Anda di halaman 1dari 18

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Tn. EI
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Perkawinan : Kawin
Suku / Bangsa : Palembang, Indonesia
Pendidikan : SD (Lulus)
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Alamat : Tangga Buntung, Palembang
Datang ke RS : Kamis, 15 November 2018, Pukul 16.30 WIB
Cara ke RS : Diantar keluarga dan dinas sosial menggunakan
mobil
Tempat Pemeriksaan : Instalasi Gawat Darurat RS. dr. Ernaldi Bahar
Palembang

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Riwayat psikiatri diperoleh dari:
1. Autoanamnesis dengan pasien pada Kamis, 15 November 2018.
2. Alloanamnesis dengan adik kandung pasien, laki-laki berusia 35 tahun,
pada Kamis, 15 November 2018.

A. Sebab Utama
Menggamuk dan ingin membunuh ibu kandungnya semalam (sudah
dicekik).

B. Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien dibawa ke unit gawat darurat RS dr. Ernaldi Bahar
dikarenakan melakukan percobaan pembunuhan untuk yang kedua

1
kalinya terhadap ibu kandungnya sejak 19 jam SMRS dengan cara
mencekik, namun tindakan pasien digagalkan oleh adik kandungnya.
Keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien mengamuk dan
menghancurkan barang-barang dirumah seperti ricecooker, beras dan
kompor. Barang-barang tersebut dianggap sudah tidak berguna lagi
dan sebaiknya dibuang. Selain itu pasien juga menyulut api di depan
rumah dalam keadaan tidak menggunakan pakaian. Pasien juga
mengatakan bahwa dirinya adalah Syekh Siti Jenang.
Sejak satu bulan yang lalu, keluarga pasien mengatakan bahwa
pasien sering mengamuk, menghancurkan barang-barang dirumah
dan meresahkan warga sekitar. Pasien sering memecahkan kaca
rumah orang lain, merusak pagar rumah dan menggores mobil orang
lain menggunakan batu tanpa sebab yang jelas. Pasien juga sempat
melakukan usaha pembunuhan yang pertama terhadap ibu
kandungnya dengan menggunakan senjata tajam berupa pisau namun
berhasil digagalkan oleh adik kandungnya, pada saat ditanya
mengenai alasan kenapa pasien melakukan hal tersebut, pasien
mengatakan bahwa ibunya telah membuat dirinya tersinggung dengan
cara tidak menguburkan temuninya (tali pusar). Pasien sering melepas
pakaian di dalam rumah bahkan ketika sedang solat dan duduk di luar
rumah. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sulit tidur dan
hanya tidur pada waktu subuh, setelah itu terbangun pada pagi hari
lalu keluar rumah dalam keadaan tidak menggunakan pakaian
sehingga meresahkan warga sekitar. Pasien mengaku tidak pernah
melihat bayangan-bayangan, namun pasien mengatakan bahwa ia
mendengar bisikan-bisikan tanpa adanya sumber berupa suara laki-
laki yang mengajak pasien mengobrol dan menyuruhnya untuk tidak
menggunakan pakaian. Bisikan tersebut juga di yakini pasien adalah
utusan ustadz tempat ia menuntut ilmu agama di Bangka. Pasien juga
masih ingat dengan identitas dan orang-orang disekitarnya. Makan
dan minum pasien atas kemauannya sendiri, mandi 2x sehari dan
jarang beribadah.

2
Sejak satu tahun yang lalu, keluarga pasien mengatakan bahwa
keluhan timbul sejak pasien pulang dari Bangka. Pasien pergi ke
bangka untuk berkerja dan ikut mendalami sebuah agama. Sejak saat
itu pasien sering berbicara sendiri, dan berkata bahwa dirinya adalah
seorang raja dan sudah pergi ke luar negeri (Makkah). Pasien juga
suka berbicara sendiri, mudah marah dan mudah tersinggung. Pasien
sudah berhenti berkerja.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA


A. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
Pasien baru pertama kali datang berobat ke RS dr. Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan.

B. Riwayat Kondisi Medis Umum


1. Riwayat hipertensi = tidak ada
2. Riwayat diabetes mellitus = tidak ada
3. Riwayat trauma kapitis = tidak ada
4. Riwayat asma = tidak ada
5. Riwayat kejang = tidak ada
6. Riwayat alergi = tidak ada
7. Riwayat merokok = ada
8. Riwayat alkohol = tidak ada
9. Riwayat NAPZA = tidak ada

C. Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol maupun obat-obatan
terlarang.

D. Timeline Perjalanan Penyakit Pasien


Terlampir.

3
IV. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
A. Riwayat Premorbid
1. Prenatal dan perinatal
Pasien lahir dengan kondisi normal, spontan dan ditolong oleh
bidan. Tumbuh kembang pasien baik. Pasien tidak pernah
mengalami kejang.
2. Masa kanak awal (usia 1-3 tahun)
Pasien banyak teman namun pendiam, pertumbuhan dan
perkembangan sama dengan teman sebayanya.
3. Masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)
Pasien bersekolah sampai tamat sekolah dasar. Pasien beraktifitas
seperti anak lainnya. Pasien termasuk orang yang pendiam dan
tidak punya banyak teman.
4. Riwayat masa kanak akhir dan remaja (usia 12-18 tahun)
Pasien adalah orang yang pendiam dan tidak punya banyak teman.
5. Dewasa
Keluhan sekarang.

B. Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien tinggal bersama ibu, istri dan kedua anaknya.

C. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan gejala penyakit yang sama disangkal.

Keterangan :
: Pasien bernama Tn. EI usia 45 tahun

4
D. Riwayat pendidikan
Pasien tamat sekolah hingga Sekolah Dasar (SD).

E. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai buruh bangunan, namun sejak pasien
mengalami perubahan perilaku pasien diminta untuk pulang ke daerah
asal dan tidak berkerja lagi.

F. Riwayat pernikahan
Pasien menikah dan memiliki dua orang anak.

G. Agama
Pasien beragama Islam.

H. Riwayat sosial ekonomi


Penderita memiliki kemampuan ekonomi kelas menengah kebawah.

I. Riwayat pelanggaran hukum


Pasien tidak pernah melakukan tindakan pelanggaran hukum maupun
berurusan dengan pihak yang berwajib.

V. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 45 tahun, pada saat
wawancara pasien menggunakan baju kaos berwarna biru tua,
celana dasar hitam dan memakai sandal. Ekspresi wajah terlihat
marah. Penampilan sesuai usia yang dikatakan. Perawatan diri
baik.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien tampak tenang.
3. Sikap terhadap pemeriksa

5
Kontak mata (+), tidak adekuat, pasien berbicara sambil melirik
tempat lain.

B. Mood dan Afek


1. Mood : disforik
2. Afek : labil
3. Keserasian : serasi

C. Pembicaraan
Koheren, pasien menjawab dengan kata-kata yang dapat dipahami.

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi dan ilusi :
 Halusinasi auditorik (+) ada  pasien mendengar suara laki-
laki yang mengajaknya mengobrol serta menyuruhnya untuk
membuka pakaian.
 Ilusi tidak ada.

E. Pikiran
1. Proses dan bentuk pikiran :
 Kontinuitas : Kontinu
 Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran
 Preokupasi : (-)
 Gangguan pikiran : Waham kebesaran (+)

F. Kesadaran dan Kognisi


1. Tingkat kesadaran dan kesigapan : Compos mentis
2. Orientasi
 Waktu : Baik
 Tempat : Baik
 Orang : Baik

6
3. Daya ingat
 Daya ingat jangka panjang : Baik
 Daya ingat jangka segera : Baik
 Daya ingat jangka pendek : Baik
 Daya ingat segera : Baik
4. Konsentrasi dan perhatian
 Memperhatikan : Baik
 Memusatkan : Baik
 Mengalihkan : Baik
5. Kemampuan membaca dan menulis : Pasien dapat membaca
6. Kemampuan visuospasial : Pasien masih dapat
menjelaskan perjalanan dari
rumah ke RS. Ernaldi Bahar
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik, pasien bisa makan
dan minum sendiri.

G. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien terganggu.

H. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : Terganggu
2. Uji daya nilai : Terganggu
3. Penilaian realita : RTA terganggu
4. Tilikan : Derajat 1, pasien tidak menyadari bahwa
dirinya sakit dan menyangkalnya.

I. Taraf Dapat Dipercaya


Penjelasan yang diberikan pasien tidak sepenuhnya dapat dipercaya.

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


Pemeriksaan dilakukan pada hari Kamis, 15 November 2018.

7
A. Status Internus
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Tanda vital : TD : 140/80 mmHg
N : 93 x/menit
RR : 18 x/menit
Temp : 37,50C
3. Kepala : Normocephali, conjuntiva palpebra anemis (-),
sklera ikterik (-), mulut kering (-), mata cekung(-)
4. Thorax :
Jantung : BJ 1 dan II normal, Gallop (-), Murmur (-)
Paru : Vesikuler normal (+), Wheezing (-), Rhonki (-)
5. Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan epigastrium (-), turgor
kembali lambat, BU (+) normal, Pembesaran
hepar dan lien (-)
6. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)

B. Status Neurologikus
1. GCS: 15
E : membuka mata spontan (4)
V : berbicara spontan (5)
M : gerakan sesuai perintah (6)
2. Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan
3. Fungsi motorik : kekuatan otot tonus otot

N N
N N

4. Ekstrapiramidal sindrom :
Tidak ditemukan gejala ekstrapiramidal seperti tremor (-),
bradikinesia (-) dan rigiditas (-).
5. Refleks fisiologis : Normal
6. Refleks patologis : Tidak ditemukan reflex patologis.

8
VII. IKHTISAR PENEMUAAN BERMAKNA
1. Pasien datang ke IGD RS. dr. Ernaldi Bahar bersama adik laki-laki dan
petugas dinas sosial pada tanggal 15 November 2018. Pasien dibawa ke
IGD karena pasien mencoba untuk membunuh ibu kandungnya dan
mengamuk dan merusak barang-barang yang ada dirumah.
2. Pasien tidak memiliki masalah pada kesadaran, daya ingat, fungsi
kognitif dan orientasi. Memori jangka panjang, pendek, dan segera
pasien baik, pengetahuan umum pasien baik.
3. Mood disforik dan afek labil.
4. Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan NAPZA.
5. Pasien mengalami waham kebesaran dan halusinasi auditori.
6. Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa.
7. Pasien mengalami gangguan tidur selama pasien mengalami keluhan
ini.
8. Pasien lahir dengan kondisi normal, spontan dan ditolong oleh bidan.
Tumbuh kembang pasien baik. Pasien tidak pernah mengalami kejang.
9. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit fisik.
10. Pasien memiliki istri dan dua orang anak. Pasien tinggal bersama ibu
kandungnya, istri dan kedua anaknya. Keluarga pasien saat ini
mendukung kesembuhan pasien.
11. Pasien masih dapat melakukan perawatan diri secara mandiri dan tidak
perlu bantuan orang lain.

VIII. FORMULASI DIAGNOSTIK


Aksis I :
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik ditemukan adanya
gangguan dalam menilai realita berupa adanya halusinasi, yang termasuk
dalam gejala psikotik. Namun, pada pasien ini tidak ditemukan kelainan
yang menyebabkan disfungsi otak. Dari anamnesis didapatkan trauma
capitis tidak ada, dan riwayat kejang tidak ada. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan tingkat kesadaran, daya ingat, konsentrasi, dan orientasi yag

9
masih baik. Sehingga diagnosis Gangguan Mental Organik (F.00-F.09)
dapat disingkirkan.
Dari anamnesis diketahui bahwa saat ini pasien merokok, tidak
mengkonsumsi alkohol, dan tidak menggunakan zat-zat terlarang atau
NAPZA. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pasien ini bukan pasien
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Zat Psikoaktif atau Alkohol
(F.10-F.19).
Dengan adanya gejala psikotik, dan kelainan tidak disebabkan oleh
etiologi organik maupun zat psikoaktif, maka pasien ini dapat digolongkan
ke dalam gangguan blok F. 20.
Halusinasi auditorik serta waham kebesaran yang dialami pasien
sudah terjadi sejak ± 1 tahun yang lalu, dan terdapat disfungsi sosial
sehingga sudah dapat memenuhi beberapa kriteria F.20 Skizofrenia.
Pada pasien terdapat halusinasi auditorik yang menonjol, dan disertai
waham kebesaran yang juga menonjol. Tidak terpenuhinya kriteria
skizofrenia katatonik dan tidak adanya gangguan pada afek dan gejala
disorganisasi, sehingga pasien dapat didiagnosis dengan F.20.0 Skizofrenia
Paranoid.
Gejala yang dialami pasien saat ini dialami untuk pertama kalinya.
F20.0 Skizofrenia Paranoid.

Aksis II
Pada pasien memiliki beberapa ciri dimana pasien memiliki
kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan
pengalaman dengan menyalah-artikan tindakan orang lain yang netral atau
bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan, perasaan
permusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi
yang ada (actual situation) dan kepekaan yang berlebihan terhadap dan
penolakan. Pada diagnosis aksis II didapatkan gangguan kepribadian
paranoid.

Aksis III

10
Pada diagnosis multiaksial aksis III tidak didapatkan diagnosis. Maka
pada aksis III yaitu tidak ada (none).

Aksis IV
Pada pasien untuk aksis IV yaitu psikososial dan lingkungan lain.

Aksis V
Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF)
Scale 1 Tahun Terakhir yaitu 70-61: beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
Sedangkan Global Assessment of Functioning (GAF) Scale Saat Ini
yaitu 20-11: bahaya mencederai diri sendiri/orang lain, disabilitas sangat
berat dalam komunikasi dan mengurus diri.
Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF)
yaitu 20-11, bahaya mencederai diri sendiri/orang lain, disabilitas sangat
berat dalam komunikasi dan mengurus diri.
.
IX. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Ciri kepribadian paranoid
Aksis III : Tidak ada (none)
Aksis IV : Psikososial dan lingkungan lain
Aksis V : GAF Scale 20-11

X. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Tidak ditemukan faktor genetik gangguan kejiwaan.

B. Psikologik
Pasien mengalami halusinasi auditorik. Pasien juga mengalami waham
rujukan dan waham dikendalikan.

11
C. Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Pasien tinggal dengan ibu. Istri dan dua anak. Penghasilan di dapat dari
adik kandung pasien secara sukarela.

XI. PROGNOSIS
A. Quo ad vitam : bonam
B. Quo ad functionam : dubia ad bonam
C. Quo ad sanasionam : dubia ad bonam

XII. RENCANA PENATALAKSANAAN


A. Psikofarmaka
1. Risperidone 2x2 mg/hari
2. Trihexyphenidil 2 x 2 mg/ hari
B. Psikoterapi
1. Terhadap pasien
a. Psikoterapi re-edukatif, agar pasien memahami gangguan yang
dialaminya lebih lanjut, cara pengobatan dan penanganannya,
efek samping yang dapat muncul, serta pentingnya kepatuhan
dan keteraturan dalam minum obat. Diberitahukan juga cara
menghilangkan kebiasaan yang tidak baik (seperti menyakiti
orang lain) dan membiasakan hal-hal yang baik (seperti mencari
kesibukan).
b. Psikoterapi suportif, memberi dukungan berupa motivasi,
semangat, dan dorongan untuk meningkatkan rasa percaya diri
individu, perbaikan fungsi sosial, dan pencapaian kualitas hidup
yang baik.

2. Terhadap keluarga
a. Menyampaikan informasi kepada keluarga mengenai penyakit
yang dialami, penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan
pengobatan yang dapat dilakukan, sehingga keluarga dapat

12
memahami, menerima, serta membantu kondisi pasien serta
membantu pasien dalam hal ketaatan minum obat serta kontrol
secara teratur. Serta diharapkan juga keluarga dapat mengenali
gejala-gejala kekambuhan agar keluarga dapat segera
membawa pasien ke dokter untuk pasien ke dokter.
b. Memberikan pengertian kepada keluarga pasien bahwa
dukungan dari keluarga sangat penting.
c. Menjelaskan tentang kaitan stressor terhadap gangguan jiwa
yang dialami pasien, dan meminta keluarga untuk membantu
menghindari stressor tersebut.

13
BAB II
DISKUSI

Pada kondisi ini pasien laki-laki berusia 45 tahun dibawa ke IGD RS.
Ernaldi Bahar karena ingin melakukan percobaan pembunuhan terhadap ibunya.
Pasien mengalami halusinasi auditorik yaitu pasien merasa sedang berbicara
dengan seseorang, pasien juga mengalami waham kebesaran yaitu pasien merasa
dirinya adalah syeikh Siti Jenang, yang harus dihormati. Pasien juga sesekali
mengatakan bahwa ia adalah raja yang telah pergi ke luar negeri (Makkah).
Selama wawancara, pasien menjawab pertanyaan dan bersikap kurang kooperatif,
pasien kadang menjawab dan beberapa saat diam. Pada saat dilakukan
wawancara tampak adanya kontak mata, mood disforik afek labil, proses dan
bentuk pikiran asosiasi longgar.
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang menetap, bersifat kronis dan
bisa terjadi kekambuhan dengan gejala psikotik beranekaragam dan tidak khas,
seperti penurunan fungsi kognitif yang disertai halusinasi dan waham, afek datar,
disorganisasi perilaku dan memburuknya hubungan sosial. Skizofrenia memiliki
berbagai tanda dan gejala. Gejala skizofrenia dapat terjadi kapan saja. Gejala
pada pria biasanya timbul pada masa remaja akhir atau awal usia 20-an,
sedangkan pada wanita pada usia 25-35 tahun. Skizofrenia dapat mempengaruhi
cara berpikir, perasaaan dan tingkah laku. Gejala yang ditimbulkan mencakup
banyak fungsi seperti pada gangguan persepsi (halusinasi), keyakinan yang salah
(waham), penurunan dari proses berpikir dan berbicara (alogia), gangguan
aktivitas motorik (katatonia), gangguan dari pengungkapan emosi (afek tumpul),
tidak mampu merasakan kesenangan (anhedonia). Dalam menentukan diagnosis
skizofrenia paranoid, diperlukan pemenuhan terhadap kriterian diagnosis yang
disesuaikan dengan DSM IV : Berdasarkan karakteristik gejala, sekurang-
kurangnya dua atau lebih gejala terpenuhi, seperti: delusi (waham), halusinasi,
pembicaraan yang tidak terorganisasi, perilaku yang tidak terorganisasi, gejala
negative. Gejala-gejala tersebut berlangsung sekurang-kurangnya 1 bulan secara
signifikan dengan minimal mengalami gangguan yang menetap dalam periode

14
waktu 6 bulan yang terjadi tanpa pengaruh penggunaan obat-obatan tertentu Akan
tetapi, jika pasien mengalami gejala yang menunjukkan adanya delusi kacau
(bizarre) atau terdapatnya halusinasi auditorik yang berupa suara suara
mengomentari perilaku penderita, maka hanya dibutuhkan kesesuaian terhadap
sekurang-kurangnya 1 kriteria gejala tersebut (Kaplan & sadock, 2015).
Pada pasien ini juga memiliki ciri kepribadian paranoid yang merupakan
ciri kepribadian yang paling sering mengembangkan skizofrenia paranoid. Hal ini
ditunjukkan dengan sifat pasien yang tidak pernah terbuka dengan orang-orang
disekitarnya terkait permasalahan yang dialaminya.
Pada pasien ini dipilih terapi anti psikotik golongan atipikal berupa
Risperidone 2 x 2 mg. Risperidone merupakan obat anti psikotik generasi ke II
dan termasuk ke dalam kelompok benzisoxazole. Obat ini bekerja sebagai
antagonis serotonin-dopamin. Mekanisme kerja obat ini melalui interaksi antara
serotonin dan dopamine pada jalur dopamine. Hal ini yang menyebabkan efek
samping ekstrapiramidal lebih rendah dan sangat efektif untuk mengatasi
simptom negative.
Untuk pemberian dosis dimulai dengan 1mg/hari selama beberapa hari dan
jika belum ada respon dosis dapat dinaikkan menjadi 2 mg/ hari dan kemudian
dapat terus dinaikkan hingga 4-6 mg/hari namun perlu dilakukan evaluasi selama
2-3 minggu. Dosis optimal sebagai dosis terapi adalah 2-4 mg sehari. Selain
dalam bentuk tablet, risperdone juga tersedia dalam bentuk depo (long acting)
yang dapat digunakan setiap dua minggu. Obat ini disuntikkan secara IM dan
tidak menimbulkan rasa sakit di tempat penyuntikan karena ia merupakan
suspensi dengan pelarut air.
Trihexylphenidil (THP) diberikan apabila terjadi efek samping
ekstrapiramidal. Semua antagonis reseptor dopamin berkaitan dengan efek
samping ekstrapiramidal. Hal ini disebabkan karena berkurangnya aktivitas
dopamin pada ganglia basalis, yang diakibatkan karena afinitasnya terhadap
reseptor D2.
Selain menggunakan terapi psikofarmaka, pasien juga ditunjang dengan
psikoterapi. Psikoterapi suportif bertujuan agar pasien merasa aman, diterima,
dan dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalami

15
gangguan proses kognitif, gangguan dalam penilaian realita, gangguan proses
pikir, serta adanya gangguan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.
Dalam hal ini diberikan melalui edukasi terhadap pasien agar memahami
tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala, faktor penyebab, cara
perngobatan, prognosis, dan risiko kekambuhan agar pasien tetap taat minum
obat dan segara datang ke dokter bila gejala serupa muncul dikemudian hari.
Dijelaskan juga bahwa pengobatan berlangsung lama, adanya efek samping obat
dan pengaturan dosis hanya boleh diatur oleh dokter.
Hal lain yang dilakukan adalah dengan intervensi langsung dan dukungan
untuk meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial dan
pencapaian kualitas hidup yang baik sehingga memotivasi pasien agar dapat
menjalankan fungsi sosialnya dengan baik. Keluarga pasien juga diberikan terapi
keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa penyampaian informasi kepada
keluarga mengenai penyebab penyakit yang dialami pasien serta pengobatannya
sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum
obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan secara
dini.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, B.J., Sadock, V.A. 2012, Kaplan & Sadock’s Buku ajar psikiatri
klinis edisi ke 2.EGC.
2. Katzung, B.G. 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC,
Jakarta.
3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012. Buku Ajar Psikiatri.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Maslim, R. 2013. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III dan DSM-V. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK
Unika Atma Jaya.
5. Rudyanto, benhard. 2006. Skizofrenia dan diagnosis banding. Jakarta: FK
UI.

17
TABEL FOLLOW UP

Kamis, 15 S : Bisikan masih ada, mengatakan bahwa ia adalah


November 2018 utusan Syekh Siti Jenang.
Bangsal Bangau O : KU baik, mood disforik, afek labil, kooperatif,
halusinasi auditorik (+), waham kebesaran (+).
TD: 120/80 mmHg N: 82 x/menit
A: F20.0 Skizofrenia Paranoid
P: Risperisdone 2 x 2 mg/hari
Trihexyphenidil 2 x 2 mg/hari

Jumat, 16 S : Bisikan masih ada, bisikan tidak jelas. Namun


November 2018 muncul jarang-jarang.
Bangsal Bangau O : KU baik, mood eutimik, afek labil, kooperatif,
halusinasi auditorik (+), waham kebesaran (+).
TD : 120/80 mmHg N : 80 x/menit
A: F20.0 Skizofrenia Paranoid
P: Risperisdone 2 x 2 mg
Trihexyphenidil 2 x 2 mg

Sabtu, 17 S : bisikan masih ada, bisikan tidak jelas. Namun


November 2018 muncul jarang-jarang.
Bangsal Bangau O : KU baik, mood eutimik, afek labil, kooperatif,
halusinasi auditorik (+), waham kebesaran (+).
TD : 120/80 mmHg N : 75 x/menit
A: F20.0 Skizofrenia Paranoid
P: Risperisdone 2 x 2 mg
Trihexyphenidil 2 x 2 mg

18

Anda mungkin juga menyukai