Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

PENDAHULUAN

Payudara merupakan organ seks sekunder yang merupakan simbol feminitas


perempuan. Tumor payudara merupakan kelainan payudara yang sering di
temukan terutama pada wanita. Tumor ini ada yang bersifat jinak dan ada pula
yang bersifat ganas. Tumor ganas inilah yang disebut dengan kanker. Kanker
memiliki sifat khas, yaitu terdiri dari sel-sel ganas yang dapat menyebar kebagian
tubuh yang lain. Penyebaran ini yang disebut metastasis dan dapat terjadi melalui
pembuluh darah maupun kelenjar getah bening.
Penggunaan mammografi, Ultrasound, Magnetic Resonance Imaging(MRI) dan
juga biopsi payudara dapat membantu dalam menegakkan diagnosis lesi payudara.
Penting untuk mendeteksi lesi benigna dan membedakannya dengan kanker
payudara in situ dan invasif serta mencari faktor resiko terjadinya kanker supaya
penatalaksanaan yang sesuai dapat diberikan kepada pasien. Menurut kepustakaan
dikatakan bahwa penyebab tersering massa pada mammae adalah kista,
fibroadenoma mammae dan karsinoma.
Pada kasus kali ini akan di bahas mengenai tumor mammae yang di temukan
dalam intraoperatif berupa kista mammae, dan akan dibahas definisi, manifestasi
klinis serta penatalaksanaanya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Mammae adalah kelenjar yang terletak di bagian anterior dan
termasuk bagian dari lateral thoraks. Mammae melebar ke arah superior
dari iga dua, inferior dari kartilago kosta enam dan medial dari sternum
serta lateral linea mid-aksilaris. Kompleks nipple-areola terletak diantara
kosta empat dan lima. Setiap mammae terdiri dari 15-20 lobus kelenjar
yang setiap lobus terdiri dari beberapa lobulus. Setiap lobulus kelenjar
masing-masing mempunyai saluran ke papila mammae yang disebut
duktus laktiferus (diameter 2-4 mm). Diantara kelenjar susu dan fasia
pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat
jaringan lemak.

Vaskularisasi :
Vaskularisasi mammae terutama berasal dari :
(1)
cabang arterimammaria interna;
(2)
cabang lateraldari arteri interkostalis posterior; dan

(3)

cabang dari arteri aksillaristermasuk arteri torakalis lateralis, dan

cabang pectoral dari arteritorakoakromial.


Aliran Limfe :
Aliran limfe mammaria secara praktis dibagi menjadi kuadrankuadran. Kuadran lateral mengalirkan cairan limf nya ke nodi axillares
anteriores atau kelompok pectorales (terletak tepat posterior terhadap
pinggir bawah musculus pectoralis mayor). kuadran medial mengalirkan
cairan limf nya melalui pembuluh-pembuluh yang menembus ruangan
intercostalis dan masuk ke dalam kelompok nodi thoracales internae
(terletak di dalam cavitas thoracis di sepanjang arteria thoracica interna).
Beberapa pembuluh limf mengiktui arteriae intercostales posteriores dan
mengalirkan cairan limf nya ke posterior ke dalam nodi intercostales
posteriores (treletak di sepanjang arteriae intercostales posteriores);
beberapa pembuluh berhubungan dengan pembuluh limf dari payudara sisi
yang lain dan berhubungan juga dengan kelenjar di dinding anterior
abdomen.

Gambar 2 aliran limf kelenjar mammae


Innervasi :
Bagian superior payudara mendapat persarafan dari saraf-saraf
suprakavikularis. Saraf-saraf klavikularis mendapat persafaran dari cabang ketiga
dan keempat plekus servikalis. Kulit di bagian medial payudara dipersarafi oleh
bagian kulit anterior saraf antariga kedua sampai ketujuh. Sensasi di payudara
berasal dari cabang kulit lateral saraf antariga keempat.
Kuadran Payudara :
Untuk kepentingan anatomis & deskripsi letak tumor &kista, permukaan
payudara di bagi menjadi 4 kuadran:

Superior (upper)medial

Inferior (lower)medial

Superior(upper)lateral

Inferior(lower)lateral

Gambar 3. Kuadran Payudara


Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh
estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise,
telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua
adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan
menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. kadang-kadang timbul benjolan yang
nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara
menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak
mungkin dilakukan. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang. Perubahan
ketiga terjadi pada waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi
besar karena epitel ductus lobul dan ductus alveolus berploliferasi, dan tumbuh
ductus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu (trigger)

laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melalui ductus ke puting susu.
B. DEFINISI
Dalam klinik, istilah tumor atau neoplasma umum diartikan sebagai benjolan
atau pembekakan yang di sebabkan pertumbuhan sel abnormal dalam tubuh.
Pertumbuhan tumor dapat bersifat ganas (malignan) atau jinak (Benign). Tumor
payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang terjadi secara
terus menerus. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan di
sebabkan oleh neoplasma.
C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara belum diketahui. Namun, ada
beberapa faktor yang telah teridentifikasi, yaitu :
1. Jenis kelamin. Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara
dibandingkan dengan pria. Prevelensi tumor payudara pada pria hanya
1% dari seluruh tumor payudara.
2. Riwayat keluaraga. Wanita yang memiliki keluarga satu penderita
tumor payudara beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor
payudara.
3. Faktor genetik. Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2
pada kromosom 13 dapat meningkatkan resiko tumor payudara sampai
85%. Selain itu gen P53, BARDI, BRCA3, dan noey2 juga di duga
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

4. Faktor usia. Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan


pertambahan usia.
5. Faktor hormonal. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif,
terutama jika tidak di selingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan,
dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
6. Usia saat kehmilan pertama. Hamil pertama pada usia 30 tahun
beresiko dua kali lipat dibandingkan dengan hamil pada usia kurang
dari 20 tahun.
7. Terpapar radiasi
8. Intake alkohol
9. Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor
payudara. Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun lebih beresiko
tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.
D. KLASIFIKASI
Berdasarkan The world Health Organization (WHO), klasifikasi
histologik tumor payudara sebagai berikut :

1. Tumor Jinak Payudara


A. Fibroadenoma mammae (FAM)
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi di
payudara. Benjolan tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim)
dan jaringan glanduler (epitel) yang berada di payudara, sehingga
tumor ini disebut sebagai tumor campur (mix tumor), tumor tersebut
dapat berbentuk bulat atau oval, bertekstur kenyal atau padat, dan
biasanya tidak nyeri. Tumor ini tidak melekat ke jaringan sekitarnya
dan amat mudah digerakkan kesana kemari. Biasanya FAM tidak
nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan. Pertumbuhan FAM
bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang
menopause, saat rangsangan estrogen meninggi.

Epidemiologi
FAM merupakan penyakit payudara tersering kedua yang menyebabkan
benjolan di payudara. Berdasarkan laporan dari NSW Breats Cancer Institute,
fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari
5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi
wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast Services
Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25 tahun,
dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami fibroadenoma dalam
hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula wanita dengan usia
yang lebih tua atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian
yang lebih kecil dibanding pada usia muda.
Etiologi
Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab
sesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh

hormonal berpengaruh. Peningkatan aktivitas estrogen yang absolut atau relative


sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae, hal ini
diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus menstruasi atau
pada saat kehamilan. Selain itu fibroadenoma mammae dapat juga dipengaruhi
genetik dan juga faktor predisposisi berupa :
a. Usia : < 30 tahun
b. Jenis kelamin
c. Pekerjaan
d. Diet
e. Stress
Patofisiologi
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa reproduksi
yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang
berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mamary displasia.
FAM terjadi akibat proliferasi abnormal jaringan periduktus ke dalam lobulus;
dengan demikian sering ditemukan di kuadran lateral atas karena di bagian ini
distribusi kelenjar paling banyak. Baik estrogen, progesteron, kehamilan, maupun
laktasi dapat merangsang pertumbuhan FAM. Pada gambaran histologis menunjukkan
stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel
dengan bentuk dan ukuran yang berbeda.
Klasifikasi :
Pembagian fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu :

1. Fibroadenoma Pericanaliculare yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi


epitel selapis atau beberapa lapis.
2. Fibroadenoma intracanaliculare yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih
banyak sehingga kelenjar berbentuk panjang-panjang(tidak teratur) dengan lumen yang
sempit atau menghilang.Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran
sedikit dan pada saat menopause terjadiregresi.
Gambaran klinis
Fibroadenoma mammae biasanya tidak menimbulkan gejala dan
ditemukan secara kebetulan. Pada 10-15% kasus, fibroadenoma mammae bersifat
majemuk. Benjolannya bersifat keras, kenyal, dan tidak nyeri tekan, bulat,
berbatas tegas dan pada palpasi terkesan mobile. Pemikiran kita yang pertama,
adalah untuk membedakan fibroadenoma dengan kanker. Diperlukan eksisi tumor,
atau memastikan diagnosa dengan aspirasi jarum halus. Umumnya tidak
ditemukan adanya kanker yang tumbuh menginvasi fibroadenoma, dan pula
sangat jarang (satu per seribu) untuk menemukan kanker yang berasal dari
jaringan fibroid (sebagian besar karena kanker in situ).

Diagnosis
Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu dengan
pemeriksaan fisik (phisycal examination), dengan mammography atau ultrasound,
dan dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC).
Pada pemeriksaan fisik diperiksa benjolan yang ada dengan inspeksi pada
saat berbaring, duduk, dan membungkuk apakah terlihat benjolan, kerutan pada
kulit payudara (peau dorange), dan dengan palpasi pada daerah tersebut, dari
palpasi itu dapat diketahui ukurannya, jumlahnya, apakah mobile atau tidak,
kenyal atau keras, bernodul atau tidak, dan mengeluarkan cairan dari putting susu
atau tidak.
Diagnosa fibroadenoma mamae bisa pula melalui teknik pemeriksaan
payudara sendiri dengan menggunakan jari ke 2-3-4 memutar keseluruh lapang
payudara diakhiri dengan memencet puting payudara atau sering disebut sebagai
SADARI. Teknik ini dilakukan sebulan sekali secara teratur, sebaiknya dilakukan
di kamar mandi, dengan waktu tetap ( 2-7 hari setelah hari haid pertama ). Apabila
ada perubahan, segera periksakan kerumah sakit.
Ada lima langkah dalam melakukan SADARI, yaitu :
1. Mulailah dengan mengamati payudara di cermin dengan bahu lurus dan
lengan di pinggang. Disini, yang harus diamati adalah bentuk payudara,
ukuran dan warna. Karena rata-rata payudara berubah tanpa kita sadari.
Perubahan-perubahan yang perlu diwaspadai adalah : berkerut, cekung
kedalam, atau menonjol kedepan karena ada benjolan. Puting yang

berubah posisi dimana seharusnya menonjol keluar, malahan tertarik


kedalam. Warna memerah, kasar dan sakit.
2. Kemudian angkat kedua lengan untuk melihat apakah ada kelainan pada
kedua payudara
3. Sementara masih didepan cermin, tekan puting apakah ada cairan yang
keluar. ( bisa berupa cairan putih seperti susu, kuning atau malahan darah).
4. Kemudian berbaringlah, raba payudara kanan dengan tangan kiri untuk
merasakan perubahan yang ada di payudara sebelah kanan dan sebaliknya.
Tekan secara halus dengan jari-jari secara datar & serentak. Selubungi
dengan jari payudara kita dari arah atas sampai bawah, dari tulang
selangka ke bagian atas perut,dari ketiak ke leher bagian bawah. Ulangi
pola ini sehingga yakin bahwa seluruh payudara telah tercover. Kini mulai
pada puting. Buat lingkaran yang makin lama makin besar hingga
mencapai seluruh tepi payudara. Menggunakan jari, buatlah gerakan
keatas dan kebawah berpindah secara mendatar/menyamping seperti
sedang memotong rumput. Sambil rasakan seluruh jaringan payudara,
dibawah kulit dengan rabaan halus hingga rabaan yang sedikit lebih
menekan.
5. Terakhir, rasakan payudara anda ketika sedang berdiri atau duduk. Bagi
kebanyakan wanita, paling mudah untuk merasakan payudaranya adalah
ketika payudaranya sedang basah dan licin, sehingga paling cocok adalah
ketika sedang mandi dibawah shower. Lakukan seperti pada langkah ke-4,
dan yakinkan bahwa seluruh payudara sudah tercover oleh rabaan tangan.

B. Kista Mammae
Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista
terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu kecil
untuk dapat diraba, dan ditemukan hanya bila jaringan tersebut dilihat di bawah
mikroskop. Jika cairan terus berkembang akan terbentuk makrokista. Makrokista
ini dapat dengan mudah diraba dan diameternya dapat mencapai 1 sampai 2 inchi.
Selama perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan payudara
menimbulkan rasa nyeri. Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan terutama nyeri
bila di sentuh.
Karakteristik kista mammae adalah licin dan teraba kenyal pada palpasi, kista
juga dapat mobile namun tidak seperti fibroadenoma. Gambaran klasik dari kista
ini bisa menghilang jika kista terletak pada bagian dalam mammae. Jaringan
normal dari nodular mammae yang meliputi kista bisa menyembunyikan
gambaran klasik dari lesi semasa di palpasi.

C. Galaktokel
Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang
hamil atau menyusui. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti
kanker. Biasanya galaktokel tampak rata, benjolan dapat digerakkan, walaupun
dapat juga keras dan susah digerakkan. Penatalaksanaan galaktokel sama seperti
kista lainnya, biasanya tanpa melakukan tindakan apapun. Apabila diagnosis
masih diragukan atau galaktokel menimbulkan rasa tidak nyaman, maka dapat
dilakukan drainase dengan aspirasi jarum halus.
D. Hiperplasi Epitel
Hiperplasi epitel ( disebut juga kelainan payudara proliferatif) adalah
pertumbuhan abnormal dari sel-sel yang membatasi antar duktus atau lobulus.
Apabila hiperplasi melibatkan duktus maka disebut hiperplasia duktus. Sedangkan
bila melibatkan lobulus, maka disebut hiperplasia lobular. Berdasarkan
pengamatan dibawah mikroskop, hiperplasia dapat dikelompokkan menjadi tipe
biasa dan atipikal. Hiperplasia tipe biasa mengindikasikan peningkatan yang tipis
dari resiko seorang wanita untuk berkembang menjadi kanker payudara.
Resikonya adalah 1,5 sampai 2 kali lipat dibandingkan wanita tanpa abnormalitas
payudara. Hiperplasia atipikal mengindikasikan peningkatan yang sedang yaitu 4
sampai 5 kali lipat dibandingkan wanita tanpa abnormalitas payudara.
Hiperplasi epitelial biasanya didiagnosa melalui biopsi jarum atau biopsi melalui
pembedahan. Apabila telah didiagnosis menderita hiperplasia terutama hiperplasia
atipikal, berarti diperlukan pemantauan yang lebih oleh dokter, misalnya
pemeriksaan fisik payudara yang rutin dan mammografi setiap setahun sekali. Hal

ini dikarenakan mengalami hiperplasia akan meningkatkan kemungkinan untuk


berkembang menjadi kanker payudara di masa yang akan datang.

E. Adenosis
Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan
fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup
kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus
saling berdekatan satu sama lain, maka kumpulan lobulus dengan adenosis ini
kemungkinan dapat diraba.
Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis
agregasi, atau tumor adenosis. Sangat penting untuk digarisbawahi walaupun
merupakan tumor, namun kondisi ini termasuk jinak dan bukanlah kanker.
Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari adenosis dimana pembesaran lobulus
disertai dengan parut seperti jaringan fibrous. Apabila adenosis dan adenosis
sklerotik cukup luas sehingga dapat diraba, dokter akan sulit membedakan tumor
ini dengan kanker melalui pemeriksaan fisik payudara. Kalsifikasi dapat terbentuk
pada adenosis, adenosis sklerotik, dan kanker, sehingga makin membingungkan
diagnosis. Biopsi melalui aspirasi jarum halus biasanya dapat menunjukkan
apakah tumor ini jinak atau tidak. Namun dengan biopsi melalui pembedahan
sabat dianjurkan untuk memastikan tidak terjadinya kanker.
F. Tumor Filoides (Sistosarkoma filoides)
Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat menyusup
secara lokal dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan dapat

ditemukan dalam ukuran yang besar. Tumor ini terdapat pada semua usia, tapi
kebanyakan pada usia sekitar 45 tahun. Tumor filoides adalah tipe yang jarang
dari tumor payudara, yang hampir sama dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari
dua jaringan, jaringan stroma dan glandular. Perbedaan antara tumor filoides
dengan fibroadenoma adalah bahwa terdapat pertumbuhan berlebih dari jaringan
fibrokonektif pada tumor filoides. Sel yang membangun jaringan fibrokonektif
dapat terlihat abnormalitasnya dibawah mikroskop. Secara histologis, tumor
filoides dapat diklasifikasikan menjadi jinak, ganas, atau potensial ganas
(perubahan

tumor

ke

arah

kanker

masih

diragukan).

Tumor filoides pada umumnya jinak namun walaupun jarang dapat juga berubah
menjadi ganas dan bermetastase. Tumor filoides jinak diterapi dengan cara
melakukan pangangkatan tumor disertai 2 cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan
payudara sekitar yang normal. Sedangkan tumor filoides yang ganas diterapi
dengan melakukan pengangkatan tumor disertai jaringan sekitar yang lebih luas
lagi, atau mastektomi bila perlu. Tumor filoides tidak berespon terhadap terapi
hormon dan hampir sama dengan kanker payudara yang berespon terhadap
kemoterapi atau radiasi.
G. Ektasia Duktus
Ektasia duktus merupakan pelebaran dan pengerasan dari duktus, dicirikan
dengan sekresi puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket. Pada
puting serta daerah disekitarnya akan terasa sakit serta tampak kemerahan. Ektasia
duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia sekitar 40 sampai 50
tahun. Ektasia duktus adalah kelainan jinak yang walaupun begitu dapat

mengacaukan diagnosis dengan kanker dikarenakan benjolan yang keras di sekitar


duktus

yang

abnormal

akibat

terbentuknya

jaringan

parut.

Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun, atau dapat membaik
dengan melakukan pengkompresan dengan air hangat dan obat-obat antibiotik.
Apabila keluhan tidak membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat melalui
pembedahan dengan cara insisi pada tepi areola.
H.

Tumor Phyllodes

Tumor Phyllodes merupakan tumor mirip dengan fibroadenoma dengan


stroma seluler yang bertumbuh dengan cepat. Dapat mencapai ukuran yang besar
dan jika tidak dieksisi total dapat terjadi rekurensi. Lesi dapat jinak atau ganas.
Jika jinak, tumor phylloides dapat diatasi dengan eksisi lokal dengan batas
jaringan payudara sekitar. Penanganan tumor phyllode ganas masih controversial,
namun pembuangan tumor sempurna dengan sedikit area normal disekitar tumor
dapat mencegah rekurensi. Karena tumor ini dapat membesar, mastektomi
biasanya penting dilakukan. Diseksi limfe nodus tidak dilakukan, karena bagian
sarcomatos dari tumor bermetastasi ke paru-paru dan bukan ke limfe nodus.
I. Mastitis
Selama menyusui, kadang bisa terjadi suatu infeksi yang disebut mastitis.
Ini terjadi apabila saluran air susu tersumbat. Akan terlihat memerah, ada benjolan
pembengkakan, terasa hangat dan agak kenyal. Biasanya diobati dengan antibiotic
dan kadang air susu perlu dikeluarkan dari salurannya, apabila dengan pengobatan
biasa belum berhasil. Mastitis adalah peradangan pada payudara. Peradangan ini
dapat terjadi secara akut ataupun kronik (biaasanya disebabkan oleh kausa

spesifik). Mastitis dapat terjadi pada masa laktasi atau puerperium (terbanyak)
atau tidak ada hubungannya dengan masa puerperium.
Mastitis yang paling sering adalah jenis puerperium (lactasional) mastitis
bisa didahului oleh stasis air susu atau tanpa disertai stasis air susu. Biasanya
disebabkan oleh kuman Staphilococccus aureus dengan strain tahan penisilin yang
ditransmisi melalui isapan bayi. Pada jenis non puerpueralis port dentry adalah
sistemik atau lewat kerusakan apitel sekitar niplareola complex
Mastitis Tuberculosa, dahulu diyakini sekitar 60% merupakan kelainan
primer namun saat ini harus benar benar dibuktikan bahwa benar tidak ada
hubungannya dengan kelainan tuberkulosa setempat (TB paru-TB kelenjar getah
bening leher dan axilla).

3. Tumor Ganas Payudara


Staging Ca Mammae sebagai berikut :
Stadium, Sistem TNM, dan Jalur Penyebarannya
a.Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter
saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah
sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau
jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat jauh. Stadium hanya
dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak.
Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan
ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau

PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan dengan CT Scan, scintigrafi


dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling
banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi
sistim TNM yang direkomendasikan oleh UICC(International Union
Against Cancer dari WHO atau World Health Organization) / AJCC
(American Joint Committee On Cancer yang disponsori oleh American
Cancer Society dan American College of Surgeons).5,6

b.

Klasifikasi Stadium TNM berdasarkan American Joint Committee

on Cancer (AJCC, 2002)


T = ukuran primer tumor
Ukuran T secara klinis, radiologis, dan mikroskopis adalah sama. Nilai T
dalam cm, nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1cm.
Tx
: Tumor primer tidak dapat dnilai.
To
: Tidak terdapat tumor primer.
Tis
: Karsinoma in situ.
Tis(DCIS)
: Ductal Carcinoma In Situ.
Tis(LCIS)
: Lobular Carcinoma In Situ.
Tis(Pagets) : Penyakit Paget pada putting tanpa adanya tumor.
Catatan: Penyakit Paget dengan adanya tumor dikelompokkan sesuai
dengan ukuran tumornya.
T1
: Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2cm atau kurang.
T1mic : Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang.
T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm.
T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm.
T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm.
T2
: Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm
sampai 5cm.
: Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm.
: Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding
dada atau kulit.
T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis.
T4b : Edema (termasuk peau dorange), ulserasi, nodul satelit pada kulit
yang terbatas pada 1 payudara.
T4c : Mencakup kedua hal di atas.
T4d : inflammatory carcinoma.
N = kelenjar getah bening regional
Nx
: Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya).
N0
: Tidak terdapat metastasis kgb.
N1
: Metastasis ke kgb aksila ipsilateral yang mobil.
N2
: Metastasis ke kgb aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi,
atau adanya pembesaran kgb ke mamaria interna ipsilateral
(klinis) tanpa adanya metastasis ke kgb aksila.
N2a : Metastasis pada kgb aksila terfiksir atau berkonglomerasi atau
melekat ke struktur lain.
N2b : Metastasis hanya pada kgb mamaria interna ipsilateral secara
klinis dan tidak terdapat metastasis pada kgb aksila.
N3
: Metastasis pada kgb infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa
metastasis kgb aksila atau klinis terdapat metastasis pada kgb
aksila; atau metastasis pada kgb supraklavikula ipsilateral dengan
T3
T4

atau tanpa metastasis pada kgb aksila/mamaria interna.


N3a : Metastasis ke kgb infraklavikular ipsilateral.
N3b : Metastasis ke kgb mamaria interna dan kgb aksila.
N3c : Metastasis ke kgb supraklavikula.
Catatan: Terdeteksi secara klinis; terdeteksi dengan pemeriksaan fisik atau
secara imaging (di luar limfoscintigrafi).
M = metastasis jauh
Mx
: Metastasis jauh belum dapat dinilai.
M0
: Tidak terdapat metastasis jauh.
M1
: Terdapat metastasis jauh.
Tabel 1. Klasifikasi stadium carcinoma mammae
Stage 0

Tis

N0

M0

Stage I

T1

N0

M0

Stage IIA

T0

N1

M0

T1

N1

M0

T2

N0

M0

T2

N1

M0

T3

N0

M0

T0

N2

M0

T1

N2

M0

T2

N2

M0

T3

N1

M0

T3

N2

M0

Stage IIB

Stage IIIA

Stage IIIB

T4

N0

M0

T4

N1

M0

T4

N2

M0

Stage IIIC

T (semua)

N3

M0

Stage IV

T (semua)

N (semua)

M1

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik payudara harus dikerjakan secara halus, tidak boleh kasar
dan keras. Tidak jarang palpasi yang keras menimbulkan perdarahan atau nyeri
yang hebat dari penderita, tumor ganas tidak boleh dilakukan pemeriksaan fisik
yang berulang-ulang karena kemungkinan dapat mempercepat penyebaran.
Inspeksi
Pada inspeksi dapat dilihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit
akibat pembesaran tumor jinak atau ganas dibawah kulit. Edema kulit harus

diperthatikan pada tumor yang terletak tidak jauh di bawah kulit. Edema kulit
dapat tampak seperti gambaran kulit jeruk (peau doranges) pada kanker
payudara. Selain itu, dapat dilihat puting susu tertarik ke dalam, eksem pada
puting susu, edema, ulserasi, atau nodul pada axilla.
Palpasi
Pemeriksaan dilakukan dengan tangan pasien di samping dan sesudah itu
tangan di atas dengan posisi pasien duduk. Palpasi harus meliputi seluruh
payudara, dari parasternal kearah garis aksila ke belakang, dari subklavikular ke
arah paling distal. Palpasi dilakukan dengan memakai 3-4 jari yang dirapatkan,
palpasi payudara di antara dua jari harus dihindarkan karena dengan cara ini
kelenjar payudara normalpun teraba seperti massa tumor. Palpasi dimulai dari
bagian perifer sampai areola mammae dan papilla mammae, apabila terdapat
massa maka perlu dievaluasi tentang :

Besar atau diameter serta letak dan batas tumor dengan jaringan sekitarnya

Hubungan kulit dengan tumor apakah masih bebas atau ada perlengketan

Hubungan tumor dengan jaringan di bawahnya apakah bebas atau ada


perlengketan,

Kelenjar limfe di aksila, infraklavikular, dan supraklavikular.

Adanya tumor satelit

Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksan sitologi dapat diperoleh sediaan dari pungsi jarum halus serta
dapat menentukan apakah akan segera disiapkan pembedahan dengan sediaan
beku atau akan dilakukan pemeriksaan yang lain atau akan langsung dilakukan

ekstirpasi. Hasil positif pada pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah
radikal sebab hasil negatif palsu sering terjadi 3. Dapat dipakai untuk menegakkan
diagnosa kanker payudara melalui tiga cara :

Pemeriksan sekret dari puting susu.

Pemeriksaan sediaan tekan (Sitologi Imprint).

Aspirasi jarum halus (Fine needle aspiration).

Biopsi
Biopsi insisi ataupun eksisi merupakan metoda klasik yang sering

dipergunakan untuk diagnosis berbagai tumor payudara. Biopsi dilakukan dengan


anestesi lokal ataupun umum tergantung pada

kondisi pasien. Apabila

pemeriksaan histopatologi positif karsinoma, maka pada pasien kembali ke kamar


bedah untuk tindakan bedah terapetik.
USG (Ultrasonografi)
USG ini sangat menguntungkan karena memiliki keuntungan yaitu tidak
mempergunakan sinar pengion sehingga tidak ada bahaya radiasi dan pemeriksaan
bersifat non invasif, relatif mudah dikerjakan, serta dapat dipakai berulang-ulang.
USG biasanya dapat untuk membedakan tumor padat dan kiste pada payudara
serta untuk menentukan metastasis di hati. USG ini berperan terutama untuk
payudara yang padat pada wanita muda, jenis payudara ini kadang-kadang sulit
dinilai dengan mammografi.
Mammografi
Mammografi adalah foto roentgen payudara yang menggunakan peralatan
khusus yang tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak memerlukan bahan kontras

serta dapat menemukan benjolan yang kecil sekalipun 2. Pemeriksaan mammografi


adalah pemeriksaan terpenting dalam diagnosa kelainan payudara. Mammografi
sampai saat ini masih menjadi pemeriksaan dasar dalam program deteksi dini
kanker payudara. Telah banyak penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan
mammografi sebagai alat penapisan telah mampu menurunkan mortalitas akibat
kanker payudara pada wanita yang berusia lebih dari 50 tahun, dan banyak
penelitian terbaru didapatkan secara statistik terdapat keuntungan yang signifikan
pada wanita dengan usia 40-49 tahun.
Mammografi harus dibuat dengan proyeksi cranio-caudal dan mediolateral
atau oblique medio-lateral, dengan pesawat khusus mammografi dengan target
dari Molybdenum. Tanda-tanda malignitas yang dapat dideteksi dengan
mamografi adalah:
a. Adanya massa berstruktur stellate (massa dengan tepi tidak rata, radial,
seperti isi kedondong).
b. Mikrokalsifikasi, yang terdapat pada massa stellate atau hanya
mikrokalsifikasi saja. Tipe kalsifikasi dapat tersebar (cluster type)
c. Adanya retraksi papilla yang terlihat pada mammografi
d. Adanya infiltrasi pada subkutan, atau infiltrasi tumor pada kulit
e. Pembesaran limfonodi di daerah aksilla

Penatalaksanaan :
Terapi Operatif
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium
III disebut kanker mammae operable. Pola operasi yang sering dipakai adalah
sebagai berikut :
Mastektomi radikal
Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan memopulerkan operasi
radikal kanker mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3
cm dari tumor, seluruh kelenjar mammae, m.pectoralis mayor, m.pectoralis minor,
dan jaringan limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinyu enblok
reseksi.
Mastektomi radikal modifikasi
Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan
m.pektoralis mayor dan minor

(model Auchincloss) atau mempertahankan

m.pektoralis mayor, mereseksi m.pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini
memiliki kelebihan antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit
membersihkan kelenjar limfe aksilar superior.

Mastektomi total
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar
limfe. Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia.

Mastektomi segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar


Secara umum ini disebut dengan operasi konservasi mammae. Biasanya dibuat
dua insisi terpisah di mammae dan aksila. Mastektomi segmental bertujuan
mereseksi sebagian jaringan kelenjar mammae normal di tepi tumor, di bawah
mikroskop tak ada invasi tumor tempat irisan. Lingkup diseksi kelenjar limfe
aksilar biasanya juga mencakup jaringan aksila dan kelenjar limfe aksilar
kelompok tengah.
Mastektomi segmental plus biopsy kelenjar limfe sentinel
Metode reseksi segmental sama dengan di atas. kelenjar limfe sentinel adalah
terminal pertama metastasis

limfogen dari karsinoma mammae, saat operasi

dilakukan insisi kecil di aksila dan secara tepat mengangkat kelenjar limfe
sentinel, dibiopsi, bila patologik negative maka operasi dihentikan, bila positif
maka dilakukan diseksi kelenjar limfe aksilar. Untuk terapi kanker mammae
terdapat banyak pilihan pola operasi, yang mana yang terbaik masih kontroversial.
Secara umum dikatakan harus berdasarkan stadium penyakit dengan syarat dapat
mereseksi tuntas tumor, kemudian baru memikirkan sedapat mungkin konservasi
fungsi dan kontur mammae.

Terapi Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena
kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh

sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Pada saat ini, radiasi
post mastektomi (postmastectomy radiation) dilakukan pada wanita dengan tumor
primer T3 atau T4, serta telah mengenai 4 atau lebih limfonodi . Efek pengobatan
ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara
menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari
radiasi.

Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam
bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel
kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek
dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok
karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi 6. Kemoterapi
menurunkan angka kekambuhan dan meningkatkan harapan hidup pada semua
kelompok (penurunan angka rekurensi = 23.5% 2% dan penurunan mortalitas =
15.3% 2%). Hal tersebut sangat menonjol pada wanita premenopausal dan pada
reseptor esterogen negatif. Kemajuan terapi akan tampak pada 5 tahun pertama
dan 5 tahun kedua. Penurunan rekurensi dan mortalitas tampak sama pada wanita
pre maupun post menopause dan pada metastase limfonodi positif maupun yang
negatif. Kemoterapi yang diberikan setelah dilakukan terapi operatif dikenal
sebagi kemoterapi ajuvan (adjuvant chemotherapy). Kemoterapi ajuvan berfungsi
membunuh atau menghambat mikrometastasis carcinoma mamma setelah operasi
primer. Pemberian kemoterapi ajuvan dengan atau tanpa pemberian terapi

hormonal telah diketahui meningkatkan angka harapan hidup pada penderita.


Kemoterapi ajuvan dapat meningkatkan harapan hidup 10 tahun penderita berkisar
antara 7%-11% baik pada wanita premenopausal dengan stadium dini dan sebesar
2%-3% pada wanita lebih dari 50 tahun
Pilihan Kemoterapi Lini Pertama:

Anthracycline-based.

Taxanes.

Cyclophosphamide, methotrexate and 5-fluorouracil (CMF)

Pilihan Kemoterapi Lini Kedua:

Jika obat lini pertama menggunakan anthracycline-based atau CMF, obat


lini keduanya adalah taxane.

Jika lini pertama menggunakan taxane, maka obat lini keduanya adalah
anthracycline-based atau CMF.

Regimen capecitabine, 5-fluorouracil (via infusion), vinorelbine, dan


mitoxantrone.

Kegagalan penggunaan dua atau tiga regimen kemoterapi menurut Eastern


Cooperative Oncology Group merupakan indikasi untuk pemberian terapi suportif
saja.
Pada pasien dengan tumor yang mengekspresikan HER2/neu, dapat
dipertimbangkan pemberian trastuzumab yang dikombinasikan dengan paclilaxel,
docetaxel atau vinorelbine. Trastuzumab juga dapat dikombinasikan dengan
doxorubicin dan cyclophosphamide (AC), namun penggunaan trastuzumab

dengan AC sering dihubungkan dengan efek toksik pada jantung. Trastuzumab


merupakan antibodi monoklonal (humanized monoclonal antibody) yang
berfungsi menduduki reseptor gen HER-2/neu pada domain ekstraseluler. Sebagai
agen tunggal, trastuzumab berhasil meningkatkan respon terapi sebesar 15% pada
kanker payudara stadium lanjut (advanced breast cancer), sebagai terapi lini
kedua

Terapi Hormonal
Terapi hormonal diberikan jika penyakit telah sistemik berupa metastasis
jauh, biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi karena efek terapinya
lebih lama. Terapi hormonal paliatif dilakukan pada penderita pramenopause. Hal
ini disebabkan adanya reseptor esterogen pada sel karsinoma mammae pada
sebagian besar wanita dengan ca mammae. Reseptor tersebut dapat dimasuki oleh
hormon esterogen yang diproduksi ovarium. Akibat pengaruh esterogen tersebut,
dapat memacu proliferasi sel tumor mammae, sehingga wanita pre menopause
dengan ca mamma mempunyai prognosis yang buruk. Esterogen dapat
menstimulasi pertumbuhan sel kanker payudara, namun dapat berefek sebaliknya
jika diberikan dengan dosis tinggi. Manipulasi hormonal dapat dilakukan dengan
cara :
a. Ovarektomy bilateral, disebut juga sebagai prophylactic oophorectomy
telah diketahui mampu menurunkan resiko terjadinya kanker payudara.
Pada sebuah penelitian prospektif, pemberian HRT (hormone replacement

therapy) pada pasien post ooforektomi bilateral tidak mampu menurunkan


resiko kanker payudara pada penderita yang memiliki gen mutasi BRCA1.

b. Memberikan obat first line hormonal therapy berupa Tamoksifen 2 x 10


mg selama 2 tahun. Tamoxifen merupakan obat anti kanker non steroid
yang memiliki efek anti-esterogen pada payudara. Obat ini bekerja
menghambat esterogen berikatan dengan reseptor esterogen pada sel
kanker yang sensitif esterogen. Obat ini digunakan pada ca mamma
dengan reseptor esterogen positif. Selain itu, obat ini juga diduga memiliki
efek preventif pada wanita yang memiliki resiko tinggi terkena ca mamma.
Pemberian tamoxifen sebagai terapi ajuvan pada terapi ca mamma telah
dikemukakan oleh Early Breast Cancer Trialists Collaborative Group
(EBCTCG), bahwa pada terapi tamoxifen selama 5 tahun pada wanita
penderita kanker payudara dengan esterogen receptor positive (ER+)
berhasil menurunkan rasio kematian akibat kanker payudara per tahun
sebesar 31%, tidak tergantung usia, cara pemberian kemoterapi, status
reseptor progesteron, maupun karakteristik tumor .

Prognosis

Karakteristik dari beberapa tumor sangat penting untuk dikenali karena


dapat menentukan prognosis secara signifikan dan dapat dipertimbangkan
sebagai acuan dalam penentuan strategi terapi pada tiap individu penderita.

Survival rates berdasarkan angka 5-year survival untuk wanita yang


didiagnosis karsinoma mammae dan telah diterapi secara adekuat:

stadium I

100%,

stadium IIa

92%

stadium IIb

81%

stadium IIIa

67%

stadium IIIb

54%

stadium IV

20%

BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. Rostin

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 56 Tahun

Kebangsaan

: Indonesia

Agama

: Islam

Pekerjaaan

: Mahasiswa

MRS

: 10 Oktober 2016

Ruangan

: Teratai

ANAMNESIS
Keluahan Utama :
Benjolan pada payudara sebelah kanan

Riwayat Penyakit Sekarang :


Benjolan pada payudara sebelah kanan dialami penderita sejak 1 tahun sebelum
masuk rumah sakit. Awalnya benjolan hanya berukuran sebesar biji jagung, lama
kelamaan benjolan membesar sebesar bola pingpong. Sejak 1 bulan yang lalu,
pada benjolan payudara tersebut menimbulkan rasa nyeri yang dirasakan sejak
kurang lebih 4 bulan terakhir. Nyeri dirasakan menjalar hingga ke tangan kanan.
Nyeri bertambah ketika beraktivitas. Nafsu makan menurun, mual muntah (-),

demam (-), pusing (-), sakit kepala (-), batuk/sesak nafas (-), nyeri tulang (-),
BAB/BAK biasa.
Riwayat Menstruasi :
Pasien haid pertama pada usia 12 tahun, siklus 30 hari, teratur.

Riwayat Perkawinan, Kehamilan dan Menyusui :


Pasien telah menikah dan memiliki 3 orang anak
Riwayat Penggunaan KB :
Riwayat pemakaian pil KB kurang lebih 2 tahun
Riwayat Penyakit Dahulu :
Asma (-)
Alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama dengan pasien
(sepupu pasien).

PEMERIKSAAN FISIK :
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Kompos Mentis

Tekanan Darah

: 120/70 mmHg

Nadi

: 88x/menit

Respirasi

: 20x/menit

Suhu

: 36,8oC

Kepala

Mata
-

Konjungtiva

: Anemis -/-

Sklera

: Ikterik -/-

Pupil

: Bulat isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+

Thoraks
Inspeksi

Pergerakan dinding dada simetris, retraksi tidak ada,

Palpasi

Vocal fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi

Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi

Suara paru vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing

tidak ada, Bunyi jantung I-II bising (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi

Datar

Auskultasi

Bising usus (+) Normal

Palpasi

Lemas, nyeri tekan tidak ada, hepar & lien tidak

teraba, massa (-)


Perkusi

Shifting dullness (-), timpani

Ekstremitas Superior & Inferior :


Akral hangat, edema -/-

Status Lokalis :
Regio Mammae Dextra:
-

Inspeksi: tampak benjolan pada regio mammae dextra, eritema (+)

Palpasi: teraba benjolan, ukuran 8cm x 4cm x 3cm permukaan rata,


konsistensi kenyal, imobile, nyeri tekan, benjolan teraba hampir melekat
pada dasarnya, keluar cairan (-) darah (-)

Teraba perbesaran kelenjar axilla dextra.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium (11 10 2016)


Leukosit
: 10.42
Hemoglobin : 11.6
Trombosit
: 266.000
CT
: 7 menit
SGOT
: 12.6
CREAT
: 0.85
GDS
: 123.6

Eritrosit
Hematokrit
LED
BT
SGPT
Urea

: 4.07
: 36,6
: 32 mm/jam
: 2 menit
: 10.7
: 16.6

USG
Massa soft tissue dengan ukuran 2.39 x 1.67 cm

Diagnosis :
Tumor Mammae Dextra suspek Ca Mammae dextra
Terapi :
-

IVFD RL 20 tpm
Ketorolac IV /8 jam

Rencana Tindakan :
-

Mastectomy Radikal Modifikasi

Prognosis :
Dubia ad bonam

LAPORAN OPERASI

Terapi Post Operatif :


-

IVFD RL 28 Tpm
Inj Ambacin 1 gr/12 jam/IV
Metronidazole drips 500mg
Inj Ketorolac 30 mg/8 jam/IV
Inj Ranitidin 50 mg/12 jam/IV
Transamin 250 mg/8jam/IV
Observasi TTV
Diet biasa

BAB IV
PEMBAHASAN

Benjolan di payudara di definisikan sebagai masa yang teraba pada payudara.


Penyebab dari kista payudara belum diketahui secara pasti. Tetapi berkembangnya
kista payudara dicurigai adanya peranan hormon, terutama hormon estrogen. Kista
payudara berkembang ketika kelenjar dan jaringan ikat pada payudara
menghambat saluran susu. Akibatnya, kelemjar dan jaringan ikat tersebut akan
melebar (dilatasi) dan kemudian terisi oleh cairan.
Pada kasus ini, berdasarkan dari anamnesis, pemfis,pemeriksaan penunjang
seperti hasil laboratorium di peroleh sebagai hasil berikut
Pada anamnesis, perempuan usia 20 tahun masuk RS dengan keluhan adanya
benjolan pada payudara sebelah kanan dialami penderita sejak 3 tahun sebelum
masuk rumah sakit. Awalnya benjolan hanya berukuran sebesar biji jagung, lama
kelamaan benjolan membesar sebesar bola pingpong. Sejak 1 bulan yang lalu,
pada benjolan payudara tersebut menimbulkan rasa nyeri dan pasien memutuskan
umtuk memeriksa di rumah sakit, pada riwayat penyakit terdahulu sebelumnya
pasien tidak pernah mengeluhkan hal yang sama . riwayat penyakit di keluarga
pun tidak ada, dan kemudia dilakukanlah pemeriksaan fisik dimana di dapatkan
dari hasil pemeriksaa thorax dalam batas normal, pemeriksaan abdomen dalam
batas normal dan pada pemeriksaan lokalis , tampak benjolan pada payudara
sebelah kanan dengan diameter kurang lebih 5x4x3 cm , konsistensi kenyal,
mobile, nyeri tekan tidak ada, keluar cairan (-) darah (-) .

Dari anamnesis dapat mengidentifikasikan dan menandakan adanya tumor


pada payudara dextra, menurut waktu terjadi dan berkembangnya kemungkinan
tumor bersifat malignan , namun perlu di buktikan dari beberapa pemeriksaanpemeriksaan penunjang untuk membuktikan bahwa tumor ini ganas ataupun jinak.
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan patologi anatomi pada jaringan mammae
dextra.
Dari sifat-sifat yang di dapatkan pada pemeriksaan fisik kemungkinan
tumor ini bersifat ganas. Pada inspeksi di temukan adanya edema kulit yang harus
diperthatikan pada tumor yang terletak tidak jauh di bawah kulit. Edema kulit
dapat tampak seperti gambaran kulit jeruk (peau doranges). Pada palpasi
ditemukan tumor atau massa yang yang hampir melengket pada dasarnya dan di
temukan adanya pembesaran pada kelenjar limfe axilla. Namun seharusnya di
dukung dengan dilakukannya pemeriksaan histopatologi. Pada pasien sudah di
periksa namun hasil pemeriksaan belum didapatkan.
Pada pasien ini setelah dilakukannya mastektomi radikal modifikasi alasan
dilakukan operasi ini berdasarkan dari hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan
pada pasien, yaitu massa yang hampir melekat pada dasarnya dan adanya
pembesaran pada kelenjar limfe axilla. Keuntungan dari operasi mastektomi
radikal modifikasi ini adalah tumor dapat di angkat seluruhnya dan pembesaran
kelenjar limfe axilla dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk
menentukan rencana terapi selanjutnya.
Diseksi kgb aksila tujuannya adalah untuk menentukan status kelenjar
getah bening aksila apakah terdapat metastasis atau tidak. Hal ini memiliki 2 arti

yang penting yaitu : sebagai informasi prognostik dan informasi untuk


menentukan tindakan selanjutnya.Status metastasis kelenjar getah bening aksila
dengan, sangat mempengaruhi prognostik. Informasi stadium aksila dapat
mempengaruhi keputusan tindakan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, Karnadihaja W, Prasetyono T, editors, Buku ajar Ilmu Bedah


Sjamsuhidaja- de Jong edisi 3 , Jakarta: EGC, 2010,
2. Henry M.M, Thompson J.N. 2007. Breast Disease. Clinical Surgery. Second
edition. Elsevier. p 453
3. Evans A, Ellis I. 2002. Breast Benign Calcification. In: Evans A, Pinder S,
Wilson R, Ellis I, ed. 2002. Breast Calcification a Diagnostic Manual.
London: Greenwich Medical Media. p 4, 5-6, 12, 20
4. Staf pengajar bagian ilmu Besah FKUI , kumpulan kuliah imu bedah,. Jakarta
Penerbit FKUI. 2010.
5. Jatoi I, Kaufmann M, Petit J.Y. 2006. Diagnostic Procedures. In: Schroder G,
ed. Atlas of Breast Surgery. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg. p 1921
6. American Cancer Society. 2011. Breast cancer survival rates by stage.
Availablefrom:http://www.cancer.org/Cancer/BreastCancer/DetailedGuide/bre
7.

ast-cancer-survival-by-stage
Schnitt S.J, Connolly J.L. 2000. Pathology of Benign Breast Disorders. In:
Harris J.R, Lippman M.E, Morrow M, Osborne K, ed. Disease of the Breast.

Second edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.


8. WHO-Regional Office for the Eastern Mediterranean. Treatment policy. In:
Guidelines for management of breast cancer. Egypt : EMRO Technical
Publication
9. American Cancer Society. 2011. Breast cancer survival rates by stage.
Availablefrom:http://www.cancer.org/Cancer/BreastCancer/DetailedGuide/bre
ast-cancer-survival-by-stage.
10. Greenall M.J, Wood W.C. 2000. Cancer of the Breast. In: Morris J.P, Wood
W.C, ed. Oxford Textbook of Surgery. Second edition. Oxford University.

Bagian Ilmu Bedah


Fakultas kedokteran dan ilmu keseshatan
Universitas Tadulako

Refleksi Kasus
November 2016

TUMOR MAMMAE

Disusun oleh :
VIRGIAWAN LISTANTO
N 111 14 053

Pembimbing Klinik :
dr. ALFRETH LANGITAN, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai