1. Perencanaan
Waduk
2. Penentuan
Kapasitas Waduk
3. Sedimentasi dan
Cara Penanganan
PENGERTIAN BENDUNGAN
Berdasarkan konstruksinya
• Bendungan urugan (fill dams, embankment dams)
Menurut ICOLD definisinya adalah bendungan
yang dibangun dari hasil penggalian bahan
(material) tanpa tambahan bahan lain yang bersifat
campuran secara kimia, jadi betul-betul bahan
pembentuk bendungan asli. Bendungan ini masih
dapat dibagi menjadi :
1. Bendungan urugan serbasama (homogeneous
dams), adalah bendungan urugan yang lapisannya
sama.
2. Bendungan urugan berlapis-lapis (zone dams,
rockfill dams),adalah bendungan urugan yang
terdiri atas beberapa lapisan , yaitu lapisan kedap
air (water tight layer), lapisan batu (rock zones,
shell), lapisan batu teratur (rip-rap) dan lapisan
pengering (filter zones).
3. Bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air
di muka (impermeable face rockfill dams, dekced
rockfill dams), adalah bendungan urugan batu
berlapis-lapis yang lapisan kedap airnya diletakkan
di sebelah hulu bendungan. Lapisan kedap air
yang biasa digunakan adalah aspal dan beton
bertulang.
B. Bendungan beton (concrete dams)
Adalah bendungan yang dibuat dari konstruksi beton
baik dengan tulangan maupun tidak. Ini masih dapat
dibagi lagi menjadi :
• Bendungan beton berdasar berat sendiri (concrete gravity
dams), adalah bendungan beton yang didesain untuk menahan
beban dan gaya yang bekerja padanya hanya dengan berat
sendiri saja.
• Bendungan beton dengan penyangga (concerete butress
dams), adalah bendungan beton yang mempunyai penyangga
untuk menyalurkan gaya-gaya yang bekerja padanya. Banyak
dipakai apabila sungainya sangat lebar sedangkan keadaan
geologiya baik.
• Bendungan beton berbentuk lengkung (beton berbentuk busur
atau concerete arch dams), adalah bendungan beton yang
didesain untuk menyalurkan gaya-gaya yang bekerja padaya
lewat abutmen kiri dan abutmen kanan bendungan.
• Bendungan beton kombinasi (combination concerete dams,
mixed type concerete dams),adalah merupakan kombinasi
anatara lebih dari satu tipe bendungan.
C. Bendungan lainnya
Biasanya hanya untuk bendungan kecil misalnya :
bendungan kayu (timber dams), bendungan besi (steel
dams), bendungan pasangan bata (brick dams),
bendungan pasangan batu (masonry dams).
Berdasarkan fungsinya
• Bendungan pengelak pendahuluan (primary cofferdam,
dike), adalah bendungan yang pertama-tama dibangun di
sungai pada waktu debit air rendah agar lokasi rencana
bendungan pengelak menjadi kering yang memungkinkan
pembangunannya secara teknis.
• Bendungan pengelak (cofferdam), adalah bendungan yang
dibangun sesudah selesainya bendungan pengelak
pendahuluan sehingga lokasi rencana bendungan utama
menjadi kering yang memungkinkan pembangunannya
secara teknis.
c. Bendungan utama (main dam), adalah bendungan yang
dibangun untuk memenuhi satu atau lebih tujuan tertentu.
d. Bendungan sisi ( high level dam ), adalah bendungan
yang terletak di sebelah sisi kiri dan sisi kanan bendungan
utama yang tinggi puncaknya juga sama. Ini dipakai untuk
membuat proyek seoptimal-optimalnya, artinya dengan
menambah tinggi pada bendungan utama diperoleh hasil
yang sebesar-besarnya biarpun harus menaikkan sebelah
sisi kiri dan atau sisi kanan.
e. Bendungan di tempat rendah (saddle dam), adalah
bendungan yang terletak di tepi waduk yang jauh dari
bendungan utama yang dibangun untuk mencegah
keluarnya air dari waduk sehingga air waduk tidak
mengalir ke daerah sekitarnya.
f. Tanggul ( dyke, levee), adalah bendungan yang terletak
di sebelah sisi kiri dan atau kanan bendungan utama
dan di tempat yang jauh dari bendungan utama yang
tinngi maksimalnya hanya 5 m dengan panjang
puncaknya maksimal 5 kali tingginya.
g. Bendungan limbah industri (industrial waste
dam),adalah bendungan yang terdiri atas timbunan
secara bertahap untuk menahan limbah yang berasal
dari industri.
h. Bendungan pertambangan (mine tailing dam, tailing
dam), adalah bendungan yang terdiri atas timbunan
secara bertahap untuk menahan hasil galian
pertambangan dan bahan pembuatnya pun berasal dari
hasil galian pertambangan juga.
Berdasarkan jalannya air
a.Bendungan untuk dilewati air (overflow dams)
Adalah bendungan yang dibangun untuk untuk dilewati air
misalnya pada bangunan pelimpah (spillway).
b.Bendungan untuk menahan air (non overflow dams)
Adalah bendungan yang sama sekali tidak boleh di lewati air.
Kedua tipe ini biasanya dibangun berbatasan dan dibuat dari
beton, pasangan batu atau pasangan bata.
Berdasarkan ICOLD
•Bendungan urugan tanah (earthfill dams)
•Bendungan urugan batu (rockfill dams), adalah bendungan
urugan yang kekuatan konstruksinya didasarkan pada urugan
batu dan sebagai lapisan kedap air memakai tanah liat, tanah
liat bercapur pasir/kerikil, lapisan aspal, beton bertulang atau
geotextile.
c. Bendungan beton berdasar berat sendiri
d. Bendungan beton dengan penyangga
e. Bendungan beton berbentuk lengkung
f. Bendungan beton berbentuk lebih dari satu lengkung
(multiple arch dams), adalah bendungan beton yang
bentuk lengkungnya lebih dari satu dan diperkuat dengan
kolom beton bertulang.
Fungsi Bendungan
Maka dapat disimpulkan, secara umum fungsi dari
bendungan adalah berdasarkan peranannya:
• Sebagai Pembangkit: Listrik tenaga air adalah sumber
utama listrik di dunia. banyak negara memiliki sungai
dengan aliran air yang memadai, yang dapat dibendung.
Gravity Dams
• Gravity Dams use their triangular shape and the
sheer weight of their rock and concrete structure
to hold back the water in the reservoir.
From: http://www.dur.ac.uk/~des0www4/cal/dams/conc/gappu.htm
Gravity Dams
Gravity dams are the most common type of
large dam in the world because they are
easy and cheap to build. They can also
be built across long distances over
relatively flat terrain. This makes them
very applicable in non-mountainous
regions. The largest gravity dam in the
world is the Aswan Dam in Egypt. (24)
Arch Dams
• Arch Dams utilize the strength of an arch to
displace the load of water behind it onto the rock
walls that it is built into.
From: http://www.dur.ac.uk/~des0www4/cal/dams/conc/buttress.htm
Composite Dams
Composite dams are combinations of one or
more dam types. Most often a large section
of a dam will be either an embankment or
gravity dam, with the section responsible for
power generation being a buttress or arch.
The Bloemhof Dam on the Orange River of South Africa
is an excellent example of a gravity/buttress dam.
Buttress Dam
Gravity Dam
From: http://www.dwaf.gov.za/orange/images/web176l.jpg
2. Sebagai Listrik : untuk keperluan pembangkit listrik
3. Untuk Menstabilkan aliran air / irigasi : Bendungan sering
digunakan untuk mengontrol dan menstabilkan aliran air,
untuk pertanian tujuan dan irigasi. Mereka dapat
membantu menstabilkan atau mengembalikan
tingkat/ketinggian air danau dan laut pedalaman. Mereka
menyimpan air untuk minum dan kebutuhan manusia
secara langsung
4. Untuk Pencegahan banjir : Bendungan diciptakan untuk
pengendalian banjir
5. Untuk Reklamasi : Bendungan (sering disebut tanggul-
tanggul atau tanggul) digunakan untuk mencegah
masuknya air ke suatu daerah yang seharusnya dapat
tenggelam, sehingga para reklamasi untuk digunakan oleh
manusia
6. Untuk kegiatan rekreasi: Bendungan yang digunakan
untuk tujuan hiburan
Proses perencanaan
Waduk.
Keputusan untuk membangun waduk pada
suatu daerah pada prinsipnya memerlukan
observasi teliti, dan akan memakan waktu
dan biaya yang tidak sedikit.
Ada tahapan-tahapan yang harus
dilakukan untuk menentukan apakah
usulan proyek tersebut layak secara teknis,
ekonomi dan sosial.
Tujuan dari pada dibangunnya suatu bendungan /
waduk adalah
Topografi,
Hidrologi,
Morfologi Sungai,
Geologi,
Tanah,
Ekologi
TAHAPAN PERENCANAAN WADUK
MASTER PLAN
DATA
HAND-OVER
I dan II
STUDI KELAYAKAN
Kelayakan Teknik
a) Pemilihan Lokasi
b) Kekuatan Konstruksi
c) Hidrologi
d) Sedimentasi
Kelayakan ekonomi
Kelayakan sosial
Kelayakan lingkungan
DENAH LOKASI
W E
S DAS Cipanas-Pangkalan
(982 km2)
Cipanas
Ujungjaya
DAS Pantura - Ciayu
Keterangan : DAS Cimanuk (1820 km2)
Paseh (3584 km2) Benda
Waduk Eksisting Cipeles
Cisanggarung
Cibatu
Laut :
daratan
laut dalam
Garut
laut dangkal
Cikajang
Situbener
Lokasi Waduk Cimulya
MAIN DAM
Lokasi Bendungan :
Di Sungai Cisrigading
Dusun Cimulya,
Desa
Padamulya,
Kec.
Lebakwangi, Kab.
KARAKTERISTIK WADUK
• Karakteristik fisik waduk merupakan bagian-bagian
pokok dari waduk yaitu volume hidup, volume mati,
tinggi muka air maksimum, tinggi muka air minimum,
tinggi mercu bangunan pelimpah berdasarkan debit
rencana.
Muka air pada kondisi debit rencana
Mercu bangunan
pelimpah
Volume hidup
Saluran
pengambilan
m.a minimum
Tampungan lembah
pembendungan
6 3
Volume Tampungan (10 m )
80 70 60 50 40 30 20 10 0
250 250
Kapasitas Tampungan
230 230
Elevasi (m)
Elevasi (m)
210 210
Luas Genangan
190 190
170 170
150 150
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00
2
Luas Genangan (km )
NO. RENCANA GENANGAN LUAS AREA VOLUME
Reservoir CP CP Kondisi
Volume Penuh
5000.00
G
C2
4000.00
Debit kumulatif106 m3
F
3000.00 E
Laju pengambilan
2000.00
C1
Draft
D
1000.00 A
B 1 tahun
0.00
Tahun
• Kapasitas waduk didapat dengan mengukur
jarak dari garis laju pengambilan dengan grafik
yaitu C1 dan C2 dan jarak maksimum adalah C2.
Inilah kapasitas waduk yang dibutuhkan. Waduk
ini akan penuh di A, berkurang sampai di B,
kemudian penuh lagi di D. Antara D dan E
waduk akan tetap penuh dan semua aliran yang
masuk akan dibuang ke hilir. Sampai di titik F
waduk akan kosong dan penuh lagi di G. Pada
metode ini evaporasi tidak diperhitungkan
Metoda Kurva Massa Residu
• Kurangi nilai inflow data dengan nilai rata-ratanya (jika
digunakan data bulanan dikurangi dengan rata-rata
bulanan, dan jika data tahunan dikurangi dengan rata-rata
tahunannya). Hasil hitungan tersebut yang disebut sebagai
nilai residu.
• Hitung residu dari draft pengambilan, dengan mengurangi
draft pengambilan dengan rata-ratanya. Jika diketahui rata-
rata draft pengambilan 106.1 x106m3 dan draft
pengambilan = 75%nya (=75%x106.1=79.575≈79.6
x106m3), maka nilai residunya =-25.6 x106m 3 . Buat grafik
kumulatif nilai residu seperti pada gambar 7 dan plot garis
laju pengambilan residu ke grafik tersebut yang
menyinggung puncak-puncak grafik.
• Ukurlah jarak antara garis laju pengambilan residu dengan
grafik kurva massanya.
• Asumsi dan batasan metoda ini sama dengan pada metoda
Kurva Massa Rippl, keduanya membutuhkan ketelitian
dalam membuat skala, sehingga hasilnya lebih akurat.
Grafik Kurva Massa Residu
4000
5 tahun
3000
m 3)
Draft residu
2000
6
Kumulatif Inflow Residu (10
1000
A
0
C C3
-1000 1
C2
-2000 B
-3000
-4000
1935 1940 1945 1950 1955 1960 1965 1970
Tahun
Metoda Dincer
2
zp 2
CP cv
4(1 D) 2
dengan :
• CP = panjang(lama) periode kritik (thn)
• cv = koevisien variasi tahunan
• C = kapasitas maksimum yang
dibutuhkan
• T = kapasitas maksimum yang
dibutuhkan dibagi dengan debit tahunan
rerata dalam satuan volume.
1 n k 1 n k n k
n k i 1
xixik 2 i ik
x
n k i 1 i 1
x
rk 1 1
1 n k 2 1 n k
2 2 1 n k 1 n k
2
2
2 i 2 ik
2
xi x xik x
n k i 1 n k i 1 n k i 1 n k i 1
dengan :
• rk = koefisien korelasi serial tahunan,
• k = selang, dalam hal ini k = 1
• x = debit
• n = panjang data.
Contoh Tabel Hitungan Kapasitas Waduk dengan
Metoda DINCER
Tahun Xi (106) Xi+k (106) Xi * Xi+k (106) Xi 2
(Xi+k )2
1950 1190 1690 2011100 1416100 2856100
1951 1690 2610 4410900 2856100 6812100
1952 2610 1613 4209930 6812100 2601769
1953 1613 1113 1795269 2601769 1238769
1954 1113 2410 2682330 1238769 5808100
1955 2410 3834 9239940 5808100 14699556
1956 3834 757 2902338 14699556 573049
1957 757 1776 1344432 573049 3154176
1958 1776 936 1662336 3154176 876096
1959 936 1473 1378728 876096 2169729
1960 1473 717 1056141 2169729 514089
1961 717 928 665376 514089 861184
1962 928 850 788800 861184 722500
1963 850 1888 1604800 722500 3564544
1964 1888 553 1044064 3564544 305809
1965 553 1139 629867 305809 1297321
1966 1139 369 420291 1297321 136161
1967 369 1230 453870 136161 1512900
1968 1230 1010 1242300 1512900 1020100
1969 1010 0 0 1020100 0
28086 26896 39542812 52140152 50724052
x = 1404,30
s = 817,5375
cv = 0,582167
cs = 1,550497
r k = 0,095
Kemungkinan kegagalan ditentukan 5% dari tabel
distribusi normal kita dapatkan besarnya Zp = 1.65
Draft pengambilan 75%
Sehingga C=[(1404.3)(1.65)2] / [4(1-0.75)2]
*0.582167=2225.756 * 106m3
Karena sifat aliran tidak independen maka perlu
koreksi dengan serial korelasinya yang sudah
diperoleh sebesar 0.095, kemudian dicari dari tabel
Reservoir Capasity correction factor didapat harga
1.13, jadi besarnya kapasitas waduk menjadi,
C = 2225.756*1.13*106m3 = 2515.104 *106m3
Panjang periode kritiknya = CP = (1.65)2/[4(1-
0.75)]
*0.58217 = 3.69 tahun
Metoda Simulasi
Persamaan kontinyuitas penampungan (McMahon,1978 ) :
Z t +1 = Zt + Qt – Dt ─ ∆Et ─ Lt
batasan 0 ≤ Zt ≤ C
dengan
t = interval waktu yang digunakan, umumnya satu
bulan,
Z t +1 = tampungan pada akhir interval waktu t,
Zt = tampungan waduk pada awal interval waktu t+1
Qt = aliran masuk selama interval waktu t,
Dt = kebutuhan elama interval waktu t,
∆Et = evaporasi selama interval waktu t,
Lt = kehilangan air akibat kebocoran/rembesan selama
interval waktu t.
C = kapasitas manfaat/aktif waduk.
Jika umur waduk diperhitungkan maka tampungan aktif harus
dikurangi dengan perkiraan volume sedimennya
Tingkat Keandalan Waduk :
n
R 100 x100 %
N
• R = keandalan kapasitas waduk dlm %,
•n = banyaknya waduk kosong dlm
satuan t,
•N = panjang rangkaian data dlm satuan t
Hubungan Q – p
Pada tahun yg sama
Q=f(p)
Bangkitan Debit Q
Tabel Data Hujan tengah bulanan
2 mnggu Bulan
Tahun
ke Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1989 1 144 224 180 96 112 214 69 82 0 100 300 225
2 207 245 143 25 119 9 38 2 17 66 30 218
1990 1 132 43 146 27 48 4 10 1 0 0 0 96
2 218 212 113 61 31 43 4 59 0 55 8 211
1991 1 317 346 65 308 38 7 0 0 0 0 35 96
2 180 146 124 117 0 0 0 0 3 14 96 117
1992 1 421 208 194 297 24 16 35 0 73 60 201 203
2 266 181 190 151 118 5 0 187 37 197 296 31
1993 1 173 154 173 436 103 58 0 2 0 3 165 229
2 211 72 184 58 20 6 0 0 0 2 100 50
1994 1 241 325 343 246 36 0 0 0 0 0 31 296
2 183 192 246 39 0 0 0 0 0 8 65 114
1995 1 310 257 153 104 64 127 43 0 0 24 239 212
2 63 180 206 92 49 65 0 0 2 81 415 43
1996 1 123 168 66 73 0 4 1 10 0 101 214 325
2 234 56 84 77 48 8 0 4 0 128 312 23
1997 1 220 265 19 153 0 0 0 0 1 0 18 230
2 91 147 41 10 0 0 0 0 0 0 51 104
1998 1 138 239 232 180 75 96 81 39 16 135 176 40
2 155 190 103 99 39 99 173 0 41 426 171 292
1999 1 217 147 0 0 0 0 0 0 0 0 0 236
2 176 162 0 0 0 0 0 0 0 0 0 50
Persamaan Regresi
Debit - Hujan
3.5
3
Debit (m3/det)
2.5
2
1.5
1 y = 0.0055x + 0.6021
0.5 R2 = 0.7191
0
0 100 200 300 400 500
Hujan (mm)
TABEL HASIL PERHITUNGAN HUJAN - ALIRAN
Data Hujan Terukur Hitungan
173 1.453 1.55
211 1.718 1.76
154 1.095 1.45
72 1.845 1.00
173 1.683 1.55
184 2.44 1.61
436 3.113 3.00
58 1.438 0.92
103 1.283 1.17
20 0.841 0.71
58 0.84 0.92
6 0.973 0.64
0 0.659 0.60
0 0.533 0.60
2 0.449 0.61
0 0.458 0.60
0 0.443 0.60
0 0.437 0.60
3 0.38 0.62
2 0.492 0.61
165 0.606 1.51
100 0.868 1.15
229 1.573 1.86
50 0.939 0.88
Grafik Debit Terukur dan Debit Hasil Perhitungan
3.5
3
Debit ( m3/det)
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Waktu ( 2 mingguan )
Terukur Hitungan
Tabel Debit 2 mingguan
2 mnggu Bulan
Tahun
ke Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1989 1 1.39 1.83 1.59 1.13 1.22 1.78 0.98 1.05 0.60 1.15 2.25 1.84
2 1.74 1.95 1.39 0.74 1.26 0.65 0.81 0.61 0.70 0.97 0.77 1.80
1990 1 1.33 0.84 1.41 0.75 0.87 0.62 0.66 0.61 0.60 0.60 0.60 1.13
2 1.80 1.77 1.22 0.94 0.77 0.84 0.62 0.93 0.60 0.90 0.65 1.76
1991 1 2.35 2.51 0.96 2.30 0.81 0.64 0.60 0.60 0.60 0.60 0.79 1.13
2 1.59 1.41 1.28 1.25 0.60 0.60 0.60 0.60 0.62 0.68 1.13 1.25
1992 1 2.92 1.75 1.67 2.24 0.73 0.69 0.79 0.60 1.00 0.93 1.71 1.72
2 2.07 1.60 1.65 1.43 1.25 0.63 0.60 1.63 0.81 1.69 2.23 0.77
1993 1 1.55 1.45 1.55 3.00 1.17 0.92 0.60 0.61 0.60 0.62 1.51 1.86
2 1.76 1.00 1.61 0.92 0.71 0.64 0.60 0.60 0.60 0.61 1.15 0.88
1994 1 1.93 2.39 2.49 1.96 0.80 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.77 2.23
2 1.61 1.66 1.96 0.82 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.65 0.96 1.23
1995 1 2.31 2.02 1.44 1.17 0.95 1.30 0.84 0.60 0.60 0.73 1.92 1.77
2 0.95 1.59 1.74 1.11 0.87 0.96 0.60 0.60 0.61 1.05 2.88 0.84
1996 1 1.28 1.53 0.97 1.00 0.60 0.62 0.61 0.66 0.60 1.16 1.78 2.39
2 1.89 0.91 1.06 1.03 0.87 0.65 0.60 0.62 0.60 1.31 2.32 0.73
1997 1 1.81 2.06 0.71 1.44 0.60 0.60 0.60 0.60 0.61 0.60 0.70 1.87
2 1.10 1.41 0.83 0.66 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.88 1.17
1998 1 1.36 1.92 1.88 1.59 1.01 1.13 1.05 0.82 0.69 1.34 1.57 0.82
2 1.45 1.65 1.17 1.15 0.82 1.15 1.55 0.60 0.83 2.95 1.54 2.21
1999 1 1.80 1.41 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 1.90
2 1.57 1.49 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.88
Debit 2 mingguan Hasil Perhitungan
3.5
2.5
Debit (m3/det)
1.5
0.5
0
1 12 23 34 45 56 67 78 89 100 111 122 133 144 155 166 177 188 199 210 221 232 243 254
Waktu ( 2 mingguan )
Debit Andalan berdasarkan Debit Tahunan
Debit Urutan %
Tahun Nomer Tahun
Tahunan Debit
1989 30.21 1 33.10 9.09% 1992
1990 22.82 2 32.24 18.18% 1998
1991 25.50 3 30.21 27.27% 1989
1992 33.10 4 29.46 36.36% 1995
1993 26.54 5 27.46 45.45% 1994
1994 27.46 6 26.54 54.55% 1993
1995 29.46 7 25.77 63.64% 1996
1996 25.77 8 25.50 72.73% 1991
1997 21.88 9 22.82 81.82% 1990
1998 32.24 10 21.88 90.91% 1997
1999 19.88 11 19.88 100.00% 1999
Debit Andalan berdasarkan
Debit 2 mingguan minggu pertama
BULAN
Tahun
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1989 1.39 1.83 1.59 1.13 1.22 1.78 0.98 1.05 0.60 1.15 2.25 1.84
1990 1.33 0.84 1.41 0.75 0.87 0.62 0.66 0.61 0.60 0.60 0.60 1.13
1991 2.35 2.51 0.96 2.30 0.81 0.64 0.60 0.60 0.60 0.60 0.79 1.13
1992 2.92 1.75 1.67 2.24 0.73 0.69 0.79 0.60 1.00 0.93 1.71 1.72
1993 1.55 1.45 1.55 3.00 1.17 0.92 0.60 0.61 0.60 0.62 1.51 1.86
1994 1.93 2.39 2.49 1.96 0.80 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.77 2.23
1995 2.31 2.02 1.44 1.17 0.95 1.30 0.84 0.60 0.60 0.73 1.92 1.77
1996 1.28 1.53 0.97 1.00 0.60 0.62 0.61 0.66 0.60 1.16 1.78 2.39
1997 1.81 2.06 0.71 1.44 0.60 0.60 0.60 0.60 0.61 0.60 0.70 1.87
1998 1.36 1.92 1.88 1.59 1.01 1.13 1.05 0.82 0.69 1.34 1.57 0.82
1999 1.80 1.41 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 1.90
Debit andalan berdasar debit 2 mingguan
No. Urut n/m(%) Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1 9.09% 2.92 2.51 2.49 3.00 1.22 1.78 1.05 1.05 1.00 1.34 2.25 2.39
2 18.18% 2.35 2.39 1.88 2.30 1.17 1.30 0.98 0.82 0.69 1.16 1.92 2.23
3 27.27% 2.31 2.06 1.67 2.24 1.01 1.13 0.84 0.66 0.61 1.15 1.78 1.90
4 36.36% 1.93 2.02 1.59 1.96 0.95 0.92 0.79 0.61 0.60 0.93 1.71 1.87
5 45.45% 1.81 1.92 1.55 1.59 0.87 0.69 0.66 0.61 0.60 0.73 1.57 1.86
6 54.55% 1.80 1.83 1.44 1.44 0.81 0.64 0.61 0.60 0.60 0.62 1.51 1.84
7 63.64% 1.55 1.75 1.41 1.17 0.80 0.62 0.60 0.60 0.60 0.60 0.79 1.77
8 72.73% 1.39 1.53 0.97 1.13 0.73 0.62 0.60 0.60 0.60 0.60 0.77 1.72
9 81.82% 1.36 1.45 0.96 1.00 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.70 1.13
10 90.91% 1.33 1.41 0.71 0.75 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 1.13
11 100.00% 1.28 0.84 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.82
KEBUTUHAN AIR IRIGASI
KAI
Etc IR WLR P Re x A
IE
KAI : kebthan air irigasi (l/detik)
Etc : kebthan air konsumtif (mm/hari)
IR : kebthan air irgs unt
penyiapan lahan dtngkt
perswhn (mm/hr)
WLR: kebthan air unt mengganti lap
air (mm/hr)
P : perkolasi (mm/hr)
Re : hujan efektif (mm/hr)
IE : efisiensi irigs (%)
A : luas areal irgs ( ha )
Kebutuhan air konsumtif (Etc)
Etc = Eto x kc
dengan,
Etc
Eto
Kc
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
ek
IR M k
e 1
IR = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan,
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat
evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan,
= Eo + p ; Eo = 1.1 x ETo dan p = perkolasi,
k = M x (T/S) ; T = jangka waktu penyiapan lahan dan
S = kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air
50 mm.
Kebutuhan air untuk pengganti lapisan air (RW)
Pada perhitungan ini pengganti lapisan air ditetapkan
berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi, yaitu sama
dengan 50 mm/bulan selama 2 bulan.
Perkolasi (p)
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya perkolasi
antara lain :
teksture tanah, jika teksturenya halus maka nilai perkolasi
rendah sebaliknya kalau teksturenya kasar maka angka
perkolasi tinggi,
permeabilitas tanah, tebal lapisan tanah bagian atas, semakin
tipis semakin rendah angka perkolasinya,
letak permukaan air tanah, semakin tinggi letak permukaan air
tanah makin rendah angka perkolasi,
Untuk menentukan besarnya perkolasi satu-satunya cara
adalah dengan pengukuran di lapangan. Jika tidak ada
data pengukuran maka angka perkolasi ditentukan
berdasarkan ketentuan yang ada pada Standar
Perencanaan Irigasi yaitu sebesar 1-3 mm/hari.
Hujan Efektif (Re)
Curah hujan efektif adalah curah hujan andalan yg jatuh
di suatu daerah yg digunakan tanaman untuk
pertumbuhan. CH tsb merup hujan wilayah yg harus
diperkirakan dari titik pengamatan (mm)
Sosrodarsono S, 1980. Penentuannya berdasarkan
persamaan berikut :
1
Re 0,7 x (R 80 )
15
dengan :
Re = curah hujan efektif (mm)
R80 = ch yg kemungkinan tidak terpanuhi sebesar 20%
(mm), didapat dari urutan data dg rumus Harza :
n
m 1
dengan : 5
m = ranking dari urutan terkecil
n = jumlah tahun pengamatan
Efisiensi Irigasi (EI)
Merupakan faktor penentu utama dari unjuk kerja suatu sisten
jaringan irigasi, yg terdiri atas efisiensi pengaliran yg terjadi di
jaringan utama dan jaringan sekunder (dari bang pembagi sampai
petak sawah)
Luas areal Irigasi
Adalah luas sawah yg akan diairi, yg dapat diperoleh dari Dinas
Pengairan berupa peta dan luasan daerah irigasi.