Anda di halaman 1dari 12

RESUME

Obat-Obatan pada Sistem Syaraf Pusat dan Perifer

Dosen Pengampu : Ns. Ike Nesdia R., S.Kep., M.Kep.

Disusun oleh :

Nama : Rischa Fadillah


NIM : 135070218113003
Kelas : PSIK – A

ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA KAMPUS IV
A. Agens Narkotik dan Antimigren
 Narkotik : Mempunyai efek analgesia dan sedatif serta dapat dipakai dalam
dosis tinggi sebagai anastetik pembedahan yang tidak berlangsung lama.
Narkotik yang dipakai untuk anstesia umum adalah fentanil (sublimate),
meperisidin (demerol) dan morfin sulfat. Obat inti tidak merelaksasi otot, pasien
yang menerima obat narkotik dalam dosis tinggi mengalami depresi pernafasan.
Depresi pernafasan karena narkotik dapat diatasi dengan pemberian Nalokson
(Narcam) sebagai antagonis narkotik.
 Antimigrain
Informasi dan Kerja secara Umum : Agens ini berikatan dengan reseptor
seretonin vaskular spesifik, mengakibatkan vasokonstriksi arteri basilari dan
dalam sistem vaskular dura mater itu sendiri.
Penggunaan secara Umum : Agens ini dalam pengobatan serangan migrain akut
dengan atau tanpa aura.
Kewaspadaan : Pasien wanita pascamenopause, pria diatas 40 tahun, pasien
berisiko penyakit arteri koroner, keerusakan fungsi hati/ginjal, kehamilan dan
anak-anak.
Interaksi : Reaksi vasospastik memanjang dengan obat yang mengandung ergot.
Hindari penggunaan jenis obat dalam interval 24 jam karena efeknya dapat
bertambah.

B. Agens Antidepresan

Obat depresi/ antidepresan / anti depresi adalah obat yang digunakan untuk membantu
orang yang mengalami depresi. Banyak orang depresi membaik dengan pengobatan
obat-obat depresi yang ada.
Informasi dan Kerja secara Umum : Aktivitas antidepresan kemungkinan besar
berkaitan dengan pencegahan pengambilan kembali dopamin, norepinefrin dan atau
serotonin oleh neuron-neuron prasinapsis yang mengakibatkan akumulasi
neurotransmitter.
Penggunaan secara Umum : digunakan pada pengobatan depresi mayor, gangguan
bipolar dan gangguan distimik yang sering bersamaan dengan psikoterapi.
Kontraindikasi : Pasien hipersensitivitas, fase penyembuhan akut pasca miokard,
glaukoma sudut tertutup, kehamilan dan laktasi.
Kewaspadaan : Gunakan secara hati-hati pada pasien lansia, pasien influsiensi ginjal,
hati atau jantung, hipertrofi prostat benigna, pasien psikotik dan anak-anak.
Interaksi : Antidepresan trisiklik dapat menyebabkan krisis hiperpiretik, krisis
hipertensif, kejang berat dan takikardia jika digunakan dengan agens inhibitor MAO.

Gambar. Otak penderita depresi

 Bagaimana Obat Depresi Bekerja ?


Sebagian besar antidepressan dipercaya bekerja dengan memperlambat pembuangan
suatu zat-zat kimia di dalam otak. Zat kimia ini disebut neurotransmiter.
Neurotransmiter dibutuhkan untuk fungsi normal otak. Antidepresan membantu orang
depresi dengan memperbanyak zat kimia alami yang tersedia di dalam otak.
 Berapa lama harus minum obat depresi?
Antidepresan umumnya diminum selama 4 hingga 6 bulan. Pada beberapa kasus,
pasien dan dokternya memutuskan untuk menggunakan antidepresan lebih lama.
 Golongan obat depresi / antidepresan
Antidepresan digolongkan berdasarkan zat kimia di otak yang dipengaruhinya.
 Obat depresi terbagi dalam golongan sebagai berikut:
1. Golongan penghambat pelepasan selektif Serotonin
Citalopram, Fluoxetine, Paroxetine, Sertraline, Fluvoxamine Golongan obat depresi
ini lebih sedikit efek sampingnya dibanding yang lain. Efek samping dari obat ini
adalah mulut kering, mual, kecemasan, insomnia, masalah seksual dan sakit kepala..

2. Golongan Trisiklik
Amitriptyline, Imipramine, Nortriptyline, Clomitramine
Obat depresi golongan ini biasanya menyebabkan mulut kering, tremor ringan, detak
jantung cepat, konstipasi, mengantuk, dan bertambah berat badan.
Khususnya pada penderita yang lebih tua, dapat menyebabkan kebingungan, menjadi
lambat atau terhenti sewaktu berkemih, pingsan bila tekanan darah rendah, dan koma.
Jika anda mempunyai masalah detak jantung, ada baiknya anda tidak minum semua
golongan antidepresan.
Pada pria dapat mengalami kesulitan untuk dan mempertahankan ereksi, atau gagal
ejakulasi. Golongan ini sangat berbahaya bila overdosis.

3. Golongan penghambat pelepasan Serotonin dan Norepineprin


Venlafaxine, Duloxetine
Efek samping mirip dengan golongan penghambat pelepasan selektif Serotonin, tetapi
Venlafaxine tidak direkomendasikan pada penderita gangguan detak jantung, tekanan
darah tinggi atau masalah pada kadar garam pada darah mereka.
Obat ini dapat membantu jika golongan lain tidak dapat membantu tetapi hanya boleh
digunakan atas resep dokter kejiwaan yang berpengalaman saja.

4. Golongan penghambat pelepasan Norepineprin dan Dopamin


Bupropion, belum tersedia di Indonesia

5. Golongan kombinasi penghambat pelepasan dan reseptor blocker


Trazodone dan Nefazodone belum tersedia di Indonesia, tetapi Maprotiline dan
Mirtazpine sudah tersedia.

6. Golongan penghambat Monoamin oksidase Moclobemide


Golongan ini sudah jarang diresepkan sekarang ini. Golongan ini dapat menyebabkan
tekanan darah tinggi yang berbahaya jika anda makan makanan yang mengandung
Tyramine. Jika anda setuju untuk minum obat golongan obat ini dokter anda akan
memberikan daftar makanan yang harus dihindari.
7. Golongan Tetrasiklik
Amoxapine, Maprotiline

8. Lainnya ;Tianeptine, mempunyai struktur mirip trisiklik dan bekerja dengan


meningkatkan pengambilan serotonin secara selektif.

C. Agens Psikoterapeutik

Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif, yang meliputi :


1. Teori biologis (somatik),mencakup pemberian obat psikotik dan Elektro  Convulsi
Therapi (ECT).
2. Psikoterapeutik.
3. Terapi Modalitas.

Psikofarmaka adalah obat- obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan
mental. Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif
pada Sistem Saraf Pusat (SSP) yang disebut neuroleptik dan mempunyai efek utama
terhadap aktivitas mental dan perilaku.

 Fungsi umum dari psikofarmaka : untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh
terhadap taraf kualitas hidup pasien.
 Obat psikotropik (psikofarmaka) dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya:
 Antipsikosis
 anti-depresan
 obat penstabil mood
 Antiansietas
 Agen sedatif hipnotik.

D. Agens Antiparkinson

Obat ini dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis kimia dari bahan aktif atau dengan
cara itu digunakan untuk mengobati kondisi tertentu. Masing-masing obat dapat
diklasifikasikan ke dalam satu atau lebih golongan obat.

Agen antiparkinson antikolinergik atau antagonis asetilkolin memblokir reseptor


asetilkolin muscarinic dan aktivitas saraf kolinergik. Aktivasi reseptor muscarinic
memiliki efek rangsang, berlawanan dengan aktivasi dopaminergik, sehingga
penekanan efek asetilkolin mengkompensasi kurangnya dopamine di Parkinson.
Penggunaan secara Umum : digunakan dalam pengobatan parkinsonisme dengan
berbagai penyebab, meliputi degenaratif, toksik, infektif, neoplastik dan induksi obat.
Kontraindikasi : Pasien hipersensitifitas. Antikolinergik harus dihindarkan pada
pasien glaukoma dengan sudut tertutup, duodenum, obstruksi pilorus, hipertrofi
prostat dan miastenia gravis.
Kewaspadaan : Gunakan secara hati-hati pada pasien lansia, pasien influsiensi ginjal,
hati atau jantung, pasien dengan kecenderunganretensi urin dan pasien yang terpajan
lingkungan bersuhu tinggi.
Interaksi : Piridoksin, inhibitor MAO, benzidizepin, fenitoin, fenotiazin, dan
haloperidol yang mengantagonis efek levodopa.

E. Agens Anastetik Umum dan Lokal

 Anestesi Umum adalah obat yang dapat menimbulkan anestesia atau narkosa. Yakni
suatu keadaan depresi umum dari berbagai pusat di SSP yang bersifat reversibel,
dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan sehingga lebih mirip dengan
keadaan pinsan.
Kombinasi dari agen anestesi yang digunakan untuk anestesi umum membuat pasien
tidak merespon rangsangan yang menyakitkan, tidak dapat mengingat apa yang terjadi
(amnesia), tidak dapat mempertahankan proteksi jalan napas yang memadai dan/atau
pernapasan spontan sebagai akibat dari kelumpuhan otot dan perubahan
kardiovaskuler.

 Anestesi Lokal atau zat penghilang rasa setempat yaitu obat yang pada penggunaan
lokal merintangi secara reversibel penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan
demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal gatal, rasa panas atau
dingin.
Anestetik lokal pertama yang efektif adalah kokain, ektrak dari daun coca.
Kemampuannya dalam mematirasakan membran mukosa dan jaringan terbuka telah
diketahui selama berabad-abad di Peru. Albert Niemann memurnikan alkaloid aktif
tersebut dan menamainya cocaine.
 Penggolongan Anestesi Umum Dan Lokal

Anestesi Umum :
 Anestetik Inhalasi : gas tertawa, halotan, enfluran, isofluran dan sevofluran.

Obat obat ini diberikan sebagai uap melalui saluran nafas. Keuntungannya adalah
resorpsi yang cepat melalui paru paru seperti juga ekskresinya melalui gelembung
paru paru (alveoli) yang biasanya dengan keadaan utuh . pemberiannya mudah
dipantau dan bila perlu setiap waktu dapat dihentikan. Obat ini terutama digunakan
untuk memelihara anestesi. Dewasa ini senyawa kuno eter, kloroform, trikoletiren dan
siklopropan praktis tidak digunakan lagi karena efek sampingnya.

 Anestetik Intravena : thiopental, diazepam dan midazolam, ketamine dan


propofol.

Obat obat ini juga dapat diberikan dalam sediaan suppositoria secara rektal, tetapi
resorpsinya kurang teratur. Terutama digunakan untuk mendahului (induksi) anestesi
local atau memeliharanya juga sebagai anestesi pada pembedahan singkat.

Anestesi Lokal

Stuktur dasar anestetika lokal pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yakni suatu
gugus amino hidrofil (sekunder atau tersier) yang dihubungkan oleh suatu ikatan ester
atau alcohol atau amida dengan suatu gugus aromatis lipofil. Semakin panjang gugus
alkoholnya, semakin besar daya kerja anestetiknya tetapi toksisitas nya juga
meningkat.

            Anestetika lokal dapat digolongkan secara kimiawi dalam beberapa kelompok, yaitu:
 Senyawa ester  : cocain dan ester PABA (benzokain, prokain, oksibuprokain,
tetrakain)
 Senyawa amida : lidokain dan prilokain, mepivakain. Bupivakain dan
 Lainnya : fenol, benzilalkohol dan etil klorida.
F. Relaksan Otot

Obat relaksan otot adalah obat yang digunakan untuk


melemaskan otot rangka atau untuk melumpuhkan otot.
Biasanya digunakan sebelum operasi untuk
mempermudah suatu operasi atau memasukan suatu alat
ke dalam tubuh.

Obat relaksan otot yang beredar di Indonesia terbagi


dalam dua kelompok obat yaitu obat pelumpuh otot dan obat pelemas otot yang
bekerja sentral.
1. Obat pelumpuh otot

Jenis obat pelumpuh otot ini yang beredar di pasaran hanya golongan penghambat
transmisi neuromuskular.

Golongan ini terbagi dalam dua :

a. Obat penghambat kompetitif

Pancurunium (Pankuronium), Vecoronium (Vekorunium), Atracurium


(Atrakurium), dan Rocuronium (Rokuronium).

Obat penghambat kompetitif merupakan aminosteroid non-depolarisasi.


Sehingga obat golongan ini tidak menimbulkan stimulasi awal pada otot
sebelum otot normal kembali.

Obat pelumpuh otot golongan ini biasa digunakan untuk mempermudah


pemasangan intubasi endotracheal dan membuat relaksasi pada otot rangka
sebelum operasi atau pemasangan alat bantu nafas.

Berawal dari penelitian terhadap racun panah suku indian, kurare oleh Claude
Bernard yang menyimpulkan tempat kerja kurare bukan di syaraf pusat tetapi
di sambungan saraf -otot. Dari sintesa kurare didapatkan zat aktifnya yaitu d-
Tubokurarin.
Dari hasil penelitian lebih lanjut didapat Pancuronium yang 5 kali lebih kuat
daripada d-Tubokurari, dengan efek kardiovaskuler dan pelepasan histamin
yang lebih rendah.

Vecoronium sama atau sedikit lebih kuat dari Pancuronium, dengan efek
kardiovaskuler yang lebih rendah lagi.

Sedangkan Atracurium merupakan pelumpuh otot sintetik dengan masa kerja


sedang. Potensinya 3-4 kali lebih rendah daripada Pancuronium.

b. Obat penghambat secara depolarisasi persisten; succinylcholine


(suksinilkolin).

Berbeda dengan dengan penghambat kompetitif, Succinylcholine menghambat


dengan cara menimbulkan depolarisasi persisten pada lempeng akhir saraf,
karena Succinylcholine bekerja sebagai agonis ACh (Asetilkolin) tetapi tidak
segera dipecah seperti halnya dengan ACh.

Succinylcholine mempunyai perbedaan penting dengan obat pelumpuh otot


yang lain dalam kecepatan dan lama kerjanya. Dengan sifatnya ini, derajat
relaksasi otot rangka dapat diubah dalam ½ - 1 menit setelah pengubahan
kecepatan infus. Setelah penghentian infus, efek relaksasi hilang dalam 5
menit.

Semua pelumpuh otot adalah senyawa amoniumkuarterner maka tidak


menimbulkan efek sentral karena tidak dapat menembus sawar darah otak.

2. Obat pelemas otot yang bekerja sentral

Baclofen (Baklofen) dan Chlorzoxazone (Klorzoksazon)

Baclofen

Baclofen merupakan agonis reseptor GABA -ergik, tidak berefek langsung


pada sambungan saraf-otot, tetapi mengurangi transmisi monosinaptik maupun
polisinaptik di Medula Spinalis. Tempat kerjanya diduga presinaptik pada
reseptor GABA-B.
Baclofen mengatasi sebagian komponen spasitisitas spinal; spasme fleksor dan
ektensor yang involuntier terutama akibat lesi spinal.

Efektivitas pada kejang/spasme sehubungan dengan Multipel Sklerosis kira-


kira 65 %. Perbaikan tidak tuntas tetapi bermakna yaitu berkurangnya
penderitaan, lebih mandiri dalam mengurus diri, kurang terganggu tidur dan
meningkatnya kemampuan latihan fisik.

Chlorzoxazone

Chlorzoxazone efektif untuk mengurangi gejala nyeri akut otot rangka bila
diberikan bersamaan dengan istirahat, terapi fisik dan tindakan lainnya.

Chlorzoxazone diduga dapat menyebabkan gangguan fungsi hati berupa


ikterus. Gejala efek samping lainnya adalah sakit kepala, gangguan sistem
cerna dan reaksi alergi.

3. Golongan lainnya

Clostridium botulinum toxin, Tizanidine, dan Epirisone HCl

Clostridium botulinum adalah bakteri yang menghasilkan toxin botulin yang


digunakan untuk persiapan operasi botox, digunakan untuk melumpuhkan otot
tertentu sehingga menghilangkan keriput sementara. Juga digunakan untuk mengobati
rasa nyeri yang parah di wajah yang disebabkan oleh Trigeminal Neuralgia.

Eperisone bekerja dengan merelaksasi kedua otot rangka maupun otot halus vaskuler,
dan menyebabkan beberapa efek seperti mereduksi myotonia, meningkatkan sirkulasi
darah dan menekan refleks rasa sakit.

Eperisone mencegah lingkaran setan myotonia dengan mengurangi rasa sakit, iskemia
dan hipertonia pada otot rangka, juga menghilangkan kekakuan dan kejang, dan
memperbaiki gerakan otot.

Eperisone juga memperbaiki rasa pusing dan tinitus (kuping berdenging) yang
berhubungan dengan kerusakan cerebovaskuler atau cervical spondylosis.
Eperisone relatif kurang menyebabkan sedasi dibanding obat pelemas otot lainnya.
Eperisone juga memperbaiki gerakan otot yang berlebihan pada otot atas dan bawah
tanpa menghilangkan kekuatan otot.

Tizanidine adalah relaksan otot digunakan untuk membantu relaksasi pada otot
tertentu pada tubuh. Tizanidine mengobati kejang dan memperbaiki gerakan otot yang
disebabkan masalah medis seperti Multiple Sclerosis atau cedera tulang belakang.

Tizanidine adalah relaksan otot dengan aksi cepat yang bekerja dengan menghambat
sinyal saraf tertentu pada simpul di otak (Agonis alfa adrenergik).
REFERENSI

http://books.google.co.id/books?
id=n6X2h8XX6aUC&pg=PA15&dq=Agens+antimigrain&hl=id&sa=X&ei=gqNNVN-
xNqG7mAWH8ICoBA&ved=0CCYQ6AEwAA#v=onepage&q=Agens
%20antimigrain&f=false

http://medicastore.com/apotik/artikel-obat/antidepresan

http://www.apoteker.info/Topik%20Khusus/nsaid.htm

http://www.drugs.com/drug-class/anticholinergic-antiparkinson-agents.html

Latief, Said A, dkk, (2002), Buku Praktis Anestiologi, Bagian Anestiologi dan Terapi
Intensif, FKUI, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai