PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
NIM : 1102013191
JULI 2018
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan case report
yang berjudul “Otitis Media Supuratif Kronis” dengan baik dan tepat waktu.
Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT) Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI di Rumah Sakit Umum Daerah dr Dradjat Prawiranegara Serang. Di samping
itu, case report ini ditujukan untuk menambah pengetahuan bagi kita semua tentang
glaukoma sudut terbuka.
Penulis menyadari bahwa case report ini masih jauh dari sempurna dan tidak
luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik
maupun saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih yang
sebesar–besarnya, semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita
semua.
Penulis
Mutiara Sukma
2
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media supuratif kronis (OMSK) dahulu disebut otitis media perforata (OMP)
atau dalam sehari-hari sering disebut congek. Yang disebut otitis media supuratif
kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar
dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau
kental(1)
Kejadian OMSK dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain suku bangsa, jenis
kelamin, tingkat sosioekonomi, keadaan gizi, dan kekerapan mengalami infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA/ batuk pilek). ISPA yang tidak tertanggulangi dengan
baik dapat menyebabkan peradangan di telinga tengah (otitis media). Pada keadaan
peradangan tidak teratasi sacara tuntas, daya tahan yang lemah, atau keganasan
kuman yang tinggi (virulensi kuman), peradangan telinga tengah dapat berlanjut
menjadi OMSK.
OMSK terdiri atas OMSK tipe aman dan tipe bahaya. Kedua tipe ini dapat
bersifat aktif (keluar cairan) atau tidak aktif (tenang). Penatalaksanaan OMSK dapat
berupa pengobatan atau operasi. Tujuan operasi pada OMSK tipe bahaya terutama
untuk mencegah komplikasi. Gejala OMSK adalah keluar cairan dari telinga yang
berulang, lebih dari 2 bulan, cairan kental, dan berbau. Komplikasi yang dapat
disebabkan oleh OMSK adalah komplikasi ketulian, kelumpuhan saraf wajah, serta
penyebaran infeksi ke otak (7,5%) hingga kematian yang disebabkan oleh OMSK tipe
bahaya (33%). Gejala-gejala komplikasi infeksi otak yang disebabkan oleh OMSK
antara lain sakit kepala hebat, demam, mual, muntah, dan penurunan kesadaran.(8)
3
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Rau Timur
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 24 Juli 2018 pukul 11.50
WIB
Keluhan Utama :
Telinga kiri mengeluarkan cairan jernih yang dirasakan sejak kurang lebih 2 bulan
sebelum datang ke rumah sakit, yang lama-lama dirasakan menjadi kekuningan dan
berbau.
Keluhan Tambahan :
Pasien datang ke poliklinik THT RSDP Serang dengan keluhan telinga kiri
mengeluarkan cairan jernih yang dirasakan sejak kurang lebih sejak 2 bulan sebelum
pasien kontrol ke poliklinik THT saat ini untuk ke 4 kalinya. Pasien mulai merasakan
keluhan tersebut 1 bulan sebelum pertama kali datang ke poliklinik THT RSDP untuk
konsultasi ke dokter THT. Keluhan keluarnya cairan jernih dari telinga kiri tersebut
lama-lama dirasakan menjadi berwarna kekuningan dan berbau tidak sedap. Sebelum
keluhan timbul, pasien mengatakan sering menderita batuk dan pilek yang hilang
timbul selama 3 bulan kebelakang sebelum datang ke RS. Keluhan lainnya seperti
4
nyeri pada telinga kiri dan demam disangkal oleh pasien, pasien juga menyangkal
adanya gangguan pendengaran setelah keluhan tersebut dirasakan. Pasien menyangkal
adanya riwayat trauma dan kebiasaan berenang sebelum keluhan terjadi, namun
pasien mengatakan sempat mencoba membersihkan telinga dengan cotton bud
berulang kali pada telinga kiri karena sebelumnya terasa gatal hingga kemudian
pasien mulai merasakan keluhan keluarnya cairan dari telinga kiri.
Pasien mengatakan sudah 4 kali datang ke poliklinik THT RSDP dan diberikan
beberapa macam obat tetes telinga namun keluhan tak kunjung mereda hingga kontrol
ke 3 kalinya. Saat ini pasien mulai merasakan cairan yang keluar dari telinga kiri dan
rasa gatal mulai berkurang.
- Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun alergi terhadap jenis makanan
tertentu
- Riwayat Diabetes Mellitus, Hipertensi dan Penyakit lainnya disangkal oleh pasien.
Suhu : 36˚ C
5
B. STATUS THT
Pemeriksaan telinga
6
Pemeriksaan Hidung
Sinus Paranasal
Rinoskopi Anterior
Sekret - -
7
Arkus faring Edema - -
Bercak/eksudat - -
Permukaan Warna Merah muda Merah muda
Faring Permukaan Licin Licin
Ukuran T1 T1
Pemeriksaan Keterangan
Epiglotis Tidak dinilai
Aritenoid Tidak dinilai
Ventrikular band Tidak dinilai
Plica vocalis Tidak dinilai
Subglotis Tidak dinilai
Sinus Piriformis Tidak dinilai
Valekula Tidak dinilai
RESUME
8
Pasien datang ke poliklinik THT RSDP Serang dengan keluhan telinga kiri
mengeluarkan cairan jernih yang dirasakan sejak kurang lebih sejak 2 bulan sebelum
pasien kontrol ke poliklinik THT saat ini untuk ke 4 kalinya. Pasien mulai merasakan
keluhan tersebut 1 bulan sebelum pertama kali datang ke poliklinik THT RSDP untuk
konsultasi ke dokter THT. Keluhan keluarnya cairan jernih dari telinga kiri tersebut
lama-lama dirasakan menjadi berwarna kekuningan dan berbau tidak sedap. Sebelum
keluhan timbul, pasien mengatakan sering menderita batuk dan pilek yang hilang
timbul selama 3 bulan kebelakang sebelum datang ke RS. Keluhan lainnya seperti
nyeri pada telinga kiri dan demam disangkal oleh pasien, pasien juga menyangkal
adanya gangguan pendengaran setelah keluhan tersebut dirasakan. Pasien menyangkal
adanya riwayat trauma dan kebiasaan berenang sebelum keluhan terjadi, namun
pasien mengatakan sempat mencoba membersihkan telinga dengan cotton bud
berulang kali pada telinga kiri karena sebelumnya terasa gatal hingga kemudian
pasien mulai merasakan keluhan keluarnya cairan dari telinga kiri. Pasien mengatakan
sudah 4 kali datang ke poliklinik THT RSDP dan diberikan beberapa macam obat
tetes telinga namun keluhan tak kunjung mereda hingga kontrol ke 3 kalinya. Saat ini
pasien mulai merasakan cairan yang keluar dari telinga kiri dan rasa gatal mulai
berkurang.
Pada pemeriksaan otoskop ditemukan dinding liang telinga kiri hiperemis dengan
sekret berwarna kuning kehijauan. Membran timpani utuh pada telinga kanan dan
perforasi sentral pada telinga kiri. Pada pemeriksaan fungsi pendengaran dengan
menggunakan penala (Rinne, Weber, Schwabach) dapat disimpulkan bahwa
pendengaran pasien normal pada kedua telinga. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior
tidak ditemukan kelainan.
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) Auricula Sinistra Aktif Tipe Benigna
- Keluhan pada telinga kiri keluar cairan berwarna jernih yang lama-lama menjadi
kekuningan dan berbau.
9
- Pasien juga mengeluhkan sebelumnya mengalami batuk dan pilek yang cukup sering
berulang.
- Pada otoskopi, ditemukan sekret pada telinga kiri berwarna kuning kehijauan dan
adanya serumen pada telinga kanan yang minimal dengan konsistensi yang lunak.
- Membran timpani pada telinga kiri tidak intak (perforasi) pada bagian sentral
V. DIAGNOSIS BANDING
Non Medikamentosa :
Medikamentosa
R/ Loratadine 10 mg + Metylprednisolon 8 mg
→ 10 kapsul; 2 x 1 kapsul/hari
10
VII. RENCANA PEMERIKSAAN LANJUTAN
- Kultur sekret telinga dan uji resistensi obat (bila perlu)
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI TELINGA(2)
Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
TELINGA LUAR
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan
duapertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½- 3
cm.
Pada sepertiga bagian luar liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen
(modifikasi kelenjar keringat = kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat
terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam sedikit
dijumpai kelenjar serumen.
TELINGA TENGAH
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
12
flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran
propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit
liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa
saluran napas. Pers tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang
terdiri dari serat kolagen dan serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar
dan sirkuler di bagian dalam.
Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat
aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dan antrum
mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah
nasofaring dengan telinga tengah.
TELINGA DALAM
Terdiri dalam terdiri koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran
dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak
13
koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala
vestibuli.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.
Ear Diagram(3):
2.1 Definisi(7)
14
Otitis media supuratif kronik (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah
terus-menerus atau hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau
berupa nanah. Otitis media supuratif kronis merusak jaringan lunak pada telinga
tengah dapat juga merusak tulang dikarenakan terbentuknya jaringan patologik
sehingga sedikit sekali / tidak pernah terjadi resolusi spontan. Otitis media
supuratif kronis terbagi antara benigna dan maligna, maligna karena terbentuknya
kolesteatom yaitu epitel skuamosa yang bersifat osteolitik. Penyakit OMSK ini
biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita datang dengan gejala-gejala
penyakit yang sudah lengkap dan morbiditas penyakit telinga tengah kronis ini
dapat berganda, gangguan pertama berhubungan dengan infeksi telinga tengah
yang terus menerus (hilang timbul) dan gangguan kedua adalah kehilangan fungsi
pendengaran yang disebabkan kerusakan mekanisme hantaran suara dan
kerusakan konka karena toksisitas atau perluasan infeksi langsung.
2.2 Epidemiologi(7)
Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga yang
memiliki prevalensi tinggi dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Di
negara berkembang dan negara maju prevalensi OMSK berkisar antara 1-46%,
dengan prevalensi tertinggi terjadi pada populasi di Eskimo (12-46%), sedangkan
prevalensi terendah terdapat pada populasi di Amerika dan Inggris kurang dari
1%. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran,
Depkes tahun 1993-1996 prevalensi OMSK adalah 3,1% populasi. Usia terbanyak
penderita infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun, dan penyakit telinga
tengah terbanyak adalah OMSK.
2.3 Etiologi
Infeksi kronis telinga tengah cenderung disertai sekret purulen. Proses infeksi ini
sering disebabkan oleh infeksi campuran mikroorganisme aerobik dan anaerobik
yang multiresisten terhadap standar yang ada saat ini dan berasal dari meatus
acusticus externus, kadang berasaldari nasofaring melalui tuba Eustachius saat
infeksi saluran nafas atas. Hasil penelitian di bagian THT FKUI/RSCM ditemukan
kuman OMSK dengan kolesteatoma dari operasi radikal mastoidektomi. Di
15
RSCM dari Januari sampai April 1996 didapat kuman aerob yang paling sering
ditemukan Proteus mirabilis (58,5%), sedangkan Pseudomonas (31,5%).
Sedangkan OMSK tanpa kolesteatoma kuman aerob yang tersering
adalah Pseudomonas aeruginosa (22,46%), Staphylococcus (16,33%). Namun
secara umum, kuman penyebab yang sering dijumpai pada OMSK di Indonesia
ialah Pseudomonas aeruginosa sekitar 50%, Proteus sp (Proteus mirabilis) 20%
dan Staphylococcus aureus 25%. Mikroorganisme lain yang juga dapat
menyebabkan OMSK adalah Escherichia coli, Aspergillus, Streptococcus
haemolyticus, Pneumococcus, Streptococcus pyogenes, Klebsiella sp, Bacteroides
fragilis, Haemophilus influenzae, Micrococcus catarrhalis,
Clostridium perfringens serta beberapa jenis virus. Diantara mikroorganisme
tersebut, Pseudomonas aeruginosa yang paling dicurigai menyebabkan destruksi
progresif dari telinga tengah dan mastoid.
16
6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan
mekanisme pertahanan utuh.
2.4 Klasifikasi(8)
17
1.Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis.
2.Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis.
3.Mandi dan berenang, mengkorek telinga dengan alat yang terkontaminasi.
4.Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia.
5.Otitis media supuratif akut yang berulang.
Pada tipe aman/ mukosa/ benign tidak ditemukan adanya kolesteatoma, hanya
terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Letak perforasi
terutama pada bagian sentral , umumnya jarang menimbulkan komplikasi yang
berbahaya.
18
b. Kolesteatoma didapat
1. Primary acquired cholesteatoma.
Kolesteatoma yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran
timpani. Kolesteatoma timbul akibat terjadinya proses invaginasi dari
membran timpani terutama terjadi pada daerah atik atau pars flaksida
karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan fungsi
tuba.
1. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior.
Seluruhtepi perforasi masih mengandung sisa membran timpani. Perforasi ini
biasa terjadi pada OMSK tipe benigna.
19
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran tympani dengan adanya erosi dari anulus
fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi
total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatoma.
Dapat ditemukan pada pasien dengan OMSK tipe maligna.
3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flaksida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.
Dapat ditemukan pada pasien dengan OMSK tipe maligna.
2.5_Patofisiologi(1)
20
Bentuk otitis media akut yang berat juga dapat mengakibatkan terjadinya daerah –
daerah osteitis atau osteomielitis dinding atau septa mastoid. Lama kelamaan akan
menyebabkan keluarnya cairan purulen, bau yang terus menerus atau sekuestrasi
tulang.
2.6_Diagnosis(4)
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama
pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana
untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan
derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada
murni, audiometri tutur (speech audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainstem
evoked response audiometry) bagi pasien/anak yang tidak kooperatif dengan
pemeriksaan audiometri nada murni.
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan uji
resistensi kuman dari sekret telinga.
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang.
Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara
lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu (1) adanya perforasi
membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan
dunia luar, (2) terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus
paranasal, (3) sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga
mastoid, dan (4) gizi dan higiene yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa.
Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga,
berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi
dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika
dan kortikosteroid. Banyak ahli berpendapat bahwa semua obat tetes yang dijual
di pasaran saat ini mengandung antibiotika yang ototoksik. Oleh sebab itu penulis
menganjurkan agar obat tetes telinga jangan diberikan secara terus menerus
selama 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral
diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin, (bila pasien alergi
21
terhadap penisilin), sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi yang
dicurigai karena penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan
ampisilin asam klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2
bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini
bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran
timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan
pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya
infeksi berulang maka, sumber infeksi tersebut harus diobati terlebih dahulu.
Mungkin juga perlu dilakukan pembedahan misalnya adenoidektomi atau
tonsilektomi. Prinsip terapi OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat ialah
dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi
konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara
sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler,
maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi
2.8 Prognosis(9)
22
BAB IV
DISKUSI
23
BAB V
KESIMPULAN
Salah satu penyebab paling sering dari penyakit ini adalah infeksi yang bisa
diakibatkan oleh beberapa faktor seperti higiene telinga yang buruk, riwayat
kebiasaan mengorek-ngorek telinga, sistem imunitas tubuh yang rendah, dan terapi
yang terlambat atau tidak adekuat.
Pada bentuk penyakit OMSK yang lebih berat, komplikasi penyakit ini bisa
bermanifestasi di telinga tengah dalam bentuk perforasi membran timpani persisten
dan erosi tulang pendengaran. Akibat infeksi telinga tengah hampir selalu berupa tuli
konduktif. Pada membran timpani yang masih utuh, tetapi rangkaian tulang
pendengaran terputus, akan menyebabkan tuli konduktif yang berat. Biasanya derajat
tuli konduktif tidak selalu berhubungan dengan penyakitnya sebab jaringan patologis
yang terdapat di kavum timpani pun dapat menghantar suara ke telinga dalam. Di
telinga dalam bisa bermanifestasi dalam bentuk fistula labirin dan tuli sensorineural.
Sedangkan komplikasi terberat bisa bermanifestasi ke susunan saraf pusat seperti
meningitis, abses otak, sampai meningoensefalitis. Oleh karena itu, diagnosis dini dan
terapi yang efektif serta adekuat merupakan suatu keharusan untuk mencegah
komplikasi penyakit ini dan kesembuhan bagi pasien itu sendiri.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Ballenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Edisi 13.
Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997. P392-5
5. Endang M, Retno W, Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2007. p 71-72.
9. Parry D. Chronic Suppurative Otitis Media. Updated October 13, 2011. Available
from:http://emedicine.medscape.com/article/859501-overview. Accessed on:
July 20, 2018.
25