PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Mammae adalah kelenjar yang terletak di bagian anterior dan
termasuk bagian dari lateral thoraks. Mammae melebar ke arah superior
dari iga dua, inferior dari kartilago kosta enam dan medial dari sternum
serta lateral linea mid-aksilaris. Kompleks nipple-areola terletak diantara
kosta empat dan lima. Setiap mammae terdiri dari 15-20 lobus kelenjar
yang setiap lobus terdiri dari beberapa lobulus. Setiap lobulus kelenjar
masing-masing mempunyai saluran ke papila mammae yang disebut
duktus laktiferus (diameter 2-4 mm). Diantara kelenjar susu dan fasia
pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat
jaringan lemak.
Vaskularisasi :
Vaskularisasi mammae terutama berasal dari :
(1)
cabang arterimammaria interna;
(2)
cabang lateraldari arteri interkostalis posterior; dan
(3)
Superior (upper)medial
Inferior (lower)medial
Superior(upper)lateral
Inferior(lower)lateral
laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melalui ductus ke puting susu.
B. DEFINISI
Dalam klinik, istilah tumor atau neoplasma umum diartikan sebagai benjolan
atau pembekakan yang di sebabkan pertumbuhan sel abnormal dalam tubuh.
Pertumbuhan tumor dapat bersifat ganas (malignan) atau jinak (Benign). Tumor
payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang terjadi secara
terus menerus. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan di
sebabkan oleh neoplasma.
C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara belum diketahui. Namun, ada
beberapa faktor yang telah teridentifikasi, yaitu :
1. Jenis kelamin. Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara
dibandingkan dengan pria. Prevelensi tumor payudara pada pria hanya
1% dari seluruh tumor payudara.
2. Riwayat keluaraga. Wanita yang memiliki keluarga satu penderita
tumor payudara beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor
payudara.
3. Faktor genetik. Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2
pada kromosom 13 dapat meningkatkan resiko tumor payudara sampai
85%. Selain itu gen P53, BARDI, BRCA3, dan noey2 juga di duga
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
Epidemiologi
FAM merupakan penyakit payudara tersering kedua yang menyebabkan
benjolan di payudara. Berdasarkan laporan dari NSW Breats Cancer Institute,
fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari
5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi
wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast Services
Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25 tahun,
dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami fibroadenoma dalam
hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula wanita dengan usia
yang lebih tua atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian
yang lebih kecil dibanding pada usia muda.
Etiologi
Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab
sesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh
Diagnosis
Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu dengan
pemeriksaan fisik (phisycal examination), dengan mammography atau ultrasound,
dan dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC).
Pada pemeriksaan fisik diperiksa benjolan yang ada dengan inspeksi pada
saat berbaring, duduk, dan membungkuk apakah terlihat benjolan, kerutan pada
kulit payudara (peau dorange), dan dengan palpasi pada daerah tersebut, dari
palpasi itu dapat diketahui ukurannya, jumlahnya, apakah mobile atau tidak,
kenyal atau keras, bernodul atau tidak, dan mengeluarkan cairan dari putting susu
atau tidak.
Diagnosa fibroadenoma mamae bisa pula melalui teknik pemeriksaan
payudara sendiri dengan menggunakan jari ke 2-3-4 memutar keseluruh lapang
payudara diakhiri dengan memencet puting payudara atau sering disebut sebagai
SADARI. Teknik ini dilakukan sebulan sekali secara teratur, sebaiknya dilakukan
di kamar mandi, dengan waktu tetap ( 2-7 hari setelah hari haid pertama ). Apabila
ada perubahan, segera periksakan kerumah sakit.
Ada lima langkah dalam melakukan SADARI, yaitu :
1. Mulailah dengan mengamati payudara di cermin dengan bahu lurus dan
lengan di pinggang. Disini, yang harus diamati adalah bentuk payudara,
ukuran dan warna. Karena rata-rata payudara berubah tanpa kita sadari.
Perubahan-perubahan yang perlu diwaspadai adalah : berkerut, cekung
kedalam, atau menonjol kedepan karena ada benjolan. Puting yang
B. Kista Mammae
Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista
terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu kecil
untuk dapat diraba, dan ditemukan hanya bila jaringan tersebut dilihat di bawah
mikroskop. Jika cairan terus berkembang akan terbentuk makrokista. Makrokista
ini dapat dengan mudah diraba dan diameternya dapat mencapai 1 sampai 2 inchi.
Selama perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan payudara
menimbulkan rasa nyeri. Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan terutama nyeri
bila di sentuh.
Karakteristik kista mammae adalah licin dan teraba kenyal pada palpasi, kista
juga dapat mobile namun tidak seperti fibroadenoma. Gambaran klasik dari kista
ini bisa menghilang jika kista terletak pada bagian dalam mammae. Jaringan
normal dari nodular mammae yang meliputi kista bisa menyembunyikan
gambaran klasik dari lesi semasa di palpasi.
C. Galaktokel
Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang
hamil atau menyusui. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti
kanker. Biasanya galaktokel tampak rata, benjolan dapat digerakkan, walaupun
dapat juga keras dan susah digerakkan. Penatalaksanaan galaktokel sama seperti
kista lainnya, biasanya tanpa melakukan tindakan apapun. Apabila diagnosis
masih diragukan atau galaktokel menimbulkan rasa tidak nyaman, maka dapat
dilakukan drainase dengan aspirasi jarum halus.
D. Hiperplasi Epitel
Hiperplasi epitel ( disebut juga kelainan payudara proliferatif) adalah
pertumbuhan abnormal dari sel-sel yang membatasi antar duktus atau lobulus.
Apabila hiperplasi melibatkan duktus maka disebut hiperplasia duktus. Sedangkan
bila melibatkan lobulus, maka disebut hiperplasia lobular. Berdasarkan
pengamatan dibawah mikroskop, hiperplasia dapat dikelompokkan menjadi tipe
biasa dan atipikal. Hiperplasia tipe biasa mengindikasikan peningkatan yang tipis
dari resiko seorang wanita untuk berkembang menjadi kanker payudara.
Resikonya adalah 1,5 sampai 2 kali lipat dibandingkan wanita tanpa abnormalitas
payudara. Hiperplasia atipikal mengindikasikan peningkatan yang sedang yaitu 4
sampai 5 kali lipat dibandingkan wanita tanpa abnormalitas payudara.
Hiperplasi epitelial biasanya didiagnosa melalui biopsi jarum atau biopsi melalui
pembedahan. Apabila telah didiagnosis menderita hiperplasia terutama hiperplasia
atipikal, berarti diperlukan pemantauan yang lebih oleh dokter, misalnya
pemeriksaan fisik payudara yang rutin dan mammografi setiap setahun sekali. Hal
E. Adenosis
Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan
fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup
kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus
saling berdekatan satu sama lain, maka kumpulan lobulus dengan adenosis ini
kemungkinan dapat diraba.
Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis
agregasi, atau tumor adenosis. Sangat penting untuk digarisbawahi walaupun
merupakan tumor, namun kondisi ini termasuk jinak dan bukanlah kanker.
Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari adenosis dimana pembesaran lobulus
disertai dengan parut seperti jaringan fibrous. Apabila adenosis dan adenosis
sklerotik cukup luas sehingga dapat diraba, dokter akan sulit membedakan tumor
ini dengan kanker melalui pemeriksaan fisik payudara. Kalsifikasi dapat terbentuk
pada adenosis, adenosis sklerotik, dan kanker, sehingga makin membingungkan
diagnosis. Biopsi melalui aspirasi jarum halus biasanya dapat menunjukkan
apakah tumor ini jinak atau tidak. Namun dengan biopsi melalui pembedahan
sabat dianjurkan untuk memastikan tidak terjadinya kanker.
F. Tumor Filoides (Sistosarkoma filoides)
Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat menyusup
secara lokal dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan dapat
ditemukan dalam ukuran yang besar. Tumor ini terdapat pada semua usia, tapi
kebanyakan pada usia sekitar 45 tahun. Tumor filoides adalah tipe yang jarang
dari tumor payudara, yang hampir sama dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari
dua jaringan, jaringan stroma dan glandular. Perbedaan antara tumor filoides
dengan fibroadenoma adalah bahwa terdapat pertumbuhan berlebih dari jaringan
fibrokonektif pada tumor filoides. Sel yang membangun jaringan fibrokonektif
dapat terlihat abnormalitasnya dibawah mikroskop. Secara histologis, tumor
filoides dapat diklasifikasikan menjadi jinak, ganas, atau potensial ganas
(perubahan
tumor
ke
arah
kanker
masih
diragukan).
Tumor filoides pada umumnya jinak namun walaupun jarang dapat juga berubah
menjadi ganas dan bermetastase. Tumor filoides jinak diterapi dengan cara
melakukan pangangkatan tumor disertai 2 cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan
payudara sekitar yang normal. Sedangkan tumor filoides yang ganas diterapi
dengan melakukan pengangkatan tumor disertai jaringan sekitar yang lebih luas
lagi, atau mastektomi bila perlu. Tumor filoides tidak berespon terhadap terapi
hormon dan hampir sama dengan kanker payudara yang berespon terhadap
kemoterapi atau radiasi.
G. Ektasia Duktus
Ektasia duktus merupakan pelebaran dan pengerasan dari duktus, dicirikan
dengan sekresi puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket. Pada
puting serta daerah disekitarnya akan terasa sakit serta tampak kemerahan. Ektasia
duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia sekitar 40 sampai 50
tahun. Ektasia duktus adalah kelainan jinak yang walaupun begitu dapat
yang
abnormal
akibat
terbentuknya
jaringan
parut.
Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun, atau dapat membaik
dengan melakukan pengkompresan dengan air hangat dan obat-obat antibiotik.
Apabila keluhan tidak membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat melalui
pembedahan dengan cara insisi pada tepi areola.
H.
Tumor Phyllodes
spesifik). Mastitis dapat terjadi pada masa laktasi atau puerperium (terbanyak)
atau tidak ada hubungannya dengan masa puerperium.
Mastitis yang paling sering adalah jenis puerperium (lactasional) mastitis
bisa didahului oleh stasis air susu atau tanpa disertai stasis air susu. Biasanya
disebabkan oleh kuman Staphilococccus aureus dengan strain tahan penisilin yang
ditransmisi melalui isapan bayi. Pada jenis non puerpueralis port dentry adalah
sistemik atau lewat kerusakan apitel sekitar niplareola complex
Mastitis Tuberculosa, dahulu diyakini sekitar 60% merupakan kelainan
primer namun saat ini harus benar benar dibuktikan bahwa benar tidak ada
hubungannya dengan kelainan tuberkulosa setempat (TB paru-TB kelenjar getah
bening leher dan axilla).
b.
Tis
N0
M0
Stage I
T1
N0
M0
Stage IIA
T0
N1
M0
T1
N1
M0
T2
N0
M0
T2
N1
M0
T3
N0
M0
T0
N2
M0
T1
N2
M0
T2
N2
M0
T3
N1
M0
T3
N2
M0
Stage IIB
Stage IIIA
Stage IIIB
T4
N0
M0
T4
N1
M0
T4
N2
M0
Stage IIIC
T (semua)
N3
M0
Stage IV
T (semua)
N (semua)
M1
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik payudara harus dikerjakan secara halus, tidak boleh kasar
dan keras. Tidak jarang palpasi yang keras menimbulkan perdarahan atau nyeri
yang hebat dari penderita, tumor ganas tidak boleh dilakukan pemeriksaan fisik
yang berulang-ulang karena kemungkinan dapat mempercepat penyebaran.
Inspeksi
Pada inspeksi dapat dilihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit
akibat pembesaran tumor jinak atau ganas dibawah kulit. Edema kulit harus
diperthatikan pada tumor yang terletak tidak jauh di bawah kulit. Edema kulit
dapat tampak seperti gambaran kulit jeruk (peau doranges) pada kanker
payudara. Selain itu, dapat dilihat puting susu tertarik ke dalam, eksem pada
puting susu, edema, ulserasi, atau nodul pada axilla.
Palpasi
Pemeriksaan dilakukan dengan tangan pasien di samping dan sesudah itu
tangan di atas dengan posisi pasien duduk. Palpasi harus meliputi seluruh
payudara, dari parasternal kearah garis aksila ke belakang, dari subklavikular ke
arah paling distal. Palpasi dilakukan dengan memakai 3-4 jari yang dirapatkan,
palpasi payudara di antara dua jari harus dihindarkan karena dengan cara ini
kelenjar payudara normalpun teraba seperti massa tumor. Palpasi dimulai dari
bagian perifer sampai areola mammae dan papilla mammae, apabila terdapat
massa maka perlu dievaluasi tentang :
Besar atau diameter serta letak dan batas tumor dengan jaringan sekitarnya
Hubungan kulit dengan tumor apakah masih bebas atau ada perlengketan
Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksan sitologi dapat diperoleh sediaan dari pungsi jarum halus serta
dapat menentukan apakah akan segera disiapkan pembedahan dengan sediaan
beku atau akan dilakukan pemeriksaan yang lain atau akan langsung dilakukan
ekstirpasi. Hasil positif pada pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah
radikal sebab hasil negatif palsu sering terjadi 3. Dapat dipakai untuk menegakkan
diagnosa kanker payudara melalui tiga cara :
Biopsi
Biopsi insisi ataupun eksisi merupakan metoda klasik yang sering
Penatalaksanaan :
Terapi Operatif
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium
III disebut kanker mammae operable. Pola operasi yang sering dipakai adalah
sebagai berikut :
Mastektomi radikal
Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan memopulerkan operasi
radikal kanker mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3
cm dari tumor, seluruh kelenjar mammae, m.pectoralis mayor, m.pectoralis minor,
dan jaringan limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinyu enblok
reseksi.
Mastektomi radikal modifikasi
Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan
m.pektoralis mayor dan minor
m.pektoralis mayor, mereseksi m.pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini
memiliki kelebihan antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit
membersihkan kelenjar limfe aksilar superior.
Mastektomi total
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar
limfe. Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia.
dilakukan insisi kecil di aksila dan secara tepat mengangkat kelenjar limfe
sentinel, dibiopsi, bila patologik negative maka operasi dihentikan, bila positif
maka dilakukan diseksi kelenjar limfe aksilar. Untuk terapi kanker mammae
terdapat banyak pilihan pola operasi, yang mana yang terbaik masih kontroversial.
Secara umum dikatakan harus berdasarkan stadium penyakit dengan syarat dapat
mereseksi tuntas tumor, kemudian baru memikirkan sedapat mungkin konservasi
fungsi dan kontur mammae.
Terapi Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena
kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh
sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Pada saat ini, radiasi
post mastektomi (postmastectomy radiation) dilakukan pada wanita dengan tumor
primer T3 atau T4, serta telah mengenai 4 atau lebih limfonodi . Efek pengobatan
ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara
menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari
radiasi.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam
bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel
kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek
dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok
karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi 6. Kemoterapi
menurunkan angka kekambuhan dan meningkatkan harapan hidup pada semua
kelompok (penurunan angka rekurensi = 23.5% 2% dan penurunan mortalitas =
15.3% 2%). Hal tersebut sangat menonjol pada wanita premenopausal dan pada
reseptor esterogen negatif. Kemajuan terapi akan tampak pada 5 tahun pertama
dan 5 tahun kedua. Penurunan rekurensi dan mortalitas tampak sama pada wanita
pre maupun post menopause dan pada metastase limfonodi positif maupun yang
negatif. Kemoterapi yang diberikan setelah dilakukan terapi operatif dikenal
sebagi kemoterapi ajuvan (adjuvant chemotherapy). Kemoterapi ajuvan berfungsi
membunuh atau menghambat mikrometastasis carcinoma mamma setelah operasi
primer. Pemberian kemoterapi ajuvan dengan atau tanpa pemberian terapi
Anthracycline-based.
Taxanes.
Jika lini pertama menggunakan taxane, maka obat lini keduanya adalah
anthracycline-based atau CMF.
Terapi Hormonal
Terapi hormonal diberikan jika penyakit telah sistemik berupa metastasis
jauh, biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi karena efek terapinya
lebih lama. Terapi hormonal paliatif dilakukan pada penderita pramenopause. Hal
ini disebabkan adanya reseptor esterogen pada sel karsinoma mammae pada
sebagian besar wanita dengan ca mammae. Reseptor tersebut dapat dimasuki oleh
hormon esterogen yang diproduksi ovarium. Akibat pengaruh esterogen tersebut,
dapat memacu proliferasi sel tumor mammae, sehingga wanita pre menopause
dengan ca mamma mempunyai prognosis yang buruk. Esterogen dapat
menstimulasi pertumbuhan sel kanker payudara, namun dapat berefek sebaliknya
jika diberikan dengan dosis tinggi. Manipulasi hormonal dapat dilakukan dengan
cara :
a. Ovarektomy bilateral, disebut juga sebagai prophylactic oophorectomy
telah diketahui mampu menurunkan resiko terjadinya kanker payudara.
Pada sebuah penelitian prospektif, pemberian HRT (hormone replacement
Prognosis
stadium I
100%,
stadium IIa
92%
stadium IIb
81%
stadium IIIa
67%
stadium IIIb
54%
stadium IV
20%
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Rostin
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 56 Tahun
Kebangsaan
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaaan
: Mahasiswa
MRS
: 10 Oktober 2016
Ruangan
: Teratai
ANAMNESIS
Keluahan Utama :
Benjolan pada payudara sebelah kanan
demam (-), pusing (-), sakit kepala (-), batuk/sesak nafas (-), nyeri tulang (-),
BAB/BAK biasa.
Riwayat Menstruasi :
Pasien haid pertama pada usia 12 tahun, siklus 30 hari, teratur.
PEMERIKSAAN FISIK :
Keadaan Umum
Kesadaran
: Kompos Mentis
Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 88x/menit
Respirasi
: 20x/menit
Suhu
: 36,8oC
Kepala
Mata
-
Konjungtiva
: Anemis -/-
Sklera
: Ikterik -/-
Pupil
Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Datar
Auskultasi
Palpasi
Status Lokalis :
Regio Mammae Dextra:
-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Eritrosit
Hematokrit
LED
BT
SGPT
Urea
: 4.07
: 36,6
: 32 mm/jam
: 2 menit
: 10.7
: 16.6
USG
Massa soft tissue dengan ukuran 2.39 x 1.67 cm
Diagnosis :
Tumor Mammae Dextra suspek Ca Mammae dextra
Terapi :
-
IVFD RL 20 tpm
Ketorolac IV /8 jam
Rencana Tindakan :
-
Prognosis :
Dubia ad bonam
LAPORAN OPERASI
IVFD RL 28 Tpm
Inj Ambacin 1 gr/12 jam/IV
Metronidazole drips 500mg
Inj Ketorolac 30 mg/8 jam/IV
Inj Ranitidin 50 mg/12 jam/IV
Transamin 250 mg/8jam/IV
Observasi TTV
Diet biasa
BAB IV
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
ast-cancer-survival-by-stage
Schnitt S.J, Connolly J.L. 2000. Pathology of Benign Breast Disorders. In:
Harris J.R, Lippman M.E, Morrow M, Osborne K, ed. Disease of the Breast.
Refleksi Kasus
November 2016
TUMOR MAMMAE
Disusun oleh :
VIRGIAWAN LISTANTO
N 111 14 053
Pembimbing Klinik :
dr. ALFRETH LANGITAN, Sp.B
LAMPIRAN