PENDAHULUAN
1
2
adalah 657.490 kasus dan 496 kematian balita karena pneumonia. Sementara
kelengkapan laporan provinsi mencapai 83 % dan kab/kota 77%, angka ini
meningkat dibanding tahun sebelumnya.2
Menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2017, perkiraan presentase kasus
penemuan pneumonia pada Provinsi Sumatera Selatan sebesar 3,61%, cakupan
penemuan pneumonia pada balita di indonesia adalah 51,19%. Angka kematian
akibat pneumonia pada balita tahun 2016 sebesar 0,22% pada tahun 2017
menjadi 0,34%. Pada tahun 2017, Angka kematian akibat Pneumonia pada
kelompok bayi lebih tinggi yaitu sebesar 0,56% dibandingkan pada kelompok
anak umur 1 – 4 tahun sebesar 0,23%.Pneumonia juga selalu berada pada daftar
10 penyakit terbesar setiap tahunnya di fasilitas kesehatan. Hal ini menunjukkan
bahwa pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat utama dan berkontribusi tinggi terhadap angka kematian balita di
Indonesia.Pneumonia balita merupakan penyakit yang dapat didiagnosis dan
diobati dengan teknologi dan biaya yang murah, namun jika terlambat maka akan
menyebabkan kematian pada balita.3
Pusat Kesehatan Masyarakat yang dikenal dengan sebutan Puskesmas
adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggung jawab atas
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah
kecamatan.4Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.5
Di Puskesmas Merdeka kota Palembang, berdasarkan cakupan kegiatan
penialaian kinerja puskesmas menurut Standar Pelayanan Minimal, cakupan
balita dengan pneumonia yang ditemukan tahun 2018 adalah57.8% dari target
100%. Pencapaian Program Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) perihal
penemuan kasus pneumonia di Puskesmas Merdeka Palembang tahun 2018
belum memenuhi target.Oleh sebab itu, penulis tertarik mengangkat topik ini
sebagai tugas akhir Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Kedokteran Komunitas di Puskesmas Merdeka Palembang.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Pengertian Hipertensi
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah istilah yang berasal dari
bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). ISPA terdiri dari tiga unsur,
yaitu: infeksi, saluran pernapasan dan infeksi akut. Infeksi adalah peristiwa
masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam jaringan tubuh manusia dan
berkembangbiak sehingga menimbulkan gejala penyakit.Saluran pernapasan
adalah organ yang terdiri dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya
seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut merupakan
infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.6
2.2 Pneumonia
2.2.1 Definisi
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian
besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil
disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dll). Pada pneumonia yang
disebabkan oleh kuman, menjadi pertanyaan penting adalah penyebab dari
pneumonia (virus atau bakteri).Pneumonia seringkali dipercaya diawali oleh
infeksi virus kemudian mengalami infeksi sekunder. Secara klinis pada anak
sulit membedakan pneumonia bakterial dengan pneumonia viral.8
2.2.3 Klasifikasi
Program Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) mengkalsifikasikan
penyakit pneumonia menjadi dua golongan, yakni7:
1) Kelompok umur < 2 bulan, dibagi atas :
a. Pneumonia berat, bila batuk disertai dengan napas cepat (fast
breathing), dimana frekuensi pernapasan 60 kali/menit atau lebih, atau
adanya tarikan kuat pada dinding dada bagian bawah ke dalam yang
kuat (severe chestindrawing).
b. Non pneumonia, bila tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah dan
frekuensi pernapasan normal.
d. Jenis Kelamin
Di dalam buku pedoman P2 ISPA, disebutkan bahwa anak laki-laki
adalah faktor risiko mempengaruhi kesakitan pneumonia.Anak
perempuan mempunyai kebutuhan biologis dan pada lingkungan yang
optimal mempunyai keuntungan yang diperkirakan sebesar 0,15-1 kali
lebih diatas anak laki-laki dalam hal tingkat kematian.
e. ASI Ekslusif
Kolustrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu
buatan. Zat kekebalan pada ASI melindungi bayi dari diare, alergi dan
infeksi saluran napas terutama pneumonia. Bayi yang diberi ASI
eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan bayi yang tidak
menapatkan asupan ASI eksklusif.
f. Defisiensi Vitamin A
Pada kasus kekurangan vitamin A, fungsi kekebalan tubuh menurun
sehingga mudah terserang infeksi.Lapisan sel yang menutupi trakea dan
paru mengalami kreatinisasi sehingga mudah dimasuki oleh kuman dan
virus yang menyebabkan infeksi saluran napas terutama pneumonia.
g. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
BBLR menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental
pada masa balita. Bayi dengan BBLR mempunyai risiko kematian yang
lebih besar dibandingkan dengan bayi dengan berat lahir normal terutama
pada bulan-bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat kekebalan
kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi
terutama penumonia dan infeksi saluran pernapasan lainnya
2. Faktor Ektrinsik
Faktor ektrinsik yang dapat meningkatkan risiko kejadian dan risiko
kematian akibat pneumonia pada balita, kondisi fisik rumah yang
berhubungan dengan kejadian pneumonia antara lain adalah mengenai
kelembaban udara, ventilasi atau proses penyediaan udara segar dan
pengeluaran udara kotor secara alamiah.10
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, luas
12
penghawaan atau ventilasi yang permanen minimal 10% dari luas lantai.
Kepadatan hunian, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang
persyaratan kesehatan perumahan, luas ruang tidur minimal (panjang x
lebar) 8 meter2, dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang tidur
dalam satu ruangan tidur kecuali anak umur dibawah 5 tahun.10
Polusi udara didalam rumah juga dapat disebabkan oleh karena asap
rokok, kompor gas, alat pemanas ruangan dan juga akibat pembakaran yang
tidak sempurna dari kendaraan bermotor. Pendidikan ibu mempunyai
pengaruh besar dalam tumbuh kembang bayi dan balita, karena pada
umumnya pola asuh anak ditentukan oleh ibu.10
Tingginya mortalitas dan morbiditas pneumonia lenih disebabkan
oleh kurangnya informasi dan pemahaman yang diperoleh dari seorang ibu.
Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah sangat mempengaruhi
risiko morbiditas dan mortalitas pneumonia karean akan terlambat
memperoleh diagnosa sehingga mempengaruhi upaya pertolongan yang
dibutuhkan.10
2.2.5 Patofisiologi
Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi.Suatu reaksi
inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan
menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta
karbon dioksida.Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke
dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara.Area paru
tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema mukosa, dan
bronkospasme, menyebabkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan
mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar.Darah vena yang memasuki
paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri
jantung tanpa mengalami oksigenasi.Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi
kanan ke sisi kiri jantung.Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak
teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial.
Sindrom Pneumonia Atipikal.Pneumonia yang berkaitan dengan
mikoplasma, fungus, klamidia, demam-Q, penyakit Legionnaires’.Pneumocystis
carinii, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia atipikal.
13
Target
Target penemuan penderita pneumonia Balita adalah jumlah penderita
pneumonia Balita yang harus ditemukan/dicapai di suatu wilayah dalam 1
tahun sesuai dengan kebijakan yang berlaku setiap tahun secara nasional.
Tatalaksana
pneumonia Balita Pola tatalaksana penderita yang dipakai dalam
pelaksanaan Pengendalian ISPA untuk pengendalian pneumonia pada Balita
didasarkan pada pola tatalaksana penderita ISPA yang diterbitkan WHO
tahun 1988 yang telah mengalami adaptasi sesuai kondisi Indonesia.
Setelah penderita pneumonia Balita ditemukan dilakukan tatalaksana
sebagai berikut:
a. Pengobatan dengan menggunakan antibiotik: kotrimoksazol,
amoksisilin selama 3 hari dan obat simptomatis yang diperlukan
19
3. Ketersediaan Logistik
Meliputi ketersediaan obat, alat contohnya oxymetri, media KIE, pedoman
dan media pencatatan dan pelaporan.
4. Supervisi
Supervisi dilakukan untuk menjamin pelaksanaan pengendalian ISPA
berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan/ditetapkan dalam pedoman
baik di provinsi, kabupaten/kota, Puskesmas dan rumah sakit menggunakan
instrumen supervisi (terlampir). Supervisi dilakukan secara berjenjang
difokuskan pada propinsi, kab/kota, Puskesmas yang:
pencapaian cakupan rendah
pencapaian cakupan tinggi namun meragukan
kelengkapan dan ketepatan laporan yang kurang baik
2.4. Puskesmas
2.4.1. Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.11
2) Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal.11
3) Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya sebagian
upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.11
4) Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan,
tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka
tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan
keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing
puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.11
yang ditetapkan melalu pemanfaatan umpan balik yang diterima dan yang telah
disusun secara teratur dan baik.12
2. Prioritas Masalah
Telah disebutkan bahwa yang terpenting dalam perencanaan
adalah yang menyangkut proses perencanaan. Adapun yang
28
5. Pemecahan Masalah
Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat
dilakukan dengan kesepakatan diantara anggota tim. Bila tidak
terjadi kesepakatan dapat digunakan kriteria matriks.Untuk itu
harus dicari alternative pemecahan masalahnya.4
BAB III
PROFIL PUSKESMAS MERDEKA
30
3.2.2. Demografi
Tabel 4. Peta Demografi Puskesmas Merdeka Tahun 2018
KELURAHAN
No Deskripsi Talang Jumla
19 Ilir 22 Ilir 26 Ilir
Semut h
1 Jumlah Penduduk 2328 2166 6500 5092 16086
2 Jumlah Kepala Keluarga (KK)
a. KK Gakin 431 577 1760 776 3544
b. KK Non Gakin 320 237 1684 878 3119
3 Jumlah Ibu HAmil (Bumil) 27 32 107 97 263
4 Jumlah Ibu Bersalin (Bulin) 26 31 106 96 259
32
JUMLA JUMLA
LUAS RATA-RATA KEPADATA
H JUMLAH H
N KELURAHA WILAYA JIWA/ N
PENDUDU RUMAH
O N H R R RUMAH PENDUDUK
K TANGG
(km )2
T W TANGGA /km2
A
1 19 Ilir 35,7 13 2 2328 437 5,33 65,21
2 22 Ilir 9,0 15 5 2168 514 4,21 240,67
3 26 Ilir 31,8 35 10 6500 2373 2,74 204,40
34
Talang
4 47,0 29 9 5092 1625 3,13 108,34
Semut
JUMLAH
123,5 92 26 16086 4949 3,25 130
(KAB/KOTA)
B. Sumber Daya
Adapun sumberdaya manusia yang ada di Puskesmas Merdeka meliputi:
medis, paramedis dan non kesehatan yang masing-masing bertanggungjawab
terhadap tugas pokok atau tugas intergrasi dan fungsinya.
2) Misi Puskesmas
a. Meningkatkan kemitraan semua pihak.
b. Meningkatkan profesionalitas provider dan Pemberdayaan
masyarakat.
c. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu
prima.
d. Mengikuti standar yang telah ditetapkan.
3) Kebijakan Mutu
Puskesmas Merdeka bertekad meningkatkan kualitas pelayanan secara
berkesinambungan berdasarkan standar yang ditetapkan demi
tercapainya kepuasan masyarakat.
5) Motto Puskesmas
“Kesehatan adalah kebagiaan kami”
37
BAB IV
I Promosi Kesehatan
K4 100 100
KF1 98 99.61
KF3 96 99.22
KB aktif 78 85.68
A. TB Paru
700
600
500
400 Jumlah Balita
Jumlah Perkiraan Pneumonia
300 Balita
Jumlah yang ditemukan dan
200 ditangani
100
0
19 Ilir 22 Ilir 26 Ilir Talang RS/
Semut Sumber
lain
Perkiraan jumlah penderita Pneumonia Balita suatu Puskesmas didasarkan
pada angka insidens Pneumonia Balitadari jumlah Balitadi wilayah kerja
Puskesmas yang bersangkutan. Jika angka insidens pneumonia untuk suatu
daerah belum diketahui maka dapat digunakan angka perkiraan (nasional)
insidens pneumonia Balita di Indonesia yang dihitung 10% dari total populasi
Balita. Jumlah Balita di suatu daerah diperkirakan sebesar 10% dari jumlah total
penduduk.
Jumlah penduduk di Puskesmas Merdeka yaitu 16.086.
Rumus:
Jumlah penduduk usia balita di Puskesmas Merdeka tahun 2018
10
x 16.086 = 1.609 Balita
100
Jumlah perkiraan pneumonia pada balita di Puskesmas merdeka tahun
2018
10
x 1.609= 161 Balita
100
Masalah
Rumusan What Who When Where How
Masalah
Pemantauan batuk
pada Balita belum
maksimal
Keluarga langsung
Balita berobat di RS atau
Penemuan Wilayah
Target dengan mengobati sendiri
Kasus Setiap saat Kerja
kurang kasus Peran program
Pneumonia Puskesmas
Pneumonia pendukung belum
berjalan
Pemantauan oleh
kader posyandu
belum terlaksana
Jadi, rumusan masalah pada kasus adalah penemuan pneumonia pada Balita
oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Merdekahanya mencapai 57.8% dari target
100% pada tahun 2018.
MANUSIA METODE
Pengetahuan
orang tua masih 4 3 3 3 4 432 (IV)
kurang
4 3 4 4 4 768 (II)
Peran Kader
masih kurang
Metode:
Kurangnya 4 4 4 4 4 1024 (I)
penyuluhan
tentang
pneumonia
Penjaringan kasus 4 3 2 2 3 144 (VIII)
pneumonia masih
kurang
Sarana:
Sarana 3 3 3 4 2 216 (VI)
penyuluhan
kurang
Sarana
pemeriksaan
masih kurang 3 4 2 3 3 216 (VII)
Dana:
Dana pelatihan 3 3 3 2 2 108 (IX)
kader kurang
Dana transport
kader kurang 2 2 2 2 2 32 (XI)
Lingkungan:
Kesadaran 3 3 2 2 2 72 (X)
masyarakat masih
kurang
Sosial ekonomi
(sosek) rendah 2 2 2 1 2 16 (XII)
45
Masalah yang mempunyai total angka tertinggi dari hasil penjumlahan yang akan
menjadi prioritas masalah.Dari akar penyebab masalah diatas, yang menjadi prioritas
masalah adalah kurangnya penyuluhan tentang pneumonia.
Konsistensi
Bila kegiatan terpilih sesuai dengan strategi nasional dan rencana kerja kabupaten/kota
yang sudah ada. Makin sesuai dengan strategi/rencana kerja yang ada, maka makin
tinggi skornya.
Evidence Based
Bila kegiatan dipilih termasuk dalam rangkaian kegiatan atau intervensi yang telah
terbukti efektif (evidence based) nilainya makin tinggi dibandingkan dengan kegiatan
yang belum ada bukti.
Penerimaan
Kegiatan dapat diterima oleh semua institusi terkait termasuk masyarakat setempat.
Makin mudah diterima, maka makin tinggi skor/nilainya.
Mampu Laksana
Kegiatan yang dapat dilaksanakan berdasarkan kondisi setempat, fasilitas, sumber daya
manusia dan infrastruktur yang dibutuhkan tersedia atau bias didapat, termasuk
pembiayaan. Makin mudah disediakan, makin tinggi nilainya.
Dari tabel tersebut untuk penyelesaian masalah terpilih bagi program cakupan
penemuan kasus pneumonia melalui meningkatkan penyuluhan tentang pneumonia
yang ada di Puskesmas Merdeka Palembang adalah mengadakan pelatihan tentang cara
penyuluhan yang baik pada kader-kader dan tenaga kesehatan.
47
Rincian Perhitungan
Uraian Komponen
No Kegiatan Harga Total Sumber
Belanja Vol Satuan Jumlah
Satuan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan pencapaian cakupan-cakupan program di Puskesmas
Merdeka pada tahun 2018 yang menjadi belum mencapai target adalah
cakupan penemuan kasus pneumonia pada balita.
2. Prioritas penyebab masalah belum tercapainya target cakupan penemuan
kasus pneumonia pada balita di Puskesmas Merdeka Palembang tahun
2018 adalah kurangnya penyuluhan tentang pneumonia.
3. Prioritas kegiatan yang dipilih untuk meningkatkan penemuan dini kasus
pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas Merdeka adalah
mengadakan pelatihan tentang cara penyuluhan yang baik pada kader-
kader dan tenaga kesehatan.
4. Telah tersusunnya Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dari kegiatan
penyuluhan P2 ISPA dengan total anggaran yang dibutuhkan Rp 650.000
dan sumber dana yang dipakai adalah dana BOK.
5.2 Saran
Berdasarkankesimpulan di atas, makadapatdikemukakanbeberapa saran
sebagaiberikut:
1. Dapat dilaksanakannya Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan anggaran
yang telah disusun.
2. Dapat dilakukannya pemantauan secara berkala.
49
DAFTAR PUSTAKA