a. Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian
dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma,
sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan
dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi
15-20 lobuspada tiap payudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam
saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung
membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
b. Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar
melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di
dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapatotot polos yang
bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
c. Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/
datar, panjang dan terbenam(inverted).
Fibroadenoma
Tumor jinak yang banyak terdapat pada wanita muda. Fibroadenoma
teraba sebagai tumor benjolan bulat dengan permukaan yang licin dan
konsistensi padat kenyal. Tumor ini tidak melekat ke jaringan sekitarnya
dan amat mudah digerakkan. Benjolan ini biasanya tidak nyeri, bisa
tumbuh banyak (multipel). Pertumbuhan tumor bisa cepat sekali selama
kehamilan dan menyusui atau menjelang menopause saat rangsangan
estrogen tinggi tapi setelah menopause tumor jenis ini tidak ditemukan
lagi.
Tumor filoides
Tumor jinak yang bersifat menyusup secara lokal dan seperti tumor
ganas. Tumor ini biasanya terjadi pada umur 35-40 tahun. Kulit diatas
tumor mengkilap, regang, tipis, merah dengan pembuluh-pembuluh
darah balik (vena) yang melebar dan panas. Meskipun mirip dengan
kanker, tumor ini tidak mengalami penyebaran (metastasis) hanya
merusak jaringan lokal. Tumor ini pertumbuhannya cepat dan sering
timbul kematian sel (nekrosis) dan radang pada kulit dan kambuhan.
Papiloma intraduktus
Tumor jinak dari saluran air susu (duktus laktiferus) dan 75% tumbuh di
bawah areola payudara. Gejalanya berupa keluarnya cairan berdarah dari
puting susu.
Adenosis sklerosis
Secara klinis, tumor ini teraba seperti kelainan fibrokistik tetapi secara
histopatologi tampak proliferasi jinak.
Nekrosis lemak
Biasanya disebabkan oleh cedera berupa massa keras yang sering agak
nyeri tetapi tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya
biasanya tidak rata. Secara klinis, sukar dibedakan dengan tumor ganas.
Kelainan lain
Tumor jinak lemak (Lipoma), tumor jinak otot polos (leimioma), dan
kista sebasea (kelenjar minyak) merupakan tumor yang mungkin
terdapat di payudara tetapi tidak bersangkutan dengan jaringan kelenjar
payudara.
Tumor ganas atau kanker payudara juga memiliki beberapa tipe, antara
lain :
Ductal Carcinoma In-Situ (DCIS)
Merupakan tipe kanker payudara yang paling dini dan terbatas hanya di
dalam sistem duktus.
Medullary Carcinoma
Tipe ini paling sering terjadi pada wanita berusia akhir 40 tahun dan 50
tahun. Menghasilkan gambaran sel seperti bagian abu-abu (medulla)
pada otak. Terjadi sebanyak 15% dari kasus kanker payudara.
Tubular Carcinoma
Tipe ini banyak ditemukan pada wanita usia 50 tahun keatas. Pada
pemeriksaan mikroskopik gambaran struktur tubulusnya sangat khas.
Terjadi sebanyak 2% dari kasus kanker payudara dan angka 10 ysr (year
survival rate) mencapai 95%.
Mucinous Carcinoma (Colloid)
Kanker payudara yang angka kesembuhannya paling tinggi. Perubahan
yang terjadi terutama pada produksi mucus dan gambaran sel yang sulit
ditentukan. Terjadi sebanyak 1%-2% dari seluruh kasus kanker
payudara.
Struktur mikroskopis
Payudara terutama etrsusun atas jaringan kelenjar tetapi juga
mengandung sejumlah jaringan lemak dan di tutupi oleh kulit. Jaringan
kelenjar ini di bagi menjadi kira-kira 18 lobus yang di pisahkan secara
sempurna satu sama lain oleh lembaran- lembaran jaringan febrosa.
Struktur didalamnya dikatakan menyerupai segmen buah anggur atau
jeruk yang dibelah. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang
berisi dan tersusun atas bangun sebagai berikut :
Alveoli
Yang mengandung sel-sel yang mensekresi air susu. Setiap alveolus
dilapisi oleh sel-sel yang mensekresi air susu, disebut acini. Yang
mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan
air susu. Di sekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang
kadang disebut sel keranjang (basket cell)atau sel laba-laba (spider cell).
Apabila sel-sel ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga
mengalirkan air susu kedalam duktus lactifer.
Tubulus lactifer, Saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli
Ductus lactifer, Saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus
lactifer
Ampulla,
Bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat
menyimpan air susu. Ampulla terletak dibawah areola. Lanjutan masing-
masing ductus lactifer
Meluas dari ampulla sampai muara papilla mammae
Vaskularisasi
Suplai darah (vaskulaisasi) ke payudara berasal dari arteria mammaria
iterna, arteria mammaria eksterna, dan arteria-arteria intercostalis
superior. Drainase vena melalui pembuluh-pembuluh yang sesuai, dan
akan masuk kedalam vena mammaria interna dan vena axillaris.
Drainase limfatik
Drainase limfatik terutama kedalam kelenjar axillaris dan sebagian
akan dialirkan kedalam fissura portae hepar dan kelenjar mediasanum.
Pembluh limfatik dari masing-masing payudara berhubungan satu sama
lain.
Persyarafan
Funfsi payudara terutama dikendalikan oleh aktivitas hormon.pada
kulit dipersyarafi oleh cabang-cabang nervus thoracalis. Juga terdapat
sejumlah saraf simpatis, terutama disekitar areola dan papilla mammae.
C. Tahap Perkembangan Payudara
Payudara wanita adalah salah satu struktur tubuh yang rumit dan luar
biasa. Payudara wanita mulai tumbuh pada masa puber dan terus
berubah seiring dengan fluktuasi hormonnya. Biasanya payudara mulai
kendur pada akhir usia 40-an. Seperti apa kondisi payudara payudara
dalam setiap tahapan usia?
1. Usia 20-an
Pada masa pubertas ketika tubuh seorang gadis remaja pertama
menghasilkan estrogen dalam jumlah cukup, payudaranya akan
berkembang pesat, membentuk dua kerangka jaringan ikat serta sistem
kelenjar, saluran, pembuluh darah, kelenjar getah bening, dan saraf.
Secara bersamaan, payudara juga mengembangkan sel-sel lemak yang
membentuk gumpalan kelenjar payudara. Payudara juga lebih cepat
terpengaruh gaya gravitasi. Untuk mencegahnya, kenakan bra yang
mampu menyangga "aset" Anda ini dengan sempurna.
2. Usia 30-an
Selama kehamilan, payudara secara bertahap akan membesar. Boleh
jadi bobot kedua payudara akan bertambah sebanyak setengah kilogram.
Peregangan kulit di sekitar payudara akibat kenaikan berat badan juga
bisa mengganggu produksi kolagen sehingga membuat kulit di sekitar
payudara menjadi kendur, terutama setelah persalinan. Lakukan
pemeriksaan payudara sendiri sekali setiap bulan. Jika ibu atau saudari
Anda memiliki riwayat kanker, lakukan mamografi di usia 35 tahun.
3. Usia 40-an
Walaupun Anda belum pernah hamil dan melahirkan, di usia ini
kelenjar penghasil susu (lobule) akan mengecil sehingga payudara
terlihat kendur. Penurunan berat badan yang drastis juga bisa membuat
payudara terlihat kendur akibat lapisan lemak pada payudara
menyusut.Push up bra bisa menyiasati hal tersebut. Mamografi
disarankan setahun sekali.
4. Usia 50-an
Pada saat menopause, perubahan pada payudara yang biasanya terjadi
selama siklus haid tidak terjadi lagi. Namun, risiko kanker payudara
akan semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Pemeriksaan
payudara menjadi lebih penting lagi dilakukan setelahmenopause.
D. Kolostrum payudara
A. Pengertian laktasi
1. Anatomi payudara
anatomi payudara
1. Korpus
Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian
dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot
polos dan pembuluh darah
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus
pada tiap payudara.
ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus),
kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang
lebih besar (duktus laktiferus)
2. Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar,
akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam
dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat ototpolos yang bila
berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
3. Papilla atau puting
Bagian yang menojol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran air
susu
2. Fisiologis laktasi
Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu
prolaktin dan reflek aliran timbul karena akibat perangsangan putting
susu karena hisapan oleh bayi.
1) Reflek prolaktin
Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/anatomi-
payudara-dan-fisiologis.html#ixzz2dR8rYXcg
Proses Laktasi
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi
normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui
prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau
pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu
Refleks Aliran (Let Down Reflek)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise
posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga
menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu
yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus
dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke
mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk
menyusui bayi.
Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra
Cendikia. (hlm: 10-11)
Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Payudara.
Diunduh Ahad, 6 September 2009; pukul 10:55 WIB
sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologi-
laktasi.html
botefilia.com/index.php/archives/2009/01/10/asi-laktasi/ diunduh
Ahad, 6 September 2009; pukul 10:50 WIB.
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen
Laktasi. Jakarta. (hlm:3-5)
Roesli, U., 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta:
Puspaswara. (hlm: 10-17)
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta:
Salemba Medika (hlm: 11-18)
Image, babies.sutterhealth.org
Sumber tulisan: Proses Laktasi
a) Anatomi payudara
1. Struktur makroskopik
Terdiri dari:
5. Lemak
b) Fisiologi payudara
Menunda kesuburan
Mengurangi polusi
Proses laktasi
Pengaruh hormonal
Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita
memproduksi hormone yang menstimulasi munculnya ASI dalam
system payudara.
1. Laktogenesis I
2. Laktogenesis II
3. Laktogeneses III
Pada seorang ibu yang hamil dikenal dua reflex yang masing-
masing berperan dalam pembentukan dan pengeluaran air susu,
yaitu:
a.Refleks prolaktin
Operasi
Tabungan kelamin
Melihat bayi
mencium bayi
a. Rangsangan
Kolustrum
Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit
pertama disebut foremilk. Foremilk lebih
encer. Foremilk mempunyaikandungan rendah lemak dan
tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. Selanjutnya, air
susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya
akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih
cepat kenyang. Dengan demikian, bayi akan membutuhkan
keduanya, baikforemilk maupun hindmilk.
Immunoglubin :
Mengkonsumsi rokok
Mengkonsumsi alcohol
Pil kontrasepsi
Bayi usia 0-6 bulan, dapat dinilai mendapat kecukupan ASI bila
mencapai keadaan sebagai berikut:
1. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal
mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama.
3. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 x sehari.
jam
Air seni bayi berwarna kuning pekat, berbau tajam, dan jumlah
nya sedikit. Bayi buang air kecil kurang dari 6 kali sehari. Ini
menunjukan bahwa bayi kekurangan cairan, sehingga
menunjukan bahwa bayi kurang mendapat cukup ASI.
Untuk Bayi
Untuk Ibu
lebih ekonomis
Manfaat Inisiasi
4. Dengan lembut putar puting susu dengan telunjuk dan ibu jari
sekitar 10 detik sewaktu mandi. Jika ibu mendapatkan puting
susu rata atau masuk ke dalam, konsultasikan ke dokter,
sehingga hal ini dapat diatasi sedini mungkin untuk mencegah
kesulitan menyusui nantinya.
- Handuk 2 buah
- Waslap 2 buah
- Tempat sampah
- 3 buah peniti
Caranya yaitu :
- Pengurutan 1
- Pengurutan II
Salah satu tangan menopang payudara sedang tangan yang
lainnya mengurut payudara dari pangkal menuju putting susu
dengan tangan dikepalkan. Lakukanlah sebanyak 15-30 kali.
- Pengurutan III
- Pengurutan IV
Fisiologi Laktasi
Posted By: Lusa Rochmawation: 26 September 2009In: Nifas
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) danpengeluaran
ASI (oksitosin).
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena
pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada
saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses
laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat
perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.
Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi
jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron
yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus
luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu
dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan
pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor
pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluarprolaktin.
Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai
penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktinwalau ada isapan
bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 – 3.
Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau
pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium
bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran
kacau, takut dan cemas.
Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 10-11)
Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Payudara. Diunduh Ahad, 6 September 2009; pukul
10:55 WIB sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologi-laktasi.html
botefilia.com/index.php/archives/2009/01/10/asi-laktasi/ diunduh Ahad, 6 September 2009; pukul
10:50 WIB.
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta. (hlm:3-5)
Roesli, U., 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara. (hlm: 10-17)
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 11-18)
KONSEP INVOLUSI UTERI
Dr. Suparyanto, M.Kes
Autolisis
Adalah penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hyperplasi, dan
jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang 10 kali dan menjadi 5 kali lebih tebal dari sewaktu
masa hamil, akan susut kembali mencapai keadaan semula.
Faktor yang menyebabkan terjadinya autolisis apakah merupakan hormon atau enzim sampai
sekarang belum diketahui, tetapi telah diketahui adanya penghancuran protoplasma dan jaringan yang
diserap oleh darah kemudian di keluarkan oleh ginjal. Inilah sebabnya beberapa hari setelah melahirkan
ibu mengalami beser air kemih atau sering buang air kemih.
Aktifitas otot-otot
Adalah adanya retraksi dan kontrksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang diperlukan untuk
menjepit pembulu darah yang pecah karena adanya kontraksi dan retraksi yang terus-menerus ini
menyebabkan terganggunya peredaran darah di dalam uterus yang mengakibatkan jaringan-jaringan
otot-otot tersebut menjadi lebih kecil.
1. Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan
menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi
plasenta. (Sarwono, 2002). Pada hari pertama ibu post partum tinggi fundus uteri kira-kira satu jari bawah
pusat (1 cm). Pada hari kelima post partum uterus menjadi 1/3 jarak antara symphisis ke pusat. Dan hari
ke 10 fundus sukar diraba di atas symphisis. (Prawirohardjo, 2002). tinggi fundus uteri menurun 1 cm tiap
hari. (Reader, 1997). Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) hingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil.
Tabel Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada
diantara anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta lahir. Bagian bekas plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum
uteri segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan diameter 7,5 sering disangka sebagai suatu
bagian plasenta yang tertinggal, setelah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu 2,4
cm dan akhirnya pulih. (Sarwono, 2002)
3. Lokia
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. (Mochtar,
1998)
Menurut Rustam Mochtar (1998) pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna
sebagai berikut :
1. Lokia rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa. Lanugo dan mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.
2. Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca
persalinan.
3. Lokia serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
4. Lokia alba cairan putih, setelah 2 minggu
5. Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
$0D
6. Lokia astastis lokia tidak lancar keluarnya.
4. Servik
Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri yang dapat mengandakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi, sehingga seolah-
olah pada berbatasan antara korpus dan servik uteri berbentuk, semacam cincin. Warna servik sendiri
merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah, konsistensinya lunak, segera setelah janin
dilahirkan. Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya dapat
dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri. (Sarwono, 2002)
5. Ligamen-ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang mereggang sewaktu kehamilan dan
persalinan setelah jalan lahir berangsur-angsur mengecil kembali seperti sedia kala tidak jarang
ligamentum rotundum menjadi kendor mengakibatkan uterus jatuh kebelakang, untuk memulihkan
kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia tersebut juga otot-otot dinding perut dan dasar
panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada hari ke 2 post partum sudah dapat
diberikan fisioterapi. (Sarwono, 2002)
1. Mobilisasi dini
Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang diperlukan
untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan, dengan adanya kontraksi dan retraksi yang terus menerus
ini menyebabkan terganggunya peredaran darah dalam uterus yang mengakibatkan jaringan otot
kekurangan zat-zat yang diperlukan, sehingga ukuran jaringan otot-otot tersebut menjadi kecil.
2. Status gizi
Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan jenis kelamin dan usia.
Status gizi yang kurang pada ibu post partum maka pertahanan pada dasar ligamentum latum yang
terdiri dari kelompok infiltrasi sel-sel bulat yang disamping mengadakan pertahanan terhadap
penyembuhan kuman bermanfaat pula untuk menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu post partum
dengan status gizi yang baik akan mampu menghindari serangan kuman sehingga tidak terjadi infeksi
dalam masa nifas dan mempercepat proses involusi uterus.
3. Menyusui
Pada proses menyusui ada reflek let down dari isapan bayi merangsang hipofise posterior
mengeluarkan hormon oxytosin yang oleh darah hormon ini diangkat menuju uterus dan membantu
uterus berkontraksi sehingga proses involusi uterus terjadi.
4. Usia
Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana proses
penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak. Penurunan elastisitas otot dan penurunan penyerapan lemak,
protein, serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan protein pada proses penuaan,
maka hal ini akan menghambat involusi uterus.
5. Parietas
Parietas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu sering tereggang memerlukan
waktu yang lama. (Sarwono, 2002)
DAFTAR PUSTAKA
1. Alimul, A. (2007), Metode Penelitian Penulisan Ilmiah, Jakarta: Salemba Medika.
2. Alimul, H. A, dan Musrifatul, U. (2004), Buku Saku Pratikan Kebutuhan Dasar Manusia,
Jakarta: EGC.
3. Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka
Cipta.
4. Cambridge, C. L. (1998) Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia dan System Reproduksi,
Jakarta: EGC.
5. Desiyati, D. (2008) Fisiologi Nifas, from Http://we-littlefairy. blogspot.com
6. Fizari, S. (2009) Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas, From
Http://sekuracity/blogspot.com
7. Hincliff, S. (1999) Kamus Keperawatan, Jakarta: EGC.
8. Ibrahim, C.S. (1996) Perawatan Kebidanan, Jakarta: Bhratara.
9. Manuaba, I. B. G. (1998) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC.
10. Mochtar, R. (1998) Sinopsis Obstetric, Jakarta: EGC.
11. Notoadmodjo, S. (2005) Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
12. Nursalam, (2003) Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Jakarta: Salemba Medika.
13. Nursalam, dan Pariani, S. (2001) Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan,
CV, Info Medika.
14. Prawirohardjo, S. (2002) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
15. ___________, (2002) Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
16. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. (2001) Post Partum, Jakarta: MNH
17. Ramali, A. (2003) Kamus Kedokteran, Jakarta: Djambatan.
18. Rambey, R. (2008) Tetap Sehat Setelah Bersalin, from Http:// nursingwear/wordpress.
19. Roper, N. (2002) Prinsip-Prinsip Keperawatan, Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika.
20. Sinsin, L. (2009). Masa Kehamilan dan Persalinan. PT. Elex Media Komputindo, from
Http:// www.elexmedia.co.id, 118-119
KONSEP INVOLUSI UTERI
http://docplayer.info/57585352-Ii-definisi-involusi-uteri.html
https://delimachoirotulmaulidiya.wordpress.com/2013/10/24/32/
a. Iskemia Miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta
membuat uterus relative anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
b. Autolysis
Autolysis merupakan proses peghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik
akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula
dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai pengrusak secara
langsung jaringan hipertropi yang berlebihan, hal ini disebabkan karena penurunan
hormoneestrogen dan progesteron.
c. Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan
pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk
mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. (Varney’s, 2003).
Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun
keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelviks. Segera setelah proses persalinan puncak
fundus kira-kira dua pertiga hingga tiga perempat dari jalan atas diatara simfisis pubis dan umbilicus.
Kemudian naik ke tingkat umbilicus dalam beberapa jam dan bertahan hingga satu dua hari dan
kemudian secara berangsur-angsur turun ke pelviks yang secara abdominal tidak dapat terpalpasi di atas
simfisis setelah sepuluh hari.
Perubahan uterus ini berhubungan erat dengan perubahan-perubahan pada miometrium. Pada
miometrium terjadi perubahan-perubahan yang bersifat proteolisis. Hasil dari proses ini dialirkan melalui
pembukuh getah bening.
Decidua tertinggal dalam uterus setelah separasi dan ekpulsi plasenta dan membrane yang
terdiri dari lapisan zona spongiosa pada decidua basalis (tempat implantasi) dan decidua parietalis
(lapisan sisa uterus). Decidua yang tersisa menyusun kembali menjadi dua lapisan sebagai hasil invasi
leukosit yaitu :
1) Suatu degenerasi nekrosis lapisan superficial yang terpakai lagi sebagai bagian dari pembuangan lochea
dan lapisan dalam dekat miometrium.
2) Lapisan yang terdiri dari sisa-sisa endometrium di lapisan basalis.
Endometrium akan diperbaharui oleh proliferasi epithelium endometrium.Regenerasi
endometrium diselesaikan selama pertengahan atau akhir dari postpartum minggu ketiga kecuali di
tempat implantasi plasenta.
Dengan involusi uterus ini, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi situs placenta akan
menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan, suatu campuran antara
darah yang dinamakan lochia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat. Pengeluaran
Lochea ini biasanya berakhir dalam waktu 3 sampai 6 minggu. (Varney, 2003).
b. Mobilisasi Dini
Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko
perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh
darah yang terbuka.
c. Gizi
Pada masa nifas dibutuhkan tambahan energi sebesar 500 Kkal perhari, kebutuhan tambahan
energy ini adalah untuk menunjang proses kontraksi uterus pada proses involusi menuju normal.
Kekurangan energi pada ibu nifas dapat menyebabkan proses kontraksi tidak maksimal, sehingga
involusi uterus terus berjalan lambat. Status gizi masyarakat di pengaruhi oleh :
1) Pengetahuan
Pengetahuan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi membawa dampak pada kecukupan
asupan nutrisi harian. Selama ini masyarakat jarang memperhatikan tata cara pemenuhan gizi dilakukan
secara tidak seimbang.
2) Lingkungan
Kondisi lingkungan memberikan daya dukung kepada masyarakat untuk memenuhi gizi, sebagai
contoh pemenuhan gizi pada daerah yang subur cenderung lebih baik dibandingkan pemenuhan gizi
pada masyarakat yang memiliki lingkungan gersang. Selain kondisi lingkungan abiotik, kondisi
lingkungan biotic atau masyarakat menyebabkan pola konsumsi antar masing-masing individu dalam
masyarakat saling mempengaruhi.
3) Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat menyebabkan pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu nifas menjadi terhambat,
sebagai contoh munculnya kepercayaan berpantang makanan yang menyebabkan pemenuhan
kebutuhan ibu nifas tidak seimbang, salah satunya adalah kebiasaan berpantang makanan yang
mengandung protein tinggi dengan tujuan mempercepat proses penyembuhan luka perineum, padahal
kebutuhan protein meningkat untuk mendukung proses proliferasi dalam penyembuhan luka.
4) Sosial Budaya Masyarakat
Kondisi sosial budaya masyarakat kadang kala menghambat nutrisi bagi ibu nifas, misalnya masih
dianutnya paham patriaki yaitu lebih mengutamakan pemenuhan bapak dibandingkan dengan
pemenuhan kebutuhan ibu.
d. Paritas
Oxytocin, estrogen dan prostaglandin bekerja sebagai simutan dalam memberikan rangasangan
kuat myometrium umtuk berkontraksi sehigga menyebabkan runtuhnya sel-sel endometrium dan
bercampur dengan sekresi cairan uterus yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar endometrium.
Berlangsungnya proses kontraksi ritmik yang diikuti pengeluaran runtuhan sel-sel endometrium dan
sekresi cairan uterus pasca partus menyebabkan pengeluaran lochea. Volume dan kondisi pori-pori
pembuluh darah uterus nulipara lebih besar sehingga proses pengeluaran lochea lebih cepat
dibandingkan primipara. Hasil penellitian mengungkapkan bahwa paritas ibu memengaruhi lamanya
pengeluaran lochea, semakin tinggi paritas semakin cepat proses pengeluaran lochea. Akan tetapi
karena kondisi otot rahim pada ibu bersalin multipara cenderung sudah tidak terlalu kuat maka proses
involusi berjalan lebih lambat. (Cunigham, 2007).