Anda di halaman 1dari 26

TINJAUAN PUSTAKA

I. Anatomi Payudara
Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh perempuan maupun laki - laki. Kelenjar ini menjadi
fungsional saat pubertas untuk merespons estrogen pada perempuan dan pada laki-laki biasanya
tidak berkembang. Saat kehamilan, kelenjar mammae mencapai perkembangan puncaknya dan
berfungsi untuk produksi susu (laktasi) setelah melahirkan bayi1.

1. Struktur
Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose yang tertutup kulit
pada dinding anterior dada. Payudara terletak diatas otot pektoralis mayor dan melekat
pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran payudara bergantung pada
variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan bukan pada jumlah glandular aktual1.
a. Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus dialiri ductus
laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus lakteferus (ampula).
b. Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligamen suspensorium
cooper (berkas jaringan ikat fibrosa).
c. Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobulus kemudian
bercabangan menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli sekretori.
d. Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang keluar sekitar 1 cm sampai
2 cm untuk membentuk aerola.
2. Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara
- Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang merupakan
cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang arteri aksilari toraks.
Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan vena supervisial yang menuju
vena kava superior.
- Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola adalah
melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari payudara mengalir
melalui nodus limfe aksilar

II. Benjolan payudara


Benjolan pada payudara merupakan kelainan yang cukup sering dijumai pada wanita. Benjolan
tersebut dapat menunjukan adanya proses inflamasi hingga keganasan pada payudara. Tumor atau
benjolan secara umum dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
- Jinak
- Ganas

III. Tumor jinak

1. Fibrosis dan Kista Payudara


Fibrosis dan atau kista paling sering terjadi pada wanita usia subur, namun dapat juga mengenai
wanita dari segala usia. Mereka dapat ditemukan di berbagai bagian payudara atau kedua payudara
pada saat yang bersamaan2,3.
 Fibrosis
Fibrosis merupakan tergantinya jaringan menjadi jaringan fibrosa. Area fibrosis terasa kenyal,
keras, atau sulit disentuh.
 Kista
Benjolan yang bundar dan bergerak, dapat juga lunak saat disentuh, menunjukkan adanya kista.
Kista adalah kantung berisi cairan, bulat atau oval di dalam payudara. Mereka paling sering
ditemukan pada wanita di usia 40-an, namun dapat terjadi pada wanita dari berbagai usia.
Perubahan hormon bulanan sering menyebabkan kista membesar dan menyakitkan dan
kadang-kadang dapat terlihat sebelum periode menstruasi.
Secara umum kista dibagi menjadi dua yaitu mikrokista dan makrokista. Mikrokista (kecil,
kista mikroskopis) terlalu kecil untuk dirasakan dan hanya ditemukan ketika jaringan dilihat
di bawah mikroskop. Jika cairan terus menumpuk, dapat menjadi makrokista (kista besar)
dapat terbentuk. Ini bisa dirasakan dengan mudah dan bisa sebesar 1 atau 2 inci.

2. Hiperplasia Payudara (Ductal atau Lobular)


Hiperplasia atau hiperplasia epitel atau penyakit payudara proliferatif. Hal ini merupakan
pertumbuhan berlebih sel-sel yang melapisi saluran atau kelenjar susu (lobulus) di dalam payudara.
Hiperplasia duktus atau lobular dinyatakn berdasarkan sel-sel yang terlihat di bawah mikroskop.
Hiperplasia duktal dan lobular menunjukan gejala serupa, dan merupakan faktor risiko kanker
payudara2,3.
Klasifikasi :
 Hyperplasia: sel-sel terlihat sangat dekat dengan normal.
 Hiperplasia atipikal (atau hiperplasia dengan atipia): sel-sel nampak terdistorsi. Ini bisa berupa
hiperplasia duktus atipikal (ADH) atau hiperplasia lobular atipikal (ALH).
Hyperplasia payudara sulit didiagnosa karena sulit ditemukan pada palpasi payudara. Namun,
dapat didiagnosis dengan mammogram dan biopsy.
3. Karsinoma lobular in Situ (LCIS)
Karsinoma lobular in situ (LCIS) atau disebut lobular neoplasia. Pada pemeriksaan mikroskopis,
sel-sel terlihat seperti sel kanker pada kelenjar penghasil susu di payudara (lobulus). LCIS tidak
dianggap sebagai kanker, dan biasanya tidak tidak bersifat invasive bila tidak diobati. Namun,
LCIS meningkatkan risiko terkena kanker payudara invasif di kedua payudara di kemudian hari,
sehingga memerlukan follw up atau tindak lanjut2,3.
4. Adenosis Payudara
Adenosis tergolong tumor jinak (non-kanker) di mana lobulus (kelenjar penghasil susu) membesar,
dan terdapat lebih banyak kelenjar dari biasanya. Sering pada biopsi wanita yang memiliki fibrosis
atau kista payudara. Dikenal juga dengan adenosis agregat, adenosis tumoral, atau tumor adenosis.
Adenosis Payudara dapat didiiagnosa bila, banyak lobulus yang membesar berdekatan dapat
dirasakan sebagai benjolan payudara. Kalsifikasi (deposit mineral) dapat terbentuk pada adenosis,
sklerosis adenosis, dan kanker payudara. Hal Ini muncul pada mammogram, yang dapat
membuatnya sulit untuk membedakan kondisi ini. Sehingga diperluka biopsy untuk menegakan
diagnosis3.
5. Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah tumor payudara jinak (non-kanker) yang terdiri dari jaringan kelenjar dan
jaringan stroma (penghubung). Umum pada wanita berusia 20- 30 tahun, namun dapat ditemukan
pada wanita dari segala usia dancenderung menyusut setelah mengalami menopause.
Fibroadenoma sering terasa seperti kelereng di dalam payudara. Beberapa fibroadenoma terlalu
kecil untuk dirasakan. Fibroadenoma cenderung bulat, batas yang jelas, mobile, biasanya keras
atau kenyal, tetapi tidak lunak. Seorang wanita dapat memiliki satu atau lebih fibroadenoma2,3.
6. Tumor Phyllodes
Tumor phyllodes adalah tumor payudara langka yang berasal dari jaringan ikat (stroma) payudara.
Umum pada wanita di usia 40-an. Wanita dengan sindrom Li-Fraumeni (kondisi genetik bawaan
yang jarang) memiliki risiko lebih tinggi untuk tumor phyllodes. Sebagian besar tumor phyllodes
jinak, tetapi sekitar 1 dari 4 tumor ini merupakan tumor ganas (kanker).
Diagnosa tumor biasanya dirasakan sebagai benjolan yang tidak nyeri, tetapi beberapa mungkin
sakit. Mereka cenderung tumbuh dengan cepat dan menyebabkan kulit tertarik. Tumor ini sulit
untuk dibedakan dengan fibroadenoma pada tes pencitraan sehingga memerlukan biopsi eksisi.
7. Papilloma Intraductal
Papilloma intraduktal adalah tumor jinak (non-kanker), seperti kutil yang tumbuh di dalam saluran
susu payudara. Terdiri dari jaringan kelenjar bersama dengan jaringan fibrosa dan pembuluh darah
( jaringan fibrovaskular).
Papilloma soliter (soliter intraductal papilloma) adalah tumor tunggal yang sering tumbuh di
saluran susu besar di dekat puting. Hal ini merupakan penyebab umum keluarnya cairan puting
yang jernih atau berdarah, terutama berasal dari salah satu payudara. Tumor ini teraba seperti
benjolan kecil di belakang atau di sebelah puting susu dan dapat menyebabkan rasa sakit2,3.
8. Tumor Sel Granular
Tumor sel granular diperkirakan berasal dari sel saraf dan jarang ditemukan di payudara. Tumor
sel granular pada payudara paling sering dirasakan sebagai benjolan keras yang dapat digerakan,
tetapi beberapa mungkin melekat pada kulit atau dinding dada. Mereka paling sering berada di
bagian atas, bagian dalam payudara3.
9. Fat Necrosis and Oil Cysts
Nekrosis lemak adalah kondisi payudara jinak (non-kanker) yang terjadi ketika area jaringan
payudara rusak akibat trauma pada payudara, setelah operasi payudara atau perawatan radiasi.
Saat tubuh memperbaiki jaringan yang rusak, dapat terganti dengan jaringan fibrosis. Namun
beberapa sel lemak merespon berbeda terhadap cedera. Hal Ini dapat berupa kumpulan cairan
berminyak seperti kantung yang disebut oil cysts3.
10. Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara, yang biasanya disebabkan oleh infeksi. Hal ini sering
terjadi pada wanita yang sedang menyusui.
Saluran susu yang tersumbat, susu yang tidak sepenuhnya mengalir dari payudara, atau pecahnya
kulit puting dapat menyebabkan infeksi. Ini menyebabkan sel darah putih tubuh melepaskan zat
untuk melawan infeksi, yang dapat menyebabkan pembengkakan dan peningkatan aliran darah.
Bagian payudara yang terinfeksi dapat menjadi bengkak, nyeri, merah, hangat, demam dan sakit
kepala, atau gejala-gejala umum seperti flu3.
IV. Tumor ganas / kanker payudara
IV.I. DEFINISI
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari
epitel duktus maupun lobulusnya, dimana terdapat sel tunggal yang tumbuh abnormal dan tidak
terkendali, sehingga dapat menjadi tumor ganas yang dapat menghancurkan dan merusak sel atau
jaringan sehat. Seiring dengan perkembangannya, sel-sel kanker membentuk suatu massa yang
dapat masuk ke jaringan di dekatnya (invasif) dan bisa menyebar (metastasis) ke seluruh tubuh.
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia4,5
IV.II. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan Pathological Based Registration tahun 2010 di Indonesia, ca mamae menempati
urutan pertama dengan frekuensi sebesar 18,6%. Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia
adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan
mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian yang dijumpai pada wanita.
Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki dengan frekuensi sekitar 1 %4,5.
IV.III. Faktor Risiko Kanker
Payudara Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker payudara, diperkirakan
multifaktor yaitu banyak faktor yang saling terkait satu sama lain untuk mempengaruhi terjadinya
kanker payudara. Ada beberapa faktor kemungkinannya yang terdiri dari faktor risiko yang tidak
dapat diubah (unchangeable) dan dapat diubah (changeable), yaitu 4,5:
 Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah (unchangeable)
a. Faktor Usia
Semakin tua usia seorang wanita, maka risiko untuk menderita kanker payudara akan
semakin tinggi. Pada usia 40-64 tahun adalah kategori usia paling berisiko terkena kanker
payudara, terutama perempuan yang mengalami menopause terlambat yaitu setelah umur
55 tahun. Berdasarkan penelitian tahun 2006 mengatakan risiko kelompok usia ≥40 tahun
terkena kanker payudara 1,35 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita usia
< 40 tahun.

b. Faktor Genetika
Wanita yang memiliki one degree relatives (keturunan di atasnya) yang menderita/pernah
menderita kanker payudara atau kanker indung telur memiliki risiko kanker payudara yang
lebih tinggi. Namun, kanker payudara bukan penyakit keturunan seperti diabetes melitus
atau hemofilia maupun alergi. Walaupun demikian, gen yang dibawa wanita penderita
kanker payudara mungkin saja dapat diturunkan sekitar 5 – 10%.

Wanita dengan mutasi genetik BRCA1 (breast cancer type 1) atau BRCA2 (breast cancer
type 2), ATM (serine/threonine kinase) atau TP53 (Tumor protein p53/p53) harus
diperhatikan dalam kategori risiko tinggi. Bila ibu, saudara wanita mengidap kanker
payudara maka ada kemungkinan untuk memiliki risiko terkena kanker payudara dua kali
lipat dibandingkan wanita lain yang tidak mempunyai riwayat keluarga yang terkena
kanker payudara.

C. Usia Saat Menstruasi Pertama (Menarche)


Dini Jika seseorang wanita mengalami menstruasi di usia dini, sebelum 12 tahun wanita
akan memiliki peningkatan risiko kanker payudara. Karena semakin cepat seorang wanita
mengalami pubertas berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan
progesteron pada wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk
jaringan payudara. Penelitian tahun 2009 menunjukkan bahwa risiko bagi wanita yang
menarche pada umur ≤12 tahun terkena kanker payudara 3,6 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok wanita yang menarche pada umur > 12 tahun

D. Menopause Usia Lanjut


Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara.
Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga
diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.

E. Riwayat Adanya Penyakit Tumor Jinak


Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi menjadi ganas, seperti atipikal duktal
hyperplasia. Wanita dengan hyperplasia atipikal mempunyai risiko 5,0 kali lebih besar
untuk terkena kanker payudara dan yang hyperplasia tipikal mempunyai risiko 4,0 kali
lebih besar untuk terkena kanker payudara.

 Faktor Risiko yang Dapat Diubah (changeable)


a. Riwayat Kehamilan
Usia maternal lanjut saat melahirkan anak pertama, semakin besar risiko untuk terkena
kanker payudara. Pada usia 30 tahun atau lebih dan belum pernah melahirkan anak risiko
terkena kanker payudara juga akan meningkat. Wanita yang belum pernah melahirkan
mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita yang sudah lebih dari sekali
melahirkan untuk terkena kanker payudara.

Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan usia di


mana seseorang mengalami kehamilan pertama terutama wanita yang mengandung pada
usia di atas 35 tahun. Hal ini diperkirakan karena adanya rangsangan pematangan sel-sel
payudara yang disebabkan oleh kehamilan, membuat sel-sel lebih peka terhadap perubahan
ke arah keganasan. Dalam suatu penelitian ditemukan bahwa usia kehamilan pertama
memiliki dampak yang lebih besar terhadap resiko kanker payudara dibandingkan
kehamilan berikutnya.

b. Masa Menyusui
Menyusui sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Namun, ternyata
tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi sang ibu. Suatu penelitian menyebutkan
bahwa menyusui mempunyai efek perlindungan terhadap resiko kanker payudara.

Penelitian lain juga menyebutkan bahwa waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek
yang lebih positif dalam menurunkan resiko kanker payudara di mana terjadi penurunan
kadar hormon estrogen dan pengeluaran bahan-bahan pemicu kanker selama proses
menyusui.

Penelitian lain juga menyebutkan semakin lama waktu menyusui, semakin besar efek
perlindungan terhadap kanker yang ada, dan ternyata resiko kanker menurun sebesar 4,3%
tiap tahunnya pada wanita menyusui.
c. Konsumsi Lemak Tinggi dan Obesitas Setelah Menopause
Wanita yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) dan mengkonsumsi makanan
yang berlemak berisiko 2 kali lebih tinggi dari yang tidak obesitas dan yang tidak
mengkonsumsi makanan berlemak. Makanan berelemak dapat menjadi pemicu timbulnya
kanker. Lemak yang berlebihan di dalam darah meningkatkan kadar estrogen dalam darah,
sehingga akan meningkatkan pertumbuhan sel-sel kanker. Biasanya obesitas timbul karena
jumlah kalori yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada kalori yang dibakar,
keadaan ini bila berlangsung bertahun-tahun akan mengakibatkan penumpukan jaringan
lemak yang berlebihan dalam tubuh, sehingga terjadilah obesitas.

Seorang wanita yang mengalami obesitas setelah menopause akan berisiko 1,5 kali lebih
besar untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita berberat badan normal.
Lemak memiliki banyak efek dalam tubuh. Lemak dapat meningkatkan produksi hormon
dan dengan demikian meningkatkan risiko kanker payudara. Lemak juga merangsang
produksi asam empedu yang telah dikaitkan dengan kanker usus besar.

d. Penggunaan Hormon Estrogen dan Progestin


Seorang wanita yang mendapatkan terapi penggantian hormon estrogen saja atau estrogen
plus progestin selama lima tahun atau lebih setelah menopause akan memiliki peningkatan
risiko mengembangkan kanker payudara.

e. Mengkonsumsi Alkohol dan Rokok


Wanita yang sering mengkonsumsi alkohol akan berisiko terkena kanker payudara karena
alkohol menyebabkan perlemakan hati, sehingga hati bekerja lebih keras dan lebih sulit
memproses estrogen agar keluar dari tubuh. Konsumsi alkohol lebih dari satu kaleng bir
atau segelas anggur (200-300 cc) bisa meningkatkan risiko kanker payudara karena alkohol
juga bisa meningkatkan estrogen tubuh.

Menurut penelitian lain, lakilaki yang merokok mempunyai risiko 1,26 kali lebih besar
dibandingkan dengan laki-laki yang tidak merokok untuk terkena kanker payudara

f. Mengkonsumsi Makanan Siap Saji


Mengkonsumsi junk food secara berlebihan dari usia dini dapat meningkatkan risiko
terkena kanker payudara. Lemak tubuh akan meningkat apalagi tidak diimbangi dengan
olahraga sehingga akan berlanjut pada resistensi insulin dan keinginan untuk
mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat yang mengandung gula menjadi meningkat.
Lemak pada tubuh yang lebih banyak akan berlanjut lebih banyak pula kadar estrogen
sehingga pertumbuhan payudara dan menstruasi lebih cepat

g. Aktivitas Fisik
Penelitian terbaru dari Women’s Health Initiative menemukan bahwa aktivitas fisik pada
wanita menopause yang berjalan sekitar 30 menit per hari dikaitkan dengan penurunan
20% risiko kanker payudara. Namun, pengurangan risiko terbesar diantara wanita yang
berberat badan normal. Aktivitas fisik memiliki efek proteksi terhadap kejadian kanker
payudara karena membantu mempertahankan berat badan selalu berada dalam keadaan
normal.

Sekitar 1 dari 5 orang yang mengidap kanker payudara akan berisiko mengalami
lymphoedema di lengan, tangan, jari, atau bahkan dada. Lymphoedema adalah
pembengkakan yang disebabkan oleh pembentukan kembali cairan getah bening pada
permukaan jaringan dalam tubuh. Pembengkakan ini dapat terjadi setelah menjalani
operasi pengangkatan kanker payudara atau terapi radiasi yang merusak sistem kelenjar
getah bening. Hal ini dapat dikurangi dengan cara melakukan aktivitas fisik secara rutin.

Adapun aktivitas fisik yang dimaksud dalam hal ini adalah akitivitas fisik sederhana namun
dilakukan secara rutin. Dengan melakukan pergerakan aktivitas fisik sederhana di setiap
harinya, dapat mengurangi risiko berbahaya yang ditimbulkan dari lymphoedema.

h. Riwayat Keterpaparan Radiasi


Semakin muda ketika menerima pengobatan radiasi, semakin tinggi risiko untuk terkena
kanker payudara di kemudian hari. Risiko bagi wanita yang terpapar radiasi lebih dari 1
jam sehari untuk terkena kanker payudara 3,12 kali lebih tinggi.
IV.IV. Pathogenesis
Kanker payudara dapat terjadi karena adanya interaksi antara faktor lingkungan dan genetik.
Seperti obesitas, radiasi, hiperplasia, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-zat karsinogen
yang dapat merangsang pertumbuhan epitel payudara dan menyebabkan kanker payudara.
Sedangkan pada genetic terdapat jalur PI3K / AKT dan jalur RAS / MEK / ERK yang bertugas
melindungi sel normal dari apoptosis. Ketika gen- gen yang mengkode jalur ini bermutasi,
menyebabkan sel-sel tidak dapat apoptosis ketika mereka tidak lagi diperlukan yang kemudian
mengarah pada perkembangan kanker. Mutasi ini terbukti secara eksperimental terkait dengan
paparan estrogen. Kelainan dalam growth factor juga dapat menyebabkan pertumbuhan sel
mengarah kepada keganasan. Ekspresi berlebihan leptinin dari jaringan adiposa payudara juga
dapat menyebabkan peningkatan proliferasi sel dan kanker6.
Apabila terdapat riwayat keluarga dapat disebut sindrom kanker payudara-ovarium herediter.
Beberapa mutasi gen yang terkait dengan kanker payudara, seperti p53, BRCA1 dan BRCA2,
dapat menyebabkan pembelahan yang tidak terkontrol, kurangnya perlekatan, dan metastasis ke
organ yang jauh. Mutasi yang diwariskan pada gen BRCA1 atau BRCA2 dapat mengganggu ikatan
silang DNA dan pemecahan untai DNA ganda. GATA-3 secara langsung mengontrol ekspresi
reseptor estrogen (ER) dan gen lain yang terkait dengan diferensiasi epitel. Hilangnya GATA-3
menyebabkan penghambatan diferensiasi dan prognosis yang buruk karena dapat menyebabkan
peningkatan invasi sel kanker dan metastasis luas.
Sifat sel kanker:
1) Sustaining Proliferation: Sel kanker memiliki kemampuan untuk mempertahankan proliferasi
tanpa stimulasi eksternal. Jaringan normal dengan hati-hati mengontrol produksi dan pelepasan
sinyal yang mendorong pertumbuhan, melalui proto-onkogen, sehingga memastikan
homeostasis jumlah sel dan pemeliharaan struktur dan fungsi jaringan yang normal. Pada sel
kanker, perubahan pro-onkogen menjadi onkogen mendorong pertumbuhan sel yang mandiri.
2) Evading Growth Suppressors: Gen penekan tumor berfungsi mencegah pertumbuhan sel. Sel-
sel kanker tidak memiliki hal ini yang mengakibatkan pertumbuhan sel tumor tidak terkendali.
3) Resisting Cell Death (apoptosis): Proliferasi sel kanker dapat ditingkatkan dengan mutasi pada
gen yang mengatur kematian sel terprogram.
4) Enabling Replicative Immortality: Sel kanker membutuhkan replikasi yang luas untuk
menghasilkan tumor makroskopik. Telomer pada akhir kromosom memendek selama
pembelahan sel. Setelah diperpendek melampaui titik tertentu dalam sel normal, proliferasi
berhenti. Pada sel kanker, pemendekan telomer dihindari oleh enzim telomerase,
memungkinkan replikasi diri secara luas.
5) Sustained Angiogenesis: Seperti jaringan normal, tumor membutuhkan nutrisi dan oksigen
serta kemampuan untuk menghilangkan sisa metabolisme dan karbon dioksida untuk bertahan
hidup. Melalui angiogenesis, sistem vaskular dihasilkan untuk pertumbuhan tumor dan
metastasis yang berkelanjutan.
6) Activating Invasion and Metastasis: Sel-sel kanker dapat menyebar dimulai dengan sel-sel
yang terlepas dari tumor primer, masuk ke dalam darah terdekat dan pembuluh limfatik,
melalui sistem limfatik dan pembuluh darah untuk menghasilkan tumor sekunder di lokasi
lebih lanjut.
IV.V. Tanda dan Gejala
Kanker Payudara Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena awal
pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan gejala umumnya baru diketahui
setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena pada tahap dini biasanya tidak
menimbukan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas.
Gejala-gejala kanker payudara yang tidak disadari dan tidak dirasakan pada stadium dini
menyebabkan banyak penderita yang berobat dalam kondisi kanker stadium lanjut. Hal tersebut
akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk disembuhkan. Bila kanker
payudara dapat diketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan. Tanda yang
mungkin muncul pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara yang tidak terasa
nyeri4,5,7.
Gejala yang dapat diamati atau dirasakan oleh orang yang terkena penyakit kanker payudara ini
antara lain adanya semacam benjolan yang tumbuh pada payudara, yang lama kelamaan bisa
menimbulkan rasa nyeri dan mendenyutdenyut.
Gejala penyakit ini sering tidak diperhatikan:
a. Munculnya benjolan tidak normal
b. Pembengkakan
c. Rasa nyeri di bagian puting
d. Pembengkakan kelenjar getah bening
e. Keluar cairan aneh di puting
f. Puting tenggelam (nipple retraction)
Tanda yang mungkin muncul pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara yang
tidak terasa nyeri. Sedangkan, gejala yang timbul saat penyakit memasuki stadium lanjut semakin
banyak, seperti : timbulnya benjolan yang semakin lama makin mengeras dengan bentuk yang
tidak beraturan, saat benjolan membesar baru terasa nyeri dan terlihat puting susu tertarik ke dalam
yang tadinya berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan, serta keluar darah, nanah, atau
cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak hamil dengan kulit payudara mengerut seperti
kulit jeruk (peau d’orange).
Pada stadium awal jika ditekan dengan jari tangan benjolan tersebut, dengan mudah dapat
digerakkan di bawah kulit. Namun sewaktu benjolan itu semakin melekat pada dinding dada atau
kulit disekitarnya. Lama – kelamaan benjolan ini semakin membengkak dan jadi borok di sekitar
payudara. Kulit diatas benjolan semakin mengkerut dan warnanya semakin merah seperti kulit
jeruk. Jika kondisinya sudah demikian, maka benjolan itu akan sampai ke ketiak, bentuk payudara
sudah berubah termasuk ukurannya semakin tidak nyaman lagi. Bila sudah demikian biasanya
kanker itu sampai mengeluarkan cairan dari puting susu, sedangkan payudara tampak kemerah-
merahan, dan kulit sekitar puting susu kelihatan bersisik. Dengan puting susu tertarik ke dalam
dan rasa gatal akan dirasakan. Rasa gatal ini kadang-kadang disertai oleh pembengkakan salah satu
payudara. Dan pada stadium ini bisa pula timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, dan
pembengkakan.
Gejala kanker payudara pada pria sama seperti kanker payudara yang dialami wanita, mulanya
hanya benjolan. Umumnya benjolan hanya dialami di satu payudara, dan bila diraba terasa keras.
Bila stadium kanker sudah lanjut, ada perubahan pada puting dan daerah hitam di sekitar puting.
Kulit putingnya bertambah merah mengerut, tertarik ke dalam, ataupun puting mengeluarkan
cairan4,5,7.
IV.VI. Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis diawali dengan anamnesis penderita kanker payudara, pemeriksaan fisik yang
dilakukan secara sistematis baik inspeksi ataupun palpasi untuk mengetahui status lokalis kanker
payudara. Dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang dengan menggunakan alat-alat tertentu
seperti termografi, ultrasonografi, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologis untuk
mendiagnosis secara pasti penderita kanker payudara.
 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status lokalis, regionalis, dan sistemik. Biasanya
pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai status generalis (tanda vital-pemeriksaan menyeluruh
tubuh) untuk mencari kemungkinan adanya metastase dan atau kelainan medis sekunder.
Pemeriksaan ini dilakukan secara inspeksi dan palpasi. Inspeksi dilakukan dengan pasien duduk,
pakaian atas dan bra dilepas dan posisi lengan di samping, di atas kepala dan bertolak pinggang.
Inspeksi pada kedua payudara, aksila dan sekitar klavikula yang bertujuan untuk mengidentifikasi
tanda tumor primer dan kemungkinan metastasis ke kelenjar getah bening.

Gambar 1. Posisi inspeksi payudara


Palpasi payudara dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang (supine), lengan ipsilateral di atas
kepala dan punggung diganjal bantal. Kedua payudara dipalpasi secara sistematis, dan menyeluruh
baik secara sirkular ataupun radial. Palpasi aksila dilakukan dilakukan dalam posisi pasien duduk
dengan lengan pemeriksa menopang lengan pasien. Palpasi juga dilakukan pada infra dan
supraklavikula4,5,7.
Gambar 2. Teknik palpasi payudara
Status lokalis :
- Payudara kanan atau kiri atau bilateral
- Massa tumor : Lokasi, Ukuran, Konsistensi, Bentuk dan batas tumor, Terfiksasi atau tidak ( ke
kulit, m.pectoral atau dinding dada), Perubahan kulit ( Kemerahan, dimpling, edema/nodul
satelit, Peau de orange, ulserasi), Perubahan puting susu/nipple (Tertarik, Erosi, Krusta,
Discharge )
- Status kelenjar getah bening : Kgb aksila, infraklavikula, supraklavikula (Jumlah, ukuran,
konsistensi, terfiksir terhadap sesama atau jaringan sekitar).
- Pemeriksaan pada daerah metastasis : tulang, hati, paru, otak

Gambar 3. Tanda klinik kanker payudara


 Pemeriksaan penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium :
 Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan perkiraan metastasis
 Tumor marker : apabila hasil tinggi, perlu diulang untuk follow up. Tumor marker yang
dapat digunakan sebagai penanda kanker payudara adalah CA 15-3 (Cancer Antigen),
CA27-29, dan carcinoembryonic antigen (CEA).

B. Pemeriksaan Pencitraan
Mamografi Payudara
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X dosis rendah (umumnya berkisar 0,7 mSv)
pada jaringan payudara yang dikompresi. Mamogram adalah gambar hasil mamografi. Untuk
memperoleh interpretasi hasil pencitraan yang baik, dibutuhkan dua posisi mamogram dengan
proyeksi berbeda 45 derajat (kraniokaudal dan mediolateralobligue). Mamografi dapat bertujuan
skrining kanker payudara, diagnosis kanker payudara, dan follow up / kontrol dalam pengobatan.
Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun, namun karena payudara orang Indonesia
lebih padat maka hasil terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun. Pemeriksaan
Mamografi sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7-10 dihitung dari hari pertama masa menstruasi;
pada masa ini akan mengurangi rasa tidak nyaman pada wanita pada waktu di kompresi dan akan
memberi hasil yang optimal4,7.
Adapun jenis dari pemeriksaan dengan mammografi, yaitu :
a. Mammogram diagnostik dilakukan ketika seorang wanita memiliki gejala - gejala kanker
payudara atau terdapat benjolan di payudara dan mammogram ini memakan waktu lebih lama
karena gambar yag diambil juga lebih banyak.
b. Mammogram digital untuk mengambil gambaran elektronik payudara dan menyimpannya
langsung di komputer. Penelitian terbaru tidak menunjukkan bahwa gambar digital lebih baik
dalam menemukan kanker dibandingkan film sinar X.
Tanda primer berupa:
1. Densitas yang meninggi pada tumor
2. Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiltrasi ke jaringan sekitarnya atau
batas yang tidak jelas (komet sign).
3. Gambaran translusen disekitar tumor
4. Gambaran stelata.
5. Adanya mikrokalsifikasi
6. Ukuran klinis tumor lebih besar dari radiologis.
Tanda sekunder :
1. Retraksi kulit atau penebalan kuli
2. Bertambahnya vaskularisasi
3. Perubahan posisi putting
4. Kelenjar getah bening aksila (+)
5. Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
6. Kepadatan jaringan sub areolar.
Gambar 4. mamogram
USG Payudara
Kelebihan USG adalah dalam mendeteksi massa kistik. Gambaran USG pada benjolan yang harus
dicurigai ganas di antaranya:
 Permukaan tidak rata
 Taller than wider
 Tepi hiperekoik
 Echo interna heterogen
 Vaskularisasi meningkat, tidak beraturan dan masuk ke dalam tumor membentuk sudut 90
derajat.
MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi, namun secara umum tidak
digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena biaya mahal dan memerlukan waktu pemeriksaan
yang lama. Akan tetapi MRI dapat dipertimbangkan pada wanita muda dengan payudara yang
padat atau pada payudara dengan implant, dipertimbangkan pasien dengan risiko tinggi untuk
menderita kanker payudara4,5.
Diagnosa Sentinel Node
Biopsi kelenjar sentinel (Sentinel lymph node biopsy) adalah mengangkat kelenjar getah bening
aksila sentinel sewaktu operasi. Kelenjar getah bening sentinel adalah kelenjar getah bening yang
pertama kali menerima aliran limfatik dari tumor, menandakan mulainya terjadi penyebaran dari
tumor primer). Biopsi kelenjar getah bening sentinel dilakukan menggunakan blue dye,
radiocolloid, maupun kombinasi keduanya. Bahan radioaktif dan atau blue dye disuntikkan
disekitar tumor; Bahan tersebut mengalir mengikuti aliran getah bening menuju ke kelenjar getah
bening (senitinel). Ahli bedah akan mengangkat kelenjar getah bening tersebut dan meminta ahli
patologi untuk melakukan pemeriksaan histopatologi. Bila tidak ditemukan sel kanker pada
kelenjar getah bening tersebut maka tidak perlu dilakukan diseksi kelenjar aksila. Perbandingan
rerata identifikasi kelenjar sentinel antara blue dye dan teknik kombinasi adalah 83% vs 92%.
Namun biopsi kelenjar sentinel dapat dimodifikasi menggunakan teknik blue dye saja dengan
isosulfan blue ataupun methylene blue. Methylene blue sebagai teknik tunggal dapat
mengindentifikasi 90% kelenjar sentinel. Studi awal yang dilakukan RS Dharmais memperoleh
identifikasi sebesar 95%. Jika pada akhir studi ini diperoleh angka identifikasi sekitar 90% maka
methylene blue sebagai teknik tunggal untuk identifikasi kelenjar sentinel dapat menjadi alternatif
untuk rumah sakit di Indonesia yang tidak memiliki fasilitas radiocoloid.
Patologi Anatomi
Pemeriksaan patologi pada kanker payudara meliputi pemeriksaan sitologi, morfologi
(histopatologi), pemeriksaan immunohistokimia, in situ hibridisasi dan gene array (hanya
dilakukan pada penelitian dan kasus khusus). Cara Pengambilan Jaringan4,5,6:
 Biopsi Jarum Halus, Biopsi Apus dan Analisa Cairan
Biopsi jarum halus, biopsi apus dan analisa cairan akan menghasilkan penilaian sitologi. Biopsi
jarum halus atau yang lebih dikenal dengan FNAB dapat dikerjakan secara rawat jalan
(ambulatory). Pemeriksaan sitologi merupakan bagian dari triple 6 diagnostic untuk tumor
payudara yang teraba atau pada tumor yang tidak teraba dengan bantuan penuntun pencitraan.

 Tru-cut Biopsi atau Core Biopsy


Tru-cut biopsi dan core biopsy akan menghasilkan penilaian histopatologi. Tru-cut biopsi atau
core biopsy dikerjakan dengan memakai alat khusus dan jarum khusus no G12-16. Secara
prinsip spesimen dari core biopsy sama halnya dengan pemeriksaan biopsi insisi.

 Biopsi Terbuka dan Spesimen Operasi


Biopsi terbuka dan spesimen operasi akan menghasilkan penilaian histopatologi. Biopsi
terbuka dengan menggunakan irisan pisau bedah dan mengambil sebagian atau seluruh tumor,
baik dengan bius lokal atau bius umum. Pemeriksaan histopatologi merupakan baku emas
untuk penentuan jinak/ ganas suatu jaringan; dan bisa dilanjutkan untuk pemeriksaan
imunohistokimia.

 Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan menggunakan antibodi
sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam potongan jaringan (tissue sections) ataupun
bentuk preparasi sel lainnya. IHK merupakan standar dalam menentukan subtipe kanker
payudara. Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara berperan dalam membantu menentukan
prediksi respons terapi sistemik dan prognosis. Pemeriksaan imunohistokimia yang standar
dikerjakan untuk kanker payudara adalah:
1. Reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen (ER) dan reseptor progesteron (PR)
2. HER2
3. Ki-67

Pemeriksaan ER dan PR dilakukan pada material dari blok parafin (spesimen core biopsy dan
eksisi), dan dapat juga dari hapusan sitologi atau cell block. Pemeriksaan harus dilakukan pada
spesimen yang difiksasi dengan Neutral Buffer Formalin (NBF) 10%.Hasil dinyatakan positif
apabila > 1% inti sel terwarnai (baik dengan intensitas lemah, sedang, ataupun kuat).
Pemeriksaan status HER2 (c-erbB-2, HER2/neu) saat ini telah direkomendasikan untuk
karsinoma payudara invasif (DCIS tidak dievaluasi untuk HER2). Pemeriksaan HER2 harus
dilakukan pada blok paraffin dari jaringan yang difiksasi dengan NBF 10% dan tidak dapat
dilakukan dari hapusan sitologi. Hasil dinyatakan HER2 positif pada HER2 +3,
sedangkanHER2 +2 memerlukan pemeriksaan lanjutan berupa hibridisasi in situ

IV.VII. Klasifikasi Kanker Payudara


Berdasarkan WHO Histological Classification of Breast Tumor (sifat serangannya), kanker
payudara diklasifikasikan sebagai berikut8.
 Non - Invasif Karsinoma
Non-invasif karsinoma adalah kanker yang masih berada pada tempatnya, merupakan kanker
dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya. Non-invasif karsinoma
dibedakan menjadi menjadi dua, yaitu8:
a. Karsinoma duktus in situ
b. Karsinoma lobulus in situ
 Invasif Karsinoma
Invasif karsinoma adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa
terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke bagian tubuh lainnya).
Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler.
Invasif karsinoma terdapat beberapa jenis, antara lain8:
a. Invasif Duktal Karsinoma
Invasif Duktal Karsinoma, umumnya juga dikenal sebagai karsinoma duktal infiltratif,
merupakan kanker payudara invasif yang ditandai dengan penyebaran sel-sel kanker dari
saluran air susu ke jaringan payudara dan kelenjar getah bening di sekitarnya terdiri dari
beberapa bagian antar lain: Papilobular karsinoma, solid-tubular karsinoma, scirrhous
karsinoma, Special types, Mucinous karsinoma, dan Medulare karsinoma.

b. Invasif Lobular Karsinoma


Invasif duktal karsinoma adalah jenis kanker payudara yang berawal dari kelenjar penghasil
susu (lobules) payudara. Karsinoma lobular invasif adalah kanker invasif, yang berarti sel
kanker yang telah rusak keluar dari lobulus dan memiliki potensi untuk menyebar ke area
lain dari tubuh. Karsinoma lobular invasif merupakan jenis yang jarang dari semua kanker
payudara. Jenis yang paling umum dari kanker payudara dimulai pada duktus payudara
(duktal karsinoma). Beberapa kanker payudara mengandung sel-sel kanker lobular dan
duktal. Karsinoma lobular invasif biasanya tidak membentuk benjolan, seperti anggapan
sebagian besar wanita mengenai kanker payudara. Sebaliknya, karsinoma lobular invasif
lebih sering menyebabkan penebalan jaringan atau kepenuhan di salah satu bagian dari
payudara dan terdiri dari beberapa bagian antar lain :
 Adenoidcarsinoma merupakan kanker payudara yang berbentuk oval dan sering
menempel (invasif) pada jaringan lain
 Medullary carcinoma merupakan jenis karsinoma invasif yang sering menembus
kelenjar getah bening.
 Mucinous karsinoma merupakan jenis kanker karsinoma lobular invasif yang
memproduksi gelatinous tumor
 Inflammatory karsinoma merupakan paling invasif terlihat dengan kulit mengalami
pembengkakan diakibatkan pembuluh limfa terhambat.

 Paget's Disease
Paget’s disease adalah suatu kanker yang jarang terjadi yang menyerupai dermatitis
(peradangan kulit berupa bercak kemerahan dan berasal dari kelenjar di dalam atau di bawah
kulit). Biasanya berasal dari kanker pada saluran susu di payudara, sehingga kanker ini
biasanya ditemukan di sekitar puting susu.

Gambar 5. Padget disease

IV.VIII. Stadium

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis suatu
penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker
tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat lain4,5.

Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk
menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan
penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan dengan
CT scan, scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling
banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang
direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World Health
Organization)

T – Tumor Primer
a. Tx : Tumor primer belum dapat dievaluasi
b. T0 : Tidak ditemukan tumor primer
c. Tis : Karsinoma in situ
 Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ
 Tis (LCIS) = lobular carcinoma in situ
 Tis (Paget’s) = Paget’s disease pada puting payudara tanpa tumor
d. T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar ≤ 2 cm
 T1mic Mikroinvasi 0.1 cm atau kurang pada dimensi terbesar
 T1 a Tumor lebih dari 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm pada dimensi terbesar
 T1b Tumor lebih dari 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm pada dimensi terbesar
 T1c Tumor lebih dari 1 cm tetapi
e. T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar 2-5 cm
f. T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar > 5 cm
g. T4 : Tumor telah menginvasi jaringan di luar mamma
 T4a Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot pectoralis
 T4b Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara atau satellite skin nodules
pada payudara yang sama
 T4c Gabungan T4a dan T4b
 T4d Inflammatory carcinoma
N – Kelenjar Getah Bening Regional
a. Nx : Kelenjar getah bening regional belum dapat dievaluasi
b. N0 : Tidak terdapat metastasis kelenjar getah bening regional
c. N1 : Terdapat metastasis kelenjar getah bening axilla yang mobile
 pN1mi : Mikrometastasis >0,2 mm < 2 mm
 pN1a : 1-3 KGB aksila
 pN1b : KGB mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel node biopsy
tetapi tidak terlihat secara klinis
 pN1c : T1-3 KGB aksila dan KGB mamaria interna denganmetastasis mikro melalui
sentinel node biopsy tetapi tidakterlihat secara klinis
d. N2 : Terdapat metastase KGB axilla yang melekat
 N2a Metastatis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir satu sama lain (matted) atau
terfiksir pada struktur lain
 pN2a 4-9 KGB aksila
 N2b Metastasis hanya pada KGB mamaria interna yang terdekteksi secara klinis* dan jika
tidak terdapat metastasis KGB aksila secara klinis.
 pN2b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis tanpa KGB aksila
e. N3 : Metastase KGB mammaria interna
 N3a Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral
 pN3a > 10 KGB aksila atau infraklavikula
 N3b Metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB aksila
 pN3b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis, dengan KGB aksila atau >3 KGB aksila
dan mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel node biopsy namun tidak
terlihat secara klinis
 N3c Metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral
 pN3c KGB supraklavikula
f. N4 : metastase axilla tidak dapat dievaluasi
M – Metastasis Jauh
a. Mx : Metastasis jauh belum dapat dievaluasi
b. M0 : Tidak ada metastasis jauh
c. M1 : Terdapat metastasis jauh

Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium IA T1 N0 M0
Stadium IB T0 N1mic M0
T1 N1mic M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1-N2 M0
Stadium IIIB T4 N1-N2 M0
Stadium IIIC Semua T N3 M0
Stadium IV Semua T Semua N M1

IV.IX. Penatalaksanaan Medis


Pengobatan kanker payudara berdasarkan stadium kanker payudara adalah:
 Stadium I : Operasi + kemoterapi
 Stadium II : Operasi + kemoterapi
 Stadium III : Operasi + kemoterapi + radiasi
 Stadium IV : Kemoterapi + radiasi
Penatalaksanaan medis tergantung dari stadium kanker didiagnosis yaitu dapat berupa
operasi/pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan terapi hormonal4,5,8.
a. Operasi (Pembedahan)
Operasi adaah terapi untuk membuang tumor, memperbaiki komplikasi, dan
merekonstruksi efek yang ada. Semakin dini kanker payudara ditemukan kemungkinan
sembuh dengan operasi semakin besar.

Jenis-jenis operasi yang dilakukan untuk mengobati kanker payudara, antara lain :
mastektomi (mengangkat seluruh payudara beserta kankernya), lumpektomi (mengangkat
sebagian payudara pada jaringan yang mengandung kanker), dan pengangkatan kelenjar
getah bening (KGB) ketiak.

Ada 2 indikasi melakukan operasi pada penderita kanker, yaitu :


 Diagnostik untuk memperoleh data patologi yang cepat tentang tumor apakah jinak
atau ganas dan untuk memberi petunjuk kepada ahli bedah menentukan sikap tindakan
apa yang akan diambil.
 Terapeutik untuk mengobati penderita kuratif dan paliatif.
Macam pembedahan sebagai berikut :
 Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast conserving surgery,
diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi lokal/regional.
 Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : ovariektomi, adrenalektomi,
dsb.
 Terapi terhadap tumor residif dan metastase.
 Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi lokal/regional, dapat
dilakukan pada saat bersamaan (immediate) atau setelah beberapa waktu (delay).
Jenis pembedahan pada kanker payudara:
 Mastektomi
 Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh payudara
termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar getah bening aksilaris
level I sampai II secara en bloc. Indikasi: Kanker payudara stadium I, II, IIIA dan
IIIB. Bila diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi neoajuvan
untuk pengecilan tumor.
 Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks puting-
areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening aksilaris level
I, II, III secara en bloc. Jenis tindakan ini merupakan tindakan operasi yang pertama
kali dikenal oleh Halsted untuk kanker payudara, namun dengan makin
meningkatnya pengetahuan biologis dan makin kecilnya tumor yang ditemukan
maka makin berkembang operasi operasi yang lebih minimal Indikasi:
- Kanker payudara stadium IIIb yang masih operable
- Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
 Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu ataupun ahli
bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara tanpa meninggalkan prinsip
bedah onkologi. Rekonstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan
autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap atau transverse rectus abdominis
myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan prosthesis seperti silikon. Rekonstruksi
dapat dikerjakan satu tahap ataupun dua tahap, misal dengan menggunakan tissue
expander sebelumnya.
 Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta kompleks
puting- areolar, tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila. Indikasi:
- Tumor phyllodes besar
- Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif menghilangkan
tumor.
- Penyakit Paget tanpa massa tumor
- DCIS
 Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara, dengan
preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa diseksi kelenjar
getah bening aksila Indikasi:
- Mastektomi profilaktik
- Prosedur onkoplasti
 Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)
Salfingo ovariektomi bilateral adalah pengangkatan kedua ovarium dengan/ tanpa
pengangkatan tuba Falopii baik dilakukan secara terbuka ataupun perlaparaskopi.
Tindakan ini boleh dilakukan olehspesialis bedah umum atau Spesiali Konsultan
Bedah Onkologi, dengan ketentuan tak ada lesi primer di organ kandungan.
Indikasi:
- Karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan reseptor hormonal
positif.
 Metastasektomi
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada kanker payudara.
Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara para ahli, namun dikatakan
metastasektomi mempunyai angka harapan hidup yang lebih panjang bila
memenuhi indikasi dan syarat tertentu. Tindakan ini dilakukan pada kanker
payudara dengan metastasis kulit, paru, hati, dan payudara kontralateral. Pada
metastasis otak, metastatektomi memiliki manfaat klinis yang masih kontroversi.
Indikasi:
1. Tumor metastasis tunggal pada satu organ
2. Terdapat gejala dan tanda akibat desakan terhadap organ sekitar
b. Radioterapi
Radioterapi merupakan pengobatan dengan melakukan penyinaran ke daerah yang
terserang kanker, dengan tujuan untuk merusak sel-sel kanker. Radioterapi untuk kanker
payudara biasanya digunakan sebagai terapi kuratif dengan mempertahankan mamma dan
sebagai terapi paliatif (tambahan).

c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair, kapsul
atau infus yang bertujuan untuk membunuh sel kanker tidak hanya pada payudara tetapi
juga seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta
rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan saat kemoterapi. Kemoterapi
biasanya diberikan 1-2 minggu sesudah operasi. Kemoterapi merupakan pendekatan
sistematis untuk membunuh sel-sel kanker yang bertambah banyak.

d. Terapi Hormon
Pemberian hormon dilakukan apabila penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh.
Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi. Dimana, masing-
masing sel mempunyai 2 jenis reseptor, yaitu:
 Reseptor Hormon Positif : sel kanker yang mempunyai cukup banyak reseptor
hormon.
 Reseptor Hormon Negatif : sel kanker yang mempuyai sedikit atau tidak ada
reseptor hormon.
IV.X. Prognosis
Kanker Payudara Berdasarkan data PERABOI ( Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia)
didapatkan data rata-rata prognosis harapan hidup (survival rate) penderita kanker payudara per
stadium sebagai berikut :
a) Stadium 0 (kanker in situ ) : 10 tahun dengan harapan hidup 98%
b) Stadium I : 5 tahun dengan harapan hidup 85%
c) Stadium II : 5 tahun dengan harapan hidup 60-70%
d) Stadium III : 5 tahun dengan harapan hidup 30-50%
e) Stadium IV : 5 tahun dengan harapan hidup 5%
IV.XI. Prevensi Dan Deteksi Dini 4,9
 Pencegahan (primer) adalah usaha agar tidak terkena kanker payudara . Pencegahan pri mer
berupa mengurangi atau meniadakan faktor-faktor risiko yang diduga sangat erat kaitannya
dengan peningkatan insiden kanker payudara. Pencegahan primer atau supaya tidak terjadinya
kanker secara sederhana adalah mengetahui faktor -faktor risiko kanker payudara, seperti yang
telah disebutkan di atas, dan berusaha menghindarinya. Prevensi primer agar tidak terjadi
kanker payudara saat ini memang masih sulit; yang bisa dilakukan adalah dengan meniadakan
atau memperhatikan beberapa faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden
kanker payudara.

Pencegahan primer yang dapat dilakukan antara lain :


a. Perbanyak konsumsi buah dan sayuran yang banyak mengandung serat dan vitamin C,
mineral, klorofil yang bersifat antikarsinogenik dan radioprotektif, serta antioksidan yang
dapat menangkal radikal bebas, berbagai zat kimia dan logam berat serta melindungi tubuh
dari bahaya radiasi.
b. Perbanyak konsumsi kedelai serta olahannya yang mengandung fitoestrogen yang dapat
menurunkan risiko terkena kanker payudara.
c. Hindari makanan yang berkadar lemak tinggi karena dapat meningkatkan berat badan
menyebabkan kegemukan atau obesitas yang merupakan faktor risiko kanker payudara.
e. Pengontrolan berat badan dengan berolah raga dan diet seimbang dapat mengurangi risiko
terjadinya kanker payudara.
f. Hindari alkohol, rokok, dan stress.
g. Hindari keterpaparan radiasi yang berlebihan. Wanita dan pria yang bekerja di bagian
radiasi diusahakan menggunakan alat pelindung diri.

 Pencegahan sekunder adalah melakukan skrining kanker payudara. Skrining kanker payudara
adalah pemeriksaan atau usaha untuk menemukan abnormalitas yang mengarah pada kanker
payudara pada seseorang atau kelompok orang yang tidak mempunyai keluhan.
Beberapa tindakan untuk skrining adalah :
1. Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
2. Periksa Payudara Klinis (SADANIS)
3. Mammografi skrining
SADARI
Deteksi dini dengan SADARI dapat menekan angka kematian sebesar 25 – 30 %. SADARI
sangat penting dianjurkan kepada masyarakat untuk menerapkannya. Sekitar 90% kanker
payudara ditemukan sendiri oleh pasien dan sekitar 5% ditemukan selama pemeriksaan fisik
untuk alasan lain.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah pemeriksaan payudara sendiri untuk dapat
menemukan adanya benjolan abnormal. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sendiri tanpa harus
pergi ke petugas kesehatan dan tanpa harus mengeluarkan biaya. Pemeriksaan optimum
dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi
cairan minimal dan payudara dalam keadaan lembut, tidak keras, jika membengkak akan
mudah dikenali.
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan SADARI adalah pada saat wanita sejak pertama
mengalami haid. Adapun tahap-tahap melakukan SADARI, yaitu :
a. Tahap awal, berdirilah di depan cermin, pandanglah kedua payudara. Perhatikan
kemungkinan adanya perubahan yang tidak biasa seperti cairan dari puting, pengerutan,
penarikan atau pengelupasan kulit.
b. Angkatlah kedua tangan ke atas kepala. Perhatikan, apakah ada kelainan. Pada kedua
payudara atau puting.
c. Kedua tangan diletakkan di pinggang agak membungkuk ke arah cermin sambil menarik
bahu dan siku ke arah depan. Periksa kembali, apakah ada perubahan atau kelainan pada
kedua payudara atau puting.
d. Angkatlah lengan kanan, dengan menggunakan 3-4 jari tangan kiri untuk memeriksa
payudara kanan secara lembut, hati-hati, dan secara menyeluruh. Dimulai dari bagian tepi
sisi luar, tekankan ujung jari tangan membentuk lingkaran-lingkaran kecil dan pindahkan
lingkaran itu secara lambat seputar payudara. Secara bertahap lakukan ke arah puting.
Pastikan mencakup seluruh payudara. Berikan perhatian khusus di daerah antara payudara
dengan ketiak, termasuk bagian ketiak sendiri. Rasakan untuk setiap benjolan yang tidak
biasa atau benjolan di bawah kulit.
e. Dengan kedua tangan, pijat puting payudara kanan dan tekan payudara untuk melihat
apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting payudara. Lakukan hal yang sama
pada payuadara yang kiri.
f. Mengulangi langkah d) dan e) dengan posisi berbaring. Berbaringlah dengan permukaan
yang rata, berbaringlah dengan lengan kanan di belakang kepala dan bantal kecil atau
lipatan handuk diletakkan di bawah pundak.

Adapun program dari American Cancer Society, yang dalam programnya menganjurkan
sebagai berikut :
a. Wanita > 20 tahun melakukan SADARI tiap tiga bulan.
b. Wanita > 35-40 tahun melakukan mammografi
c. Wanita > 35 – 40 tahun melakukan check up pada dokter ahli
d. Wanita > 50 tahun check up rutin/ mammografi setiap tahun
e. Wanita yang mempunyai faktor risiko tinggi (misalnya ada riwayat penderita kanker)
pemeriksaan ke dokter lebih rutin dan sering.

 Pencegahan Tersier
Pada pencegahan tersier ini biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara. Dengan penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan
stadium kanker payudara dengan tujuan untuk mengurangi kecacatan dan memperpanjang
harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini berperan penting untuk meningkatkan kualitas
hidup penderita dan mencegah komplikasi penyakit serta meneruskan pengobata
TINJAUAN PUSTAKA

1. Gabriel Allen, MD. BREAST ANATOMY. Medscape;2016 [cited 2016 jun]. available
from: https://reference.medscape.com/article/1273133-overview
2. Nugroho taufan. ASI dan TUMOR PAYUDARA. Numed. P:133-120.
3. ACS. Non-cancerous Breast Conditions. American cancer society; 2017 [cited in 2017].
Available from: https://www.cancer.org/cancer/breast-cancer/non-cancerous-breast-
conditions.html
4. Chalasani Pavani. Breast cancer. Medscape; 2019 [cited in 2019 jun]. available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1947145-overview#a5
5. Panigoro Sonar, Hernowo Bethy S, Purwanto Heru et all. PPK payudara. Kemenkes
[2017]. KPKN
6. Shah Rupen, Rosso Kelly, and S David Nathanson. Pathogenesis, prevention, diagnosis
and treatment of breast cancer. WJCO;2014 [cited in 2014 aug]; 5(3): 283–298. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4127601/
7. Lee Han-Byoel, Han Wonshik. Unique Features of Young Age Breast Cancer and Its
Management. JBC;2014 [cited in 2017 des]; 17(4): 301-307.
8. WHO. Guidelines for management of breast cancer. WHO; 2006 [cited in 2006].
9. Ahmed M. Kabel. Breast Cancer: Insights into Risk Factors, Pathogenesis, Diagnosis and
Management. Journal of Cancer Research and Treatment; 2015 [cited in 2015]; 3 (2): 28-
33.

Anda mungkin juga menyukai