Anda di halaman 1dari 9

Volume 3 – November 2017 Civil Engineering

ANALISIS KESTABILAN DASAR SUNGAI WANGGU BERDASARKAN NILAI


PARAMETER SHIELD
1
Wayan Mustika, 2Umran Sarita

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo Kendari


wayanmustika2510@gmail.com

ABSTRAK
Sungai Wanggu merupakan salah satu sungai terpanjang di kota Kendari. Karena adanya aliran
air yang mengalir terus menerus maka timbullah gerusan-gerusan yang terjadi disepanjang sungai
tersebut. Sedimen hasil dari gerusan tersebut nantinya akan terangkut oleh arus air dan mengendap
dibagian hilir sungai. Pembangunan konstruksi jembatan Wanggu VII dapat menimbulkan terjadinya
gerusan lokal disekitar bangunan sehingga mengakibatkan penurunan dasar sungai ataupun
sedimentasi. Dengan melakukan analisis pengaruh tegangan geser terhadap sedimen maka dapat
diketahui kondisi dasar sungai pada penampang melintang sungai Wanggu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara debit aliran sungai dengan debit
sedimen, dan mengetahui kondisi dasar sungai akibat dari adanya bangunan yang melintang alur sungai
sehingga dapat dilakukan penanganan lebih lanjut untuk menghindari kegagalan pada struktur
bangunan tersebut. Untuk mendapatkan dan menghitung tegangan geser dilakukan pengukuran
langsung di lapangan sehingga diperoleh data morfologi sungai dan sampel sedimen pada dasar sungai.
Sampel sedimen tersebut diperiksa di Laboratorium untuk mendapatkan ukuran diameter butiran dan
berat jenis sedimen. Untuk memperoleh nilai tegangan geser digunakan parameter Shield.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar debit aliran sungai (Q) maka debit sedimen
(𝑄𝑏 ) juga akan semakin besar. Pada seluruh segmen diperoleh nilai 𝑄1 = 35,95 m³/s, 𝑄2 = 16,19 m³/s
dan 𝑄3 = 20,94 m³/s, dengan nilai 𝑄𝑏1 = 603,522 kg/s/m, 𝑄𝑏2 = 114,932 kg/s/m, dan 𝑄𝑏3 = 353,260
kg/s/m. Berdasarkan parameter Shield maka diperoleh nilai tegangan geser dasar (𝜏0 ) > tegangan geser
kritis (𝜏𝑐 ) pada seluruh titik segmen tinjauan. Pada setiap segmen dengan kedalaman rata-rata 𝑑1 = 2,38
m, 𝑑2 = 1,12 m, 𝑑3 = 1,94 m, diperoleh nilai 𝜏01 = 9,803 kg/m², 𝜏02 = 4,631 kg/m², 𝜏03 = 8,013 kg/m²
sedangkan nilai 𝜏𝑐1 = 0,00789 kg/m², 𝜏𝑐2 = 0,00839 kg/m², 𝜏𝑐3 = 0,00627 kg/m². Dari nilai tersebut
dapat dilihat bahwa semakin dalam kedalaman suatu titik pada suatu segmen maka tegangan gesernya
akan semakin tinggi dan menimbulkan angkutan sedimen dasar paling besar. Keadaan sedimen tersebut
mengalami pergerakan sehingga kondisi dasar sungai pada seluruh segmen tinjauan menjadi tidak
stabil. Kondisi dasar sungai akan stabil jika tidak terjadi lagi proses angkutan sedimen dasar akibat
aliran yang ada.

Kata Kunci : bed load, tegangan geser, transpor sedimen

PENDAHULUAN Sedimentasi adalah proses


pengendapan material karena aliran sungai
Sungai adalah saluran drainase yang
tidak mampu lagi mengangkut material yang
terbentuk secara alamiah akibat dari
dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin
pergerakan air diatas permukaan bumi yang
berkurang, maka material yang berukuran
tidak dapat diserap oleh bumi. Disuatu
besar dan lebih berat akan mengendap
sungai terdapat air yang mengalir secara
terlebih dahulu, kemudian material yang
terus menerus, begitu pula pada sungai
lebih halus dan ringan.
Wanggu yang jika diikuti dengan kejadian
Karena adanya struktur bangunan pada
banjir yang melanda daerah tersebut, maka
alur sungai maka akan dapat mengakibatkan
secara tidak langsung akan timbul gerusan- terjadinya penurunan dasar sungai yang
gerusan yang terjadi disepanjang sungai. berlebihan, yang berujung pada kegagalan

53
Volume 3 – November 2017 Civil Engineering

struktur bangunan yang melintang alur 4. Memberikan alternatif bagi instansi


sungai tersebut seperti pilar maupun terkait terutama Pemerintah dalam
abutmen jembatan. mengatasi kondisi dasar sungai Wanggu
Secara pembagian sistem DAS maka sebagai akibat dari proses transpor
wilayah kota Kendari merupakan wilayah sedimen
tengah-hilir dimana dasar sungai tersebut 5. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa
kestabilannya bisa saja tidak dapat terjaga terutama mengenai angkutan material
oleh karena terjadinya agradasi atau dasar sungai Wanggu yang menyebabkan
pengendapan sedimen dan juga dapat terjadi perubahan pada dasar sungai.
degradasi atau penurunan dasar sungai yang
disebabkan oleh gerusan lokal akibat adanya Batasan Masalah
bangunan pada alur sungai (pilar maupun
abutmen jembatan) sehingga dari latar Adapun batasan masalah dari penelitian ini
belakang tersebut peneliti mengambil judul adalah :
“Analisis Kestabilan Dasar Sungai 1. Lokasi pengambilan sampel disungai
Wanggu Berdasarkan Nilai Parameter Wanggu dilakukan pada tiga (3) titik
Shield”. lokasi yang ditinjau dan dianggap dapat
mewakili sepanjang segmen tinjauan.
2. Kejadian atau bencana akibat dari
Tujuan Penelitian keadaan atau perubahan yang terjadi pada
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sungai Wanggu diabaikan
sebagai berikut : 3. Menggunakan parameter Shield yang
1. Untuk mengetahui hubungan antara debit memberikan nilai tegangan geser didasar
aliran (Q) dengan angkutan material sungai.
sedimen (𝑄𝑏 ) pada lokasi studi. 4. Perhitungan hanya menggunakan metode
2. Untuk mengetahui kestabilan dasar hitungan pada sedimen bed load yang
sungai Wanggu berdasarkan nilai terjadi pada segmen tinjauan.
tegangan geser dan angkutan sedimen
akibat dari adanya bangunan pada alur TINJAUAN PUSTAKA
sungai (Jembatan Wanggu VII).
Angkutan Sedimen
Manfaat Penelitian Ada tiga macam angkutan sedimen
Adapun manfaat penelitian yang dapat yang terjadi di dalam alur sungai (Mulyanto,
diberikan dalam penulisan ini adalah 2007) yaitu:
sebagai berikut : a. “Wash load“ atau sedimen cuci terdiri dari
1. Memberikan gambaran besaran debit partikel lanau dan debu yang terbawa
yang terjadi pada sungai Wanggu masuk kedalam sungai dan tetap tinggal
2. Memberikan gambaran besar angkutan melayang sampai mencapai laut, atau
sedimen dasar sungai Wanggu genangan air lainnya.
3. Memberikan gambaran terkait kondisi b. “Suspended load” atau sedimen layang
kestabilan dasar sungai Wanggu, apakah terutama terdiri dari pasir halus yang
tetap stabil atau mengalami agradasi melayang di dalam aliran karena
maupun degradasi tersangga oleh turbulensi aliran air..

54
Volume 3 – November 2017 Civil Engineering

c. “Bed load” adalah angkutan dasar di mana b. Gerusan lokalisir di alur sungai. Gerusan
material dengan besar butiran yang lebih terjadi karena menyempitnya alur sungai
besar akan bergerak menggelincir, sehingga aliran menjadi terpusat.
menggelinding satu di atas lainnya pada c. Gerusan lokal disekitar bangunan.
dasar sungai, gerakannya mencapai Gerusan terjadi karena pola aliran lokal
kedalaman tertentu dari lapisan sungai. disekitar bangunan sungai.

Transpor Sedimen Gerusan dari jenis yang di sebutkan


Proses angkutan sedimen merupakan pada nomor (b) dan (c) selanjutnya dapat
suatu masalah yang komplek dimana dibedakan menjadi gerusan dengan air
berdampak langsung pada lingkungan. Jika bersih (clear water scour) maupun gerusan
tidak dikontrol prosesnya akan dapat dengan air bersedimen (live bed scour).
menimbulkan masalah seperti perubahan Clear water scour berkaitan dengan suatu
alur sungai, banjir, penurunan kualitas air, keadaan dimana dasar sungai disebelah hulu
kerusakan bangunan air dan lain sebagainya bangunan dalam keadaan diam (tidak ada
(Wicaksono, 2002). material yang terangkut) atau secara teoritik
𝜏0 < 𝜏𝑐 . Sedangkan live bed scour terjadi
ketika kondisi aliran dalam sungai
menyebabkan material dasar bergerak atau
secara teoritik 𝜏0 > 𝜏𝑐 . Kesetimbangan
kedalaman gerusan akan tercapai jika
jumlah material yang terangkut dari lubang
gerusan oleh aliran sama dengan jumlah
Gambar 1 Proses Transpor Sedimen material yang tersuplai ke dalam lubang
(Sumber: Mardjikoen, 1987) gerusan dari hulu.

Proses perubahan dasar sungai diantara Kestabilan Dasar Sungai


2 (dua) penampang melintang akibat adanya Berdasarkan proses transpor sedimen
angkutan sedimen adalah sebagai berikut : diantara dua (2) penampang melintang
Tabel 1 Proses Perubahan Dasar Sungai sungai, dasar sungai dapat dikatakan stabil
Perbandingan Proses yang terjadi apabila besaran sedimen yang masuk pada
T Sedimen Dasar penampang satu (1) sama dengan besaran
T1 = T2 Seimbang Stabil sedimen yang keluar pada penampang dua
T1 < T2 Erosi Degradasi (2). Pengendapan atau agradasi terjadi
T1 > T2 Pengendapan Agradasi apabila kapasitas sedimen yang masuk lebih
(Sumber : Allen JRL, 1985) besar dari kapasitas sedimen yang keluar
Keseimbangan Penggerusan dalam satuan waktu (Saud, 2008).
Menurut Raudkivi dan Eltema (1982) Berdasarkan nilai tegangan geser
ada tiga gerusan yaitu : didasar sungai, suatu saluran dikatakan
a. Gerusan umum dialur sungai. Gerusan ini stabil apabila didalam aliran tersebut tidak
tidak berkaitan sama sekali dengan ada terdapat material yang terangkut (clear
atau tidaknya bangunan sungai. water scour) dengan kata lain tidak terjadi
angkutan material sedimen pada saluran
tersebut. Menurut Setiawan (2012) dalam

55
Volume 3 – November 2017 Civil Engineering

Ikhsani (2017), tegangan geser merupakan


studi awal sebagai langkah praktis untuk
mengetahui besarnya angkutan sedimen
dasar pada suatu lokasi yang akan di teliti.

Tegangan Geser Dasar


Iksani (2017) dalam penelitiannya
mengemukakan apabila air mengalir dalam
sebuah saluran, maka pada dasar saluran
akan timbul suatu gaya yang bekerja searah
dengan arah aliran. Gaya ini yang Gambar 2 Diagram Shield
(Sumber: Achmad, 2017)
merupakan gaya tarik pada penampang
basah yang disebut tegangan geser (tractive
Setelah bilangan Reynolds diperoleh,
force).
selanjutnya digunakan untuk menentukan
Achmad (2017) dalam penelitiannya
dimensi tegangan geser (𝐹∗ ) dengan
mengemukakan bahwa permulaan gerak
butiran sedimen dasar merupakan awal mula menggunakan diagram Shields (1936).
angkutan sedimen. Salah satu faktor yang Dari nilai dimensi tegangan geser
tersebut maka dapat digunakan untuk
menyebabkan permulaan gerak sedimen
menentukan nilai tegangan geser kritis.
adalah kecepatan. Kecepatan aliran yang
menimbulkan terjadinya tegangan geser 𝜏𝑐 = 𝐹∗ (𝛾𝑠 − 𝛾𝑤 )𝐷𝑠
kritis disebut kecepatan geser kritis. Keterangan:
Kecepatan geser kritis untuk menggerakkan 𝐹∗ = dimensi tegangan geser
butiran dinyatakan dalam rumus berikut : 𝜏𝑐 = tegangan geser kritis (kg/m²)
𝑈∗ = (𝑔. 𝑑. 𝑆)0,5 𝛾𝑠 = berat jenis sedimen (kg/m³)
Keterangan: 𝛾𝑤 = berat jenis air (kg/m³)

𝑈∗ = kecepatan geser (m/s)


g = percepatan gravitasi (m/s²) Sedangkan tegangan geser yang terjadi
d = kedalaman aliran (m) dapat dicari dengan menggunakan rumus
S = kemiringan dasar saluran sebagai berikut:

Kecepatan geser tersebut digunakan 𝜏0 = 𝛾𝑤 . 𝑔. 𝑑. 𝑆


untuk menentukan bilangan Reynolds yang Keterangan:
terjadi. 𝜏0 = tegangan geser (kg/m²)
𝑈∗ . 𝐷𝑠
𝑅𝑒 =
𝜈 Setelah semua sudah diperoleh hasilnya
Keterangan: maka dapat dilihat pergerakannya pada
ketentuan di bawah ini:
Re = bilangan Reynolds
𝜏0 < 𝜏𝑐 butiran dasar tidak bergerak (dasar
𝐷𝑠 = diameter sedimen (m)
sungai stabil)
ν = viskositas kinematik (m²/s)
𝜏0 = 𝜏𝑐 butiran dasar saat mulai bergerak
(kondisi kritis)

56
Volume 3 – November 2017 Civil Engineering

𝜏0 > 𝜏𝑐 butiran dasar bergerak (dasar sungai Analisa Debit


tidak stabil)
Debit sungai diperoleh dari hasil
perhitungan debit dengan variabel
Angkutan Sedimen Dasar (Bedload
kecepatan dan luasan morfologi sungai pada
Transport)
masing-masing lokasi pengukuran,
Menurut Abdullah (2013), ketika kemudian dirata-ratakan sehingga diperoleh
kondisi aliran mulai memenuhi atau debit hasil perhitungan.
melampaui kriteria untuk permulaan gerak,
Tabel 2 Debit Sungai Tiap Segmen
partikel sedimen di sepanjang dasar sungai
akan mulai bergerak.
Perhitungan angkutan sedimen dasar
(bedload) digunakan untuk menganalisa
degradasi dan agradasi pada dasar saluran.
Rumus yang digunakan adalah rumus Shield
(1936) yang menggunakan nilai tegangan (Sumber : Analisa Data, 2017)
geser didasar sungai.
𝜏 − 𝜏𝑐 𝑄 𝛾𝑤 𝑆 Pemeriksaan Analisa Saringan dan Berat
𝑞𝑏 = 10
(𝛾𝑠 − 𝛾𝑤) 𝛾𝑠 Jenis Butiran Sedimen
Keterangan:
Tabel 3 Diameter Butiran Segmen Pertama
𝑞𝑏 = muatan dasar (kg/s/m)
𝜏0 = tegangan geser (kg/m²)
𝜏𝑐 = tegangan geser kritis (kg/m²)
𝛾𝑠 = berat jenis sedimen (kg/m³) (Sumber : Analisa Data, 2017)

𝛾𝑤 = berat jenis air (kg/m³)


Tabel 4 Diameter Butiran Segmen Kedua
𝑄 = debit (m³/s)
𝑆 = kemiringan dasar saluran

(Sumber : Analisa Data, 2017)


METODOLOGI PENELITIAN
Tabel 5 Diameter Butiran Segmen Ketiga
Untuk mendapatkan dan menghitung
tegangan geser dilakukan pengukuran
langsung di lapangan sehingga diperoleh
data morfologi sungai, kecepatan aliran (Sumber : Analisa Data, 2017)
sungai, dan sampel sedimen pada dasar
sungai. Sampel sedimen tersebut diperiksa
Tabel 6 Berat Jenis Sedimen
di Laboratorium untuk mendapatkan ukuran
diameter butiran dan berat jenis sedimen.
Untuk memperoleh nilai tegangan geser
digunakan parameter Shield.
(Sumber : Analisa Data, 2017)

HASIL DAN PEMBAHASAN

57
Volume 3 – November 2017 Civil Engineering

Analisis Tegangan Geser Dasar


Perhitungan tegangan geser yang terjadi
pada segmen tinjauan yaitu dengan
menghitung kecepatan geser, bilangan
Reynold, pembacaan nilai dimensi tegangan
geser yang kemudian dapat dihitung nilai
tegangan geser kritis (𝜏𝑐 ) dan tegangan
geser dasar (𝜏0 ).

Tabel 7 Hasil Perhitungan Tegangan Geser


(Sumber : Analisa Data, 2017)
Segmen Pertama
Analisis Angkutan Sedimen Dasar (Bed-
Load Transport)
Berdasarkan perhitungan analisis
tegangan geser didasar sungai, maka dapat
diketahui angkutan sedimen dasar dengan
menggunakan rumus Shield.
𝜏0 − 𝜏𝑐 𝑄 𝛾𝑤 𝑆
𝑞𝑏 = 10
(𝛾𝑠 − 𝛾𝑤 )𝐷𝑠 𝛾𝑠
(Sumber : Analisa Data, 2017)
Keterangan:
𝑞𝑏 = muatan dasar (kg/s/m)
𝜏 = tegangan geser (kg/m²)
Tabel 8 Hasil Perhitungan Tegangan Geser
Segmen Kedua 𝜏𝑐 = tegangan geser kritis (kg/m²)
𝛾𝑠 = berat jenis sedimen (kg/m³)
𝛾𝑤 = berat jenis air (kg/m³)
𝑄 = debit (m³/s)

Tabel 10 Hasil Perhitungan Angkutan


Sedimen Dasar (Bed Load) dengan
Menggunakan Rumus Shield

(Sumber : Analisa Data, 2017)

Tabel 9 Hasil Perhitungan Tegangan Geser


Segmen Ketiga

(Sumber : Analisa Data, 2017)

58
Volume 3 – November 2017 Civil Engineering

Grafik Hubungan Antara Debit (Q) 𝑄𝑏 in > 𝑄𝑏 out, maka terjadi agradasi pada
dengan Debit Sedimen (Qb) dasar saluran antara segmen pertama dan
800 segmen kedua. Untuk hasil selanjutnya
Segmen
700 Pertama dapat dilihat pada tabel berikut.
Debit Sedimen (Q b)

600
500 Tabel 11 Kondisi Dasar Saluran
400 Segmen
300 Ketiga
Segmen
200 Kedua
100
0
35.95 16.19 20.94
Debit Aliran (Q)
(Sumber : Analisa Data, 2017)
Gambar 3 Grafik Hubungan Antara Debit
Aliran dengan Debit Sedimen
(Sumber: Analisa Data, 2017)
Pembahasan

Debit Sedimen Dasar Sungai Wanggu


Dari gambar diatas, menunjukkan 700
603.522
Debit sedimen dasar ((kg/s)/m)

adanya hubungan antara besarnya debit 600


aliran sungai (Q) dengan debit sedimen (𝑄𝑏 ) 500
pada tiap segmen tinjauan. Pada segmen 400
353.260
pertama menunjukkan nilai debit aliran yang 300
lebih besar dari segmen kedua dan segmen 200
114.932
ketiga yang kemudian diiikuti dengan nilai 100
debit sedimennya yang juga lebih besar dari 0
Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3
segmen kedua dan segmen ketiga. Sehingga,
dapat dilihat pada grafik tersebut bahwa
Gambar 4 Grafik Debit Sedimen
semakin besar nilai debit aliran sungai maka
Dasar dengan Metode Shield
semakin besar pula nilai debit sedimennya. (Sumber: Analisa Data, 2017)
Untuk analisa degradasi dan agradasi,
besarnya qb pada ruas segmen pertama Dari gambar diatas, menunjukkan
dianggap sebagai angkutan sedimen masuk besarnya debit sedimen dasar yang terjadi
𝑄𝑏 in, sedangkan pada ruas segmen kedua disetiap segmen tinjauan. Besarnya debit
dianggap sebagai angkutan sedimen keluar sedimen dasar yang terjadi pada segmen
𝑄𝑏 out. Jika 𝑄𝑏 in > 𝑄𝑏 out maka terjadi pertama sebesar 603,552 (kg/s)/m, pada
agradasi, sedangkan jika 𝑄𝑏 in < 𝑄𝑏 out segmen kedua sebesar 114,932 (kg/s)/m dan
maka terjadi degradasi pada dasar pada segmen ketiga sebesar 353,260
salurannya (Suryani, 2011). (kg/s)/m.

Untuk segmen pertama ke segmen kedua :

𝑄𝑏 in = 603,522 kg/s/m

𝑄𝑏 out = 114,932 kg/s/m

59
Volume 3 – November 2017 Civil Engineering

PENUTUP
Kesimpulan
1. Terdapat hubungan antara debit aliran
sungai (Q) dengan debit sedimen (𝑄𝑏 )
dimana peningkatan nilai debit aliran
sungai juga serupa dengan debit sedimen.
Gambar 5 Debit Sedimen Dasar pada Pada setiap segmen diperoleh nilai 𝑄1 =
Setiap Segmen 35,95 m³/s, 𝑄2 = 16,19 m³/s dan 𝑄3 =
(Sumber: Analisa Data, 2017)
20,94 m³/s, dengan nilai 𝑄𝑏1 = 603,522
kg/s/m, 𝑄𝑏2 = 114,932 kg/s/m, dan 𝑄𝑏3 =
Selanjutnya gambar tersebut dihubungkan 353,260 kg/s/m. Debit aliran sungai
dengan tabel berikut. terbesar terjadi pada segmen pertama
begitu pula pada debit sedimennya.
Tabel 12 Proses Perubahan Dasar Sungai
2. Berdasarkan parameter Shield maka
dapat disimpulkan bahwa dasar sungai
pada seluruh titik segmen tinjauan tidak
stabil. Hal ini dikarenakan nilai tegangan
geser dasar (𝜏0 ) > tegangan geser kritis
(Sumber : Analisa Data, 2017) (𝜏𝑐 ) yang mengakibatkan butiran
sedimen dasar pada segmen tinjauan
mengalami pergerakan. Pada setiap
Pada tabel tersebut menjelaskan proses
segmen dengan kedalaman rata-rata 𝑑1 =
perubahan dasar sungai diantara 2 (dua)
2,38 m, 𝑑2 = 1,12 m, 𝑑3 = 1,94 m,
penampang melintang akibat adanya
diperoleh nilai 𝜏01=9,803 kg/m²,
angkutan sedimen sehingga berdasarkan
𝜏02=4,631 kg/m², 𝜏03=8,013 kg/m²
tabel tersebut dapat diketahui proses yang
sedangkan nilai 𝜏𝑐1=0,00789 kg/m²,
terjadi pada segmen tinjauan.
𝜏𝑐2=0,00839 kg/m², 𝜏𝑐3=0,00627 kg/m².

Tabel 13 Proses Perubahan Dasar Sungai Saran


pada Segmen Tinjauan Adapun saran yang dapat penulis
berikan adalah sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian secara
berkelanjutan dalam menganalisis debit
(Sumber : Analisa Data, 2017)
sedimen dasar disungai Wanggu
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat sehingga dapat diketahui perkembangan
diketahui bahwa pada segmen pertama sedimen disungai Wanggu.
kesegmen kedua terjadi agradasi pada dasar 2. Perlunya perhatian serius pemerintah
sungai atau mengalami pengendapan berkaitan dengan kondisi dasar sungai
sedimen dan pada segmen kedua kesegmen (Jembatan Wanggu VII) sehingga tidak
ketiga terjadi degradasi atau penurunan pada menimbulkan dampak bagi jembatan itu
dasar sungai. sendiri, maupun dampak dari transpor
sedimen yang terjadi.

60
Volume 3 – November 2017 Civil Engineering

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Fariza Rubawi dkk, 2017. Analisis Tegangan Geser pada Sudetan Wonosari Sungai
Bengawan Solo. Universitas Sebelas Maret.

Allen JRL. 1985. Principles Of Physical Sedimentology. Experiments in physical


sedimentology. London.

Ikhsan Cahyono. 2007. Pengaruh Variasi Debit Air Terhadap Laju Bed Load pada Saluran
Terbuka dengan Pola Aliran Steady Flow. Surakarta: UNS.

Ikhsani Cahyono, dkk. 2017. Evaluasi Analisis Tegangan Geser pada Daerah Hulu dan Hilir
Sudetan Wonosari Sungai Bengawan Solo. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Mardjikoen, Pragnjono. 1987. Transpor Sedimen. PAU Ilmu Teknik. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.

Mulyanto H R, 2007. Sungai Fungsi dan Sifat –Sifatnya. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Suryani, Dyah Riza. 2011. Perencanaan Perbaikan Tebing Bengawan Solo Hilir Di Desa
Kanor, Bojonegoro. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.

Triatmodjo, Bambang. 2010. Hidraulika II. Yogyakarta: Beta Offset

Wibowo, Hari. 2013. Analisa Perubahan Geometri Penampang Sungai Menggunakan HEC-6
untuk Menaksir Debit Sedimen pada Sungai Citanduy di Jawa Barat. Fakultas Teknik:
Universitas Tanjungpura.

61

Anda mungkin juga menyukai