TEKNIK SUNGAI
ALIRAN DEBRIS
OLEH :
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR
ALIRAN DEBRIS
Pada gerakan kolektif batu-batu besar berada dibagian depan diikuti batu-batu
yang lebih kecil dibelakangnya kemudian kerikil, dan seterusnya pasir diujung
belakang. Aliran sedimen/debris dapat terjadi karena:
1. Terangkatnya endapan didasar sungai pada waktu banjir;
2. Ada tebing atau bukit yang longsor;
3. Ada dam atau tembok penahan tanah yang runtuh.
Aliran sedimen/debris atau lahar umumnya terjadi oleh adanya curah hujan
meskipun dengan intensitas rendah, tetapi durasinya lama atau curah hujan dengan
intensitas tinggi tetapi durasinya pendek. Disamping itu, aliran sedimen/debris
juga dipengaruhi oleh ketersediaan deposit material vulkanik pada kemiringan
dasar tertentu baik pada lereng gunung maupun pada alur sungai. Aliran
sedimen/debris di wilayah gunungapi dikenal dengan lahar, memiliki rapat
massa (mass density) yang tinggi, sehingga batu berdiameter besar dengan volume
beberapa meter kubik dapat diangkut terbawa aliran lahar dan dapat mencapai jarak
tempuh (travel distance) yang jauh.
sifat - sifat aliran tersebut adalah yang dipengaruhi oleh adanya jatuhan hujan,
diluar aliran pyroclstik dan pengaruh adanya over land flow.
1. Aliran lahar :
Aliran lahar terjadi bila :
c * (σ − ρω ) tan φ
tan θ =
h
c * (σ − ρω ) + ρω 1 +
d
dimana
θ = sudut kemiringan dasar sungai
(tan θ = I = slope dasar sungai )
φ = sudut geser dalam butiran dasar sungai
c* = konsentrasi butiran pada endapan
= (Vs/V) dimana Vs = volume solid material ; V = volume air )
σ = kerapatan debris (ton/m3)
ρω = kerapatan air (ton/m3)
h = kedalaman aliran
d = diameter rata - rata butiran permukaan dasar sungai
2. Aliran lumpur
Aliran lumpur terjadi bila
c * (σ − ρω ) tan φ c * (σ − ρd ) tan φ
> tan θ >
h h
c * (σ − ρω ) + ρω 1 + c * (σ − ρd ) + ρω 1 +
d d1
dimana :
ρω = kerapatan material (ton/m3)
d1 = diameter rata - rata dasar sungai
c * (σ − ρd ) tan φ
tan θ <
h
c * (σ − ρd ) + ρω 1 +
d1
B. Rumus perhitungan
Material yang dikeluarkan dari hasil letusan dimulai dari puncak (kubah lava)
dan selanjutnya dibawa oleh aliran air ketika terjadi hujan lebat (gambar 1-1).
Angkutan sedimen ini dapat dihitung berdasarkan simulasi antara gaya traktif
aliran air dan aliran sedimen.
1. Aliran lahar :
Rapat jenis dan volume aliran lahar yang di bawa oleh aliran air di sungai
menurut Takahashi adalah. :
ρd x tan φ
Cd =
(σ − ρd ) x (tan φ − tan θ )
Cd ≤ 0,8 c *
Qs = c * / (c * − Cd ). Cd .Qw
dimana :
Cd = rapat jenis aliran lahar (ton/m3)
Qw = debit ailran sungai (m3/det)
Qs = debit sedimen (m3/det)
2. Aliran lumpur
Aliran lumpur merupakan aliran antara/peralihan dari aliran lahar dan aliran
muatan dasar. Untuk menentukan debit aliran lumpur ini, dapat digunakan
persamaan yang diberikan oleh Mizuyama, yaitu :
Qs = 5,5 tan 2 θ .Qw
dimana :
Qw = debit aliran sungai (m3/det)
Qs = debit aliran lumpur (m3/det)
( )
1
= 8 (τe * − 0,047 ) 2
3
q B / ∆.g.d 3 2
dimana :
( )
1
= 8 (τe * − 0,047 ) 2
3
q B / ∆.g .d 3 2
3
τe * =τ * (nb / n) 2
n =U *2 / (∆.g.d )
1
nb = 0,0192 (d 90 ) 6
{
h = n.Q / B( I )
1
2
} 0, 6
Kemungkinan II :
Terjadi longsoran - longsoran pada tebing yang terjal (misalnya tebing - tebing
sungai yang terjal), sehingga terjadi pembendungan pada sungai, yang akan
merupakan kolam/empang. Akibat hujan deras, tekanan air terus bertambah, maka
akan mengakibatkan terjadinya limpas atau bobol, bila pembendungan tersebut
tidak kuat menahan air (tekanan air), sehingga terjadi banjir bersama - sama
rombakan tersebut.
Kemungkinan III :
Banjir besar (abnormal) sehingga menyebabkan gerusan pada dasar dan longsoran
tebing (kanan/ kiri sungai).
Kemungkinan IV :
Terjadinya letusan gunung api. Magma yang keluar dari kepundan/kawahnya
merupakan rombakan batuan - batuan, sehingga terjadi akumulasi rombakan di
daerah hulu.
Bila terjadi hujan di daerah timbunan atau sebelah hulunya dan tergantung besar
kecilnya curah hujan tersebut, maka akan terjadi proses :
Klasifikasi Aliran
Boulder type Mud flow Lahar
lebih dari 20%
1. Komponen material lebih kecil
kurang dari 20% lebih dari 20% biasanya lebih
0,1 mm
40%
igneous Pyroklastik (debu
2. Batuan granite palaezoic
pyroklastik tersier vulkanik / lava)
- lebih dari 5% - lebih dari 5%
- umumnya 10 - - umumnya 10 -
3. Koef aliran kurang dari 5%
15% 15%
- lebih 40% - kurang dari 40%
4. Kepekatan lebih 40% lebih 40% kurang dari 40%
terjadi penimbunan
5. Keadaan pada dam terjadi loncatan tak menentu
(terhenti)
timbunan pada
- longsoran
sungai dengan dari hasil gerakan
6. Sumber material dan gerakan - letusan
gradien lebih dari debris flow
15%
7. Karakteristik aliran run straight a head run straight tak menentu
Q = Floood discharge
g = Gravvitational acceleration
d = Mateerial size
B = Riveer width
l = Riveer bed gradieent Dr Asshida
G
Gambar 3. Flow Typpes Definiedd By River Bed Gradient and Flow Conditions
C
Bila aliran debris masih berlangsung, akan terjadi tahapan – tahapan dalam proses
tersebut :
Pada tahap I - tererosi setebal d1
Pada tahap II - tererosi setebal d2 (d2 > d1)
Baik gaya translasi maupun gaya rotasi akan menimbulkan tenaga kinetis. Pada saat
batuan mengalami proses gerak (geser dan/atau guling, maka batuan mendapat
pengaruh :
- akibat kecepatan aliran
- benturan dari batuan lain yang telah bergerak
Proses tersebut terulang selama terjadi pengaliran
Maka terjadi pertambahan kekentalan Cd dan akan terjadi proses berhentinya aliran
debris. Dari rumus tersebut diperoleh pula :
Cd (σ −τ )
tg θ < .tgφ
Cd (σ −τ ) +τ
Pembendungan semu
Lahar flow dengan kepekatan kurang dari 40% selema pengalirannya akan terjadi
erosi dasar atau tebing sungai, maka kepekatan bertambah Cd > Cdo.
Dengan bertambah kepekatan tersebut maka terjadi penghambatan kecepatan aliran
atau terjadi proses pengendapan (teoritis).
Pengendapan mengakibatkan volume aliran sebelah hulu bertambah (atau ho
bertambah) sehingga akan terjadi proses erosi lagi. Proses pengendapan dan erosi
tersebut akan terjadi selama penga1irannya dan proses tersebut dapat dikatakan
"Pembendungan semu".
Pembendungan semu (positif atau negatif) akan mengakibatkan permukaan dasar
tidak merata sehingga akan terjadi aliran berge1ombang,
7. Aliran debris (sedimen, lahar) mempunyai rapat massa (mass density) yang
besar (1200 – 1300 kg/m3) sehingga mampu mengangkut material dengan
gradasi besar seperti stone, boulder, couble.
(basic point) di hilir adalah D. Pada prinsipnya, volume desain dan volume
kontrol diestimasikan sebagai efektivitas dari pada fasilitas.
Volume efektif sedimen dari pada fasilitas harus diestimasi secara teliti dengan
menggunakan peta survei detail. Dalam banyak kejadian volume tampungan
(storage volum) dan volume desain dihitung dengan rumus sesuai Gambar 7.
1. Volume Tampungan:
Vs = n.B.H2……………………………………………………..…… (1).
2. Volume Dasain :
a. Volume desain di dasar sungai (Vrb)
Vrb = (A2 + A3) . b
= (2.n.H.h + n.H2) . b
Vrb = n.H . (2.h + H) . b …………………………………………… (2).
Diluar alur sungai (off stream) pengurangan produksi sedimen dapat dilakukan
dengan cara:
1. Pembuatan sumbat gully (gully plugs);
2. Terasering;
3. Pembuatan perkuatan teras dan perkuatan tebing;
4. Pembuatan alur bertangga;
5. Pembuatan kantong penangkap hasil erosi pada gully.
1. Diketahui :
Penampang bagian hulu :
b = 55 m
H = 3,20 m (kedalaman air normal pada debit
H
dominan)
dm = 5,5 cm (diameter rerata batu-batu bulat di
b
bagian dasar)
Penampang bagian hulu :
b = 55 m
I = 0,00016 (kemiringan dasar)
H
Dasar pasir dengan komposisi sebagai berikut:
das = 1,5 mm ; d50 = 2 mm
b
das = 3,0 mm ; d50 = 5 mm
Data lainnya
- suhu air = 20° C
-g = 9,81m/dt²
- ρs = 2780 kg/m³
- ρw = 1000 kg/m³
Pertanyaan :
a. Hitung debit dominan sungai
b. Hitung kedalaman sungai bagian hilir pada pengaliran debit dominan
c. Hitung intensitas transpor bed load di hilir menurut MPM dalam l/dt (sesuai butir b)
Penyelesaian :
a. Menghitung debit dominan sungai
H = 3,20 m
5% x 55 = 2,75 < 3,20 −−−−> R ≠ H (tidak boleh diabaikan)
A = 55 x 3,20 = 176 m²
P = 55 + 2 (3,20) = 61,4 m
𝐴
R = = 2,866 m
𝑃
∆dm
= …….. dari grafik Gambar 1 µ = ………
h.I
3/2
C 3/2 C
µ =� � =� 18R � C = ………
Cd90 18log
d90
Tabel hitungan
dm = 2 x 10-3 ; d90 = 5 x 10-3 ; I = 0,00016 ; ∆ = 1,78
18 log
∆dm
H A P R m m2/3 (12 c √R. I Q Ket
h.I
R/d90)
(m) (m²) (m) (m) (m1/2/dt) (m³/dt)
5 496 109,73 4,52 4,45 0,63 0,735 72,636 53,387 0,027 714,96 < 820,6
5,5 549.725 111,53 4,93 4,04 0,6 0,711 73,315 52,127 0,028 802,354 < 820,6
5,6 560,56 111,89 5,01 3,97 0,595 0,707 73,441 51,922 0,028 823,68 > 820,6
5,56 556,22 111.746 4,98 4,002 0,6 0,711 73,389 52,21 0,028 820,23 ~ 820,6
U∗ 2 c
dari grafik Shield’s didapat = 0,055 (lihat garik Shield’s )
∆.g.d
Qs
h = R = 4,98 m
Q
k 3/2
�k′� = µ = 0,6
1 1/3
1.(4,98).(0,6).0,00016 = 0,047.(1,178).0,002+0,25 �9,8� (Tb′ )2/3
Untuk seluruh lebar penampang sungai Tb′ = 7,1 x 10-3 m3/dt (solid)
= 7,1 l/dt (solid)
2. Diketahui :
Data pengukuran sedimen suatu sistem sungai adalah sebagai berikut
Sketsa situasi :
Lokasi II
Lokasi I
Lokasi III
Lokasi I
a. Rating curve (H vs Q) Q = 32,759H1,5746
b. Hubungan antara jari-jari hidraulik (R) dan kedalaman air (H) R = 0,9353H0,9594
c. Lebar dasar saluran B = 35 m (talud 1:2)
d. Kemiringan dasar saluran S0 = 7,69 x 10-4
e. Koefisien kekasaran Manning n = 0,03
f. d35 = 0,48 mm
g. d50 = 0,70 mm
h. d60 = 0,75 mm
i. d90 = 1,10 mm
j. ρs = 2650 kg/m3
k. ρw = 1000 kg/m3
l. Kedalaman air dominan H = 1,25 m
m. Porositas material ε = 0,40
Lokasi II
a. Rating curve (H vs Q) Q = 12,7851H1,2276
b. Hubungan antara jari jari hidraulik (R) dan kedalaman air (H) R = 0,9316H0,9670
c. Lebar dasar saluran B = 30 m (talud 1:2)
d. Kemiringan dasar saluran S0 = 7,69 x 10-4
e. Koefisien kekasaran Manning n = 0,03
f. d35 = 0,39 mm
g. d50 = 0,55 mm
h. d65 = 0,65 mm
i. d90 = 1,60 mm
j. ρs = 2650 kg/m3
k. ρw = 1000 kg/m3
l. Kedalaman air dominan H = 1,04 m
m. Porositas material ε = 0,40
Lokasi III
a. Rating curve (H vs Q) Q = 33,841H1,6753
b. Hubungan antara jari jari hidraulik (R) dan kedalaman air (H) R = 0,9406H0,9597
c. Lebar dasar saluran B = 40 m (talud 1:2)
d. Kemiringan dasar saluran S0 = 6,3 x 10-4
e. Koefisien kekasaran Manning n = 0,03
f. d35 = 0,735 mm
g. d50 = 1,200 mm
h. d65 = 1,650 mm
i. d90 = 5,000 mm
j. ρs = 2650 kg/m3
k. ρw = 1000 kg/m3
l. Kedalaman air dominan H = 1,42 m
m. Porositas material ε = 0,40
Pertanyaan :
Tinjauiah keadaan transpor sedimen antara lokasi I sampai dengan lokasi III, dalam waktu
1 tahun berikan kesimpulan.
Penyelesaian :
Tinjauan untuk Lokasi I
a. Kontrol terjadinya transpor sedimen
U* = g × R× I
= 9,81 × 1,13 × 7,69 × 10−4= 0,09 m/dt
Dengan mengunakan grafik pada Gambar 3.4 untuk dm = d50 = 0,7 mm ,diperolah U*c =
0,02 m/dt
Karena U* > U*c butiran bergerak maka terjadi transpor sedimen.
µ =
C
= 0,309
C'
µ × R× I
=ψ ' = 0, 257
∆ × dm
Φ = (4Ψ′−0,188)3/2 = 0,770
S = Φ(g.∆.dm3)1/2 = 5,737 x 10-5 m3/dt/m
II 33,11 0,9 0,085 0,017 bergerak 1,365.10-4 0,115 842,499 kasar 65.365,056
-4
II 34,656 0,978 0,088 0,023 bergerak 1,318.10 0,199 1508,9 kasar 136.982,016
Kesimpulan :
Equilibrium terjadi apabila : ST1 + ST2 = ST3
Dari tabel di atas tampak bahwa : ST1 + ST2 > ST3
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi proses pengendapan di pertemuan sungai.