Anda di halaman 1dari 22

DATA EPIDEMIOLOGI

No. Catatan Medik : 658007


Nama : Ny W.M
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : 09/12/1989
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SMP
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Suku/Bangsa : Papua
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Wamena
Ruang Perawatan : Pasien Ruang Bangsal 1
Tanggal MRSJ :14 Januaro 2024
Yang Mengantar : Keluarga pasien
Pemberi Informasi : Keluarga dan Pasien
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Riwayat Psikiatrik


Alloanamnesis : Dilakukan pada tanggal 21-1-2024

1.1.1 Keluhan Utama


Alloanemnesis : Pasien mudah marah dan berteriak teriak.

1.1.2 Perjalanan Penyakit


Pada hari Minggu 14 Januari 2024 pasien masuk RSUD Wamena,
demgan luka pada di tungkai bawah kiri akibat trauma parang,
keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengalami perubahan
perilaku seperti mudah marah berbicara sendiri, kadang melamun,
pasien juga sering melihat bayangan hitam, sering mendengar suara-
suara aneh, susah tidur
Menurut keluarga pasien kejadian seperti ini sudah berlangsung
pertama kali pada tahun 2022. Pasien sering melamun, dan sering
marah marah karena tidak suka melihat suami pasien bersama istri
kedua dan istri ketiga. Suami pasien memiliki 3 istri dan pasien
merupakan istri ketiga
Pada tanggal 12 januari pasien mengaku memiliki keluhan seperti
melihat bayangan dan mendengar suara-suara aneh sehingga pasien
berbicara sendiri, dan susah tidur. Pasien juga mengatakan merasa ada
bisikan-bisikan untuk menyuruh pasien untuk membunuh suami pasien.
Pasien merasa dirinya seorang istri yang tidak diperhatikan dan tak
dinafkai dengan baik, beda dengan istri-istri yang lain, padahal pasien
merasa dia wanita yang paling cantik di negri ini.
Pasien masih dapat mengurus diri, makan, mandi, mencuci pakaian
dan lain-lain. Pasien dirawat 8 hari. Setelah dirawat pasien ini mulai
tenang, tidak berbicara sendiri dan sudah kooperatif keluarga pasien
mengaku kondisi pasien stabil, dan dapat beraktivitas lagi dengan baik.

2
Pada tanggal 22 januari 2024 pasien mulai tenang dan koperatif ,
pasien mulai menceritakan semua kejadian yang terjadi. Pasien
mengaku sakit hati sudah hampir 2 tahun ini pasien selalu di pukuli
suami dan juga pasien merasa tidak di perhatikan dan disayangi seperti
istri yang lain, dan pasien sangat merasa sangat stress.
Kira-kira setahun ini pasien mulai merasa aneh kadang melihat
bayangan dan mendengar suara-suara aneh, tepat pada tanggal 23
januari 2024 pasien dipukuli oleh suami pasien lagi , pasien merasa
sudah tak bisa sabar lagi, lalu selalu mendengarkn suara-suara aneh
terdengar suara itu menyuruh pasien untuk membunuh suami pasien,
pada tanggal 24 januari 2024 tepat di hari minggu suami pasien
ingin siap siap beribadah, tiba-tiba pasien mengambil parang dan
menebas leher dan kepala suami pasien dengan parang, setelah itu
suami pasien mengambil parang dan menebas kaki pasien dengan
parang lagi. Keduanya kemudian dilarikan ke RSUD wamena karena
berlumuran darah.

1.1.3 Riwayat Gangguan Fisik


Riwayat Epilepsi (-),Riwayat Malaria (-), kejang (-), Diabetes Melitus
(-), dan Hipertensi (-), HIV (-)

1.1.4 Riwayat Penggunaan Zat


Heteroanamnesis:
 Riwayat merokok disangkal
 Riwayat konsumsi minuman beralkohol disangkal
 Riwayat penggunaan ganja disangkal
 Kopi disangkal.

3
1.1.5 Riwayat Premorbid
A. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Selama kehamilan, ibu pasien tidak pernah mengalami penyakit
atau hal yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin. Pasien
lahir cukup bulan dalam kandungan ibu, dan lahir di Rumah Sakit
secara normal dan saat lahir bayi langsung menangis, tidak ada
kelainan fisik dan trauma pada saat lahir.
B. Masa kanak-kanak awal ( 0 sampai usia 3 tahun)
Pasien dibesarkan oleh kedua orang tua kandung dan riwayat
tumbuh kembangnya normal seperti anak-anak seusianya. Semasa
bayi, pasien mendapat ASI yang cukup dan tidak memiliki masalah
makan dan tidur. Pasien sudah dapat berbicara dan berjalan dengan
baik pada usia 1,5 tahun.
C. Masa kanak-kanak pertengahan (usia 3-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama seperti anak
seusianya. Menurut keluarga pasien, pasien mempunyai banyak
teman bermain dan bergaul baik dengan teman di sekolah maupun
dilingkungan tempat tinggalnya.
D. Masa kanak-kanak akhir (pubertas sampai remaja)
1. Hubungan dengan keluarga: pasien memiliki hubungan yang
baik dengan orang tua dan saudara-saudarinya.
2. Riwayat sekolah: pasien tidak memiliki permasalahan di sekolah
baik kepada guru maupun teman kelasnya.
3. Hubungan sosial: pasien memiliki banyak teman dan bergaul
baik dengan teman sebayanya.
4. Perkembangan motorik dan kognitif: pasien tidak memiliki
kesulitan saat belajar dari SD sampai SMP
5. Masalah fisik atau emosional: pasien memiliki fisik yang baik.
E. Masa Dewasa
1. Riwayat pendidikan
Pasien tamatan dari SMP Santo Thomas
2. Riwayat pekerjaan

4
Pasien tidak memiliki pekerjaan.
3. Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah.

4. Riwayat hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum.
5. Riwayat kehidupan keluarga
Pasien merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara. Kedua
orang tua pasien sudah meninggal. Pasien memiliki satu orang
kakak laki-laki dan satu orang kakak perempuan. Pasien juga
memiliki satu orang adik laki-laki dan satu orang adik
perempuan yang telah meninggal. Pasien tinggal bersama suami
dan kedua istri suami pasien.
Genogram

Keterangan
Perempuan :
Pasien merupakan anak ke tiga dari
Laki-laki : lima bersaudara.

Pasien :
Sakit Serupa :

6. Riwayat ekonomi
Pasien saat ini mendapatkan penghasilan dari hasil jualan
pinang di depan rumahnya.
7. Riwayat agama

5
Pasien beragama Kristen Protestan, rajin beribadah dan sering
terlibat dalam kegiatan keagamaan..
8. Riwayat Sosial
Hubungan pasien dengan warga sekitar cukup baik.
1.2 Status Psikiatri
a. Kesadaran Berubah Pasien tidak dapat membedakan
kejadian/peristiwa yang nyata dan tidak
nyata.

b. Orientasi Orang :baik Pasien mengenali keponakannya.

Tempat :baik Pasien mengatakan ini adalah Rumah Sakit


RSUD Wamena.

Waktu : baik Pasien dapat menyebutkan waktu dengan


benar

c. Penampilan Cukup bersih, Pasien perempuan, tinggi badan ± 160 cm,


menggunakan pakaian BB: 75 kg, berkulit sawo matang , memakai
sesuai usia pasien baju kaos warna abu-abu, celana pendek

d. Roman muka Appropriate Ekspresi wajah pasien sesuai dengan emosi


yang ditunjukkan

e. Perilaku Kontak : ada Pasien melihat orang yang mengajaknya


terhadap bicara. Namun pasien bicara dengan tidak
pemeriksan nyambung.

Rapport : kurang Pasien menjawab pertanyaan yang


adekuat ditanyakan. Namun tidak sesuai dengan
pertanyaan yang diberikan.

Sikap terhadap Pasien bersedia untuk diperiksa


pemeriksa : Kooperatif

f. Atensi Baik Pasien fokus pada setiap pertanyaan yang


diberikan.

6
g. Bicara Artikulasi : jelas Intonasi ucapan terdengar jelas

Kecepatan bicara : Pasien berbicara pelan.


pelan

h. Emosi Mood :labil Suasana perasaan pasien yang kadang sedih


dan senang

Afek : serasi Pada pasien dapat dilihat ekspresi emosi


sesuai dengan moodnya

i. Persepsi Ilusi : Tidak ada -

Halusinasi : Tidak ada -

Depersonalisasi: -
Tidak ada

j. Pikiran Bentuk : Logis Pasien menjelaskan siapa dirinya sesuai


dengan kenyataan secara keseluruhan.

Isi : Waham kebesaran Pasien berkeyakinan bahwa dirinya adalah


seorang wanita yang paling cantik di negri
ini

Arus : koherensia Kalimat pembicaraan pasien dapat dipahami

k. Memori & Konsentrasi :Baik Pasien menjawab sesuai dengan pertanyaan.


fungsi kognitif
Memori :Baik Pasien mengingat kejadian yang terjadi
dengan baik.

l. Tilikan Tilikan 4 Pasien menyadari bahwa penyakit


disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui
di dalam diri pasien

1.3 Status Generalis


A. Pemeriksaan Fisik

7
Keadaan umum : Tenang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 28 x/menit
Suhu : 36,5 °C

Kulit
Inspeksi : purpura (-), petekie (-), anemia (-), ikterik (-)
Palpasi : nodul (-), sklerosis (-), atrofi (-)
Kepala dan Leher
Inspeksi : normosefali
Palpasi : pembesaran KGB (-/-), peningkatan JVP (-/-)
Auskultasi : burit (-)
Mata
Inspeksi : konjungtiva anemia (-/-), sklera ikterik (-/-), merah (-), mata
berair (-), ptosis (-), pandangan kabur (-/-), pupil isokor kiri dan kanan.
Telinga
Inspeksi : serumen minimal, sekret (-/-)
Palpasi : nyeri mastoid (-/-)
Hidung
Inspeksi : epistaksis (-/-)
Palpasi : nyeri (-/-)
Mulut
Inspeksi : perdarahan gusi (-), pucat (+), sianosis (-), stomatitis (-),
leukoplakia (-)
Toraks
Inspeksi : simetris
Palpasi : fremitus vokal simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara napas vaskuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Jantung

8
Inspeksi : Ictus cordis (-)
Palpasi : Thrill (-)
Perkusi : pekak
Auskultasi : Bunyi Jantung I - II Reguler
Abdomen
Inspeksi : Supel, datar
Auskultasi : Timpani
Palpasi : Nyeri Tekan (-), Hepar / lien tidak teraba
Perkusi : Bising Usus (+)
Ekstremitas
Inspeksi : deformitas (+),varieses (-)
Palpasi : panas (-), nyeri (+), massa (-), edema (+)

Status Lokalis
Regio Cruris sinistra :Krepitasi (+), Deformitas (+), Nyeri (+), Rom
Terbatas nyeri (+),

Status Neurologis
Nervus I-XII : Dalam batas normal
Rangsang Meningeal : Tidak ada
Gejala peningkatan TIK : Tidak ada
Refleks Fisiologi : Dalam batas normal
Refleks patologi : Tidak ada
Status Lokalis
Regio Cruris
Look : Tampak luka terbuka …
Feel : Nyeri (+), Krepitasi (+), Deformitas (+), Edem (+)

B. Pemeriksaan Laboratorium
Parameter Hasil Satuan Nilai rujukan

kadar HGB 10.6 gr % 11.7- 15.5

9
Jumlah leukosit 8.46 Mmk 3.60- 11.00

Jumlah Eritrosit 3.78 Juta/mm3 3.80-5.20

Jumlah 274.000 Ribu/mm3 150.000-450.000


trombosit

Hematokrit 31.7 % 35.0-47.0

1.4 Formulasi Diagnosis


Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pasien
ditemukan adanya masalah yang muncul yang mengakibatkan perubahan
sikap, perilaku dan emosi pada pasien. Perubahan pola perilaku dan
psikologis pada pasien saat ini memenuhi kriteria diagnostik F20.0
skizofrenia paranoid berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Gangguan
Jiwa di Indonesia.

a. Diagnosis Multiaxial
 Axis I : F20.0 skizofrenia paranoid
 Axis II : Tidak ada
 Axis III : Hepatitis B
 Axis IV : Tidak ada
 Axis V : GAF 60-51

b. Diagnosis Banding
Depresi pasca-skizofrenia (F20.4)

1.5 Rencana Terapi


A. Psikofarmako
 Injeksi : Skitonate 1 ampu (IM) (Tiap 2 minggu)
 Oral : Risperidone 2x2mg (pagi,malam), Clobazam 1x10mg (malam)

10
B. Psikoterapi
1. Psikoterapi supportif
- Pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan, cara
pengobatan dan efek samping pengobatan.
- Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol.
- Membantu pasien untuk menerima kenyataan dan menghadapinya.
- Mendorong pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-
hari secara bertahap.
- Menggali kemampuan yang ada pada diri pasien agar bisa
dikembangkan.
2. Psikoedukasi
Kepada keluarga :
- Memberikan pengertian dan penjelasan kepada keluarga pasien
tentang gangguan yang dialami pasien.
- Menyarankan kepada keluarga pasien agar lebih berpartisipasi
dalam pengobatan pasien secara teratur seperti memberikan
suasana/lingkungan yang kondusif bagi penyembuhan dan
pemeliharaan pasien, mengingatkan pasien agar teratur minum
obat, serta mengantar pasien saat pasien kontrol.
1.6 Prognosis
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad fungsionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia at bonam

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana mendiagnosis kasus ini?


Kriteria Diagnosis Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia:

11
 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. “thought eco” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda; atau
“thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
“thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
b. “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar;
“delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
“delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari laur;
“delusion of perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka
sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara) atau jenis suara
halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya seetempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
 Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:

12
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai oleh ide-ide berlebihan (over-value ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau negolisme;
g. Perilaku katatonik, seperti gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme,
dan stupor;
h. Gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara jarang,
dan respons emosional menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika
 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodrimal);
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

F 20.0 Skizofrenia Paranoid:


 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
 Sebagai tambahan:
a. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol:
- Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa verbal

13
berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming),
atau bunyi tawa (laughing);
- Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol;
- Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delution of control), dipengaruhi (delution of
influence), atau passivity (delution of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah paling
khas;
b. Gangguan afektik, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relative tidak nyata/tidak menonjol

Kriteria diagnostik DSM IV-TR Skizofrenia


a) Gejala karakteristik : Dua (atau lebih) poin berikut, masing-masing
terjadi dalam porsi waktu yang signifikan selama periode satu bulan (atau
kurang bila telah berhasil diobati):
1. Waham,
2. Halusinansi,
3. Bicara kacau (cth: sering melantur atau inkoherensi),
4. Perilaku yang sangat kacau atau katatonik,
5. Gejala negatif yaitu afektif mendatar, alogia atau kehilangan minat.
Catatan: Hanya dibutuhkan satu gejala kriteria bila wahamnya bizar atau
halusinasinya terdiri atas suara yang terus menerus memberi komentar
terhadap perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang
saling bercakap-cakap.
b) Disfungsi social atau okupasional : Selama suatu porsi waktu yang
signifikan sejak awitan gangguan, terdapat satu atau lebih area fungsi
utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri
yang berada jauh di bawah tingkatan yang telah di capai sebelum awitan
(atau apabila awitan terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja,

14
kegagalan mencapai tingakat pencapaian interpersonal, akademik, atau
okupasional yang diharapkan).
c) Durasi : Tanda kontinu ganguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan.
Periode 6 bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau
kurang bila telah berhasil diobati) yang memenuhi kriteria a (yaitu gejala
fase aktif) dan dapat mencakup periode gejala prodromal atau residual.
Selama periode gejala prodromal atau residual ini, tanda gangguan dapat
bermanifestasi sebagai gejala negatif saja atau dua atau lebih gejala yang
terdaftar dalam kriteria a yang muncul dalam bentuk yag lebih lemah
(cth: keyakinan aneh, pengalaman perseptual yang tidak lazim).
d) Eksklusi gangguan mood dan skizoafektif : Gangguan skizoakfektif dan
gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan baik karena (1)
tidak ada episode depresif, manik atau campuran mayor yang terjadi
bersamaan dengan gejala fase aktif; maupun (2) jika episode mood
terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya relatif singkat
dibandingkan dengan durasi periode aktif dan residual.
e) Eksklusi kondisi medik umum atau zat : Gangguan tersebut tidak
disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth: obat yang
disalahgunakan, obat medis) atau kondisi medis umum.
f) Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif : Jika terdapat
riwayat gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya,
diagnosis tambahan skizofrenia hanya dibuat bila waham atau halusinasi
yang prominen juga terdapat selama setidaknya 1 bulan (atau kurang bila
telah berhasil diobati).
Klasifikasi perjalanan penyakit longitudinal (dapat diterapkan hanya setelah
sekurangnya 1 tahun berlalu sejak awitan awal gejala fase aktif):
 Episodik dengan gejala residual antarepisode (episode di definisikan
sebagai kemunculan kembali gejala psikotik prominen); juga rinci
apakah: dengan gejala negatif promenen
 Episodik tanpa gejala residual antar episode

15
Berkelanjutan: (gejala psikotik prominen terdapat selama seluruh
periode pengamatan); juga rinci apakah : dengan gejala negative
prominen
 Episode tunggal remisi parsial; juga rinci apakah: dengan gejala
negative prominen
 Episode tunggal remisi sempurna
 Pola lain yang tidak terdefinisikan

Tipe Paranoid
Tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria berikut:
a. Preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik
yang sering
b. Tidak ada hal berikut ini yang prominen: bicara kacau, perilaku kacau
atau katatonik, atau afek datar, atau tidak sesuai.
Berdasarkan pemeriksaan status psikiatri dapat kita lihat bahwa pasien
tampak murung, penampilan sesuai dengan usia, pasien tampak rapi,
roman muka sesuai dengan emosi, sikap pasien kooperatif, rapportnya
adeckuat, pasien berbicara dengan artikulasi yang jelas, pada
emosinya : mood labil, afek serasi dengan perubahan emosi. Isi
pikiran waham kebesaran : pasien meyakini bahwa dirinya seorang
wanita yang paling cantik di negri ini, arus pikiran koherensi: kalimat
pembicaraan pasien dapat dipahami.
Dari hasil pemeriksaan di atas menurut PPDGJ III diagnosis
Skizofrenia setidaknya terdapat 1 gejala jelas atau setidaknya terdapat
2 gejala yang kurang jelas dalam hal ini pada pasien terdapat terdapat
waham yang menetap yaitu waham kebesaran dan point d. Gejala khas
tersebut berlangsung > 1 bulan.

2.2 Bagaimana penatalaksanaan pasien dalam kasus ini?


a. Farmakologis

16
1) Risperidone
Farmakologi risperidone adalah sebagai obat antipsikotik atipikal yang
bekerja dengan cara menghambat reseptor dopamine D2 dan serotonin.
Ikatan pada reseptor serotonin lebih kuat dibandingkan dengan
dopamine, sehingga kemungkinan mengalami efek samping
ekstrapiramidal lebih kecil dibandingkan dengan antipsikotik tipikal.
Farmakodinamik
Risperidone digunakan dalam manajemen schizophrenia, terapi
adjuvan gangguan bipolar, dan gejala iritabilitas pada pasien autisme
Secara farmakodinamik, risperidone mirip dengan antipsikotik atipikal
yang lain. Risperidone menghambat reseptor dopamine D2 dan
serotonin, dengan ikatan pada reseptor serotonin yang lebih kuat
dibandingkan dengan D2. Diperkirakan afinitas pada reseptor 5HT2A
lebih tinggi 10-20 kali dibandingkan dengan afinitas pada D2. Selain
itu, risperidone juga memiliki afinitas sedang hingga rendah pada
sebagai antagonis reseptor adrenergik alfa, histamine, dan muskarinik.
Gejala psikotik dan gangguan mood diduga diakibatkan oleh
peningkatan aktivitas dopaminergik dan serotonergik di otak, yang
kemudian mengakibatkan hiperaktivasi dari jaras mesolimbik.
Hiperaktivasi ini kemudian menyebabkan gejala psikotik seperti
halusinasi dan waham. Antipsikotik generasi pertama atau antipsikotik
tipikal menargetkan gejala positif ini, namun memiliki efek samping
ekstrapiramidal dan hiperprolaktinemia sebagai akibat dari antagonis
pada D2 di jaras nigrostriatal dan tuberoinfundibular.
Risperidone sebagai antipsikotik atipikal lebih banyak bekerja pada
reseptor serotonin kortikal dan limbik, sehingga menurunkan risiko
terjadi ekstrapiramidal dan hiperprolaktinemia meskipun tidak
seluruhnya. Kerja risperidone sebagai agonis pada 5HT1A, antagonis
5HT2C dan antagonis alfa adrenergik-2 diduga memediasi efek
antidepresan pada obat ini.
Farmakokinetik

17
Profil farmakokinetik risperidone menunjukkan absorpsi yang
cepat setelah pemberiaan oral dengan bioavailabilitas 70%. Risperidone
dimetabolisme oleh enzim CYP 2D6 dan dieliminasi hampir seluruhnya
di urine.
Absorpsi
Risperidone diserap dari saluran gastrointestinal hampir
seluruhnya. Bioavailabilitas risperidone adalah 70% secara oral dengan
waktu menuju konsentrasi puncak 1-2 jam. Pada pemberian
intramuskuler jangka panjang, risperidone diserap dengan lambat dan
akan dilepaskan perlahan setelah 3 minggu dan dipertahankan selama 4-
6 minggu.

Distribusi
Volume distribusi risperidone adalah 1-2 L/kg. Risperidone dan
metabolit utamanya, hidroksirisperidone, terikat pada protein plasma
albumin dan α1 -acid glycoprotein dengan ikatan sebesar 90%. Obat ini
didistribusi secara luas dan sebagian kecil disekresikan pada air susu
ibu.
Metabolisme
Risperidone dimetabolisme secara ekstensif di hati melalui proses
hidroksilasi dengan enzim CYP 2D6, dan sebagian kecil melalui N-
dealkylation. Enzim CYP 2D6 juga berperan dalam metabolisme
banyak obat lain. Konsumsi bersamaan risperidone dengan obat yang
juga dimetabolisme oleh CYP 2D6 akan berpengaruh pada efikasi dan
farmakokinetiknya.
Eliminasi
Risperidone dan metabolitnya sebagian besar dieliminasi pada
urine dan sisanya sekitar 14% pada feses. Waktu paruh dari risperidone
diperkirakan 3 jam pada individu dengan metabolisme ekstensif dan 20

18
jam pada individu dengan metabolisme lambat. Waktu eliminasi
risperidone akan memanjang pada pasien dengan gangguan ginjal

2) Clobazam
Clobazam adalah obat golongan benzodiazepine.
Farmakologi clobazam mempunyai mekanisme farmakodinamik yang
mirip dengan benzodiazepine lainnya. Clobazam dimetabolisme di
hepar, dan setelahnya mempunyai satu metabolit aktif dan beberapa
metabolit inaktif.
Farmakodinamik
Perbedaan lokasi atom nitrogen pada cincin diazepine
menyebabkan clobazam bersifat sebagai agonis parsial reseptor GABA-
A, tidak seperti benzodiazepine lain yang bersifat agonis penuh.
Afinitas clobazam terhadap subunit alpha1-beta2g2 dari reseptor
GABA-A juga lebih rendah, sehingga efek sedatifnya menjadi lebih
minimal.
Clobazam menunjukkan efek agonis selektif terhadap subunit
alpha2-beta3g2 dari reseptor GABA-A, memberikan properti
antiansietas dan antikonvulsan yang lebih baik. Karena afinitasnya
terhadap sub unit alpha2, clobazam relatif aman untuk terapi kejang
jangka panjang. Selain itu, afinitasnya terhadap sub unit alpha5 lebih
rendah, mengurangi dampak samping terhadap kognisi. Baik clobazam
maupun metabolitnya (N-desmethylclobazam) memiliki mekanisme
kerja yang serupa.
Pada penggunaan jangka panjang, clobazam menunjukkan laju
retensi yang tinggi, menandakan potensi terjadinya toleransi dosis yang
lebih rendah, yang berbeda dari benzodiazepine lain seperti diazepam.
Menurut penelitian, hanya 12% dari pasien yang menerima clobazam
untuk indikasi kejang mengalami toleransi setelah menjalani terapi
selama 2 tahun.
Farmakokinetik

19
Profil farmakokinetik clobazam menunjukkan bahwa obat ini
diabsorpsi dengan baik per oral, terikat protein plasma, dimetabolisme
ekstensif di hepar, dan dieksresikan sebagian besar lewat urin.
Absorpsi
Clobazam diabsorpsi dengan baik lewat pemberian oral. Obat ini
diabsorpsi dengan cepat dengan bioavailabilitas sebesar 87% dan waktu
untuk mencapai konsentrasi maksimum (T-max) adalah 30 menit
sampai 4 jam. Laju absorpsi clobazam tidak dipengaruhi oleh umur atau
jenis kelamin.

Distribusi
Setelah diabsorpsi, clobazam dengan cepat didistribusikan ke seluruh
tubuh. Baik clobazam maupun metabolitnya mempunyai ikatan dengan
protein plasma sebesar 80–90%. Hanya obat yang tidak terikat protein
yang bisa menembus sawar darah otak. Volume distribusi clobazam
meningkat seiring usia dan secara konsisten lebih tinggi pada
perempuan.
3) Sikzonoate
Sikzonoate adalah merek dari obat injeksi yang mengandung bahan
aktif fluphenazine. Bahan aktif ini termasuk ke dalam golongan obat
phenothiazines, yaitu obat-obatan antipsikotik yang bekerja dengan cara
mempengaruhi keseimbangan zat kimia alami (neurotransmitter) di
dalam otak.
Obat ini digunakan untuk mengatasi gangguan psikotik seperti
skizofrenia. Obat ini juga bisa mengatasi kondisi seperti halusinasi,
delusi, atau sikap yang kurang wajar yang biasanya dimiliki oleh
penderita skizofrenia.
Secara farmakologi, fluphenazine bekerja sebagai antipsikosis
dengan memblokade reseptor dopamin D2 di jaras mesolimbik. Hal ini

20
menyebabkan penurunan gejala positif pada pasien skizofrenia. Seperti
antipsikosis tipikal lainnya, fluphenazine bersifat larut dalam lemak dan
sebagian besar akan berikatan dengan protein dalam darah.

Farmakodinamik
Fluphenazine adalah antipsikosis tipikal yang bekerja dengan
memblokade (antagonis) reseptor dopamin D2 di empat jaras dopamin
utama di otak. Blokade reseptor dopamin D2 pada jaras mesolimbik
merupakan mekanisme yang menyebabkan penurunan gejala-gejala
positif pada pasien psikosis, contohnya halusinasi dan delusi.

b. Psikoterapi:
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya dan memahami
cara menghadapinya serta memotivasi pasien agar tetap minum obat
secara teratur
c. Sosioterapi:
Memberi penjelasan kepada keluarga dan orang-orang terdekat pasien
tentang keadaan pasien dan menciptakan lingkungan yang kondusif.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan – Sadock Sinopsis Psikiatri. Jilid 1.
Jakarta. Binarupa Aksara. 2010. Hal. 689 – 712 ; 728, 743.
2. Maslim R.. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ – III. Jakarta. PT. Nuh Jaya. 2003.
1.6.1 Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropika.
Edisi ketiga. Jakarta: PT. Nuh Jaya.
3. McNeil SE, Gibbons JR, Cogburn M. Risperidone - StatPearls - NCBI
Bookshelf. 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459313/
4. Huddart R, Leeder JS, Altman RB, Klein TE. PharmGKB summary: clobazam
pathway, pharmacokinetics. Pharmacogenet. Genomics 2018;28:110–5.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29517622/
5. Medscape. Fluphenazine (Rx). 2020
https://reference.medscape.com/drug/fluphenazine-342973

22

Anda mungkin juga menyukai