Anda di halaman 1dari 39

BAB I

BENDUNGAN

1.1 Macam – Macam Bendungan


Bendungan (Dam) adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air
menjadi waduk, danau , atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk
mengalirkan air kesebuah pembangkit listrik tenaga air. Kebanyakan dam juga memiliki
bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap
atau berkelanjutan.

Gambar 1.1 Bendungan


Sumber: benuanta.id

Bendungan dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung pada tujuan


pengelompokannya. Didalam kriteria ini, bendungan dikelompokkan berdasarkan tiga
hhal yaitu fungsi, desain hidrolik dan material yang digunakan.
1. Pembagian Tipe Bendungan Berdasarkan Fungsi
Berdasarkan fungsinya, tipe bendungan dapat dibedakan menjadi bendungan
sebagai berikut:
a. Bendungan penampung air
Dibangun untuk menampung air pada saat kelebihan dan digunkan pada saat
kekurangan. Pada umumnya penampung dilakukan pada musim hujan
kemudian digunakan pada musim kemarau. Lebih rinci lagi bendungan
penampung air dapat dibedakan berdasarkan tujuan penampungan airnya
yaitu untuk air baku, pembangkit listrik, perikanan, rekreasi dan lain
sebagainya. Berikut ini adalah contoh bendungan penampung air yang
dibangun di Kabupaten daerah Provinsi Jawa Timur. Tujuan awal pembuatan
bendungan ini sebenarnya untuk keperluan warga sekitar untuk membuat
pembangit tenaga listrik dan untuk keperluan penampungan air hujan ketika
musim hujan datang, untuk cadangan ketika musim kemarau datang. Karena
dulu sebelum adanya waduk bening di daerah tersebut sering terajdi
kekeringan ketika musim kemarau datang.

Gambar 1.2 Bendungan Penampung Air


Sumber: kompasiana.com

b. Bendungan pengalihan air (diversion dams)


Dibangun untuk meninggikan muka air agar diperoleh tinggi jatuh yang
cukup atau agar dapat dialihkan aliran sungainya masuk kesaluran atau sistem
pembawa lainnya. Beberapa bendungan tipe ini digunakan untuk
pengembangan irigasi, pengalihan air dari sungai ke waduk diluar sungai
yang bersangkutan, untuk air baku dan industri, atau untuk kombinasi
berbagai keperluan. Berikut ini adalah contoh bendungan pengaihan air
sebagai pengaliran irigasi yang dibangun di sungai cikawung cimanggu jawa
tengah dimana bendungan ini dibuat untuk tujuan mengaliri area pertanian.
Gambar 1.3 Bendungan Pengalihan Air
Sumber: kompasiana.com

c. Bendungan pengendali banjir


Bendungan tipe ini disebut juga bendungan detensi atau retensi banjir,
dibangun untuk memperlambat atau menyimpan sementara aliran banjir dan
mengurangi terjadinya banjir besar. Bendungan ini dapat dibedakan lagi
menjadi dua tipe yaitu tipe yang umum adalah untuk menyimpan sementara
dan melepas aliran banjir dengan debit yang tidak melampaui kapasitas
sungai di hilir. Tipe yang lain adalah untuk menahan air selama mungkin agar
air meresap ke tebing-tebing atau pondasi yang lulus air. Bendungan tipe ini
kadang-kadang juga dibangun untuk menangkap sedimen, sehingga disebut
juga sebagai bendungan penangkap sedimen (debris dams). Berikut ini
contoh bendungan yang dibangun untuk mengatasi banjir.
Gambar 1.4 Bendungan Mengatasi Banjir
Sumber: wikipedia.org

d. Bendungan serbaguna
Pada umumnya pembangunan bendungan tidak hanya bertujuan memperoleh
manfaat tunggal, tapi untuk lebih dari satu manfaat seperti untuk penyedia air
irigasi, tenaga listrik, air baku, pengendali banjir, perikanan, rekreasi dan lain
sebagainya, bendungan ini lazim disebut bendungan serbaguna. Berikut ini
salah satu contoh bendungan serbaguna yaitu pembangunan bendungan serba
guna waduk gajah yang berada di daerah wonogiri.

Gambar 1.5 Bendungan Waduk serbaguna Waduk Gajah Mangkur Wonogiri


Sumber: menzanusantara.com
2. Pembagian Tipe Bendungan Berdasarkan Materialnya
Pengelompokan bendungan yang paling lazim digunakan didalam diskusi desain
adalah berdasarkan material pembentuk bendungan. Tipe bendungan
berdasarakan material pembentuk bendungan ini dikenal sebagai tipe dasar
didalam pembuatan desain bendungan. Bendungan tipe berdasarkan materialnya
sebagai berikut:
a. Bendungan Urugan Tanah
Adalah bendungan yang paling lazim dibangun, karena kontruksinya
menggunakan material galian setempat yang tersedia yang tidak perlu banyak
pemrosesan. Berikut ini adalah contoh gambar bangunan bendungan urugan
tanah

Gambar 1.6 Pembangunan Bendungan Urugan Tanah


Sumber: menzanusantara.com

Dibanding dengan tipe lain, tipe ini dapat dibangun hampir pada segala jenis
tanah pondasi dan pada topografi yang kurang baik, dan umumnya lebih
sering dibangun untuk tujuan penapung air. Secara garis besar potongan tipe
bendungan dikelompokan menjadi dua tipe, yakni:
 Bendungan urugan tanah homogen
 Bendungan urugan tanah berzona (dengan inti tegak atau inti miring)
Pembuatan zona-zona pada tubuh bendungan adalah bertujuan untuk
meningkatkan keamanan bendungan, yaitu dalam rangka mendapatkan
kekuatan (strength) yang cukup, serta pengendalian rembesan dan retakan.
Untuk mendapatkan desain yang aman, dapat dibuat berbagai kemungkinan
tipe zona, bila material yang digunakan memiliki tingkat lulus air yang
rendah atau diperlukan adanya ketahanan terhadap retakan, dihilir bendungan
perlu dipasang lapisan drainasev horizontal yang dikombinasikan dengan
drainase tegak atau miring. Bendungan urugan tanah harus dielengkapi
dengan bangunan pelimpah dengan kapsitas yang memadai. Kelemahan
utama bendungan tipe ini adalah rawan terhadap erosi yang dapat berakibat
kerusakan atau keruntuhan bendungan.

b. Bendungan Urugan Batu


Adalah bendungan urugan yang sebagian besar material timbunannya berupa
batu, yang berfungsi sebagai pendukung utama stabilitas bendungan. Berikut
ini contoh bendungan urugan batu.

Gambar 1.7 Bendungan Urugan Batu


Sumber: magetan.go.id

Agar bendungan kedap air, dipasang lapisan kedap air berupa membran
kedap air dimuka lereng hulu (dikenal sebagai bendungan sekat atau facing
dams) atau didalam tubuh bendungan berupa inti. Lapisan kedap air atau
membran dapat berupa zona kedap air dari tanah, beton, paving beton aspal,
geomembran, plat baja, atau didalam tubuh bendungan dapat berupa lapisan
kedap air tipis dari tanah,beton, beton aspal, dan geomembran. Bendungan
urugan batu dengan zona kedap air tanah harus dilengkapi dengan filter dan
atau transisi untuk mencegah perpindahan material dari zona berbutir halus ke
zona berbutir lebih kasar. Secara gris besar bendungan urugan batu dapat
dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu:
 Bendungan urugan batu dengan lapis kedap air dimuka (bendungan
sekat/facing dams)
 Bendungan urugan batu berzona (dengan inti tegak atu inti miring)

Seperti bendungan urugan tanah, bendungan batu juga dapat rusak atau runtuh
akibat meluapnya air waduk, oleh karena itu bendungan hars dilengkapi bangunan
pelimpah dengan kapasitas yang cukup. Terkecuali berlaku bagi bendungan pengalih
aliran, bendungan detensi banjir atau penangkap sedimen yang secara khusus didesain
tahan terhadap meluapnya air waduk, dimana permukaan lerengnya dilengkapi
dengan batu-batu besar yang didesain khusus tahan terhadap erosi dari luapan air.
Bendungan urugan batu membutuhkan pondasi yang penurunannya
(settlement) kecil agar tidak merusak membran. Jenis pondasi yang cocok adalah
batuan atau pasir kerikil yang sangat kompak. Tipe urugan batu cocok untuk dipilih
bila persediaan material batu cukup banyak, pondasi batuan berada atau didekat
permukan tanah, material tanah yang cocok untuk urugan tanah tidak tersedia, musim
hujan yang panjang mengakibatkan pelaksanaan konstruksi urugan tanah menjadi tidak
praktis atau bila pembanguna bendungan beton kurang ekonomis.

3. Pembagian Tipe Bendungan Berdasarkan Aspek Hidraulik


Ada dua tipe yaitu:
a. Bendungan yang boleh dilimpasi air (overflow dams)
Adalah bendungan yang didesain boleh dilimpasi air di puncaknya.
Bendungan seperti ini umumnya hanya memiliki tinggi beberapa meter,
bendungan dibuat dari material yang tahan terhadap erosi seperti beton,
pasangan batu, baja, kayu dan lain-lain.
b. Bendungan yang tidak boleh dilimpasi air (noneverflow dams)
Adalah bendungan yang didesain tidak boleh meluap. Tipe ini lazimnya
dibuat dari material urugan tanah dan urugan batu, dan sering pula berupa
bendungan beton yang dikombinasikan dengan pelimpah serta urugan tanah
atau batu disisi-sisiya sehingga memebentuk komposit.
1.2 Investigasi Geologi Teknik (Geotechnical Investigation)
Investigasi ini dilakukan untuk mengumpulkan semua data yang berkaitan dengan
kondisi pondasi dan cadangan bahan alamiah yang tersedia dan diperlukan untuk
mendukung desain bendungan. Investigasi harus dilakukan dilokasi bendungan dan
bangunan pelengkapnya, cekungan waduk dan daerah sekelilingnya serta pada sumber
bahan galian.
Kegiatan yang perlu dilakukan, antara lain:
a. Pengumpulan dan pengkajian data dari hasil studi yang telah ada
b. Invetigasi geologi permukaan
c. Investigasi bawah permukaan
d. Uji insitu geoteknik
e. Uji laboratorium
f. Pengolahan hasil investigasi

Jenis, metode dan tingkat akurasi investigasi geologi harus dilakukan sesuai dengan
tahapan pelaksanaan. Pelaksanaan investigasi (investigator) harus memiliki kemampuan
yaitu menghasilkan tanah dan batuan, memahami sifat teknik dan geologi berbgai bentuk
rupa bumi (landforms), terbiasa dengan metode-metode sampling, logging, serta uji
lapangan dan laboratorium untuk bendungan.

1.2.1 Investigasi Geologi Permukaan


Investigasi geologi permukaan, perlu dilakukan pada tahap desain awal maupun
desain rinci yang kegiatannya mencakup pengkajian data yang telah ada, pengenalan
lapangan, pengamatan terhadap singkapan-singkapan dan pembuatan peta geologi yang
dilakukan dengan cara analogi terhadap kondisi bawah permukaan. Data yang perlu
dikaji antara yaitu topografi, stratigafi, struktural geologi, sifat batuan, material endapan,
hidrogeologi dan sejarah geologi (geohistory).
Penyebaran dan ketebalan endapan permukaan, jenis dan sifat bahan, derajat pelapukan,
pola dan penyebaran bidang-bidang diskontinyuitas dikaji lewat pengamatan terhadap
singkapan-singkapan yang ada dengan bantuan peta topografi. Tebal, derajat pelapukan
dan sifat tanah penutup, diamati dengan membuat paritan dan sumur uji.
Peta dasar yang digunakan berupa foto udara atau peta topografi:
 Peta wilayah dengan skala 1:50.000 sampai 1:100.000
 Peta semi detail lapangan skala 1:100.000 sampai 1:25.000
 Peta detail dengan skala 1:500 sampai 1:5.000
Data yang diperoleh dari investigasi ini harus mampu memberi informasi mengenai
stratigafi, struktur geologi, oientasi bidang diskontinyuitas seperti struktur sesar, kekar,
jurus, kemiringan lapisan, jenis dan siafat batuan, hidrogeologi, daerah longsoran, lokasi
sumber material timbunan dan agregat beton.
Hasil investigasi ini bersama dengan hasil kegiatan investigasi yang lain,
selanjutnya dituangkan didalam peta geologi skala detil yang harus mampu
menggambarkan hasil investigasi geologi permukaan dengan jelas dan dibuat
berdasarkan klasifikasi geologi sesuai dengan tujuan investigasi. Investigasi untuk
mengkaji pondasi, klasifikasi geologi terutama didasarkan pada kekuatan dan
permeabilitas batuan pondasi, sedang untuk investigasi cadangan material lebih
diutamakan pada faktor gradasi serta hal-hal yang berkaitan dengan penggaliannya.
Lokasi singkapan, batas formasi batuan dan lokasi struktur sesar, kekar, bidang geser
harus dinampakkan dengan jelas didlam peta. Formasi batuan sebaiknya diklasifikasi
berdasar sifat mekaniknya.
Peta geologi perlu disiapkan, pada lokasi-lokasi berikut:
 Cekungan waduk dan daerah sekitarnya, dengan skala 1:500 – 1:5.000
 Lokasi bendungan utama dan pelan, bangunan pelengkap, degan skala 1:500 –
1:1.000
 Lokasi sumber galian dengan skala 1:500 – 1:1.000
 Lokasi lain yang dianggap perlu

1.2.2 Investigasi Geologi Bawah Permukaan


Investigasi ini dimaksudkan untuk mengklasifikasi batuan pondasi berdasarkan
sifat-sifat teknisnya antara lain kondisi geologi yang mencakup jenis dan sifat batuan baik
fisik, mekanik, dan sifat hidrauliknya, serta mengumpulkan data lengkap guna
menentukan tipe bendungan, batas galian serta perbaikan pondasi. Kondisi diatas dapat
diketahui dari hasil pemboran inti. Selain pemboran inti metode lain yang lazim
digunakan adalah pendugaan geofisik dengan survey seismik, dan terowongan uji. Secara
umum lokasi dan kuantitas investigasi ini ditetapkan dengan mempertimbangkan tipe dan
ukuran bendungan serta kondisi geologi setempat.
a. Survei Seismik
Pada desain awal : survei seismik diperlukan untuk memperkirakan kedalaman
lapisan tanah dan batuan, lokasi rekahan, struktur sesar, kondisi dan tingkat
pelapukan batuan. Jalur survei paling tidak dilakukan pada sepanjang tapak
bendungan sejajar poros bendungan, palung sungai, tumpuan kanan dan kiri, serta
sepanjang bangunan pelimpah. Pada desain rinci: survey seismic diperlukan untuk
melengkapi data yang diperoleh pada tahap desain awal.
b. Pemboran
Pemboran diperlukan untuk mengetahui secara langsung kondisi geologi lokasi
bendungan, bangunan pelengkap dan sumber galian. Pemboran dilakukan
menggunakan ‘’rotary core drilling’’ dengan diameter mata bor >56 mm.
Kedalaman pemboran dilokasi bendungan pada prinsipnya harus sampai
menembus batuan dasar lebih dari 5 meter, atau secara umum paling tidak 2/3 kali
tinggi bendungan. Kedalaman yang pasti ditetapkan berdasarkan hasil uju seismik
dan geologi setempat.
Selama pemboran harus dilakukan berbagai uji, antara lain:
 Uji penetrasi standar (SPT) pada setiap interval kedalaman 2 meter atau
setiap pergantian lapisan
 Uji permeabilitas pada setiap interval kedalaman 1,5 – 3 meter. Metode uji
permeabilitas (uji packer bertekanan, atau open end test) disesuaikan
dengan karakteristik formasi.
Pada tahap desain awal : paling tidak diperlukan 2 lobang bor pada poros bendungan
masing-masing ditumpukan kanan dan kiri, 2 atau 3 lubang bor dipalung sungai kecuali
bila terlihat adanya singkapan batuan segar jumlah lobang bor dapat dikurangi 1 lobang
bor dibawah mercu pelimpah, dan ditempat-tempat lain yang memerlukan. Bila lembah
sungai sempit dan diduga merupakan jalur strktur sesar, perlu dilakukan pemboran miring
pada sisi tebing sungai menembus formasi batuan dibawah sungai.
Pada desain rinci : Jumlah dan lokasi pemboran tergantung pada kondisi geologi
setempat, dengan mempertimbangkan titik-titik pemboran yang telah dilaksankan pada
tahap desain awal. Secara umum lokasi pemboran sama dengan jalur pemboran sama
dengan jalur pemboran pada desain awal, namun jarak titik pemboran perlu dirapatkan
dengan jarak antara masing-masing titik pemboran disarankan berkisar antara 20 sampai
30 m.
Inti hasil pemboran, harus disimpan dengan baik didalam peti kayu, disusun
sesuai kemajuan pemboran. Deskripsi sample inti pemboran harus dicatatdalam kolom-
kolom format laporan (log bor) yang antara lain memuat nama pelaksana, tanggal,
elevasi, deskripsi, satuan batuan, perolehan inti, RQD, koefesien permeabilitas, SPT, air
pembilas, dan lain-lain yang perlu.
Dari hasil pemboran bersama hasil kegiatan investigasi geologi yang lain setelah diolah
kemudian dibuat peta geologi teknik rinci, termasuk peta-peta kontur batuan dasar,
penampang atau profil geologi, serta peta lugeon untuk menentukan kedalaman dan
kerapatan injeksi. Pada tahap konstruksi nanti, peta geologi rinci harus diperbaiki
kembali sesuai hasil investigasi pada galian pondasi dan investigasi tambahan. Profil
geologi setidaknya mencakup sepanjang poros bendungan digambarkan dari arah hulu,
dengan skala 1:500 – 1:1000, setidaknya mencakup sepanjang poros bendungan sampai
batas galian pada bukit tumpuan, bangunan pelimpah, terowongan pengelak dan
terowongan pengambilan.

c. Terowong Uji
Metode ini disarankan untuk dilakukan bagi bendungan besar tinggi diatas 30
meter, dimana kekuatan pondasi sangat penting untuk diketahui. Terowong uji
dibuat 1 atau 2 buah pada tumpuan kiri atau kanan tergantung kondisi geologi
setempat.
1.2.3 Uji Insitu Geoteknik
Ada dua faktor kekuatan penting yang harus diketahui pada batuan pondasi, yaitu
kuat desak atau kuat tarik dan kuat geser. Uji kuat desak atau kuat tarik dapat dilakukan
deilaboratorium terhadap sample inti pemboran dan galian uji, namun evaluasi terhadap
pondasi tidak daopat hanya berdasar pada uji laboratorium karena pengaruh dari retakan
dan kelembaban alamiah batuan tidak tercermin didalam hasil uji. Oleh karena itu
disamping uji laboratorium juga perlu dilakukan uji insitu pada tanah batuan asli yang
langsung dilakukan pada lobang bor seperti yang telah diuraikan diatas, dan atau pada
galian uji. Jenis uji insitu yang dilakukan pada terowong atau sumuran uji antara lain:
 Uji pembebanan / uji deformasi
 Uji insitu geseran
 Uji cepat rambat gelombang elastis
Disamping itu perlu dikaji ketahanan batuan terhadap proses pelapukan (slaking) untuk
mengetahui stabilitasnya jangka panjang.

1.2.4 Uji Laboratorium


Uji laboratorium diperlukan untuk:
 Melakukan analisis sifat teknik batuan (fragmen pembentuk batuan) dan
melengkapi data untuk mengklasifikasi batuan dengan membandingkan sifat
fisik dan sifat kimiawi fragmen batuan.
 Mengetahui sifat teknik batuan ata fragmen batuan sebagai bahan timbunan,
agregat beton dan lain sebagainya serta untuk mengevaluasi mutu bahan.
Semua jenis material yang diuji pekerjaan laboratorium dapat dikelompokan menjadi dua
macam, yaitu uji labiratorium mekanika tanah dan mekanika batuan seperti berikut:
1. Uji laboratorium mekanika tanah
Sample tanah yang akan diuji untuk investigasi pondasi adalah tanah asli yaitu:
a. Sifat fisik, antar lain : berat spesifik (Gs), berat isi (lamda n), kadar air (Wn),
analisis butiran (m%), batas-batas afterberg, hidrometer.
b. Sifat mekanik / teknik antara lain: uji geser (CD), terkonsolidasi (Cc,Cv, Es),
uji triaksial: tak terdrainase dan terkonsolidasi (consolidatet undrained, CU) ,
Tak terdrainase dan tak terkonsolidasi (unconsolidated undrained, UU) ,
(Consolidated Drained, cd). Uji permeabilitas dan bila perlu uji erodibility
atau slake durability test.
2. Uji laboratorium mekanika batuan
a. Sifat fisik:
 Selalu : berat spesifik, berat satuan, porositas, serap lembab,
permeabilitas.
 Sering kali: modulus elastisitas dinamis, nilai poison dinamis,
stabilitas terhadap pembahasan dan penyerapan air, besarnya
pengembangan ( swelling) dan tekanan akibat peremdaman dll.
b. Sifat mekanik:
 selalu : kuat tekan bebas ( unconfined compressive strength), modulus
deformasi (elastis) nilai poison
 sering kali : triaksial-konstanta kekuatan bahan (c,0) modulus
deformasi, nilai poison, geseran langsung kekuatan geser, konstanta
batuan, tegangan tarik brasilian.
 bila perlu : tegangan tarik satu dimensi, bengkokan, daya dukung
kekerasan (shore hardness), koefesien restitusi.

1.3 Pemilihan Macam Bendungan

1.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Macam Bendungan


Pemilihan macam-macam bendungan harus mempertimbangkan
beberapa faktor diantaranya
1. Tujuan Pembangunan
Tujuan pembangunan biasanya akan berpengaruh pada operasi
waduk yang kemudian akan berakibat pada fluktasi muka air waduk.
Untuk muka air waduk yang sangat fluktuatif dan fluktuasi yang besar
kurang cocok untuk bendungan urugan tanah. Adapun beberapa jenis
bendungan yang dapat dipilih berdasarkan tujuan pembangunanya yaitu
a. Check Dam
Bendungan kecil yang bersifat sementara atau permanen yang dibangun
melintasi saluran kecil atau drainase. Bendungan ini berfungsi mengurangi erosi
dalam saluran dan menurunkan kecepatan air pada saat badai.

Gamba Chek Dam


b. Dry Dam
Bendungan ini dibangun untuk tujuan pengendalian banjir. Bendungan ini biasanya
tidak terdapat gerbang atau turbin untuk mengalirkan air keluar dari bendungan.
Gambar Bendungan Dry Dam

c. Divertionary Dam
Tujuan dari pembangunan Bendungan ini yaitu untuk mengalihkan semua
atau sebagian dari aliran sungai dari aliran aslinya. Bendungan pengalihan
umumnya tidak menahan air di dalam reservoir. Sebaliknya air dialihkan ke
saluran –saluran lain yang bisa digunakan untuk irigasi, pembangkit listrik,
mengalirkan air ke sungai yang berbeda atau membuat waduk yang dibendung.

Gambar Divertionary Dam


2. Topografi
Topografi yang perlu dipertimbangkan antara lain termasuk bentuk
permukaan lokasi bendungan dan daerah genangan serta kemudahan akses
ke lokasi dan akses material.

Gambar Topografi Bandungan

3. Kondisi Pondasi dan Geologi


Pertimbangan geologi mencakup menilai kecocokan jenis tanah dan batuan
sebagai fondasi dan kesesuaian dengan material tubuh bendungan. Geologi pondasi
lokasi bendungan sering menjadi penentu di dalam menetapkan tipe bendungan yang
cocok dengan lokasi tersebut. Kondisi pondasi dan geologi yang harus
dipertimbangkan antara lain mencakup kekuatan, ketebalan, arah dan kemiringan
lapisan, tingkat lulus air/permeabelitas, kekar, retakan dan struktur sesar.

4. Hidrologi
Keadaan hidrologi akan berpengaruh pada operasi waduk yang kemudian
berakibat pada fluktasi air waduk. Disamping itu ada hubungan erat antara fsktor
ekonomi dengan hidrologi yang juga menjadi pertimbangan seperti karakteristik aliran
dan curah hujan dapat berpengaruh terhadap biaya konstruksi yaitu terkait pekerjaan
pengelakan sungai dan lamanya waktu pelaksanaan konstruksi bendungan urug tanah
5. Tersedianya Bahan Bangunan
Bendungan harus menggunakan material yang mutunya memnuhi syarat dan secara
ekonomis tersedia dekat dengan lokasi bendungan. Tipe bendungan yang paling
ekonomis biasanya adalah bendungan yang paling ekonomis biaya adalah bendungan
yang menggunakan material yang tersedia dalam jumlah yang memadai dan jarak angkut
yang layak. Jumlah mterial yang memadai berkisar antara dua sampai 3 kali volume yang
dibutuhkan.

6. Kegempaan
Kondisi kegempaan di lokasi bendungan akan berpengaruh pada pemilihan tipe
bendungan. Bendungan tipe urugan batu lebih tahan gempa dibandingkan urugan tanah.
Bagi bendungan yang terletak di daerah gempa, harus dibuat desain bendungan yang
tahan terhadap tambahan beban gempa dan tegangan.

7. Kesulitan-kesulitan yang Dihadapi pada Waktu Pengalihan Aliran Sungai


Ada tiga alternatif yang dapat dipilih bagi saluran pengelak yaitu terowong, konduit
dan saluran terbuka. Konduit dan saluran terbuka mempunyai kelemahan pada bidang
kontak antara pasangan beton dengan urugan tanah yaitu rawan terhadap terjadinya aliran
buluh. Berdasarkan pertimbangan keamanan bendungan, terowongan adalahn pilihan
yang terbaik.

Gambar 1. Terowongan
8. Perlindungan terhadap Aliran Pelimpah
Agar terhindar dari pembangunan pelimpah diatas tubuh bendungan
urug sebaiknya pelimbah dibangun pada galian saluran di bukit tumpuan di
luar atau di dalam tubuh bendungan. Penempatan pelimpah diluar tubuh
bendungan akan menghindarkan perlunya konstruksi pelindung di kaki
tubuh bendungan dari erosi dan turbulensi aliran pelimpah.

Gambar 1. Letak Bangunan Pelimpah

1.4 BENDUNGAN TIMBUNAN/URUGAN (EMBANKMENT DAM)

1.4.1 Bendungan Urugan


Suatu bendungan yang dibangun dengan cara menimbunkan bahan-
bahan seperti batu,krakal,kerikil,pasir dan tanah pada komposisi tertentu
dengan fungsi sebagai pengempang atau pengangkat permukaan air yang
terdapat didalam waduk di udiknya disebut bendungan type urugan atau
(bendungan urugan).Didasarkan pada ukuran dari bahan timbunan yang
digunakan secara umum dapat dibedakan 2 type bendungan urugan yaitu:
 Bendungan urugan batu(rock fill dam) disingkat dengan istilah “Bendungan
Batu’’
 Bendungan urugan tanah(earth fill dam) disingkat dengan istilah “Bendungan
Tanah’’
Selain keduan jenis tersebut,terdpat pula bendungan urugan
campuran yaitu terdiri dari timbunan batu dibagian hilirnya yang berfungsi
sebagai penyanggah dan bagian udiknya terdiri dari timbunan tanah yang
disamping berfungsi sebagai penyanggah tambahan, terutama berfungsi
sebagai tirai kedap air.

1.4.2 Klasifikasi Bendungan Urugan


Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengempng air atau pengangkat
permukaan air didalam suatu waduk, maka secara garis besarnya tubuh
bendung merupakan penahan rembesan air kearah hilir serta penyanggah
tandonan air tersebut.Ditinjau dari penempatan serta susunan bahan yang
membentuk tubuh bendung untuk dapat memenuhi fungsinya dengan baik,
maka bendungan urugan dapat digolongkan dalam 3(tiga) type utama
yaitu:
 Bendungan Urugan Homogen (Bendungan Homogen)
 Bendungan Urugan Zonal (Bendungan Zonal)
 Bendungan Urugan Bersekat (Bendungan Sekat)
1. Bendungan Homogen
Suatu Bendungan urugan digolongkan dalam type homogen apabila bahan yang
membentuk tubuh bendungan tersebut terdiri dari tanah yang hampir sejenis dan
gradasinya (Susunan ukuran butirannya) hampir seragam.Tubuh bendungan
secara keseluruhannya berfungsi ganda, yaitu sebagai bangunan penyanggah dan
sekaligus sebagai penahan rembesan air.

2. Bendungan Zonal
Bendungan urugan digolongkan dalam type zonal apabila timbunan yang
membentuk tubuh bendungan terdiri dari batuan dengan gradasi (susunan ukuran
butiran) yang berbeda-beda dalam urutan-urutan pelapisan tertentu.

3. Bendungan Urugan Bersekat (Bendungan Sekat)


Bendungan Urugan digolongkan dalam type sekat (facing) apabila
dilereng udik tubuh bendungan dilapisi dengan sekat tidak lulus air (dengan
kekedapan yang tinggi) seperti lembaran baja tahan karat , beton aspal, lembaran
beton betulang, hamparan plastik, susunan beton blok dan lain-lain.
1.4.3 Beberapa Keistiweaan Bendungan Urugan
1. Karakteristika Bendungan Urugan
Dibandingkan dengan Jenis-jenis lainya, maka bendungan urugan
mempunyai keistimewaan-keistimewaan sebagai berikut :
 Pembangunanya dapat dilaksanakan pada hampir semua kondisi geologi dan
geografi yang dijumpai.
 Bahan untuk tubuh bendungan dapat digunakan batuan yang terdapat disekitar
calon bendungan.
Akan tetapi type ini mempunyai kelemahan yang cukup berarti, yaitu tidak
mampu menahan limpasan-limpasan yang terjadi dapat menyebabkan
longsoran-longsoran pada lereng hilir yang dapat mengakibatkan jebolnya
bendungan tersebut.

Beberapa karakteristika utama dari bendungan urugan adalah sebagai berikut:


a. Bendungan urugan mempunyai alas yang luas, sehingga beban yang harus didukung
oleh pondasi bendungan per satuan unit luas biasanya kecil. Beban utama yang harus
didukung oleh pondasi terdiri dari berat tubuh bendungan dan tekanan hydrostatis
dari air dalam waduk.Karena hal tersebut, maka bendungan urugan dapat dibangun di
atas batuan yang sudah lapuk atau di atas alur sungai yang tersusun dari batuan
sedimen dengan kemampuan daya dukung yang rendah asalkan kekedapannya dapat
diperbaiki pada tingkat yang dikehendaki.

b. Bendungan urugan selalu dapat dibangun dengan menggunakan bahan batuan yang
terdapat di sekitar calon bendungan. Dibandingkan dengan jenis bendungan beton,
yang memerlukan bahan-bahan fabrikat seperti semen dalam jumlah besar dengan
harga yang tinggi dan didatangkan dari tempat yang jauh.maka bendungan urugan
dalam hal ini menunjukkan tendensi yang positip.

c. Dalam pembangunannya, bendungan urugan dapat dilaksanakan secara mekanis


dengan intensitas yang tinggi (full mechanized) dan karena banyaknya type-type
peralatan yang sudah diprodusir, maka dapat dipilihkan peralatan yang paling cocok,
sesuai dengan sifat-sifat bahan yang akan digunakan serta kondisi lapangan
pelaksanaannya.

d. Akan tetapi karna tubuh bendungan terdiri dari timbunan tanah atau timbunan batu
yang berkomposisi lepas. maka bahaya jebolnya bendungan umumnya disebabkan
oleh hal-hal sebagai berikut:

 longsoran yang terjadi baik pada lereng udik,maupun lereng hilir tubuh
bendungan.
 terjadinya sufosi (erosi dalam atau piping) oleh gaya-gaya yang timbul dalam
aliran filtrasi yang terjadi di dalam tubuh bendungan.
 Suatu kontruksi yang kaku tidak diinginkan di dalam tubuh bendungan karena
konstruksi tersebut tak dapat mengikuti gerakan konsolidasi dari tubuh bendungan
tersebut.
 Proses pelaksanaan pembangunannya biasanya sangat peka terhadap pengaruh
iklim Lebih-lebih pada bendungan tanah, dimana kelembaban optimum tertentu
perlu dipertahankan terutama pada saat pelaksanaan penimbunan dan
pemadatannya.

1.5 Filter dan Zona Transisi Bendungan


Filter (yang lebih tepat disebut sebagai urugan filter) merupakan
bagian penting dari bendungan tipe urugan. Filter yang dibuat dengan tata
cara atau bahan yang tidak tepat akan membahayakan tubuh bendungan.
Tentu saja dapat membahayakan keamanan bendungan secara keseluruhan
(dapat menimbulkan korban jiwa ataupun kerugian materiil dan moril yang
cukup banyak). Tata cara penentuan gradasi pasir dan kerikil sebagai filter
pada bendungan tipe urugan ini disusun untuk menjadi standar dalam tata
cara penentuan gradasi pasir dan kerikil untuk pembuatan filter secara
tepat (termasuk pemilihan bahan filternya), yang merupakan bagian vital
dari bendungan tipe urugan (fill type dam). Acuan-acuan yang tersebut
dalam daftar acuan walaupun bukan acuan utama tetapi merupakan sumber
masukan yang penting bagi kelengkapan standar tentang bendungan tipe
urugan.

1.5.1 Fungsi Urugan Filter Pelindung pada Bendungan Urugan


Fungsi urugan filter pelindung pada bendungan urugan, sebagai berikut :
a) Sebagai sarana untuk mengarahkan dan mengendalikan aliran air rembesan ke
luar dari dalam urugan tanah melalui media berpori;
b) Untuk mencegah terjadinya erosi buluh di antara zone-zone urugan dan fondasi
bendungan urugan.
c) untuk mengendalikan tingkat kejenuhan air dan tekanan rembesan pada urugan
tanah ataupun inti kedap air, agar berada pada tingkat yang aman bagi bendungan
urugan itu.
1.5.2 Kriteria Bahan Urugan Filter Pelindung
a) Pasir kerikilan yang tergradasi dengan baik (well graded) dapat dijadikan urugan
filter pelindung yang sangat bagus untuk melindungi lanau yang betul-betul
seragam atau pasir halus yang seragam, apabila segregasi dapat dihindari pada
saat penempatannya;
b) Untuk menjamin tercapainya kelulusan air yang memadai dalam urugan filter
pelindung, persentase material halus atau lolos saringan no. 200 (ASTM) terhadap
material yang disaring harus tidak lebih dari 5% berat (setelah dilakukannya
pemadatan);
c) Koefisien kelulusan air (= k) bahan filter pelindung harus berkisar antara (20 -
100) x koefisien kelulusan air dari material yang dilindungi.
d) Koefisien kelulusan air (= k) filter pelindung yang terbuat dari pasir & kerikil
bergradasi seragam sampai sedang ( Cu = D 60 : D 10 umumnya = 1,5 - 8 ), dapat
diperkirakan dengan persamaan empiris: k = 0,35 x (D 15 F)2 [k dalam cm/detik
dan D15 F dalam mm]
e) Kurva ukuran butir bahan filter pelindung tak harus sejajar atau tak harus serupa
bentuknya dengan kurva ukuran butir dari tanah dasar (tanah atau material yang
dilindungi = B);

1.5.3 Syarat Keamanan Hidraulik Bahan Urugan Filter Pelindung


1. Syarat keamanan hidraulik terhadap erosi buluh
Pori-pori dalam filter (yang letaknya bersinggungan dengan urugan tanah dan
batuan yang mudah tererosi) dan drainase harus cukup kecil, sehingga dapat mencegah
terangkutnya butir padat urugan yang halus masuk ke dalam (melewati) pori-pori
tersebut.

2. Syarat keamanan hidraulik yang berkaitan dengan kelulusan air


Pori-pori dalam filter dan drainase harus cukup besar, sehingga kelulusan air yang
terjadi akan memadai (kelulusan airnya minimum 25 x kelulusan air dari material
yang dilindungi), dan air rembesan dapat ke luar dengan bebas, dengan demikian gaya
rembesan dan tekanan hidrostatik dapat dikendalikan dengan baik. Pemadatan tidak
boleh dilakukan secara berlebihan, apabila dikhawatirkan akan terjadi kehancuran
bahan urugan filter pelindung sehingga dapat mengurangi kelulusan airnya.

1.5.4 Syarat Keamanan Struktural Urugan Filter Pelindung


1. Keamanan terhadap Retakan
Filter pelindung perlu dipelihara keamanan strukturalnya terhadap kemungkinan
terjadinya rekahan (retakan) pada tubuh urugan filter tersebut.
2. Keamanan terhadap Likuifaksi
Filter pelindung perlu dipelihara keamanan strukturalnya terhadap kemungkinan
terjadinya likuifaksi akibat terjadinya gempa bumi tektonik.
3. Keamanan terhadap Terjadinya Penurunan
Filter pelindung perlu dipelihara keamanan strukturalnya terhadap kemungkinan
terjadinya penurunan pada tubuh bendungan termasuk penurunan pada filter pelindung
tersebut.

1.6 FILTER DAN ZONA TRANSISI BENDUNGAN


Filter (yang lebih tepat disebut sebagai urugan filter) merupakan bagian penting
dari bendungan tipe urugan. Filter yang dibuat dengan tata cara atau bahan yang tidak
tepat akan membahayakan tubuh bendungan. Tentu saja dapat membahayakan
keamanan bendungan secara keseluruhan (dapat menimbulkan korban jiwa ataupun
kerugian materiil dan moril yang cukup banyak). Tata cara penentuan gradasi pasir
dan kerikil sebagai filter pada bendungan tipe urugan ini disusun untuk menjadi
standar dalam tata cara penentuan gradasi pasir dan kerikil untuk pembuatan filter
secara tepat (termasuk pemilihan bahan filternya), yang merupakan bagian vital dari
bendungan tipe urugan (fill type dam). Acuan-acuan yang tersebut dalam daftar acuan
walaupun bukan acuan utama tetapi merupakan sumber masukan yang penting bagi
kelengkapan standar tentang bendungan tipe urugan.
1.5.5 Fungsi Urugan Filter Pelindung pada Bendungan Urugan
Fungsi urugan filter pelindung pada bendungan urugan, sebagai berikut :
a. Sebagai sarana untuk mengarahkan dan mengendalikan aliran air rembesan ke
luar dari dalam urugan tanah melalui media berpori;
b. Untuk mencegah terjadinya erosi buluh di antara zone-zone urugan dan fondasi
bendungan urugan;
c. untuk mengendalikan tingkat kejenuhan air dan tekanan rembesan pada urugan
tanah ataupun inti kedap air, agar berada pada tingkat yang aman bagi bendungan
urugan itu.

d. Kriteria Bahan Urugan Filter Pelindung


a. Pasir kerikilan yang tergradasi dengan baik (well graded) dapat dijadikan urugan
filter pelindung yang sangat bagus untuk melindungi lanau yang betul-betul
seragam atau pasir halus yang seragam, apabila segregasi dapat dihindari pada
saat penempatannya;
b. Untuk menjamin tercapainya kelulusan air yang memadai dalam urugan filter
pelindung, persentase material halus atau lolos saringan no. 200 (ASTM) terhadap
material yang disaring harus tidak lebih dari 5% berat (setelah dilakukannya
pemadatan);
c. Koefisien kelulusan air (= k) bahan filter pelindung harus berkisar antara (20 -
100) x koefisien kelulusan air dari material yang dilindungi.
d. Koefisien kelulusan air (= k) filter pelindung yang terbuat dari pasir & kerikil
bergradasi seragam sampai sedang ( Cu = D 60 : D 10 umumnya = 1,5 - 8 ), dapat
diperkirakan dengan persamaan empiris: k = 0,35 x (D 15 F)2 [k dalam cm/detik
dan D15 F dalam mm]
e. Kurva ukuran butir bahan filter pelindung tak harus sejajar atau tak harus serupa
bentuknya dengan kurva ukuran butir dari tanah dasar (tanah atau material yang
dilindungi = B);
f. Syarat Keamanan Hidraulik Bahan Urugan Filter Pelindung
3. Syarat keamanan hidraulik terhadap erosi buluh
Pori-pori dalam filter (yang letaknya bersinggungan dengan urugan tanah dan
batuan yang mudah tererosi) dan drainase harus cukup kecil, sehingga dapat mencegah
terangkutnya butir padat urugan yang halus masuk ke dalam (melewati) pori-pori
tersebut.

4. Syarat keamanan hidraulik yang berkaitan dengan kelulusan air


Pori-pori dalam filter dan drainase harus cukup besar, sehingga kelulusan air
yang terjadi akan memadai (kelulusan airnya minimum 25 x kelulusan air dari
material yang dilindungi), dan air rembesan dapat ke luar dengan bebas, dengan
demikian gaya rembesan dan tekanan hidrostatik dapat dikendalikan dengan baik.
Pemadatan tidak boleh dilakukan secara berlebihan, apabila dikhawatirkan akan
terjadi kehancuran bahan urugan filter pelindung sehingga dapat mengurangi
kelulusan airnya.

g. Syarat Keamanan Struktural Urugan Filter Pelindung


Keamanan terhadap Retakan
Filter pelindung perlu dipelihara keamanan strukturalnya terhadap kemungkinan
terjadinya rekahan (retakan) pada tubuh urugan filter tersebut.
Keamanan terhadap Likuifaksi
Filter pelindung perlu dipelihara keamanan strukturalnya terhadap kemungkinan
terjadinya likuifaksi akibat terjadinya gempa bumi tektonik.
Keamanan terhadap Terjadinya Penurunan
Filter pelindung perlu dipelihara keamanan strukturalnya terhadap kemungkinan
terjadinya penurunan pada tubuh bendungan termasuk penurunan pada filter pelindung
tersebut.
1.7 UKURAN DAN DIMENSI

1.1 Lebar Bendung


Lebar maksimum bendung hendaknya tidak lebih dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai
pada ruas yang stabil. Lebar efektif mercu (Be) dihubungkan dengan lebar mercu yang
sebenarnya (B), yakni jarak antara pangkal-pangkal bendung dan/atau tiang pancang,
dengan persamaan berikut:
Be = B – 2 (nKp + K a) H1
Keterangan :
n = jumlah pilar
Kp = koefisien kontraksi pilar
Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
H1 = tinggi energi, m

1.2 Perencanaan Mercu


Di Indonesia pada umumnya digunakan dua tipe mercu untuk bendung pelimpah :
tipe Ogee dan tipe bulat. Dalam hal ini kavitasi dan aerasi tirai luapan harus
diperhitungkan dengan baik. Tinggi mercu bendung P,dianjurkan tidak lebih dari 4,00 m
dan minimum 0,5H.

1.3 Pangkal bendung


Pangkal-pangkal bendung (abutment) menghubungkan bendung dengan tanggul-
tanggul sungai dan tanggul-tanggul banjir. Pangkal bendung harus mengarahkan aliran
air dengan tenang di sepanjang permukaannya dan tidak menimbulkan turbulensi.
Elevasi pangkal bendung di sisi hulu bendung sebaiknya lebih tinggi daripada elevasi air
(yang terbendung) selama terjadi debit rencana. Tinggi jagaan yang harus diberikan
adalah 0,75 m sampai 1,50 m, bergantung kepada kurve debit sungai di tempat itu; untuk
kurve debit datar 0,75 m akan cukup; sedang untuk kurve yang curam akan diperlukan
1,50 m untuk memberikan tingkat keamanan yang sama
1.4 Bangunan Pengambilan Dan Pembilas
Bangunan pengambilan berfungsi untuk mengelakkan air dari sungai dalam jumlah
yang diinginkan dan bangunan pembilas berfungsi untuk mengurangi sebanyak mungkin
benda-benda terapung dan fraksi-fraksi sedimen kasar yang masuk ke jaringan saluran
irigasi.
Kapasitas pengambilan harus sekurang-kurangnya 120% dari kebu-tuhan pengambilan
(dimension requirement) guna menambah fleksibilitas dan agar dapat memenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi selama umur proyek.
Lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya sama dengan 1/6 – 1/10
dari lebar bersih bendung (jarak antara pangkal-pangkalnya), untuk sungai-sungai yang
lebarnya kurang dari 100 m. Lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total
pengambilan termasuk pilar-pilarnya.

1.5 Peredam energi


1) Untuk Fr ≤ 1,70 tidak diperlukan kolam olak, pada saluran hilir harus dilindungi dari
bahaya erosi. Untuk pasangan batu atau beton tidak memerlukan lindungan khusus
2) Bila 1,70 ≤ Fr ≤ 2,50 kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara efektif.
Pada umumnya kolam olak olak dengan ambang ujung mampu bekerja dengan baik.
Untuk penurunan muka air ΔZ < 1,5 m dapat dipakai bangunan terjunan tegak
3) Jika 2,50 ≤ Fr ≤ 4,50 maka akan timbul situasi yang sulit dalam memilih kolam olak
yang tepat. Loncatan air tidak terbentuk dengan baik dan menimbulkan gelombang
sampai jarak yang jauh di saluran. Kolam olak harus mampu menim-bulkan olakan
(turbulensi tinggi) dengan blok muka. Kolam olak yang sesuai adalah USBR tipe IV.
4) Kalau Fr ≥ 4,5 mulai dapat memper-pendek panjang kolam olak dengan menggunakan
blok-blok halang dan blok-blok muka. Tipe ini termasuk kolam olak USBR tipe III.
2.1 Desain Tubuh Bendung

1. Lebar bendung :
B = 1,2 x 33 = 39,6 m  40 m
2. Lebar efektif mercu bendung
Beff = 40,00 – 2(2 x 0,01 + 0,2) H1
= 40,00 – 0,44 H1
3. Analisa tinggi muka air diatas mercu bendung :
Q = Cd x 1,7 x Beff x H1 1,5
218,34 =1,48x1,7x(40–0,44H1)xH11,5
218,34 =2,52x(40–0,44H1)x H1 1,5

Tabel 2.1 Hubungan Tinggi Muka Air dengan Debit diatas Mercu Bendung
hd V H1 Bef H1/r Cd Q
0.00 0.00 0.00 38.00 0.00 0.00 0.00
0.01 2.20 0.26 39.89 0.51 1.48 13.11
0.16 2.08 0.38 39.83 0.76 1.48 23.63
0.31 1.97 0.51 39.78 1.02 1.48 36.42
0.46 1.88 0.64 39.72 1.28 1.48 51.28
0.61 1.79 0.77 39.66 1.55 1.48 68.05
0.76 1.71 0.91 39.60 1.82 1.48 86.60
0.91 1.64 1.05 39.54 2.09 1.48 106.82
1.06 1.57 1.19 39.48 2.37 1.48 128.60
1.21 1.51 1.33 39.42 2.65 1.48 151.85
1.36 1.45 1.47 39.35 2.93 1.48 176.50
1.51 Sumber1.61
1.40 : Hasil Perhitungan
39.29 3.22 Penulis202.46
1.48
1.60 1.37 1.69 39.25 3.39 1.48 218.34
Gambar 2.1 Hubungan Tinggi Muka Air dengan Debit diatas Mercu Bendung
Grafik Hubungan H dan Q Bendung Potanga

1.80
1.60
1.40
1.20
H (m)

1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00
Sumber : Hasil Perhitungan Penulis
Debit (m3/dtk)
Elevasi muka air banjir di hulu bendung dapat dihitung sebagai berikut :
1. Elevasi mercu bendung = 82,60
2. Tinggi MAB diatas mercu = 1,60 +
3. Elevasi MAB = 84,20
4. Tinggi Jagaan = 1,00 +
5. Elevasi tembok bendung = 85,20
diambil pada elevasi + 85,50
4. Analisa tinggi muka air dihilir bendung
Dari hasil pengukuran topografi didapatkan lebar rata-rata sungai bagian hilir sebesar
33,0 m dengan slope sungai sebesar 0,0143819. Analisa muka air banjir di hilir
bendung dilakukan dengan coba-coba yang hasilnya harus sama dengan debit banjir
rencana Q100 tahun = 218,40m³/dt, dari hasil coba-coba didapat tinggi air banjir di
hilir bendung sebesar 1,54 m, dengan tinggi jagaan 1,0 m dan elevasi dasar sungai di
hilir bendung sebesar + 78,00 maka didapat elevasi tembok pangkal hilir bendung
sebesar + 80,54 untuk ambil keamanan diambil elevasi + 83,00.
Analisa selanjutnya adalah dengan cara coba-coba harga H1, sampai didapat nilai
sebesar 218,34, dan dari coba-coba tersebut didapatkan harga H1 sebesar 1,60 m.
Hasil coba-coba tiap ketinggian dapat ditabelkan dan digambar sebagai berikut.
3. Analisa tinggi muka air diatas mercu bendungan :
Q = Cd x 1,7 x Beff x H1 1,5
218,34 =1,48x1,7x(40–0,44H1)xH11,5
218,34 =2,52x(40–0,44H1)x H1 1,5
Elevasi muka air banjir di hulu bendung dapat dihitung sebagai berikut :
6. Elevasi mercu bendung = 82,60
7. Tinggi MAB diatas mercu = 1,60 +
8. Elevasi MAB = 84,20
9. Tinggi Jagaan = 1,00 +
10. Elevasi tembok bendung = 85,20
diambil pada elevasi + 85,50
4. Analisa tinggi muka air dihilir bendungan
Dari hasil pengukuran topografi didapatkan lebar rata-rata sungai bagian hilir sebesar
33,0 m dengan slope sungai sebesar 0,0143819. Analisa muka air banjir di hilir
bendung dilakukan dengan coba-coba yang hasilnya harus sama dengan debit banjir
rencana Q100 tahun = 218,40m³/dt, dari hasil coba-coba didapat tinggi air banjir di
hilir bendung sebesar 1,54 m, dengan tinggi jagaan 1,0 m dan elevasi dasar sungai di
hilir bendung sebesar + 78,00 maka didapat elevasi tembok pangkal hilir bendung
sebesar + 80,54 untuk ambil keamanan diambil elevasi + 83,00.

2.2 Bangunan Pengambilan (Intake)


Qn = A x NFR / 0,65
= 523,23 x 1,46 / 0,65
= 1176,33 lt/dt = 1,176 m³/dt
Qs = 1,2 x 1,176 = 1,41 m³/dt
Lebar bersih bukaan pintu direncanakan 1,0 m, maka ;
F = Q / (u x (2.g.z) )
= 1,41 / (0,80 x 2 x 9,81 x 0,20 )
= 0,89
Jadi : a = F/b
= 0,89/1,00 = 0,89  1,0 m
Dan elevasi dasar intake :
= +82,60 – 0,20 – 1,00 = +81,40
Tinggi pintu diambil :
= a + 0,30 = 1,0 + 0,30 = 1,3 m

2.3 Bangunan Pembilas


bp = 1/10 x B = 1/10 x 40 = 4,0 m
Direncanakan pintu pembilas 2 pintu selebar 2,0 m dan 2 pilar lebar 1,0 m.
2.4 Kolam Olak
1. Tinggi kritis
hc = (q^2/g)^0,5= 1,83 m
2. Radius lengkungan, Rmin ;
Rmin/hc = 1,55
untuk h1/hc  2
h1/hc = 1,60/1,83 = 0,87; 0,87  2 maka
Rmin = 1,55 x 1,83
= 2,84 m di ambil = 4,00 m

3. Kedalaman air minimum, Tmin ;


Tmin/hc =1,88 x (h1/hc)0,215
Tmin =1,88x(1,60/1,83)0,215x1,83
=3,35 m  4,54 m
4). Dasar cekungan (bucket invert) ;
= tail water (TW) - Tmin
= + 80,89 - 4,00 = + 75,00

2.5 Lantai Muka


LV = 3,0+2,0+(8x1,0)+(2,0x4)+3,0
+ (1,0 x2) + 5,17 = 31,17 m
LH = (8x1,0)+3,0+(3x4,0)+4,5
+(3x1,5)+3,90+(2x2,0)
= 39,90 m
CL = 31,17 + 1/3 x 39,90 = 44,47
46 56
= 9,67 > 4  Aman
2.6 Perkuatan Dasar
V3 = Kecepatan rata-rata diatas ambang didapat = 1,73 m/dt. Dari grafik (KP04
pada gambar 6.7 hal. 107) didapatkan d40 = 0,10 m, diameter stabil terhadap kecepatan
yang ada. Dengan Dm = 0,50 m, maka ;
f = 1,76 x 0,500,5 = 39,35
R = 0,47 (218,34/39,35)1/3 = 0,83 m,
sehingga diambil = 1,50 m
Panjang lindungan = 4 x 0,83 = 3,33 m,
diambil = 5,0 m

1. 8 Rockriprap
Gradasidarirock rip-rapterdiridariwellgradedrock denganukuranlebih,
dari30cmdankurangdari75cm.Distribusimaterialsamadenganrock fill
penempatandisitedenganbucketexcavatoratauhandplacing.
.
Keterangan :

GW : Kerikil atau campuran kerikil dan pasir yang mempunyai pembagian


ukuran butiryangbaik sedikitatautanpabutiranhalus
GC : Kerikilberlempung, campurankerikilpasirdanlempung

GP : Kerikil atau campuran kerikil dan pasir yang mempunyai pembagian


pasiryangmempunyai pembagian
ukuranbutiryangjelek,sedikitatautanpabutiranhalus.
GM : Kerikilberlanau, campurankerikilpasirdanlempung

SW : Pasir yang mempunyai pembagian ukuran butir yang baik atau pasir dari
pecahan kerikil, sedikitatautanpabutiranhalus.
SC : Pasirberlempung, campuranpasirdanlanau
SP : Pasir yang mempunyai pembagian ukuran butir yang jelek atau pasir
dari pecahan kerikil, sedikitatautanpabutiranhalus
SM : Pasirberlanau, campuranpasirdanlanau

ML : Lanauinorganik, pasirsangat halus, debupadas, pasirhalus


berlanauatauberlempung atau lanauberlempung denganplastisitasrendah.
CL : Lempung inorganik yang mempunyai plastisitas lebih rendah dari harga
rata-rata, lempung darikerikil,lempungberpasir, lempungberlanau,
lempungdenganviskositaskecil

OL : Lanauinorganik denganplastisitasrendahdanlempungberlanau

MH : Lanau inorganik, lempung halus berpasir atau berlanau yang mempunyai


butiran mika atau ganggang (diatomae)
CH : Lempunginorganik berplastisitas tinggi,lempungberviskositas tinggi
ReferensiAlatPemadatyangdipergunakanpadaPelaksanaanTimbunanBendungan
STANDARDMETODEPEMADATAN

Kedala
Materialyang Lint
Tipe Mesin dipadatkan man asan Keterangan
Tipe Tiredroller, Lempungkering 15-25cm 6-10 Multiple

Lapisan axis

Pemadatan Sheepfoot, LempungBasah 15-25cm 6-10 type>10-30ton lebih


disukai
Berputar tampingroller
Tampingroller Materialtanahcampur 30-45cm 5-7 3-8 ton (tractor)
batu(sirtu) batupecah type22 tonmobile
type

TipeGetar TiredRoller Tanah Lempung 10-25cm 6-8 3-11ton


(Kerin)
FlatRo
Materialcampurkerikil 25-30cm 5-7 3-5 ton (untuk
ller
Kerikil/batupecah menyambung
timbunan harus
dikasarkan/digaruk
0,5-2ton

Materialcampur kerikil atau


20-30cm 5-7
Compactor sebagiantanah dasarasli
50-500kg tampling
Sebagian pada tanah rammer atau
dasarasli ataumedan
20-30cm 3-5 rammergetar
Tamper sempit

Compact Rammer Sebagianpada tanah


10-20cm 3-5 50-500kgrammer,15kg
dasarasli ataumedan pneumatic
Type sempit 10-20cm 3-5 rammerpasir
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional, 2008, Standar Nasional Indonesia, Jakarta.
Chow, Ven Te, 1959, Hidraulika Saluran Terbuka, Bandung
Departemen Pekerjaan Umum, 1990, Standar Tata Cara Perencanaan
Teknik Bendung, SKSNI, T-02-1990F, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ilmutekniksipil.com/bangunan-air/pengertian-bendungan
(PENGERTIAN BENDUNGAN)
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/8412/
Bab%202.pdf?sequence=9
(jenis dan macam bendungan)

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bendungan
(gambar contoh bendungan mengatasi banjir)

https://menzanusantara.com/waduk-gajah-mungkur-wonogiri-riwayatmu-
dulu/
(Gambar bendungan serbaguna)

http://janggan.magetan.go.id/data-teknis-bendungan-gonggang/
(bendungan urugan batu)

http://konstruksibesar.blogspot.com/2015/11/bendungan.html?m=1
(bendungan penampung air)

https://www.kompasiana.com/arifin.faal/552858e9f17e61b03b8b4665/
wisata-waduk-buatan-yang-tidak-kalah-dengan-wisata-lain
(gambar bendungan penampung air)

Anda mungkin juga menyukai