Anda di halaman 1dari 1

Konsep Perhitungan Standar Minimum Jasa

Profesi Apoteker di Apotek


Muhardiman1, Nasrul Wathoni1,2, Andry Mardyana1, Catleya Febrinella1, Esti Lestari1
1Bidang Kesejahteraan dan Kewirausahaan, Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia Jawa
Barat, Bandung, 40192, INDONESIA
2 Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Sumedang, 45363,

INDONESIA

*Email korespondensi: nasrul@unpad.ac.id


ABSTRAK
Latar belakang: Penetapan standar jasa profesi apoteker perlu METODE
ditetapkan sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan apoteker.
Hingga saat ini, belum ada regulasi standar minimum jasa profesi
apoteker di Indonesia yang terpusat, terstandar dan mengikat, serta
dijalankan sepenuhnya dengan menyesuaikan keadaan perekonomian
dari pengusaha apotek dan kesejahteraan para apotekernya.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan besaran minimal
standar jasa profesi apoteker.
Survei apoteker di Jawa Barat (September – November 2018)
Metode: Metode survei dilakukan selama bulan Agustus hingga
November 2018 dengan jumlah responden 1426 apoteker di Jawa
Barat. Survei terdiri dari pertanyaan biodata responden dan standar
jasa apoteker. Selanjutnya dilakukan kajian praktis di Apotek
Pendidikan Kimia Farma – Universitas Padjadjaran dengan
membandingkan sistem pembayaran jasa profesi dokter.
Hasil penelitian: Hasil survei menunjukkan bahwa responden bekerja
di apotek sebesar 59.3%, dan 17,5% di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
dengan 68,8% merupakan lulusan 2015 hingga 2018. Sebanyak 40,6% Pengkajian sistem penggajian di Apotek Pendidikan Unpad
menerima jasa profesi sebesar 2 hingga 3 juta rupiah, dan 28,7%
menerima 3 hingga 4 juta rupiah. Sedangkan jasa profesi yang HASIL
diharapkan umumnya adalah 5-6 juta rupiah. Komponen gaji yang Hasil survei
diharapkan adalah gaji pokok, insentif atas omzet, dan insentif kapitasi.
Kajian praktis yang dilakukan memutuskan bahwa jasa penanggung
jawab apotek yang menggunakan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)
perlu diberikan sebesar Rp. 1.800.000 – 2.500.000 tergantung dari
Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) setempat. Sitting fee setiap
shift minimal 5 jam perlu diberlakukan untuk menuntut kehadiran
apoteker di apotek sebesar Rp. 100.000/shift. Profesional Fee perlu
ditetapkan untuk konseling obat resep (Rp. 20.000/pasien), Pelayanan
Informasi Obat bebas atau swamedikasi (0.5% dari HJA/layanan), Visite
penyerahan obat resep dengan edukasi (Rp. 30.000/pasien),Home Care
(Rp. 100.000/pasien) yang bersumber dari dana konsumen/pasien.
Tunjangan Hari Raya (THR), insentif prinsipal, dan jaminan kesehatan
juga perlu ditetapkan standar minimumnya.
Kesimpulan: Dengan asumsi kehadiran 25 hari kerja, seorang apoteker
penanggung jawab akan mendapatkan jasa profesi apoteker minimal
sebesar Rp. 4.000.000, belum termasuk professional fee bila
bersungguh-sungguh menjalankan praktik kefarmasiannya. Konsep
perhitungan ini dapat diterapkan di seluruh Indonesia dengan variabel
yang berubah adalah besaran jasa penanggung jawab menyesuaikan
UMK setempat.

Kata kunci: standar minimum, jasa profesi, apoteker, praktik Hasil Pengkajian
kefarmasian
LATAR BELAKANG
Di negara maju Di Indonesia

Tingkat kepercayaan masyarakat Tingkat kepercayaan masyarakat


tinggi terhadap apoteker dan rendah terhadap apoteker karena
selalu ada di Apotek jarang hadir di Apotek

Gaji profesi apoteker tinggi Belum ada perumusan konsep


berbasis kinerja jasa apoteker berbasis kinerja III. Tunjangan Kesejahteraan

DAFTAR PUSTAKA
Manuel J. Carvajal, Ioana Popovici. Pharmacists' wages and salaries: The part-time versus full-time
dichotomy. Research in Social and Administrative Pharmacy, Volume 12, Issue 2, March–April
2016, Pages 341-346
Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia tahun 2018
Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia tahun 2018
Peraturan Organisasi Nomor: PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2016 tentang PO tentang Rekomendasi Surat
Izin Praktek Apoteker
KESIMPULAN
Peraturan Organisasi Nomor: PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2016 tentang PO tentang Pembinaan Praktik Konsep perhitungan berbasis kinerja dapat diterapkan di seluruh Indonesia dengan
Kefarmasian di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian Ikatan Apoteker Indonesia variabel yang berubah adalah besaran jasa penanggung jawab menyesuaikan UMK
Peraturan Organisasi Nomor: PO. 001/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang ketentuan penetapan setempat
keputusan oleh Pengurus Daerah/Cabang Ikatan Apoteker Indonesia;

.
Dipresentasikan pada: PIT IAI 2019

Anda mungkin juga menyukai