I. Anatomi Payudara
Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh perempuan maupun laki - laki. Kelenjar ini menjadi
fungsional saat pubertas untuk merespons estrogen pada perempuan dan pada laki-laki biasanya
tidak berkembang. Saat kehamilan, kelenjar mammae mencapai perkembangan puncaknya dan
berfungsi untuk produksi susu (laktasi) setelah melahirkan bayi1.
1. Struktur
Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose yang tertutup kulit
pada dinding anterior dada. Payudara terletak diatas otot pektoralis mayor dan melekat
pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran payudara bergantung pada
variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan bukan pada jumlah glandular aktual1.
a. Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus dialiri ductus
laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus lakteferus (ampula).
b. Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligamen suspensorium
cooper (berkas jaringan ikat fibrosa).
c. Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobulus kemudian
bercabangan menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli sekretori.
d. Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang keluar sekitar 1 cm sampai
2 cm untuk membentuk aerola.
2. Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara
- Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang merupakan
cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang arteri aksilari toraks.
Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan vena supervisial yang menuju
vena kava superior.
- Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola adalah
melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari payudara mengalir
melalui nodus limfe aksilar
b. Faktor Genetika
Wanita yang memiliki one degree relatives (keturunan di atasnya) yang menderita/pernah
menderita kanker payudara atau kanker indung telur memiliki risiko kanker payudara yang
lebih tinggi. Namun, kanker payudara bukan penyakit keturunan seperti diabetes melitus
atau hemofilia maupun alergi. Walaupun demikian, gen yang dibawa wanita penderita
kanker payudara mungkin saja dapat diturunkan sekitar 5 – 10%.
Wanita dengan mutasi genetik BRCA1 (breast cancer type 1) atau BRCA2 (breast cancer
type 2), ATM (serine/threonine kinase) atau TP53 (Tumor protein p53/p53) harus
diperhatikan dalam kategori risiko tinggi. Bila ibu, saudara wanita mengidap kanker
payudara maka ada kemungkinan untuk memiliki risiko terkena kanker payudara dua kali
lipat dibandingkan wanita lain yang tidak mempunyai riwayat keluarga yang terkena
kanker payudara.
b. Masa Menyusui
Menyusui sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Namun, ternyata
tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi sang ibu. Suatu penelitian menyebutkan
bahwa menyusui mempunyai efek perlindungan terhadap resiko kanker payudara.
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek
yang lebih positif dalam menurunkan resiko kanker payudara di mana terjadi penurunan
kadar hormon estrogen dan pengeluaran bahan-bahan pemicu kanker selama proses
menyusui.
Penelitian lain juga menyebutkan semakin lama waktu menyusui, semakin besar efek
perlindungan terhadap kanker yang ada, dan ternyata resiko kanker menurun sebesar 4,3%
tiap tahunnya pada wanita menyusui.
c. Konsumsi Lemak Tinggi dan Obesitas Setelah Menopause
Wanita yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) dan mengkonsumsi makanan
yang berlemak berisiko 2 kali lebih tinggi dari yang tidak obesitas dan yang tidak
mengkonsumsi makanan berlemak. Makanan berelemak dapat menjadi pemicu timbulnya
kanker. Lemak yang berlebihan di dalam darah meningkatkan kadar estrogen dalam darah,
sehingga akan meningkatkan pertumbuhan sel-sel kanker. Biasanya obesitas timbul karena
jumlah kalori yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada kalori yang dibakar,
keadaan ini bila berlangsung bertahun-tahun akan mengakibatkan penumpukan jaringan
lemak yang berlebihan dalam tubuh, sehingga terjadilah obesitas.
Seorang wanita yang mengalami obesitas setelah menopause akan berisiko 1,5 kali lebih
besar untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita berberat badan normal.
Lemak memiliki banyak efek dalam tubuh. Lemak dapat meningkatkan produksi hormon
dan dengan demikian meningkatkan risiko kanker payudara. Lemak juga merangsang
produksi asam empedu yang telah dikaitkan dengan kanker usus besar.
Menurut penelitian lain, lakilaki yang merokok mempunyai risiko 1,26 kali lebih besar
dibandingkan dengan laki-laki yang tidak merokok untuk terkena kanker payudara
g. Aktivitas Fisik
Penelitian terbaru dari Women’s Health Initiative menemukan bahwa aktivitas fisik pada
wanita menopause yang berjalan sekitar 30 menit per hari dikaitkan dengan penurunan
20% risiko kanker payudara. Namun, pengurangan risiko terbesar diantara wanita yang
berberat badan normal. Aktivitas fisik memiliki efek proteksi terhadap kejadian kanker
payudara karena membantu mempertahankan berat badan selalu berada dalam keadaan
normal.
Sekitar 1 dari 5 orang yang mengidap kanker payudara akan berisiko mengalami
lymphoedema di lengan, tangan, jari, atau bahkan dada. Lymphoedema adalah
pembengkakan yang disebabkan oleh pembentukan kembali cairan getah bening pada
permukaan jaringan dalam tubuh. Pembengkakan ini dapat terjadi setelah menjalani
operasi pengangkatan kanker payudara atau terapi radiasi yang merusak sistem kelenjar
getah bening. Hal ini dapat dikurangi dengan cara melakukan aktivitas fisik secara rutin.
Adapun aktivitas fisik yang dimaksud dalam hal ini adalah akitivitas fisik sederhana namun
dilakukan secara rutin. Dengan melakukan pergerakan aktivitas fisik sederhana di setiap
harinya, dapat mengurangi risiko berbahaya yang ditimbulkan dari lymphoedema.
B. Pemeriksaan Pencitraan
Mamografi Payudara
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X dosis rendah (umumnya berkisar 0,7 mSv)
pada jaringan payudara yang dikompresi. Mamogram adalah gambar hasil mamografi. Untuk
memperoleh interpretasi hasil pencitraan yang baik, dibutuhkan dua posisi mamogram dengan
proyeksi berbeda 45 derajat (kraniokaudal dan mediolateralobligue). Mamografi dapat bertujuan
skrining kanker payudara, diagnosis kanker payudara, dan follow up / kontrol dalam pengobatan.
Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun, namun karena payudara orang Indonesia
lebih padat maka hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun. Pemeriksaan
Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10 dihitung dari hari pertama masa menstruasi;
pada masa ini akan mengurangi rasa tidak nyaman pada wanita pada waktu di kompresi dan akan
memberi hasil yang optimal4,7.
Adapun jenis dari pemeriksaan dengan mammografi, yaitu :
a. Mammogram diagnostik dilakukan ketika seorang wanita memiliki gejala - gejala kanker
payudara atau terdapat benjolan di payudara dan mammogram ini memakan waktu lebih lama
karena gambar yag diambil juga lebih banyak.
b. Mammogram digital untuk mengambil gambaran elektronik payudara dan menyimpannya
langsung di komputer. Penelitian terbaru tidak menunjukkan bahwa gambar digital lebih baik
dalam menemukan kanker dibandingkan film sinar X.
Tanda primer berupa:
1. Densitas yang meninggi pada tumor
2. Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan sekitarnya atau
batas yang tidak jelas (komet sign).
3. Gambaran translusen disekitar tumor
4. Gambaran stelata.
5. Adanya mikrokalsifikasi
6. Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis.
Tanda sekunder :
1. Retraksi kulit atau penebalan kuli
2. Bertambahnya vaskularisasi
3. Perubahan posisi putting
4. Kelenjar getah bening aksila (+)
5. Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
6. Kepadatan jaringan sub areolar.
Gambar 4. mamogram
USG Payudara
Kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik. Gambaran USG pada benjolan yang harus
dicurigai ganas di antaranya:
Permukaan tidak rata
Taller than wider
Tepi hiperekoik
Echo interna heterogen
Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor membentuk sudut 90
derajat.
MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi, namun secara umum tidak
digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena biaya mahal dan memerlukan waktu pemeriksaan
yang lama. Akan tetapi MRI dapat dipertimbangkan pada wanita muda dengan payudara yang
padat atau pada payudara dengan implant, dipertimbangkan pasien dengan risiko tinggi untuk
menderita kanker payudara4,5.
Diagnosa Sentinel Node
Biopsi kelenjar sentinel (Sentinel lymph node biopsy) adalah mengangkat kelenjar getah bening
aksila sentinel sewaktu operasi. Kelenjar getah bening sentinel adalah kelenjar getah bening yang
pertama kali menerima aliran limfatik dari tumor, menandakan mulainya terjadi penyebaran dari
tumor primer). Biopsi kelenjar getah bening sentinel dilakukan menggunakan blue dye,
radiocolloid, maupun kombinasi keduanya. Bahan radioaktif dan atau blue dye disuntikkan
disekitar tumor; Bahan tersebut mengalir mengikuti aliran getah bening menuju ke kelenjar getah
bening (senitinel). Ahli bedah akan mengangkat kelenjar getah bening tersebut dan meminta ahli
patologi untuk melakukan pemeriksaan histopatologi. Bila tidak ditemukan sel kanker pada
kelenjar getah bening tersebut maka tidak perlu dilakukan diseksi kelenjar aksila. Perbandingan
rerata identifikasi kelenjar sentinel antara blue dye dan teknik kombinasi adalah 83% vs 92%.
Namun biopsi kelenjar sentinel dapat dimodifikasi menggunakan teknik blue dye saja dengan
isosulfan blue ataupun methylene blue. Methylene blue sebagai teknik tunggal dapat
mengindentifikasi 90% kelenjar sentinel. Studi awal yang dilakukan RS Dharmais memperoleh
identifikasi sebesar 95%. Jika pada akhir studi ini diperoleh angka identifikasi sekitar 90% maka
methylene blue sebagai teknik tunggal untuk identifikasi kelenjar sentinel dapat menjadi alternatif
untuk rumah sakit di Indonesia yang tidak memiliki fasilitas radiocoloid.
Patologi Anatomi
Pemeriksaan patologi pada kanker payudara meliputi pemeriksaan sitologi, morfologi
(histopatologi), pemeriksaan immunohistokimia, in situ hibridisasi dan gene array (hanya
dilakukan pada penelitian dan kasus khusus). Cara Pengambilan Jaringan4,5,6:
Biopsi Jarum Halus, Biopsi Apus dan Analisa Cairan
Biopsi jarum halus, biopsi apus dan analisa cairan akan menghasilkan penilaian sitologi. Biopsi
jarum halus atau yang lebih dikenal dengan FNAB dapat dikerjakan secara rawat jalan
(ambulatory). Pemeriksaan sitologi merupakan bagian dari triple 6 diagnostic untuk tumor
payudara yang teraba atau pada tumor yang tidak teraba dengan bantuan penuntun pencitraan.
Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan menggunakan antibodi
sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam potongan jaringan (tissue sections) ataupun
bentuk preparasi sel lainnya. IHK merupakan standar dalam menentukan subtipe kanker
payudara. Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara berperan dalam membantu menentukan
prediksi respons terapi sistemik dan prognosis. Pemeriksaan imunohistokimia yang standar
dikerjakan untuk kanker payudara adalah:
1. Reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen (ER) dan reseptor progesteron (PR)
2. HER2
3. Ki-67
Pemeriksaan ER dan PR dilakukan pada material dari blok parafin (spesimen core biopsy dan
eksisi), dan dapat juga dari hapusan sitologi atau cell block. Pemeriksaan harus dilakukan pada
spesimen yang difiksasi dengan Neutral Buffer Formalin (NBF) 10%.Hasil dinyatakan positif
apabila > 1% inti sel terwarnai (baik dengan intensitas lemah, sedang, ataupun kuat).
Pemeriksaan status HER2 (c-erbB-2, HER2/neu) saat ini telah direkomendasikan untuk
karsinoma payudara invasif (DCIS tidak dievaluasi untuk HER2). Pemeriksaan HER2 harus
dilakukan pada blok paraffin dari jaringan yang difiksasi dengan NBF 10% dan tidak dapat
dilakukan dari hapusan sitologi. Hasil dinyatakan HER2 positif pada HER2 +3,
sedangkanHER2 +2 memerlukan pemeriksaan lanjutan berupa hibridisasi in situ
Paget's Disease
Paget’s disease adalah suatu kanker yang jarang terjadi yang menyerupai dermatitis
(peradangan kulit berupa bercak kemerahan dan berasal dari kelenjar di dalam atau di bawah
kulit). Biasanya berasal dari kanker pada saluran susu di payudara, sehingga kanker ini
biasanya ditemukan di sekitar puting susu.
IV.VIII. Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis suatu
penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker
tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat lain4,5.
Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk
menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan
penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan dengan
CT scan, scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling
banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang
direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World Health
Organization)
T – Tumor Primer
a. Tx : Tumor primer belum dapat dievaluasi
b. T0 : Tidak ditemukan tumor primer
c. Tis : Karsinoma in situ
Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ
Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ
Tis (Paget’s) = Paget’s disease pada puting payudara tanpa tumor
d. T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar ≤ 2 cm
T1mic Mikroinvasi 0.1 cm atau kurang pada dimensi terbesar
T1 a Tumor lebih dari 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm pada dimensi terbesar
T1b Tumor lebih dari 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm pada dimensi terbesar
T1c Tumor lebih dari 1 cm tetapi
e. T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar 2-5 cm
f. T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar > 5 cm
g. T4 : Tumor telah menginvasi jaringan di luar mamma
T4a Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot pectoralis
T4b Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara atau satellite skin nodules
pada payudara yang sama
T4c Gabungan T4a dan T4b
T4d Inflammatory carcinoma
N – Kelenjar Getah Bening Regional
a. Nx : Kelenjar getah bening regional belum dapat dievaluasi
b. N0 : Tidak terdapat metastasis kelenjar getah bening regional
c. N1 : Terdapat metastasis kelenjar getah bening axilla yang mobile
pN1mi : Mikrometastasis >0,2 mm < 2 mm
pN1a : 1-3 KGB aksila
pN1b : KGB mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel node biopsy
tetapi tidak terlihat secara klinis
pN1c : T1-3 KGB aksila dan KGB mamaria interna denganmetastasis mikro melalui
sentinel node biopsy tetapi tidakterlihat secara klinis
d. N2 : Terdapat metastase KGB axilla yang melekat
N2a Metastatis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir satu sama lain (matted) atau
terfiksir pada struktur lain
pN2a 4-9 KGB aksila
N2b Metastasis hanya pada KGB mamaria interna yang terdekteksi secara klinis* dan jika
tidak terdapat metastasis KGB aksila secara klinis.
pN2b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis tanpa KGB aksila
e. N3 : Metastase KGB mammaria interna
N3a Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral
pN3a > 10 KGB aksila atau infraklavikula
N3b Metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB aksila
pN3b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis, dengan KGB aksila atau >3 KGB aksila
dan mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel node biopsy namun tidak
terlihat secara klinis
N3c Metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral
pN3c KGB supraklavikula
f. N4 : metastase axilla tidak dapat dievaluasi
M – Metastasis Jauh
a. Mx : Metastasis jauh belum dapat dievaluasi
b. M0 : Tidak ada metastasis jauh
c. M1 : Terdapat metastasis jauh
Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium IA T1 N0 M0
Stadium IB T0 N1mic M0
T1 N1mic M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1-N2 M0
Stadium IIIB T4 N1-N2 M0
Stadium IIIC Semua T N3 M0
Stadium IV Semua T Semua N M1
Jenis-jenis operasi yang dilakukan untuk mengobati kanker payudara, antara lain :
mastektomi (mengangkat seluruh payudara beserta kankernya), lumpektomi (mengangkat
sebagian payudara pada jaringan yang mengandung kanker), dan pengangkatan kelenjar
getah bening (KGB) ketiak.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair, kapsul
atau infus yang bertujuan untuk membunuh sel kanker tidak hanya pada payudara tetapi
juga seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta
rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan saat kemoterapi. Kemoterapi
biasanya diberikan 1-2 minggu sesudah operasi. Kemoterapi merupakan pendekatan
sistematis untuk membunuh sel-sel kanker yang bertambah banyak.
d. Terapi Hormon
Pemberian hormon dilakukan apabila penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh.
Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi. Dimana, masing-
masing sel mempunyai 2 jenis reseptor, yaitu:
Reseptor Hormon Positif : sel kanker yang mempunyai cukup banyak reseptor
hormon.
Reseptor Hormon Negatif : sel kanker yang mempuyai sedikit atau tidak ada
reseptor hormon.
IV.X. Prognosis
Kanker Payudara Berdasarkan data PERABOI ( Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia)
didapatkan data rata-rata prognosis harapan hidup (survival rate) penderita kanker payudara per
stadium sebagai berikut :
a) Stadium 0 (kanker in situ ) : 10 tahun dengan harapan hidup 98%
b) Stadium I : 5 tahun dengan harapan hidup 85%
c) Stadium II : 5 tahun dengan harapan hidup 60-70%
d) Stadium III : 5 tahun dengan harapan hidup 30-50%
e) Stadium IV : 5 tahun dengan harapan hidup 5%
IV.XI. Prevensi Dan Deteksi Dini 4,9
Pencegahan (primer) adalah usaha agar tidak terkena kanker payudara . Pencegahan pri mer
berupa mengurangi atau meniadakan faktor-faktor risiko yang diduga sangat erat kaitannya
dengan peningkatan insiden kanker payudara. Pencegahan primer atau supaya tidak terjadinya
kanker secara sederhana adalah mengetahui faktor -faktor risiko kanker payudara, seperti yang
telah disebutkan di atas, dan berusaha menghindarinya. Prevensi primer agar tidak terjadi
kanker payudara saat ini memang masih sulit; yang bisa dilakukan adalah dengan meniadakan
atau memperhatikan beberapa faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden
kanker payudara.
Pencegahan sekunder adalah melakukan skrining kanker payudara. Skrining kanker payudara
adalah pemeriksaan atau usaha untuk menemukan abnormalitas yang mengarah pada kanker
payudara pada seseorang atau kelompok orang yang tidak mempunyai keluhan.
Beberapa tindakan untuk skrining adalah :
1. Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
2. Periksa Payudara Klinis (SADANIS)
3. Mammografi skrining
SADARI
Deteksi dini dengan SADARI dapat menekan angka kematian sebesar 25 – 30 %. SADARI
sangat penting dianjurkan kepada masyarakat untuk menerapkannya. Sekitar 90% kanker
payudara ditemukan sendiri oleh pasien dan sekitar 5% ditemukan selama pemeriksaan fisik
untuk alasan lain.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah pemeriksaan payudara sendiri untuk dapat
menemukan adanya benjolan abnormal. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sendiri tanpa harus
pergi ke petugas kesehatan dan tanpa harus mengeluarkan biaya. Pemeriksaan optimum
dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi
cairan minimal dan payudara dalam keadaan lembut, tidak keras, jika membengkak akan
mudah dikenali.
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan SADARI adalah pada saat wanita sejak pertama
mengalami haid. Adapun tahap-tahap melakukan SADARI, yaitu :
a. Tahap awal, berdirilah di depan cermin, pandanglah kedua payudara. Perhatikan
kemungkinan adanya perubahan yang tidak biasa seperti cairan dari puting, pengerutan,
penarikan atau pengelupasan kulit.
b. Angkatlah kedua tangan ke atas kepala. Perhatikan, apakah ada kelainan. Pada kedua
payudara atau puting.
c. Kedua tangan diletakkan di pinggang agak membungkuk ke arah cermin sambil menarik
bahu dan siku ke arah depan. Periksa kembali, apakah ada perubahan atau kelainan pada
kedua payudara atau puting.
d. Angkatlah lengan kanan, dengan menggunakan 3-4 jari tangan kiri untuk memeriksa
payudara kanan secara lembut, hati-hati, dan secara menyeluruh. Dimulai dari bagian tepi
sisi luar, tekankan ujung jari tangan membentuk lingkaran-lingkaran kecil dan pindahkan
lingkaran itu secara lambat seputar payudara. Secara bertahap lakukan ke arah puting.
Pastikan mencakup seluruh payudara. Berikan perhatian khusus di daerah antara payudara
dengan ketiak, termasuk bagian ketiak sendiri. Rasakan untuk setiap benjolan yang tidak
biasa atau benjolan di bawah kulit.
e. Dengan kedua tangan, pijat puting payudara kanan dan tekan payudara untuk melihat
apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting payudara. Lakukan hal yang sama
pada payuadara yang kiri.
f. Mengulangi langkah d) dan e) dengan posisi berbaring. Berbaringlah dengan permukaan
yang rata, berbaringlah dengan lengan kanan di belakang kepala dan bantal kecil atau
lipatan handuk diletakkan di bawah pundak.
Adapun program dari American Cancer Society, yang dalam programnya menganjurkan
sebagai berikut :
a. Wanita > 20 tahun melakukan SADARI tiap tiga bulan.
b. Wanita > 35-40 tahun melakukan mammografi
c. Wanita > 35 – 40 tahun melakukan check up pada dokter ahli
d. Wanita > 50 tahun check up rutin/ mammografi setiap tahun
e. Wanita yang mempunyai faktor risiko tinggi (misalnya ada riwayat penderita kanker)
pemeriksaan ke dokter lebih rutin dan sering.
Pencegahan Tersier
Pada pencegahan tersier ini biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara. Dengan penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan
stadium kanker payudara dengan tujuan untuk mengurangi kecacatan dan memperpanjang
harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini berperan penting untuk meningkatkan kualitas
hidup penderita dan mencegah komplikasi penyakit serta meneruskan pengobata
TINJAUAN PUSTAKA
1. Gabriel Allen, MD. BREAST ANATOMY. Medscape;2016 [cited 2016 jun]. available
from: https://reference.medscape.com/article/1273133-overview
2. Nugroho taufan. ASI dan TUMOR PAYUDARA. Numed. P:133-120.
3. ACS. Non-cancerous Breast Conditions. American cancer society; 2017 [cited in 2017].
Available from: https://www.cancer.org/cancer/breast-cancer/non-cancerous-breast-
conditions.html
4. Chalasani Pavani. Breast cancer. Medscape; 2019 [cited in 2019 jun]. available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1947145-overview#a5
5. Panigoro Sonar, Hernowo Bethy S, Purwanto Heru et all. PPK payudara. Kemenkes
[2017]. KPKN
6. Shah Rupen, Rosso Kelly, and S David Nathanson. Pathogenesis, prevention, diagnosis
and treatment of breast cancer. WJCO;2014 [cited in 2014 aug]; 5(3): 283–298. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4127601/
7. Lee Han-Byoel, Han Wonshik. Unique Features of Young Age Breast Cancer and Its
Management. JBC;2014 [cited in 2017 des]; 17(4): 301-307.
8. WHO. Guidelines for management of breast cancer. WHO; 2006 [cited in 2006].
9. Ahmed M. Kabel. Breast Cancer: Insights into Risk Factors, Pathogenesis, Diagnosis and
Management. Journal of Cancer Research and Treatment; 2015 [cited in 2015]; 3 (2): 28-
33.