Anda di halaman 1dari 57

1

PENDAHULUAN
Sekarang ini, tumor jinak payudara sering di anggap kurang penting, sejauh ini lebih fokus
kepada kanker payudara. Pasien-pasien tumor jinak jarang menerima perhatian khusus dari
dokter. Tumor jinak payudara menderita dari kerugian besar dari terminologi yang
membingungkan, kalsifikasi yang inadekuat, dan korelasi yang tidak berhubungan antara klinis,
radiologis, dan patologis nya.
4
Sebagian besar dari lesi yang terjadi di payudara itu jinak. Banyak perhatian diberikan kepada
lesi ganas payudara karena kanker payudara adalah keganasan yang paling umum pada wanita di
negara-negara Barat, namun lesi jinak payudara jauh lebih sering daripada yang ganas. Dengan
menggunakan mamografi, USG, dan pencitraan resonansi magnetik payudara dan penggunaan
ekstensif biopsi jarum, diagnosis penyakit payudara jinak dapat dilakukan tanpa operasi di
sebagian besar pasien. Karena sebagian besar lesi jinak tidak berhubungan dengan peningkatan
risiko untuk selanjutnya kanker payudara , prosedur bedah yang tidak perlu harus dihindari. Hal
ini penting bagi patolog, ahli radiologi, dan ahli onkologi untuk mengenali lesi jinak, baik untuk
membedakan mereka dari in situ dan invasif kanker payudara dan untuk menilai pasien berisiko
mengembangkan kanker payudara , sehingga perlakuan modalitas yang tepat paling untuk setiap
kasus dapat dibangun .
2
Istilah "penyakit payudara jinak" mencakup kelompok heterogen lesi yang mungkin menyajikan
berbagai gejala atau mungkin dideteksi sebagai temuan insidentil mikroskopis. Insiden lesi jinak
payudara mulai meningkat selama dekade kedua kehidupan dan puncak di keempat dan kelima
dekade, sebagai lawan dari penyakit ganas, yang kejadian terus meningkat setelah menopause ,
meskipun pada kecepatan kurang cepat.
2
Patologi anatomi atau kelainan anatomi payudara yang paling sering terjadi disebabkan oleh
tumor. Tumor terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak memiliki karakter sel yang
sangat mirip dengan jaringan asalnya dan relatif tidak berbahaya karena umumnya tumor jinak
tetap dilokalisasi, tidak dapat menyebar ke tempat lain, dan mudah untuk dilakukan
pengangkatan tumor dengan pembedahan lokal. Tumor dikatakan ganas apabila dapat menembus
dan menghancurkan struktur yang berdekatan dan menyebar ke tempat yang jauh (metastasis)
2

dan umumnya dapat menyebabkan kematian. Sifat ini sesuai dengan penamaannya kanker yang
berasal dari bahasa Latin yang berarti kepiting, melekat pada setiap bagian dan mencengkeram
dengan erat seperti seekor kepiting.
4

Tumor jinak memiliki berbagai bentuk, antara lain :
3
Kelainan fibrokistik
Terdiri dari bentukan kista (kantung) yang bisa dalam jumlah banyak dan pembentukan
jaringan ikat. Keluhan yang paling sering adalah nyeri.

Fibroadenoma
Tumor jinak yang banyak terdapat pada wanita muda. Fibroadenoma teraba sebagai
tumor benjolan bulat dengan permukaan yang licin dan konsistensi padat kenyal. Tumor
ini tidak melekat ke jaringan sekitarnya dan amat mudah digerakkan. Benjolan ini
biasanya tidak nyeri, bisa tumbuh banyak (multipel). Pertumbuhan tumor bisa cepat
sekali selama kehamilan dan menyusui atau menjelang menopause saat rangsangan
estrogen tinggi tapi setelah menopause tumor jenis ini tidak ditemukan lagi.

Tumor filoides
Tumor jinak yang bersifat menyusup secara lokal dan seperti tumor ganas. Tumor ini
biasanya terjadi pada umur 35-40 tahun. Kulit diatas tumor mengkilap, regang, tipis,
merah dengan pembuluh-pembuluh darah balik (vena) yang melebar dan panas.
Meskipun mirip dengan kanker, tumor ini tidak mengalami penyebaran (metastasis)
hanya merusak jaringan lokal. Tumor ini pertumbuhannya cepat dan sering timbul
kematian sel (nekrosis) dan radang pada kulit dan kambuhan.

Papiloma intraduktus
Tumor jinak dari saluran air susu (duktus laktiferus) dan 75% tumbuh di bawah areola
payudara. Gejalanya berupa keluarnya cairan berdarah dari puting susu.



3

Adenosis sklerosis
Secara klinis, tumor ini teraba seperti kelainan fibrokistik tetapi secara histopatologi
tampak proliferasi jinak.

Mastitis sel plasma
Tumor ini merupakan radang subakut yang didapat pada sistem saluran di bawah areola
payudara. Gambarannya sulit dibedakan dengan tumor ganas yaitu berkonsistensi keras,
bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu akibat pembentukan jaringan
ikat (fibrosis) sekitar saluran dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening ketiak.

Nekrosis lemak
Biasanya disebabkan oleh cedera berupa massa keras yang sering agak nyeri tetapi tidak
membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya biasanya tidak rata. Secara klinis,
sukar dibedakan dengan tumor ganas.

Kelainan lain
Tumor jinak lemak (Lipoma), tumor jinak otot polos (leimioma), dan kista sebasea
(kelenjar minyak) merupakan tumor yang mungkin terdapat di payudara tetapi tidak
bersangkutan dengan jaringan kelenjar payudara.









4

EMBRIOLOGI DAN ANATOMI

Embriologi

Pada minggu ke-5 atau ke-6 perkembangan fetus dalam rahim, terdapat dua garis ventral dari
penebalan ektodermal (garis susu / milk lines , mammary ridges) yang terlihat jelas pada embrio.
Pada sebagian besar mamalia, sepasang payudara berkembang disekitar garis ini, dimana
terbentang dari bilateral dari forelimb (axilla) ke daerah hindlimb (area inguinal). Garis ini
belum menonjol pada embrio manusia dan menghilang dalam waktu yang singkat, kecuali
sebagian kecil yang bertahan pada regio pektoralis. Payudara tambahan (polymastia) dan putting
susu tambahan (polythelia) dapat terjadi pada sepanjang garis susu apabila terjadi kegagalan
regresi.1

Masing-masing payudara berkembang saat ektoderm mulai membentuk cikal bakal jaringan
utama dari mesenkim. Cikal bakal pokok ini yang nantinya akan memulai perkembangan dari 15
sampai 20 calon jaringan sekunder. Tali-tali epithelial berkembang dari calon jaringan sekunder
dan meluas sampai disekeliling jaringan mesenkim. Duktus mayor (duktus laktiferus) mulai
berkembang, dimana ia membuka menjadi saluran dangkal mamaria.
1

Selama masa pertumbuhan, terjadi proses proliferasi dari jaringan mesenkim yang mengubah
saluran mamaria menjadi putting susu. Apabila terjadi kegagalan dalam peninggian saluran
sampai diatas lapisan kulit, maka dapat terjadi inverse puting susu. Kelainan congenital ini dapat
terjadi pada 4 % bayi. Saat lahir, tunas putting susu mempunyai cekungan sentral yang sesuai
dengan area yang dipenetrasi oleh lumen duktulus susu primer. Segera setelah lahir, penetrasi
tunas putting susu lengkap ia bereversi dan lebih diinvasi oleh sel basaloid yang menjadi
dipigmentasi gelap untuk membentuk areola.
3

Ketika lahir, payudara pada bayi laki-laki dan perempuan semua sama, yang membedakan
hanyalah ada atau tidaknya duktus mayor (dutus laktiferus). Pembesaran payudara mungkin
dapat terjadi dan terlihat dengan jelas, juga disertai dengan keluarnya secret berupa produksi air
susu. Kejadian seperti ini terjadi sebagai respon dari hormone-hormon maternal yang melewati
plasenta.
3
5


Payudara pada wanita tidak mengalami perkembangan sampai masa pubertas, dimana pada saat
pubertas payudara mulai membesar sebagai respon dari hormone ovarium estrogen dan
progesterone. Kedua hormone tersebut memulai terjadinya proliferasi dari komponen dari
jaringan epitel dan jaringan penyambung. Akan tetapi perkembangan payudara masih belum
sempurna sampai pada masa kehamilan.
1


Gambar 1 : garis mamme

Anatomi
Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa, dan lemak. Jaringan ikat memisahkan payudara
dari otot-otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus anterior. Sedikit di bawah pusat payudara
dewasa terdapat puting (papila mamaria), tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola. Puting
mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus
6

laktiferosa. Tuberkel-tuberkel Montgomery adalah kelenjar sabasea pada permukaan areola.
4
Kelenjar mamma merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Setiap payudara terdiri dari 15 sampai
20 lobus, dimana masing-masing lobus terdiri atas beberapa lobulus dan dan dipisahkan oleh
jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya, yang memiliki jaringan ikat (stroma) di antara lobus-
lobus. Masing-masing lobulus mempunyai saluran ke papila mamma, yang disebut duktus
laktiferus.Berkas fibrosus pada jaringan ikat berjalan melalui payudara (ligamentum
suspensorium Cooper), masuk tegak lurus ke dalam dermis, dan menyokong struktur payudara.
1

Pada wanita yang matur, payudara dimulai pada setinggi tulang iga ke2 atau ke 3 sampai pada
lipatan intramamaria pada tulang iga ke 6 atau ke 7. Secara melintang, payudara terletak dari
batas lateral tulang sternum sampai ke anterior garis axillaris. Kedalaman atau batas permukaan
posterior dari payudara berakhir pada fascia m. pektoralis mayor, m. serratus anterior, dan m.
abdominal oblikus eksternal dan bagian atas dari pembungkus m. rektus abdominis.
4

Pada bagian lateral atasnya, jaringan payudara akan meluas ke dalam lipatan axilla, yang
dinamai axillary tail of Spence atau penonjolan Spence atau ekor payudara. Kuadran lateral
atas payudara mengandung volume jaringan yang lebih besar daripada kuadran yang lain.
Payudara memiliki tonjolan berbentuk kerucut. Dasar dari kerucut tersebut kira-kira lingkaran
dengan diameter ukuran 10 sampai 12 cm.Terdapat variasi yang nyata terlihat pada setiap
individu dalam ukuran, bentuk dan kepadatan dari payudara.
4

Pada pria, komponen kelenjar dan duktulus mamma tetap rudimenter dan kurang berkembang
dengan duktus pendek dan asinus berkembang tidak sempurna. Di antara kelenjar susu dan fasia
pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut terdapat jaringan lemak. Payudara perawan
mengambil konfigurasi hemisfer khas yang merata tegas diatas puting susu. Dengan rangsangan
hormone yang menyertai pada keadaan kehamilan dan laktasi, payudara menjadi lebih besar dan
berkembang dalam volume dan kepadatan, sementara pada wanita lanjut usia, payudara menjadi
lebih rata, lembek dan lebih menggantung dengan pengurangan volume.
3

Mamma dewasa menunjukkan modifikasi sisa ektodermis dari kelenjar keringat bermodifikasi,
sehingga terbatas pada lapisan superfisialis dan profunda fascia superfisialis dinding dada
7

anterior. Lapisan profunda dari fascia superfisialis menyilang ruang retromamma untuk
berfungsi dengan fascia pectoralis (profunda). Ruang tegas dikenal sebagai bursa retromamma
ada pada sisi posterior payudara, diantara lapisan profunda fascia superfisialis dan fascia
musculus pectoralis mayor yang tertanam. Sebagai hasil hubungan areolanya yang longgar, maka
bursa yang tegas ini menyokong mobilitas payudara pada dinding dada. Fascia pectoralis
profunda berhubungan erat dengan sternum dan terikat superolateral ke fascia clavipectoralis.

Selubung fascia profunda ini bersebelahan di inferior dengan tendo rectus abdominis. Sekitar dua
pertiga payudara berhubungan erat dan melekat dengan fascia ke muskulus pectoralis mayor.
Kondensasi padat fascia clavipectoralis yang dikenal sebagai ligamentum Halsted (ligamentum
costoclaviculare) terbentang dari bagian paling medial clavicula ke iga pertama. Tepat di bawah
ligamentum ini berjalan arteria dan vena subclavia melalui apertura thoraxis superior. Pembuluh
darah axillaris dikelilingi oleh selubung vaskular yang padat, yang berlanjut sebagai atap dari
ruang axilla untuk berfungsi dengan sokongan fascia profunda musculus pectoralis major.
3

Pada maturitas, bagian kelenjar payudara mengambil konfigurasi sirkular secara kasar. Septa
fibrosa saling menjalin parenkima mamma dan terbentang dari fascia pectoralis profunda
(lapisan fascia superfisialis posterior) ke lapisan superfisialis fascia di dalam dermis.

Ukuran
payudara berkorelasi dengan pengaruh genetika, diet dan hormon. Payudara pascamenopause
tetap memperlihatkan hilangnya lemak parenkima dan involusi komponen kelenjar proliferatif
aktif, akibat penghentian rangsangan ovarium. Payudara nonlaktasi mempunyai berat antara 150
sampai 225 gram, sedangkan payudara laktasi bisa lebih dari 500 gram.
2

Perkembangan payudara mengikuti rangkaian dan stadium pertumbuhan dapat diperkirakan.
Pada masa pubertas, pembesaran payudara terutama karena bertambahnya jaringan kelenjar dan
deposit jaringan lemak. Pada setiap siklus menstruasi, terjadi perubahan-perubahan khusus dari
pembesaran vaskular, pembesaran kelenjar pada fase pramenstruasi yang diikuti dengan regresi
kelenjar pada fase pascamenstruasi. Selama kehamilan tua dan stelah melahirkan, payudara
menyekresi kolostrum, cairan encer, kekuningan, sampai kira-kira 3 hingga 4 hari pascapartum,
ketika sekresi susu dimulai sebagai respons terhadap rangsangan penyedotan dari bayi.
2
Dengan
penyedotan, oksitosin dilepaskan dari kelenjar hipofisis posterior, yang kemudian merangsang
refleks let-down susu. Susu kemudian keluar dari puting selama proses menyusui. Setelah
8

menyapih,kelenjar lambat daun beregresi dengan hilangnya jaringan kelenjar. Pada menopause,
jaringan lemak beregresi lebih lambat dibandingkan dengan jaringan kelenjar, namun akhirnya
juga akan menghilang meninggalkan payudara yang kecil dan menggantung.
4


Gambar 2 : anatomi mammae

ALIRAN DARAH, PERSARAFAN DAN SISTEM LIMFATIK

a. PERDARAHAN

Perdarahan arteri yang banyak ke payudara dan kulit di atasnya berasal dari cabang arteria
mammaria interna dan thoracica lateralis serta arteria thoracoacromialis dari arteria axillaris.
Sistem drainase vena meliputi vena intercostalis, yang menyilang sisi posterior payudara dari
sela iga kedua sampai ke enam untuk memasuki vena vertebralis di posterior. Vena vertebralis
memasuki sistem azygos di sentral untuk berakhir dalam vena cava superior. Vena axillaris
(tempat kawasan ini berdrainase) mengumpul semua aliran vena ke bagian superior dan lateral
payudara serta juga berdrainase musculus pectoralis. Vena perforantes dari sistem vena
mammaria interna mendrainase bagian medial payudara dan musculus pectoralis mayor.
1

9


b. PERSARAFAN

Persarafan kulit payudara bersifat segmental dan berasal dari segmen dermatom T2 sampai T6.
Jaringan kelenjar payudara sendiri dipersarafi oleh saraf simpatis. Ada beberapa saraf yang
penting diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni
n.interkostobrakialis dan n.kutaneus brakius medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila
dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin disingkirkan
sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut. Sela iga pertama terutama dipersarafi oleh
saraf ke musculus subclavius. Segmen dermatom area ini bisa didenervasi total atau sebagian
setelah elevasi flap kulit untuk mastektomi radikal atau modifikasi.
3

Nervus thoracicus longus atau saraf pernapasan externa Bell, mempersarafi musculus serratus
anterior serta muncul dari radix C5, C6, dan C7 untuk turun di posterior plexus brachialis dan
vena axillaris serta terletak di atas musculus serratus anterior. Nervus thoracodorsalis
mempersarafi musculus latissimus dorsi dan muncul dari fasciculus posterior plexus brachialis
(C5, C6, dan C7). Ia lewat di belakang fasciculus medialis dan pembuluh axillaris untuk berjalan
lateral terhadap nervus thoracicus longus dan memasuki batas anterior musculus latissimus dorsi.
Paralisis bagian atau seluruh musculus latissimus dorsi akan menyebabkan atrofinya, yang
meminimalkan fungsinya sebagai otot untuk usaha rekonstruktif miokutis. Nervus pectoralis
lateralis berasal dari fasciculus lateralis plexus brachialis untuk mempersarafi musculus
pectoralis mayor dan minor. Ia berjalan medial terhadap musculus pectoralis minor dan harus
dilindungi sewaktu mastektomi radikal dimodifikasi untuk mencegah atrofi musculus pectoralis
mayor. N.pektoralis, n.torakodorsalis dan n.torakalis longus sedapat mungkin dipertahankan
pada mastektomi dengan diseksi aksila.
3

c. PEMBULUH LIMFE

Aliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar parasternal,
terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula penyaliran yang ke kelenjar
interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10 sampai 90) buah kelenjar getah
bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakialis. Saluran limfe dari seluruh payudara
mengalir ke kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam,
10

yang lewat sepanjang v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal
dalam di fosa supraklavikuler.
2

Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke kelenjar
sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontralateral, ke m.rektus
abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati, pleura, dan payudara kontralateral.
2

Kelompok kelenjar limfe axilaris utama meliputi :
3
1. Kelompok mamaria externa (Tingkat I). Sejajar perjalanan arteria toracica lateralis dari iga
ke6 sampai vena axilaris dan menempati tepi lateral musculus pectoralis mayor dan ruang
axilaris medialis.

2. Kelompok subscapularis (scapularis) (Tingkat I)Dekat cabang thoracodorsalis dari pembuluh
darah subscapularis. Terbentang dari vena axilaris sampai dinding toraks lateral

3. Kelompok vena axilaris (Tingkat I) terletak paling lateral dan banyak kelompok kelenjar
limfe axilla. Sentral dan kaudal terhadap vena axilla

4. Kelompok kelenjar limfe sentral (Tingkat II). Terletak sentral antara lipat axilla anterior dan
posterior serta menempati poosisi superfisialis di bawah kulit dan fascia medioaaxila

5. Subclavicularis (kelompok apikal) (Tingkat III). Kelompok kelenjar limfe tertinggi dan paling
medial. Ia terletak pada sambungan vena axillaris dengan vena subclavia setinggi ligamentum
Halsted.

FISIOLOGI PAYUDARA

Perkembangan payudara dan fungsinya dipengaruhi oleh bermacam stimulus, diantaranya
stimulus dari estrogen, progesteron, prolaktin, oksitosin, hormon tiroid, kortisol dan growth
hormon. Terutama estrogen, progesteron, dan prolakltin telah dibuktikan memiliki efek tropik
yang esensial dalam perkembangan dan fungsi payudara normal. Estrogen mempengaruhi
11

perkembangan duktus, sedangkan progesteron berperan dalam perubahan perkembangan epitel
dan lobular. Prolaktin adalah hormon primer yang menstimulus laktogenesis pada akhir
kehamilan dan pada periode postpartum. Prolaktin meningkatkan regulasi reseptor hormon dan
menstimulasi perkembangan epitel.
2
Sekresi dari hormon neurotropik dari hipotalamus, berperan dalam regulasi sekresi dari hormon
yang berefek terhadap jaringan payudara. Hormon gonandotropin luteizing (LH) dan hormone
folikel stilmulasi (FSH) berperan dalam pelepasan estrogen dan progesteron dari ovarium.
Pelepasan LH dan FSH dari sel basofil pada bagian hipofise anterior dipengaruhi oleh sekresi
dari gonadotropin releasing hormon (GnRH) dari hipotalamus. Efek umpan balik baik positif
atau negatif dari sirkulasi estrogen dan progesterone berperan terhadap sekresi LH, FSH, dan
GnRH.
3
Hormon ini berperan untuk perkembangan, fungsi dan pemeliharaan jaringan payudara. Pada
masa neonatus, sirkulasi estrogen dan progesteron pada perempuan sangat rendah sampai pada
masa kelahiran dan masih tetap rendah selama masa anak-anak karena sensitivitas hormon
hipofise yang memberikan umpan balik negatif terhadap hormon tersebut.
3
Ketika memasuki masa pubertas, terdapat penurunan sensitifitas hormon hipofise dan terjadi
peningkatan terhadap sensitifitas umpan balik positif estrogen. Kejadian yang bersifat fisiologis
ini menyebabkan peningkatan dari GnRH, FSH dan LH dan yang paling utama adalah
peningkatan sekresi estrogen dan progesteron dari ovarium, yang memicu terjadinya siklus
menstruasi. Pada awal siklus menstruasi, terjadi peningkatan ukuran dan massa dari payudara,
disertai dengan peningkatan proliferasi epitel dan jaringan payudara.
2
Selama kehamilan terjadi peningkatan sirkulasi estrogen dan progesteron yang berasal dari
ovarium dan plasenta, yang menyebabkan perubahan dari jaringan payudara. Payudara
membesar seiring dengan proliferasi epithelium lobus dan duktus mamme, kulit areola
hiperpigmentasi, dan kelenjar areola aksesoris montgomeri menjadi lebih prominen. Pada akhir
bulan kehamilan, prolakti distimulus untuk mengsintesis lemak susu dan protein.
Pada masa persalinan, sirkulasi progesteron dan estrogen kemudian kembali menurun, dan
prolaktin meningkat menghasilkan laktogen. Produksi air susu dan pelepasannya dikendalikan
12

oleh arkus reflek saraf yang terletak pada area areola dan puting susu. Pemeliharaan masa laktasi
membutuhkan stimulasi regular dari saraf reflek yang menyebabkan sekresi rolaktin dan
produksi air susu. Pelepasan oksitosin merupakan akibat dari rangsangan auditori, visual, dan
olfaktorius pada saat merawat bayi. Oksitosin merangsang kontraksi dari mioepitel yang
menyebabkan kompresi aveoli dan mengalirkan air susu ke sinus laktiferus.
3
Pada masa menopause terjadi penurunan pada sekresi estrogen dan progesteron dan terjadi
involusi duktus serta aveoli dari payudara. Massa jaringan ikat fibrosa meningkat dan jaringan
payudara digantikan oleh jaringan lemak. Sehingga dapat dikatakan bahwa payudara mengalami
3 macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon, yaitu :
1.Perubahan mulai dari masa hidup anak, pubertas, masa
fertilisasi, sampai masa klimakterium dan menopause,
2.Perubahan yang sesuai siklus daur haid, dan
3.Perubahan pada masa hamil dan menyusui

Adolesen
Dalam payudara adolesen estrogen memulai pertumbuhan bagian epidermis tunas payudara
dengan pertumbuhan ke dalam duktus laktiferus, sel mioepitel dan alveoli parenkima payudara.
Efek aditif progesteron memulai perkembangan jaringan asinus (sekresi) payudara. Dengan
pembentukan fungsi ovarium siklik pubertas, maka efek mamotropik akan terlihat yaitu resesus
sinus dan duktus perkembangan epitel serta pembentukan lobulus. Efek estrogen memnyebabkan
unsur stroma membesar dengan pertumbuhan sejajar dan replikasi epitel duktus.Pertumbuhan
payudara isometrik dengan pembesaran dan pigmentasi puting susu dan areola.Efek estrogen dan
progesteron menyokong kelengkapan pembentukan strukturlobulus dan asinus payudara matang
dalam 12 -18 bulan setelah mulai menarke.
4

Sekitar hari ke-8 haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya
terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama
beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik,
terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak
berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai, semua berkurang.
3
13


Kehamilan
Dalam kehamilan sintesis dan pelepasan susu dimulai sekitar bulan kelima. Pada kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan
tumbuh duktus baru.Laktasi timbul sebagai hasil rangsangan LTH dari hipofisis anterior, sel
asidofil. Dengan terbentuknya laktasi jaringan parenkima kemudian menggantikan komponen
lemak di sela lobulus payudara karena yang terakhir kontinu berproliferasi. Setelah pengakhiran
laktasi , involusi stroma dan duktus dimulai, tetapi tidak lengkap. Sebelum rangsangan hormon
ovarium berhenti, jaringan kelenjar hipertrofi yang berkembang sebagai hasil kehamilan
dipertahankan sebagian.
3

Menopause
Dengan menopause, efek estrogen dan progestesional fungsi ovarium berhenti dan dimulai
involusi progresif. Regresi ke epitel atrofi atau hipoplastik jelas didalam duktus dan lobulus serta
stroma diganti dengan jaringan fibrosa periduktus padat. Timbul dilatasi jalinan duktus laktifer
dalam lobulus terisolasi. Asinus lobulus kehabisan epitel toraknya serta bisa membesar dan
membentuk makrokista. Payudara senilis atau pasca menopause sering asimetris dengan
ketidakteraturan komponen lobulusdan pembentukan kista dalam ukuran bervariasi. Karena
kandungan lemak dan fibrostoma periduktus penyokong terdepresi, maka payudara tua menjadi
suatu struktur pendulosa, homogen dengan kehilangan bentuk dan konfigurasi.
3











14

DIAGNOSIS

1. Inspeksi
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pasien dalam posisi duduk tegak . Pasien diminta untuk
meletakkan kedua lengan di samping tubuhnya kemudian kedua tanggannya diangkat ke udara
dan kemudian di atas pinggulnya ( dengan atau tanpa kontraksi muskulus pektoralis ).
Diperhatikan kesimetrisan, ukuran dan bentuk payudara juga edema (peau de orange), nipple
atau retraksi kulit atau eritema. Dengan menjulurkan tangan ke depan dan dalam posisi duduk,
wanita yang kurus akan lebih menonjolkan retraksi kulit yang ada.
4


Kemudian puting diperiksa dan dibandingkan untuk mendeteksi adanya retraksi, nipple inversi,
atau ekskoriasi epidermis yang dangkal yang biasa ditemukan di Pagets. Perubahan posisi
sederhana seperti pengangkatan lengan lebih tinggi di atas kepala, peregangan otot pectoralis,
atau mengangkat payudara pasien mungkin memperjelas asimetri dan dimpling. Edema kulit,
sering disertai dengan eritema, menghasilkan tanda klinis dikenal sebagai peau d'orange. Ketika
dikombinasikan dengan adanya nyeri tekan dan suhu yang lebih tinggi dibanding sekitar, tanda
dan gejala tersebut adalah tanda karsinoma inflamasi dan sering disalahartikan sebagai mastitis
akut. Perubahan ini disebabkan oleh obstruksi saluran limfatik kulit oleh emboli sel karsinoma.
Keterlibatan puting dan areola di payudara dihapuskan untuk karsinoma. Keterlibatan langsung
dapat menyertai tumor yang berasal dari jaringan payudara di bawah areola dan dapat berakibat
pada retraksi puting yang biasanya menonjol. Meratanya atau inversi puting sebenarnya dapat
disebabkan oleh fibrosis pada kondisi jinak. Retraksi unilateral atau retraksi yang berkembang
selama beberapa minggu atau bulan lebih sugestif untuk karsinoma. Tumor yang terletak di
tengan dapat menyerang dan menyebabkan perubahan kulit areola atau puting. tumor sedangkan
yang terletak perifer dapat menyebabkan perubahan simetri dari puting karena traksi pada
ligamen Cooper.
3,4

2. Palpasi
Penderita dalam posisi duduk diminta menunjukkan tempat kelainan, jika ia sendiri telah
menemukannya. Harus waspada terhadap kelainan kulit atau penarikan ke dalam (pengerutan)
15

papila atau kulit. Dari tiap tumor yang diraba harus ditentukan ukurannya (dalam sentimeter),
bentuknya, konsistensi dan kalau ada fiksasi pada kulit atau lapisan dibawahnya.
4

Pemeriksaan palpasi setelah inspeksi dilakukan dengan pasien masih dalam posisi duduk,
pemeriksa memegang lengan pasien dan melakukan palpasi ketiak untuk
mendeteksi adanya pembesaran kelenjar getah bening aksila. Supraclavicula dan
infraklavikularis sama-sama diraba untuk mendapatkan nodul yang membesar. Rabaan
payudara selalu dilakukan dengan menggunakan falang distal dan falang medial jari II,III,IV dan
dikerjakan secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga ke 2 sampai ke distal setinggi iga ke 6
serta pemeriksaan daerah sentral subareolar dan papil dan pasien berbaring telentang dengan
lengan terentang di atas kepala. Palpasi payudara sementara pasien duduk tidak sensitif dan tidak
akurat. Payudara harus diperiksa sampai dinding dada, dengan perabaan masing-masing kuadran
dan jaringan di bawah areola. Bila ditemukan selama pemeriksaan dideskripsikan menurut
ukuran, bentuk, konsistensi, dan lokasi. Tumor jinak, seperti fibroadenoma dan kista, biasanya
berbatas tegas dan dapat bergerak. Karsinoma biasanya padat tapi tidak berbatas tegas.
3

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Usaha aktif American Cancer Soceity (ACS) untuk menyokong informasi masyarakat dan
program pendidikan telah difokuskan atas pemeriksaan payudara sendiri (BSE= breast self-
examination).
10
Penampilan BSE yang lebih sering disertai dengan deteksi stadium klinik kanker
payudara yang lebih menguntungkan, lebih sedikit metastasis nodi lymphatici axillaris dan
kelangsungan hidup yang diramalkan lebih baik.
4

Pasien harus diinstruksikan untuk memulai BSE sistematik antara usia 20 dan 25. Pemeriksaan
harus dilakukan di depan cermin serta dalam posisi duduk dan terlentang dengan lengan
hiperekstensi. Idealnya pemeriksaan harus dilakukan 5 -10 hari setelah akhir aliran menstruasi,
sewaktu payudara paling kurang edematosa dan nyeri tekan.
4

SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
4
1.Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran payudara kiri
dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran antara payudara kiri dan
16

kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik ke dalam) atau keluarnya cairan dari
puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting susu berkerut.

2.Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala dan kedua
tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan lebih mudah untuk menemukan
perubahan kecil akibat kanker. Perhatikan perubahan bentuk dan kontur payudara, terutama pada
payudara bagian bawah.

3.Kedua tangan di letakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin, tekan bahu dan
sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur payudara.

4.Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri payudara kiri.
Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran kecil) di sekeliling payudara,
mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai ke puting susu. Tekan secara
perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di bawah kulit. Lakukan hal yang sama terhadap
payudara kanan dengan cara mengangkat lengan kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri.
Perhatikan juga daerah antara kedua payudara dan ketiak.

5.Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari puting susu.
Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.

6.Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan lengan kiri ditarik
ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari tangan kanan. Dengan posisi
seperti ini, payudara akan mendatar dan memudahkan pemeriksaan. Lakukan hal yang sama
terhadap payudara kanan dengan meletakkan bantal di bawah bahu kanan dan mengangkat
lengan kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh jari-jari tangan kiri.

Pemeriksaan no. 4 dan 5 akan lebih mudah dilakukan ketika mandi karena dalam keadaan basah
tangan lebih mudah digerakkan dan kulit lebih licin.
17






Pemeriksaan payudara :
Inspeksi : penderita duduk bandingkan antara kiri dengan kanan
sewaktu angkat kedua lengan dan turunkan bandingkan antara kiri dengan kanan
Pemeriksaan puting mamae
Palpasi : keempat kuadran bandingkan antara kiri dengan kanan
Palpasi ketiak Pemeriksaan diarahkan untuk mencari adanya metastasis

Pemeriksaan Penunjang
1. Mammografi
Pemeriksaan mammografik harus dilakukan pada tiap kelainan palpabel atau yang dicurigai di
payudara. Ini bukan hanya untuk menilai payudara yang dicurigai, tetapi untuk
mengesampingkan karsinoma payudara kontra lateral. Penting bahwa radiodiagnotikus mendapat
permintaan yang terarah dengan disebutkan hasil-hasil yang didapat secara klinik.
4
18

Diagnostik sitologik dan ekografik untuk pembedaan tumor solid versus tumor kistik dapat
menjadi penting untuk golongan ini. Untuk diagnostik ciri-ciri malignitas ekografi masih terlalu
banyak mempunyai pembatasan. Akhirnya, di daslam diagnostik mencari tumor primernya pada
adanya metastasis pada pemderita harus selalu di buat memografi. Pada wanita hamil mamografi
dapat dipertanggung jawabkan, asalkan atas indikasi klinik yang baik.
3

Mamografi adalah cara yang paling dapat diandalkan untuk mendeteksi kanker payudara
sebelum massa dapat teraba. Perlahan-lahan tumbuh kanker dapat diidentifikasi oleh mamografi
minimal 2 tahun sebelum mencapai jumlah yang dapat diprediksi melalui palpasi.
4

Adanya proses keganasan akan memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer
berupa fibrosis reaktif, comet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan
rontgenologik dan adanya mikrokalsifikasi. Tanda-tanda sekunder berupa retraksi, penebalan
kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi papilla dan aerola, infiltrasi dalam jaringan
lunak di belakang glandula mamae.
3

Kalsifikasi adalah kelainan mammographic paling mudah dikenali. Temuan yang paling umum
adalah microcalcifications polimorfik yang terkelompok. Kalsifikasi tersebut biasanya berjumlah
5-8 nomor dalam satu bagian payudara dan berbeda dari satu sama lain dalam ukuran dan
bentuk. Mungkin ada massa tanpa kalsifikasi. Klasifikasi biasanya memiliki batas yang tidak
teratur atau yang teratur sehingga dapat mengakibatkan distorsi arsitektur dalam payudara (lihat
x-ray) namun mungkin lebih halus dan sulit untuk dideteksi.
2

Skrining dengan mammografi terdiri dari 2 penampang payudara yaitu kraniokaudal dan
mediolateral oblik yang dapat mendeteksi kanker payudara pada wanita yang asimtomatik.
Dengan skrining, angka mortalitas dapat dikurangi karena dapat mendeteksi kanker yang tidak
ditemukan dengan pemeriksaan fisik. Hal ini termasuk mikrokalsifikasi dan massa yang lebih
kecil daripada 1 cm. Rekomendasi skrining mamografi secara teratur dianjurkan untuk wanita
berusia lebih dari 40 tahun. Skrining ini bersifat sensitive tetapi tidak spesifik dan hanya 20 30
% dari mamografi yang mendeteksi kelainan yang kemudian dideteksi sebagai malignan.
4
19

Dengan mamografi dibuat klasifikasi berdasarkan kalsifikasi berdasarkan ukuran, jumlah,
distribusi dan morfologinya. Kalsifikasi yang memiliki ukuran dan bentuk yang barvariasi
terutama yang memiliki pola yang bercabang, dicurigai sesuai distribusi duktal yang merupakan
tanda malignan.
12
Pada wanita diatas 35 50 tahun dilakukan setiap 2 tahun sedangkan diatas
50 tahun setiap tahun.
3

Indikasi untuk mamografi
4
(1)Untuk mamografi periodik adalah wanita yang sebelumnya telah terapi untuk karsinoma
payudara atau yang masuk dalam golongan risiko atas dasar predisposisi familiar, atau yang telah
mengalami biopsi yang menghasilkan hiperplasia duktal atipik atau lobular, atau beberapa
mikroklasifikasi yang tidak langsung mencurigakan.


(2)Mengevaluasi setiap payudara saat diagnosis kanker payudara yang telah diterapi dan evaluasi
untuk berikutnya.

(3)Mengevaluasi massa payudara yang dengan keluhan samar tanpa kelainan yang dapat
ditemukan secara obyektif, termasuk karsinofolobi pada wanita-wanita di atas 30 tahun.


(4)Mencari kanker payudara pada wanita dengan penyakit metastasis pada kelenjar aksila atau di
tempat lain dari yang tidak dikenali secara primer

(5)Sebelum operasi kosmetik atau sebelum biopsi massa, untuk memeriksa kanker tak terduga

(6)Memantau kanker payudara yang telah diobati dengan konservasi payudara-operasi dan
radiasi

(7)Memantau payudara kontralateral pada wanita-wanita dengan kanker payudara dirawat
dengan mastektomi.

(8) Pengeluaran cairan dari papilla mammae yang patologik


20

Pasien dengan dominan atau dicurigai adanya massa harus menjalani biopsi meskipun temuan
mammographic sudah ada. Mammogram harus dilakukan sebelum biopsi sehingga daerah lain
yang mencurigakan dapat diketahui dan sebagaimmana juga payudara kontralateral dapat
dievaluasi.
2



2. Ultrasonografi

Meskipun tidak diagnostik, USG dapat mengungkapkan gambaran yang dicurigai sebagai
keganasan seperti batas yang tidak teratur pada suatu massa padat baru. Ultrasonography
mungkin menunjukkan massa dalam kista seperti kasus karsinoma intracystic yang langka. Jika
tumor bisa diraba dan terasa seperti kista, jarum 18 gauge dapat digunakan untuk aspirasi cairan
dan membuat diagnosis kista. Jika kista ini disedot dan ditemukan tidak berdarah, tidak harus
diperiksa secara sitologi. Jika massa tidak timbul lagi, tidak ada tes diagnostik lebih lanjut yang
diperlukan. Massa nonpalpable mammographic yang muncul jinak harus diselidiki dengan USG
untuk menentukan apakah lesi kistik atau padat. Bahkan mungkin dengan jarum biopsi dengan
bimbingan USG.
2









21

3. Biopsi
Diagnosis kanker payudara pada akhirnya tergantung pada pemeriksaan jaringan atau sel dihapus
oleh biopsi. Perawatan tidak harus dilakukan tanpa histologis tegas atau sitologi diagnosis
kanker. Paling aman adalah pemeriksaan biopsi dari semua lesi mencurigakan yang ditemukan
pada pemeriksaan fisik atau mamografi, atau keduanya. Sekitar 60% dari lesi klinis yang
diperkirakan kanker membuktikan biopsi tersebut jinak, sementara sekitar 30% dari klinis lesi
jinak ditemukan ganas. Temuan ini menunjukkan kesalahan dari penilaian klinis dan keharusan
untuk biopsi.
2
Semua massa payudara memerlukan diagnosis histologis dengan satu pengecualian, yaitu
mungkin massa fibrokistik, dan pada wanita premenopause. Sebaliknya, massa ini dapat diamati
melalui satu atau dua siklus haid. Namun, jika massa tidak sepenuhnya hilang, massa harus
dibiopsi.
2
Metode yang paling sederhana adalah biopsi jarum, baik oleh aspirasi sel tumor (Fna sitologi)
atau dengan mendapatkan inti kecil jaringan dengan jarum berongga (biopsi inti).
2










Pemeriksaan sitologi
Cairan kistik yang didapat dari aspirasi jarum makrokistik parenkima payudara dapat disentrifusi
dan endapannya diperiksa secara sitologi. Juga dapat bermanfaat untuk pemeriksaan sitologi
sekret puting susu.
Sitologi FNA
Teknik yang berguna dimana sel-sel yang disedot dengan jarum kecil dan diperiksa secara
sitologi. Teknik ini dapat dilakukan dengan mudah dengan tingkat morbiditas yang rendah dan
22

jauh lebih murah dibandingkan eksisi atau biopsi terbuka. Kelemahan utama teknik ini adalah
diperlukan ahli patologi yang terampil dalam diagnosis sitologi dari kanker payudara dan yang
mirip dengan sampling, terutama karena luka mendalam mungkin terlewati. Selanjutnya, kanker
noninvasif biasanya tidak dapat dibedakan dari kanker invasif. Insiden diagnosis positif palsu
sangat rendah sekitar 1-2%. Tingkat palsu-negatif kira kira 10%. Kebanyakan dokter yang
berpengalaman tidak akan meninggalkan massa yang dominan di payudara yang mencurigakan
bahkan ketika sitologi Fna adalah negatif kecuali diagnosis klinis, pemeriksaan pencitraan
payudara, dan studi sitologi positif seperti lesi fibrokistik atau fibroadenoma.
2

Biopsi jarum besar ( biopsy core needle )
Dengan mengambil biopsi inti jaringan dengan jarum besar pada massa yang mudah
teraba tetapi dengan biaya lebih karena membutuhkan anestesi lokal. Seperti dalam kasus biopsi
jarum apapun, masalah utama adalah sampling error karena posisi jarum yang tidak tepat
sehingga menimbulkan hasil tes negatif palsu.
2

Biopsi terbuka
Dilakukan dengan anestesi lokal dan merupakan prosedur terpisah yang paling dapat diandalkan
sebelum memutus pengobatan definitif. Bila biopsi jarum atau aspirasi positif dicapai pendekatan
diagnostik yang lebih cepat dengan biaya kurang dan morbiditas yang rendah, tapi ketika
diagnostic tidak didapat, harus dilakukan biopsi terbuka. Pada umumnya terdiri dari biopsi
eksisi, yang dilakukan melalui pemotongan dengan maksud untuk menghilangkan seluruh
kelainan, bukan hanya mengambil sampel. Evaluasi tambahan untuk metastatik dan pilihan
terapi dapat didiskusikan dengan pasien setelah histologis atau diagnosis sitologi kanker telah
ada. Pendekatan ini memiliki keuntungan untuk menghindari prosedur yang tidak perlu, karena
kanker ditemukan dalam minoritas pasien yang dibiopsi untuk benjolan payudara. Kanker in situ
tidak mudah didiagnosis secara sitologi dan biasanya memerlukan biopsi eksisi.
2
Sebagai alternative lain bila didapat kondisi mencurigakan, diagnosis dapat dilakukan dengan
beku jaringan yang diperoleh dengan biopsi terbuka di bawah anestesi umum. Jika positif, dokter
bedah dapat segera melanjutkan dengan operasi definitif. Metode ini jarang digunakan saat ini
kecuali ketika studi sitologi telah menyarankan kanker tetapi tidak secara diagnostik dan ada
23

kecurigaan klinis tinggi keganasan pada pasien untuk diagnosis kanker dan pilihan
pengobatannya.
4. Duktografi
Indikasi primer untuk duktografi adalah keluarnyadischarge dari puting, terutama ketika cairan
mengandung darah. Media kontras radioopak diinjeksikan pada satu atau lebih pada duktus
mayor dan kemudian dilakukan mammografi. Duktus kemudian diperbesar perlahan dengan
dilator, dengan kanul tumpul yang dimasukan pada kondisi yang steril ke dalam ampula
puting.dengan posisi supine, 0,1 sampai 0,2 ml dilusi media kontras diinjeksikan dan
mammografi CC dan MLO dilakukan tanpa kompresi. Papiloma intraduktus dapat terlihat
sebagai small filing defects yang dikelilingi oleh media kontras. Untuk kanker akan tampak
sebagai massa irreguler atau sebagai intraluminal filling defects multipel.










24

TUMOR TUMOR JINAK PAYUDARA
Tumor payudara merupakan salah satu diantara kelainan yang paling sering pada wanita dan
sangat ditakuti. Pada umumnya kelainan pada payudara tersebut ditemukan pertama kali oleh
penderita sendiri, tetapi umumnya di Indonesia penderita yang datang berobat tidak dalam
stadium dini karena berbagai sebab sehingga lebih menyulitkan pengelolaan dan mudah diduga
hasilnya kurang memuaskan.
3
Kelainan tumor jinak pada payudara memiliki gambaran klinis dan patologi yang bervariasi. Ahli
bedah memerlukan kemampuan lebih dalam untuk memahami kelainan tumor jinak pada
payudara sehingga penjelasan yang baik dapat diberikan kepada pasien, tatalaksana yang sesuai
dan pengobatan jangka panjang yang tidak diperlukan dapat dihindari.
3
Penyimpangan Perkembangan Normal dan Involusi Payudara
Prinsip dasar pada penyimpangan perkembangan normal dan involusi payudara oleh ANDI
(Aberrations of Normal Development and Involution) diklasifikasikan menjadi :
1.Tumor jinak pada payudara yang berhubungan dengan proses normal
reproduksi dan involusi,
2.Terdapat spektrum mengenai kondisi payudara yang memiliki batasan
antara proses normal dan proses abnormal, dan
3. Klasifikasi yang meliputi seluruh aspek kondisi payudara termasuk
patogenesis dan derajat keabnormalan.
Pada tabel berikut, komponen horizontal menjelaskan spektrum perkembangan payudara mulai
dari proses normal, abnormalitas ringan (disorder), abnormalitas berat (disease). Komponen
vertikal menjelaskan kondisi periode selama terjadinya perkembangan.
Sekarang ini, tumor jinak payudara sering di anggap kuran penting, sejauh ini lebih fokus kepada
kanker payudara. Pasien-pasien tumor jinak jarang menerima perhatian khusus dari dokter.
Tumor jinak payudara menderita dari kerugian besar dari terminologi yang membingungkan,
25

kalsifikasi yang inadekuat, dan korelasi yang tidak berhubungan antara klinis, radiologis, dan
patologis nya. Schwartz
Table 1 Classification of the pathogenesis of non-malignant breast disease based on the
concept of aberration of normal development and involution
Physiological state
of he breast
Normal Benign disorder Benign disease
Development Duct development Nipple inversion Mammary fistula

Lobular
development
Fibroadenoma Giant fibroadenoma

Stromal
development
Adolescent hypertrophy

Cyclical change Hormonal activity Mastalgia and nodularity

Epithelial activity Benign papilloma

Pregnancy and
lactation
Epithelial
hyperplasia
Blood-stained discharge

Lactation Galactocele

Involution Ductal involution
Duct ectasia, nipple
retraction
Periductal mastitis with
suppuration
Lobular involution Cysts, sclerosing adenosis


Involutional
epithelial
hyperplasia
Hyperplasia and
micropapillomatosis
Lobular and ductal
hyperplasia with atypia





26

MACAM-MACAM ABNORMALITAS PADA PAYUDARA
1. Kelainan Fibrokistik
4

Kelainan ini bersifat nonspesifik dan disebut juga mastitis kronik kistik (gambar II.01),
hiperplasia kistik, mastopatia kistik, displasia payudara, dan banyak nama lainnya. Istilah yang
bermacam-macam ini menunjukan proses epitel jinak yang terjadi amat beragam dengan
bermacam histopatologi maupun klinis.
Penyakit ini memiliki gejala nyeri, yang pada umumnya membuat pasien merasa cemas dan yang
harus dilakukan sebagai petugas medis adalah menekankan bahwa proses tersebut bukanlah
suatu keganasan. Bila dalam pemeriksaan ditemukan keraguan maka diperlukan tindakan biopsi,
dengan biopsi dapat diketahui bagaimana perubahan hitopatologik yang sesungguhnya yang
merupakan cara terbaik dalam mendiagnosa dan dapat ditatalaksana dengan tepat. Indikasi
dilakukannya operasi (eksisi) adalah apabila ditemukan nyeri hebat atau nyeri yang berulang atau
keduanya dan penderita yang khawatir.
Patologi Proliferasi Abnormal Non Atipikal
Proliferasi abnormal payudara tanpa atipikal termasuk adenosis sklerosis, parut radial, lesi
sklerosis kompleks, hiperplasia epitel duktus, dan papiloma intraduktal. Adenosis sklerosis dapat
terjadi selama masa persalinan dan usia mendekati menopause dan tidak terdapat potensial
keganasan. Perubahan histologis terdiri dari proliferasi dan involusi. Adenosis sklerosis memiliki
karakteristik berupa lobus payudara yang terdistorsi dan biasanya timbul berupa multipel
mikrokista, tetapi penampakannya berupa massa yang dapat dipalpasi. Lesi dengan diameter 1
cm disebut sebgai parut radial, sedangkan lesi yang lebih besar disebut komplek lesi sklerosis.
Hiperplasia duktus ringan memiliki karakteristik berupa terdapat tiga atau empat lapis sel di
bawah membran basal. Hiperplasia duktus sedang memiliki karakteristik berupa terdapat lebih
dari lima lapis sel di bawah membran basal. Hiperplasia epitel duktus florid terjadi pada lebih
kurang 70% lumen duktus minor. Kelainan ini dapat ditemukan pada lebih dari 20% spesimen
jaringan payudara, dapat berbentuk solid atau papiler dan memiliki resiko kanker. Papiloma
intraduktal terjadi pada duktus mayor, biasanya pada wanita yang premenopause. Kelainan ini
27

dapat berdiameter 0,5 cm tetapi dapat sebesar 5 cm. Gejala yang umum menyertai adalahdis char
ge dari puting, yang dapat berupa cairan serous atau darah. Papiloma intraduktal tampak rapuh,
berwarna kemerah-merahan dan biasanya melekat pada dinding duktus yang terlibat. Kelainan
ini jarang menjadi ganas, dan tidak meningkatkan resiko seorang wanita menderita keganasan
payudara. Namun, papiloma intraduktus multipel yang muncul pada wanita lebih muda dan
disertai discharge dari puting memiliki kemungkian transformasi menjadi ganas.
Patologi Proliferasi Abnormal Atipikal
Proliferasi abnormal atipikal memiliki perjalanan penyakit menjadi karsinoma in situ (CIS) tetapi
apapun perubahan itu memiliki gambaran mayor yang tidak menunjukan CIS atau memiliki
sedikit gambaran CIS. Pada tahun 1978, Haagensen dkk menggambarkan neoplasia lobular
memiliki jangkauan spektrum abnormalitas antara atipikal hiperplasia lobular ke lobular
karsinoma in situ.

Gambar 3: Lesi payudara diduga fibrocystic changes jika pada makroskopisnya tampak
benjolan yang padat, kenyal, berkapsul, tidak melekat kulit/dasar, dan disertai kista-kista kecil.


28


Gambar 4: Fibrocystic Changes ciri mikroskopisnya sediaan dengan 3 struktur: Cysts- tampak struktur
kista kecil yang dilapisi selapis epitel. Fibrosis- tampak sel2 fibrosit dengan degenerasi hyaline.
Adenosis- tampak peningkatan jumlah acini di dalam tubulus.

Penatalaksanaan pada kelainan fibrokistik ada 2 macam yakni:
1. Konservatif
Pemberian obat anti nyeri untuk mengurangi nyeri yang ringan sampai sedang. Pemberian
diuretik serta pembatasan pemberian cairan dan garam. Di Perancis dicoba pemberian
progesteron untuk kelainan fibrokistik karena dianggap terdapat ketidakmampuan fungsi corpus
luteum sebagai penyebab nyeri dan timbulnya nodul, tetapi hal ini disangkal dari penelitian
double blind yang mengunakan plasebo dimana tidak didapatkan perbedaan yang bermakna.

2. Bedah
Penatalaksanaan secara pembedahan dilakukan bila :
-Pengobatan medis tidak memberikan perbaikan.
-Ditemukan pada usia pertengahan sampai tua.
-Nyeri hebat dan berulang.
-Kecemasan yang berlebihan dari pasien.

29

Reduksi mammoplasti dilakukan pada keadaan:
1. Mammary hipertrophy
Gejala antara lain nyeri punggung dan leher serta spasmeotot. Pasien umumnya tidak mengetahui
bahwa reduksi mammoplasti dapat mengurangi gejala. Beratnya payudaradapat menyebabkan
kifosis tulang belakang.

2. Makromastia
Pasien dengan makromastia akan datang dengan keluhan ulnar parestesia sebagai akibat
terperangkapnya bagian terbawah pleksus brakialis; sulit melakukan aktifitas olah ragadan
latihan. Pada kebanyakan wanita akan menyebabkan gangguan penampilan serta kurang rasa
percaya diri. Bilateral makromastia merupakan akibat akhir sensitivitas organ terhadap estrogen.

3. Gigantomastia
Pembesaran masif payudara selama kehamilan dan selamamasa adolesen. Payudara membesar
sangat cepat dan secara tidak proporsional. Komplikasi setelah reduksi mammoplasti adalah:
1. Hematom
2. Infeksi
3. Nekrosis flap kulit dan kompleks nipple areola
4. Inversi Nipple
5. Asimetri
6. Timbul Keloid

2. Kista
1

Volume dari kista tipikal adalah 5 sampai 10 mL, tetapi dapat pula mencapai 75 mL atau lebih.
Pada kelainan ini dapat dilakukan biopsi dengan jarum. Jika cairan tersebut diaspirasi dan
ternyata bukan darah, maka kista dapat diaspirasi sampai kering, kemudian cairan tersebut
dilakukan pemeriksaan sitologi. Setelah diaspirasi, payudara secara lembut dipalpasi untuk
menyingkirkan adanya massa yang tertinggal. Jika tidak ada, maka dilakukan pemeriksaan USG
untuk memastikan tidak ada massa yang tertinggal. Jika massa yang ditemukan solid, spesimen
jaringan diperlukan. Jika cairan yang keluar adalah darah, maka diambil 2 mL cairan untuk
30

dilakukan sitologi. Ditemukannya darah pada kista belum dapat dipastikan itu darah karena ada
kista dengan cairan yang merah bukan darah, tetapi dengan pemeriksaan darah samar atau
pemeriksaan mikroskopis akan mengeliminasi keraguan. Aspirasi kista yang benar adalah massa
harus hilang sempurna setelah aspirasi dan cairan yang keluar bukanlah darah. Jika kedua
kondisi tersebut tidak ada maka USG, biopsi jarum, dan mungkin biopsi eksisi dapat dilakukan.
Kista adalah cairan yang penuh, bulat atau bulat struktur yang ditemukan dalam sebagai salah
satu sebanyak sepertiga perempuan antara 35 dan 50 tahun. Meskipun sebagian besar subklinis
"microcysts," pada sekitar 20% -25% kasus, teraba (bruto) perubahan kistik, yang umumnya
muncul sebagai kista, ditemui. Kista tidak dapat dipercaya dibedakan dari massa yang solid
dengan pemeriksaan klinis payudara atau mamografi, dalam kasus ini, ultrasonografi dan aspirasi
jarum halus (Fna) sitologi, yang sangat akurat, digunakan.
Kista berasal dari saluran terminal unit lobular. Dalam kebanyakan kista, lapisan epitel adalah
salah satu diratakan atau sama sekali tidak ada. Hanya sejumlah kecil kista, suatu lapisan epitel
apokrin diamati. Karena kista kotor tidak berhubungan dengan peningkatan risiko perkembangan
kanker, konsensus saat ini terhadap pengelolaan kista kotor adalah rutin tindak lanjut dari pasien,
tanpa terapi lebih lanjut.
Kompleks (atau rumit atau atipikal) kista adalah diagnosis sonographic yang ditandai dengan
gema internal atau septations tipis, menebal dan / atau dinding tidak beraturan, dan peningkatan
posterior absen. Mereka dilaporkan pada sekitar 5% -5,5% dari semua pemeriksaan USG
payudara. Tingkat keganasan kista kompleks, yang merupakan 0,3% sebagaimana digambarkan
oleh Venta dkk., Lebih rendah daripada yang untuk diklasifikasikan sebagai lesi "mungkin jinak"
Pasien dapat diatasi dengan tindak lanjut pencitraan. Namun, jika lesi juga mencakup massa
intracystic (nodul intracystic), itu harus dianggap sebagai "mencurigakan untuk neoplasma" dan
dikelola sebagai lesi padat. Entah inti biopsi jarum atau biopsi bedah diindikasikan untuk lesi ini.
31


Gambar 5
3. Fibroadenoma
1

FAM adalah tumor jinak payudara yang sesuai dengan namanya berasal dari fibro = jaringan ikat
dan adenoma = jaringan kelenjar. Bisa tunggal, beberapa atau dalam bentuk berkelompok
(kompleks). Penyebabnya tidak diketahui pasti, diduga ada pengaruh hormon estrogen.

Ukuran FAM berkisar 1-5 cm. Ada yang sampai 15 cm namanya Giant FAM. Seperti sama2 kita
ketahui wanita dapat mendeteksi sendiri benjolan di payudaranya dengan tehnik pemeriksaan
sendiri (SADARI). Jika menemukan benjolan, lakukan pemeriksaan. Bisa dengan USG biasa
atau dengan mammogram. Selanjutnya dokter akan melakukan biopsi untuk memastikannya.

Mengingat FAM bersifat jinak, jika ukjurannya kecil, tidak nyeri, ukuran tidak berubah dan hasil
biopsi nggak masalah, maka tidak dibutuhkan tindakan operasi apapun, cukup di pantau dengan
USG secara berkala. Tetapi jika besar (ukuran melebihi 3 cm), terasa nyeri dan bertambah besar
serta hasil biopsi atipik (sel2nya sangat aktif) maka sebaiknya dilakukan pengangkatan FAM.
Dianjurkan juga pengangkatan FAM apapun jenisnya pada wanita yang berusia lebih dari 40
tahun.
32

Fibroadenoma adalah suatu neoplasma berbatas tegas , padat, berkapsul, dan lesi payudara
terlazim dalam wanita berusia dibawah 25 tahun. Sebagian besar (80%) tunggal. Biasanya
neoplasma tampil sebagai massa payudara mobile, lobulasi tidak nyeri tekan, kenyal seperti karet
berukuran 1-4 cm. ia tergantung hormon dan bisa berfluktuasi dalam diameter sebanyak 1 cm di
bawah pengaruh estrogen haid normal, kehamilan, laktasi, atau penggunaan kontrasepsi oral.
Pertumbuhan cepat bisa jelas selama kehamilan atau laktasi. Terapi dengan biopsi eksisi dan
harus di nasehatkan karena jarang regresi involusional. Penampilan makroskopik berbeda dari
yang tumor mamae lainnya. Tepinya tajam dan permukaan potongannya putih keabu-abuan
sampai merah muda dan homogen secara makroskopik. Secara histologi ada sususnan lobulus
perikanalikuler yang mengandung stroma padat dan epitel profileratif. Varian bisa
memperlihatkan proliferasi epitel yang jelas dari kelenjar matang tak teratur yang dikemas oadat
dengan epitel sekresi.
Fibroadenoma yang dikeluarkan selama laktasi cukup selular dan telah dikelirukan pada potong
beku dengan adenokarsinoma berdiferensiasi baik. Ahli patologi yang memeriksa suatu
fibroadenoma yang dikeluarkan selama kehamilah selalu harus selalu diinformasikan bahwa lesi
berasal dari payudara laktasi.
Neoplasma jinak ini paling sering terjadi pada wanita muda, umumnya 20 tahun pertama setelah
pubertas. Tumor ini ternyata lebih sering terjadi pada wanita kulit hitam dan terjadi pada umur
yang lebih muda. Tumor multiple ditemukan pada 10-15% pasien.
Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang memperlihatkan adanya proses hyperplasia atau
proliferatif pada satu unit ductus terminalis; perkambangannya dianggap suatu kelainan dari
perkembangan normal. Penyebab tumor ini tidak diketahui. Sekitar 10% fibroadenoma
menghilang mendadak tiap tahunnya dan kebanyakan berhenti bertumbuh setelah mencapai
ukuran 2-3 cm.
Fibroadenoma yang sering ditemukan berbentuk bundar atau oval, tunggal, relative mobile, dan
tidak nyeri. Massa berukuran diameter 1-5cm. Biasanya ditemukan secara tidak sengaja.
Diagnosis klinis pada pasien muda biasanya tidak sulit ditegakkan. Pada wanita diatas umur 30
tahun, tumor fibrocystic dan karsinoma payudara perlu dipertimbangkan. Kista dapat
33

diidentifikasi dengan aspirasi atau ultrasonography. Fibroadenoma tidak normal terjadi setelah
menopause namun mungkin dapat muncul setelah pemberian terapi sulih hormone.


Gambar 6 : Lokasi terjadinya patologi Fibroadenoma pada payudara


Gambar 7 : Fibroadenoma mammae
34

Etiologi dan epidemiologi

Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab
sesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh
hormonal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma
mammae, hal ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada
siklus menstruasi atau pada saat kehamilan. Perlu diingat bahwa tumor ini adalah tumor jinak,
dan FAM ini sangat jarang atau bahkan sama sekali tidak dapat menjadi kanker atau tumor
ganas.
4
Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu
pada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW
Breats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia
21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan
prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan
laporan dari Western Breast Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita
dengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%)
wanita mengalami fibroadenoma dalam hidupnya. Namun, kejadian FAM dapat terjadi pula
wanita dengan usia yang lebih tua atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan jumlah
kejadian yang lebih kecil dibanding dengan usia muda.
3


PATOFISIOLOGI

Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa reproduksi
yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang
berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mamary displasia.
Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas,
mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya.
1
Pada gambaran histologis menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi
kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda.
35

Pembagian fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu :
1. Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.
2. Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk panjang-
panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang.
Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat menopause
terjadi regresi.
Pada pemeriksaan mammogram, fibroadenoma dapat tersamarkan dan mungkin terlihat seperti
suatu massa bundar atau oval dengan batas yang kurang tegas dengan ukuran 4 hingga 100 mm.
Biasanya tumor mengandung kalsifikasi yang kasar yang menandakan adanya infark atau
involusi. Kalsifikasi berguna untuk mendiagnosis massaini, namun biasanya, kalsifikasi ini
menyerupai suatu keganasan mikrokalsifikasi.
2
Tidak ada penatalaksanaan yang penting jika diagnosis telah ditegakkan melalui biopsy jarum
halus atau pemeriksaan sitologik. Eksisi atau membuang tumor dengan vacuum-assisted core
needle dapat dilakukan jika diagnosis belum pasti. Pada suatu penelitian di tahun 2005,
cryoablasi, atau pembekuan fibroadenoma, sepertinya merupakan prosedur yang aman jika lesi
dipastikan merupakan fibroadenoma dari hasil gambaran histology sebelum cryoablasi
dilakukan. Cryoablasi tidak cocok untuk semua fibroadenoma karena beberapa tumor sangat
besar untuk dibekukan atau diagnosisnya belum pasti. Setelah pengamatan, keuntungan
cryoablasi masih belum jelas. Biasanya tidak dapat dibedakan antara fibroadenoma yang besar
dengan suatu tumor phyllodes dari hasil biopsy.
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang sering terjadi di payudara. Benjolan tersebut berasal dai
jaringan fibrosa (mesenkim) dan jaringan glanduler (epitel) yang berada di payudara, sehingga
tumor ini disebut sebagai tumor campur (mix tumor), tumor tersebut dapat berbentuk bulat atau
oval, bertekstur kenyal atau padat, dan biasanya nyeri. FAM ini dapat kita gerakkan dengan
mudah karena pada tumor ini berbentuk kapsul sehingga dapat mobile dan sering disebut breast
mouse.
36

Tanda dan gejala
1. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada penampang tampak
jaringan ikat berwarna putih, kenyal
2. Ada bagian yang menonjol ke permukaan
3. Ada penekanan pada jaringan sekitar
4. Ada batas yang tegas
5. Bila diameter mencapai 10 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant Fibroadenoma )
6. Memiliki kapsul dan soliter
7. Benjolan dapat digerakkan
8. Pertumbuhannya lambat
9. Mudah diangkat dengan lokal surgery
10. Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian

Diagnosis
Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu dengan
pemeriksaan fisik (phisycal examination), dengan mammography atau
ultrasound, dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC). Pada pemeriksaan
fisik dokter akan memeriksa benjolan yang ada dengan palpasi pada daerah
tersebut, dari palpasi itu dapat diketahui apakah mobil atau tidak, kenyal atau
keras,dll. Mammography digunakan untuk membantu diagnosis, mammography
sangat berguna untuk mendiagnosis wanita dengan usia tua sekitar 60 atau 70
tahun, sedangkan pada wanita usia muda tidak digunakan mammography,
sebagai gantinya digunakan ultrasound, hal ini karena fibroadenoma pada wanita
muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik bila menggunakan
mammography.
3


Pada FNAC kita akan mengambil sel dari fibroadenoma dengan
menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan.
Dari alat tersebut kita dapat memperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma,
lalu hasil pengambilan tersebut dikirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa di
bawah mikroskop. Dibawah mikroskop tumpor tersebut tampak seperti berikut :
37

a. Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa) dan
berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus; b. Lobuli terdiri
atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk bular
(perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler); c. Saluran tersebut dibatasi
sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar pendek uniform.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Biopsi

Gambar 8 : hasil biopsi
38


Gambar 9 :,tampak sel tumor dengan proliferasi sel epitel dengan inti bulat. Bisa membentuk struktur
tubulus atau celah / slit .Pada lapang pandang lain, tampak proliferasi stroma fibromyxoid dengan sel2
stellate.

3. Hormonal
4. PET ( Positron Emision Tomografi )
5. Mammografi
6. Angiografi
7. MRI
8. USG
39


Gambar 10 :The picture shows how fibroadenoma looks in USG result. It will appear as a dark area, with
a definite outline, homogeneous, round or oval, and may have smooth-edged bumps.

9. Foto Rontgen ( x ray )
10. Blood Study
Pencegahan dan Deteksi DiNI
1. Faktor-faktor resiko
2. Pemerikasaan payudara sendiri
3. Pemeriksaan klinik
4. Mammografi
5. Melaporkan tanda dan gejala pada sumber/ahli untuk mendapat perawatan.
Tumor ini tumbuh dengan cepat selama masa kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause
oleh karena rangsangan estrogen yang meningkat. Terapi tumor ini adalah dengan tindakan
ekstirpasi oleh karena tumor jinak ini akan terus membesar, lebih jelas adalah sebagai berikut :
Monitoring dan konservatif, jika
o Massa kurang dari 5 cm
o Tidak terdapat tanda keganasan
o 40% mengalami regresi secara spontan


40

Fibroadenectomy
o Ukuran massa lebih dari 5 cm
o Simtomatik
o Pertumbuhannya cepat
o Kosmetik
o Permintaan pasien
o Efek menekan
o Memiliki resiko keganasan

Gambar 11 : perbedaan fibroadenoma dan kista
4. Cystosarcoma Phyllodes
Varian jarang fibroadenoma, cystosarcoma phyllodes bertanggung jawab untuk kurang dari 1%
dari semua lesi jinak dan ganas payudara. Namanya salah karena ia jarang ganas dan biasanya
tidak kistik. Asalnya bisa dari fibroadenoma selular yang telah ada yang sekarang mengandung
satu atau lebih komponen asal mesenkim.
1

Cystosarcoma phyllodes adalah jarang, terutama tumor jinak yang terjadi hampir semata-mata
pada payudara wanita. Namanya berasal dari kata Yunani sarcoma, yang berarti tumor
berdaging, dan phyllo, yang berarti daun. Dengan nyata sekali, tumor menampilkan karakteristik
41

yang besar, sarkoma ganas, mengambil tampilan seperti-daun ketika dipotong, dan menampilkan
epitel, ruang seperti-kista bila dilihat secara histologis (karena itu namanya). Karena sebagian
besar tumor itu jinak, namanya dapat menyesatkan. Dengan demikian, terminologi yang disukai
sekarang adalah tumor filodes.
2

Adalah Johann Muller yang pertama kali memberikan nama cystosarcoma phyllodes pada
tahun 1838, karena tumor ini seringkali kistik dan secara klasik memiliki proyeksi seperti daun
ke dalamnya. Sementara istilah-istilah ini deskriptif dengan tepat, istilah sarkoma tidak
dibenarkan dalam mayoritas kasus, maka saran bahwa istilah tumor filodes diganti, dengan
istilah sarkoma filodes terbatas pada sebagian kecil yang membenarkan penunjukan ini atas
dasar histologis atau oleh perilaku klinis. Ini adalah kondisi lain dimana kebingungan merajalela,
dan banyak lagi kesalahan harus ditujukan terhadap terminologi yang tidak tepat. Semenjak
tumor tidak kistik maupun sarkoma, cystosarcoma harus ditinggalkan mendukung tumor
filodes (jinak) atau sarkoma filodes (ganas). Kasus ini juga dijabarkan oleh Azzopardi.
3,4

DEFINISI
Sebuah tipe tumor yang ditemukan di jaringan payudara atau prostat. Biasanya besar sekali dan
berkembang dengan cepat. Tumor ini mungkin saja benigna (bukan kanker) atau maligna
(kanker) dan bisa menyebar ke bagian lain tubuh. Juga disebut CSP atau tumor filodes.
3

Sebuah tipe neoplasma jaringan ikat yang timbul dari stroma intralobular payudara. Ditandai
dengan pembesaran cepat massa bergerak-keras asmiteris. Secara histologis tampak seperti celah
stroma seperti daun yang dibatasi oleh sel-sel epitel.

SINONIM
Cystosarcoma phylloides, cystosarcoma phyllodes, tumor filodes.
ETIOLOGI
Etiologi cystosarcoma phyllodes tidak diketahui.
2

42

Tumor filodes secara nyata berhubungan dengan fibroadenoma dalam beberapa kasus, karena
pasien dapat memiliki kedua lesi dan gambaran histologis kedua lesi mungkin terlihat pada
tumor yang sama. Namun, apakah tumor filodes berkembang dari fibroadenoma atau keduanya
berkembang bersama-sama, atau apakah tumor filodes dapat muncul de novo, tidaklah jelas.
Noguchi dan kolega telah mempelajari pertanyaan ini dengan analisis klonal dalam tiga kasus
dimana fibroadenoma dan tumor filodes diperoleh berurutan dari pasien yang sama. Pada
masing-masing kasus, kedua tumor monoklonal dan memperlihatkan alel inaktif yang sama.
Mereka berargumen dengan meyakinkan bahwa tumor filodes memiliki asal yang sama dengan
fibroadenoma, fibroadenoma tertentu dapat berkembang menjadi tumor filodes.
3

Studi menarik oleh Yamashita dkk, mengamati immunoreactive endothelin 1 (irET-1), contoh
perilaku dimana ilmu pengetahuan moderen menjelaskan mekanisme yang akan dengan pasti
terbukti penting dalam memahami kedua fungsi normal payudara dan patologi, sementara
memungkinkan pergeseran dalam penekanan dari model rodentia ke studi manusia. Level
jaringan irET-1 diukur dengan ekstrak dari 4 tumor filodes dan 14
fibroadenoma. Immunoreactive endothelin 1 dapat dibuktikan dalam semua kasus, namun
levelnya jauh lebih tinggi pada tumor filodes dibandingkan pada fibroadenoma.Endothelin
1 pada prinsipnya merupakan vasokonstriktor kuat, namun juga memiliki banyak fungsi lainnya.
Ia menyebabkan stimulasi sederhana DNA fibroblas payudara, namun dapat digabungkan
dengan insulin-like growth factor 1 (IGF-1) untuk menciptakan stimulasi kuat. ET-1 tidak
terdapat pada sel epitel payudara normal, namun reseptor ET-1 spesifik terdapat pada permukaan
sel stroma normal. Reseptor ET-1 dijumpai pada permukaan sel dari sel-sel stroma tumor filodes
namun sel-selimmunoreactive ditemukan dalam sel-sel epitel tapi bukan sel-sel stroma, memberi
kesan bahwa ET-1 disintesis oleh sel epitel tumor filodes. Dengan demikian hal tersebut
menyediakan kemungkinan mekanisme parakrin pada stimulasi pertumbuhan stroma cepat yang
selalu terlihat bersama tumor filodes.
3

Hal penting adalah bahwa tumor filodes tidak seharusnya dibingungkan dengan sarkoma murni
(tanpa elemen epitel sama sekali), untuk memiliki tingkat lebih besar pada keganasan dan
gumpalan keduanya sama-sama bisa mengaburkan sifat jinak dasar kebanyakan tumor filodes.
Imunositokemistri dan mikroskop elektron memperlihatkan bahwa sel stroma pada kedua tumor
filodes jinak dan ganas merupakan campuran dari fibroblas dan miofibroblas. Teknik-teknik ini
43

membebaskan perbedaan dari leiomiosarkoma dan mioepitelioma, yang dapat menyerupai tumor
filodes menunjukkan reaksi yang sama sekali berbeda.
4

PATOFISIOLOGI
Tumor filodes merupakan neoplasma non-epitelial payudara yang paling sering terjadi, meskipun
hanya mewakili 1% dari tumor payudara. Tumor ini memiliki tekstur halus, berbatas tajam dan
biasanya bergerak secara bebas. Tumor ini adalah tumor yang relatif besar, dengan ukuran rata-
rata 5 cm. Namun, lesi yang > 30 cm pernah dilaporkan.
2

FREKUENSI
Tidak ada perbedaan dalam frekuensi tumor filodes yang terlihat muncul diantara pasien-pasien
dari Amerika Serikat dan pasien-pasien dari negara lain. Tumor filodes diperkirakan sekitar 1%
dari total neoplasma payudara.
2

MORTALITAS/MORBIDITAS
Karena data yang terbatas, persentase tumor filodes jinak dibanding ganas tidak terdefenisi
dengan baik. Laporan yang ada mengindikasikan bahwa sekitar 80-95% tumor filodes adalah
jinak dan itu sekitar 10-15% adalah ganas.
2

Meskipun tumor jinak tidak bermetastase, namun mereka memiliki kecenderungan untuk tumbuh
secara agresif dan rekuren secara lokal. Mirip dengan sarkoma, tumor maligna bermetastase
secara hematogen. Sayangnya, gambaran patologis tumor filodes tidak selalu meramalkan
perilaku klinis neoplasma; karenanya pada beberapa kasus terdapat tingkat ketidakpastian
tentang klasifikasi lesi. Ciri-ciri tumor filodes maligna adalah sebagai berikut:
2

Tumor maligna berulang terlihat lebih agresif dibandingkan tumor asal
Paru merupakan tempat metastase yang paling sering, diikuti oleh tulang, jantung, dan
hati
Gejala untuk keterlibatan metastatik dapat timbul mulai dari sesegera beberapa bulan
sampai paling lambat 12 tahun setelah terapi awal
Kebanyakan pasien dengan metastase meninggal dalam 3 tahun dari terapi awal
44

Tidak terdapat pengobatan untuk metastase sistemik yang terjadi
Kasarnya 30% pasien dengan tumor filodes maligna meninggal karena penyakit ini
RAS, JENIS KELAMIN DAN USIA
Predileksi tampaknya tidak ada untuk tumor filodes.Tumor filodes muncur hampir secara
eksklusif pada wanita. Laporan kasus jarang telah dijelaskan pada pria. Tumor filodes dapat
terjadi pada segala usia; namun usia pertengahan adalah dekade kelima kehidupan. Beberapa
fibroadenoma juvenil pada remaja dapat terlihat seperti tumor filodes secara histologis; namun,
mereka berperilaku jinak sama seperti fibroadenoma lainnya.
2

GAMBARAN KLINIS
Haagensen melaporkan kira-kira satu tumor filodes untuk setiap 40 fibroadenoma. Distribusi usia
luas, dari 10-90 pada seri Haagensen dari 84 pasien, namun dengan mayoritas antara 35 dan 55
tahun. Tumor bilateral sangat jarang, meskipun sebuah kasus luar biasa dari tiga buah tumor
terpisah pada jaringan payudara ektopik aksila bilateral juga payudara normal telah dilaporkan.
Tumor filodes jarang pada pasien dibawah usia 20 tahun, ketika muncul untuk memberikan
reaksi terutama dengan cara jinak, tanpa memperhatikan corak histologis. Juga telah dijelaskan
dalam kelenjar mirip mammae di vulva, payudara pria dan di prostat dan vesikula seminalis.
3

Kebanyakan tumor tumbuh dengan cepat menjadi ukuran besar sebelum pasien datang, namun
tumor-tumor tidak menetap dalam arti karsinoma besar. Hal ini disebabkan mereka khususnya
tidak invasif; besarnya tumor dapat menempati sebagian besar payudara, atau seluruhnya, dan
menimbulkan tekanan ulserasi di kulit, namun masih memperlihatkan sejumlah mobilitas pada
dinding dada.
3

Anamnesa
2

Pasien khususnya muncul dengan massa payudara keras, bergerak, berbatas jelas, tidak
lunak
Sebuah massa kecil dapat dengan cepat berkembang ukurannya dalam beberapa minggu
sebelum pasien mencari perhatian medis
45

Tumor jarang melibatkan kompleks puting-areola atau meng-ulserasi kulit
Pasien dengan metastase bisa muncul dengan gejala seperti dispnoe, kelelahan, dan nyeri
tulang
Pemeriksaan fisik
2

Disadari adanya massa payudara keras, bergerak, berbatas-jelas, tidak lunak
Secara ganjil, cystosarcoma phylloides cenderung melibatkan payudara kiri lebih sering
dibandingkan payudara kanan
Diatas kulit mungkin terlihat tampilan licin dan cukup translusen untuk memperlihatkan
vena payudara yang mendasarinya
Temuan fisik (misal, adanya massa bergerak dengan batas jelas) mirip dengan yang ada
pada fibroadenoma
Tumor filoides umumnya bermanifestasi sebagai massa lebih besar dan memperlihatkan
pertumbuhan yang cepat
Temuan mamografi (misal, tampilan kepadatan bundar dengan batas halus) juga serupa
dengan yang terdapat fibroadenoma
Tumor maligna rekuren terlihat lebih agresif dibandingkan tumor asal
Paru merupakan tempat metastase paling sering, diikuti oleh tulang, jantung dan hati
Gejala untuk keterlibatan metastatik dapat timbul mulai dari sesegera beberapa bulan
sampai paling lambat 12 tahun setelah terapi awal
Kebanyakan pasien dengan metastase meninggal dalam 3 tahun dari terapi awal
Tidak terdapat pengobatan untuk metastase sistemik yang terjadi
Hitungan kasar 30% pasien dengan tumor filoides maligna meninggal karena penyakit ini
PERILAKU TUMOR
Sementara tumor filoides memperlihatkan kecenderungan jelas untuk berulang secara lokal jika
dieksisi dengan batas dekat, metastasis lokal atau jauh adalah jarang. Faktanya, tumor-tumor
tersebut dinilai sebagai jinak setelah studi histologis menyeluruh dapat diharapkan memiliki
prognosis yang baik, khususnya jika pada awalnya diterapi dengan eksisi komplit. Tumor yang
46

secara histologi maligna (sarkoma filoides) tidak dapat diprediksi perilakunya. Studi pusat-
tunggal dari 32 kasus memberikan indikasi perilaku yang wajar. Tumor-tumor jinak tidak
memperlihatkan rekurensi jika dieksisi komplit, namun setengahnya (6 dari 13) yang dieksisi
tak-komplit mengalami rekurensi lokal. Tidak terdapat rekurensi yang terlihat setelah eksisi
komplit pada empat batasan dan empat tumor maligna, namun eksisi tak komplit tumor maligna
mengarah pada penyakit dinding dada tak-terkontrol.
3

Pada umumnya, rekurensi lokal tumor jinak tetap jinak, namun transformasi ke malignansi dapat
terjadi dan ledakan malignansi telah dilaporkan setelah 15 episode rekurensi lokal jinak.
3

Prognosis menyenangkan secara keseluruhan terlihat pada seri Haagensen, dimana hanya empat
dari 84 pasien yang diketahui mengalami metastase. Sementara kita menemukan rekurensi lokal
pada pasien, tak satupun yang mengalami metastase. Seri terbaru 66 kasus dari Mayo Clinic
menegaskan bahwa yang paling berperilaku derajat-rendah, tumor non-metastasis, namun baik
evaluasi histologis maupun analisis DNA dengan aliran sitometri memberikan penilaian perilaku
yang dapat dipercaya pada tumor individual.
3

PEMERIKSAAN
Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada penanda tumor hematologik atau uji darah lainnya yang bisa digunakan untuk
mendiagnosacystosarcoma
2

Studi Pencitraan
Meski mamografi dan ultrasonografi umumnya penting dalam diagnosis lesi payudara, namun
keduanya sangat tidak dapat diandalkan dalam membedakan cystosarcoma phyllodes jinak dari
bentuk kondisi ganas ataupun dari fibroadenoma. Dengan demikian, temuan pada studi
pencitraan bukanlah diagnosis pasti dari cystosarcoma phyllodes.
2
47


Gamabar 12 : Tumor filodes

Gambar 13 : mammografi pada tumor filodes
Prosedur
2

FNA untuk pemeriksaan sitologi biasanya tidak memadai untuk diagnosis tumor filoides.
Biopsi jarum lebih dapat dipercaya, namun masih bisa terdapat kesalahan pengambilan
sampel dan kesulitan dalam membedakan lesi dari sebuah fibroadenoma
Biopsi payudara eksisi terbuka untuk lesi lebih kecil atau biopsi insisional untuk lesi
lebih besar adalah metode pasti untuk mendiagnosis tumor filoides

48

Temuan histologis
Semua tumor filoides mengandung komponen stroma yang dapat bervariasi dalam tampilan
histologis dari satu lesi ke lesi lainnya. Umumnya, tumor filoides jinak memperlihatkan
peningkatan jumlah mencolok pada fibroblas fusiformis reguler dalam stroma. Adakalanya, sel-
sel sangat anaplastik dengan perubahan miksoid yang diamati. Atipia seluler tingkat tinggi,
dengan peningkatan selularitas stroma dan peningkatan jumlah mitosis, hampir selalu diamati
pada bentuk maligna cystosarcoma phylloides. Secara ultra-struktural, pada tumor filoides
bentuk jinak dan ganas, nukleolus dapat mengungkapkan nukleolonema yang bertautan kasar dan
sisterna berlimpah dalam retikulum endoplasma.
2


Gambar 14 : biopsi tumor filodes
DIAGNOSA BANDING
2

Angiosarcoma
Kanker payudara
PENATALAKSANAAN

Usia penting dalam manajemen lesi-lesi ini. Dibawah umur 20, semuanya harus diterapi dengan
enukleasi, karena mereka hampir selalu berperilaku dalam sikap jinak. Sitologi aspirasi dapat
49

memberi kesan diagnosis tumor filoides namun histologi yang lebih tepat pada biopsi jarum inti
dibutuhkan sebelum merencanakan pengobatan.
3

Situasinya kurang jelas pada pasien yang lebih tua. Beberapa dokter bedah memiliki pengalaman
cukup untuk menjadi dogmatis mengenai manajemennya. Haagensen melaporkan satu dari seri
terbesar, dan merekomendasikan eksisi lokal luas sebagai pendekatan primer pada penanganan
tumor filoides jinak. Dia memiliki angka rekurensi lokal sebesar 28% diantara 43 pasien yang
ditangani dengan eksisi lokal, dengan follow-up minimal 10 tahun. Namun hanya 3 dari
rekurensi tersebut yang menuntut mastektomi sekunder, dan tak satupun yang meninggal akibat
tumor ini. Hanya 1 dari 21 pasien yang diterapi dengan mastektomi (simpel atau radikal)
mengalami rekurensi lokal; ini adalah sarkoma filoides yang dengan cepat menimbulkan
metastasis lokal dan sistemik. Angka rekurensi lebih tinggi untuk tumor filoides jinak
dibandingkan ganas telah dilaporkan dalam sejumlah seri, mencerminkan pendekatan bedah
yang lebih sederhana untuk tumor-tumor yang diperkirakan kurang serius.
3

Jelas bahwa eksisi tak-komplit merupakan penentu utama rekurensi pada lesi jinak dan
menengah. Mengapa rekurensi tinggi dilaporkan dari kebanyakan seri sementara hal ini begitu
baik diperlihatkan? Ada dua alasan utama: kegagalan untuk mengantisipasi kemungkinan tumor
filoides dan kegagalan mendefinisikan tenik yang akan meyakinkan eksisi komplit. Yang
pertama dapat dijumpai hanya dengan kecurigaan tingkat tinggi, dan penilaian rangkap tiga pada
semua massa sebelum pembedahan. Khususnya penting untuk menghindari biopsi eksisi sebagai
prosedur diagnostik karena hampir tidak mungkin mempengaruhi batas eksisi tegas dari rongga
biopsi, dimana hal ini dilakukan sebagai prosedur primer sementara tumor masih in situ. Untuk
alasan ini, diagnosis histologis harus dibuat dengan biopsi jarum-inti, atau setidaknya tidak ada
prosedur lebih besar selain biopsi insisi.
3

Eksisi makroskopik komplit, dengan usulan batas 1 cm, dapat dipastikan dengan teknik yang
tepat. Dengan teknik eksisi biasa sementara menempatkan traksi pada massa, mudah untuk
melakukan diseksi terlalu dekat ke tumor pada beberapa titik diseksi. Cara yang dapat dipercaya
untuk menghindari hal ini adalah agar dokter bedah menempatkan jari-jari kiri pada massa, dan
memotong diluar jari, dengan traksi hanya pada jaringan payudara sekitarnya.
3

50

Untuk lesi kecil dimana diagnosis diusulkan oleh penilaian rangkap tiga atau tampilan
makroskopik (lunak, coklat, tampilan berdaging), tumor harus dieksisi dengan batas 1-cm dari
jaringan payudara normal. Jika histologinya jinak, hal ini merupakan penatalaksanaan yang
cukup, dengan eksisiquadrantic (seperempat-lingkaran) untuk lesi menengah. Dimana diagnosis
pertama kali dikenali pada pemeriksaan histologi dari spesimen biopsi eksisi,
eksisi quadrantic jaringan parut direkomendasikan dengan maksud memastikan bersihan lokal
yang memenuhi syarat. Untuk lesi besar dan lesi rekuren, pembersihan yang baik pasti
melibatkan mastektomi mendekati-total dan kami lebih menyukai mastektomi sederhana, dengan
rekonstruksi menengah yang seharusnya diharapkan pasien. Terdapat beberapa bukti
meningkatnya insiden karsinoma payudara yang berhubungan, serentak atau selanjutnya, pada
pasien dengan tumor filoides dan hal ini merupakan alasan tambahan untuk follow-up jangka
panjang yang teliti terhadap pasien-pasien yang demikian.
3

Terapi Bedah
Pada kebanyakan kasus cystosarcoma phylloides, melakukan eksisi luas normal, dengan
lingkaran jaringan normal. Tidak terdapat aturan tentang besarnya batas. Namun, batas 2 cm
untuk tumor kecil (< 5 cm) dan batas 5 cm untuk tumor besar (> 5 cm) telah dianjurkan.
2

Lesi tidak seharusnya dikupas keluar, seperti yang mungkin dilakukan dengan fibroadenoma,
atau angka rekurensi tanpa dapat diterima jadi meningkat.
2

Jika tumor terhadap rasio payudara cukup tinggi untuk menghindarkan hasil kosmetik
yang memuaskan dengan eksisi segmental, mastektomi total, dengan atau tanpa
rekonstruksi, adalah sebuah alternatif.
Prosedur yang lebih radikal tidak secara umum dibenarkan.
Melakukan diseksi nodus limfatikus aksila hanya untuk nodus yang dicurigai secara
klinis. Namun, sebenarnya semua nodus ini reaktif dan tidak mengandung sel-sel
maligna.


51

KOMPLIKASI
2

Seperti kebanyakan operasi payudara, komplikasi paska operasi dari penatalaksanaan bedah
tumor filoides termasuk berikut ini:
Infeksi
Pembentukan seroma
Rekurensi lokal dan/atau jauh
PROGNOSIS
2

Meskipun cystosarcoma phylloides dianggap sebagai tumor jinak secara klinis,
kemungkinan untuk rekurensi lokal setelah eksisi selalu ada, khususnya dengan lesi yang
memperlihatkan histologi maligna. Tumor setelah pengobatan awal dengan eksisi lokal
luas, yang rekuren secara lokal idealnya diterapi dengan mastektomi total.
Penyakit metastase khususnya diamati pada paru, mediastinum dan tulang.
Sajian klinis beragam
o Jika tumor jinak, prognosis jangka panjang baik sekali mengikuti eksisi lokal
yang memadai
o Jika tumor berulang recara lokal setelah eksisi, eksisi lokal berikutnya atau
mastektomi total khususnya kuratif
5. Nekrosis lemak
Lesi jinak parenkim payudara, nekrosis lemak bisa menyamr sebagai suatu karsinoma. Ia sering
akibat trauma pada payudara dan riwayat trauma payudara belakangan ini 50% kasus yang
terjadi. Sering area ekimosis mengelilingi massa berbatas tak tegas, kenyal, nyeri tekan, yang
mempunyai sifat klinik karsinoma atas pemeriksaan fisik dan x-ray. Bahakan peau dorange dan
retraksi kulit bisa ada. Biopsi eksisis diindikasikan untuk diagnosis serta untuk meredakan nyeri
dan deformitas kosmetik yang lazim menyertai lesi ini. Pembedaan dari karsinoma harus
dibuktikan secara histologi. Secara mikroskopik, respon peradangan menahun dengan sel dati
benda asing, pembentukan kista dan kalsifikasi angularis yang mengandung kristal kolesterol
membedakan lesi ini dari kanker.
3
52

Nekrosis lemak adalah lesi yang sangat jarang terjadi pada payudara tetapi gejala klinis dari lesi
ini adalah sangat penting untuk diketahui karena lesi ini memiliki gejala klinis berupa benjolan
pada payudara, disertai dengan retraksi dari kulit payudara atau puting yang menyerupai gejala
pada karsinoma. Trauma dianggap merupakan penyebab terjadinya lesi ini, karena lebih kurang
setengah dari pasien ini memiliki riwayat trauma pada payudara sebelumnya Ekimosis sering
ditemukan pada lesi tumor ini. Nyeri tekan bisa juga ditemukan dan bisa juga tidak. Jika lesi ini
tidak ditanggani, massa yang berhubungan dengan nekrosis lemak secara perlahan akan hilang.
Namun demi kepastian diagnosis, lesi ini tetap harus dilakukan biopsi, massa dieksisi, untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya keganasan.

Gambar 15 : mammae nekrosis lemak
6. Papiloma intraduktus
Adanya sekret putting susu berdarah atau serosa dalam wanita premenopause tanpa massa
payudara parenkima penyerta menggambarkan suatu papiloma intraduktus. Lesi ini khas muncul
dalam saluran lactifer besar dari kompleks subareola putting susu. Biasanya ia dalam diameter 1-
2 mm serta lunak dan sering tidak dapat dipalpasi. Ia tampil sebagai tonjolan seperti raspberry
dari dinding samping duktus dan bisa mencapai ukuran lebih dari 1 cm. papiloma intraduktus
telah dilaporkan timbul sebagai suatu transformasi dari proliferasi papiler lesi ini. Sifat sitologi
dan bukti invasi merupakan kriteria pembedaan terpenting.
4
53

Lesi ini diterapi dengan reseksi baji mekanisme duktus. Bila tidak ditemukan papiloma dalam
duktus yang di curigai, maka reseksi segmental payudara subareola harus dilengkapi. Tindakan
lebih radikal tidak dibenarka, kecuali dikonfirmasi jelas invasi lesi.
Lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola mammae. Lesi
ini memiliki ukuran yang kecil, sering terjadi pada wanita yang berusia 35-55 tahun.
2
Etiologi dan faktor predisposisi dari lesi ini masih tidak diketahui.
Gejala klinis dari lesi ini adalah :
Pembesaran dari payudara
Ditemukan benjolan
Adanya nyeri pada payudara
Keluarnyadis char ge pada puting pada single duktus
Pada pemeriksaan dapat ditemukan sebuah benjolan kecil di bawah puting, tetapi benjolan ini
tidak selalu dapat dipalpasi. Pemeriksaan mammografi tidak dapat menunjukan adanya lesi
papiloma, namun dapat diatasi dengan pemeriksaan USG. Pemeriksaan lain yang dapat
dilakukan juga pada lesi ini adalah :
Biopsi payudara
Pemeriksaan discharge yang keluar untuk melihat apakah terdapat keganasan (maglinan)
PemeriksaanX-r ay dengan menginjeksikan bahan kontras ke dalam duktus (duktogram).
Penatalaksanaan duktus yang mengalami kelainan adalah dengan operasi pengangkatan dan sel
dari tumor tersebut dilakukan pemeriksaan patologis untuk mengetahui apakah merupakan sel
kanker atau tidak. Komplikasi dari lesi ini tidak ada, adapun komplikasi yang timbul adalah
disebabkan oleh tindakan operasi seperti perdarahan, infeksi, dan resiko anastesia. Prognosis
pasien dengan satu lesi tumor adalah baik, tetapi orang dengan multipel papiloma intraduktus
atau orang yang menderita lesi ini pada usia muda memiliki peningkatan resiko untuk
berkembang menjadi kanker, terutama jika memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker.
Tidak ada cara yang dapat mencegah lesi ini, namun dengan pemeriksaan payudara sendiri
danscreening mammografi dapat membantu dalam mendeteksi lebih awal.
1
54


Gambar 16
7. Ekstasia duktus mammae (mastitis sel plasma)
Mastitis sel plasma juga disebut mastitis komedo. Lesi ini merupakan radang subakut yang
didapat pada sistem duktus di bawah areola. Gambaran klinisnya sukar dibedakan dengan
karsinoma, yaitu berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting
susu akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening
2
Lesi ini nyeri dan memperlihatkan suatu massa penyerta, fiksasi dermis dan/atau inversi putting
susu. Edema dan perubahan peradangan payudara juga bisa ada. Lesi ini jinak tetapi menyerupai
karsinoma oleh penampilan klinin dan radiologisnya. Secara mikroskopik ada dilatsi duktus yang
atrofi, retensi debris aselular dan infiltrasi sel plasma. Karena sifat difus lesi ini dan kecurigaan
klinik bagi karsinoma, maka diperlukan beberapa biopsi untuk mengkonfirmasi sifat jinak lesi
ini.
3
55


Gambar 17

Gambar 18

56

8. Kelainan Lain
Akrokordon (skin tags) adalah massa pedukulat terlokalisasi pada aksila, kelopak mata, dan
batang tubuh. Lesi ini terdiri dari hiperplasia epidermis pada jaringan ikat fibrosa. Lesi ini
biasanya berukuran kecil dan cenderung jinak.
Dermatofibroma adalah suatu kelainan yang biasanya berupa nodul soliter yang ukurannya
diameter kira-kira 1 sampai 2 cm. lesi ini ditemukan primer pada kaki dan lateral dari batang
tubuh. Lesi ini terdiri dari kumparan jaringan ikat yang mengandung fibroblast. Ada tidaknya
kapsul dan vaskularisasi pada massa ini adalah bervariasi. Lesi ini dapat didiagnosis dengan
pemeriksaan klinis. Ketika lesi ini membesar sampai 2- 3 cm, biopsi eksisi dianjurkan untuk
mengetahui adanya keganasan.
4
Lipoma adalah neoplasma subkutaneus yang umum sering terjadi. Lesi ini ditemukan biasanya
pada batang tubuh tetapi dapat pula timbul di berabagai tempat. Lesi ini terkadang tumbuh
sampai berukuran besar. Pemeriksaan mikroskopik ditemukan sebuah tumor berlobus yang
mengandung sel lemak normal. Terapi dengan eksisi dianjurkan pada pasien ini untuk
mendiagnosis dan mengembalikan kontur kulit menjadi normal.
3








57

KESIMPULAN
Pada mamalia, sepasang payudara akan berkembang sepanjang garis mammae tersebut, yang
berjalan dari pangkal ekstremitas atas (aksilaris anterior) ke regio ekstremitas bawah (area
inguinal). Namun, garis ini tidak menetap pada manusia dan menghilang, kecuali yang berada di
daerah pektoralis yang akan bertahan yang akan berkembang menjadi payudara. Payudara
mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon yaitu perubahan mulai dari masa
hidup anak, pubertas, masa fertilisasi, sampai masa klimakterium dan menopause, perubahan
yang sesuai siklus daur haid, dan perubahan pada masa hamil dan menyusui.
Perlunya dilakukan pemeriksaan payudara berkala baik dengan pemeriksaan fisik (SADARI)
atau pemeriksaanscrenning mamografi untuk mencegah berkembangnya suatu keganasan.
Kelainan jinak pada payudara dibagi menjadi abnormalitas yang normal terjadi pada payudara,
abnormalitas ringan, dan abnormalitas yang berat. Abnormalitas pada payudara kemudian dibagi
lagi menjadi dua yaitu patologi proliferasi abnormal atipikal dan non atipikal

Anda mungkin juga menyukai