4.4 Ambang
4.4.1 Umum
Ambang atau drempel (ground sill) yang dibangun menyilang sungai untuk menjaga agar dasar
sungai tidak turun terlalu berlebihan.
Penurunan yang terlalu berlebihan tersebut antara lain disebabkan oelh berkurangnya suplai
sedimen dari sebelah hulu karena dibangunnya suatu bendungan atau check dam atau oleh penambangan
bahan-bahan pasir/batu yang berlebihan dari sungai yang bersangkutan dan hal-hal tersebut di waktu banjir
akan membahayakan atau menyebabkan rusaknya/hancurnya pondasi perkuatan lereng atau pilar-pilar
jembatan dan bahkan tergerusnya dasar sungai serta hancurnya tanggul-tanggul pada lokasi tersebut.
Selain itu penurunan dasar sungai dapat pula disebabkan oleh pembuatan sudetan di hilirnya yang
karena panjang ruas sungai pada lokasi tersebut berkurang dan kemiringannya menjadi lebih besar. Dengan
demikian gaya tarik (tractive force) aliran sungai meningkat serta keseimbangan dasar sungai terganggu dan
terjadilah pergeseran-pergeseran dasar sungai untuk mencari keseimbangannya yang baru. Proses
pergeseran-pergeserannya antara lain akan terjadi pergeseran kearah vertikal yang berupa penurunan dasar
sungai. Selanjutnya haruslah diingat dengan terjadinya penurunan dasar sungai tersebut, kadang-kadang
dapat mengakibatkan terganggunya fungsi berbagai bangunan sadap utama yang terdapat di sebelah hulu
dari sudetan tersebut.
Dalam keadaan seperti hal-hal tersebut di atas, maka kemungkinan diperlukan adanya ambang
guna menstabilkan dasar sungai agar tidak menurun secara berlebihan. Pada umumnya besarnya
pergeseran dasar sungai dapat diperkirakan dari bahan dasar sungai serta daya angkut aliran air sungai dan
kemiringan dasar sungai yang stabil dapat dimantapkan dengan pembangunan ambang. (Gb. 4.80).
Gb. 4.80 Contoh ambang.
Bangunan utama dibuat dari berbagai bahan dan konstuksi, seperti matras kayu, matras beton dan
pasangan batu kosong tetapi yang paling umum pada tahun-tahun terakhir ini adalah ambang dengan
konstruksi dan bahan dari beton, karena kekuatannya, keawetannya serta pengerjaannya relatif mudah.
Tergantung dari kondisi tanah, tetapi umumnya ambang dibangun di atas pondasi lapisan alluvial
yang tidak terlalu keras, karena itu pondasinya diperkuat dengan tiang pancang. Selain itu kadang-kadang
masih dilengkapi pula dengan tirai kedap air dari sekat pancang baja atau sekat-sekat jenis lainnya di bawah
tubuh ambang untuk mencegah terjadinya gejala erosi bawah tanah (piping) pada lapisan pondasi.
Konsolidasi dasar sungai diadakan guna melindungi dasar sungai dengan konstruksi yang flexsibel seperti
matras beton dan blok beton.
Gb. 4.83 Contoh ambang pada sungai-sungai yang kecil dan sedang.
Ambang datar mempunyai tinggi-tekanan yang rendah dan biasanya dibangun dengan konstruksi
yang fleksibel seperti matras beton, matras kayu atau blok beton agar dapat mengikuti perubahan dasar
sungai dan metode ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penurunan dasar sungai yang berlebihan.
Pada ambang yang rendah di sungai yang relatif kecil, biasanya lantai lindung tidak dilengkapi dengan
konsolidasi dasar sungai (periksa Gb. 4.83). Dalam hal ini pada bagian hilir tubuh bendung dibuat koperan
yang cukup dalam, agar dapat dicegah terjadinya gerusan dari arah hilir.
Andaikan kedalaman air sungai yang deras arusnya pada tepi hulu lantai lindung adalah h1 (Gb. 4.84),
maka :
Jika panjang yang diperlukan untuk peredam energi adalah L, maka perkiraan L = 4,5h2.
Ketebalan lantai lindung sangat bervariasi tergantung dari tinggi-tekanan ambang, tinggi air di atas
mercu ambang dan tekanan angkat (up lift), tetapi umumnya dengan ketebalan sekitar 1 m.
Lantai lindung dibuat horisontal dan biasanya monolit dengan tubuh ambang.
Sedang konsolidasi dasar sungai diadakan di sebelah hilir lantai lindung dengan konstruksi yang flexible dan
dengan kekasaran yang tinggi pada permukaan bagian bulunya dan berangsur berkurang ke arah hilirnya
(Gb. 4.85).
dengan kondisi setempat serta menggunakan bahan-bahan yang dapat diperoleh setempat (Gb. 4.88).
Pada sungai-sungai yang jarak antara kedua tanggulnya lebih besar dari 50 m, perkuatan lereng
tanggul biasanya tidak diperlukan, tetapi kaki-kaki tanggul haruslah diperkuat dengan melindungi permukaan
bantaran di sebelah hilir ambang.
Perkuatan sayap-sayap pengarah aliran pada ambang pelimpah haruslah ditempatkan lebih ke
belakang dan dibuat dari konstruksi yang kukuh seperti pasangan batu, guna melindungi dasar sungai
terhadap hempasan langsung dari air yang melintasi ambang tersebut (Gb. 4.89).
Cakupan dari sayap hilir ambang biasanya sama dengan cakupan lantai lindung, sedang di sebelah
hilir dari sayap ini sebagai zone transisi biasanya diperkuat dengan konstruksi yang lebih ringan seperti
pasangan batu kosong, hamparan batu pelindung dengan lereng yang lebih landai, tetapi haruslah
diperhatikan agar tidak terjadi pusaran dan besarnya sudt transisi tersebut biasanya sekitar 30 °.
Untuk sungai yang kecil perkuatan-perkuatan di sekitar ambang biasanya ditempatkan agak ke
depan dengan memperhitungkan tinggi terjunan, tinggi tanggul dan kondisi sekelilingnya.
Gb. 4.90 Batas-batas penempatan sayap pengarah arus dan hamparan pelindung dasar sungai.
Jika angka L yang dikehendaki tidak dapat diperoleh hanya dari tubuh ambang, kekurangannya
dapat dicapai dengan menambahkan panjang lantai lindung.
Lane mengusulkan untuk tanah pondasi yang mengandung endapan datar, mengggunakan sepertiga
lintasan rembesan mendatar untuk lintasan vertikal dan koefisien rembesan datar lebih besar dari rembesan
vertikal
CW = LW/H.
Apabila suatu bobot diberikan untuk angka CW, disebut “nilai banding rayapan seimbang” dan
keamanan terhadap bahaya piping dapat dijamin, jika nilai banding rayapan lebih besar dari angka-angka
seperti yang tertera pada Tabel 4.27.
Walaupun tidak ada peraturan tertentu untuk menetapkan faktor keamanan, tetapi pada saat
menentukan angka L pada formula di atas, umumnya digunakan angka Fs ≥ 5.
Di mana h1 dan h2 adalah jarak vertikal dari dasar ambang sungai dengan titik kerja beban horisontal,
sebaliknya momen lawan (Mo) adalah :
Mo = W1·l
Berhubung l adalah jarak horisontal antara titik kerja beban vertikal dan ujung hilir dasar ambang,
maka formula yang dapat menjaga agar ambang dalam keadaan stabil terhadap gejala penggulingan adalah
:
Mo ≥ Mr
Dalam keadaan terjadi gempa yang dapat meningkat gaya horisontal yang disebabkan oleh intensitas
seismis horisontal (Kh), maka momen gulingnya akan menjadi :
Di mana h3 adalah tinggi dari dasar ambang sampai dengan titik pusat gravitasi ambang tersebut.
Sebaliknya momen lawan (Mo) dapat diperoleh dengan memasukkan komponen intensitas seismis
vertikal Kν sebagai berikut :
Guna mempertahankan stabilitas ambang pada saat terjadi gempa, maka ambang tersebut haruslah
memenuhi persyaratan stabilitas sebagai berikut :
Mo ≥ Mre
W1 tg Ф ≥ H1 + H2
Dimana tg Ф adalah koefisien gesekan yang nilainya tertera pada Tabel 4.28.
Selanjutnya gaya horisontal yang ditimbulkan oleh gaya enersi tubuh ambang oleh aselirasi gempa akan
bekerja pada tubuh ambang sebagai beban horisontal (periksa Gb. 4.93) dan untuk menjaga stabilitas
ambang, maka haruslah memenuhi formula keseimbangan sebagai berikut :
dengan lantai lindung dan di sebelah hulu dan sebelah hilir ambang dilengkapi pula dengan konsolidasi
dasar sungai.
Mengingat konstruksi pasangan batu kosong, mudah lepas dan hanyut atau butiran kerikil di bawah
pasangan tersebut mudah tersedot oleh aliran air, maka seyogyanya tubuh ambang dibuat dari pasangan
batu biasa. Jika tanah lapisan pondasi tidak begitu baik (lemah), maka perlu diperkuat dengan pondasi tiang
pancang, hamparan ranting pohon atau matras ranting.
melintang sungai secara bergantian, membentuk lapis demi lapis (biasanya terdiri dari 3 – 4 lapis) seperti
yang tertera pada Gb. 4.97.
Batang beton biasanya berukuran panjang 2,4 m dan penampang (15 × 15) cm2 dan dirangkai
dengan batang-batang lainnya dengan kawat baja membentuk kisi-kisi kwadrat dengan ukuran sisi 2,0 m.
Bagian penutup untuk lantai biasanya batang beton dengan ukuran panjang 2,3 m dan penampang (9 × 9)
cm2, dipasang membentuk kotak bujur sangkar dan selanjutnya diikat dengan kawat baja.
Kotak bujur sangkar ini diisi dengan batu-batu kali atau batu belah yang biasanya diperoleh
setempat. Selanjutnya guna mencegah hanyutnya batu-batu kali atau batu-batu belah tersebut, maka di
atasnya diberati dengan selapis blok-blok beton yang lebih berat.