Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Tumor pada region thorakalis anterior salah satu nya berada di payudara.
Payudara adalah organ yang berperan dalam proses laktasi, sedangkan pada pria
organ ini tidak berkembang dan tidak memiliki fungsi dalam proses laktasi seperti
pada wanita. Payudara terletak antara iga ketiga dan ketujuh serta terbentang
lebarnya dari linea parasternalis sampai axillaris anterior dan mediana.
Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon.
Esterogen diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesteron
memulai perkembangan lobulus-lobulus payudara juga diferensiasi sel epitelial.
Tumor jinak pada payudara yang sering ditemukan pada masa reproduksi
yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan
setempat yang berlebihan terhadap hormon estrogen sehingga kelainan ini sering
digolongkan dalam mamary dysplasia.
Penyebab pasti dari tumor pada payudara sampai saat ini belum di ketahui
namun beberapa teori mengatakan bahwa etiologi dari tumor pada payudara
disebabkan oleh pengaruh hormone.
Manifestasi klinis tumor pada payudara umumnya yaitu terdapat benjolan
serta dapat pula disertai dengan adanya nyeri pada daerah benjolan.
RSUD Palembang BARI merupakan salah satu rumah sakit tipe B di kota
Palembang, oleh karena itu sebagai dokter muda diharapkan mampu untuk
menganamnesis serta melakukan pemeriksaan fisik pada kasus tumor yang ada di
regio thorakalis anterior.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu jaringan
kelenjar dan jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi lobus dan duktus.
Sedangkan jaringan stromal meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat1.

Gambar 2.1 Topografi Aksila

Payudara terdapat dalam fasia superfisialis dinding torak ventral yang


berkembang menonjol tegak dari subklavikula sampai dengan costae atau
intercostae kelima sampai keenam1.

2
Gambar 2.2 Mamma Potongan Sagital

Perdarahan jaringan payudara berasal dari arteri perforantes anterior yang


merupakan cabang dari arteri mammaria interna, arteri torakalis lateralis, dan
arteri interkostalis posterior. Sedangkan, sistem limfatik payudara terdiri dari
pleksus subareola dan pleksus profunda. Pleksus subareola mencakup bagian
tengah payudara, kulit, areola dan puting yang akan mengalir kearah kelenjar
getah bening pektoralis anterior dan sebagian besar ke kelenjar getah bening
aksila. Pleksus profunda mencakup daerah muskulus pektoralis menuju kelenjar
getah bening rotter, kemudian ke kelenjar getah bening subklavikula atau route of
Grouzsman, dan 25% sisanya menuju kelenjar getah bening mammaria interna2.

Gambar 2.3 Aliran Limfatik

3
Persarafan sensorik payudara oleh cabang pleksus servikalis dan cabang
saraf interkostalis kedua sampai keenam sehingga dapat menyebabkan penyebaran
rasa nyeri terutama pada punggung, skapula, lengan bagian tengah, dan leher1.

Gambar 2.4 Persarafan Mammae

2.2 Histologi
Payudara terdiri dari 15 sampai 25 lobus kelenjar tubuloalveolar yang
dipisahkan oleh jaringan ikat padat interlobaris. Setiap lobus akan bermuara ke
papila mammae melalui duktus laktiferus. Dalam lobus payudara terdapat
lobulus–lobulus yang terdiri dari duktus intralobularis yang dilapisi oleh epitel
kuboid atau kolumnar rendah dan pada bagian dasar terdapat mioepitel kontraktil.
Pada duktus intralobularis mengandung banyak pembuluh darah, venula, dan
arteriol.3

2.3 Fisiologi2
Secara fisiologi, unit fungsional terkecil jaringan payudara adalah asinus.
Sel epitel asinus memproduksi air susu dengan komposisi dari unsur protein yang
disekresi apparatus golgi bersama faktor imun IgA dan IgG, unsur lipid dalam
bentuk droplet yang diliputi sitoplasma sel. Dalam perkembangannya, kelenjar
payudara dipengaruhi oleh hormon dari berbagai kelenjar endokrin seperti
hipofisis anterior, adrenal, dan ovarium. Kelenjar hipofisis anterior memiliki
pengaruh terhadap hormonal siklik follicle stimulating hormone (FSH) dan
luteinizing hormone (LH). Sedangkan ovarium menghasilkan estrogen dan
progesteron yang merupakan hormon siklus haid. Pengaruh hormon siklus haid

4
yang paling sering menimbulkan dampak yang nyata adalah payudara terasa
tegang, membesar atau kadang disertai rasa nyeri.
Sedangkan pada masa pramenopause dan perimenopause sistem
keseimbangan hormonal siklus haid terganggu sehingga beresiko terhadap
perkembangan dan involusi siklik fisiologis, seperti jaringan parenkim atrofi
diganti jaringan stroma payudara, dapat timbul fenomena kista kecil dalam
susunan lobular atau cystic change yang merupakan proses aging.2

2.4 Patologi
Kelainan kongenital tidak diketahui dengan pasti etiologinya, tetapi segala
sesuatu yang bersifat menimbulkan kegagalan secara total maupun parsial
perkembangan somatik payudara akan berakibat kurang atau gagalnya
pembentukan komponen payudara. Kelainan kongenital dapat berupa agenesis,
hipoplasia dan hipotrofi, polythelia atau jumlah puting susu yang berlebihan,
polymastia atau terdapat lebih dari sepasang payudara, dan lain–lain.4
Kelainan payudara akibat ketidakseimbangan hormon terutama hormon
estrogen disebut hyperestrenisme. Kelainan ini akan menimbulkan penyimpangan
pertumbuhan dan komponen jaringan payudara yang disebut mammary dysplasia
pada wanita dan gynecomastia pada pria. Bila terdapat bentuk kista yang tidak
teratur baik letak maupun ukurannya dan disertai peningkatan unsur jaringan ikat
ekstralobular akan didapatkan fibrokistik payudara (Soetrisno, 2010).
Lesi jinak pada wanita terbanyak adalah fibroadenoma yang terjadi pada
rentang usia 20–55 tahun. Sedangkan lesi ganas terbanyak adalah karsinoma
duktal invasif dengan prevalensi pada umur lebih dari 45 tahun dan pada masa
menopause. Sebagian besar lesi mamma terdiri dari satu atau lebih benjolan yang
bentuk dan ukuran sangat bervariasi. Benjolan ini dapat berbatas tegas maupun
tidak, nodul tunggal atau multipel, lunak atau keras, dapat digerakkan dari
dasarnya atau tidak. Hal ini yang dapat membantu membedakan lesi jinak atau
lesi ganas pada payudara.5

2.5 Kelainan Pada Payudara


1. Ketidakseimbangan Hormon
a. Penyakit Fibrokistik

5
Kelainan ini paling sering ditemukan, bersifat jinak dan non–
neoplastik tetapi memiliki hubungan dengan meningkatnya resiko
terjadinya keganasan. Fibrokistik payudara ditandai dengan rasa nyeri dan
benjolan yang ukurannya berubah–ubah. Benjolan ini membesar sebelum
periode menstruasi serta mengeluarkan cairan puting yang tidak normal.
Pada periode menjelang menopause, sifat benjolan pada kelainan ini tidak
berbatas tegas dan kenyal seperti karet.4
Penyebab pasti dari fibrokistik payudara belum diketahui, tetapi
dipengaruhi oleh hormon estrogen. Apabila estrogen di dalam aliran darah
kadarnya memuncak sewaktu pertengahan siklus tepat sebelum ovulasi,
payudara menjadi bengkak, penuh, dan terasa berat. Gejala ini memburuk
pada awal periode menstruasi terutama pada wanita 40–45 tahun dan
menurun jelas pasca menopause. Sehingga, perubahan kistik disimpulkan
akibat ketidakseimbangan antara hiperplasia epitel, bersama dengan
dilatasi duktus dan lobulus yang terjadi pada setiap siklus menstruasi.6

2. Neoplasma Jinak
Neoplasma merupakan sel tubuh yang mengalami transformasi dan
tumbuh secara autonom, lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga
bentuk dan struktur sel ini berbeda dengan sel normal. Sifat sel tumor ini
bergantung pada besarnya penyimpangan bentuk dan fungsi, autonominya
dalam sifat pertumbuhan, dan kemampuan dalam berinfiltrasi serta
bermetastasis.7
Neoplasma dapat bersifat ganas dan jinak. Neoplasma ganas atau kanker
tumbuh secara tidak terkendali, menginfiltrasi ke jaringan sekitar sekaligus
merusaknya, dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain yang dapat disebut
sebagai metastasis. Sedangkan neoplasma jinak memiliki batas tegas dan tidak
infiltratif, tidak merusak, serta tidak bermetastasis, tetapi dapat bersifat
ekspansif, yaitu dapat terus membesar sehingga menekan jaringan
sekitarnya.10
Etiologi neoplasma belum diketahui secara pasti, tetapi bersifat
multifaktorial. Terdapat faktor endogen yaitu epigenetik dan heredofamilial,
hormonal, status imun, nullipara, aging, stress berat. Faktor endogen seperti

6
heredofamilial berkaitan erat dengan mutasi gen breast cancer 1 (BRCA 1)
pada kromosom 17q21.3 dan BRCA 2 pada kromosom 13q12–13 serta mutasi
germ-line dalam TP–53. Gen ini berperan sebagai DNA repair dan gen
supresor tetapi inaktif atau terdapat defek. Sedangkan faktor eksogen seperti
faktor konsumtif berupa defisiensi protein, vitamin A, antioksidan, dan diet
tinggi lemak. Selain itu terapi sulih hormon, trauma, perokok, dan obesitas
memiliki faktor resiko mengalami fibroadenoma.2,9
a. Fibroadenoma Mammae
Fibroadenoma mammae (FAM) merupakan tumor jinak yang paling
banyak ditemukan. Menurut penelitian di New York, FAM terdapat pada
¼ kasus karsinoma, dengan frekuensi enam kali lebih banyak dibanding
papiloma duktus. Insidensi tertinggi tumor ini terjadi pada dekade tiga
meskipun dapat timbul terutama pada usia setelah pubertas. Berdasarkan
laporan dari NSW Breast Cancer Institute (2010), FAM umumnya terjadi
pada wanita dengan usia 21–25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di
atas 50 tahun.
Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara pasti,
namun berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor risiko yang
mempengaruhi timbulnya tumor ini antara lain riwayat perkawinan yang
dihubungkan dengan status perkawinan dan usia perkawinan, paritas dan
riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian Bidgoli et al (2011)
menyatakan bahwa pasien yang tidak menikah meningkatkan risiko
kejadian FAM (OR=6.64, CI 95% 2.56–16.31) artinya penderita FAM
kemungkinan 6,64 kali adalah wanita yang tidak menikah. Selain itu, hasil
penelitian tersebut juga menyatakan bahwa menikah artinya penderita
FAM kemungkinan 2,84 kali adalah wanita yang menikah pada usia 30
kg/m2 juga menjadi faktor resiko terjadinya FAM (OR=2.45,CI 95%
1.04–3.03) artinya wanita dengan IMT >30 kg/m2 memiliki risiko 2,45
kali menderita FAM dibandingkan wanita dengan IMT normal.
Fibroadenoma berasal dari proliferasi kedua unsur lobulus, yaitu
asinus atau duktus terminalis dan jaringan fibroblastik. Terdapat dua jenis
FAM, yaitu FAM intrakanalikuler atau stroma yang tumbuh mendesak

7
kanalikulus pada sistem duktulus intralobulus dan FAM perikanalikuler
atau stroma yang tumbuh proliferatif mengitari sistem kanalikulus sistem
duktulus intralobulus.6
Sifat lesi jinak ini berupa benjolan yang mobile atau dapat digerakkan,
lobulasi tidak nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran satu sampai
dengan empat sentimeter, dan banyak ditemukan pada kuadran lateral
kanan atas payudara kiri pada penderita yang right handed. Benjolan ini
dapat bertambah besar satu sentimeter dibawah pengaruh estrogen haid
normal, kehamilan, laktasi, atau penggunaan kontrasepsi oral. Secara
makroskopik, benjolan ini berbeda morfologinya dari lesi ganas, yaitu tepi
tajam dan permukaannya putih keabuan sampai merah muda serta
homogen. Sedangkan secara mikroskopik, terdapat susunan lobules
perikanalikular yang mengandung stroma padat dan epitel proliferative.2,10
b. Papiloma Duktus
Papiloma duktus lebih jarang ditemukan dibandingkan fibroadenoma
dan lesi ini banyak ditemukan pada wanita usia pertengahan. Sekitar 80%
kasus papiloma duktus terdapat discharge serous yang sering bercampur
darah dan dapat teraba adanya benjolan. Tumor ini berasal dari epitel
duktus yang memiliki lesi soliter tumbuh didalam duktus yang besar,
sampai 40 mm dari papila. Lesi ini terlihat sebagai struktur panjang
berkelok–kelok tumbuh sepanjang duktus yang menyebabkan distensi
duktus sehingga memiliki bentuk mirip kista dan merupakan lesi
prekanker.11
c. Tumor Phyloides
Secara mikroskopik memiliki pola pertumbuhan seperti FAM tipe
intrakanalikuler dengan stroma yang sangat seluler, tumbuh cepat, dapat
disertai pembentukan radang pada kulit akibat desakan, sehingga
menimbulkan nekrosis iskemik pada kulit. Berdasarkan gejala klinik yang
ditimbulkan dan insidensi terbanyak yaitu 40 tahun yang merupakan
diagnosis banding karsinoma payudara.5

3. Neoplasma Ganas

8
Neoplasma ganas parenkim payudara terdiri atas dua golongan,
yaitu karsinoma duktal yang berasal dari sistem duktus dan karsinoma
lobular yang berasal dari asinus kelenjar payudara. Insidensi karsinoma
duktal invasif mencapai 70–80% dengan subtipe papilotubular, solid
tubular, dan skirus dengan prognosis masing–masing baik, kurang baik,
buruk. Sedangkan karsinoma lobular invasif sekitar 20% dari seluruh
keganasan payudara dan memiliki 3 jenis yaitu jenis sel kecil, jenis sel
besar, dan atypical invasive lobular carcinoma.5

4. Kista12
Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular.
Kista terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista
terlalu kecil untuk dapat diraba, dan ditemukan hanya bila jaringan
tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus berkembang akan
terbentuk makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah diraba dan
diameternya dapat mencapai 1 sampai 2 inchi.
Selama perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan
payudara menimbulkan rasa nyeri. Benjolan bulat yang dapat digerakkan
dan terutama nyeri bila disentuh, mengarah pada kista. Walaupun
penyebab kista masih belum diketahui, namun para ahli mengetahui bahwa
terdapat hubungan antara kista dengan kadar hormon. Kista muncul
seminggu atau 2 minggu sebelum periode menstruasi mulai dan akan
menghilang sesudahnya. Kista banyak terjadi pada wanita saat
premenopause, terutama bila wanita tersebut menjalani terapi sulih
hormon. Beberapa penelitian membuktikan bahwa kafein dapat
menyebabkan kista payudara walaupun hal ini masih menjadi
kontroversial di kalangan medis. Kebanyakan wanita hanya mengalami
kista payudara sebanyak satu atau dua, namun pada beberapa kasus, kista
multipel dapat terjadi. Kista biasanya dipastikan dengan mammografi dan
ultrasound (sonogram). Ultrasound sangat tepat digunakan untuk
mengidentifikasi apakah abnormalitas payudara tersebut merupakan kista
ataukah massa padat.

9
Kebanyakan kista yang simpel dapat digambarkan dengan baik,
yaitu memiliki tepi yang khas, dan sinyal ultrasound dapat dengan mudah
melewati. Walaupun begitu, beberapa kista didapatkan dengan tingkat
ekoik internal yang rendah yang menyulitkan ahli radiologi untuk
mendiagnosis sebagai kista tanpa mengeluarkan cairan. Tipe kista yang
seperti ini disebut kista kompleks. Walaupun kista kompleks tersebut
terlihat sebagai massa yang solid, namun kista tersebut bukanlah kanker.
Dalam keadaan tertentu, kista dapat menimbulkan nyeri yang hebat.
Mengeluarkan isi kista dengan aspirasi jarum halus akan mengempiskan
kista dan mengurangi ketidaknyamanan. Beberapa ahli radiologis
memasukkan udara ke daerah tersebut setelah drainase untuk
meminimalkan kemungkinan kista muncul lagi. Apabila cairan dari kista
tampak seperti darah atau terlihat mencurigakan, cairan tersebut harus
diperiksakan ke laboratorium patologi untuk dilihat di bawah mikroskop.
Cairan kista yang normal dapat berwarna kuning, coklat, hijau , hitam,
atau berwarna seperti susu.
Menurut kepustakaan dikatakan kista terjadi pada hampir 7% dari
wanita pada suatu waktu dalam kehidupan mereka. Dikatakan bahwa kista
ditemukan pada 1/3 dari wanita berusia antara 35 sampai 50 tahun. Secara
klasik, kista dialami wanita perimenopausal antara usia 45 dan 52 tahun,
walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas usia ini terutamanya
pada individu yang menggunakan terapi pengganti hormon. Menurut
beberapa studi autopsi, ditemukan bahwa hampir 20% mempunyai kista
subklinik dan kebanyakan berukuran antara 2 atau 3 cm.
Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal antara usia 45
dan 52 tahun, walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas usia ini
terutamanya pada individu yang menggunakan terapi pengganti hormon.
Kebiasaannya kista ini soliter tetapi tidak jarang ditemukan kista yang
multiple. Pada kasus yang ekstrim, keseluruhan mammae dapat dipenuhi
dengan kista.
Kista dapat memberikan rasa tidak nyaman dan nyeri. Dikatakan
bahwa terdapat hubungan antara ketidak nyamanan dan nyeri ini dengan

10
siklus menstruasi dimana perasaan tidak nyaman dan nyeri ini meningkat
sebelum menstruasi. Kista ini biasanya dapat dilihat. Karekteristiknya
adalah licin dan teraba kenyal pada palpasi. Kista ini dapat juga mobil
namun tidak seperti fibroadenoma. Gambaran klasik dari kista ini bisa
menghilang jika kista terletak pada bagian dalam mammae. Jaringan
normal dari nodular mammae yang meliputi kista bisa menyembunyikan
gambaran klasik dari lesi yakni licin semasa dipalpasi.
Diagnosis kista mammae ditegakkan melalui aspirasi sitologi.
Jumlah cairan yang diaspirasi biasanya antara 6 atau 8 ml. Cairan dari
kista bisa berbeda warnanya, mulai dari kuning pudar sampai hitam,
kadang terlihat translusen dan bisa juga kelihatan tebal dan bengkak.
Mammografi dan ultrasonografi membantu dalam penegakkan diagnosis
tetapi pemeriksaan ini tidak begitu penting bagi pasien yang simptomatik.
Massa soliter dengan dilatasi dari duktus retroareolar merupakan
gambaran yang bisa terlihat pada mammografi atau ultrasonografi
sekiranya massa yang terbentuk agak besar. Massa yang kecil tidak
memberikan gambaran khas pada mammografi dan ultrasonografi.
Gambaran kalsifikasi jarang terlihat pada penyakit ini namun bisa terjadi
pada massa yang kecil maupun besar. Pemeriksaan galaktografi
memberikan gambaran filling defect atau complete obstruction bagi aliran
retrograd dari kontras. Pada pemeriksaan MRI pula terlihat lesi berbatas
tegas dengan duktus berisi cairan. Pemeriksaan FNA tidak begitu
bermakna pada penyakit ini. Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah
eksisi massa dan diperiksa dengan teknik histopatologi konvensional.
Sebelum ini, eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae.
Namun terapi ini sudah tidak dilakukan karena simple aspiration sudah
memadai. Setelah diaspirasi, kista akan menjadi lembek dan tidak teraba
tetapi masih bisa dideteksi dengan mammografi. Walau bagaimanapun,
bukti klinis perlu bahwa tidak terdapat massa setelah dilakukan aspirasi.
Terdapat dua cardinal rules bagi menunjukkan aspirasi kista
berhasil yakni :
 (1) massa menghilang secara keseluruhan setelah diaspirasi.

11
 (2) cairan yang diaspirasi tidak mengandungi darah.
Sekiranya kondisi ini tidak terpenuhi, ultrasonografi, needle biopsy
dan eksisi direkomendasikan. Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi
pada kista. Indikasi pertama adalah sekiranya cairan aspirasi mengandungi
darah (selagi tidak disebabkan oleh trauma dari jarum), kemungkinan
terjadinya intrakistik karsinoma yang sangat jarang ditemukan. Indikasi
kedua adalah rekurensi dari kista. Hal ini bisa terjadi karena aspirasi yang
tidak adekuat dan terapi lanjut perlu diberikan sebelum dilakukan eksisi.
Apabila kista masih terus membesar, eksisi direkomendasikan.
Pasien dengan kista yang berulang sukar ditangani. Rekurensi
sering terjadi pada daerah yang berbeda dari kista yang pertama. Hampir
15% pasien mengalami rekurensi kista dalam waktu 5 sampai 10 tahun
dengan mayoritasnya mengalami satu atau dua kali rekurensi. Terdapat
sebagian kecil wanita dengan kista berulang yang regular mengunjungi
dokter setiap dua sampai tiga bulan sekali untuk drainase kista. Dahulu,
sebagian pasien dengan kondisi seperti ini diterapi dengan mastektomi
subkutan. Walaupun tidak membantu dalam penegakan diagnosis,
mammografi harus dikerjakan sebagai prosuder skrining rutin pada wanita
berusia lebih dari 35 tahun yang mempunyai kista dengan penampakan
dari kanker yang rendah. Menurut kepustakaan, terdapat bukti yang
menyatakan bahwa terjadinya peningkatan risiko terhadap kanker pada
pasien dengan kista. Oleh karena itu, pemeriksaan mammografi secara
berkala ini bisa membantu dalam deteksi awal dari kanker. Pasien dengan
kista soliter biasanya tidak memerlukan pemeriksaan mammografi regular.
Teknik yang digunakan untuk aspirasi kista mammae yang dapat
dipalpasi sama dengan teknik yang digunakan untuk pemeriksaan sitologi
FNA. Permukaan kulit dibersihkan dengan alkohol. Biasanya digunakan
jarum 21-gauge dan juga syringe 20 ml. Kista di fiksasi menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk atau jari telunjuk dan jari tengah. Syringe dipegang
oleh tangan yang lain dan kista dipalpasi sehingga sudah tidak teraba.
Volume dari cairan kista biasanya 5 ml sampai 10 ml tetapi dapat
mencapai 75 ml atau lebih. Cairan dari kista biasanya berwarna coklat,

12
kuning atau kehijauan. Sekiranya didapatkan cairan sedemikian,
pemeriksaan sitologi tidak diperlukan. Apabila ditemukan cairan kista
bercampur darah, 2 ml dari cairan diambil untuk pemeriksaan sitologi.
Apabila kista ditemukan pada ultrasound tetapi tidak bisa
dipalpasi, aspirasi dengan ultrasound-guided needle bisa dilakukan. Kulit
dibersihkan dengan alkohol. Probe ultrasound dipegang dengan satu
tangan untuk mengidentifikasi kista. Syringe dipegang dengan tangan lain
dan kista diaspirasi.

2.6 Manifestasi Klinis


1. Tumor pada mamma.
2. Jaringan mamma yang padat dan noduler.
3. Nyeri pada mamma.

2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis harus diawali dengan pencatatan identitas pasien secara
lengkap, keluhan apa yang mendasari penderita untuk datang ke dokter.
Keluhan ini dapat berupa massa di payudara yang berbatas tegas atau tidak,
benjolan dapat digerakkan dari dasar atau melekat pada jaringan di bawahnya,
adanya nyeri, cairan dari puting, adanya retraksi puting payudara, kemerahan,
ulserasi sampai dengan pembengkakan kelenjar limfe.10,13

Tabel 2.1 Kemungkinan Penyebab Patologis

13
Perlu ditanyakan pula riwayat penyakit terdahulu hingga riwayat penyakit
sekarang. Tumor mulai dirasakan sejak kapan, cepat membesar atau tidak
terasa sakit atau tidak. Anamnesis penderita kelainan payudara harus disertai
pula dengan riwayat keluarga, riwayat kehamilan maupun riwayat ginekologi.5

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pasien diminta duduk tegak atau berbaring atau kedua duanya,
kemudian perhatikan bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan,
lekukan, retraksi adanya kulit berbintik seperti kulit jeruk, ulkus dan
benjolan.13
b. Palpasi
Palpasi lebih baik dilakukan berbaring dengan bantal tipis
dipunggung sehingga payudara terbentang rata. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan sendiri oleh pasien atau oleh klinisi menggunakan telapak jari
tangan yang digerakan perlahan–lahan tanpa tekanan pada setiap kuadran
payudara. Benjolan yang tidak teraba ketika penderita berbaring kadang
lebih mudah ditemukan pada posisi duduk. Perabaan aksila pun lebih
mudah dilakukan dalam posisi duduk. Dengan memijat halus puting susu
dapat diketahui adanya pengeluaran cairan, darah, atau nanah. Cairan yang
keluar dari kedua puting susu harus dibandingkan.8

14
Tabel 2.2 Tanda Hasil Pemeriksaan
Tanda atau Gejala Dasar Patologis
Benjolan
Fibrosis, hyperplasia epitel dan kista
 Difus
pada perubahan fibrokistik
 Soliter Neoplasma atau kista soliter
 Mobile Neoplasma jinak (biasanya FAM)
 Melekat Neoplasma invasive (karsinoma)
Gambaran Kulit
Gangguan aliran limfe akibat
 Edema (peau d’orange)
karsinoma
 Berkerut atau Berlekatan Invasi kulit akibat karsinoma
Aliran darah meningkat akibat radang
 Eritema
atau tumor
Papila Mamma
 Discharge Mirip ASI atau darah
 Retraksi Terkait karsinoma invasive
Penyakit paget papilla mamma atau
 Eritemia dan bersisik
eczema
Nyeri Mamma
 Siklik Penyakit jinak mamma
 Pada Palpasi Lesi radang
Pembesaran Kelenjar Aksila Metastatis karsinoma mamma
Metastasis karsinoma mamma atau
Nyeri Tulang atau Fraktur
berhubungan dengan hiperkalsemia

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Fine Needle Aspiration Biopsy

15
Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum
berukuran 22–25 gauge melewati kulit atau secara percutaneous untuk
mengambil contoh cairan dari kista payudara atau mengambil sekelompok
sel dari massa yang solid pada payudara. Setelah dilakukan FNAB,
material sel yang diambil dari payudara akan diperiksa di bawah
mikroskop yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengecatan sampel
Sebelum dilakukan pengambilan jaringan, terlebih dulu dilakukan
pembersihan pada kulit payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan
dapat diraba maka jarum halus tersebut di masukan ke daerah benjolan.4
Hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik yang
letaknya superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam rongga
tubuh unpalpable, dengan indikasi:
a) Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan
b) Diagnosis prabedah kanker sebagai pengganti diagnosis potong beku
intraoperatif
c) Diagnosis pertama pada wanita muda yang kurang dari 30 tahun dan
wanita lanjut usia
d) Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik
e) Penderita yang menolak operasi atau anestesi
f) Nodul–nodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi
g) Kasus kanker payudara stadium lanjut yang sudah inoperabel
h) Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian.

Prosedur FNAB memiliki beberapa keuntungan antara lain FNAB


adalah metode tercepat dan termudah dibandingkan biopsi eksisi maupun
insisi payudara. Hasil dapat diperoleh dengan cepat sehingga pasien dapat
segera mendapatkan terapi selanjutnya. Keuntungan lain dari metode ini
adalah biaya pemeriksaan lebih murah, rasa cemas dan stress pasien lebih
singkat dibandingkan metode biopsy.5
Kekurangan dari metode ini hanya mengambil sangat sedikit jaringan
atau sel payudara sehingga hanya dapat menghasilkan diagnosis
berdasarkan keadaan sel. Dari kekurangan tersebut, FNAB tidak dapat

16
menilai luasnya invasi tumor dan terkadang subtipe kanker tidak dapat
diidentifikasi sehingga dapat terjadi negatif palsu.
b. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum
yang sangat halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk
mengambil jaringan. Kemudian jaringan yang diperoleh menggunakan
metode insisi maupun eksisi dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylin
dan Eosin. Metode biopsi eksisi maupun insisi ini merupakan pengambilan
jaringan yang dicurigai patologis disertai pengambilan sebagian jaringan
normal sebagai pembandingnya. Tingkat keakuratan diagnosis metode ini
hampir 100% karena pengambilan sampel jaringan cukup banyak dan
kemungkinan kesalahan diagnosis sangat kecil. Tetapi metode ini
memiliki kekurangan seperti harus melibatkan tenaga ahli anastesi, mahal,
membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama karena harus di insisi,
menimbulkan bekas berupa jaringan parut yang nantinya akan
mengganggu gambaran mammografi, serta dapat terjadi komplikasi berupa
perdarahan dan infeksi.10
c. Mammografi dan Ultrasonografi
Mammografi dan ultrasonografi berperan dalam membantu
diagnosis lesi payudara yang padat palpable maupun impalpable serta
bermanfaat untuk membedakan tumor solid, kistik dan ganas. Teknik ini
merupakan dasar untuk program skrinning sebagai alat bantu dokter untuk
mengetahui lokasi lesi dan sebagai penuntun FNAB. Menurut Muhartono
(2012), FNAB yang dipandu USG untuk mendiagnosis tumor payudara
memiliki sensitivitas tinggi yaitu 92% dan spesifisitas 96%.5

BAB III
LAPORAN KASUS

17
A. Identifikasi
Nama : Nn. Nabila binti Balia
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : Palembang, 10 November 2007
Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Mayor Zen No. 34 RT 029/007, Sei Selayur, Kalidoni,
Palembang, Sumatera Selatan
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Status : Belum Menikah
MRS : 10 Juli 2019
Ruang : Bedah 1
DPJP : Dr. Gunawan Tohir, Sp. B.
Co-Assistant : Puja Indah Geani, S. Ked.
No. RM : 57.69.56
Pembiayaan : BPJS

B. Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis pada hari Kamis, 11 Juli 2019.
Keluhan Utama
Benjolan pada payudara kanan
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke Poliklinik Bedah RSUD Palembang BARI dengan
keluhan benjolan pada payudara kiri nya sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan
pada payudara kiri terasa nyeri sejak 1 bulan yang lalu, nyeri dirasakan
menyut dan hilang timbul, tidak menjalar, nyeri lebih terasa ketika payudara
di pegang, keluhan nyeri tidak disertai dengan rasa gatal pada sekitar payudara
kiri, pasien mengatakan keluhan muncul tidak menentu. Pasien juga
mengatakan sejak 1 minggu yang lalu, pada payudara kiri nya mengeluarkan
cairan berupa nanah yang berwarna kuning dan berbau. Serta putting payudara
kiri nya tertarik ke dalam.

18
Pasien mengatakan 1 hari SMRS benjolan pada payudara kiri nya terasa
semakin nyeri. Keluhan demam disangkal, riwayat sesak nafas di sangkal.
BAB dan BAK biasa

Riwayat Penyakit Terdahulu:


Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Riwayat penyakit dengan keluhan serupa pada keluarga juga disangkal.
Riwayat diabetes mellitus, hipertensi, dan asma bronchial disangkal.

Riwayat Kebiasaan:
Riwayat sosial dan ekonomi: baik, ekonomi baik
Riwayat tempat tinggal: di daerah padat penduduk

Pengkajian Nyeri Komprehensif

1. Onset : 1 bulan yang lalu


2. Provokasi : nyeri terasa bila di tekan
3. Quality : menyut
4. Radiation/Region : tidak menjalar
5. Severity :3
6. Treatment : pasien belum pernah berobat
7. Understanding : tidak tahu

19
8. Values :2

C. Pemeriksaan Fisik ( 11 Juli 2019)


 Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis (GCS: E4, V5, M6)
BB : 75 Kg
TB : 160 cm
 Tanda Vital
Pernafasan : 20x/menit
Nadi : 80x/menit, isi dan tegangan cukup
Suhu : 36,6ºC
Tekanan Darah : 120/90 mmHg
 Keadaan Spesifik
Kepala : Normocephali, deformitas (-)
Mata : Konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik (-/-)
refleks cahaya (+/+), pupil isokor kanan kiri
Leher : pembesaran KGB (-/-), massa (-)
Axilla : pembesaran KGB (-/-)
Thorax : simetris, retraksi (-), sela iga dalam batas
normal
- Jantung : BJ I/II normal, murmur (-), gallop (-),
- Paru : Suara nafas vesikuler (+), ronkhi (-),
wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, Bising usus 5 x/menit
Genitalia Eksterna : Dalam batas normal
Ekstremitas : Akral hangat, deformitas (-), CRT <2

 Status Lokalis
Mammae
Inspeksi : Simetris, areola mamma sinistra tampak lebih gelap

20
Palpasi : teraba benjolan tepat di bawah areola sinistra, ukuran 3 cm x
3 cm, mobile, tidak berdungkul-dungkul, nyeri tekan postif.
Perkusi : Nyeri (+) pada mamma sinistra
Auskultasi : Dalam batas normal.

D. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Darah Rutin
Hb : 14.1 g/dl (N : 14-16 g/dl)
Leukosit : 9.700 uL (N : 5000-10000/mm³)
Trombosit : 295.000 uL (N : 150.000-400.000/mm³)
Waktu perdarahan : 2’ (N : 1 - 6 menit)
Waktu pembekuan : 9’ (N : 10 - 15 menit)

E. Diagnosis Banding
 Tumor Thorakalis Anterior Sinistra
 Tumor Mamma Sinistra ec Susp. Kista
 Tumor Mamma Sinistra ec FAM
 Tumor Mediastinum

F. Diagnosis Kerja
Tumor Mamma Sinistra

G. ICD 10
D21.3 Benign neoplasm of connective and other soft tissue of thorax

H. Penatalaksanaan
Non Farmakologis :

21
 Tirah baring
 Observasi tanda vital

Farmakologis :
 IVFD RL gtt XX/menit

Operatif :
Biopsi pada tanggal 1 Juli 2019

I. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam: bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

BAB IV
PEMBAHASAN

22
4.1 Pembahasan
Dari hasil anamnesis yang dilakukan pada tanggal 11 Juli 2019,
didapatkan pasien Nn. Nabila binti Balia, usia 12 tahun, beralamat di Jl. Mayor
Zen, Kalidoni datang ke Poliklinik Bedah RSUD Palembang BARI dengan
keluhan benjolan pada payudara kanan nya sejak 1 tahun yang lalu. Benjolan pada
payudara kanan terasa nyeri sejak 1 bulan yang lalu, nyeri dirasakan menyut dan
hilang timbul, tidak menjalar, nyeri lebih terasa ketika payudara di pegang,
keluhan nyeri juga disertai dengan rasa gatal pada sekitar payudara kanan, pasien
mengatakan keluhan muncul tidak menentu. Pasien juga mengatakan sejak 1
bulan yang lalu, pada payudara kanan nya mengeluarkan cairan berupa nanah
yang berwarna kuning dan berbau. Tiga minggu SMRS, pasien menggunakan
obat-obatan herbal. Setelah menggunakan obat-obatan tersebut, pasien
mengatakan nanah yang keluar semakin banyak. Keluhan demam disangkal,
riwayat sesak nafas di sangkal. BAB dan BAK biasa.
Pada pemeriksaan fisik status generalis didapatkan tekanan darah, nadi,
laju pernapasa serta suhu tubuh dalam batas norma. Sedangkan pemeriksaan fisik
status lokalis pada regio mammae yaitu simetris, tampak warna areola pada
mamma dextra lebih gelap dengan krusta di atas nya, teraba benjolan pada
mamma dextra dengan ukuran 3 cm x 2 cm, batas tegas, tidak berdungkul-
dungkul, nyeri tekan (+).
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat disimpulkan bahwa
penderita di diagnosa tumor mamma dextra ec susp. kista. Tumor mammae ialah
lesi jinak yang berasal dari dari parenkim, stroma, areola dan papilla mammae.
Tumor mamma biasa nya terjadi pada fase reproduksi awal yaitu pada usia 17
hingga 25 tahun dan pada fase reproduksi matang saat usia 25 hingga 40 tahun.
Tumor mammae dextra ec susp. kista pada kasus ditegakkan dari hasil
anamnesis, yaitu ada nya benjolan dan juga terasa nyeri. Pada tumor mammae
yang disebabkan oleh kista dapat memberikan rasa yang tidak nyaman dan nyeri.

Tatalaksana yang dilakukan pada kasus ialah biopsi eksisi. Eksisi


merupakan tatalaksana bagi kista mammae. Namun terapi ini sudah tidak

23
dilakukan karena simple aspiration sudah memadai. Setelah diaspirasi, kista akan
menjadi lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa dideteksi dengan mammografi.

BAB V

24
SIMPULAN

5.1 Simpulan
Tumor mamma ialah adanya benjolan pada payudara. Benjolan ini bisa
bersifat jinak maupun ganas. Tumor pada mamma di tandai dengan ada nya
benjolan serta biasanya disertai dengan adanya rasa nyeri.
Perlu pemeriksaan penunjang untuk menegakkan penyebab dari tumor
mamma, pemeriksaan yang dapat dilakukan ialah pemeriksaan histopatologi
untuk menentukan jenis tumor.
Tatalaksana yang dapat di lakukan ialah dengan pengangkatan tumor.

DAFTAR PUSTAKA

25
1. Haryono SJ, Sukasah C, Swantari N. Payudara. Dalam: Sjamsuhidayat R,
De jong WD. Buku ajar ilmu bedah Edisi ke-3. Jakarta: EGC. 2011.
2. Soetrisno E. Payudara. Dalam: Nasar IM, Himawan S, Marwoto W. Buku
Ajar Patologi II Edisi ke-1. Jakarta: Sagung Seto. 2010
3. Eroshenko. Atlas Histologi Difiore Edisi ke-11. Jakarta: EGC. 2008.
4. Fadjari, H. Pendekatan diagnosis benjolan di payudara. CDK, 39(4). 2012.
5. Underwood JCE, Cross SS. Patologi umum dan sistemik. Edisi ke–2.
Jakarta: EGC. 2010.
6. Nasar IM, Himawan S, Marwoto W. Buku ajar patologi II. Edisi ke–1.
Jakarta: Sagung Seto. 2010.
7. Price S, Wilson P, Patofisiologi konsep klinis proses–proses penyakit.
Edisi ke–6. Jakarta: EGC. 2006.
8. De Jong WD, Sjamsuhidajat R. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke–2. Jakarta:
EGC. 2005.
9. Greenberg RA, Recognition of DNA double strand breaks by the BRCA1
tumor suppressor network. Chromosoma, 117(4). 2008.
10. Sabiston, David C. Buku ajar bedah. Jakarta: EGC. 2011.
11. Grace PA, Borley, Neil R. Tumor jinak. Dalam: Safitri, Armalia. At
Glance Ilmu Bedah. Edisi Ke–3. Jakarta: Erlangga. 2006.
12. Vaidya, M.P, and Shukla, H.S. A textbook of Breast Cancer. Vikas
Publishing House PVT LTD.

13. Britto AJ. Benjolan Pada Payudara. Dalam: Jaya DA. Kisi–kisi menembus
masalah bedah. Jakarta: EGC. 2005.

26

Anda mungkin juga menyukai