Anda di halaman 1dari 44

BANGUNAN PENGAMAN SUNGAI

3.3 TANGGUL-TANGGUL KHUSUS

3.3. 1 Umum

Tanggul dibangun dengan menggunakan bahan tanah biasa dengan penampang


standarnya ditetapkan berdasarkan debit banjir rencana serta elevasi rencana dan
pelaksanaannyapun berdasarkan penampang sungai. Diperlukan adanya tanggul khusus, karena
keadaan topografi dan kebutuhab setempat.

3.3.2 Tanggul Musim Panas

Umumnya banjir musim semi jauh lebih besar dari banjir musim panas, karenanya
tanggul pada sungai-sungai di daerah beriklim dingin direncanakannya dasar debit rencana
musim semi. Guna melindungi gangguan pada musim panas di bantaran dibangun tanggul
anakan sejajar tanggul utama, tetapi kemampuan pengamanannya lebih rendah dari tanggul.
Tanggul semacam ini disebut tanggul musim panas. Tanggul dibangun dari bahan tanah biasa
atau dari lempungan dengan bercampur pasir dan biasanya digebal secara penuh menutupi
seluruh permukaan tanggul. Kemiringan lereng tidak mlebihi 1;4-1;5 untuk mencegah tanggul
jebol saat terjadi limpasan.

3.3.3 Tanggul Pasangan

Pada pemukiman sangat padat, pembebanan tanah tanggul sulit dan mahal. Pembuatan
tanggul dengan penampang b standar tidak mungkin dilaksanakan dan biasanya pada ruas
tanggul ini konstruksinya dibuat dari pasangan . Tanggul pasangan dibuat dengan kemiringan
yang curam, mercu yang sempit dan tergantung dari kondisi setempat.

Gambar Tanggul Pasangan


3.3.4 Tanggul Tembok

Pada pemukiman padat kedudukan tanggul sulit dan mahal. Di samping tanggul pasangan
dibuat juga tanggul tembok. Konstruksinya adalah bagian bawah hingga mencapai elevasi banjir
rencana dibuat dari urugan biasa, kemudian bagian atasnya untuk tinggi jagaan dibuat dari
tembok. Bisa juga kombinasi dari tanggul pasangan dan tanggul tembok, yaitu bagian bawah
hingga elevasi banjir rencana dibuat dari pasangan, bagian atasnya untuk tinggi jagaan dibuat
dari tembok beton.

Gambar Tanggul Tembok

3.4 TANGGUL SIRIP

Tanggul sirip dibuat pada sungai-sungai yang sangat lebar untuk menjaga agar alur
sungai tidak berpindah-pindah.

Tanggul sirip dibuat dengan posisi hamper tegak lurus arah arus sungai dan degan mercu
miring ke arah sungai. Tanggul ini juga berfungsi untuk mengurangi daya gerus air sungai pada
kaki tanggul, menampung sementara sebagian volume banjir supaya debit banjir pada bagian
hilir sungai berkurang. Jarak antaranya ditentukan dengan memperhitungkan kekuatan arus
sungai dan luasnya areal yang terdapat pada bantara.

Kemiringan lereng biasanya hampir sama dengan tanggul biasa sekitar 1: 2 dan untuk
bagian tanggul yang lebih dari elevasi banjir rencana harus dilindungi setidak-tidaknya dengan
pasangan batu kosong pada seluruh permukaan tanggul.

Untuk tanggul-tanggul yang lebih tinggi dari elevasi banjir rencana dibangun di mercu
yang miring (1/30 sampai 1/60) dan bertemu di tanggul utama dengan tinggi yang sama.
Permukaan ruas yang rendah di lindungi dengan hamparan batu atau lapisan beton guna
mencegah kerusakan pada saat terjadi limpasan.

Gambar Tanggul Sirip

3.5 TANGGUL PEMISAH

Tanggul pemisah dibangun diantara muara 2 buah sungai yang sangat berdekatan atau
diantara muara anak sungai dengan sungai utamanya, guna menjaga agar muara kedua sungai
atau muara anak sungai tidak mudah berpindah-pindan juga guna lebih menertibkan aliran air
pada masing-masing muara sungai atau anak sungai. Penampang tanggul sama dengan
penampang tangul biasa, tetapi dilengkapi dengan perkuatan pada kedua lereng hingga pada
elevasi yang diperlukan dan perkuatan pada kedua kaki tanggul dengan brojong kawat.

Mercu tanggul biasanya miring ke arah hilir dan pada bagian ujungnya akan tenggelam
pada saat terjadi banjir, sehinga dilindungi dengan hamparan batu atau beton blok bahkan
dibangun dengan urugan batu.
Gambar Tanggul Pemisah

3.6 TANGGUL PENGARAH

Pada saat sungai mengalir ke laut , sangat sering terjadi endapan pasir atau gosong-
gosong pasir laut di mulut muara, mempersempit penampang mulut muara dan menghambat
kelancaran aliran air sungai ke laut.

Pengaturan muara sungai dapat dilaksanakan dengan pembuatan tanggul pengarah pada
salah satu atau kedua sisi muara sungai. Tanggul pengarah berfungsi pula untuk membelokkan
migrasi pasir pantai ke dalam laut yang lebih dalam. Dengan demikian muara sungai akan
terbuka sepanjang tahun.

Gambar Tanggul Pengarah


3.7 PENYADAP BANJIR

Penyadap banjir adalah semacam bangunan pelimpah yang cukup lebar yang berfungsi
sebagai penyadap sebagian debit banjir, pada saat debit bvanjir terlampaui batas tamping sungai.
Penyadap banjir merupakan bagian tanggul utama tetapi elevasi mercunya dibuat lebih rendah
dan seluruh permukaan tanggul serta tepinya diperkuat dengan hamparan batu, hamparan aspal
beton atau hamparan beton bertulang dilengkapi dengan kolam peredam dikaki belakangnya
serta bangunan pelengkap lainnya.

3.8 Tanggul Tepi Danau dan tanggul Sungai

Tinggi kemiringan lereng depan dan bentuk lengkung tembok dari tanggul tepi danau
dapat ditentukan sebagai suatu hasil analisa daroi kondisi serta perilaku permukaan air danau
serta kecepatan angun., tinggi limpasan ombak danau dan frekuensi terjadinya limpasan.tinggi
limpasan omabak dapat ditentukan dari hasil penelitian serta analisa yang didasarkan pada
catatan data arah angina, kecepatan angin dan elevasi permukaan air danau.

Pada muara-muara sungai gelombamg pasang –surut dan ombak biasanya demikian
tingginya dan kadang-kadang dapat melampaui elevasi mercu tanggul. Untuk melindungi
keutuhan tanggul, maka permukaannya diperkuat dengan pelindung beton atau hamparan aspal
beton.
BANGUNAN PENGATURAN SUNGAI

KRIB

Krib adalah bangunan yang di buat mulai dari tebing sungai kearah tengah guna mengatur arah sungai

Dan tujuan utama dari krib adalah :

1.Mengatur arah sungai.

2.mengurangi kecepatan arus sungai sepanjang tebing sungai.mempercepat sedimentasi dan menjamin
keamanan tangul atau tebing sungai terhadap gerusan.

3. Mempertahankan lebar dan kedalaman air pada alur sungai.

4.mengkosentrasikan arus sungai dan memudahkan penyadapan,guna mendapatkan hasil yang optimal
dari perencanaan krib tersebut.

Kerib adalah bangunan di dalam sungai yang berfungsi umtuk mengatur arah pada belokan sungai
sekaligus melindung tebing sungai dari pukulan air.

Tujuan pemasangan krib di sugai adalah untuk dapat mengendalikan arah aliran dan melindungi dasar
dan tebing sungai dari erosi yg disebapkan oleh pukulan air.

Ada 3 tipe kontruksi krib yaitu:

1.krib permeable

2.krib impermeable/krib padat karena air sungai tidak dapat mengalir melalui tubuh krib krib jenis
inidapat dipasang terbenam dan tidak terbenam oleh air kontruksi nya dapat di buat dengan beronjong
kawat,matras dan pasangan batu.
3. krib semi impermeable adalah krib yang berfungsi seperti krib permiabel dan padat dari segi
pemasangan krib semi impermeable dipasang melintang sungai posisinya sejajar arus sungai.

Dankontruksi nya bisa dari beronjong besi dan tiang pancang melintang sunga.

Penempatan/jarak krib tergantung panjang kribdan lebar sungai itu sendiri.

Pada bagian sungai yang mengalami pukulan air secara langsung jarak krib yang berdekatan di buat agak
rapat karena gaya geser arus akan melebar sampai ke tebing sungai.

Dalam penentuan jarak krib kehilangan energy antar dua krib harus lebih kecil dari kehilangan energy
kecpatan,karena pada dasar nya pembuatan krib bertujuan untuk menambah kecepatan pada aliran
sungai agar peroses penglontoran sedimen menjadi lancer.

Berikut adalah analis seperti yg di atas adalah

𝑐^2.ℎ
L<α
2𝑔
Dimana:

L: Jarak antar krib (M)

C:Krib kekasaran chezy

h : kedalama air rata-rata (m)

g : percepatan grapitasi (9,81m/dt^2)

perencanana panjang krib sendiri dilakukan berdasarkan kondisi morfologi sungai,sedimen,debit dan
kondisi sekeliling sungai.

Menentukan atara panjang krib dan lebar sungai umumnya ukurannya lebih kecil dari 10%

Penetapan tingi krib berkisar antara 0.5-1,0 diatas tingi muka air rata-rata.
4.1 Perkuatan Lereng

4.1.1 Umum

Perkuatan lereng (reverments) adalah bangunan yang ditempatkan pada permukaan suatu
lereng guna melindungi suatu tebing alur sungai atau permukaan lereng tanggul dan secara keseluruhan
berperan meningkatkan stabilitas alur sungai atau tubuh tanggul yang dilindunginya.

4.1.2 Klasifikasi dan Knstruksi Perkuatan Lereng

1. klasifikasi berdasarkan lokasi


berdasarka lokasi, perkuatan lereng dapat dibedakan dalam 3 jenis yaitu:
a. perkuatan lereng tanggul
dibangun pada permukaan lereng tanggul guna melindunginya terhadap gerusan arus sungai.
b. Perkuatan lereng sungai
Perkuatan semacam ini diadakan pada tebing alur sungai, guna melindungi tebing tersebut
terhadap gerusan arus sungai dan mencegah proses meander pada alur sungai
c. Perkuatan lereng menerus
Perkuatan ini dibangun pada lereng tanggul dan tebing sungai secara menerus (pada bagian
sungai yang tidak ada bantarannya)
2. Knstruksi perkuatan lereng
a. Pelindung lereng
merupakan bagian utama dari bangunan perkuatan lereng dan dimaksudkan untuk melindungi
permukaan lereng tanggul atau permukaan tebing sungai trhadap gerusan arus sungai.
b. Pondasi dan pelidung kaki
Pondasi adalah semaca konstruksi yang akan berfungsi sebagai landasan tumpuan pelindung
lereng dan penempatan pada kaki tanggul atau kaki tebig sungai.
c. Sambungan
Sambungan dibuat pada setiap jarak 20m perkuatan lereng
d. Konsolidasi
Guna lebih menjamin stabilitas pondasi dan melindunginya terhadap gerusan arus sungai,
maka diatas permukaan dasar sungai di depan pondasi ditempatkan hamparan pelindung atau
konsolidasi pondasi.
e. Pelidung mercu
Perkuatan tebing alur sungai dan perkuatan lereng tanggul yang karena fungsi dan
dimensinya mungkin tenggelam disaat terjadi banjir besar dan agar tidak mengalami
kerusakan-kerusakan diperlukan adanya pelindungpada bagian mercunya.

4.1.3 Perencanaan Perkuatan Lereng

Pada tahapan perencanaan (planning) untuk perkuatan lereng haruslah dipelajari secara
seksama pengaruh-pengaruh arus sungai, proses pergeseran arus sungai, perilaku meander, gerusan
pada belokan-belokan sungai.

1. Proses perubahan alur sungai


Proses perubahan alur sungai dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu perubahan menyeluruh
dan perubahan setempat.
2. Gejala meander
Sepanjang eksistensinya sungai sebagai satu kesatuan senantiasa bergerak, sehingga secara visual
sungai berbelok-belok mengikuti pola-pola tertentu yang disebut meander.
3. Hidrolika pada belokan-belokan sungai
Masalah utama dari proses meander adalah gerusan dan pengendapan pada bagian sungai yang
berbelok-belok, dimana terjadi pengendapan sedimen pada belokan dalam dan gerusan pada
belokan luarnya.
4. Rencana trase perkuatan lereng
Penentuan trase perkuatan lereng ditentukan didasarkan pada karakteristik sungai, terutama yang
berkaitan dengan perilaku meander sungai, serta perubahan-perubahan alur sungai secara lokal
baik vertikal maupun horizontal.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan trase perkuatan lereng adalah sebagai
berikut:
a. Pada hakekatnya penentuan trase perkuatan lereng lebih banyak dilakukan sebagai kegiatan
diatas meja (desk work), tetapi harus dicocokan di lapangan baik untuk meningkatkan
ketelitiannya terhadap bentuk-bentuk meander sungainya maupun untuk mempertimbangkan
hal-hal yang menyangkut pelaksanaannya.
b. Kurva trase perkuatan lereng diusahakan sebesar mungkin mengingat trayektori aliran air
sungai di waktu banjir cenderung lurus.
c. Trase perkuatan lereng ditempatkan sedemikian rupa agar dapat menghindarkan terjadinya
pusaran-pusaran yang tidak tratur.
d. Trase perkuatan tebing alur sungai ditempatkan lebih ke belakang.
e. Pemilihan lokasi untuk bangunan perkuatan lereng, pada hakekatnya biaya konstruksi
perkuatan lereng sangat tinggi. Oleh karna itu penempatannya haruslah dibatasi pada bagian-
bagian sungai yang diperlukan saja.
f. Panjang perkuatan lereng, beberapa faktor yang dominan untuk menentukan panjang
perkuatan lereng adalah karakteristik sungai yag bersangkutan dan kondidi setempat, seperti
bentuk trase perkuatan tebing yang akan dibuat, kemiringan sungai dan besarnya debit
sungai.
g. Tinggi perkuatan lenreng, penetapan elevasi mecu perkuatan lereng tanggul biasanya
disamakan dengan elevasi permukaan banjir rencana.

4.1.4 Desain Perkuatan Lereng


1. Penyebab kerusakan perkuatan lereng dan usaha mengatasinya
a. Penggerusan pondasi perkuatan lereng
Pada tahap-tahap permulaan diawali dengan terjadinya kerusakan-kerusakan pondasi
perkuatan lereng akibat gerusan arus sungai dan selanjutnya kerusakan akan meluas
ke seluruh bagian perkuatan lereng tersebut. Karena itu pada tahapan perencanaannya
yang terpenting adalah alas pondasi harus ditempatkan pada elevasi yang lebih
rendah dari batas gerusan dan selanjutnya baru ditentukan perlu tidaknya dilengkapi
dengan konsolidasi pondasi.
b. Tersedotnya butiran tanah dibelakang perkuatan lereng
Pada lapisan tanah dibelakang perkuatan lereng yang karna tekanan air porinya tidak
dapat mengikuti turunnya permukaan air sungai. Pada tanah-tanah uyang
komposisinya kurang baik maka diperlukan adanya lapisan filter atau selapis tanah
dengan komposisi yang baik yang dapat berfungsi sebagai filter dibelakang perkuatan
lereng yang akan dibuat.
c. Kerusakan pinggir hulu dan pinggir hilir perkuatan lereng
Sangat sering terjadi kerusakan perkuatan lereng yang diawali dari kerusakan kedua
pinggirnya akibat penggerusan arus sungai. Penetapan tempat kedudukan perkuatan
lereng yang baik serta pemilihan bentuk trasenya yang tepat akan sangat mengurangi
gerusan semacam ini.
d. Gerusan pada mercu perkuatan lereng
Khususnya untuk mercu perkuatan tebing yang selalu terbenam saat banjir biasanya
terjadi gerusan. Untuk menghindarinya, maka disisi mrcu tersebut ditambah
perkuatan horizontal selebar maksimum 2m dan selanjutnya pada lokasi yang tinggi
kecepatan arusnya dibelakang tambahan tersebut, perlu didnding dengan hamparan
bronjong kawat, sedangkan pada bagian-bagian yang kecepatan arusnya cukup
diperkuat dengan hamparan batu atau blok beton denga ukuran yang sesuai.
e. Kerusakan pada zone transisi
Pada perkuatan lereng menerus yang disamping melindungi tebing sungai, juga akan
melindungi lereng tanggul yang terdapat diatas tebing tersebut dan kadang-kadang
bahkan dengan kemiringa lereng yang berbeda. Maka diusahakan agar perubahan
kemiringan bagian perkuatan lereng tersebut tidak terlalu drastis.
f. Kerusakan akibat rendahnya ketahanan perkuatan lereng
Pada sungai-sungai yang arusnya deras, sungai-sungai yang lebar, dan pada muara-
muara sungai, perkuatan lereng mudah dirusak akibat tekanan arus yang deras atau
akibat henpasan ombak. Untuk bagian-bagian sungai semacam ini harus diperhatikan
pemilihan yang teliti dalam menentukan konstruksi perkuatan lreng.
g. Kerusakan akibat tekanan tanah atau tekanan air tanah dibelakang perkuatan lereng
Tekanan tanah atau tekanan air tanah harus pula diperhitungkan, terutama untuk
perkuatan lereng dengan keiringan yang curam. Maka konstruksi perkuatan lereng
haruslah pula diuji dari segi mekanika tanah.
2. Desain bagian-bagian perkuatan lereng
a. Penempatan pondasi perkuatan lereng
Penempatan posisi pondasi yang benar akan sangat menentukan stabilitas dan
keamanan bangunan secara keseluruhan.
Untuk menetapkan elevasi alas pondasi atau kedalaman penggalian pondasi pada
umumnya didasarkan pada cara-cara sbb:
- Penempatan elevasi alas pondasi haruslah disesuaikan dengan rencana denah atau
rencana penampang sungai serta memperhatikan kemungkinan terjadinya
penurunan permukaan dasar sungai akibat penggerusan oleh arus sungai disaat
terjadi banjir besar.
- Penentuan elevasi alas pondasi dengan memperhatikan bahan dasar sungai dan
perkiraan arah pergeseran dasar sungai.
b. Kemiringan perkuatan lereng
Kemiringan perkuatan lereng ditetapkan terutama berdasarkan besarnya tekanan
tanah dan tekanan air tanah yang bekerja pada permukaan dinding belakang
perkuatan lereng. Perkuatan lereng akan semakin stabil apabila kemiringannya
semakin landai.
c. Kekasaran permukaan perkuatan lereng
Kecepatan arus didepan permukaan lereng biasanya lebih besar setelah dibangunnya
perkuatan lereng dan daya gerus arus di sekitar perkuatan lereng semakin meningkat.
Dalam keadaan demikian maka penggerusan akan terjadi disebelah hulu perkuatan
lereng dan disebelah hilirnya terjadi pengendapan-pengendapan. Untuk
meningkatkan kekasaran yang memadai biasanya dilakukan dengan memberi
tonjolan-tonjolan dari batu diatas perkuatan permukaan yang terbuat dari beton atau
dengan meningkatkan kekasaran pada prmukaan perkuatan yang terbuat dari
pasangan blok beton.
d. Penyelesaian pinggir perkuatan lereng
Biasanya perkuatan pinggir hulu dan pinggir hilir perkuatan lereng mudah rusak oleh
gerusan arus air. Guna menghindari kerusakan kerusakan tersebut pada kedua
pinggirnya dilakukan pemasangan pelindung pinggir dengan koperan beton atau
pelindung pinggir dengan sekat pancang.
e. Perlindungan mercu perkuatan lereng
Khususnya untuk perkuatan tebing yang ercunya tenggelam diwaktu banjir
diperlukan perlindungan agar tidak rusak oleh gerusan air. Adapun konstruksi
perlindungan tersebut yaitu dengan memeperlebar maksimum 2m mercu tersebut ke
arah samping dan dibuat monolit dengan tubuh perkuatan tebing.
f. Sambungan pada perkuatan lereng
Interval sambungan pada perkuatan lereng sangat bervariasi, tergantung pada macam
dan konstruksi pelindung lerengnya. Interval yang baik untuk suatu sambungan yang
baik adalah 10m untuk konstruksi perkerasan beton, dan 20m-25m untuk konstruksi
blok beton.
3. Pemilihan tipe perkuatan lereng
Pemilihan tipe perkuatan lereng tergantung pada karakteristik sungai yang bersangkutan.
Antara lain tergantung pada dimensi sungai, kecepatan arus airnya, bentuk penampang
lintangnya, kemiringannya, kedalaman airnya, dan jenis tanah yang akan dilindungi.
Beberapa tipe perkuatan lereng yang pernah dibangun dengan hasil yang cukup baik
adalah:
a. Tipe pondasi rendah
Letak pondasi perkuatan lereng jauh dibawah permukaan dasar sungai rencana,
sehingga pelindung lereng harus berada dibawah permukaan dasar sungai rencana
agar dapat bertumpu pada pondasi.
b. Tipe pondasi tinggi
Tipe ini dipergunakan pada sungai-sungai yang sukar dikeringkan, sehingga
pekerjaan penggalian dan pembuatan pondasi perkuatan lereng tidak dapat dikerjakan
dalam keadaan kering. Dalam hal ini pelindung kaki berfungsi sebagai landasan
pondasi dan konstruksi pondasinya terdiri dari turap pancang beton atau baja.
c. Tipe turap pancang baja
Dibandingkan kedua tipe diatas biaya untuk pembuatan tipe turap pancang baja lebih
tinggi, karena tipe ini hanya dipergunakan jika sulit dikerjakan dengan kedua tipe
diatas.
d. Tipe turap papan
Tipe ini dipergunakan untuk sungai yang relatif kecil dan capat dikerjakan dengan
mudah serta biayanya rendah pula tetapi tidak awet. tiang-tiang kayu dipancang
dengan jarak 1m-1,5m dan diantara kedua tiang pancang tersebut dipasang papan dan
selanjutnya ruangan dibelakangnya di urug dengan pasir koral.
e. Tipe turap beton
Konstruksi tipe turap beton sangat mirip dengan konstruksi tipe turap papan, hanya
bahan kayu diganti dengan beton brtulang yang lebih tahan lama.
f. Tipe turap pancang beton
Tipe ini sangat awet dan lebih ekonomis dibandingkan dengan tipe turap pancang
baja. Akan tetapi sangat sulit memancang turap beton dengan kerapatan yang baik
seperti halnya turap pancang baja.
4. Perkuatan lereng darurat atau sementara
Dalam rangka penanggulangan bencana alam, khususnya bencana banjir kadang-kadang
diperlukan adanya pembuatan lereng yang harus selesai dan dapat berfungsi dalam waktu
singkat.
4.1.5 pelindung lereng
1. beberapa jenis pelindung lereng
a. gebalan rumput
gebalan rumput sangat umum dipergunakan sebagai pelindung lereng guna melindungi
lereng tanggul terhadap hempasan air hujan agar tidak terjadi erosi atau longsoran dan
terhadap arus sungai agar tidak terjadi gerusan/gogosan. Gebalan rumput berfungsi pula
sebagai pelindung lereng yang dapat diandalkan.
b. Hamparan anyaman dahan willow
Hamparan anyaman dahan willow cocok untuk sungai yang arusnya tidak deras pada
kemiringan lereng yang lebih landai dari 1:2 dan kekasarannya cukup tinggi pula.
c. Hamparan anayaman ranting berisi batu
Hamparan semacam ini biasanya digunakan pada bagian sungai yang senantiasa terjadi
pukulan air tetapi arusnya tidak deras.
d. Bronjong kawat silinder
Batu kali yang didapat dari sungai atau dapat ditempatkan diatas permukaan lereng yang
akan dilindungi.
e. Blok beton
Fungsinya hampir sama dengan bronjong kawat silinder. Blok beton berbentuk kuadrat
dengan ketebalan ±25cm.
f. Pasangan batu
Pelindung tebing atau lereng dengan pasangan batu biasanya paling murah dibandingkan
jenis pelindung lainnya, apabila pada sungai yang bersangkutan terdapat batu yang
mencukupi.
g. Pasangan blok beton
- Pasangan blok beton permukaan rata
Blok beton tipe ini berbentuk persegi panjang atau kuadrat dan umumnya
permukaannya dibuat sedemikian rupa agar kekasarannya meningkat.
Hal- hal yang perlu diperhatikan pada pemasangan blok beton adalah:
 Kerusakan-kerusakan perkuatan lereng sering kali diawali dengan terjadinya
penurunan pelindung lereng yang terbuat dari blok beton ini.
 Kerusakan-kerusakan perkuatan lereng sering pula diawali dari sambungan-
sambungan yang kurang sempurna.
- Blok beton kenchiishi
Biasanya blok beton tipe ini digunakan untuk pelindung permukaan lereng pada
sungai-sungai yang deras arusnya atau pada lereng-lereng yang kemiringannya
lebih besar dari 1:1,5 adapun bentuknya kadang-kadang kuadrat dengan sisi-
sisinya antara 30-50 atau persegi panjang dengan ukuran (20x40)cm2 –
(30x60)cm2 dan tebalnya antara 30-40cm dan permukaannya dibuat sedemikian
rupa agar mempunyai kekasaran yang tinggi.
h. Perkerasan dengan beton
Perkerasan tipe ini tidak terlalu banyak sambungan seperti halnya pasangan batu atau
pasangan blok beton yang merupakan bagian yang paling lemah. Selain itu bobot setiap
bloknya sangat berat, sehingga stabilitasnya lebih terjamin.

Konsolidasi Pondasi

4.2.1 Umum

Konsolidasi pondasi (foundation consolidation) adalah suatu bangunan yang ditempatkan di depan
bagian atas pondasi atau yang berupa pelindung kaki perkuatan lereng, agar dapat mengurangi
kecepatan arus air di depan perkuatan lereng, mencegah gusuran dasar sungai di depan perkuatan
lereng dan melindungi perkuatan lereng secara keseluruhan.

Mengingat terjadinya kerusakan perkuatan lereng umumnya diawali dari rusaknya pondasi, maka
konsolidasi pondasi, merupakan salah satu bagian perkuatan lereng yang sangat penting guna
mempertahankan stabilitasnya. Karenanya konstruksi dari konsolidasi pondasi haruslah memenuhi
persyaratan sebagai berikut :

1) Blok-blok yang digunakan sebagai konsolidasi pondasi supaya cukup berat, sehingga tidak dapat
dihanyutkan oleh arus air yang terbesar yang mungkin terjadi.

2) Mempunyai flexibilitas yang memadai untuk dapat mengikuti naik/turunya permukaan dasar
sungai.

3) Mempunyai kekasaran yang memadai guna mengurangi kecepatan arus sungai didepanya.

4) Pelaksanaan pembuatanya mudah dan biayanya diusahakan serendah mungkin.

5) Pemeriksaanya mudah dan merupakan bangunan permanen yang cukup awet.

4.2.2 Jenis dan konstruksi konsolidasi pondasi

(1) Lapis lindung batu


Lapis lindung batu (rip-rap) merupakan konstruksi konsolidasi pondasi yang paling sederhana
diantara berbagai jenis konsolidasi pondasi (periksa Gb. 4.43). apabila disekitar lokasi pekerjaan
terdapat bahan batu yang beratnya melebihi berat dari batu dasar sungai.

Gb. 4.43 Lapis lindung batu dan hamparan lindung batu

Maka bahan batu tersebut, dapat digunakan tanpa kekhawatiran akan hanyut dan pelaksanaannya
sangat mudah serta merupakan konstruksi yang mudah dengan flexibilitas yang tinggi dan sangat
awet. Bahan yang digunakan biasanya batu kali yang besar-besar, batu belah dan batu gunung yang
dibelah-belah dalam berbagai bentuk serta berbagai ukuran. Jadi tipe ini dapat diterapkan jika
tersedia bahan batu dengan harga yang rendah.

Pada saat pemasangan lapis – lindung batu, maka batu-batu yang ukuranya besar-besar
ditempatkan pada permukaan, agar dapat melindungi permukaan dasar sungai terhadap gerusan.
Sedangkan batu-batu dengan ukuran yang lebih kecil, di tempatkan pada lapisan yang lebih bawah
dan clah-celah antaranya diisi dengan kerikil sungai.

Selanjutnya paa sungai-sungai yang deras arusnya, pasangan batu kosong dengan ukuran batu-batu
yang cukup besar ditempatkan di depan kaki perkuatan lereng yang berfungsi pua sebagai
konsolidasi pondasi guna mengatur alur sungai.

(2) Matras nyaman ranting

Matras nyaman ranting Willow biasanya digunakan sebagai konsolidasi pondasi pada sungai-sungai
yang tidak deras arusnya dan biaya pembuatannya cukup rendah. Konsolidasi pondasi jenis ini
sangat flexibel dan dengan mudah dapat mengikuti perubahan dasar sungai. Selain itu ranting
pohon tersebut didalam air dapat tenggelam, karena berat jenisnya lebih tinggi dari berat jenis air.
Akan tetapi bahan tersebut tida tahan lama, lebih-lebih apabila tidak selalu terendam air.

Selanjutnya pada sungai-sungai yang arusnya deras, hamparan batu pemberatnya hanyut terbawa
arus sungai dan karenanya tidak cocok untuk sungai semacam ini.
Sebagaimana yang tertera pada Gb. 4.44 konstruksi konsolidasi pondasi tersebut terdiri dari rnting-
ranting, dahan, pagar dan batu pemberat. Haruslah tersedia cukup banyak ranting-ranting yang
panjang, lurus dan kecil diikat dengan kawat (ɸ 12 mm) atau rami masing-masing dengan jarak
ikatan 15cm membentukan gulungan-gulungan brdiameter 15cm disusun sedemikian, sehingga
ujung ranting berdekatan dengan pangkal ranting berikutnya.

Sebelum pemasangan matras anyaman ranting dibuat kisi-kisi ranting dengan jarak antara 1m, tiap
pertemuan diikat kuat pada baris kisi pertama dan kedua dengan rami atau kawat ɸ 12 mm yang
disebut kisi-kisi dasar. Diatas kisi-kisi dasar ini diletakkan tiga lapis dahan yang tebalnya masing-
masing 15 cm, dengan posisi melintang dan memanjang.selanjutnya kisi-kisi di atas ditempatkan di
atas lapisan dahan dan kedua kisi-kisi diikat kuat dengan tali rami. Patok-patok kecil ditancapkan
sedalam 50 cm kedalam anyaman ranting pada sudut sisi baris pertama dan kedua. Ujung atas
patok2 tersebut harus muncul 15 – 20 cm dan dengan menggunakan ranting dibuatkan pagar
anyaman pada bagian patok yang muncul tersebut setinggi 15 cm. Selanjutnya batu pecah atau
kerikil sebanyak

4.2 konsolidasi pondasi

20-40 kg dituang di atas anyaman yang telah berpagar tersebut dan dtambah dengan kerikil kasar
sebagai pengisi celah2 batu (periksa tabel 4.16).

Walaupun matras anyaman ranting dapat dikerjakan dalam keadaan kering, tetapi biasanya
dikerjakan diatas permukaan air yang kemudian ditenggelamkan. Untuk ini matras dibuat diatas
balok-balok kayu yang melintang yang ujung-ujungnya disangga oleh 2 buah ponton perancah.

Setelah matras ranting selesai dibuat, maka balok-balok kayu ditarik dan matras mengapung diatas
air. Selanjutnya setelah posisinya tepat, maka bagian-bagian matras ditenggelamkan dengan
diberati batu yang ditempatkan di atasnya.

Jumlah lapisan anyaman tergantung dari keadaan lokasi pekerjaan. Untuk sungai-sungai yang
dasarnya digali dan dalam, maka dipasang matras.

(3) Matras anyaman ranting lapis tunggal


Matras jenis ini mempunyai konstruksi yang lebih sederhana. Dalam haal ini satu atau dua lapisan
dahan di tempatkan diatas kisi dasar, patok-patok ditancapkan tanpa kisi atas, agar dibuat dan
selanjutnya batu pecah sebagai pemberat dituang di atas lapisan tersebut.tebal setiap lapisan
adalah sekitar 0.5 - 0.6 m dan biasanya dipergunakan pada sungai-sungai yang dangkal.

(4) Matras balok kayu

Konsolidasi pondasi jenis matras balok kayu (log matress) dipergunakan pada sungai-sungai yang
arusnya deras. Disamping untuk konsolidasi pondasi matras jenis ini dapat dipergunakan pula
sebagai bangunan sadap atau sebagai bendung konsolidasi.

Konstruksi matras balok kayu trdiri dari bahan-bahan kayu yang panjangnya ± 2.4 m dengan ɸ 12 -
15 cm. Kisi – kisi ini ditumpuk dalam beberapa lapis diperkuat dengan angker baja ɸ mm, panjang 12
cm yang dipasang pada dua lapis yang berurutan. Kisi-kisi bujur sangkar ini disambung-sambung
dengan kisi-kisi lainnya hingga menvcapai ukuran-ukuran panjang dan lebar yang diinginkan.

5.Matras balok beton

Pada matras balok beton (concrete rod matterss) .maka dolos kayu pada matras balok kayu di ganti
dengan balok beton beton bertulang,guna meningkatkan keawetannya.

Konstruksi matras balok persis sama dengan konsruksi matras balok kayu.Ukuran balok yang
digunakan adalah panjang 2,5 mdan sisi penampang 12-15 cm.Dibandingkan dengan matras kayu
,matras ini jenis lebih mahal,tetapi sering di gunakan karena keawetannya

6.Blokbeton

Konsolidasi pondasi jenis blok beton (concrete block consolidation of foundation)biasanya dengan
cara pengecoran setempat dan satu dengan lainnya dirangkai dengan kawat baja ,sehingga
merupakan satu kesetuan (merupkan hamparan)yang flexible dan dapat mengikuti perubahan
permukaan dasar sungai serta mencegah hanyut terbawa arus sungai.jenis ini biasanya digunakan
pada sungai sungai dengan arus yang deras.

Berbagai bentuk bentuk khusus serta cara –cara pemasangannya telah dikembangkan disesuaikan
dengan berbagai kondisi sungai yang di samping fungsi utamanya sebagai konsolidasi pondasi,juga
dapat berfungsi sebagai peredam energi yang terdapat pada arus sungai ,yang berarti akan
mengurangi daya gerus air pada lokasi tersebut.Selain itu harus pula diperhatikan ,bahwa
pengecoran setempat hanya dapat dilaksanakan ,apabila lokasi pekerjaandapat di keringkan.

Beberapa type blok yang sangat umum digunakan adalah type salib (cross type).tipebentuk y(y-
shape)dan tipe bentuk h(H-shape type)

a. Tipe salib

Blok beton tipe salib satu dengan lainnya di hubungkan pada 4 tempat,yaitu pada ujung-ujungnya
dengan kawat baja sehingga setiap blok mempunyai flexibiltas untuk bergerak pada setiap
jurusan,guna mengikuti penurunan permukaan dasarsungai dan mempunyai kontak yang baik
dengan permukaan dasar sungai tersebut.Selain itu terdapat celah-celah kosong yang cukup banyak
di antara blok-blok tersebut ,sehingga bahan beton yang di perlukan lebih sedikit.

b. Type bentuk y

Blok bentuk type ini dapat saling mengunci tanpa diperlukan kawat baja perangkai

c. Type bentuk H

Seperti halnya type bentuk y tipe ini juga dapat saling mengunci dan pembuatannya dapat dilakukan
dengan pengecoran setempat.

7.Blok beton pracetak

Blok beton pracetak ini ada kalanya ditempatkan secara beratur dan terdiri dari beberapa lapis
,tetapi ada kalanya hanya di tempatkan secara tidak beraturan tergantung kondisi lokasi pekerjaan.

Keuntungan dari blok blok beton pracetak ini dapat dibuat secara massal di pabrik beton dengan
cetakan dari baja yang dapat digunakan berulang kali .Tetapi di bandingkan dengan jenis blok beton
sebelumnya,harga pembuatan konsolidasi pondasi jenis ini sangat mahal

Berbagai jenis blok beton pracetak telah di kembangkan ,tetapi efeknya ,cara pengerjaannya
dan harga nya hamper sama .Tergantung dari kondisi setempat beberapa dari jenis tersebut cocok
untuk penimbunan secara sembarangan.,tetapi beberapa lainnya lebih cocok apabila dipasang lapis
demi lapis secara teratur
a.Metode pemasangan konsolidasi pondasi blok beton pracetak

blok beton pracetak dapat di timbun secara tidak beraturan atau dipasang secara teratur lapis demi
lapis .Blok beton pracetak yang dipasang secara tratur masing-masing blok di tempatkan sedemikan
rupa dan karenanya bentuk telah di buat hingga dapat saling mengunci satu dengan lainnya dan
terdiri satu sampai tiga lapis tergantung kebutuhan yang telah ditetapkan sebelumnya Untuk jenis
blok-blok yang pemasangannya sembarangan,maka blok-blok tersebut hanya di timbun secara tidak
beraturan hingga mencapai ketebalan tertentu.

b.Bobot blok beton pracetak

Mengingat fungsi konsolidasi pondasi adalah melindungi pondasi perkuatan lereng terhadap
gerusan arus sungai di waktu terjadi banjir ,maka blok-blok beton tersebut haruslah di buat cukup
berat,agar tidak hanyut oleh arus banjir yang besar mungkinterjadi.Dengan demikian masing masing
blok haruslah mempunyai berat yang memadai ,agar dapat bertahan terhadap gaya-gaya arus
sungai di saat terjadinya banjir pada lokasi tersebut .Pada hakekatnya berat setiap blok di tentukan
oleh gaya dorong arus sungai ,tetapi pada lokasi yang arusnya deras biasanya diperlukan blok-blok
beton yanglebih berat.

Pemilihan Tipe Konsolidasi Pondasi

Tipe konsolidasi pondasi secara umum dapat dibedakan dalam 4 macam yaitu

1. Tipe pelindung batu:hamparan lindung dan lapis lindung

2. Tipe rangka :matras ranting ,matras ranting lapis tunggal ,matras kayu dan matrasbeton

3. Tipe blok beton :blok beton tipe salib ,tipe bentuk y,tipe bentuk hdan blok beton pracetak.

4. Tipe tiang pancang(lihat pembahasan tentang krib –krib)Tiang pancang tunggal tiang pancang
parallel ,tiang pancang sembarangan

Dalam proses penentuan tipe yang akan di ambil untuk konstruksi konsolidasi pondasi haruslah
dengan mengdakan perbandingan dari beberapa tipe.

Desain Konsolidasi Pondasi


Dalam penyiapan desain konsolidasi pondasi haruslah di perhatikan hal-hal sebagai berikut

 Elevasi mercu konsolidasi pondasi

Konsoldasi pondasi bahan utamanya terdiri dari kayu seperti matras ranting ,matras kayu,haruslah
selalu terbenam dalam air,agar lebih awet .Jadi elevasi mercu haruslah serendah mungkin dan
biasanya lebih rendah dari elevasi rata-rata muka air rendah .

Tetapi elevasi terendah dari mercu konsoldasi pondasi pada umumnya lebih tinggi dari elevasi
permukaan dasar sungai terdiri dari dua tipe

a.Tipe standar

Sebagai tipe standar yang telah banyak digunakan pada berbagai sungai adalah tipe perkuatan
lereng dengan pondasi rendah,dibawah elevasi terendah dasar sungai

b. Tipe Kombinasi

Tipe kombinasi (combination type)biasanya diterapkan untuk sungai-sungai yang airnya cukup
dalam dan pengeringannya tidak ekenomis.tipe kombinasi merupakan tipe standar yang dilengkapi
dengan konsoldasi pondasi berupa timbunan batu/blok-blok beton yang cukup berat di depan
pondasi perkuatan lereng ,agar tidak dapat dihanyutkan oleh arus sungai dan sekaligus melindungi
pondasi terhadap gerusan arus sungai.

c. Tipe tirai tegak

Tipe tirai tegak (self standing type) seperti halnya perkuatan lereng tipe turap pancang atau
pelindung kaki perkuatan lereng jenis-jenis dinding papan dan tiang pancang urugan maka tipe tirai
tegak berfungsi hanya sebagai pelindung kaki perkuatan lereng
5.Perkuatan Lereng Turap Pancang

Perkuatan lereng turap pancang(sheff pile revetment)merukan tipe yang paling mahal
dibandingakan dengan tipe tipe lainnya .jadi tipe ini di gunakan hanya sebagai alternative terakhir
apabila tipe tipe lainnya sulit di terapkan ,sebagaimana uraian di bawah

 Pada lokasi yang airnya cukup dalam ,sehingga pengeringannya membutuhkan biaya
yang sangat besar atau bahkan tidak mungkin sama sekali di keringkan.

 Terjadinya menurunnya dasar sungai yang melampaui dasar pondasi yang sudah
ada,sehingga membahayakan stabilitas perkuatan lereng secara keseluruhan dan untuk
mempebesar penampang basah sungai dan memperdalam dasar sungai atau untuk
menambah kekutan pondasi yang sudah ada.

 Pada lokasi yang padat penduduknya sehingga peningkatan penampang lintang sungai
dapat dilakukan hanya dengan perkuatan lereng tipe turap pancang atau apabila
pengunduran tanggul akan mengakibatkan pembiayaan yang terlalu mahal.

Konsolidasi Pondasi

4.2.1 Umum

Konsolidasi pondasi (foundation consolidation) adalah suatu bangunan yang ditempatkan


di depan bagian atas pondasi atau yang berupa pelindung kaki perkuatan lereng, agar dapat
mengurangi kecepatan arus air di depan perkuatan lereng, mencegah gusuran dasar sungai di
depan perkuatan lereng dan melindungi perkuatan lereng secara keseluruhan.

Mengingat terjadinya kerusakan perkuatan lereng umumnya diawali dari rusaknya


pondasi, maka konsolidasi pondasi, merupakan salah satu bagian perkuatan lereng yang sangat
penting guna mempertahankan stabilitasnya. Karenanya konstruksi dari konsolidasi pondasi
haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

6) Blok-blok yang digunakan sebagai konsolidasi pondasi supaya cukup berat, sehingga
tidak dapat dihanyutkan oleh arus air yang terbesar yang mungkin terjadi.
7) Mempunyai flexibilitas yang memadai untuk dapat mengikuti naik/turunya permukaan
dasar sungai.
8) Mempunyai kekasaran yang memadai guna mengurangi kecepatan arus sungai
didepanya.
9) Pelaksanaan pembuatanya mudah dan biayanya diusahakan serendah mungkin.
10) Pemeriksaanya mudah dan merupakan bangunan permanen yang cukup awet.

4.2.2 Jenis dan konstruksi konsolidasi pondasi

(5)Lapis lindung batu


Lapis lindung batu (rip-rap) merupakan konstruksi konsolidasi pondasi yang paling
sederhana diantara berbagai jenis konsolidasi pondasi (periksa Gb. 4.43). apabila disekitar lokasi
pekerjaan terdapat bahan batu yang beratnya melebihi berat dari batu dasar sungai.

Gb. 4.43 Lapis lindung batu dan hamparan lindung batu

Maka bahan batu tersebut, dapat digunakan tanpa kekhawatiran akan hanyut dan pelaksanaannya
sangat mudah serta merupakan konstruksi yang mudah dengan flexibilitas yang tinggi dan sangat
awet. Bahan yang digunakan biasanya batu kali yang besar-besar, batu belah dan batu gunung
yang dibelah-belah dalam berbagai bentuk serta berbagai ukuran. Jadi tipe ini dapat diterapkan
jika tersedia bahan batu dengan harga yang rendah.

Pada saat pemasangan lapis – lindung batu, maka batu-batu yang ukuranya besar-besar
ditempatkan pada permukaan, agar dapat melindungi permukaan dasar sungai terhadap gerusan.
Sedangkan batu-batu dengan ukuran yang lebih kecil, di tempatkan pada lapisan yang lebih
bawah dan clah-celah antaranya diisi dengan kerikil sungai.
Selanjutnya paa sungai-sungai yang deras arusnya, pasangan batu kosong dengan ukuran
batu-batu yang cukup besar ditempatkan di depan kaki perkuatan lereng yang berfungsi pua
sebagai konsolidasi pondasi guna mengatur alur sungai.

(6)Matras nyaman ranting

Matras nyaman ranting Willow biasanya digunakan sebagai konsolidasi pondasi pada
sungai-sungai yang tidak deras arusnya dan biaya pembuatannya cukup rendah. Konsolidasi
pondasi jenis ini sangat flexibel dan dengan mudah dapat mengikuti perubahan dasar sungai.
Selain itu ranting pohon tersebut didalam air dapat tenggelam, karena berat jenisnya lebih tinggi
dari berat jenis air. Akan tetapi bahan tersebut tida tahan lama, lebih-lebih apabila tidak selalu
terendam air.

Selanjutnya pada sungai-sungai yang arusnya deras, hamparan batu pemberatnya hanyut
terbawa arus sungai dan karenanya tidak cocok untuk sungai semacam ini.

Sebagaimana yang tertera pada Gb. 4.44 konstruksi konsolidasi pondasi tersebut terdiri
dari rnting-ranting, dahan, pagar dan batu pemberat. Haruslah tersedia cukup banyak ranting-
ranting yang panjang, lurus dan kecil diikat dengan kawat (ɸ 12 mm) atau rami masing-masing
dengan jarak ikatan 15cm membentukan gulungan-gulungan brdiameter 15cm disusun
sedemikian, sehingga ujung ranting berdekatan dengan pangkal ranting berikutnya.

Sebelum pemasangan matras anyaman ranting dibuat kisi-kisi ranting dengan jarak antara
1m, tiap pertemuan diikat kuat pada baris kisi pertama dan kedua dengan rami atau kawat ɸ 12
mm yang disebut kisi-kisi dasar. Diatas kisi-kisi dasar ini diletakkan tiga lapis dahan yang
tebalnya masing-masing 15 cm, dengan posisi melintang dan memanjang.selanjutnya kisi-kisi di
atas ditempatkan di atas lapisan dahan dan kedua kisi-kisi diikat kuat dengan tali rami. Patok-
patok kecil ditancapkan sedalam 50 cm kedalam anyaman ranting pada sudut sisi baris pertama
dan kedua. Ujung atas patok2 tersebut harus muncul 15 – 20 cm dan dengan menggunakan
ranting dibuatkan pagar anyaman pada bagian patok yang muncul tersebut setinggi 15 cm.
Selanjutnya batu pecah atau kerikil sebanyak
4.2 konsolidasi pondasi

20-40 kg dituang di atas anyaman yang telah berpagar tersebut dan dtambah dengan kerikil kasar
sebagai pengisi celah2 batu (periksa tabel 4.16).

Walaupun matras anyaman ranting dapat dikerjakan dalam keadaan kering, tetapi
biasanya dikerjakan diatas permukaan air yang kemudian ditenggelamkan. Untuk ini matras
dibuat diatas balok-balok kayu yang melintang yang ujung-ujungnya disangga oleh 2 buah
ponton perancah.

Setelah matras ranting selesai dibuat, maka balok-balok kayu ditarik dan matras
mengapung diatas air. Selanjutnya setelah posisinya tepat, maka bagian-bagian matras
ditenggelamkan dengan diberati batu yang ditempatkan di atasnya.

Jumlah lapisan anyaman tergantung dari keadaan lokasi pekerjaan. Untuk sungai-sungai
yang dasarnya digali dan dalam, maka dipasang matras.

(7)Matras anyaman ranting lapis tunggal


Matras jenis ini mempunyai konstruksi yang lebih sederhana. Dalam haal ini satu atau dua
lapisan dahan di tempatkan diatas kisi dasar, patok-patok ditancapkan tanpa kisi atas, agar dibuat
dan selanjutnya batu pecah sebagai pemberat dituang di atas lapisan tersebut.tebal setiap lapisan
adalah sekitar 0.5 - 0.6 m dan biasanya dipergunakan pada sungai-sungai yang dangkal.
(8)Matras balok kayu
Konsolidasi pondasi jenis matras balok kayu (log matress) dipergunakan pada sungai-
sungai yang arusnya deras. Disamping untuk konsolidasi pondasi matras jenis ini dapat
dipergunakan pula sebagai bangunan sadap atau sebagai bendung konsolidasi.
Konstruksi matras balok kayu trdiri dari bahan-bahan kayu yang panjangnya ± 2.4 m
dengan ɸ 12 -15 cm. Kisi – kisi ini ditumpuk dalam beberapa lapis diperkuat dengan angker baja
ɸ mm, panjang 12 cm yang dipasang pada dua lapis yang berurutan. Kisi-kisi bujur sangkar ini
disambung-sambung dengan kisi-kisi lainnya hingga menvcapai ukuran-ukuran panjang dan
lebar yang diinginkan.

5.Matras balok beton


Pada matras balok beton (concrete rod matterss) .maka dolos kayu pada matras balok kayu di
ganti dengan balok beton beton bertulang,guna meningkatkan keawetannya.

Konstruksi matras balok persis sama dengan konsruksi matras balok kayu.Ukuran balok yang
digunakan adalah panjang 2,5 mdan sisi penampang 12-15 cm.Dibandingkan dengan matras
kayu ,matras ini jenis lebih mahal,tetapi sering di gunakan karena keawetannya

6.Blokbeton

Konsolidasi pondasi jenis blok beton (concrete block consolidation of foundation)biasanya


dengan cara pengecoran setempat dan satu dengan lainnya dirangkai dengan kawat baja
,sehingga merupakan satu kesetuan (merupkan hamparan)yang flexible dan dapat mengikuti
perubahan permukaan dasar sungai serta mencegah hanyut terbawa arus sungai.jenis ini biasanya
digunakan pada sungai sungai dengan arus yang deras.

Berbagai bentuk bentuk khusus serta cara –cara pemasangannya telah dikembangkan disesuaikan
dengan berbagai kondisi sungai yang di samping fungsi utamanya sebagai konsolidasi
pondasi,juga dapat berfungsi sebagai peredam energi yang terdapat pada arus sungai ,yang
berarti akan mengurangi daya gerus air pada lokasi tersebut.Selain itu harus pula diperhatikan
,bahwa pengecoran setempat hanya dapat dilaksanakan ,apabila lokasi pekerjaandapat di
keringkan.

Beberapa type blok yang sangat umum digunakan adalah type salib (cross type).tipebentuk y(y-
shape)dan tipe bentuk h(H-shape type)

d. Tipe salib
Blok beton tipe salib satu dengan lainnya di hubungkan pada 4 tempat,yaitu pada ujung-
ujungnya dengan kawat baja sehingga setiap blok mempunyai flexibiltas untuk bergerak
pada setiap jurusan,guna mengikuti penurunan permukaan dasarsungai dan mempunyai
kontak yang baik dengan permukaan dasar sungai tersebut.Selain itu terdapat celah-celah
kosong yang cukup banyak di antara blok-blok tersebut ,sehingga bahan beton yang di
perlukan lebih sedikit.
e. Type bentuk y
Blok bentuk type ini dapat saling mengunci tanpa diperlukan kawat baja perangkai
f. Type bentuk H
Seperti halnya type bentuk y tipe ini juga dapat saling mengunci dan pembuatannya dapat
dilakukan dengan pengecoran setempat.

7.Blok beton pracetak


Blok beton pracetak ini ada kalanya ditempatkan secara beratur dan terdiri dari beberapa
lapis ,tetapi ada kalanya hanya di tempatkan secara tidak beraturan tergantung kondisi
lokasi pekerjaan.
Keuntungan dari blok blok beton pracetak ini dapat dibuat secara massal di pabrik
beton dengan cetakan dari baja yang dapat digunakan berulang kali .Tetapi di bandingkan
dengan jenis blok beton sebelumnya,harga pembuatan konsolidasi pondasi jenis ini
sangat mahal
Berbagai jenis blok beton pracetak telah di kembangkan ,tetapi efeknya ,cara
pengerjaannya dan harga nya hamper sama .Tergantung dari kondisi setempat beberapa
dari jenis tersebut cocok untuk penimbunan secara sembarangan.,tetapi beberapa lainnya
lebih cocok apabila dipasang lapis demi lapis secara teratur
a.Metode pemasangan konsolidasi pondasi blok beton pracetak
blok beton pracetak dapat di timbun secara tidak beraturan atau dipasang secara teratur
lapis demi lapis .Blok beton pracetak yang dipasang secara tratur masing-masing blok di
tempatkan sedemikan rupa dan karenanya bentuk telah di buat hingga dapat saling
mengunci satu dengan lainnya dan terdiri satu sampai tiga lapis tergantung kebutuhan
yang telah ditetapkan sebelumnya Untuk jenis blok-blok yang pemasangannya
sembarangan,maka blok-blok tersebut hanya di timbun secara tidak beraturan hingga
mencapai ketebalan tertentu.

b.Bobot blok beton pracetak

Mengingat fungsi konsolidasi pondasi adalah melindungi pondasi perkuatan lereng terhadap
gerusan arus sungai di waktu terjadi banjir ,maka blok-blok beton tersebut haruslah di buat
cukup berat,agar tidak hanyut oleh arus banjir yang besar mungkinterjadi.Dengan demikian
masing masing blok haruslah mempunyai berat yang memadai ,agar dapat bertahan terhadap
gaya-gaya arus sungai di saat terjadinya banjir pada lokasi tersebut .Pada hakekatnya berat setiap
blok di tentukan oleh gaya dorong arus sungai ,tetapi pada lokasi yang arusnya deras biasanya
diperlukan blok-blok beton yanglebih berat.

Pemilihan Tipe Konsolidasi Pondasi

Tipe konsolidasi pondasi secara umum dapat dibedakan dalam 4 macam yaitu

5. Tipe pelindung batu:hamparan lindung dan lapis lindung


6. Tipe rangka :matras ranting ,matras ranting lapis tunggal ,matras kayu dan matrasbeton
7. Tipe blok beton :blok beton tipe salib ,tipe bentuk y,tipe bentuk hdan blok beton
pracetak.
8. Tipe tiang pancang(lihat pembahasan tentang krib –krib)Tiang pancang tunggal tiang
pancang parallel ,tiang pancang sembarangan
Dalam proses penentuan tipe yang akan di ambil untuk konstruksi konsolidasi pondasi
haruslah dengan mengdakan perbandingan dari beberapa tipe.

Desain Konsolidasi Pondasi


Dalam penyiapan desain konsolidasi pondasi haruslah di perhatikan hal-hal sebagai
berikut
 Elevasi mercu konsolidasi pondasi
Konsoldasi pondasi bahan utamanya terdiri dari kayu seperti matras ranting
,matras kayu,haruslah selalu terbenam dalam air,agar lebih awet .Jadi elevasi
mercu haruslah serendah mungkin dan biasanya lebih rendah dari elevasi rata-rata
muka air rendah .

Tetapi elevasi terendah dari mercu konsoldasi pondasi pada umumnya lebih tinggi
dari elevasi permukaan dasar sungai terdiri dari dua tipe

a.Tipe standar
Sebagai tipe standar yang telah banyak digunakan pada berbagai sungai adalah
tipe perkuatan lereng dengan pondasi rendah,dibawah elevasi terendah dasar
sungai

b. Tipe Kombinasi
Tipe kombinasi (combination type)biasanya diterapkan untuk sungai-sungai yang
airnya cukup dalam dan pengeringannya tidak ekenomis.tipe kombinasi
merupakan tipe standar yang dilengkapi dengan konsoldasi pondasi berupa
timbunan batu/blok-blok beton yang cukup berat di depan pondasi perkuatan
lereng ,agar tidak dapat dihanyutkan oleh arus sungai dan sekaligus melindungi
pondasi terhadap gerusan arus sungai.

c. Tipe tirai tegak


Tipe tirai tegak (self standing type) seperti halnya perkuatan lereng tipe turap
pancang atau pelindung kaki perkuatan lereng jenis-jenis dinding papan dan tiang
pancang urugan maka tipe tirai tegak berfungsi hanya sebagai pelindung kaki
perkuatan lereng

5.Perkuatan Lereng Turap Pancang


Perkuatan lereng turap pancang(sheff pile revetment)merukan tipe yang paling
mahal dibandingakan dengan tipe tipe lainnya .jadi tipe ini di gunakan hanya
sebagai alternative terakhir apabila tipe tipe lainnya sulit di terapkan
,sebagaimana uraian di bawah

 Pada lokasi yang airnya cukup dalam ,sehingga pengeringannya membutuhkan


biaya yang sangat besar atau bahkan tidak mungkin sama sekali di keringkan.
 Terjadinya menurunnya dasar sungai yang melampaui dasar pondasi yang sudah
ada,sehingga membahayakan stabilitas perkuatan lereng secara keseluruhan dan
untuk mempebesar penampang basah sungai dan memperdalam dasar sungai atau
untuk menambah kekutan pondasi yang sudah ada.
 Pada lokasi yang padat penduduknya sehingga peningkatan penampang lintang
sungai dapat dilakukan hanya dengan perkuatan lereng tipe turap pancang atau
apabila pengunduran tanggul akan mengakibatkan pembiayaan yang terlalu
mahal.

4.1 AMBANG
4.4.1 Umum

Ambang atau drempel (ground sill) yang dibangun menyilang sungai untuk menjaga agar
dasar sungai tidak turun terlalu berlebihan. Penurunan yang terlalu berlebihan tersebut antara lain
disebabkan oleh berkurangnya suplai sedimen dari sebelah hulu karena dibangunnya suatu bendungan
atau check dam atau oleh penambangan bahan-bahan pasir/battu berlebihsn dari sungai yang
bersangkutan dan hal-hal tersebut di waktu banjir akan membahayakan atau akan menyebabkan
rusaknya/hancurnya pondasi perkuatan lereng atau pilar-pilar jembatan dan bahkan tergerusnya dasar
sungai serta hancurnya tanggul-tanggul pada lokasi tersebut.

Dalam keadaan seperti hal-hal tersebut di atas, maka kemungkinan diperlikan adanya ambang guna
menstabilkan dasar sungai agar tidak menurunkan air secara berlabihan.

4.4.2 Tipe dan bentuk ambang

Paling tidak terdapat 2 tipe umum ambang, yaitu ambang datar (bed gindle work) dan
ambang pelimpah (head work). Ambang datar hampir tidak mempunyai terjunan dan elevasi mercunya
hampir sama dengan permukaan dasar sungai dan berfungsi untuk menjaga agar permukaan dasar
sungai tidak turun lagi. Sedangkan ambang pelimpah mempunyai terjunan, sehingga elevasi permukaan
dasar sungai di sebelah hulu ambang lebih tinggi dari elevasi permukaan dasar sungai di sebelah hilirnya
dan tujuannya adalah untuk lebih melandaikan kemiringan dasar sungai.
4.4.3 Desain ambang

Sebagaimana telah diuraikan di atas, tujuan pembangunan ambang adalah untuk


mencegah gerusan dasar sungai dengan cara lebih melandaikan kemiringan dasarnya guna mengurangi
gaya tarik alirannnya.

1. Tinggi ambang
Sebelum ambang di bangun pada suatu sungai yang dasarnya turun secara terus menerus
atau diperkirakan akan turun, maka jumlah sedimen yang akan melintasi lokasi calon ambang
haruslah di ukur atau diperkirakan berdasarkan kondisi-kondisi hidrolika sungai dan endapan
dasar sungai dengan perhitungan teoritis, guna memperkirakan besarnya penurunan dasar
sungai tersebut di masa yang akan dating. Selanjutnya lokasi, tinggi dan jarak antar ambang
dapat ditetapkan secara perkiraan dan dihitung dengan metode coba-banding dan akhirnya
akan diperoleh suatu kemiringan seimbang teoritis dasar sungai yang bersangkutan.
Guna mencegah terjadinya gerusan yang membahayakan, baik terhadap stabilitas ambang
maupun stabilitas sungai yang akan ditangani, khususnya pada sungai-sungai aluvial, ambang
tersebut umumnya dibangun dengan ketinggian tidak lebih dari 2m.
Apabila ambang-ambang dibangun pada sungai secara menerus, maka lokasi, tinggi dan
jumlah ambang ditetapkan berdasarkan profil memanjang sungai seimbang teoritis dengan
formula sbb.
(1) Untuk sungai yng sempit
l=(l/n – l/m)h=(1,5 – 2,0)l/h
(2) Untuk sungai yang lebar
l==(1,5 – 2,0)b
Di mana : l: Jarak antar ambang
h: Tinggi ambang
n: Kemiringan dasar sungai
m: Tingkatan desain dasar sungai
b: Lebar sungai
2. Konstruksi ambang
Konstruksi ambang terdiri dari tubuh dan lantai lindung yang dibangun secara monolir
dari bahan beton yang disebut pula bangunan utama dan biasanya diadakan hamparan
pelindung (kosnsolidasi) dasr sungai di sebelah hulu dan sebelah hilir bangunan utama
tersebut.
Bangunan utama dibuat dari berbagai bahan dan konstruksi, seperti matras kayu, matras
beton dan pasangan batu kosong tetapi yang paling umum pada tahun-tahun terakhir ini
adalah ambang dengan konstruksi dan bahan dari beton, karena kekuatannya, keawetannya
serta pengerjaannya relatif mudah.
3. Lantai lindung dan konsolidasi dasar sungai pada ambang
Lantai lindung ambang biasanya dikombinasikan dengan konsolidasi dasar sungai guna
melindungi tubuh ambang terhadap gerusan atau gejala piping. Karenanya lantai lindung dan
konsolidasi dasar sungai dibuat dengan panjang yang mencukupi, agar secara maksimal dapat
meredam energi yang terkandung dalam aliran air sungai sekaligus mengurangi kecepatan
arus sungai di sebelah hilir ambang. Panjang lantai lindung dan konsolidasi dasar sungai
hanya dapat ditetapkan berdasarkan model hidrolika atau diperoleh secara empiris untuk
ambang yang kecil-kecil. Walaupun demikian panjang lantai lindung dan konsolidasi dasar
sungai seyogyanya ditetapkan untuk tingkat yang paling aman, yang didasarkan pada
pengalaman dan pengamatan yang aktual. Umumnya panjang lantai lindung lebih kurang
seperempat dari panjang yang diperlukan sebagai peredam energi. Selanjutnya panjang lantai
lindung untuk ambang pelimpah biasanya antara 2-3 kali tinggi tekanannya.
Dan panjang lantai lindung atau konsolidasi dasar sungai yang diperlukan sebagai
peredam energy secara kasar dapat dihitung dengan formula Safranez.
Andaikan kedalaman air sungai yang deras arusnya pada tepi hulu lantai lindung adalah
h1, maka :
h22 - (H – hf)h12 + q2 / 2g=0

Di mana : h: Tinggi air di atas mercu ambang

D: Tinggi ambang

H: Total tinggi-tekanan=D+h

𝐷
hf: Kehilangan tinggi-tekanan akibat geseran=Cℎ H

q: Debit persatuan panjang

h1: Kedalaman air di tepi hilir

C: 0,02
Jika panjang yang diperlukan untuk peredam energy adalah L, maka perkiraan
L=4,5h2

Ketebalan lantai lindung sangat bervariasi tergantung dari tinggi-tekanan


ambang, tinggi air di atas mercu ambang dan tekanan angkat (up lift), tetapi umumnya
dengan ketebalan sekitar 1m.

4. Konstruksi kontak tubuh ambang dengan tebing sungai


Konstruksi kontak tubuh ambang dengan tebing sungai merupakan bagian pekerjaan yang
sangat penting, demikian pula kontak antara tebing sungai dengan bagian-bagian ambang
lainnya., seperti lantai lindung dan konsolidasi dasar sungai. Sebagaiman diketahui bahwa air
yang melimpah dari atas mercu ambang menyebabkan alirannya bersifat terbuka dan
mengakibatkan gerusan baik pada alur sungai maupun pada bantaran di kanan kirinya
sertakedua tebingnya.
Jika gerusan tersebut terus berlangsung, maka tidak hanya akan membahayakan tubuh
ambang, tetapi akan membahayakan kedua tebing sungai di kanan-kiri ambang tersebut atau
bahkan akan menggerus kaki-kaki tanggul yang terdapat di belakang kedua tebing sungai.
Guna mencegah gerusan pada tebing sungai atau tanggul pada kedua ujung tubuh ambang,
maka kedua ujung ambang tersebut diperbesar seperlunya. Selain itu diadakan pula lapis
lindung (lengsengan) pada kedua ujung ambang, hingga mencakup panjang lantai lindung
yang dibuat dari konstruksi beton bertulang.
5. Sayap pengarah arus
Apabila ambang dibangun pada sungai, biasanya aliran turbulen terjadi di sebelah hilir
ambang yang disebabkan loncatan hidrolis, mengakibatkan mudah terjadinya gerusan
setempat. Dalam keadaan demikian diperlukan adanya sayap pengarah arus, baik di sebelah
hulu maupun di sebelah hilir ambang dan bersamaan dengan itu dasar bantaran serta dasar
alur sungai diperkuat dengan hamparan pelindung yang konstruksinya fleksibel.
Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan untuk perkuatan pada ambang adalah sbb.
1. Perkuatan untuk melindungi lereng tanggul atau tebing sungain pada kedua ujung
ambang, sekurang-kurangnya 10 m ke arah hulu dari tepi hulu ambang atau sekurang-
kurangnya 5 m ke arah hulu dari ujung hulu konsolidasi dasar sungai. Sedangkan
perkuatan-perkuatan untuk melindungi lereng tanggul atau tebing sungai ke arah hilir
pada kedua ujung ambang, sekurang-kurangnya 15 m ke arah hilir dari tepi hilir lantai
lindung atau sekurang-kurangnya 5 m dari tepi hilir konsolidasi dasar sungai.
2. Mercu perkuatan untuk lereng tanggul dan tebing sungai, haruslah lebih tinggi dari
elevasi banjir rencana. Walaupun demikian mercu perkuatan tersebut dapat pula
disamakan dengan tinggi tanggul atau tebing sungai yang ada, pada bagian yang
kemungkinan terjadi perubahan elevasi permukaan banjir akibat dibangunnya ambang.
3. Pada sungai-sungai dengan penampang ganda (sungai-sungai yang mempunyai
bantaran), agar perkuatan diadakan untuk seluruh penampang dasar sungai hingga
mencapai ketinggian seperti pada butir 2) di atas.
6. Perlindungan bantaran
Apabila pada sungai-sungai dengan penampang ganda, tetapi ambang harus dibangun
pada alur sungainya saja, maka harus diadakan perlindungan untuk dasar bantaran yang
mencakup sampai dengan ujung hulu dan ujung hilir sayap pengarah arus. Akan tetapi untuk
ambang pada sungai yang bantarannya sangat lebar supaya biayanya lebih murah, perkuatan
diadakan di sekitar bagian atas sayap pengarah arus dan di sekitar kaki tanggul. Perkuatan
dasar bantaran diadakan dengan konstruksi bronjong guling, hamparan blok beton, dan lain-
lain.

4.4.4 Hal-hal yang perlu dipelajari untuk keamanan ambang


Ambang haruslah senantiasa dalam keadaan aman terhadap bahaya gerusan yang
diakibatkan limpahan air dari mercu ambang ke dasar sungai di sebelah hilirnya, terhadap piping akibat
perbedaan elevasi muka air di sebelah hulu dan sebelah hilir ambang, terhadap gaya-gaya guling dan
terhadap gaya-gaya gelincir.
1. Mempelajari gejala piping
Apabila ambang dibangun di atas lapisan tanah permeabel, air rembesan mengalir melalui
lapisan tanh pondasi. Hal tersebut disebabkan terjadinya tinggi-tekanan oleh perbedaan elevasi
muka air sungai di sebelah hulu dan sebelah hilir ambang. Apabila kecepatan aliran air rembesan
tersebut cukup besar, hingga melampaui kecepatan kritis untuk lapisan tanah pondasi tersebut,
maka akan terjadi piping, yaitu butiran-butiran halus yang membentuk lapisan tanah pondasi
mulai bergerak dan hanyut bersama aliran air rembesan dan terjadilah rongga-rongga pada lapisan
pondasi yang semakin lama menjadi semakin bertambah besar yang menyebabkan ambang turun
atau runtuh. Guna mencegah bahaya keruntuhan ambang tersebut, maka sekat pancang biasanya
dipasang pada pondasi semacam ini, guna memperpanjang trayektori aliran air rembesan tersebut
yang dapat menurun kec. aliran air rembesan di bawah kecepatan kritis dan dengan demikian
dapat dihindarkan terjadinya gejala piping.
Tingkat keamanan terhadap piping dapat diperoleh dengan nilai banding rayapan (creep
ratio) dan menurut Bligh, keamanan terhadap piping dapat dijamin, jika angka C=L/H lebih besar
dari angka-angka seperti yang tertera pada Tabel 4.1

Jika h1≥h2, l2≥2h1


Maka L=l1 + 2h1 + l2 + 2h2 + l3
Jika h1≥h2 dan l2 < h1 + h2, maka
L = l 1 + h 1 + l 2 + h2 + l 3
C=L/H

L: Panjang lintasan aliran air rembesan

Tabel 4.1 Harga kritis C=L/H

Kelas Batas C=L/H


Pasir sangat halus 18
Pasir halus 15
Pasir kasar 12
Kerikil dan pasir 9
Kerikil kasar termasuk batu pecah 4-6

Jika angka L yang dikehendaki tidak dapat diperoleh hanya dari tubuh ambang,
kekurangannya dapat dicapai dengan menambahkan panjang lantai lindung.
Lane mengusulkan untuk tanah pondasi yang mengandung endapan datar, menggunakan
sepertiga lintasan rembesan mendatar untuk lintasan vertical dan koefisien rembesan datar lebih
besar dari rembesan vertical.

Maka:
1
LW= ( l1 + l2 + l3) + 2( h1 + h2)
3
CW=LW/H
Apabila suatu bobot diberikan untuk angka CW, disebut “nilai banding rayapan
seimbang” dan keamanan terhadap bahaya piping dapat dijamin, jika nilai banding rayapan lebih
besar dari angka-angka seperti yang tertera pada table 4.2

Tabel 4.2 Nilai banding rayapan seimbang

Kelas Nilai banding rayapan seimbang


Pasir sangat halus 8,5
Pasir 7,0
Pasir sedang 6,0
Pasir kasar 5,0
Kerikil halus 4,0
Kerikil sedang 3,5
Kerikil kasar termasuk batu pecah 3,0
Batu pecah dengan sedikit kerikil 2,5

2. Mempelajari pasir apung


Gejala pasir apung (quick sand) dapat terjadi apabila dalam lapisan pasir terdapat aliran
air rembesan dengan lintasan yang vertical ke arah atas, sehingga berat efektif butiran pasir dapat
diimbangi dengan tekanan angkat yang terdapat pada aliran air rembesan dan hilangnya daya
kontak antar butiran pasir tersebut, sehingga butiran pasir seolah-olah melayang di dalam aliran
tersebut.
Gradien hidrolis kritis (ic) dari air rembesan yang menyebabkan terjadinya pasir apung
dapat diperoleh dari formula
𝐺𝑠−1
ic=
1+𝑒
Di mana: Gs: Berat jenis butir tanah
e: Angka pori

Jika faktor keamanan adalah Fs, maka


𝐻 ic
= , sehingga L=Fs𝑖𝑐𝐻
𝐿 𝐹𝑠

3. Kecepatan aliran air rembesan


Aliran rembesan pada lapisan pondasi ambang yang terjadi akibat perbedaan muka air di
hulu dan di hilir ambang tersebut, sesuai dengan hokum Darcy kecepatannya berbanding lurus
antara perbedaan elevasi kedua muka air tersebut di atas (H) dan berbanding terbalik dengan
panjang lintasan (L). Jadi kecepatan aliran air renbesan (v) dapat dinyatakan dengan formula
sebagai berikut :

v=kH/L
Di mana k: Koef. Permeabilitas
4. Tekanan angkat
Tekanan angkat (up lift) yang disebabkan oleh perbedaan elevasi muka air disebabkan
hulu dan sebelah hilir ambang akan bekerja pada alas pondasi ambang tersebut. Akan tetapi untuk
ambang yang rendah, perbedaan elevasi muka air di hulu dan di hilir ambang tersebut sangat kecil
dan dapat diabaikan.
5. Stabilitas dinamik tubuh ambang
Tubuh ambang haruslah senantiasa dalam keadaan aman terhadap gejala guling (over
turning) dan gelincir (sliding). Gaya-gaya yang bekerja pada ambang adalah :
1. Tekanan air
2. Tekanan tanah
3. Tekanan angkat (diabaikan)
4. Kekuatan gempa

4.4.5 Pelaksanaan bangunan ambang

1. Umum

Sebagai batasan umum, pekerjaan perbaikan dan pengaturan sungai haruslah


direncanakan untuk dapat diselesaikan dalam musim kemarau. Terutama ambang yang
dibangun melintang sungai supaya dilaksanakan dengan metode tertentu sedemikian seperti
pelaksanaan bagian pekerjaan di bawah air haruslah dengan mengadakan pengeringan pada
lokasi pekerjaan dengan mengalihkan sementara aliran sungai dan mengadakan kist dam agar
pekerjaan dapat dilaksanakan dalam keadaan kering.
Pelaksanaan pembuatan bangunan-bangunan sungai termasuk bangunan ambang dapat
diprogramkan setelah dilakukan penelitian dan penelaahan yang seksama terhadap hal-hal
sebagai berikut.

(a) Kondisi meteorologi


(b) Jangka waktu pelaksanaan

2. Pelaksanaan pembangunan ambang

(a) Ambang beton


Terdapat dua tipe ambang beton, yaitu tipe blok beton dan tipe bending beton. Tipe
paling umum yang sudah banyak dibangun adalah tipe bendung beton yang dilengkapi dengan
konsolidasi dasar sungai yang terbuat dari blok beton atau matras yang cukup fleksibel serta
mempunyai kekasaran yang cukup tinggi yang ditempat di sebelah hulu dan sebelah hilir tubuh
ambang.
(b) Ambang pasangan batu
Paling tidak terdapat dua tipe ambang pasangan batu, yaitu ambang pasangan batu
kosong dan ambang pasangan batu.
(c) Ambang matras
Terdapat tiga tipe ambang matras, yaitu ambang matras beton, ambang matras kayu dan
ambang matras ranting.
4.1 AMBANG

4.4.1 Umum

Ambang atau drempel (ground sill) merupakam bangun menyilang pada sungai untuk
menjaga agar dasar sungai tidak turun terlalu berlebihan

4.4.2 Tipe dan bentuk ambang

Terdapat 2 tipe umum ambang, yaitu ambang datar (bed gindle work) dan ambang
pelimpah (head work).
ambang datar (bed gindle work)

Ambang datar hampir tidak mempunyai terjunan dan elevasi mercunya hampir sama dengan
permukaan dasar sungai dan berfungsi untuk menjaga agar permukaan dasar sungai tidak turun lagi.

ambang pelimpah (head work)

ambang pelimpah mempunyai terjunan, sehingga elevasi permukaan dasar sungai di sebelah hulu
ambang lebih tinggi dari elevasi permukaan dasar sungai di sebelah hilirnya dan tujuannya adalah untuk
lebih melandaikan kemiringan dasar sungai.

4.4.3 Desain ambang

tujuan pembangunan ambang adalah untuk mencegah gerusan dasar sungai dengan
cara lebih melandaikan kemiringan dasarnya guna mengurangi gaya tarik alirannnya.

7. Tinggi ambang
lokasi, tinggi dan jarak antar ambang dapat ditetapkan secara perkiraan dan dihitung
dengan metode coba-banding dan akhirnya akan diperoleh suatu kemiringan seimbang
teoritis dasar sungai yang bersangkutan. Sebelum ambang di bangun pada suatu sungai yang
dasarnya turun secara terus menerus atau diperkirakan akan turun
Pada sungai-sungai aluvial, ambang tersebut umumnya dibangun dengan ketinggian tidak
lebih dari 2m.
lokasi, tinggi dan jumlah ambang ditetapkan berdasarkan profil memanjang sungai
seimbang teoritis dengan formula sbb.
(3) Untuk sungai yng sempit
l=(l/n – l/m)h=(1,5 – 2,0)l/h
(4) Untuk sungai yang lebar
l==(1,5 – 2,0)b
Di mana : l: Jarak antar ambang
h: Tinggi ambang
n: Kemiringan dasar sungai
m: Tingkatan desain dasar sungai
b: Lebar sungai
8. Konstruksi ambang
Konstruksi ambang terdiri dari tubuh dan lantai lindung yang dibangun secara monolir
dari bahan beton yang disebut pula bangunan utama
pada tahun-tahun terakhir ini bangunan utama dibuat dengan konstruksi dan bahan dari
beton, karena kekuatannya, keawetannya serta pengerjaannya relatif mudah.
9. Lantai lindung dan konsolidasi dasar sungai pada ambang
Lantai lindung ambang biasanya dikombinasikan dengan konsolidasi dasar sungai guna
melindungi tubuh ambang terhadap gerusan atau gejala piping. Umumnya panjang lantai
lindung lebih kurang seperempat dari panjang yang diperlukan sebagai peredam energi.
Selanjutnya panjang lantai lindung untuk ambang pelimpah biasanya antara 2-3 kali tinggi
tekanannya.
formula Safranez : Andaikan kedalaman air sungai yang deras arusnya pada tepi hulu
lantai lindung adalah h1, maka :
h22 - (H – hf)h12 + q2 / 2g=0

Di mana : h: Tinggi air di atas mercu ambang

D: Tinggi ambang

H: Total tinggi-tekanan=D+h
𝐷
hf: Kehilangan tinggi-tekanan akibat geseran=Cℎ H

q: Debit persatuan panjang

h1: Kedalaman air di tepi hilir

C: 0,02

Jika panjang yang diperlukan untuk peredam energy adalah L, maka perkiraan
L=4,5h2

Ketebalan lantai lindung sangat bervariasi tergantung dari tinggi-tekanan


ambang, tinggi air di atas mercu ambang dan tekanan angkat (up lift), tetapi umumnya
dengan ketebalan sekitar 1m.

10. Konstruksi kontak tubuh ambang dengan tebing sungai


air yang melimpah dari atas mercu ambang menyebabkan alirannya bersifat terbuka dan
mengakibatkan gerusan baik pada alur sungai maupun pada bantaran di kanan kirinya
sertakedua tebingnya.
Guna mencegah gerusan pada tebing sungai atau tanggul pada kedua ujung tubuh
ambang, maka kedua ujung ambang tersebut diperbesar seperlunya. Selain itu diadakan pula
lapis lindung (lengsengan) pada kedua ujung ambang, hingga mencakup panjang lantai
lindung yang dibuat dari konstruksi beton bertulang.
11. Sayap pengarah arus
Apabila ambang dibangun pada sungai, biasanya aliran turbulen terjadi di sebelah hilir
ambang yang disebabkan loncatan hidrolis, mengakibatkan mudah terjadinya gerusan
setempat. Dalam keadaan demikian diperlukan adanya sayap pengarah arus, baik di sebelah
hulu maupun di sebelah hilir ambang dan bersamaan dengan itu dasar bantaran serta dasar
alur sungai diperkuat dengan hamparan pelindung yang konstruksinya fleksibel.
12. Perlindungan bantaran
Perkuatan dasar bantaran diadakan dengan konstruksi bronjong guling, hamparan blok
beton, dan lain-lain. sungai dengan penampang ganda, tetapi ambang harus dibangun pada
alur sungainya saja, maka harus diadakan perlindungan untuk dasar bantaran yang mencakup
sampai dengan ujung hulu dan ujung hilir sayap pengarah arus. Akan tetapi untuk ambang
pada sungai yang bantarannya sangat lebar supaya biayanya lebih murah, perkuatan diadakan
di sekitar bagian atas sayap pengarah arus dan di sekitar kaki tanggul.

4.4.4 Hal-hal yang perlu dipelajari untuk keamanan ambang


Mempelajari gejala piping
Apabila kecepatan aliran air rembesan tersebut cukup besar, hingga melampaui kecepatan
kritis untuk lapisan tanah pondasi tersebut, maka akan terjadi piping, yaitu butiran-butiran halus
yang membentuk lapisan tanah pondasi mulai bergerak dan hanyut bersama aliran air rembesan
dan terjadilah rongga-rongga pada lapisan pondasi yang semakin lama menjadi semakin
bertambah besar yang menyebabkan ambang turun atau runtuh. Guna mencegah bahaya
keruntuhan ambang tersebut, maka sekat pancang biasanya dipasang pada pondasi Tingkat
keamanan terhadap piping dapat diperoleh dengan nilai banding rayapan (creep ratio) dan
menurut Bligh, keamanan terhadap piping dapat dijamin, jika angka C=L/H lebih besar dari
angka-angka seperti yang tertera pada Tabel 4.1

Jika h1≥h2, l2≥2h1


Maka L=l1 + 2h1 + l2 + 2h2 + l3
Jika h1≥h2 dan l2 < h1 + h2, maka
L = l 1 + h 1 + l 2 + h2 + l 3
C=L/H

L: Panjang lintasan aliran air rembesan

Tabel 4.1 Harga kritis C=L/H

Kelas Batas C=L/H


Pasir sangat halus 18
Pasir halus 15
Pasir kasar 12
Kerikil dan pasir 9
Kerikil kasar termasuk batu pecah 4-6

Lane mengusulkan untuk tanah pondasi yang mengandung endapan datar, menggunakan
sepertiga lintasan rembesan mendatar untuk lintasan vertical dan koefisien rembesan datar lebih
besar dari rembesan vertical.

Maka:
1
LW= ( l1 + l2 + l3) + 2( h1 + h2)
3
CW=LW/H

Apabila suatu bobot diberikan untuk angka CW, disebut “nilai banding rayapan
seimbang” dan keamanan terhadap bahaya piping dapat dijamin, jika nilai banding rayapan lebih
besar dari angka-angka seperti yang tertera pada table 4.2
Tabel 4.2 Nilai banding rayapan seimbang

Kelas Nilai banding rayapan seimbang


Pasir sangat halus 8,5
Pasir 7,0
Pasir sedang 6,0
Pasir kasar 5,0
Kerikil halus 4,0
Kerikil sedang 3,5
Kerikil kasar termasuk batu pecah 3,0
Batu pecah dengan sedikit kerikil 2,5

6. Mempelajari pasir apung


Gejala pasir apung (quick sand) dapat terjadi apabila dalam lapisan pasir terdapat aliran
air rembesan dengan lintasan yang vertical ke arah atas, sehingga berat efektif butiran pasir dapat
diimbangi dengan tekanan angkat yang terdapat pada aliran air rembesan dan hilangnya daya
kontak antar butiran pasir tersebut, sehingga butiran pasir seolah-olah melayang di dalam aliran
tersebut.
Gradien hidrolis kritis (ic) dari air rembesan yang menyebabkan terjadinya pasir apung
dapat diperoleh dari formula
𝐺𝑠−1
ic=
1+𝑒
Di mana: Gs: Berat jenis butir tanah
e: Angka pori

Jika faktor keamanan adalah Fs, maka


𝐻 ic
= , sehingga L=Fs𝑖𝑐𝐻
𝐿 𝐹𝑠

7. Kecepatan aliran air rembesan


Kecepatan aliran air renbesan (v) dapat dinyatakan dengan formula sebagai berikut :

v=kH/L
Di mana k: Koef. Permeabilitas
H: antara perbedaan elevasi kedua muka air
V: kecepatan aliran air renbesan
8. Tekanan angkat
Tekanan angkat (up lift) yang disebabkan oleh perbedaan elevasi muka air disebabkan
hulu dan sebelah hilir ambang akan bekerja pada alas pondasi ambang tersebut. Akan tetapi untuk
ambang yang rendah, perbedaan elevasi muka air di hulu dan di hilir ambang tersebut sangat kecil
dan dapat diabaikan.
9. Stabilitas dinamik tubuh ambang
Tubuh ambang haruslah senantiasa dalam keadaan aman terhadap gejala guling (over
turning) dan gelincir (sliding). Gaya-gaya yang bekerja pada ambang adalah :
5. Tekanan air
6. Tekanan tanah
7. Tekanan angkat (diabaikan)
8. Kekuatan gempa

4.4.5 Pelaksanaan bangunan ambang

1. Umum

Pekerjaan perbaikan dan pengaturan sungai haruslah direncanakan untuk dapat


diaksanakan dalam keadaan kering. Terutama ambang yang dibangun melintang sungai supaya
dilaksanakan dengan metode tertentu sedemikian seperti pelaksanaan bagian pekerjaan di
bawah air haruslah dengan mengadakan pengeringan pada lokasi pekerjaan dengan
mengalihkan sementara aliran sungai dan mengadakan kist dam.

Pelaksanaan pembuatan bangunan-bangunan sungai termasuk bangunan ambang dapat


diprogramkan setelah dilakukan penelitian dan penelaahan yang seksama terhadap hal-hal
sebagai berikut.

(c) Kondisi meteorologi


(d) Jangka waktu pelaksanaan

2. Pelaksanaan pembangunan ambang

(d) Ambang beton


Terdapat dua tipe ambang beton, yaitu tipe blok beton dan tipe bending beton. Tipe
paling umum yang sudah banyak dibangun adalah tipe bendung beton yang dilengkapi dengan
konsolidasi dasar sungai yang terbuat dari blok beton atau matras yang cukup fleksibel serta
mempunyai kekasaran yang cukup tinggi yang ditempat di sebelah hulu dan sebelah hilir tubuh
ambang.
(e) Ambang pasangan batu
Paling tidak terdapat dua tipe ambang pasangan batu, yaitu ambang pasangan batu
kosong dan ambang pasangan batu.
(f) Ambang matras
Terdapat tiga tipe ambang matras, yaitu ambang matras beton, ambang matras kayu dan
ambang matras ranting.

Anda mungkin juga menyukai