adalah cemas (38,5%), depresi
mayor (32,7%), stres psikososial, gangguan panik, dan tingginya
frekuensi bunuh diri. Gangguan ini lebih banyak dijumpai pada
penderita TTH kronis dibandingkan TTH episodik3.
DAFTAR PUSTAKA

1 The Federation. 2012. Clinical Practice Guideline for The Management of


Headache Disorders in Adults. Online: www.chiropracticcanada.ca January 2012
2 NINDS. 2009. Headache. National Institute of Neurological Disorders and Stroke,
U.S. Department of Health and Human Services
3 Anurogo D. 2014. Tension Type Headache. CDK-214/vol.41 no.3 hlm:186-191
4 Lyngberg et al. 2005. Has The Prevalence of Migraine and Tension Type Headache
Changed Over a 12-year Period? A Danish Population Survey. Eur J Epidemiol
2005;20:243-9
5 Kaniecky RG. 2012. Tension Type Headache. Continum:Life Long Learning Neurol
2012; 18(4):823-834
6 Dewanto G, dkk. 2009. Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC
7 IHS. 2013. The International Classification of Headache Disorders, 3rd editon (beta
version). International Headache Society. Cephalgia;33(9):629-808
8 PERDOSSI. 2018. Konsensus Nasional V Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri
Kepala.

Anda mungkin juga menyukai