Anda di halaman 1dari 14

SEDIMENTASI

Oleh; Kartini & Stefanus Barlian. S

Umum

Sedimen merupakan masalah yang selalu timbul di beberapa sungai di


Indonesia demikian pula halnya sungai yang ada di Kalimantan Barat salah
satunya adalah sungai Landak. Menurut Soewarno (2000; 644 ) sedimen adalah
hasil proses baik proses erosi permukaan, erosi parit dan jenis erosi tanah lainnya.
Sedimen biasanya mengendap dibawah kaki bukit, didaerah genangan banjir,
disaluran air, sungai, waduk. Permasalahan di atas seringkali menimbulkan
kesulitan dan kerugian bagi masyarakat dan pemerintah seperti: menimbulkan
banjir, terganggunya lalu lintas kapal/motor air, pendangkalan sungai ini
umumnya terjadi di saat musim kemarau dimana debit sungai kecil, pada saat
tersebut daya dorong aliran dari sungai tidak mampu lagi untuk mengangkut
sedimen di muara. Sedimentasi dapat berupa beban bilas (wash load), beban
layang (suspended load) dan beban alas (bed load).

Sedimentasi

Dasar sungai biasanya tersusun oleh endapan material angkutan sedimen


yang terbawa oleh aliran sungai dan material tersebut dapat terangkut kembali
apabila kecepatan aliran cukup tinggi. Angkutan sedimen dapat bergerak, bergeser
di sepanjang dasar sungai atau bergerak melayang pada aliran sungai, tergantung
dari pada komposisi serta kondisi aliran.
Menurut sumber asalnya angkutan sedimen dibedakan menjadi :
1. muatan material dasar (Bed Material Load)
2. muatan bilas (Wash Load)
Menurut mekanisme pengangkutannya angkutan sedimen dibedakan
menjadi :
1. muatan Sedimen Melayang (Suspended Load)
2. muatan Sedimen Dasar (Bed Load)

1
Secara skematis angkutan sedimen dapat digambarkan sebagai berikut:

Bergerak sebagai
Muatan Material Dasar Muatan sedimen
dasar

Berdasarkan
Sumber Asli Berdasarkan Mekanisme
(Origin) Angkutan (Transport)

Bergerak sebagai
Muatan Bilas Muatan sedimen
melayang

Sumber, Soewarno ( 2000 ; 646 )


Gambar 1. Skema Angkutan Sedimen
Menurut, Mardjikoen (1988;24) bahwa angkutan sedimen secara umum
terbagi menjadi sedimen dasar (bed load), sedimen layang (suspended load) dan
sedimen loncat (saltation load). Sedangkan proses sedimentasi meliputi proses
erosi, transportasi, pengendapan (deposition) dan pemadatan (compaction) dari
sedimen tersebut. Proses ini berlangsung cukup komplek, dimulai dari proses
jatuhnya hujan yang kemudian menghasilkan energi kinetik. Energi ini mampu
melakukan pengikisan butiran tanah. Hasilnya sebagian terbawa aliran air masuk
ke sungai, sebagian hanya berpindah ke tempat lain. Partikel tanah yang terkikis
dari permukaan bumi, ditambah dari tebing dan dasar sungai terangkut aliran air
dan menjadi angkutan sedimen. Keadaan bergeraknya sedimen tersebut sangat
tergantung kepada ukuran partikel, bentuk dan berat spesifiknya.
Angkutan sedimen (sediment transport) adalah mekanisme pemindahan
partikel sedimen dari tempat lepasnya ke tempat barunya akibat aliran air. Laju
pengangkutan sedimen tersebut disebut debit sedimen.

2
Muatan Bilas (Wash Load)

Menurut, Soewarno (2000;646) bahwa muatan bilas (wash load) adalah


angkutan partikel-partikel halus berupa lempung (silt) dan debu (dust), yang
terbawa oleh aliran sungai. Partikel-partikel ini akan terbawa aliran sungai sampai
ke laut, atau dapat juga terendap pada aliran tenang atau pada air yang tergenang.
Ukuran butir muatan bilas adalah paling kecil dari ukuran butir seluruh
angkutan sedimen. Sumber utama dari muatan bilas adalah hasil pelapukan
lapisan atas batuan atau tanah daerah pengaliran sungai

Muatan Sedimen Melayang (Suspended Load)

Menurut, Soewarno (2000;648) bahwa muatan sedimen melayang


merupakan material dasar sungai yang melayang di dalam aliran sungai dan terdiri
dari butiran-butiran pasir halus yang senantiasa mengambang di atas sungai,
karena selalu didorong ke atas oleh turbulensi aliran.
Pada aliran turbulen, partikel sedimen tetap melayang di dalam aliran
sungai, tetapi jika aliran sungai itu laminar maka konsentrasi sedimen akan
berkurang dan akhirnya mengendap.

Muatan Sedimen Dasar (Bed Load)

Menurut, Soewarno (2000;650) bahwa muatan sedimen dasar merupakan


partikel-partikel kasar yang bergerak pada dasar sungai secara keseluruhan.
Gerakannya bisa bergeser, menggelinding atau meloncat-loncat, tetapi tidak
pernah lepas dari dasar sungai. Gerakan ini kadang-kadang meliputi lapisan dasar
ditandai bercampurnya butiran partikel tersebut bersama-sama bergerak ke arah
hilir. Pada umumnya alur sungai di bagian hulu angkutan bed load merupakan
bagian yang terbesar dari seluruh jumlah sedimen.

3
h h h

Gambar 2. Klasifikasi Angkutan Sedimen


Muatan Bilas Muatan Sedimen Muatan Sedimen
Faktor-faktor yang MempengaruhiLayang
Angkutan Sedimen Dasar

Sedimen yang terangkut oleh air dipengaruhi oleh :

Ukuran Partikel Sedimen

Menurut besarnya ukuran sedimen dapat digolongkan seperti tabel berikut

ini:

Tabel 1. Klasifikasi Ukuran Butir

Sumber : Pengkajian Sedimentasi Waduk, Ir. Kartini, MT

Ackers-White dan Yalin mendefinisikan parameter butir adalah :


a. Diameter partikel :

S 1 g
1
3

D* D50 2
v ................................................................. (1)

Dimana
4
D50 = Diameter median dari material dasar
S = kerapatan jenis
v = Koefisien kekentalan kinematik
b. Transport Stage Parameter

T U * u*.U
!2
r
2
................................................................. (2.)

U *.Ur 2

Dimana
U* = (g0,5 / C). U
C = Koefisien Chezy
u = Kecepatan rata-rata

Bentuk Partikel

Bentuk partikel juga berpengaruh pada perhitungan angkutan sedimen,


yaitu pada kecepatan angkutan butir. NC Nown da Malaika dan Alberton
mempelajari bentuk partikel dan memberikan suatu definisi yang dapat digunakan
secara praktis dan menghasilkan hasil yang cukup baik. Faktor bentuk tersebut
dinyatakan dalam :
SF = c / ( a . b )0,5 ................................................................. (3.)
Dimana
SF = faktor bentuk dari Corey (tak berdimensi)
a = penampang terpanjang dari partikel (mm)
b = penampang dari partikel (mm)
c = penampang terpendek dari partikel (mm)

Berat Spesifik Partikel Sedimen

Definisi Berat Spesifik (Spesific Weight) ialah berat persatuan volume dari
bahan angkutan sedimen.

Berat sedimen
..................................................................... (4.)
Volume sedimen
5
Untuk menghitung kecepatan angkut partikel diasumsikan bahwa :
a. Partikel adalah Sperical (bulat)
b. Gaya percepatan fluida orde dua.
Distribusi kecepatan vertikal digunakan rumus :

u* z
u( z) ln ......................................................... (5)
k zo
dimana : u* = kecepatan geser dasar
z = 0,05 h
k = konstanta Von Karman = (0,4)
zo = 0,11 (v/u* + 0,03 ks)
ks = kekasaran nikuradse
Rumus-rumus perhitungan angkutan sedimen baik mengenai Bed Load,
maupun suspended Load yang diperoleh dari beberapa bentuk model fisik untuk
meramalkan hubungan antara parameter-parameter yang mempengaruhi angkutan
sedimen.

Analisa Angkutan Sedimen Suspensi dengan Metode Sesaat

Berdasarkan angkutan sedimen yang terjadi, maka debit angkutan sedimen


layang dihitung dengan rumus :
Qs=0,0864.C.Qw ...................................................... (6.)

Dimana :Qs= debit angkutan sedimen (ton/hari)


C= konsentrasi sedimen (mg/ltr)
Qw= debit sungai (m3/det)
Apabila dalam periode 1 hari dilaksanakan pengukuran aliran maka besar
aliran rata-rata pada hari itu dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
1 n
Qw Q1ti
24 1
...................................................... (7.)

dimana : Qw = besar aliran harian rata-rata (m3/det)


Q1 = besar aliran yang terukur pada saat sub I (m3/det)
ti = interval waktu pengukuran aliran (jam)
6
n = jumlah pengukuran aliran
Sedang rata-rata konsentrasi sedimen harian dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
1 n
C ci ti
24 1
...................................................... (8.)

dimana : C = konsentrasi rata-rata sedimen harian (mg/l)


ci = konsentrasi sedimen pada saat ti (mg/l)
ti = interval waktu pengukuran (jam)
n = jumlah pengukuran
Oleh karena Qi dan Ci, kedua-duanya tidak tetap selama periode waktu 24
jam, maka besarnya rata-rata debit sedimen hariannya dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
n
0,0864Ci Qwi
Qs ti ...................................................... (9.)
1 24
dimana : Qs = rata-rata debit sedimen harian (ton/hari)
ci = konsentrasi sedimen pada saat ti (mg/l)
Qwi = besar aliran pada saat ti (m3/det)
ti = interval waktu pengukuran (jam)
n = jumlah pengukuran
Hasil akhir dari persamaan di atas akan berbeda dengan nilai debit sedimen
yang dihitung dengan persamaan : Qs = 0,0864. C . Qw

Analisa Angkutan Sedimen dengan Metode L.C. Van Rijn

Muatan sedimen layang bergerak bersama dengan aliran air sungai, terdiri dari
pasir halus yang senantiasa didukung oleh air, dan hanya sedikit sekali
berinteraksi dengan dasar sungai karena sudah didorong ke atas oleh turbulensi
aliran. Disamping itu dalam sedimen layang juga terdapat sedimen bilas (wash
load) yang berukuran sangat kecil (<50 mikro meter). Bagian ini akan diuraikan
metode perhitungan sedimen layang berdasarkan kajian yang sebelumnya
dilakukan oleh Van Rijn.
Untuk menghitung sedimen layang, maka perlu diketahui parameter partikel (D0)

7
S 1 g
1
3

Do D50 2
v ...................................................... (10.)
dimana :
D50= diameter median dari material dasar
S = kerapatan jenis
= koefisien kekentalan kinematik

Stage parameter (T)

T
U 0
! 2
U 0cr
2
...................................................... (11.)
U ocr 2
g
dimana : U o! U = kecepatan geser dihubungkan dengan ukuran butiran
C!

12 Rb
C ! 18 log ...................................................... (12.)
3D90
Rb = jari-jari hidraulis.
U0cr = kecepatan geser pada dasar sungai menurut Shields.
U = kecepatan aliran rata-rata
Dalam Perhitungan skripsi nilai Rb = y karena menurut Robert J Kodoatie apabila
sungai lebar maka nilai Rb = y
Parameter suspensi yang menyatakan pengaruh gaya air turbulen arah ke atas dan
ke bawah :
ws
z ......................................................(13.)
U o

Selain itu diperkenalkan tinggi acuan (a) dimana konsentrasi sedimen dasar
digunakan sebagai acuan. Tinggi acuan (a) dinyatakan sebagai :
a = 0,5 atau a = ks (amin = 0,01 d)
Selanjutnya dihitung konsentrasi acuan (Ca), didekati dengan :
D50T 1,5
Ca 0,015 0 ,3 ...................................................... (14.)
aDs

8
Tahap selanjutnya adalah menghitung ukuran partikel sedimen layang (D s), yang
dinyatakan sebagai :
Ds
1 0,011( s 1)(T 25) ................................................(15.)
D50

D84 D16
dimana : s ................................................(16.)
2 D50 D50

Tahap selanjutnya adalah menghitung kecepatan jatuh (WS) sedimen layang.


Untuk kondisi yang relatif tenang dan relatif jernih serta ukuran partikel 100 m
maka :

1 s 1 gDs
2
ws (menurut Stokes) .............................................(17a.)
18 v
untuk partikel berukuran 100 1000 m

0,01(s 1) gD 3
1

v 1 2 s 1
Ws 10 v .............................................(17b.)
Ds

untuk partikel lebih besar lagi
Ws 1,1 S 1 gDs
0,5
............................................. (17c.)

Tahap selanjutnya adalah menghitung -faktor (menurut Kikkowa)


2
W Ws
1 2 s untuk 0,1< <1 ................................................(18.)
U o Uo

Kecepatan geser dihitung Uo= gds

Selanjutnya menghitung - faktor, yaitu faktor koreksi yang menampung


semua pengaruh tambahan pada bilangan suspensi akibat adanya tempat-tempat
yang diisi partikel, reduksi kecepatan jatuh dan lain-lain.
0 ,8 0, 4
W Ca Ws
2,5 s untuk 0,01 1 ..................................... (19.)
U o Co Uo

Tahap berikutnya menghitung parameter suspensi z dan z!

9
Ws
z ................................................(20.)
U o
z!= z +
Tahap berikutnya menghitung F faktor
z! 1, 2
a a
d d
F z!
................................................ (21.)
1 d 1,2 z
a !

Total sedimen layang ( suspended load ) permeter lebar :


qs = F.U.d.Ca ( m3 /det per m lebar ) ................................................(22.)
Dimana :
F = faktor koreksi
U= kecepatan aliran rata-rata (m2/det)
d = kedalaman aliran (m)
Ca = konsentrasi (mg/ltr)

Sedimen Dasar (Bed Load) merupakan angkutan partikel sedimen yang


disebabkan oleh kecepatan aliran yang relatif rendah, sehingga butiran yang
semula diam akan menggelinding dan meluncur di sepanjang saluran dasar. Bed
Load transport (qb) adalah merupakan perkalian antara kecepatan partikel (ub ),
dengan tinggi loncatan ( b) dan konsentrasi dari bed load (cb), jadi :
qb = cb.ub . b (23.)

T
cb = co. 0,18 ................................................(24.)
D*
co = 0,65
uo =1,5 (g d50)0,5 T0,6 ................................................(25.)
b = 0,117 D*-1T ................................................(26.)
dimana :
1
g
D* =d50. 2
3
= parameter partikel (-)
U

10
u*' u*cr
2
2

u*cr
T = = transport stage parameter (-)

u* = (g0,5 / C)u = kecepatan geser dasar efektif dihubungkan dengan butir


(m/s)
= (s - )/ = berat relatif (-)
12h
C = 18 log = koefisien Chezy berhubungan dengan butir
3d 90
(m0,5/s)

u = kecepatan aliran pada kedalaman rata-rata (m/s)


d50, d90 =diameter partikel dari material dasar (m)
v = koefisien viscositas kenematik (m2/s)
g =percepatan gravitasi (m/s2)

qb = 0,053 (g)0,5 d501,5 D*-0,3 T2,1............................................................... (27.)


= Bed load transport pada satu satuan lebar (m3/s)..............................

Analisa Angkutan Sedimen Dengan Metode Peter-Meyer-Muller (1934)

Dalam hal menghitung banyaknya sedimen yang turut diangkat pada suatu
aliran sungai, digunakan rumus yang lazim digunakan dalam teknik hidraulik di
Indonesia yaitu rumus Meyer-Peter-Mauller (MPM).
Rumus ini didukung oleh data laboratorium mekanika tanah dari grafik
analisa butiran dari contoh endapan, yaitu diameter partikel yang melalui saringan
D50 (mm), D90 (mm), rapat massa sedimen (kg/m3) dan angka pori. Selanjutnya
langkah perhitungan adalah sebagai berikut :
Koefisien-koefisien de Chezy :

11
U
C ............................................................................................... (28.)
hI

12h
C' 18 log ................................................................................... (29.)
D90

= ripple factor
1, 5
c
........................................................................................... (30.)
C'
1, 5
U

hI .............................................................................. (31.)
18 log 12h
D90

hI
' ........................................................................................... (32.)
D 50
1, 5
U

hI
18 log 12h ............................................................................ (33.)
D 90
'
D50

= s - air
3/ 2
8 g D50
Sb ( '0,047)3 / 2 ....................................................... (34.)
1
= void ratio = 0,4
SbA
T x (24 x 3600 m3 / hari) ............................................................ (35.)
h
dimana : T = tansport sedimen (m3/hari)
s = rapat massa sedimen (kg/m3)
air = rapat air (kg/m3)
g = percepatan gravitasi bumi (=9,81 m/det2)
D50 = diameter partikel sedimen yang tertahan pada saringan
(mm)
= kecepatan rata-rata aliran (m/det)
I = pelandaian memanjang

12
A = luas penampang basah (m2)
h = kedalaman air (m)
24 x 3600 = waktu dalam detik untuk 1 hari pengaliran.

Penentuan Lengkung Debit-Sedimen (Hubungan Antara Debit Dengan


Suspended dan Bed Load)

Lengkung debit sedimen adalah grafik yang menggambarkan hubungan


antara konsentrasi sedimen dengan besar aliran atau hubungan antara debit
sedimen dengan besar aliran. Biasanya digambarkan pada kertas logaritmik,
besaran konsentrasi sedimen atau debit sedimen digambarkan pada skala mendatar
sedangkan besar aliran digambarkan dengan skala tegak.
Lengkung debit sedimen didapat dari berbagai variasi aliran (Q w) dan debit
sedimen Qs dan Qb dibuat persamaan sebagai berikut :
Qs = m Qwn ................................................................................................(36.)
Qb = m Qwn ................................................................................................(37.)
Dimana :Qs = Suspended load transport (ton/hari)
Qb = Bed load transport (ton/hari)
Qw = Debit (m3/det)
m = Konstanta
n = Konstanta
Dari berbagai data pengukuran debit (Qw) serta perhitungan Qs, Qb akan
diperoleh persamaan regresi dan nilai koefisien korelasi.

13
14

Anda mungkin juga menyukai