TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Bendungan telah menjadi bagian penting dari peradaban manusia selama
ribuan tahun. Salah satu bendungan paling awal yang diketahui adalah Bendungan
Jawa di Yordania, yang dibangun sekitar 3.000 SM. Bendungan telah digunakan
untuk berbagai tujuan, seperti irigasi, pengendalian banjir, pembangkit listrik
tenaga air, dan penyimpanan air. Seiring dengan meningkatnya permintaan akan air
dan energi, jumlah dan ukuran bendungan juga meningkat. Saat ini, ada lebih dari
50.000 bendungan besar di seluruh dunia.
Bendungan juga bermanfaat untuk melakukan konservasi air. Dengan
menahan air lebih lama di darat sebelum mengalir kembali ke laut akan memberikan
waktu untuk meresap dan memberikan kontribusi terhadap pengisian kembali air
tanah. Meskipun nilai manfaat yang besar tersebut, pembangunan bendungan juga
menyimpan berbagai potensi permasalahan. Selain itu juga akan direkomendasikan
kebijakan penanganan bendungan-bendungan yang telah ada untuk meminimalkan
resiko dengan tetap mengoptimalkan keberlanjutan fungsinya, (Candra Samekto).
Namun, bendungan juga memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap
manusia dan lingkungan. Salah satu masalah utama adalah perpindahan orang.
Ketika sebuah bendungan dibangun, seringkali membutuhkan relokasi masyarakat
yang tinggal di daerah tersebut. Hal ini dapat menyebabkan gangguan sosial,
hilangnya mata pencaharian tradisional, dan identitas budaya. Selain itu, banjir
tanah di belakang bendungan dapat menghancurkan lahan pertanian dan habitat
satwa liar yang berharga.
Bendungan juga dapat mengubah ekosistem sungai dan mengganggu proses
alam. Pembangunan bendungan dapat mencegah migrasi ikan, seperti salmon, yang
dapat berdampak signifikan terhadap perikanan. Bendungan juga mengubah aliran
alami sungai, yang dapat memengaruhi transportasi sedimen, kualitas air, dan
kesehatan ekosistem riparian. Selain itu, bendungan dapat meningkatkan risiko
bencana banjir di hilir jika gagal atau meluap selama kejadian ekstrem.
3
Tugas Besar Analisis dan Desain Struktur Geoteknik EGS 162
Fachriansyah – M1C120013 4
Tugas Besar Analisis dan Desain Struktur Geoteknik EGS 162
Fachriansyah – M1C120013 5
Tugas Besar Analisis dan Desain Struktur Geoteknik EGS 162
Fachriansyah – M1C120013 6
Tugas Besar Analisis dan Desain Struktur Geoteknik EGS 162
Fachriansyah – M1C120013 7
Tugas Besar Analisis dan Desain Struktur Geoteknik EGS 162
Fachriansyah – M1C120013 8
Tugas Besar Analisis dan Desain Struktur Geoteknik EGS 162
bendungan: batu, tanah, dan campuran. Fondasi batuan terdiri dari batuan padat dan
sangat ideal untuk membangun bendungan tinggi karena cukup kuat untuk menahan
tekanan yang diberikan oleh air. Fondasi tanah, di sisi lain, terdiri dari tanah dan
bahan longgar lainnya. Mereka kurang kuat dari fondasi batu dan biasanya
digunakan untuk bendungan kecil. Fondasi campuran, seperti namanya, adalah
kombinasi dari fondasi batu dan tanah.
Pondasi bendungan juga dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis tanah
yang ada di lokasi tersebut. Tanah liat, pasir, dan kerikil adalah tiga jenis tanah
utama. Tanah liat bersifat kohesif, dan memiliki permeabilitas rendah,
menjadikannya ideal untuk membangun bendungan yang membutuhkan
penghalang kedap air. Tanah pasir permeabel dan digunakan untuk bendungan yang
membutuhkan drainase. Tanah kerikil berdrainase baik dan digunakan untuk
bendungan yang membutuhkan stabilitas dan kekuatan.
- Memperkirakan settlement
- Menjamin stabilitas bendungan selama umur operasinya
Masalah-masalah di atas harus dapat dijawab pada penentuan pondasi dan
bangunan bendungan itu sendiri.
Fachriansyah – M1C120013 9
Tugas Besar Analisis dan Desain Struktur Geoteknik EGS 162
Fachriansyah – M1C120013 10
Tugas Besar Analisis dan Desain Struktur Geoteknik EGS 162
Fachriansyah – M1C120013 11
Tugas Besar Analisis dan Desain Struktur Geoteknik EGS 162
2. Chute Spillway: Saluran lurus dan miring yang mengarahkan air menjauh dari
bendungan dan ke saluran hilir atau sungai.
3. Siphon Spillway: Serangkaian pipa atau terowongan yang menggunakan gaya
gravitasi untuk memindahkan air dari reservoir ke area hilir.
4. Labyrinth Spillway: Jaringan saluran dan dinding kompleks yang mengontrol
aliran air melalui serangkaian langkah dan belokan.
Seperti struktur lainnya, spillway memerlukan perawatan rutin untuk
memastikannya berfungsi dengan baik dan tetap aman. Ini termasuk inspeksi rutin,
pembersihan, dan perbaikan sesuai kebutuhan. Seiring waktu, spillway dapat
mengalami retakan, erosi, atau kerusakan lain yang dapat membahayakan
integritasnya. Dengan melakukan pemeliharaan rutin, insinyur dapat
mengidentifikasi dan mengatasi masalah sebelum menjadi lebih serius dan mahal
untuk diperbaiki.
Desain spillway tergantung pada berbagai faktor, termasuk ukuran dan
bentuk reservoir, laju aliran air, medan area, dan dampak lingkungan dari struktur.
Saluran pelimpah biasanya dirancang untuk menangani sejumlah aliran air, dan
mungkin memiliki beberapa gerbang atau saluran untuk memungkinkan
fleksibilitas dan kontrol yang lebih besar. Para insinyur menggunakan model dan
simulasi komputer canggih untuk merancang spillway yang dapat menahan
peristiwa cuaca ekstrem dan kondisi tak terduga lainnya.
Fachriansyah – M1C120013 12