Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan YME, penulis
dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Tumor Otak”. Penulisan referat ini dimaksudkan
untuk memenuhi tugas dalam menempuh kepanitraan klinik di bagian Bedah Syaraf di RSUD dr.
Drajat Prawiranegara.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan referat ini tidak lepas dari bantuan
dan dorongan banyak pihak. Maka dari itu, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu, terutama kepada dr. Anton
Sirait, Sp.BS yang telah memberikan arahan serta bimbingan di tengah kesibukan dan padatnya
aktivitas beliau.
Penulis menyadari penulisan referat ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan
ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan penulisan referat ini. Akhir kata penulis berharap penulisan referat
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Serang, Maret 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumor otak atau tumor intrakranial merupakan neoplasma atau proses desak ruang
(space occupying lession atau space taking lession) yang timbul di dalam rongga tengkorak
baik di dalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial

Berdasarkan data statistik, angka insidensi tahunan tumor intrakranial di Amerika adalah
16,5 per 100.000 populasi per tahun, dimana separuhnya (17.030) adalah kasus tumor primer
yang baru dan separuh sisanya (17.380) merupakan lesi-lesi metastasis. Di Indonesia
dijumpai frekuensi tumor otak sebanyak 200-220 kasus/tahun dimana 10% darinya adalah
lesi metastasis. Insidensi tumor otak primer bervariasi sehubungan dengan kelompok umur
penderita. Angka insidens ini mulai cenderung meningkat sejak kelompok usia dekade
pertama yaitu dari 2/100.000 populasi/tahun pada kelompok umur 10 tahun menjadi
8/100.000 populasi/tahun pada kelompok usia 40 tahun; dan kemudian meningkat tajam
menjadi 20/100.000 populasi/tahun pada kelompok usia 70 tahun untuk selanjutnya menurun
lagi.

Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan


penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis
kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan yang
maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan
pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek
dari masa tumor ke jaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi
dari jaringan otak. Walaupun demikian ada beberapa jenis tumor yang mempunyai predileksi
lokasi sehingga memberikan gejala yang spesifik dari tumor otak. Dengan pemeriksaan
radiologi dan patologi anatomi hampir pasti dapat dibedakan tumor benigna dan maligna.

Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding perempuan
(39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥60 tahun (31,85 persen);
selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50
tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang dioperasi dan
lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau
tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen),
sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla
spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan
Patologi Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39,26
persen), sisanya terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum
tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa
tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri,
disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker
paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder.

2.2 Epidemiologi

Insiden tumor intrakranial berkisar antara 4,2 - 5,4 per 100.000 penduduk. Pada anak di
bawah 16 tahun tumor otak adalah 2,4 per 100.000 penduduk anak. Tampaknya insiden tumor
cenderung naik dengan bertambahnya umur. Tidak diketahui secara pasti perbedaan insiden
menurut ras, tempat tinggal maupun iklim.

2.3 Etiologi

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :

 Herediter

—- Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga.
Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang
kuat pada neoplasma.

 Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang


mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian
dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma
intrakranial dan kordoma.

 Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan
degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah
dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

 Virus

Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi
hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor
pada sistem saraf pusat.

 Substansi-substansi Karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini
berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

2.4 Klasifikasi

Tumor otak bisa primer (50%), bisa sekunder (50%). Tumor primer kira-kira 50% adalah
glioma, 20% meningioma, 15% adenoma dan 7% neurinoma. Pada orang dewasa, 60% terletak
supratentorial. Pada anak 70% terletak infratentorial. Pada anak yang paling sering adalah tumor
serebelum, yaitu meduloblastoma dan astrositoma.

Tumor primer bisa timbul dari jaringan otak, meningen, hipofisis dan selaput mielin.
Tumor sekunder bias berasal dari hampir semua tumor di tubuh. Yang paling sering berasal dari
tumor paru-paru pada pria dan tumor payudara pada wanita. Tumor otak lebih sering mengenai
pria dari pada wanita, kecuali meningioma yang lebih sering timbul pada wanita dari pada pria
dengan perbandingan 2 : 1.

Terdapat macam-macam klasifikasi, baik atas dasar jaringan asal tumor maupun atas
dasar lokasi tumor. Berdasarkan lokasi tumor, yaitu:

1. Tumor supratentorial
a. Hemisfer otak:
Glioma : - Glioblastoma multiforme
- Astrositoma
- Oligodendroglioma

Meningioma

Tumor metastasis

b. Tumor struktur median:


Adenoma hipofisis
Tumor glandula pinealis
Kraniofaringioma

2. Tumor infratentorial
a. Schwannoma akustikus
b. Tumor metastasis
c. Meningioma
d. Hemangioblastoma

Tumor otak pada orang dewasa

Jenis-jenis tumor otak pada orang dewasa cukup beragam, antara lain:

GLIOMA

Glioblastoma multiforme
Glioblastoma multiforme adalah tumor primer yang paling sering dijumpai. Disebut juga
sebagai glioma maligna dan astrositoma tingkat 3 dan 4. Lebih sering timbul di lobus
frontalis dan temporalis. Pertumbuhannya sangat cepat dan prognosisnya selalu fatal.

Astrositoma dan oligodendroglioma


Astrositoma tingkat 1 dan 2, dan oligodendroglioma ini didapatkan tidak sesering
glioblastoma multiforme. Pertumbuhannya biasanya lambat sehingga beberapa penderita
bertahun-tahun hanya didiagnosis sebagai epilepsi, yang kemudian ternyata penderita
tumor. Tumor ini histologik adalah benigna tetapi setelah bertahun-tahun bisa menjadi
maligna. Astrositoma, secara umum dan yang paling banyak dipakai, menurut World
Health Organization dibagi didalam beberapa tipe dan grade:

Astrositoma Pilositik (Grade I)

Tumbuh lambat dan jarang menyebar ke jaringan disekitarnya. Tumor ini bisa terjadi
pada anak-anak dan dewasa muda. Mereka dapat disembuhkan secara tuntas dan
memuaskan. Namun demikian, apabila mereka menyerang pada tempat yang sukar
dijangkau, masih dapat mengancam hidup.

Astrositoma Difusa (Grade II)


Tumbuh lambat, namun menyebar ke jaringan sekitarnya. Beberapa dapat berlanjut ke
tahap berikutnya. Kebanyakan terjadi pada dewasa muda.

Astrositoma Anaplastik (Grade III)

Sering disebut sebagai astrositoma maligna. Tumbuh dengan cepat dan menyebar ke
jaringan sekitarnya. Sel-sel tumornya terlihat berbeda dibanding dengan sel-sel yang
normal. Rata-rata pasien yang menderita tumor jenis ini berumur 41 tahun.

Gliobastoma multiforme (Grade IV)

Tumbuh dan menyebar secara agresif. Sel-selnya sangat berbeda dari yang normal.
Menyerang pada orang dewasa berumur antara 45 sampai 70 tahun. Tumor ini merupakan
salah satu tumor otak primer dengan prognosis yang sangat buruk.

Grade I dan II juga dikenal sebagai Astrositoma berdifrensiasi baik (Well differentiated
astrocytomas).

TUMOR MENINGEAL

Meningioma
Meningioma adalah tumor benigna yang timbul dari sel araknoid. Pada orang dewasa
menempati urutan kedua terbanyak. Dijumpai 50% pada konveksitas dan 40% pada basis
kranii. Selebihnya pada foramen magnum, fosa posterior, dan system ventrikulus.

TUMOR METASTASIS

Tumor metastasis
Metastasis pada otak dan meningen adalah komplikasi yang sering terjadi dari neoplasma
sistemik. Sekitar 15-20% penderita akan mati karena karsinoma, pada autopsi dijumpai
metastasis pada otak . setiap neoplasma maligna dapat memberi metastasis pada otak,
tetapi yang paling sering karsinoma bronkus, karsinoma payudara dan melanoma
maligna.

TUMOR HIPOFISIS
Adenoma hipofisis
Adenoma hipofisis dapat diklasifikasikan atas dasar fungsi dan anatominya.

Klasifikasi fungsi
1. Adenoma non-fungsional
2. Adenoma dengan hipersekresi (prolaktin, ACTH, hormon pertumbuhan)

Klasifikasi anatomi

1. Adenoma mikro (diameter kurang dari 10 mm)


2. Adenoma difus
3. Adenoma invasive

Adenoma mikro tidak memberi gejala kecuali pada hipersekresi. Hiperprolaktinemia


diukur dengan mengukur kadar prolaktin pagi hari. Prolaktin lebih besar dari 100 ng/ml (normal
kurang dari 15 ng/ml) hampir pasti disebabkan oleh tumor. Prolaktin antara 15-100 ng/ml dapat
disebabkan oleh tumor tetapi lebih sering oleh obat-obatan seperti fenotiazin dan
benzodiazepine, serta isoniazid dan gangguan inhibisi hipotalamus. Hiperprolaktinemia kadang-
kadang tidak memberi gejala. Pada pria bisa menyebabkan galaktorea dan ginekomasti.

Adenoma yang besar menekan bagian lain dari hipofisis yang menyebabkan defisiensi
gonadotropin dan kortikotropin. Pembesaran tumor keatas menekan khiasma optikum yang
menyebabkan anopia bitemporal kuadran atas, yang selanjutnya menyebabkan kebutaan.

Tumor juga dapat meluas ke sinus kavernosa, ventrikulus ke III, hipotalamus dan lobus
temporalis. Antara 50 – 60% dari penderita tumor yang meluas ini datang ke dokter oleh
gangguan visus dan 20% oleh sefalgia.

Tumor yang memacu sekresi ACTH dan hormon pertumbuhan walaupun masih kecil
selalu mudah diketahui karena timbulnya penyakit Cushing dan akromegali.

Kraniofaringioma
Lebih sering terdapat pada anak, biasanya supraselar dan meluas ke khiasma optikum, ke
bawah lobus frontalis dan temporalis, menutup foramen Monroi menyebabkan
hidrosefalus obstruktif. Dapat menyebabkan gangguan visual, disfungsi endokrin seperti
diabetes insipidus, hiperfungsi hipofisis dan lain-lain. Pada anak dijumpai hambatan
pertumbuhan dan obesitas.

TUMOR GLANDULA PINEALIS/ PINEALOMA

Tumor glandula pinealis


Tumor glandula pinealis terletak pada sentrum otak, dikelilingi oleh ventrikulus ke III,
mesensefalon, akuaduktus Sylvii dan vena Galen. Tumor ini dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial dan hidrosefalus, disfungsi mesensefalon dan
endokrinopati. Penekanan mesensefalon menyebabkan sindrom parinaud. Penekanan
ventrikulus ke III menyebabkan diabetes insipidus. Pada 10 % penderita pria dijumpai
pubertas prekoks.

NEURILEMOMA

Schwannoma akustikus
Schwannoma akustikus adalah tumor yang berasal dari sel Schwan saraf perifer. Paling
sering diantara tumor sudut pons-serebelum. Antara 5-10% dari tumor ini adalah sebagai
bagian dari neurofibromatosis von Recklinghausen. Gejala awal adalah gangguan nervus
oktavus (tuli, tinnitus, vertigo). Disfungsi nervus trigeminus, nervus fasialis, dan ataksia
adalah gejala lanjut.
Gambaran Klinik

Gambaran klinik ditentukan oleh lokasi tumor dan peningkatan tekanan intrakranial.
Tanda penting dari tumor otak adalah adanya gejala neurologik yang progresif. Progresivitas ini
tergantung pada lokasi, kecepatan pertumbuhan tumor dan edema disekitarnya. Gambaran klinik
terpenting adalah sebagai berikut.

1. Kenaikan tekanan intrakranial yang terdapat pada sebagian besar tumor otak
menyebabkan sefalgia, mual dan muntah. Nyeri kepala pada orang dewasa yang timbul
berulang-ulang. Sedangkan sebelumnya tidak menderita sefalgia kronis, harus dicurigai
adanya tumor otak. Edema papil nervus optikus terdapat hanya pada sebagian kecil tumor
otak, jadi lebih banyak tumor otak tanpa edema papil.
2. Manifestasi klinik fokal seperti, hemiparese, afasia, dan gangguan visus, bergantung pada
lokasi tumor dan edema otak disekitarnya. Tumor pada silent region bisa hanya memberi
gejala edema papil atau gangguan mental.
3. Konvulsi fokal, konvulsi umum atau keduanya terdapat pada 1/3 penderita tumor otak.
Epilepsy dapat disebabkan oleh tumor supratentorial dan lebih sering pada tumor dengan
pertumbuhan lambat.
4. Perdarahan pada tumor yang kaya akan pembuluh darah biasa disangka sebagai
GPDO(Gangguan Pembuluh Darah Otak). Pada glioblastoma multiforme, metastasis dari
koriokarsinoma, melanoma, dan karsinoma paru anaplastik sering terjadi perdarahan
spontan.

Nyeri Kepala (Headache)

Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada pagi hari
setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi (rekuren) dengan interval tak
teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan semakin lama semakin sering dengan interval
semakin pendek. Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu penderita batuk, bersin atau mengejan
(misalnya waktu buang air besar atau koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat waktu posisi
berbaring, dan berkurang bila duduk.

Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive structure
seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari
tumor otak yang berlokasi di daerah lobus oksipitalis.

Muntah

Lebih jarang dibanding dengan nyeri kepala. Muntah biasanya proyektil (menyemprot)
tanpa didahului rasa mual, dan jarang terjadi tanpa disertai nyeri kepala.

Edema Papil

Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan oftalmoskop.


Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah menjadi lebih kemerahan dan pucat,
pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak terputus- putus. Untuk mengetahui gambaran
edema papil seharusnya kita sudah mengetahui gambaran papil normal terlebih dahulu. Penyebab
edema papil ini masih diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan terhadap vena sentralis retina.
Biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau pembesarannya menekan jalan aliran likuor sehingga
mengakibatkan bendungan dan terjadi hidrosefalus interim.

Kejang
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks motorik. Kejang
yang sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi otak lainnya, sedang kejang yang
sifatnya umum/general sukar dibedakan dengan kejang karena epilepsi. Tapi bila kejang terjadi
pertama kali pada usia dekade III dari kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya tumor
otak.

-Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:

1. Lobus frontal

 Menimbulkan gejala perubahan kepribadian.


 Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang fokal.

 Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia.

 Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy.

 Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia.

2. Lobus parietal

 Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym.


 Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus angularis
menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s.

3. Lobus temporal

 Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan


aura atau halusinasi.
 Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese.

 Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis,
parkinsonism.

4. Lobus oksipital
 Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan.
 Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi
hemianopsia, objeckagnosia.

5. Tumor di ventrikel ke III

 Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari
cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-
tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran.

6. Tumor di cerebello pontin angie

 Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma


 Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi
pendengaran.

 Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel.

7. Tumor Hipotalamus

 Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe


 Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil
pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan kejang.

8. Tumor di cerebelum

 Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi disertai dengan
papil udem.
 Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot
servikal.

9. Tumor fosa posterior

 Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus,
biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.
Diagnosis

Anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologi yang teliti. Pada anamnesis didapatkan nyeri
kepala yang hebat, adanya mual dan muntah, dan biasanya di sertai penurunan berat badan, nafsu
makan berkurang. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan adanya hemiparese tapi tidak selalu,
edema papil, gangguan visus, tergantung pada lokasi tumor.

CT scan
Tumor bisa menyebabkan edema vasogenik yang terlihat pada CT scan tampak lebih
rendah densitasnya apabila dibandingkan dengan densitas jaringan otak. Dengan CT scan 85%
meningioma intrakranial dapat ditetapkan dan apabila dengan kontras dapat ditetapkan 95%.
Metastasis dengan diameter lebih dari 1 cm mudah kelihatan.

MRI
Pemeriksaan radiology untuk menentukan letak, ukuran dan jenis perlengketannya
melalui X-Ray, CT Scan dan MRI. X-Ray masih berperan untuk tumor – tumor tertentu. CT Scan
menggunakan sinar-X dan computer untuk menghasilkan gambar otak yang baik. MRI
menggabungkan magnet yang kuat dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar yang baik.
Dengan perkembangan terakhir CT Scan dan MRI dapat dengan jelas dan tepat secara anatomis
gambaran tumor serta struktur disekitarnya. Tumor – tumor instrinsik di batang otak dapat lebih
jelas tampak dengan pemeriksaan MRI dibandingkan dengan CT Scan.

Diagnosis Banding

Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan intrakranial,
kejang dan tanda defisit neurologik fokal yang progresif. Setiap proses desak ruang di otak dapat
menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar membedakan tumor otak dengan beberapa hal
berikut :

 Abses intraserebral
 Epidural hematom

 Hipertensi intrakranial benigna

 Meningitis kronik
Penatalaksanaan

Pengobatan tumor otak tergantung kepada lokasi dan jenisnya.


1. Untuk edema otak: kortikosteroid
2. Tindakan pembedahan
3. Radioterapi
4. Kemoterapi

Terapi Steroid

—- Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak
berefek langsung terhadap tumor.

Pembedahan

— Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan untuk mengurangi


efek akibat massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor tertentu yang tidak dapat direseksi.

—- Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pembedahan tumor otak yakni:
diagnosis yang tepat, rinci dan seksama, perencanaan dan persiapan pra bedah yang lengkap,
teknik neuroanastesi yang baik, kecermatan dan keterampilan dalam pengangkatan tumor, serta
perawatan pasca bedah yang baik, Berbagai cara dan teknik operasi dengan menggunakan
kemajuan teknologi seperti mikroskop, sinar laser, ultrasound aspirator, bipolar coagulator,
realtime ultrasound yang membantu ahli bedah saraf mengeluarkan massa tumor otak dengan
aman.

Pembedahan kadang menyebabkan kerusakan otak yang bisa menimbulkan kelumpuhan


parsial, perubahan rasa, kelemahan dan gangguan intelektual. Tetapi pembedahan harus
dilakukan jika pertumbuhannya mengancam struktur otak yang penting. Meskipun pengangkatan
tumor tidak dapat menyembuhkan kanker, tetapi bisa mengurangi ukuran tumor, meringankan
gejala dan membantu menentukan jenis tumor serta pengobatan lainnya.

Radioterapi
—- Tumor diterapi melalui radioterapi konvensional dengan radiasi total sebesar 5000-6000
cGy tiap fraksi dalam beberapa arah. Kegunaan dari radioterapi hiperfraksi ini didasarkan pada
alasan bahwa sel-sel normal lebih mampu memperbaiki kerusakan subletal dibandingkan sel-sel
tumor dengan dosis tersebut. Radioterapi akan lebih efisien jika dikombinasikan dengan
kemoterapi intensif. Terapi penyinaran tidak dapat menyembuhkan tumor, tetapi membantu
memperkecil ukuran tumor sehingga tumor dapat dikendalikan.

Kemoterapi

— Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi tetap
diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor tertentu
seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi
tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi paliatif.
Terapi penyinaran dimulai setelah sebanyak mungkin bagian tumor diangkat melalui
pembedahan. Kemoterapi digunakan untuk mengobati beberapa jenis kanker otak. Kanker otak
primer maupun kanker otak metastatik memberikan respon yang baik terhadap kemoterapi.

Prognosis

Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma, dimana
kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan.

Prognosisnya tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di Negara-negara maju,


dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan
radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka
ketahanan hidup 10 tahun (10 years survival) berkisar 30-40%. Terapi tumor otak di Indonesia
secara umum prognosisnya masih buruk, berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada
beberapa rumah sakit di Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA

1. Berttolone SJ. Tumor of the central nervous system concepts in cancer medicine,
1982:649-659
2. Hakim A.A. Tindakan Bedah pada Tumor Cerebellopontine Angle, Majalah Kedokteran
Nusantara Vol. 38 No 3, 2005.

3. Mayer.SA. Management of Increased intracranial Pressure In Wijdicks EFM.Diringer


MN, et.al. Continuum Critical Care Neurology.2002.

4. Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar edisi
5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 – 402

5. Black PB. Brain tumor, review article. The NEJM 1991 (324):1471-1472

6. Ausman. Intra cranial neoplasma in AB Berker (ed.) Clinical neurology.


Philadelphia:Harper & Row, 1987:57-66

7. Youmans JR. Neurological surgery. Philadelphia:WB Sounders, 1990, 2967-2981

8. Guthrie BL. Neoplasm of the meningens, in Youmans JR (ed) Neurological Surgery.


Philadelphia:WB Sounders, 1990: 3250-3303

9. Adams and Victors, Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in Manual of


edisi 7, McGraw Hill, New York, 2002 : 258 – 263

10. Facts About Brain Tumors at http://www.braintumor.org/, dikutip tanggal 22 Maret


2017
11. Syaiful Saanin, dr, Tumor Intrakranial dalam
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Pendahuluan.html, dikutip tanggal 22
Maret 2017

12. John R.M., Howard K.W, A ,B, Cs of Brain Tumors – From Their Biology to Their
Treatments at http://www.brain-surgery.com/, dikutip tanggal 22 Maret 2017

13. What you need to Know about Brain Tumor at http://www.cancer.gov/

14. Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses -
proses Penyakit, Edisi 6, (terjemahan), Peter Anugrah, EGC, Jakarta.

15. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5566703/, dikutip pada tanggal 22 Maret


2017

16. https://radiopaedia.org, dikutip pada tanggal 22 Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai