kondisi fisik dan psikis setiap orang lanjut usia akan berbeda.
pasien geriatri memiliki risiko untuk memiliki gejala psikotik. Beberapa diagnosis
yang sering dihubungkan dengan gejala psikotik pada pasien geriatri
demensia, delirium, skizofrenia onset lambat, penyalahgunaan zat dan kondisi
kelainan neurologi.
penggunaan obat antipsikotik yang tepat bagi pasien geriatri agar tatalaksana
dapat diterapkan dengan tepat dan aman bagi pasien
Pengertian Antipsikotik
Perphenazine,
Rantai
Phenothiazine Trfluoperazine
Piperazine
, Fluphenazine
Antipsiotik Rantai
Thioridazine
Tipikal Piperidine
Butyrophenone Haloperidol
Antipsikotik
Benzamide Sulpiride
Clozapine,
Antipsikotik olanzapine,
Dibenzodiazepin
Atipikal quetiapine,
zotepine
Risperidone,
Benzisoxazole
aripiprazole
antipsikoti
k
Tipikal Atipikal
menurunkan
mesolimbik dopamine pathways hiperaktivitas
dopamine
memblok<gejala
reseptornegative.
D2
Perbedaan
EPS lebih rendah dan
sangat efektif untuk mengatasi
gejala negatif.
1.Mesokortikal Pathways
APG II > dlmblokade • Antagonis
resepto 5HT2A r 5HT2Atidakhanyaakan→berkurangnyablokadeantagonisD2t
etapiaktivitasdopaminpathways→keseimbanganantara
↑pelepasandopamin serotonin dandopamin.
• APG II >reseptor5HT2A,<reseptorD2→dopaminyang di
lepasjumlahnyalebihbanyak,
defisitdopaminberkurangsehinggamenyebabkanperbaika
ngejalanegatifskizofrenia.
dilepas menang dari
pada yang dihambat
gejala negatif
dapat diperbaiki
2. Mesolimbik Pathways 3. Tuberoinfundibular Pathways
APG II
antagonisreseptor
APG II 5HT2Adapatmengalahkanantagonisreseptor D2.
Hubunganneurotransmiterserotonin
antagonis 5HT2A gagal untuk dandopaminsifatnyaantagonisdanresiprokaldala
mengalahkan antagonis D2 mkontrolsekresiprolaktindarihipofise
Dopamin↓pengelepasanprolaktin, ,serotonin
tidak dapat mempengaruhi ↑pelepasanprolaktin
blokade reseptor D2
PemberianAPG II
blokade reseptor D2 menang. dalamdosisterapiakanmenghambatreseptor
5HT2Asehinggamenyebabkanpelepasandopaminm
memperbaiki gejala positif eningkat.
skizofrenia.
Inimengakibatkanpelepasanprolaktinmenurunseh
inggatidakterjadi hiperprolaktinemia.1,6
Pada keadaan normal
serotonin akan menghambat
pelepasan dari dopamin.
4. Nigrostriatal Pathways
• Efek samping yang terjadi pada pasien lansia bisa berupa ekstrapiramidal sindrom, sindroma metabolik,
dan tardive dyskinesia.
• Hal ini rentan pada lansia karena pada usia lanjut sel neuronnya akan memiliki sifat dopaminergik yang
lebih rendah daripada usia dewasa karena reseptor D2 jumlahnya lebih sedikit sehingga apabila dosis
yang sama diberikan akan lebih mudah memberikan efek parkinsonism.
2. Psikoterapi
3. Psikososial
TAHAP PERKEMBANGAN GANGGUAN SKIZOFRENIA
• Fase prodromal
• Terjadi penurunan atau perburukan kemampuan penderita dalam menjalankan beberapa fungsi dalam
kehidupan
• Hilangnya minat terhadap aktivitas sosial serta meningkatnya kesulitan dalam memenuhi tanggung
jawab/tuntutan hidup sehari-hari.
• Fase akut
• Saat dimana gejala-gejala gangguan skizofrenia telah benar-benar muncul pada penderita.
• Fase pemulihan
• Pasien dalam pengobatan
• Gejala + dan -
• Fase residual
• FASE AKUT
• SAAT DIMANA GEJALA-GEJALA GANGGUAN SKIZOFRENIA TELAH BENAR-BENAR MUNCUL PADA PENDERITA.
• FASE PEMULIHAN
• PASIEN DALAM PENGOBATAN
• GEJALA + DAN -
• FASE RESIDUAL
EFEK SAMPING UTAMA
• Dystonic reaction (kekejangan otot yang nyeri)
• Banyak dijumpai pada obat antipsikotik potensi tinggi
• Diatasi dengan obat antikolinergik (benztropin, THF, atau difenhidramin)
• Pseudoparkinsonism
• Adanya blockade dopaminergik di striatum muncul gejala mirip parkinson
• Diatasi dengan antikolinergik (benztropin) atau amantadin
• Akathisia ( tidak bisa duduk tenang, dan gerakan-gerakan yang tidak bisa berhenti)
• Paling tidak responsive terhadap terapi turunkan dosis, atau
• Diatasi dengan propanolol atau benzodiazepine (lorazepam, klonazepam)
DEMENSIA
Definisi
Kumpulan gejala kronik yang disebabkan oleh berbagai latar belakang penyakit dan
ditandai oleh hilangnya daya ingat jangka pendek (recent memory) dan gangguan global
fungsi mental termasuk fungsi bahasa, mundurnya kemampuan berpikir abstrak, kesulitan
merawat diri sendiri, perubahan perilaku, emosi labil dan hilangnya pengenalan waktu
dan tempat, tanpa adanya gangguan tingkat kesadaran atau situasi stress, sehingga
menimbulkan gangguan pekerjaan, aktivitas harian dan sosial.
SUBTIPE DEMENSIA
1. Demensia Alzheimer
2. Demensia Vaskular
3. Penyakit Pick
4. Penyakit Creutzfeldt-Jakob
5. Penyakit Parkinson
6. Penyakit Huntington
GAMBARAN KLINIS
• Gangguan memori
• Gangguan orientasi
• Gangguan bahasa
• Apraksia
• Agnosia
• Gangguan fungsi eksekutif
• Perubahan kepribadian
GEJALA PSIKOTIK
1. Waham
Manifestasi psikosis mencakup gejala positif (waham, halusinasi, gangguan komunikasi,
aktivitas motorik yang abnormal) dan gejala negatif (avolition, kemiskinan isi pikiran,
afek datar). Lima tipe waham terlihat pada demensia (terutama demensia tipe
alzheimer), yaitu:
Barang kepunyaannya telah dicuri
Rumah bukan kepunyaannya (misidentifikasi)
Pasangan (atau pengasuh lainnya) adalah seorang penipu (sindrom capgras)
Pengabaian / ditinggalkan
Ketidaksetiaan
2. Halusinasi
• Perkiraan frekuensi halusinasi pada demensia berkisar dari 12%-49%.
• Halusinasi visual adalah yang paling umum (terjadi pada 30% pasien dengan demensia) dan ini lebih sering
terjadi pada demensia yang moderat dibandingkan demensia ringan atau berat.
• Gambaran halusinasi secara umum berupa gambaran orang-orang atau hewan-hewan.
3. Misidentifikasi
• Misidentifikasi dalam demensia adalah kesalahan persepsi stimuli eksternal. Misidentifikasi terdiri dari:
• Kehadiran orang-orang di rumah pasien sendiri (boarder phantom syndrome)
• Kesalahan identifikasi diri pasien sendiri (tidak mengenali bayangan diri sendiri di cermin)
• Kesalahan identifikasi orang lain
• Kesalahan identifikasi peristiwa di televisi (pasien mengimajinasikan peristiwa tersebut terjadi secara nyata).
PATOFISIOLOGI BPSD
• PERUBAHAN NEUROTRANSMITTER
A. Serotonin
Neuron serotonergik berasal dari inti rafe dorsal dan median yang mempersarafi
banyak struktur dalam korteks dan sistem limbik.
Proyeksi ini secara luas memungkinkan sistem serotonergik untuk mengatur agresi,
mood, aktivitas makan, tidur, suhu, seksual, dan motorik.
Oleh karena itu, perubahan dalam fungsi sistem serotonergik pusat memiliki dampak
klinis yang terlihat pada perilaku.
Reseptor Gejala Perubahan pada AD
5-HT1
1A Agresi, anxietas, depresi, perilaku ↓ Frontal, temporal, hipokampus, amigdala
sexual
1D, 1E, 1F Tidak diketahui Tidak diketahui
5-HT2
2A Anxietas ↓ Frontal, temporal, cingulated, hipokampus,
amigdala
2B Depresi, halusinasi, gangguan tidur Tidak diketahui
Sistem dopaminergik telah terlibat dalam depresi, perilaku agitasi, dan psikotik
pada pasien yang tidak demensia, dan dengan demikian sistem ini memiliki potensi
secara langsung mempengaruhi BPSD
Pasien AD dengan BPSD berat mungkin memiliki disfungsi metabolisme dopamin
striatal dibandingkan dengan mereka yang tidak BPSD
Ketika dikombinasikan dengan temuan bahwa kolin asetiltransferase (CHAT) menurun
pada pasien berhalusinasi, hasil ini menunjukkan bahwa ketidakseimbangan antara
transmitter monoaminergik dan kolinergik terlibat dalam halusinasi visual pada
demensia Lewy Body
Perilaku gelisah dan agresif mungkin terkait dengan preservasi relatif fungsi DA
pada pasien AD.
Peran Asetilkolin
F. Disfungsi Neuroendokrin
Pada pasien AD, kadar somatostatin, vasopresin, corticotropin-releasing
hormone (CRH), substansi P, dan neuropeptida Y secara bermakna
berkurang di daerah kortikal dan sub kortikal otak, sedangkan kadar dari
galanin peptida meningkat.
Namun, di hipotalamus, kadar somatostatin, vasopresin, dan neuropeptida Y
seperti galanin An meningkat secara bermakna, dapat menyebabkan agitasi,
gelisah, gangguan tidur dan gejala yang terkait dengan stres.
PENATALAKSANAAN ANTIPSIKOTIK PENYAKIT
DEMENSIA PADA LANSIA
Antipsikotik penyakit demensia pada lansia yang dianjurkan:
1. Risperidone : 0,5-2mg/hari
2. Quetiapine : 40mg/hari
3. Olanzapine: 5-7,5mg/hari
Prinsip umum penggunaan antipsikotik pada BPSD :
Obat dapat diberikan pada situasi sebagai berikut :
A. Bila ada indikasi spesifik (contoh depresi, psikosis) tanpa memperdulikan
keparahan maupun frekuensi gejala
B. Bila gejala berat dan terapi diperlukan segera
C. Bila perilaku tidak memiliki pemicu yang jelas atau terjadi pada kondisi di
mana keluarga tidak dapat mengatasi gejala perilaku yang serius.
Bagi yang membutuhkan medikasi Antipsikotik atipikal harus dilanjutkan
rutin, pendekatan 3T diperlukan pada :
Terapi obat harus memiliki target pasien yang masih mengalami BPSD
gejala yang spesifik
Dosis awal harus rendah dan titrasi bila diperkirakan efek buruk dapat
naik dilakukan terjadi bila dihentikan
Terapi harus terbatas dalam hal waktu bila tidak ada terapi alternatif yang
pemberian dapat diberikan
PATOGENESIS
Delirium Yang Diakibatkan Oleh Penghentian Substansi Seperti
Alkohol, Benzodiazepin, Atau Nikotin Dapat Dibedakan Dengan
Delirium Karena Penyebab Lain.
Konsumsi Alkohol Secara Reguler Inhibisi Reseptor Nmda (N-
methyl-d-aspartate) Dan Aktivasi Reseptor Gaba-a
(Gammaaminobutyric Acid-a).
Disinhibisi Serebral Perubahan Neurotransmitter
Memperkuat Transmisi Dopaminergik Dan Noradrenergik
Manifestasi Karakteristik Delirium, Termasuk Aktivasi Simpatis
Dan Kecenderungan Kejang Epileptik.
PATOGENESIS
Penghentian Benzodiazepine Penurunan Transmisi Gaba-ergik Timbul Kejang
Epileptik.
Delirium Yang Tidak Diakibatkan Karena Penghentian Substansi Timbul Melalui
Berbagai Mekanisme, Jalur Akhir Biasanya Melibatkan Defisit Kolinergik
Dikombinasikan Dengan Hiperaktivitas Dopaminergik.
Dua Mekanisme Yang Terlibat Langsung Dalam Terjadinya Delirium: Pelepasan
Neurotransmitter Yang Berlebihan (Kolinergik Muskarinik Dan Dopamin) Serta
Jalannya Impuls Yang Abnormal.
Aktivitas Yang Berlebih Dari Neuron Kolinergik Muskarinik Pada Reticular
Activating System, Korteks Dan Hipokampus Berperan Pada Gangguan Fungsi
Kognisis (Disorientasi, Berpikir Konkrit Dan Inattention) Dalam Delirium.
PATOGENESIS
• Pada Stress Metabolik Pelepasan Dopamin Serta Pengambilan Kembali
Dopamin Yang Berkurang.
• Dopamin Yang Abnormal Dapat Bersifat Neurotoksik Melalui Produksi
Oksiradikal Dan Pelepasan Glutamat, Suatu Neurotransmitter Eksitasi.
• Adanya Gangguan Neurotrasmitter Hiperpolarisasi Membran Penyebaran
Depresi Membran.
DELIRIUM BERDASARKAN TINGKAT KESADARANNYA
Delirium Hiperaktif
• dalam keadaan penghentian alkohol yang tiba-tiba, intoksikasi
phencyclidine (PCP), amfetamin dan asam lisergic dietilamid (LSD).
• Pasien bisa tampak gaduh gelisah, berteriak-teriak, jalan mondar-mandir
atau hipotesis mengenai delirium
Delirium hipoaktif
• Ditemukan pada pasien hepatic encephalopathy dan hiperkapnia
Delirium campuran
• Dapat disebabkan oleh gangguan struktural dan fisiologis.
• Hipotesis utama : adanya gangguan yang irreversible terhadap
metabolisme oksidatif otak dan adanya kelainan multiple neurotransmitter
ETIOLOGI DELIRIUM:
”
pemberian antispikotik kepada pasien geriatri.Diantaranya :
kondisi medis umum pasien,
farmakodinamik dan farmakokinetik dari obat yang digunakan
serta dikarenakan seringkali pasien geriatri mempunyai respon lebih rentan terhadap efek samping
obat dibandingkan populasi pasien yang lebih muda