Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dinding penahan berfungsi sebagai komponen struktur hidrolik atau
cofferdam, yang bertujuan untuk menguatkan terhadap permukaan dinding dan
menahan gerakan. Penahan stabilitas dinding khususnya kekuatan eksternal yang
bekerja pada dinding penahan mempunyai tekanan tanah lateral yang bertindak di
dalam struktur umumnya disebut sebagai gaya aktif, dan sebaliknya tekanan bumi
yang melawan gerakan di depan dinding yang disebut sebagai gaya pasif. Hasil
tekanan hidrostatik dari air tanah di belakang dinding dan air dalam saluran
berguna untuk pengembangan tekanan tanah aktif ,asumsinya bahwa bergeraknya
dinding mengakibatkan geser perlawanan di bawah struktur.
Gaya aktif dan pasif biasanya dihitung berdasarkan metode awalnya
diusulkan oleh rankine dan diubah oleh orang lain. Tkanan biasanya dihitung
dengan menggunakan faktor yang dikembangkan dari tes fisik atau cara empiris.
Tekanan tanah lateral yang dihasilkan dari tanah granular biasanya lebih akurat
daripada yang dihasilkan dari tanah kohesif. Untuk drainase, bahan agregat
biasanya dipilih sebagai pengurukan untuk dinding penahan dengan naik turunnya
panggung aliran, perbedaan ketinggian air di dinding penahan dapat berkembang.
perbedaan elevasi air di dapat dari hasil ketidakseimbangan dalam kekuatan
hidrostatik yang bekerja pada dinding. Kekuatan hidrostatik bekerja pada dasar
dinding untuk mengurangi berat efektif dari struktur, sehingga mengurangi
kemampuan untuk mempertahankan tanah. Pengaturan air tanah diperlukan untuk
mencegah ketidakseimbangan pada elevasi air pada dinding penahan, apabila
tidak ada pengaturan air tanah memungkinkan dapat merusak dinding penahan.
saluran atau lubang sulingan melalui dinding yang harus disediakan yang berguna
untuk mengatur penurunan air tanah yang berada di belakangnya dinding dengan
penurunan air dalam sungai. mengendalikan erosi sangat penting untuk stabilitas
semua dinding penahan, apabila dinding penahan terendam dapat merugian
material yang banyak.
Struktur kontrol aliran dirancang untuk mengurangi kekuatan
hidrodinamika melawan arus dengan mengendalikan arah, kecepatan, atau
kedalaman air yang mengalir. Yang paling penting dari struktur kontrol aliran
adalah derajat permeabilitas. seperti yang digunakan di sini, istilah "permeabel"
berarti bahwa air yang mengalir di dalam tanggul mempunyai aliran yang baik .
struktur kedap hanya dapat membelokkan arus sedangkan struktur permeabel
dapat mengurangi kecepatan aliran. struktur ini terbuat dari riprap, atau diisi
dengan riprap, memiliki beberapa tingkat permeabilitas. Jenis struktur kontrol
aliran termasuk cantelan, panduan tanggul, menghambat, tanggul, dermaga, pagar
baling-baling, bendung tikungan, dan drop structure.
1.2. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan pembahasan dalam laporan ini, penyusun membatasi
bahasan yang disajikan agar pembahasan topic tidak terlalu luas. Adapun batasan-
batasannya adalah sebagai berikut:
1. Topik yang dibahas hanya berkaitan tentang Retardasi Sungai.

1.3. Rumusan Masalah


Persoalan yang diangkat dalam laporan tugas ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemahaman teori tentang Retardasi Sungai?
2. Bagaimana Keunggulan dan Kekurangan Retardasi Sungai?
3. Berikan contoh mengenai Retardasi Sungai?

1.4. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan tugas ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami konsep dalam Retardasi pada Sungai.
2. Mengetahui Keunggulan dan Kerurangan suatu Struktur Aliran Sungai yaitu
Retardasi Sungai.
3. Mengetahui contoh nyata Retardasi pada Sungai
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Retardasi
Retards adalah struktur permeabel rendah berlokasi dekat lereng sungai.
Fungsi retard adalah untuk mengurangi kecepatan di belakang struktur dan
menghilangkan arus sekunder erosi, sehingga mendorong deposisi dan
pertumbuhan vegetasi. Retards paling baik di bangun di aliran sungai yang
membawa beban material besar( bed material load ). Retards yang baik dibangun
dengan ketinggian 1/3 atau 2/3 dari ketinggian tebing sungai.

2.2. Keunggulan dan Kekurangan Retardasi Sungai

 Retards memiliki beberapa keunggulan dibandingkan teknik dasar


kemiringan dasar tepi dan paving dengan batu, yaitu sebagai berikut:
(1) mereka dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi
(2) keselarasan saluran dapat ditingkatkan
(3) mereka biasanya lebih murah dan
(4) sedikit jika ada penilaian tepi yang diperlukan, menyederhanakannya
dengan hak akuisisi jalan dan pembuangan material masalah.

 Retards kurang diinginkan daripada batu paving, hal itu disebabkan oleh
faktor-faktor sebagai berikut :
(1) mereka tidak menawarkan perbaikan secera langsung dalam stabilitas
tepi-lereng
(2) mereka tidak menawarkan pencegahan segera langsung erosi dengan
overbank drainase dan air kembali mengalir
(3) mereka menjadi sasaran kerusakan oleh es, kebakaran, vandalisme, dan
mengalami kerusakan dari elemen alam
(4) dapat mengurangi kapasitas saluran, terutama setelah adanya vegetasi
(5) mengganggu akses lokal ke saluran sungai dan
(6) mungkin tidak menyenangkan secara estetika tempat.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Retardasi


Retards adalah struktur permeabel rendah berlokasi dekat lereng sungai.
Fungsi retard adalah untuk mengurangi kecepatan di belakang struktur dan
menghilangkan arus sekunder erosi, sehingga mendorong deposisi dan
pertumbuhan vegetasi. Retards paling baik di bangun di aliran sungai yang
membawa beban material besar( bed material load ). Retards yang baik dibangun
dengan ketinggian 1/3 atau 2/3 dari ketinggian tebing sungai.

3.2. Contoh Retardasi


3.2.1. Retardasi Pengendali Banjir
Filosofi metode ini adalah mencegat air yang mengalir dari hulu dengan
membuat kolam-kolam retensi (retarding basin) sebelum masuk ke hilir.
Retarding basin dibuat di bagian tengah dan hulu kanan-kiri alur sungai-sungai
yang masuk kawasan yang akan diselamatkan. Contoh implementasi metode
retarding basin adalah penyelesaian banjir di wilayah hilir Sungai Rhine di Eropa.
Untuk mengurangi banjir yang menerjang kota-kota di wilayah Jerman dan
Belanda bagian hilir, dimulailah (integriertes Rheisprogram) dengan membuat
retarding basin-retarding basin di sepanjang Sungai Rhine di bagian tengah dan
hulu, mulai dari kota Karslruhe (di perbatasan Perancis dan Jerman) sampai ke
kota Bassel di perbatasan Jerman, Swiss, dan Austria. Fungsi retarding basin
selain untuk memangkas puncak banjir, juga sebagai penyimpan air untuk
dilepaskan pada saat musim kemarau dan meningkatkan konservasi air tanah
karena selama air tertahan peresapan air terjadi. Dengan adanya cadangan di
retarding basin, pada musim kemarau air dapat dipakai untuk penggelontoran
saluran drainase dan sungai-sungai di daerah hilir.
Retarding basin harus didesain ramah lingkungan, artinya bangunannya
cukup dibuat dengan mengeruk dan melebarkan bantaran sungai, memanfaatkan
sungai mati atau sungai purba yang ada, memanfaatkan cekungan-cekungan, situ,
dan rawa-rawa yang masih ada di sepanjang sungai, dan dengan pengerukan areal
di tepi sungai untuk dijadikan kolam retarding basin. Disarankan, dinding
retarding basin tidak diperkuat dengan pasangan batu atau beton karena selain
harganya amat mahal, juga tidak ramah lingkungan dan kontraproduktif dengan
ekohidraulik bantaran sungai. Tebing-tebing itu cukup diperkuat dengan aneka
tanaman sehingga secara berkelanjutan akan meningkatkan kualitas ekologi dan
konservasi air.
Retarding basin ini dibangun untuk memotong debit puncak banjir Sungai
yang akan menyusur menuju hilir masuk kota-kota penting, seperti Koeln,
Dusseldorf, dan akhirnya Rotterdam. Volume air bah pada puncak banjir akan
disimpan di retarding basin selama banjir berlangsung dan akan dikeluarkan
setelah banjir reda. Retarding basin ini efektif menurunkan banjir yang terjadi di
sepanjang Sungai bagian hilir.

Retarding basin (Kolam retensi) dibagi menjadi 2 macam tergantung dari


bahan pelapis dinding dan dasar kolam, yaitu kolam alami dan kolam buatan.
Kolam alami adalah kolam retensi berbentuk cekungan atau bak resapan
yang sudah terbentuk secara alami dan dapat dimanfaatkan baik pada kondisi
aslinya atau dilakukan penyesuaian.

Kolam buatan atau kolam non alami adalah kolam retensi yang dibuat
sengaja didesain dengan bentuk dan kapasitas tertentu pada lokasi yang telah
direncanakan sebelumnya dengan lapisan material yang kaku, seperti beton.
Untuk merencanakan pembangunan kolam retensi diperlukan analisis
hidrologi untuk menentukan besarnya debit banjir rencana akan berpengaruh
terhadap besarnya debit maksimum maupun kestabilan konstruksi yang akan
dibangun. Kemudian diperlukan data curah hujan untuk rencangan pemanfaatan
air dan rancangan bangunan air adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah
yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu (Sosrodarsono,
1993). Selain data tersebut, debit air kotor juga perlu direncanakan untuk
memastikan jumlah air yang masuk ke dalam kolam retensi yang akan dibangun.
Pada perencanaan curah hujan pada suatu titik tertentu (Sosrodarsono, 1993).
Selain data tersebut, debit air kotor juga perlu direncanakan untuk memastikan
jumlah air yang masuk ke dalam kolam retensi yang akan dibangun. Pada
perencanaan curah hujan pada suatu titik tertentu (Sosrodarsono, 1993). Selain
data tersebut, debit air kotor juga perlu direncanakan untuk memastikan jumlah air
yang masuk ke dalam kolam retensi yang akan dibangun.

3.2.2. Fungsi Retarding Basin (Kolam Retensi)


Kolam retensi berfungsi untuk menyimpan dan menampung air sementara
dari saluran pembuangan sebelum dialirkan ke sungai sehingga puncak banjir
dapat dikurangi. Tingkat pengurangan banjir tergantung pada karakteristik
hidrograf banjir, volume kolam dan dinamika beberapa bangunan outlet. Wilayah
yang digunakan untuk pembuatan kolam penampungan biasanya di daerah yang
rendah. Dengan perencanaan dan pelaksanaan tata guna lahan yang baik, kolam
retensi dapat digunakan sebagai penampungan air hujan sementara dan penyalur
atau distribusi air.
3.2.3. Tipe-Tipe Kolam Retensi
a. Kolam retensi tipe di samping badan sungai

Gambar 1. Kolam retensi tipe di samping badan sungai.


(Sumber: )

Tipe ini memiliki bagian-bagian berupa kolam retensi, pintu inlet,


bangunan pelimpah samping, pintu outlet, jalan akses menuju kolam retensi,
ambang rendah di depan pintu outlet, saringan sampah dan kolam penangkap
sedimen. Kolam retensi jenis ini cocok diterapkan apabila tersedia lahan yang luas
untuk kolam retensi sehingga kapasitasnya bisa optimal. Keunggulan dari tipe ini
adalah tidak mengganggu sistem aliran yang ada, mudah dalam pelaksanaan dan
pemeliharaan.
b. Kolam retensi di dalam badan sungai

Gambar 2. Kolam retensi di dalam badan sungai.


(Sumber: )
Kolam retensi jenis ini memiliki bagian-bagian berupa tanggul keliling,
pintu outlet, bendung, saringan sampah dan kolam sedimen. Tipe ini diterapkan
bila lahan untuk kolam retensi sulit didapat. Kelemahan dari tipe ini adalah
kapasitas kolam yang terbatas, harus menunggu aliran air dari hulu, pelaksanaan
sulit dan pemeliharaan yang mahal.
c. Kolam retensi tipe storage memanjang

Gambar 3. Kolam retensi tipe storage memanjang.


(Sumber: )

Kelengkapan sistem dari kolam retensi tipe ini adalah saluran yang lebar
dan dalam serta cek dam atau bendung setempat. Tipe ini digunakan apabila lahan
tidak tersedia sehingga harus mengoptimalkan saluran drainase yang ada.
Kelemahan dari tipe ini adalah kapasitasnya terbatas, menunggu aliran air yang
ada dan pelaksanaannya lebih sulit. Ukuran ideal suatu kolam retensi adalah
dengan perbandingan panjang/lebar lebih besar dari 2:1. Sedang dua kutub aliran
masuk (inlet) dan keluar (outlet) terletak kira-kira di ujung kolam berbentuk bulat
telor itulah terdapat kedua ”mulut” masuk dan keluarnya (aliran) air. Keuntungan
yang diperoleh adalah bahwa dengan bentuk kolam yang memanjang semacam
itu, ternyata sedimen relatif lebih cepat mengendap dan interaksi antar kehidupan
(proses aktivitas biologis) di dalamnya juga menjadi lebih aktif karena
terbentuknya air yang ’terus bergerak, namun tetap dalam kondisi tenang, pada
saatnya tanaman dapat pula menstabilkan dinding kolam dan mendapat makanan
(nutrient) yang larut dalam air.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan laporan ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Retards adalah struktur permeabel rendah berlokasi dekat lereng sungai.
Fungsi retard adalah untuk mengurangi kecepatan di belakang struktur dan
menghilangkan arus sekunder erosi, sehingga mendorong deposisi dan
pertumbuhan vegetasi. Retards paling baik di bangun di aliran sungai yang
membawa beban material besar( bed material load ). Retards yang baik dibangun
dengan ketinggian 1/3 atau 2/3 dari ketinggian tebing sungai.

4.2. Saran
Dengan diberikannya tugas Rekayasa Sungai ini, dapat lebih memahami
bagaimana aliran sungai dan bangunannya. Tugas ini sangat bermanfaat dan perlu
adanya tugas semacam ini lagi untuk mahasiswa periode selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sosrodarsono Suyono, Masateru Tominaga. (1985). Perbaikan dan Pengaturan


Sungai. Jakarta. Pradnya Paramita.

SUNASPI, RH. 2008. BAB V Perencanaan Penanganan. (online)


http://eprints.undip. ac.id/ 33975/8/1865_CHAPTER_V.pdf . Diakses pada
tanggal 18 September 2017.

-. 2013.Definisi, Permasalahan, dan Karakteristik Sungai di Indonesia. (online)


http://resmakurosaki12.blogspot.com/2013/04/definis-permasalahan-dan-
karakteristik.html. Diakses pada tanggal 18 September 2017.

https://rupaka.wordpress.com/2012/03/19/kolam-retensi/. Diakses pada tanggal 18


September 2017.

http://eprints.polsri.ac.id/1564/3/BAB%20II.pdf. Diakses pada tanggal 18


September 2017.

https://www.slideshare.net/metrosanita/tata-cara-operasional-dan-pemeliharaan-
drainase-perkotaan-bagian-1. Diakses pada tanggal 18 September 2017.

http://driverhutapadang.blogspot.co.id/2013/01/konsep-pengeringan-pada-sistem-
polder.html. Diakses pada tanggal 18 September 2017.

https://bebasbanjir2025.wordpress.com/teknologi-pengendalian-banjir/retarding-
basin/. Diakses pada tanggal 18 September 2017.

Anda mungkin juga menyukai