Anda di halaman 1dari 70

Anatomi payudara

A. Struktur Anatomi Payudara


1. Struktur Payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah
kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu
untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara,
yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan
saat menyusui 800 gram.
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol
di puncak payudara.

Gambar 1. Anatomi payudara

a. Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian
dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma,
sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan
dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi
15-20 lobuspada tiap payudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam
saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung
membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
b. Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar
melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di
dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapatotot polos yang
bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
c. Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/
datar, panjang dan terbenam(inverted).

2. Anatomi normal payudara


Payudara tersusun dari jaringan lemak yang mengandung kelenjar-
kelenjar yang bertanggung jawab terhadap produksi susu pada saat hamil
dan setelah bersalin. Setiap payudara terdiri dari sekitar 15-25 lobus
berkelompok yang disebut lobulus, kelenjar susu, dan sebuah bentukan
seperti kantung-kantung yang menampung air susu (alveoli). Saluran
untuk mengalirkan air susu ke puting susu disebut duktus. Sekitar 15-20
saluran akan menuju bagian gelap yang melingkar di sekitar puting susu
(areola) membentuk bagian yang menyimpan air susu (ampullae)
sebelum keluar ke permukaan.
Kedua payudara tidak selalu mempunyai ukuran dan bentuk yang
sama. Bentuk payudara mulai terbentuk lengkap satu atau dua tahun
setelah menstruasi pertamakali.Hamil dan menyusui akan menyebabkan
payudara bertambah besar dan akan mengalami pengecilan (atrofi)
setelah menopause.
Payudara akan menutupi sebagian besar dinding dada. Payudara
dibatasi oleh tulang selangka (klavikula) dan tulang dada (sternum).
Jaringan payudara bisa mencapai ke daerah ketiak dan otot yang berada
pada punggung bawah sampai lengan atas (latissimus dorsi).
Kelenjar getah bening terdiri dari sel darah putih yang berguna untuk
melawan penyakit. Kelenjar getah bening didrainase oleh jaringan
payudara melalui saluran limfe dan menuju nodul-nodul kelenjar di
sekitar payudara samapi ke ketiak dan tulang selangka. Nodul limfe
berperan penting pada penyebaran kanker payudara terutama nodul
kelenjar di daerah ketiak.

3. Patologi Anatomi Tumor/ Kanker Payudara


Patologi anatomi atau kelainan anatomi payudara yang paling sering
terjadi disebabkan oleh tumor. Tumor terdiri dari tumor jinak dan tumor
ganas. Tumor jinak memiliki karakter sel yang sangat mirip dengan
jaringan asalnya dan relatif tidak berbahaya karena umumnya tumor
jinak tetap dilokalisasi, tidak dapat menyebar ke tempat lain, dan mudah
untuk dilakukan pengangkatan tumor dengan pembedahan lokal.
Tumor dikatakan ganas apabila dapat menembus dan menghancurkan
struktur yang berdekatan dan menyebar ke tempat yang jauh (metastasis)
dan umumnya dapat menyebabkan kematian. Sifat ini sesuai dengan
penamaannya kanker yang berasal dari bahasa Latin yang berarti
kepiting, melekat pada setiap bagian dan mencengkeram dengan erat
seperti seekor kepiting.
Tumor jinak memiliki berbagai bentuk, antara lain :
 Kelainan fibrokistik
Terdiri dari bentukan kista (kantung) yang bisa dalam jumlah banyak
dan pembentukan jaringan ikat. Keluhan yang paling sering adalah
nyeri.

 Fibroadenoma
Tumor jinak yang banyak terdapat pada wanita muda. Fibroadenoma
teraba sebagai tumor benjolan bulat dengan permukaan yang licin dan
konsistensi padat kenyal. Tumor ini tidak melekat ke jaringan sekitarnya
dan amat mudah digerakkan. Benjolan ini biasanya tidak nyeri, bisa
tumbuh banyak (multipel). Pertumbuhan tumor bisa cepat sekali selama
kehamilan dan menyusui atau menjelang menopause saat rangsangan
estrogen tinggi tapi setelah menopause tumor jenis ini tidak ditemukan
lagi.
 Tumor filoides
Tumor jinak yang bersifat menyusup secara lokal dan seperti tumor
ganas. Tumor ini biasanya terjadi pada umur 35-40 tahun. Kulit diatas
tumor mengkilap, regang, tipis, merah dengan pembuluh-pembuluh
darah balik (vena) yang melebar dan panas. Meskipun mirip dengan
kanker, tumor ini tidak mengalami penyebaran (metastasis) hanya
merusak jaringan lokal. Tumor ini pertumbuhannya cepat dan sering
timbul kematian sel (nekrosis) dan radang pada kulit dan kambuhan.

 Papiloma intraduktus
Tumor jinak dari saluran air susu (duktus laktiferus) dan 75% tumbuh di
bawah areola payudara. Gejalanya berupa keluarnya cairan berdarah dari
puting susu.

 Adenosis sklerosis
Secara klinis, tumor ini teraba seperti kelainan fibrokistik tetapi secara
histopatologi tampak proliferasi jinak.

 Mastitis sel plasma


Tumor ini merupakan radang subakut yang didapat pada sistem saluran
di bawah areola payudara. Gambarannya sulit dibedakan dengan tumor
ganas yaitu berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan
menimbulkan retraksi puting susu akibat pembentukan jaringan ikat
(fibrosis) sekitar saluran dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah
bening ketiak.

 Nekrosis lemak
Biasanya disebabkan oleh cedera berupa massa keras yang sering agak
nyeri tetapi tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya
biasanya tidak rata. Secara klinis, sukar dibedakan dengan tumor ganas.

 Kelainan lain
Tumor jinak lemak (Lipoma), tumor jinak otot polos (leimioma), dan
kista sebasea (kelenjar minyak) merupakan tumor yang mungkin
terdapat di payudara tetapi tidak bersangkutan dengan jaringan kelenjar
payudara.

Tumor ganas atau kanker payudara juga memiliki beberapa tipe, antara
lain :
 Ductal Carcinoma In-Situ (DCIS)
Merupakan tipe kanker payudara yang paling dini dan terbatas hanya di
dalam sistem duktus.

 Infiltrating Ductal Carcinoma (IDC)


Tipe yang paling sering terjadi, mencapai 78% dari semua keganasan.
Pada pemeriksaan mammogram didapatkan lesi berbentuk seperti
bintang (stellate) atau melingkar. Apabila lesi berbentuk seperti bintang
maka prognosis atau angka kesembuhan pasien sangat rendah.

 Medullary Carcinoma
Tipe ini paling sering terjadi pada wanita berusia akhir 40 tahun dan 50
tahun. Menghasilkan gambaran sel seperti bagian abu-abu (medulla)
pada otak. Terjadi sebanyak 15% dari kasus kanker payudara.

 Infiltrating Lobular Carcinoma (ILC)


Tipe kanker payudara yang biasanya tampak sebagai penebalan di
kuadran luar atas dari payudara. Tumor ini berespon baik terhadap terapi
hormon. Terjadi sebanyak 5% dari kasus kanker payudara.

 Tubular Carcinoma
Tipe ini banyak ditemukan pada wanita usia 50 tahun keatas. Pada
pemeriksaan mikroskopik gambaran struktur tubulusnya sangat khas.
Terjadi sebanyak 2% dari kasus kanker payudara dan angka 10 ysr (year
survival rate) mencapai 95%.
 Mucinous Carcinoma (Colloid)
Kanker payudara yang angka kesembuhannya paling tinggi. Perubahan
yang terjadi terutama pada produksi mucus dan gambaran sel yang sulit
ditentukan. Terjadi sebanyak 1%-2% dari seluruh kasus kanker
payudara.

 Inflammatory Breast Cancer (IBC)


Tipe kanker payudara yang paling agresif dan jarang terjadi. Kanker ini
dapat menyebabkan saluran limfe pada payudara dan kulit terbuntu.
Disebut inflammatory (keradangan) karena penampakan kanker yang
membengkak dan merah. Di Amerika, terjadi 1%-5% dari seluruh kasus
kanker payudara.

B. Struktur Mikroskopis Payudara


Cauda axillaris Adalah jaringan payudara yang meluas ke axilla.
 Areola
Daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan
mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah
kira-kira 2,5 cm. Areola berwarna merah muda pada wanita yang
berkulit cerah, lebih gelap pada wanita yang berkulit cokelat, dan warna
tersebut menjadi gelap pada waktu hamil. Didaerah areola ini terletak
kira-kira 20 glandula sebacea. Pada kehamilan areola ini membesar dan
disebut tuberculum montgomery.
 Papila mammae
Terletak di pusat areola mammae setinggi iga ( costa ) ke-4. papilla
mammae merupakam suatu tonjolan dengan panjang kira- kira 6 mm,
tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan merupakan bangunan yang
sangat peka. Permukaan papilla mammae berlubang- lubang berupa
ostium papillare kecil- kecil yang merupakan muara duktus lactifer.
Duktus latifer ini di lapisi oleh epitel.

 Struktur mikroskopis
Payudara terutama etrsusun atas jaringan kelenjar tetapi juga
mengandung sejumlah jaringan lemak dan di tutupi oleh kulit. Jaringan
kelenjar ini di bagi menjadi kira-kira 18 lobus yang di pisahkan secara
sempurna satu sama lain oleh lembaran- lembaran jaringan febrosa.
Struktur didalamnya dikatakan menyerupai segmen buah anggur atau
jeruk yang dibelah. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang
berisi dan tersusun atas bangun sebagai berikut :
 Alveoli
Yang mengandung sel-sel yang mensekresi air susu. Setiap alveolus
dilapisi oleh sel-sel yang mensekresi air susu, disebut acini. Yang
mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan
air susu. Di sekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang
kadang disebut sel keranjang (basket cell)atau sel laba-laba (spider cell).
Apabila sel-sel ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga
mengalirkan air susu kedalam duktus lactifer.
 Tubulus lactifer, Saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli
 Ductus lactifer, Saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus
lactifer
 Ampulla,
Bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat
menyimpan air susu. Ampulla terletak dibawah areola. Lanjutan masing-
masing ductus lactifer
Meluas dari ampulla sampai muara papilla mammae
 Vaskularisasi
Suplai darah (vaskulaisasi) ke payudara berasal dari arteria mammaria
iterna, arteria mammaria eksterna, dan arteria-arteria intercostalis
superior. Drainase vena melalui pembuluh-pembuluh yang sesuai, dan
akan masuk kedalam vena mammaria interna dan vena axillaris.
 Drainase limfatik
Drainase limfatik terutama kedalam kelenjar axillaris dan sebagian
akan dialirkan kedalam fissura portae hepar dan kelenjar mediasanum.
Pembluh limfatik dari masing-masing payudara berhubungan satu sama
lain.
 Persyarafan
Funfsi payudara terutama dikendalikan oleh aktivitas hormon.pada
kulit dipersyarafi oleh cabang-cabang nervus thoracalis. Juga terdapat
sejumlah saraf simpatis, terutama disekitar areola dan papilla mammae.
C. Tahap Perkembangan Payudara

Payudara wanita adalah salah satu struktur tubuh yang rumit dan luar
biasa. Payudara wanita mulai tumbuh pada masa puber dan terus
berubah seiring dengan fluktuasi hormonnya. Biasanya payudara mulai
kendur pada akhir usia 40-an. Seperti apa kondisi payudara payudara
dalam setiap tahapan usia?

1. Usia 20-an
Pada masa pubertas ketika tubuh seorang gadis remaja pertama
menghasilkan estrogen dalam jumlah cukup, payudaranya akan
berkembang pesat, membentuk dua kerangka jaringan ikat serta sistem
kelenjar, saluran, pembuluh darah, kelenjar getah bening, dan saraf.
Secara bersamaan, payudara juga mengembangkan sel-sel lemak yang
membentuk gumpalan kelenjar payudara. Payudara juga lebih cepat
terpengaruh gaya gravitasi. Untuk mencegahnya, kenakan bra yang
mampu menyangga "aset" Anda ini dengan sempurna.

2. Usia 30-an
Selama kehamilan, payudara secara bertahap akan membesar. Boleh
jadi bobot kedua payudara akan bertambah sebanyak setengah kilogram.
Peregangan kulit di sekitar payudara akibat kenaikan berat badan juga
bisa mengganggu produksi kolagen sehingga membuat kulit di sekitar
payudara menjadi kendur, terutama setelah persalinan. Lakukan
pemeriksaan payudara sendiri sekali setiap bulan. Jika ibu atau saudari
Anda memiliki riwayat kanker, lakukan mamografi di usia 35 tahun.
3. Usia 40-an
Walaupun Anda belum pernah hamil dan melahirkan, di usia ini
kelenjar penghasil susu (lobule) akan mengecil sehingga payudara
terlihat kendur. Penurunan berat badan yang drastis juga bisa membuat
payudara terlihat kendur akibat lapisan lemak pada payudara
menyusut.Push up bra bisa menyiasati hal tersebut. Mamografi
disarankan setahun sekali.
4. Usia 50-an
Pada saat menopause, perubahan pada payudara yang biasanya terjadi
selama siklus haid tidak terjadi lagi. Namun, risiko kanker payudara
akan semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Pemeriksaan
payudara menjadi lebih penting lagi dilakukan setelahmenopause.
D. Kolostrum payudara

 (Beberapa Faktor Pelindung Dalam ASI Air Susu Ibu)


Pada waktu lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum
dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI mampu
memberi perlindungan baik secara aktif maupun pasif. ASI tidak saja
menyediakan perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi
juga merangsang perkembangan sistem kekebalan bayi itu sendiri.
ASI memberikan zat kekebalan yang belum dapat dibuat oleh bayi.
Dengan adanya zat anti-infeksi dari ASI maka bayi ASI eksklusif akan
terlindung dari berbagai macam infeksi, baik yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, atau parasit. ASI juga ternyata mengandung zat
anti-infeksi. “Sel darah putih” Setiap tetes ASI mengandung berjuta-
juta sel hidup yang menyerupai sel darah putih sehingga dinamakan sel
darah putih dari ASI. Sel-sel ini beredar dalam usus bayi dan membunuh
kuman-kuman jahat. Sel yang sangat protektif ini jumlahnya sangat
banyak pada minggu-minggu pertama kehidupan, saat sistem kekebalan
tubuh bayi belum mampu membentuk antibodi dalam jumlah yang
cukup. Setelah sistem kekebalan bayi matang maka jumlah sel-sel ini
berangsur-angsur berkurang, walaupun tetap akan ada dalam
ASI sampai setidaknya 6 bulan setelah melahirkan. Selain membunuh
kuman, sel-sel yang sangat berharga ini akan menyimpan dan
menyalurkan zat-zat yang penting seperti enzim, faktor pertumbuhan,
dan protein yang melawan kuman atau imunoglobulin.
Imunoglobulin atau antibiotik alami
ASI juga mengandung imunoglobulin, suatu protein yang beredar dan
bertugas memerangi infeksi yang masuk dalam tubuh bayi. Dapat
disamakan dengan suatu antibiotik alami yang tersebar di seluruh tubuh
dan akan membunuh kuman-kuman jahat. Antibodi dari ASI akan
melindungi bayi sampai saat sistem kekebalan tubuh bayi matang.
Proses ini akan terus terjadi sampai akhir tahun pertama kehidupan bayi.
Demikianlah bila sewaktu di kandungan janin mendapatkan makanan
dan perlindungan dari plasenta, setelah lahir makanan dan perlindungan
itu diperoleh melalui payudara.
 Immunisasi Pasifdan Aktif Oleh Asi
Kolostum mengandung sel darah putih dan protein imunoglobulin
pembunuh kuman dalam jumlah yang paling tinggi. Kolostrum
dihasilkan pada saat sistem pertahanan tubuh bayi paling rendah. Jadi,
dapat dianggap bahwa kolostrum adalah imunisasi pertama yang
diterima oleh bayi. Selain itu ASI akan merangsang pembentukan daya
tahan tubuh bayi sehingga ASI berfungsi pula sebagai imunisasi aktif.
Contoh imunisasi pasif oleh ASI adalah SIgA (Secretory
Immunoglobulin A). SIgA adalah suatu anggota imunoglobulin yang
penting. Pada minggu- pertama kehidupan ususnya masih seperti
saringan yang akan membocorkan kuman–kuman dan benda asing
lainnya. Di sinilah SIgA ASI akan melindungi dengan jalan menutupi
kebocoran-kebocoran pada dinding usus tersebut.
 Sitem Perlindungan Tubuh Yg Selalu Di Perbaharui
ASI akan memberikan perlindungan terhadap kuman-kuman sekitar
bayi kita. Kuman-kuman sekitar kita akan terus berubah. Bila ada kuman
baru yang masuk tubuh ibu maka tubuh akan membuat antinya. Melalui
ASI, anti terhadap kuman baru ini dialirkan ke bayi sehingga bayi
menjadi kebal juga terhadap bakteri baru yang akan selalu berubah.
Proses imunisasi oleh ASI ini selalu akan beradaptasi untuk
menghasilkan pasangan ibu-bayi dengan sistem pertahanan tubuh yang
terbaik.
ANATOMI PAYUDARA DAN FISIOLOGIS PAYUDARA PADA
PROSES LAKTASI

PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI : Anatomi dan fisiologis laktasi,


Manfaat ASI Lengkap, Komposisi ASI

A. Pengertian laktasi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI


diprosuksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI

B. Anatomi dan Fisiologi Payudara

1. Anatomi payudara
anatomi payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kalenjar yang terletak di bawah kulit,


di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk
menutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kalenjar payudara, yang
beratnya lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800
gram.

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :


1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah
3. Papilla atau puting, yaaitu bagian yang menonjol di puncak payudara

1. Korpus
Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian
dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot
polos dan pembuluh darah
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus
pada tiap payudara.
ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus),
kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang
lebih besar (duktus laktiferus)
2. Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar,
akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam
dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat ototpolos yang bila
berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
3. Papilla atau puting
Bagian yang menojol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran air
susu

2. Fisiologis laktasi

skema reflek pada laktasi


Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi
ASI Biasanya belum keluar karea masih dihambat oleh kadar estrogen
yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca perasalinan, kadar
estrogen dan progestero menurun drastic, sehingga prolaktin lebih
dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan
menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah
prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI lebih lancer.

Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu
prolaktin dan reflek aliran timbul karena akibat perangsangan putting
susu karena hisapan oleh bayi.

1) Reflek prolaktin

Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk


membuat kolostrum, terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat
oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca oersalinan,
yaitu lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka
estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan
merangsang puting susu dan kalang payudara karena ujung-ujung
syaraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan
ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan
akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan
sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior
sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat air susu.

Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan


setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut
tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun
pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak
menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3.
Sedangkan pada ibi menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan
seperti : stress atau pengaruh psikis, anestesi, operasi dan rangsangan
puting susu.

2) Reflek let down

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise


anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke
hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin.
Melalui aliran darah hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan
kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat
keluar dari alveoli dan masuk melalui duktus lactiferus masuk ke mulut
bayi.Kontraksi.dari.sel.akan.memeras.air.susu.yang.telah.terbuat,
keluar.dari.

Sumber:
: http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/anatomi-
payudara-dan-fisiologis.html#ixzz2dR8rYXcg

Proses Laktasi

Oleh: Lusa Rochmawati Di: Asuhan Kebidanan III


Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi
ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin).

Produksi ASI (Prolaktin)


Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19
minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang
berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang
membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin
berfungsi untuk produksi ASI.

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat


tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang
masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun
pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga
terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang
berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul
akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.
Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan
aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang
masih tinggi. Pascapersalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan
berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan
progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang
puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf
sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla
spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor
penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang
pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.

Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise


anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel
alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.

Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan


setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat
tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan
bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.

Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi
normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui
prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau
pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu
Refleks Aliran (Let Down Reflek)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise
posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga
menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu
yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus
dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke
mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk
menyusui bayi.

Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress,


seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.

Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi:

1. Refleks menangkap (rooting refleks)


2. Refleks menghisap
3. Refleks menelan
Refleks Menangkap (Rooting Refleks)
Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan
menoleh ke arah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla
mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha
menangkap puting susu.

Refleks Menghisap (Sucking Refleks)


Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh
puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar
areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus
laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah
dan palatum sehingga ASI keluar.

Refleks Menelan (Swallowing Refleks)


Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan
menelannya.

Pengeluaran ASI (Oksitosin)


Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama
akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada
glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin.
Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan
berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh
ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan
bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus
melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh
hipofisis.

Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra
Cendikia. (hlm: 10-11)
Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Payudara.
Diunduh Ahad, 6 September 2009; pukul 10:55 WIB
sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologi-
laktasi.html
botefilia.com/index.php/archives/2009/01/10/asi-laktasi/ diunduh
Ahad, 6 September 2009; pukul 10:50 WIB.
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen
Laktasi. Jakarta. (hlm:3-5)
Roesli, U., 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta:
Puspaswara. (hlm: 10-17)
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta:
Salemba Medika (hlm: 11-18)
Image, babies.sutterhealth.org
Sumber tulisan: Proses Laktasi

PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI


PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI

Setiap manusia pada umumnya memiliki payudara, tetapi


antara laki-laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya.
Payudara yang matang adalah sal;ah satu tanda pertumbuhan
sekunder dari seorang perempuan dan merupakan salah satu
organyang indah dan menarik. Lebih dari itu, untuk
mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ
ini menjadi sumber utama kehidupan, karena air susu ibu (ASI)
adalah makanan bayi yang paling penting, terutama pada bulan-
bulan pertama kehidupan bayi.

2. 1 ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA

a) Anatomi payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di


bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah
memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai
sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200
gram, saat hamil600 gram dan pada saat menyusui 800 gram.

1. Struktur makroskopik

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :

1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.

2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.

3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol


di puncakpayudara.
2.struktur mikroskopik

Terdiri dari:

1. Kelenjar susu (lobulus) yang menghasilkan susu

2. Duct atau saluran yang mengangkut susu dari kelenjar susu


(lobulus) ke puting Putting

3. Areola (daerah berpigmen merah muda atau coklat di sekitar


puting susu)

4. Jaringan ikat (fibrous) yang mengelilingi lobulus dan duct

5. Lemak

b) Fisiologi payudara

Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI di namakan


laktasi.ketika bayi mengisap payudara, hormone yang bernama
oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli, melalui
saluran susu (ducts/milk canals)menuju reservoir susu (sacs)
yang berlokasi di belakang areola, lalu kedalam mulut bayi.
Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga kehamilan,
di mana tubuh wanita memproduksihormon yang menstimulasi
munculnya ASI dalam system payudara.

Persiapan pemberian ASI di lakukan bersamaan dengan


kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak,
serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara dan
dirasakan tegang dan sakit. Segera setelah terjadi kehamilan,
maka korpus luteum berkembang terus dan mengeluarkan
estrogen dan progesterone untuk mempersiapkan payudara
agar pada waktunya dapat memberikan ASI.

2. 2 DUKUNGAN BIDAN DALAM PEMBERIAN ASI

Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam


menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu
untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-
masalah umum terjadi.

Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :

1. Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi


dari payudara ibunya.

2. Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia


mampu menyusuibayinya sendiri.

Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI,


dengan :

1. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama


beberapa jam pertama.
2. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu
untuk mencegah masalah umum yang timbul.

3. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.

4. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat


gabung).

5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.

6. Memberikan kolustrum dan ASI saja.

7. Menghindari susu botol dan “dot empeng”.

2. 3 MANFAAT PEMBERIAN ASI

Berikut ini adalah manfaat yang di dapatkan dengan


menyusui bagi bayi, ibu, keluarga, dan Negara.

1. Manfaat bagi bayi

 Komposisi sesuai kebutuhan

 Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam


bulan

 ASI mengandung zat pelindung

 Perkembangan psikomotorik lebih cepat

 Menunjang perkembangan kognitif

 Menunjang perkembangan pengelihatan


 Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak

 Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat

 Dasar untuk perkembangan kpribadian yang percaya diri

2. Manfaat bagi ibu

 Mencegah perdarahan pascapersalinan dan


mempercepatkembalinya rahim ke bentuk semula

 Mencegah anemia defisiensi zat besi

 Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil

 Menunda kesuburan

 Menimbulkan perasaan di butuhkan

 Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium

3. Manfaat bagi keluarga

 Mudah dalam proses pemberiannya

 Mengurangi biaya rumah tangga

 Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat


menghemat biaya untuk berobat
4. Manfaat bagi Negara

 Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-


obatan

 Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan


perlengkapan menyusui

 Mengurangi polusi

 Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas

2. 4 KOMPOSISI GIZI DALAM ASI

Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi


bayi karena mengandung nutrisi alamiah terbaik bagi bayi
karena mengandung kebutuhan energy dan zat yang dibutuhkan
selama enam bulan pertama kehidupan bayi.

 Proses laktasi

Proses ini timbul setelah ari-ari atau plasenta lepas.


Plasenta mengandung hormone penghambat prolaktin (hormone
plasenta) yang menghambat pembentukan ASI. Setelah
plasenta lepas, hormone plasenta tersebut tak ada lagi,
sehingga susu pun keluar.

 Pengaruh hormonal
Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita
memproduksi hormone yang menstimulasi munculnya ASI dalam
system payudara.

Proses bekerjanya hormone dalam menghasilkan ASI adalah


sebagai berikut.

1. Saat bayi menghisap, sejumlah sel syaraf di payudara ibu


mengirimkan pesan ke hipotalamus.

2. Ketika menerima pesan itu, hipotalamus melepas ‘’rem’’


penahan prolaktin.

3. Untuk mulai menghasilkan ASI, prolaktin yang dihasilkan


kelenjar pituitary merangsang kelenjar-kelenjar susu
dipayudara ibu.

Hormone-hormon yang terlibat dalam proses pembentukan


ASI adalah sebagai berikut.

1. Progesterone:memengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.


Kadar progesterone dan estrogen menurun sesaat setelah
melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi ASI secara besar-
besaran.

2. Estrogen :menstimulasi system saluran ASI untuk


membesar.

3. Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoli pada masa


kehamilan.
4. Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme.

5. Human placental lactogen (HPL): sejak bulan kedua kehamilan,


plasenta mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam
pertumbuhan payudara, putting, dan areola sebelum
melahirkan.

 Proses pembentukan laktogen

1. Laktogenesis I

Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki


fase Laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi
kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada
saat itu, tingkat progesterone yang tinggi mencegah produksi
ASI yang sebenarnya. Namun, hal ini bukan merupakan masalah
medis. Apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor) kolostrum
sebelum bayinya lahir, hal ini bukan merupakan indikasi sedikit
atau banyaknya prodiksi ASI sebenarnya nanti.

2. Laktogenesis II

Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya


tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-
tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan
produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase
Laktogenesis II.

Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah


meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian
kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian.
Keluarnay hormone prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli
untuk memproduksi ASI, dan hormone ini juga keluar dalam
ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa jumlah
prolaktin dalm susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih
banyak, yaitu sekitar pukul 02.00 dini hari hingga 06.00 pagi,
sedangkan jumlah prolaktin rendah saat patudara terasa
penuh.

3. Laktogeneses III

Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI


selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah
melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol
autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III.
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan
memproduksi ASI dengan banyak pula. Dengan demikian,
produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seberapa sering dan
seberapa baik bayi menghisap, juga seberapa sering payudara
di kosongkan.

 Proses produksi air susu


Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat
kompleks antara rangsangan mekanik, saraf, dan bermacam-
macam hormone. Pengaturan hormone terhadap pengeluaran
ASI dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Produksi air susu ibu (prolaktin)

Dalam fisiologi laktasi, prolaktin merupakan suatu hormone


yang disekresi oleh gandula pituitary. Hormone ini memiliki
peranan penting untuk memproduksi ASI, kadar hormone ini
meningkat selama kehamilan. Kerja hormone ini dihambat oleh
hormone plasenta. Dengan lepas atau keluarnya plasenta pada
akhir proses persalinan, maka kadar estrogen dan
progesterone berangsur-angsur menurun sampai tingkat dapat
dilepaskan dan diaktifkannya prolaktin. Peningkatan kadar
prolaktin akan menghambat ovulasi, dan dengan demikian juga
mempunyai fungsi kontrasepsi.

Pada seorang ibu yang hamil dikenal dua reflex yang masing-
masing berperan dalam pembentukan dan pengeluaran air susu,
yaitu:

a.Refleks prolaktin

Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat dalam


keadaan-keadaan seperti:

 Stress atau pengaruh psikis


 Anestesi

 Operasi

 Rangsangan putting susu

 Tabungan kelamin

 Obat-obatan trangulizer hipotalamus seperti reserpin,


klorpromazin,dan fenitiazid.

b. Refleks let down

Faktor-faktor yang meningkatkan reflex ini:

 Melihat bayi

 Mendengarkan suara bayi

 mencium bayi

 memikirkan untuk menyusui bayi

beberapa refleks yang memungkinkan bayi baru lahir untuk


memperoleh ASI adalah:

a.Refleks rooting: memungkinkan bayi baru lahir untuk


menemukanputing susu apabila ia diletakkan di payudara.

b.Refleks menghisap: saat bayi mengisi mulutnya dengan putting


susu atau pengganti putting susu sampai ke langit keras dan
punggung lidah. Refleks ini melibatkan rahang, lidah, dan pipi.
c.Refleks menelan: yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menekan
areola, sehingga refleks ini merangsang pembentukan rahang
bayi.

2. Pengeluaran air susu ibu (oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama


akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat didalam
glandula pituitary posterior. Akibat langsung refleks ini adalah
dikeluarkannya oksitosin dari pituitary posterior. Hal-hal ini
akan menyebabkan sel-sel miopitel (sel ‘’keranjang’’ atau
sel’’laba-laba’’) di sekitar alveoli akan berkontraksi dan
mendorong air susu masuk ke dalam pembuluh ampulae.

Pengeluaran oksitosin ternyata disamping dipengaruhi oleh


osapan bayi juga oleh suatu reseptor yang terletak pada
system duktus.

3. Pemeliharaan air susu ibu/pemeliharaan laktasi

Dua factor penting untuk pemeliharaan laktasi

a. Rangsangan

Pengisapan oleh bayi akan memberikan rangsangan yang jauh


lebih besar dibandingkan dengan memeras air susu dari
payudara atau menggunakan pompa.
b. Pengosongan sempurna payudara

Bayi sebaiknya mengosongkan payudara sebelum diberikan


payudara lain. Apabila air susu yang diproduksi tidak
dikeluarkan, maka laktasi akan tertekan (mengalami hambatan)
karena terjadi pembengkakan alveoli dan sel keranjang tidak
dapat berkontraksi. Air susu ibu tidak dapat dipaksa masuk
kedalam duktus laktifer.

ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu:

1. Kolustrum : Kolostrum mnegandung sel darah

2. Air susu transisi/ masa peralihan,

3. Air susu matur.

Kolustrum

Kolustrum adalah air susu yang pertama kali


keluar. Kolustrum ini disekresi oleh kelenjar payudara pada
hari pertama sampai hari ke empat pasca
persalinan. Kolustrum merupakan cairan denganviskositas kenta
l , lengket dan berwarna kekuningan. Kolustrummengandung
tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah
putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain
itu,kolustrum masih mengandung
rendah lemak dan laktosa. Protein utama
pada kolustrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang
digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan
menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit.

Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran


kita, tetapi volume kolostrum yang ada
dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia
1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.

Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan


zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan
mempersiapkan saluran
pencernaan makanan bagi bayi makanan yang akan datang.

ASI Transisi/ Peralihan

ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum


sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari
ke-10. Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak
dan berubah warna serta komposisinya.
Kadar imunoglobulin dan protein menurun,
sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
ASI Matur

ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan


seterusnya. ASI matur tampak berwarna
putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal
bila dipanaskan.

Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit
pertama disebut foremilk. Foremilk lebih
encer. Foremilk mempunyaikandungan rendah lemak dan
tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. Selanjutnya, air
susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya
akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih
cepat kenyang. Dengan demikian, bayi akan membutuhkan
keduanya, baikforemilk maupun hindmilk.

Dibawah ini bisa kita lihat perbedaan komposisi


antarakolustrum, ASI transisi dan ASI matur.

Tabel. Kandungan kolustrum, ASI transisi dan ASI matur


Kandungan Kolustrum Transisi ASI
matur

Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0

Laktosa (gr/100 6,5 6,7 7,0


ml)

Lemak (gr/100 2,9 3,6 3,8


ml)

Protein (gr/100 1,195 0,965 1,324


ml)

Mineral (gr/100 0,3 0,3 0,2


ml)

Immunoglubin :

Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6

Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9

Ig M (mg/100 17,1 - 2,9


ml)

Lisosin (mg/100 14,2-16,4 - 24,3-


ml) 27,5

Laktoferin 420-520 - 250-


270
3. 5 UPAYA MEMPERBANYAK ASI

Upaya memperbanyak ASI

1) Tingkatkan frekuensi menyusui/memompa/memeras ASI. Jika


anak belum mau menyusu krn masih kenyang, perahlah /
pompalah ASI. Ingat ! produksi ASI prinsipnya based on
demand sama spt prinsip pabrik. Jika makin sering diminta
(disusui/diperas/dipompa) maka makin banyak yg ASI yg
diproduksi.

2) Kosongkan payudara setelah anak selesai menyusui.Bahasan ini


masih terkait dg point di atas. Makin sering dikosongkan, maka
produksi ASI juga makin lancar.

3) Yg tidak kalah pentingnya : ibu harus dalam keadaan RELAKS.


KONDISI PSIKOLOGIS ibu menyusui sangat menentukan
keberhasilan ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian, > 80%
lebih kegagalan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif
adalah faktor psikologis ibu menyusui. Ingat : 1 pikiran “duh
ASI peras saya cukup gak ya?” maka pada saat bersamaan
ratusan sensor pada otak akan memerintahkan hormon
oksitosin (produksi ASI) utk bekerja lambat. Dan akhirnya
produksi ASI menurun.Relaks saja ya bu. Disini sebetulnya
peran besar sang ayah.Jika ayah mendukung maka ASI akan
lancar.Mendukung bisa dg berbagai cara mulai dari
menyemangati istrihingga hal2 lain spt menyendawakan bayi
setelah menyusu, menggendong bayi utk disusukan ke ibunya,
dsbnya.

4) Hindari pemberian susu formula.Terkadang karena banyak


orangtua merasa bahwa ASInya masih sedikit atautakut anak
gak kenyang, banyak yg segera memberikan susu formula.
Padahalpemberian susu formula itu justru akan menyebabkan
ASI semakin tidak lancar. Anak relatif malas menyusu atau
malah bingung puting terutama pemberian susu formula dg dot.
Begitu bayi diberikan susu formula, maka saat ia menyusu pada
ibunya akan kekenyangan. Sehingga volume ASI makin
berkurang. Makin sering susu formula diberikan makin sedikit
ASI yg diproduksi.

5) Hindari penggunaan DOT, empeng, dkknyaJika ibu ingin


memberikan ASI peras/pompa (ataupun memilih susu formula)
berikan ke bayi dg menggunakan sendok, bukan dot ! Saat ibu
memberikan dg dot, maka anak dapat mengalami BINGUNG
PUTING (nipple confusion). Kondisi dimana bayi hanya menyusu
di ujung puting seperti ketika menyusu dot. Padahal, cara
menyusu yang benar adalah seluruh areola (bag. gelap disekitar
puting payudara) ibu masuk ke mulut bayi. Akhirnya, si kecil
jadi ogah menyusu langsung dari payudara lantaran ia merasa
betapa sulitnya mengeluarkan ASI. Sementara kalau menyusu
dari botol, hanya dengan menekan sedikit sajadotnya, susu
langsung keluar. Karena itu hindari penggunaan dot dsbnya.
6) Datangi klinik laktasi. Jangan ragu untuk menghubungi atau
konsultasi dg klinik laktasi. Disana ibu dan ayah mendapatkan
masukan secara teknis agar ASI tetap optima.

7) Ibu menyusui mengkonsumsi makanan bergizi.

8) Lakukan perawatan payudara : Massage / pemijatan payudara


dan kompres air hangat & air dingin bergantian.

Berikut ini adalah persiapan yang perlu dilakukan untuk


memperlancar pengeluaran ASI

 Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga


epitel yang lepas tidak menumpuk.

 Putting susu di tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk


memudahkan isapan bayi

 Bila putting susu belum menonjol, dapat menggunakan pompa


susu atau dengan jalan operasi

Keberadaan putting susu dalam mulut bayi mempunyai


keuntungan tersendiri, yaitu sebagai berikut

 Rangsangan putting susu lebih mantap, sehingga reflex


pengeluaran ASI lebih sempurna
 Menghindari kemungkinan lecet pada putting susu

 Kepuasan bayi saat menghisap ASI lebih besar

 Semprotan ASI lebih sempurna dan menghindari terlalu


banyak udara yang masuk ke dalam lambung bayi

Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari :

1. kurang sering menyusui atau memerah payudara.

2. Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, hal


ini terjadi akibat hal-hal berikut ini

Struktur mulut dan rahang yang kurang baik

Tekhnik perlekatan yang salah

Kelainan endokrin ibu (jarang yang terjadi)

Jaringan payudara hipoplastik

 Kelainan metabolism atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat


mencerna ASI

3. Kurangnya gizi ibu

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain


adalah sebagai berikut

 Frekuensi pemberian susu


 Berat bayi saat lahir

 Usia kehamilan saat melahirkan

 Usia ibu dan paritas

 Stress dan penyakit akut

 Mengkonsumsi rokok

 Mengkonsumsi alcohol

 Pil kontrasepsi

4. 6 TANDA BAYI CUKUP ASI

Bayi usia 0-6 bulan, dapat dinilai mendapat kecukupan ASI bila
mencapai keadaan sebagai berikut:

1. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal
mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama.

2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering, dan warna


menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir.

3. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 x sehari.

4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI.

5. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah


habis.
6. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.

7. Pertumbuhan berat badan (BB) bayi dan tinggi


badan (TB)bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan.

8. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai


dengan rentang usianya).

9. Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar bangun


dantidur dengan cukup.

10. Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan


tertidur pulas.

Untuk mengetahui banyak nya produksi ASI, beberapa


kriteria yang dapat di gunakan sebagai patokan untuk
mengetahui iumlah ASI cukup atau tidak adalah sebagai
berikut

a. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui putting

b. Sebelum di susukan, payudara terasa tegang

c. Berat badan naik sesuai dengan usia

kenaikan berat badan rata-rata

 usia 1-3 bulan : 700 gr/bulan

 usia 4-6 bulan : 600gr/bulan


 usia 7-9 bulan : 400 gr/bulan

 usia 10-12 bulan : 300 gr/bulan

 5 bulan : dua kali berat badan waktu lahir

 1 tahun : tiga kali berat badan waktu lahir

d. Jika ASI cukup, setelah menyusui bayi akan tertidur/ tenang


selama 3-4

jam

e. Bayi lebih sering berkemih, sekitar 8 kali sehari

Ternyata, hanya ada dua tanda yang menunjukan bayi kurang


mendapat cukup ASI, seperti yang di jelaskan di bawah ini

 Air seni bayi berwarna kuning pekat, berbau tajam, dan jumlah
nya sedikit. Bayi buang air kecil kurang dari 6 kali sehari. Ini
menunjukan bahwa bayi kekurangan cairan, sehingga
menunjukan bahwa bayi kurang mendapat cukup ASI.

 Perkembangan berat badan bayi kurang dari 500 gram


perbulandan ini menunjukan bahwa bayi kurang mendapatkan
asupan yang baik selama 1 bulan terakhir. Apabila di berikan
ASI secara ekslusif (0-6 bulan) dapat mencukupi semua
kebutuhan bayi.
5. 7 ASI EKSKLUSIF

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja, termasuk


kolostrum tanpa tambahan apapun sejak dari lahir, dengan kata
lain pemberian susu formula, air matang, air gula, dan madu
untuk bayi baru lahir tidak di benarkan

Setiap ibu menghasilkan air susu yang kita sebut ASI


sebagai makanan alami yang di sediakan untuk bayi. Pemberian
ASI eksklusif serta proses menyusui yang benar merupakan
sarana yang dapat diandalkan untuk membangun SDM yang
berkualitas. Seperti kita ketahui, ASI adalah makanan satu-
satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang
bayi pada enam bulan pertama. Selain itu, dalam proses
menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan perkembangan
jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik dalam kehidupan nya

berikut adalah manfaat ASI Ekslusif enam bulan daripada


hanya empat bulan.

Untuk Bayi

 Melindungi dari infeksi gastrointestinal

 Bayi yang ASI ekslusif selama enam bulan tingkat


pertumbuhannya sama dengan yang ASI eksklusif hanya empat
bulan.
 ASI eksklusif enam bulan ternyata tidak menyebabkan
kekurangan zat besi

Untuk Ibu

 Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan,


sehingga

o Memberi jarak antar anak yang lebih panjang aliasmenunda


kehamilan berikutnya

o Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak


membutuhkan zat besi sebanyak ketika mengalami menstruasi

 Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu


menyusui enam bulan lebih langsing setengah kg dibanding ibu
yang menyusui empat bulan.

 lebih ekonomis

INISIASI MENYUSUI DINI

INISIASI Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera


setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu
ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu).

Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam


keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama
menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya
hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi.

Tahap-tahap dalam Inisiasi Menyusu Dini

1. Dalam 30 menit pertama: stadium istirahat/diam dalam


keadaan siaga (rest quite alert stage). Bayi diam tidak
bergerak. Sesekali matanya terbuka lebarmelihat ibunya. Masa
tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari
keadaan dalam kandungan. Bonding (hubungan kasih saying)ini
merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman.

2. Antara 30-40 menit :mengeluarkan suara, gerakan mulut


seperti ingin minum, mencium, dan menjilat tangan. Bau dan
rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan
putting susu ibu.

3. Mengeluarkan air liur: saat menyadari bahwa ada makanan di


sekitarnya, bayi mengeluarkan air liurnya.

4. Bayi mulai bergerak kea rah payudara. Areola sebagai sasaran,


dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat kulit ibu,
menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh kekanan
dan kekiri, serta menyentuh dan meremas daerah putting susu
dan sekitarnya dengan tangan nya yang mungil.

5. Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut


lebar, dan melekat dengan baik.
Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu

1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan


menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat
menyusu menurunkan risiko kematian
karenahypothermia (kedinginan).

2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu


pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Dengan
demikian, bayi akan lebih jarang rewel sehingga mengurangi
pemakaian energi.

3. Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang


ada antinya di ASI ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di
usus dan kulit bayi untuk menyaingi bakteri yang lebih ganas
dari lingkungan.

4. Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga


yang kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting
lainnya yang penting untuk pertumbuhan usus. Usus bayi ketika
dilahirkan masih sangat muda, tidak siap untuk mengolah
asupan makanan.

5. Antibodi dalam ASI penting demi ketahanan terhadap


infeksi, sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi.
6. Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu
pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI
mengandung protein yang bukan protein manusia (misalnya susu
hewan), yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus bayi.

7. Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil


menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah
6 bulan.

8. Sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu


akan merangsang keluarnyaoksitosin yang penting karena:

 Menyebabkan rahim berkontraksi membantu


mengeluarkanplasenta dan mengurangi perdarahan ibu.

 Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang,


rileks, dan mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri
(karena hormon meningkatkan ambang nyeri), dan timbul rasa
sukacita/bahagia.

 Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI


matang (yang berwarna putih) dapat lebih cepat keluar.

Manfaat Inisiasi

 Anak yang dapat menyusui dini dapat mudah sekali menyusu


kemudian, sehingga kegagalan menyusui akan jauh sekali
berkurang. Selain mendapatkan kolostrum yang bermanfaat
untuk bayi, pemberian ASI ekslusif akan menurunkan kematian.
 ASI adalah cairan kehidupan, yang selain mengandung
makanan juga mengandung penyerap. Susu formula tak diberi
enzim sehingga penyerapannya tergantung enzim di usus anak.
Sehingga ASI tidak ‘merebut’ enzim anak.

 Yang sering dikeluhkan ibu-ibu adalah suplai ASI yang


kurang, padahal ASI diproduksi berdasarkan deman. Jika
diambil banyak, akan diberikan banyak. Sedangkan bayi yang
diberikan susu formula perlu waktu satu minggu untuk
mengeluarkan zat yang tidak dibutuhkannya.

Inti dari semua itu adalah, ASI ekslusif merupakan makanan


terbaik bagi bayi. Namun karena informasi ASI yang kurang,
tanpa kita sadari sudah menggangu proses kehidupan manusia
mamalia. Inisiasi menyusui dini memang hanya 1 jam, tapi
mempengaruhi bayi seumur hidupnya.

2. 8 CARA MERAWAT PAYUDARA

a.Perawatan payudara ibu hamil untuk persiapan menyusui si kecil:

1. Bila bra sudah mulai terasa sempit, sebaiknya ganti dengan


bra yang pas dan sesuai dengan ukuran untuk memberikan
kenyamanan dan juga support yang baik untuk payudara.

Bila berencana untuk menyusui bayi, dapat memulai


menggunakan bra untuk menyusui pada akhir kehamilan. Pilihlah
bra yang ukurannya sesuai dengan payudara. Karena kalau tidak
dapat menyebabkan infeksi seperti mastitis (suatu infeksi
pada kelenjar susu di payudara).

2. Jangan membersihkan payudara dan puting dengan


mengunakan sabun karena dapat menyebabkan daerah tersebut
kering. Cukup gunakan air, lalu keringkan dengan handuk.

3. Pada tahap akhir kehamilan, cobalah untuk memijat lembut


payudara di daerah yang berwarna gelap (areola) dan puting
susu, mungkin akan mengeluarkan beberapa tetes kolostrum
(cairan kental bewarna kekuningan dari puting). Hal ini
bertujuan untuk membantu membuka saluran susu yang
tersumbat.

4. Dengan lembut putar puting susu dengan telunjuk dan ibu jari
sekitar 10 detik sewaktu mandi. Jika ibu mendapatkan puting
susu rata atau masuk ke dalam, konsultasikan ke dokter,
sehingga hal ini dapat diatasi sedini mungkin untuk mencegah
kesulitan menyusui nantinya.

5. Jangan ragu untuk mendatangi klinik laktasi guna mengetahui


bagaimana cara

b. Cara perawatan payudara setelah melahirkan (post partum)


Cara perawatannya yaitu bisa dilakukan sambil ibu duduk
dibangku atau bisa juga saat ibu sebelum mau mandi sambil
berdiri, sebelum memulai kita harus terlebih dahulu
mempersiapkan sedikit peralatan seperti :

- Handuk 2 buah

- Waslap 2 buah

- Waskom 2 buah masing-masing berisi air hangat dan air


dingin

- Kapas minimal 4 buah

- Minyak kelapa/baby oil

- Tempat sampah

- 3 buah peniti

- Mangkok plastic untuk menampung air susu

Caranya yaitu :

- Menempatkan handuk didaerah pundak ibu dan satunya lagi


dibawah payudara lalu disatukan dengan yang dipundak, kalau
perlu jepit dengan peniti agar tidak jatuh.

- Dekatkan tempat untuk menampung air susu, kalu-kalu ada


airv susu yang menetes pada saat pengurutan nanti, bila perlu
ditampung pada mangkok plastic
- Kompres putting susu dengan kapas yang sudah diberi minyak
kelapa atau baby oil selama kurang lebih 5 menit, setelah itu
bersihkan daerah aerola dan putting susu dengan menggunakan
kapas tadi, lalu buang kapas kotor ketempat sampah.

- Licinkan kedua tangan dengan minyak lalu tempatkan kedua


telapak tangan tadi diatas kedua payudara.

- Pengurutan 1

Lakukan pengurutan, arah pengurutan dimulai kearah atas


kemudian kesamping, telapak tangan kiri dan telapak tangan
kanan kearah sisi kanan. Selanjutnya diteruskan kearah bawah
samping. Lakukan pengurutan ini sebanyak 15-30 kali.

Selanjutnya letakkan kedua telapak tangan disalah satu


payudara bagian bawahnya edengan posisi telapak tangan yang
satu diatas dan yang satu dibawah (posisi bertumpuk). Lalu
digerakkan secara bergantian keatas sambil menyentuh sedikit
payudara dan dilepas perlahan-lahan, lakukanlah sebanyak 15-
30 kali.

Dilanjutkan dengan arah garukan yang terakhir adalah


melintang yaitu tempatkan kedua telapak tangan dibawah
kedua payudara kiri dan kanan, kemudian secara bersamaan
digerak-gerakan keatassambil menyentuh sedikit payudara dan
dilepas perlahan-lahan, lakukanlah sebanyak 15-30 kali.

- Pengurutan II
Salah satu tangan menopang payudara sedang tangan yang
lainnya mengurut payudara dari pangkal menuju putting susu
dengan tangan dikepalkan. Lakukanlah sebanyak 15-30 kali.

- Pengurutan III

Satu payudara dan telapak tangan menopang yang lainnya


mengatur payudara dari pangkal menuju ke putting susu.
Lakukanlah secara bergantian pada payudara kiri dan kanan,
lakukanlah sebanyak 15-30 kali.

- Pengurutan IV

Merangsang payudara dengan mengompreskan air hangat dan


air dingin secara bergantian dengan memakai waslap, dilakukan
sebanyak 15-30 kali. Bisa juga dilakukan oleh ibu pada saat
mandi dikamar mandi dengan menggunakan Waskom kecil berisi
air hangat diguyur atau diciprat-cipratkan ke payudara dan
untuk air dinginnya bisa dilakukan saat ibu mandi dengan air
dingin. Selanjutnya dikeringkan dengan handuk dan alat-alat
yang dipakai dibereskan

Pakailah BH khususu untuk menyusui bayi (BH yang


menyangga payudara)
Penting ;
 Jangan membersihkan putting susu dengan sabun atau
alcohol karena dapat menyebabkan putting susu lecet/sakit.

 Perawatan dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi.

Anatomi dan Fisiologi Payudara


Sep 23, 20092 Commentsby lusa

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di


bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah
memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai
sepasang kelenjarpayudara, yang beratnya kurang lebih 200
gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol
di puncak payudara.
Gambar
1. Anatomi payudara
Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian
dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma,
sel otot polos dan pembuluh darah.
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-
20 lobus pada tiap payudara.
ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus),
kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran
yang lebih besar (duktus laktiferus).
Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar
melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke
luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran
terdapat ototpolos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI
keluar.
Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/
datar, panjang dan terbenam(inverted).

Gambar 2. Bentuk puting susu normal

Gambar 3. Bentuk puting susu pendek

Gambar 4. Bentuk puting susu panjang


Gambar 5. Bentuk puting susu terbenam/ terbalik
Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra
Cendikia. (hlm: 6-9)
Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi. Ahad, 6
September 2009; pukul 10:55 WIB
http://sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-
dan-fisiologi-laktasi.html
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan
Manajemen Laktasi. Jakarta. (hlm:1-5)
Pusdiknakes, 2003. Buku 4: Asuhan Kebidanan Post Partum.
(hlm: 14-17)
Roesli, U. 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta:
Puspaswara. (hlm: 4-8)
Kata Kunci
anatomi payudara, anatomi dan fisiologi
payudara, anatomi fisiologi payudara,
gambar anatomipayudara, anatomi, struktur payudara, fisiologi
payudara, bagian-bagian payudara, anatomifisiologi, bagian
bagian payudara, anatomi payudara wanita,
bagian payudara, anatomi mammae, bentuk
puting payudara, duktus
laktiferus, anatomi mamae, anatomi payudarah,
kelenjarmammae, bentuk puting susu, Anfis Payudara,
struktur payudara dan fisiologi
laktasi, fisiologi,anatomi dan fisiologi, bentuk puting,
gambar anatomi.
Askeb III (Nifas)

Fisiologi Laktasi
Posted By: Lusa Rochmawation: 26 September 2009In: Nifas

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) danpengeluaran
ASI (oksitosin).

Produksi ASI (Prolaktin)


Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai
menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu
maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena
pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada
saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses
laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat
perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.

Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi
jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron
yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus
luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu
dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.

Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan
pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor
pemacu sekresi prolaktin.

Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluarprolaktin.
Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.

Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai
penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktinwalau ada isapan
bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.

Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 – 3.
Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau
pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu

Refleks Aliran (Let Down Reflek)


Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari
isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel
akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan
selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium
bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.

Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran
kacau, takut dan cemas.

Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi:

1. Refleks menangkap (rooting refleks)


2. Refleks menghisap
3. Refleks menelan
Refleks Menangkap (Rooting Refleks)
Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Bibir bayi
dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap
puting susu.

Refleks Menghisap (Sucking Refleks)


Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai
palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus
yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.

Refleks Menelan (Swallowing Refleks)


Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.

Pengeluaran ASI (Oksitosin)


Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf
yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini
menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam
pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor
yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh
hipofisis.

Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 10-11)
Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Payudara. Diunduh Ahad, 6 September 2009; pukul
10:55 WIB sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologi-laktasi.html
botefilia.com/index.php/archives/2009/01/10/asi-laktasi/ diunduh Ahad, 6 September 2009; pukul
10:50 WIB.
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta. (hlm:3-5)
Roesli, U., 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara. (hlm: 10-17)
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 11-18)
KONSEP INVOLUSI UTERI
Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP INVOLUSI UTERI

Pengertian involusi uteri


 Involusi uteri adalah pengecilan yang normal dari suatu organ setelah organ tersebut memenuhi
fungsinya, misalnya pengecilan uterus setelah melahirkan. (Hincliff, 1999)
 Involusi uteri adalah mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali kebentuk asal.
(Ramali, 2003)

Proses Involusi Uterus

Ischemi pada miometrium disebut juga lokal ischemia


 Yaitu kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan
retraksi yang cukup lama seperti tersebut diatas tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang
pergi ke uterus di dalam masa hamil, karena uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan
pertumbuhan janin.
 Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus dapat mengadakan hipertropi
dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali
seperti biasa. Dan aliran darah dialirkan ke buah dada sehingga peredaran darah ke buah dada menjadi
lebih baik.
 Demikianlah dengan adanya hal-hal diatas, uterus akan mengalami kekurangan darah sehingga
jaringan otot-otot uterus mengalami otropi kembali kepada ukuran semula.

Autolisis
 Adalah penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hyperplasi, dan
jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang 10 kali dan menjadi 5 kali lebih tebal dari sewaktu
masa hamil, akan susut kembali mencapai keadaan semula.
 Faktor yang menyebabkan terjadinya autolisis apakah merupakan hormon atau enzim sampai
sekarang belum diketahui, tetapi telah diketahui adanya penghancuran protoplasma dan jaringan yang
diserap oleh darah kemudian di keluarkan oleh ginjal. Inilah sebabnya beberapa hari setelah melahirkan
ibu mengalami beser air kemih atau sering buang air kemih.

Aktifitas otot-otot
 Adalah adanya retraksi dan kontrksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang diperlukan untuk
menjepit pembulu darah yang pecah karena adanya kontraksi dan retraksi yang terus-menerus ini
menyebabkan terganggunya peredaran darah di dalam uterus yang mengakibatkan jaringan-jaringan
otot-otot tersebut menjadi lebih kecil.

Mekanisme terjadinya kontraksi pada uterus adalah melalui 2 cara yaitu :

(1) Kontraksi oleh ion kalsium


 Sebagai pengganti troponin, sel-sel otot polos mengandung sejumlah besar protein pengaturan
yang lain yang disebut kamodulin. Terjadinya kontraksi diawali dengan ion kalsium berkaitan dengan
kalmoduli. Kombinasi kalmodulin ion kalsium kemudian bergabung dengan sekaligus mengaktifkan
myosin kinase yaitu enzim yang melakukan fosforilase sebagai respon terhadap myosin kinase.
 Bila rantai ini tidak mengalami fosforilasi, siklus perlekatan-pelepasan kepala myosin dengan
filament aktin tidak akan terjadi. Tetapi bila rantai pengaturan mengalami fosforilasi, kepala memiliki
kemampuan untuk berikatan secara berulang dengan filament aktin dan bekerja melalui seluruh proses
siklus tarikan berkala sehingga mengghasilkan kontraksi otot uterus

(2) Kontraksi yang disebabkan oleh hormon


 Ada beberapa hormon yang mempengaruhi adalah epinefrin, norepinefrin, angiotensin,
endhothelin, vasoperin, oksitonin serotinin, dan histamine. Beberapa reseptor hormon pada membran
otot polos akan membuka kanal ion kalsium dan natrium serta menimbulkan depolarisasi membran.
Kadang timbul potensial aksi yang telah terjadi. Pada keadaan lain, terjadi depolarisasi tanpa disertai
dengan potensial aksi dan depolarisasi ini membuat ion kalsium masuk kedalam sel sehingga terjadi
kontraksi pada otot uterus. (Guyton, 2007)
 Dengan faktor-faktor diatas dimana antara 3 faktor itu saling mempengaruhi satu dengan yang
lain, sehingga memberikan akibat besar terhadap jaringan otot-otot uterus, yaitu hancurnya jaringan otot
yang baru, dan mengecilnya jaringan otot yang membesar. Dengan demikian proses involusi terjadi
sehingga uterus kembali pada ukuran dan tempat semula.
 Adapun kembalinya keadaan uterus tersebut secara gradual artinya, tidak sekaligus tetapi
setingkat. Sehari atau 24 jam setelah persalinan, fundus uteri agak tinggi sedikit disebabkan oleh adanya
pelemasan uterus segmen atas dan uterus bagian bawah terlalu lemah dalam meningkatkan tonusnya
kembali. Tetapi setelah tonus otot-otot kembali fundus uterus akan turun sedikit demi sedikit. (Christian,
1996)

Williams menjelaskan involusi sebagai berikut :


 Involusi tidak dipengaruhi oleh absorbsi insitu, namun oleh suatu proses eksfoliasi yang sebagian
besar ditimbulkan oleh berkurangnya tempat implantasi plasenta karena pertumbuhan jaringan
endometrium. Hal ini sebagian dipengaruhi oleh perluasan dan pertumbuhan kebawah endometrium dari
tepi-tepi tempat plasenta dan sebagian oleh perkembangan jaringan endometrium dari kelenjar dan
stoma yang tersisa di bagian dalam desidua basalis setelah pelepasan plasenta.
 Proses semacam itu akan dianggap sebagai konservatif, dan sebagai suatu ketetapan yang
bijaksana sebagai bagian dari alam. Sebaiknya kesulitan besar akan dialami dalam pembuangan arteri
yang mengalami obliterasi dan trombin yang mengalami organisasi, kalau mereka tetap insitu, akan
segera mengubah banyak bagian dari mukosa uterus dan endometrium dibawah menjadi suatu masa
jaringan parut dengan akibat bahwa setelah beberapa kehamilan tidak akan mungkin lagi untuk
melaksanakan siklus perubahan yang biasa, dan karier reproduksi berakhir.

(3) Involusi alat-alat kandungan

1. Uterus
 Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan
menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi
plasenta. (Sarwono, 2002). Pada hari pertama ibu post partum tinggi fundus uteri kira-kira satu jari bawah
pusat (1 cm). Pada hari kelima post partum uterus menjadi 1/3 jarak antara symphisis ke pusat. Dan hari
ke 10 fundus sukar diraba di atas symphisis. (Prawirohardjo, 2002). tinggi fundus uteri menurun 1 cm tiap
hari. (Reader, 1997). Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) hingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil.

Tabel Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi

2. Bekas implantasi uteri


 Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke ovum uteri dengan diameter 7,5 cm.
Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm. Pada minggu ke 6 2,4 cm dan akhirnya pulih. (Mochtar, 1998)

 Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada
diantara anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta lahir. Bagian bekas plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum
uteri segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan diameter 7,5 sering disangka sebagai suatu
bagian plasenta yang tertinggal, setelah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu 2,4
cm dan akhirnya pulih. (Sarwono, 2002)

3. Lokia
 Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. (Mochtar,
1998)
 Menurut Rustam Mochtar (1998) pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna
sebagai berikut :
1. Lokia rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa. Lanugo dan mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.
2. Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca
persalinan.
3. Lokia serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
4. Lokia alba cairan putih, setelah 2 minggu
5. Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
$0D
6. Lokia astastis lokia tidak lancar keluarnya.

Tabel 2.3 pengeluaran lokia menurut masa involusi

4. Servik
 Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri yang dapat mengandakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi, sehingga seolah-
olah pada berbatasan antara korpus dan servik uteri berbentuk, semacam cincin. Warna servik sendiri
merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah, konsistensinya lunak, segera setelah janin
dilahirkan. Tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya dapat
dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri. (Sarwono, 2002)

5. Ligamen-ligamen
 Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang mereggang sewaktu kehamilan dan
persalinan setelah jalan lahir berangsur-angsur mengecil kembali seperti sedia kala tidak jarang
ligamentum rotundum menjadi kendor mengakibatkan uterus jatuh kebelakang, untuk memulihkan
kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia tersebut juga otot-otot dinding perut dan dasar
panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada hari ke 2 post partum sudah dapat
diberikan fisioterapi. (Sarwono, 2002)

Faktor-faktor yang mempengaruhi Involusi


Proses involusi dapat terjadi secara cepat atau lambat, faktor yang mempengaruhi involusi uterus antara
lain :

1. Mobilisasi dini
 Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang diperlukan
untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan, dengan adanya kontraksi dan retraksi yang terus menerus
ini menyebabkan terganggunya peredaran darah dalam uterus yang mengakibatkan jaringan otot
kekurangan zat-zat yang diperlukan, sehingga ukuran jaringan otot-otot tersebut menjadi kecil.

2. Status gizi
 Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan jenis kelamin dan usia.
Status gizi yang kurang pada ibu post partum maka pertahanan pada dasar ligamentum latum yang
terdiri dari kelompok infiltrasi sel-sel bulat yang disamping mengadakan pertahanan terhadap
penyembuhan kuman bermanfaat pula untuk menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu post partum
dengan status gizi yang baik akan mampu menghindari serangan kuman sehingga tidak terjadi infeksi
dalam masa nifas dan mempercepat proses involusi uterus.

3. Menyusui
 Pada proses menyusui ada reflek let down dari isapan bayi merangsang hipofise posterior
mengeluarkan hormon oxytosin yang oleh darah hormon ini diangkat menuju uterus dan membantu
uterus berkontraksi sehingga proses involusi uterus terjadi.

4. Usia
 Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana proses
penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak. Penurunan elastisitas otot dan penurunan penyerapan lemak,
protein, serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan protein pada proses penuaan,
maka hal ini akan menghambat involusi uterus.

5. Parietas
 Parietas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu sering tereggang memerlukan
waktu yang lama. (Sarwono, 2002)

Pengukuran involusi uterus


 Pengukuran involusi dapat dilakukan dengan mengukur tinggi fundus uteri, kontraksi uterus dan
juga dengan pengeluaran lokia. (Manuaba, 1998)
 Involusi uterus melibatkan reorganisasi dan penanggalan desidua dan pengelupasan kulit pada
situs plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat, perubahan lokasi uterus, warna dan jumlah
lochea. (Varney, 2004: 594)

DAFTAR PUSTAKA
1. Alimul, A. (2007), Metode Penelitian Penulisan Ilmiah, Jakarta: Salemba Medika.
2. Alimul, H. A, dan Musrifatul, U. (2004), Buku Saku Pratikan Kebutuhan Dasar Manusia,
Jakarta: EGC.
3. Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka
Cipta.
4. Cambridge, C. L. (1998) Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia dan System Reproduksi,
Jakarta: EGC.
5. Desiyati, D. (2008) Fisiologi Nifas, from Http://we-littlefairy. blogspot.com
6. Fizari, S. (2009) Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas, From
Http://sekuracity/blogspot.com
7. Hincliff, S. (1999) Kamus Keperawatan, Jakarta: EGC.
8. Ibrahim, C.S. (1996) Perawatan Kebidanan, Jakarta: Bhratara.
9. Manuaba, I. B. G. (1998) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC.
10. Mochtar, R. (1998) Sinopsis Obstetric, Jakarta: EGC.
11. Notoadmodjo, S. (2005) Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
12. Nursalam, (2003) Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Jakarta: Salemba Medika.
13. Nursalam, dan Pariani, S. (2001) Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan,
CV, Info Medika.
14. Prawirohardjo, S. (2002) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
15. ___________, (2002) Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
16. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. (2001) Post Partum, Jakarta: MNH
17. Ramali, A. (2003) Kamus Kedokteran, Jakarta: Djambatan.
18. Rambey, R. (2008) Tetap Sehat Setelah Bersalin, from Http:// nursingwear/wordpress.
19. Roper, N. (2002) Prinsip-Prinsip Keperawatan, Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika.
20. Sinsin, L. (2009). Masa Kehamilan dan Persalinan. PT. Elex Media Komputindo, from
Http:// www.elexmedia.co.id, 118-119
KONSEP INVOLUSI UTERI

http://docplayer.info/57585352-Ii-definisi-involusi-uteri.html

https://delimachoirotulmaulidiya.wordpress.com/2013/10/24/32/

1. Pengertian Involusi Uteri


Involusi uteri adalah perubahan retrogreaf pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran
uterus, involusi puerperium dibatasi pada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan struktur lain hanya
dianggap sebagai perubahan puerperium. (Varney’s, 2004)
Involusi atau pengerutan uterus merupaka suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. (Ambarwati dan Wulandari, 2008)
Involusi uteri adalah mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali ke bentuk asal.
(Ramali, 2003)
2. Fisiologi Involusi Uteri
Involusi uteri melibatkan reorganisasi dan penanggalan deci dua/endometrium dan pengelupasan
lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat serta perubahan
tempat uterus, warna dan jumlah lochea.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

a. Iskemia Miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta
membuat uterus relative anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
b. Autolysis
Autolysis merupakan proses peghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik
akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula
dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai pengrusak secara
langsung jaringan hipertropi yang berlebihan, hal ini disebabkan karena penurunan
hormoneestrogen dan progesteron.
c. Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan
pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk
mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. (Varney’s, 2003).
Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun
keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelviks. Segera setelah proses persalinan puncak
fundus kira-kira dua pertiga hingga tiga perempat dari jalan atas diatara simfisis pubis dan umbilicus.
Kemudian naik ke tingkat umbilicus dalam beberapa jam dan bertahan hingga satu dua hari dan
kemudian secara berangsur-angsur turun ke pelviks yang secara abdominal tidak dapat terpalpasi di atas
simfisis setelah sepuluh hari.
Perubahan uterus ini berhubungan erat dengan perubahan-perubahan pada miometrium. Pada
miometrium terjadi perubahan-perubahan yang bersifat proteolisis. Hasil dari proses ini dialirkan melalui
pembukuh getah bening.
Decidua tertinggal dalam uterus setelah separasi dan ekpulsi plasenta dan membrane yang
terdiri dari lapisan zona spongiosa pada decidua basalis (tempat implantasi) dan decidua parietalis
(lapisan sisa uterus). Decidua yang tersisa menyusun kembali menjadi dua lapisan sebagai hasil invasi
leukosit yaitu :
1) Suatu degenerasi nekrosis lapisan superficial yang terpakai lagi sebagai bagian dari pembuangan lochea
dan lapisan dalam dekat miometrium.
2) Lapisan yang terdiri dari sisa-sisa endometrium di lapisan basalis.
Endometrium akan diperbaharui oleh proliferasi epithelium endometrium.Regenerasi
endometrium diselesaikan selama pertengahan atau akhir dari postpartum minggu ketiga kecuali di
tempat implantasi plasenta.
Dengan involusi uterus ini, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi situs placenta akan
menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan, suatu campuran antara
darah yang dinamakan lochia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat. Pengeluaran
Lochea ini biasanya berakhir dalam waktu 3 sampai 6 minggu. (Varney, 2003).

Involusi TFU Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pst sym 500 gr
2 minggu Tidak teraba di atas 350 gr
6 minggu sym 50 p
8 minggu Bertambah kecil 30 p
Sebesar normal

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Involusi Uterus


a. Laktasi
Rangsangan psikis merupakan refleks dari mata ibu ke otak, mengakibatkan oksitosin dihasilkan,
sehingga ASI dapat dikeluarkan dan sebagai efek samping rahim menjadi semakin keras berkontraksi.
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh
darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Ini membantu untuk mengurangi situs
atau tempat implantasi palsenta serta mengurangi perdarahan.

b. Mobilisasi Dini
Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko
perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh
darah yang terbuka.
c. Gizi
Pada masa nifas dibutuhkan tambahan energi sebesar 500 Kkal perhari, kebutuhan tambahan
energy ini adalah untuk menunjang proses kontraksi uterus pada proses involusi menuju normal.
Kekurangan energi pada ibu nifas dapat menyebabkan proses kontraksi tidak maksimal, sehingga
involusi uterus terus berjalan lambat. Status gizi masyarakat di pengaruhi oleh :
1) Pengetahuan
Pengetahuan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi membawa dampak pada kecukupan
asupan nutrisi harian. Selama ini masyarakat jarang memperhatikan tata cara pemenuhan gizi dilakukan
secara tidak seimbang.
2) Lingkungan
Kondisi lingkungan memberikan daya dukung kepada masyarakat untuk memenuhi gizi, sebagai
contoh pemenuhan gizi pada daerah yang subur cenderung lebih baik dibandingkan pemenuhan gizi
pada masyarakat yang memiliki lingkungan gersang. Selain kondisi lingkungan abiotik, kondisi
lingkungan biotic atau masyarakat menyebabkan pola konsumsi antar masing-masing individu dalam
masyarakat saling mempengaruhi.
3) Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat menyebabkan pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu nifas menjadi terhambat,
sebagai contoh munculnya kepercayaan berpantang makanan yang menyebabkan pemenuhan
kebutuhan ibu nifas tidak seimbang, salah satunya adalah kebiasaan berpantang makanan yang
mengandung protein tinggi dengan tujuan mempercepat proses penyembuhan luka perineum, padahal
kebutuhan protein meningkat untuk mendukung proses proliferasi dalam penyembuhan luka.
4) Sosial Budaya Masyarakat
Kondisi sosial budaya masyarakat kadang kala menghambat nutrisi bagi ibu nifas, misalnya masih
dianutnya paham patriaki yaitu lebih mengutamakan pemenuhan bapak dibandingkan dengan
pemenuhan kebutuhan ibu.
d. Paritas
Oxytocin, estrogen dan prostaglandin bekerja sebagai simutan dalam memberikan rangasangan
kuat myometrium umtuk berkontraksi sehigga menyebabkan runtuhnya sel-sel endometrium dan
bercampur dengan sekresi cairan uterus yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar endometrium.
Berlangsungnya proses kontraksi ritmik yang diikuti pengeluaran runtuhan sel-sel endometrium dan
sekresi cairan uterus pasca partus menyebabkan pengeluaran lochea. Volume dan kondisi pori-pori
pembuluh darah uterus nulipara lebih besar sehingga proses pengeluaran lochea lebih cepat
dibandingkan primipara. Hasil penellitian mengungkapkan bahwa paritas ibu memengaruhi lamanya
pengeluaran lochea, semakin tinggi paritas semakin cepat proses pengeluaran lochea. Akan tetapi
karena kondisi otot rahim pada ibu bersalin multipara cenderung sudah tidak terlalu kuat maka proses
involusi berjalan lebih lambat. (Cunigham, 2007).

Anda mungkin juga menyukai