Anda di halaman 1dari 2

VISKOSITAS DAN KELARUTAN

VISKOSITAS
Viskositas cairan adalah ukuran ketahanan fluida yang diubah dengan tegangan atau
tekanan. Viskositas adalah sifat yang timbul dari tabrakan antara partikel-partikel yang
berdekatan dalam fluida yang bergerak pada kecepatan yang berbeda. Rendahnya viskositas
suatu fluida maka pergreakan partikel akan semakin besar.Partikel-partikel fluida pada tabung
akan membentuk fluida yang bergerak lebih cepat ketika berada didekat poros. Viskositas
menjelaskan ketahanan internal fluida untuk mengalir. Viskositas yang tinggi akan
menyebabkan cairan tidak dapat mengalir dengan cepat karena sifat kekentalannya. Uji
viskositas dapat dilakukan dengan alat viskometer ( Boda et al. 2015).
Viskositas suatu bahan memiliki nilai yang bebeda-beda. Viskositas rumput laut jenis
Ulva lactuca yang diekstraksi memiliki nilai yang berkisar antara 45.16 dt hingga 64 dt. Bobot
rendemen Ulvan yang diekstraksi dengan isopropyle alcohol (IPA) memiliki bobot 1,1 gram
dan tanpa IPA 1.0 gram memiliki viskositas sebesar 52.1 dt. Penelitian (Sukma et al. 2017)
menunjukan viskositas alginat dari rumput laut hijau Sargassum sp. memiliki nilai yang
berkisar antara 8 cp hingga 16 cp. Nilai viskositas berbeda dapat dipengaruhi oleh perlakuan
lama pemanasan saat ekstraksi. Rumput laut yang diekstraksi pada Suhu 800C selama 15 menit
memiliki viskositas yang tinggi yaitu 16 cp, sedangkan pada suhu 600C, 700C dan waktu
ekstraksi 5 hingga 15 menit memiliki nilai yang lebih rendah. Perbedaan hasil dapat disebabkan
oleh perbedaan bahan yang digunakan, suhu dan waktu ekstraksi, serta larutan yang digunakan
dalam ekstraksi. Suhu dalam ekstraksi dapat mempengaruhi viskositas disebabkan suhu dapat
merangsang kandungan polisakarida dari bahan untuk membentuk gugus heliks. Proses
tersebut bergantung pada suhu, sehingga pembentukan gugus polimer akan terjadi saat
polisakarida dilarutkan dalam air panas. Saat suhu dingin, gugus polisakarida akan bersatu dan
membentuk gugus heliks yang memicu pembentukan junction zone, sehingga akan membentuk
interhelical cross links yang dapat menyebabkan viskositas pada larutan meningkat, hingga
membentuk gel (Oktariana 2017).
Viskositas juga dapat dipengaruhi oleh bentuk dan berat molekul. Rantai polimer yang
panjang dapat menentukan mutu alginat, semakin panjang rantai polimer, maka berat molekul
dan viskositas akan semakin besar. Kekentalan yang dihasilkan akan sesuai dengan alginat
yang terekstrak. Alginat berbobot molekul tinggi terekstrak maka alginat yang dihasilkan akan
memiliki nilai viskositas yang tinggi dan sebaliknya apabila bobot molekul rendah maka
viskositas akan rendah. Alginat merupakan polisakarida alami yang bersifat kental dan larut
dalam air. Polisakarida dapat berupa alginat, karagenan, ulvan, fukoidan, laminaran atau agar.
Polisakarida pada Ulva lactuca yaitu Ulvan memiliki keunggulan dapat meningkatkan
viskositas, pembentuk gel,antioksidan dan chelating agent.

KELARUTAN
Kelarutan adalah keadaan dimana senyawa baik padat, cair atau gas terlarut dalam
padatan, cairan, atau gas yang membentuk larutan homogen. Kelarutan dipengaruhi oleh
pelarut yang digunakan, suhu dan tekanan. Kelarutan yang baik adalah yang tingkat
kelarutannya tinggi, karena memiliki permeabilitas yang baik (Yoga dan Hendriani 2016).
Tumbuhan yang diekstraksi mengandung senyawa fenolik yang berbeda, serta perbedaan
tingkat kelarutan tergantung pelarut yang digunakan. Senyawa fenol tumbuhan berhubungan
dengan molekul seperti protein, polisakarida, klorofil dan bahan inorganik lainnya, sehingga
untuk mencapai kelarutan yang optimal diperlukan pelarut yang sesuai dengan ekstraksi dari
senyawa fenol tersebut (Maharany et al. 2017).
Rumput laut Ulva lactuca yang diekstraksi menggunakan pelarut Isoprophyl alcohol
memiliki tingkat kelarutan 100%, hal ini menunjukan bahan larut sempurna dengan pelarut
yang digunakan saat proses ekstraksi. Penelitian Yunita et al. (2018) yang mengekstraksi Ulva
lactuca dengan menggunakan pelarut etanol dengan konsentrasi 60%, 70%. 80% dan 90%
serta waktu ekstraksi yang berbeda juga mempengaruhi tingkat kelarutan senyawa fenol pada
bahan. Nilai total fenolik tertinggi terdapat pada bahan yang diekstraksi dengan pelarut etanol
90%. Etanol 90% memiliki kandungan air yang lebih sedikit dibandingkan konsentrasi lainnya
Kelarutan fenol pada pelarut tidak selalu pada pelarut polar, melainkan bergantung dari struktur
fenol tersebut. Konsentrasi etanol 70% memiliki kandungan air lebih tinggi sehingga senyawa
yang bersifat polar ikut terekstrak dan menyebabkan total fenol menjadi rendah. Kadar
senyawa fenol yang rendah pada pelarut yang banyak mengandung air juga disebabkan oleh
meningkatnya aktivitas enzim polifenol oksidase yang dapat mendegradasi senyawa fenol.
Enzim tersebut tidak aktif pada media alkohol atau yang banyak mengandung alkohol.
Kelarutan juga dipengaruhi oleh waktu ekstraksi. Proses ekstraksi berlangsung optimal ketika
mencapai waktu yang equilibrium, setelah melewati waktu tersebut fenol akan menurun karena
senyawa fenol lama bersentuhan dengan panas sehingga senyawa fenol akan mudah rusak.
Waktu optimal ekstraksi yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu 5 jam. Penggunaan pelarut,
sampel yang digunakan, dan waktu ekstraksi yang diperlukan dapat mempengaruhi tingkat
kelarutan suatu bahan.

DAFTAR PUSTAKA

Boda MA, Bhasagi PN, Sawade AS, Andodgi RA. 2015. Analysis of kinematic viscosity for
liquids by varying temperature. International Journal of Innovative Research in
Science, Engineering, and Technology. 4(4) : 1951-1954.
Sukma IWA, Harsojuwono BA, Arnata IW. 2017. Pengaruh suhu dan lama pemanasan
ekstraksi terhadap rendemen dan mutu alginat dari rumput laut hijau Sargassum sp.
Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri. 5(1): 71-80
Oktariana E. 2017. Alga : potensinya pada kosmetik dan biomekanismenya. Majalah Teknologi
Agro Industri. 9(2) : 1-10.
Yoga WPAP, Hendriani R. 2016. Review: teknik peningkatan kelarutan obat. Farmaka.
14(2):288-297.
Maharany F, Nurjanah, Suwandi R, Anwar E, Hidayat T. 2017. Kandungan senyawa bioaktif
rumput laut Padina australis dan Eucheuma cottonii sebagai bahan baku krim tabir
surya. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 20(1): 10-17.
Yunira NLGD, Wrasiati LP, Suhendra L. 2018. Karakteristik senyawa bioaktif ekstrak selada
laut (Ulva lactuca) pada konsentrasi pelarut etanol dan lama ekstraksi. Jurnal Rekayasa
dan Manajemen Agroindustri. 6(3):185-195.

Anda mungkin juga menyukai