Anda di halaman 1dari 42

Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I

SUGI HARTINI (15311021)

BAB. I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara agraris dimana pembangunan di bidang pertanian

menjadi prioritas utama. Indonesia merupakan salah satu Negara yang memberikan

komitmen tinggi terhadap pembangunan ketahanan pangan sebagai komponen strategis

dalam pembangunan nasional. Berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka

pembangunan di bidang pertanian untuk meningkatkan produksi pangan. Maka dari itu

diperlukan suatu bentuk rekayasa yang baik sehingga seperti apapun lahan yang

tersedia, produksi pangan tetap dapat dilakukan dengan kualitas yang tinggi.

Satu hal yang cukup krusial dalam merekayasa lahan adalah jaringan irigasi. Hal

ini karena baik tanaman maupun padi (khususnya untuk bidang agraris), membutuhkan

air yang mencukupi agar pertumbuhannya baik. Namun ketersediaan air yang ada untuk

tanaman tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan air bagi tanaman tersebut untuk

tumbuh dengan baik. Sehingga diperlukan jaringan yang menyediakan kebutuhan air

bagi lahan tersebut. Langkah awal yang dapat dilakukan yaitu dengan pembangunan

saluran irigasi untuk menunjang ketersediaan air, sehingga ketersediaan air di lahan

akan terpenuhi walaupun lahan tersebut jauh dari sumber air permukaan.

Lokasi studi dalam laporan ini yaitu daerah irigasi Das Cemoro. Sungai ini
HA
memiliki panjang sungai sebesar 44,497 Km serta luas Das 23650,00 Perbedaan

kontur pada DAS Sungai Way Ratai cukup bervariasi mulai dari dataran tinggi sampai

rendah.

1
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan dari tugas besar ini yaitu :

1. Merencanakan sebuah saluran pekerjaan pengairan dari daerah irigasi yang

telah ditentukan.

2. Merencanakan kebutuhan air di sawah tiap hektar (liter/detik/ha).

3. Memahami konsep atau gambaran umum perencanaan suatu daerah irigasi.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penyusunan laporan tugas besar ini yaitu perencanaan irigasi

daerah Sungai Das Cemoro. Adapun Ruang lingkup penulisan laporan ini meliputi:

1. Pengolahan data curah hujan untuk menentukan debit andalan.

2. Perencanaan petak daerah irigasi.

3. Perencanaan saluran irigasi.

4. Perencanaan bangunan air untuk irigasi.

5. Perhitungan kebutuhan air daerah irigasi.

6. Perhitungan dimensi saluran dan tinggi muka air dalam saluran.

7. Layout bangunan bagi pada saluran.

2
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

D Metodelogi Penyusunan Tugas

Metodologi yang digunakan dalam laporan ini agar dapat mencapai tujuan yang

tertulis diatas adalah sebagai berikut :

1. Melakukan Studi Literatur

2. Mengumpulkan Data Wilayah, Hidrologi dan Data iklim ( klimatologi )

yang mencakup data temperatur rata-rata, data kelembaban rata-rata data

sinar matahari, dan data kecepatan angin rata-rata pada daerah tersebut.

3. Data-data lainnya (pemakaian persamaan, tabel, koefisien, dan lain

sebagainya)

Langkah pengerjaan dimulai dengan :

1. Membuat DAS dan perencanaan daerah irigasi dari peta yang diberikan

2. Menyusun jaringan

3. Perhitungan dari data-data yang diperoleh melalui studi pustaka

Adapun hasil akhir dari tugas besar ini adalah sebuah perencanaan jaringan

irigasi pada daerah Sungai Das Cemoro, yang meliputi data kebutuhan air, dimensi pada

tiap saluran serta tinggi muka air pada saluran.

3
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

BAB. II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Irigasi

Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan

pertanian. Sehingga irigasi dapat didefinisikan sebagai sistem pemberian air dari suatu

sumber air permukaan (sungai, danau, rawa, waduk) menuju ke tempat lahan budidaya

tanaman sesuai kebutuhan tanaman (tepat guna), secara teratur dan tepat waktu.

Irigasi bertujuan untuk memberi air pada tanaman untuk memenuhi

kebutuhannya dan membuang air yang berlebihan dari lahan. Dengan adanya irigasi

pemberian dan pembuangan air dapat dikendalikan dari segi jumlah dan waktu

pemberiannya

Dalam perkembangannya sampai saat ini, ada 3 jenis sistem irigasi yang biasa

digunakan. Keempat sistem irigasi itu adalah sebagai berikut :

1. Irigasi Sistem Gravitasi

Merupakan sistem irigasi yang memanfaatkan gaya tarik bumi untuk

pengaliran airnya. Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang

rendah akibat pengaruh gravitasi.

2. Irigasi Sistem Pompa

Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila pengambilan

secara gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik. Cara ini

membutuhkan modal kecil, namun memerlukan biaya ekspoitasi yang besar.

Sumber air yang dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil dari

sungai.

4
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

3. Irigasi Pasang-surut

Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi

yang memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang-surut air

laut. Areal yang direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapat

pengaruh langsung dari peristiwa pasang-surut air laut. Untuk aerah Kalimantan

misalnya, daerah ini bisa mencapai panjang 30 - 50 km memanjang pantai dan

10 - 15 km masuk ke darat. Air genangan yang berupa air tawar dari sungai akan

menekan dan mencuci kandungan.

Adapun untuk mengalirkan dan membagi air irigasi, dikenal 4 cara utama:

1. Pemberian air irigasi lewat permukaan tanah, yaitu pemberian air irigasi

melalui permukaan tanah.

2. Pemberian air irigasi melalui bawah permukaan tanah, tanah dialiri

melalui bawah permukaannya. Air dialirkan melalui saluran-saluran yang ada di

sisi petak sawah. Akibat adanya air ini, muka air tanah pada petak-petak sawah

akan naik. Kemudian air tanah akan mencapai daerah perakaran secara kapiler.

Dengan demikian tanaman akan memperoleh air.

Persyaratan:

a. Lapisan tanah atas mempunyai permeabilitas yang cukup tinggi.Lapisan

tanah bawah cukup stabil dan kedap air berada pada kedalaman 1.5 sampai

3 meter.

b. Permukaan tanah sangat datar

c. Air berkualitas baik dan berkadar garam rendah.

d. Organisasi pengatur berjalan dengan baik.

5
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

3. Pemberian air dengan cara irigasi siraman. Pada sistem ini air akan

disalurkan melalui jaringan pipa, kemudian disemprotkan ke permukaan tanah

dengan kekuatan mesin pompa air. Sistem ini lebih efisien dibandingkan dengan

cara gravitasi dan irigasi bawah tanah.

4. Pemberian air dengan cara tetesan, air irigasi disalurkan lewat jaringan

pipa dan diteteskan tepat di daerah perakaran tanaman. Irigasi ini juga

menggunakan mesin pompa air sebagai tenaga penggerak. Cara pemberian air

irigasi semacam inipun belum lazim di Indonesia. Perbedaan dengan sistem

irigasi siraman :

a. Pipa tersier jalurnya melalui pohon.

b. Tekanan yang dibutuhkan kecil, karena hanya diteteskan dengan tekanan

lapangan 1 atm.

B. Teori Perencanaan Petak Saluran dan Bangunan Air

1 Teori Perencanaan Petak

Petak irigasi adalah petak sawah atau daerah yang akan dialiri dari suatu

sumber air, baik waduk maupun langsung dari satu atau beberapa sungai melalui

bangunan pengambilan bebas. Petak irigasi dibagi 3 jenis:

a. Petak Tersier

Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan

sadap (off take) tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas Pengairan.

Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier. Di daerah-

daerah yang ditanami padi luas petak tersier idealnya minimum 50 ha, dan

dalam keadaan tertentu dapat ditolelir sampai seluas 150 ha, disesuaikan

dengan kondisi topografi dan kemudahan eksploitasi. Petak tersier mendapat

6
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

air dari satu bangunan sadap pada saluran sekunder. Yang perlu

diperhatikan dalam perencanaan petak tersier adalah:

1. Petak mempunyai batas yang jelas pada setiap petak sehingga terpisah

dari petak tersier lainnya dan sebagai batas petak adalah saluran

drainase.

2. Bentuk petak sedapat mungkin bujur sangkar, agar lebih efisien.

3. Tanah dalam petak tersier sedapat mungkin harus dapat dimiliki oleh

satu desa atau paling banyak 3 desa.

4 . Desa, jalan, sungai diusahakan jadi batas petak.

5. Tiap petak harus dapat menerima atau membuang air, gerakan air

dalam petak harus sama.

6. Luas petak diusahakan tidak lebih dari 60 ha. Petak yang terlalu kecil

membutuhkan air lebih banyak, petak yang terlalu besar menyebabkan

sawah yang terletak dibawah menerima air terlalu banyak dimusim

hujan dan terlalu sedikit di musim kemarau. Untuk daerah berbukit luas

petaknya berkisar antara 50 ha, untuk dataran rendah luas petaknya

berkisar 150 ha.

7. Dalam tiap bidang salah satu petak harus dapat mempergunakan air

dengan baik.

8. Bangunan pembagi ditempatkan di tempat tinggi.

9. Petak tersier harus diletakan sedekat mungkin dengan saluran

pembawa/bangunan pembawa

7
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

b. Petak sekunder

Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani

oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari

bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak

sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas, seperti

misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda-beda, tergantung

pada situasi daerah.

c. Petak primer

Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air

langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer

yang mengambil airnya langsung dari sumber air, biasanya sungai. Proyek-

proyek irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer. Ini menghasilkan dua

petak primer.

2. Teori Perencanaan Saluran

a. Saluran Pembawa

Berfungsi membawa air dari sumber ke petak sawah. Dilihat dari

tingkat percabangannya, dapat dibedakan menjadi:

1. Saluran Primer

Berfungsi membawa air dari sumbernya dan membagikannya ke

saluran sekunder. Air yang dibutuhkan untuk saluran irigasi didapat dari

sungai, danau atau waduk. Pada umumnya pengairan yang didapat dari

sungai jauh lebih baik dari yang lainnya. Air dari sungai mengandung

banyak zat lumpur yang biasanya merupakan pupuk bagi tanaman sehingga

8
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

gunanya terutama ialah menjaga agar tanaman tidak mati kekeringan dalam

musim kering. Untuk saluran primer ini harus merupakan saluran trance

(saluran garis tinggi) oleh karena itu banyak mengalami silangan-silangan

karena juga mengikuti garis kontur, maka akan berkelok-kelok dan panjang.

2. Saluran Sekunder

Dari saluran primer air disadap oleh saluran-saluran sekunder untuk

mengairi daerah-daerah yang sedapat mungkin dikelilingi oleh saluran-

saluran alam yang dapat digunakan untuk membuang air hujan dan air yang

kelebihan. Untuk mengairi petak sekunder yang jauh dari bangunan

penyadap, kita gunakan saluran muka supaya tidak perlu membuat

bangunan penyadap, sehingga diperlukan saluran sekunder. Fungsi utama

dari saluran sekunder adalah membawa air dari saluran primer dan

membagikannya ke saluran tersier. Sedapat mungkin saluran pemberi

merupakan saluran punggung sehingga dengan demikian kita bisa membagi

air pada kedua belah sisi. Yang dimaksud dengan saluran punggung adalah

saluran yang memotong atau melintang terhadap garis tinggi sedemikian

rupa sehingga melalui daerah (titik tertinggi) dari daerah sekitarnya.

3. Saluran Tersier

Fungsi utamanya adalah membawa air dari saluran sekunder dan

membagikannya ke petak-petak sawah. dengan luas petak maksimal adalah

60 Ha. Saluran irigasi tersier adalah saluran pembawa yang mengambil

airnya dari bangunan sadap melalui petak tersier sampai ke boks bagi

terakhir. Pada tanah terjal saluran mengikuti kemiringan medan, sedangkan

9
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

pada tanah bergelombang atau datar, saluran mengikuti kaki bukit atau

tempat-tempat tinggi. Boks tersier akan membagi air ke saluran tersier atau

kuarter berikutnya. Boks kuarter akan memberikan airnya ke saluran-saluran

kuarter. terjal saluran kuarter biasanya merupakan saluran garis tinggi yang

tidak menentukan Saluran-saluran kuarter adalah saluran-saluran bagi,

umumnya dimulai dari boks bagi sampai ke saluran pembuang. Panjang

maksimum yang diizinkan adalah 500 m. Di daerah-daerah bangunan terjun.

Di tanah yang bergelombang, saluran kuarter mengikuti kaki bukit atau

berdampingan dengan saluran tersier.

b. Saluran pembuang

Saluran pembuang intern harus sesuai dengan kerangka kerja saluran

pembuang primer. Jaringan pembuang tersier dipakai untuk mengeringkan

sawah , membuang kelebihan air hujan, membuang kelebihan air irigasi.

Saluran pembuang kuarter biasanya berupa saluran buatan yang merupakan

garis tinggi pada medan terjal atau alur alamiah kecil pada medan

bergelombang. Kelebihan air ditampung langsung dari sawah di daerah atas

atau dari saluran pembuang cacing di daerah bawah. Saluran pembuang

tersier menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter dan sering

merupakan batas antara petak-petak tersier. Saluran pembuang tersier

biasanya berupa saluran yang mengikuti kemiringan medan. Jarak antara

saluran irigasi dan pembuang hendaknya cukup jauh agar kemiringan

hidrolis tidak kurang dari 1 : 4.

10
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

3. Teori Perencanaan Bangunan Air

Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air

untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber

airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu :

1. Bendung

Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapanny yang dibangun

melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk

meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung mencapai

elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan

secara gravitasi ke tempat-ternpat yang mernerlukannya. Terdapat beberapa

jenis bendung, diantaranya adalah

(1) bendung tetap (weir),

(2) bendung gerak (barrage) dan

(3) bendung karet (inflamble weir). Pada bangunan bendung biasanya

dilengkapi dengan bangunan pengelak, peredam energi, bangunan pengambilan,

bangunan pembilas , kantong lumpur dan tanggul banjir.

a. Pengambilan bebas

Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang

mengalirkan air sungai kedalam jaringan irigasi, tanpa mengatur ketinggian

muka air di sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara, gravitasi muka air di

sungai harus lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.

b. Pengambilan dari waduk

Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan air

dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya, waduk

dapat bersifat manunggal dan multi guna. Apabila salah satu kegunaan waduk

11
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

untuk irigasi, maka pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap

untuk irigasi. Alokasi pemberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi yang

dilayani serta karakteristik waduk.

c. Stasiun Pompa

Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-

upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan,

baik dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan

irigasi dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun

biaya operasi dan eksploitasi yang sangat besar

2. Bangunan Bagi dan Sadap

a. Bangunan Bagi

Bangunan yang terletak pada saluran primer yang membagi air ke saluran-

saluran sekunder atau pada saluran sekunder yang membagi air ke saluran

sekunder lainnya. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti

mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran.

b. Bangunan sadap

Bangunan yang terletak di saluran primer ataupun sekunder yang memberi

air kepada saluran tersier.

c. Bangunan bagi-sadap

Bangunan yang berupa bangunan bagi, dan bersama itu pula sebagai

bangunan sadap. Bangunan bagi-sadap merupakan kombinasi dari bangunan

bagi dan bangunan sadap (bangunan yang terletak di saluran primer atau

saluran sekunder yang memberi air ke saluran tersier).

12
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

d. Boks - boks disaluran tersier

Membagi untuk dua saluran atau lebih (tersier, subtersier, dan/atau

Kuarter)

3. Bangunan Pengukur dan Pengatur

Bangunan/pintu pengukur berfungsi mengukur debit yang melaluinya,

pada hulu saluran primer, pada cabang saluran dan pada bangunan sadap

tersier, agar pengelolaan air irigasi menjadi efektif. Berbagai macam

bangunan dan peralatan telah dikembangkan untuk maksud ini. Namun

demikian, untuk menyederhanakan pengelolaan jaringan irigasi hanya

beberapa jenis bangunan saja yang boleh digunakan di daerah irigasi.

4. Bangunan Pembawa

Bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir

saluran.Aliran melalui bangunan ini bisa superkritis atau subkritis.

13
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

BAB. III

DAERAH ALIRAN SUNGAI ( DAS )

A. Lokasi dan Topografi Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai ( DAS ) merupakan hamparan wilayah yang dibatasi oleh

pembatas topografi yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara

serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet).

Lokasi studi dalam laporan ini yaitu daerah irigasi Das Cemoro. Daerah irigasi
HA
Das Cemoro ini memiliki panjang sungai 44,497 Km serta luas Das 23650,00 ,

Perbedaan kontur pada DAS Sungai Cemoro cukup bervariasi mulai dari dataran tinggi

sampai rendah.

Gambar 3.1 Peta Daerah aliran sungai Way Cekel

14
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

1. Stasiun Pengukur Curah Hujan

Pada perencanaan daerah irigasi di aliran sungai DasCemoro ini, digunakan 3

stasiun pengukuran curah hujan. Ketiga stasiun hujan ini diharapkan bisa

merepresentasikan DAS tersebut. Adapun data dari ketiga stasiun diatas adalah data

curah hujan terbesar menurut metode thiessen dari tahun 2001 hingga tahun 2015.

No Tahun Curah Hujan Rata-Rata Max


1 2001 29,34
2 2002 42,94
3 2003 45,57
4 2004 50,75
5 2005 25,66
6 2006 33,83
7 2007 36,08
8 2008 35,58
9 2009 19,89
10 2010 21,96
11 2011 47,45
12 2012 23,69
13 2013 22,81
14 2014 32,82
15 2015 36,93

Tabel 3.1. Data curah hujan terbesar menurut metode Thiessen

Setelah dilakukan analisa frekuensi dengan data curah hujan di atas kemudian

di dapat debit andalannya dengan beberapa metode seperti metode Melchior, Rasional

jepang, Weduwen, Haspers, dan Mononobe. Berikut tabel hasil rekapituasi debit

andalan dengan skala ulang sampai dengan 200 th :

15
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

Tabel Rekapitulasi Q Andalan

Q Haspers Rasional Jepang Weduwen


Q1 5,369 7,440 7,970
Q2 11,189 15,504 17,721
Q5 14,329 19,856 23,184
Q10 16,248 22,515 26,574
Q15 16,977 23,525 27,870
Q25 18,533 25,682 30,654
Q50 20,147 27,918 33,562
Q100 22,675 31,422 38,154
Q200 24,544 34,011 41,577

16
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

BAB. IV

PERENCANAAN dan PERHITUNGAN SALURAN

A. Perencanaan Saluran

Perhitungan dimensi saluran dilakukan untuk mendapatkan dimensi saluran yang

digunakan untuk mengairi petak-petak sawah yang sudah ditentukan sebelumnya.

Dalam perhitungan ini, ditentukan dimensi saluran untuk primer, sekunder, dan tersier.

Bentuk saluran yang digunakan adalah bentuk saluran trapesium

B. Dimensi Saluran

Dalam penentuan dimensi saluran primer, sekunder, tersier, dilakukan

perhitungan dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

1. Menentukan efisiensi saluran

Efisiensi dari setiap saluran berbeda-beda. Berikut adalah efisiensi untuk

setiap saluran.

- Saluran primer = 90%

- Saluran sekunder = 90%

- Saluran tersier = 80%

2. Menentukan luas daerah layanan

Luas daerah layanan ditentukan dengan menghitung luas petak yang sudah

dibuat dalam peta. Untuk luas daerah layanan saluran tersier, didapat dengan

menghitung luas petak yang terdapat saluran tersier tersebut. Untuk luas daerah

layanan saluran sekunder, didapat dengan menjumlahkan luas layanan saluran

tersier yang mendapatkan air dari saluran sekunder tersebut. Untuk luas daerah

17
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

layanan saluran primer, didapat dengan menjumlahkan luas layanan saluran

sekunder yang mendapatkan air dari saluran primer tersebut.

3. Menentukan nilai kecepatan b/h (n), dan kemiringan talud (m).

Nilai b/h (n), dan kemiringan talud (m) didapat dari tabel dengan melihat

nilai Q dari setiap saluran. Berikut adalah tabel untuk mendapatkan parameter-

parameter tersebut.

Q b/d V H:V F Tanggul Tanggul


0.00-0.15 1.0 0.25-0.30 1:01 0.30 1.50
0.15-0.30 1.0 0.30-0.35 1:01 0.30 1.50
0.30-0.40 1.5 0.35-0.40 1:01 0.40 1.50
0.40-0.50 1.5 0.40-0.45 1:01 0.40 1.50 5.00
0.50-0.75 2.0 0.45-0.50 1:01 0.50 1.50 5.00
0.75-1.50 2.5 0.50-0.55 1:01 0.50 1.50 5.00
1.50-3.00 2.5 0.55-0.60 1:01 0.60 1.50 5.00
3.0-04.50 3.0 0.60-0.65 01:01,5 0.60 2.00 5.00
4.50-6.00 3.5 0.65-0.70 01:01,5 0.60 2.00 5.00
6.00-7.50 4.0 0.70 01:01,5 0.60 2.00 5.00
7.50-9.00 4.5 0.70 01:01,5 0.60 2.00 5.00

Tabel 4.B.1. Rancangan dimensi penampang

4. Menentukan nilai koefisien Stickler (K)

Nilai K ditentukan dari tabel dengan menggunakan nilai Q. Berikut adalah

tabel yang digunakan

Debit Rencana K
m3/det
Q > 10 45
5 < Q < 10 42,5
1<Q<5 40
Q < 1 dan saluran
tersier 35

Tabel 4..2 Koefisien Stickler

18
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

Tabel-2. Koefisien Kekasaran Manning (n)


Jenis Saluran dan Material n
1 Saluran tertutup, aliran bebas
1.1 Saluran dari beton 0.011-0.014
1.2 Saluran dari pasangan bata
- dilapisi adukan semen 0.012-0.017
- dilapisi dan dilicinkan 0.01-10.015
1.3 Saluran dari pasangan olakan 0.018-0.030
disemen
2 Saluran dengan lapisan
2.1 Lapisan semen permukaan rapi 0.010-0.013
2.2 Lapisan semen adukan 0.011-0.015
2.3 Lapisan plesteran 0.011-0.015
2.4 Lapisan pasangan batu seragam 0.015-0.020
2.5 Lapisan pasangan batu tak sama 0.017-0.024
2.6 Lapisan pasangan batu kosong 0.023-0.036
2.7 Lapisan pasangan bata dilicinkan 0.011-0.015
2.8 Lapisan tanah 0.022-0.025
3 Saluran Tanpa Lapisan
3.1 Saluran bersih baru diselesaikan 0.016-0.020
3.2 Saluran bersih setelah digunakan 0.018-0.025
3.3 Saluran banyak belokan 0.023-0.030
4 Saluran Alam
4.1 Bersih, lurus 0.025-0.033
4.2 Lurus, banyak batu dan tanaman 0.030-0.030
kecil
4.3 Bersih berbelok-belok, banyak 0.033-0.045
kedung
4.4 Berbelok-belok sedikit tanaman kecil 0.035-0.050
dan batu
Tabel 4.3 Koefisien manning

5. Menentukan nilai b

Nilai b diasumsikan untuk nantinya diiterasi

6. Menghitung nilai h

Nilai h dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

h= b/n

7. Menghitung luas saluran A (m2)

A= (b + m x n) x h

19
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

8. Menghitung nilai P

Nilai P dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

P= b + 2h x √1 + m2

9. Menghitung nilai R

Nilai R dihitung dengan menggunakan rumus berikut

R = A/P

10. Menentukan nilai kemiringan saluran (i)

Nilai kemringan saluran diasumsikan terlebih dahulu

11. Menghitung nilai kecepatan (v)

Nilai v dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

V = k x R2/3 x i 1/2

12. Menghitung nilai Q’

Nilai Q’ didapatkan menggunaan rumus berikut :

Q=Axv

13. Menginterasi nilai b sehingga nilai Q/Q’ = 1

14. . Menghitung nilai b’

Nilai b’ dapat ditentukan setelah didapatkan nilai b dari hasil iterasi lalu

dibulatkan ke atas satu angka dibelakang koma.

15. Menghitung nilai h’

h’ = b’ /n

16. Menghitung luas saluran A’

A’ = ( b’ x m x h’) x h’

17. Menghitung kecepatan air dalam saluran (V’)

V’ = Q /A’

18. Menghitung nilai kemiringan saluran (I’)

20
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

C. Tinggi Muka Air

Tinggi muka air dari setiap saluran dapat dihitung dengan langkah-langkah

berikut:

1. Menentukan elevasi tertinggi pada sawah Untuk menentukan elevasi tertinggi

pada sawah, dilakukan dengan melihat ketinggi sawah pada peta.

2. Menghitung jarak elevasi tertinggi sawah dengan bangunan bagi Jarak

elevasi tertinggi sawah didapat dengan menghitung langsung pada peta jarak

elevasi tetinggi sawah dengan bangunan bagi. Setelah dihitung, lakukan

konversi ukuran yang didapat di peta ke ukuran yang sebenarnya.

3. Menghitung tinggi muka air pada sawah

Tinggi muka air pada sawah dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

TMA sawah = elevasi tertinggi sawah + 0.15 m

4. Menentukan kemiringan, debit, dan lebar setiap saluran

kemiringan, debit, dan lebar setiap saluran didapatkan dari perhitungan

dimensi saluran pada bab 4.

5. Menentukan pertambahan TMA

Pertambahan TMA = i x jarak

6. Menentukan tipe pintu romijn yang digunakan setiap saluran Untuk

menentukan tipe pintu romijn yang digunakan, dilakukan dengan melihat

tabel berikut:

21
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

Dimensi Standar Bangunan Ukur Tipe Romjin


Lebar H1 Debit max Kehilangan Tinggi meja
Tipe (m
(m) ) ( lt/det ) Energi
I 0,50 0,33 160 0,08 0,48 + V
II 0,50 0,50 300 0,11 0,65 + V
III 0,75 0,50 450 0,11 0,65 + V
IV 1,00 0,50 600 0,11 0,65 + V
V 1,25 0,50 750 0,11 0,65 + V
VI 1,50 0,50 900 0,11 0,65 + V

V = variant = 0,18 x H
Catatan : max

Tabel 4.B.4 Dimensi Standar Bangunan Ukur Tipe Romjin

Untuk menentukan tipe romijn yang digunakan, data yang dibutuhkan adalah

nilai debit dari setiap saluran. Dengan debit tersebut, tentukan dimana nilai debit itu

berada pada range debit yang sudah ada di tabel. Setelah itu dilihat jenis pintu romijn

apa yang memenuhi kriteria debit tersebut.

7. Menentukan H max, Z, kapasitas, lebar pintu, dan jumlah pintu yang

Digunakan Nilai H max, kapasitas, lebar pintu ditentukan dari tabel x.x

berdasarkan tipe pintu romijn yang digunakan. Untuk kapasitas pintu romin,

diambil dari nilai Q max pada tabel. Untuk menentukan jumlah pintu,

dilakukan perhitungan sebagai berikut :

Jumlah pintu = Q / kapasitas

Nilai Z ditentukan dengan menggunakan rumus berikut :

Z = H max / 3

Dimana :

Z = Kenaikan air setelah melewati pintu romijin ( m )

22
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

8. Menghitung tinggi muka air dekat pintu ukur

Nilai tinggi muka air dekat pintu ukur dibagi menjadi 2 yaitu pada hulu dan

hilir. Nilai tinggi muka air dekat pintu ukur pada hulu dapat dihitung dengan

menggunakan rumus berikut:

TMA dekat pintu ukur pada hulu = TMA hilir + z

Contoh Perhitungan

Dimensi Saluran

Dimensi saluran yang dihitung adalah dimensi saluran primer. Berikut

Adalah data – data awal untuk menghitung dimensi saluran.

Luas daerah layar = 1900 ha

1) Menghitung nialai Q

Q = 1900 x 1.87 / 0.9 x 1000

Q = 3.9 m3 / s

2) Menentukan nilai b / h. Dan m

Untuk debit sebesar 3.9 m / s, didaptkan:

b/h = 3m = 1.5

3) Menentukan nilai koefisien strickler

Untuk nilai debit sebesar 3.9 m / s. Dari tabel akan didapatkan nilai k sebesar

40

4) Menentukan nilai koefiesien stickler

Nilai b diasumsikan terlebih dahulu, misalnya 1 m

5) Mengitung nilai h

h=3xb

h=3x1

h=3m

23
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

6) Menghitung luas saluran A (m2)

A = ( b + m x (n x b) x (n x b)

A = ( 1 + 1.5 x 3 ) x 3

A = 16.5 m2

7) Menghitung nilai P

Nilai P dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

P = b + 2 (nb) x √1 + m2

P = 1 + 2(3) x √1 + 1.52 = 12.62 m

8) Menghitung nilai R

Nilai R dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

R=A/P

R = (b + m x n) x (n x b) / b + 2 (nb) x √1 + m2

R = 1.31 m

9) Menentukan nilai kecepatan ( i)

Nilai kemiringan saluran diasumsikan terlebih dahulu sebesar 0.0015

10) Menghitung nilai kecepatan (v)

Nilai v dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

v = k x R 2/3 x i1/2

v = 40 x 1.312/3 x 0.00151/2

v = 1.85 m / s

24
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

11) Menghitng nilai Q’

Nilai Q’ didapatkan dengan menggunakan rumus berikut :

Q’ = A x v

Q’ = 16.5 x 1.85

Q’ = 30.525 m3 / s

12) Mengiterasi nilai b sehingga nilai Q / Q’ = 1

Dengan cara goalseek pada program Microsoft Excel, didapatkan nilai b

yang membuat nilai Q /Q’ = 1, Yaitu b = 2.67 m

13) Menghitung nilai b’

Nilai b’ dapat ditentukan setelah didapatkan nilai b dari hasil iterasi lalu

dibulatkan ke atas satu angka di belkang koma. Sehingga b’=2.7m

14) Menghitung nilai h’

h’ = b’ / n

h’ = 2.7 / 3

h’ = 0.9 m

15) Menghitung luas saluran A

A’ = (b’ + m x h’) x h’

A’ = (2.7 + 1.5 x 0.9) x 0.9

A’ = 3.59 m2

16) Menghitung kecepatan air pada saluran (v’)

v’ = Q / A

v’ = 3.95 / 3.59

v’ = 1.1 m / s

25
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

17) Menghitung nilai kemiringan saluran (I)

Nilai kemiringan saluran (I) dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

I= (V/ K x R2/3 )2

I = ( 1.1 / 40 x 0.62/3)2

D. Perhitungan Tinggi Muka Air

Tinggi muka air dari setiap saluran dapat dihitung dengan langkah-langkah

berikut:

1. Menentukan elevasi tertinggi pada sawah

Dengan melihat peta, letak tertinggi muka air untuk saluran primer

adalah sebesar 16,5 m.

2. Menghitung jarak elevasi tertinggi sawah dengan bangunan bagi.

Dengan melihat peta, jarak elevasi tertinggi dengan bangunan bagi pada saluran

primer adalah 1800 m.

26
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

BAB. V

BANGUNAN UKUR DEBIT

A Umum

Dalam jaringan irigasi teknis, banyaknya debit air yang mengalir ke dalam

saluran harus dapat diukur dengan seksama agar pembagian air dapat dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya. Untuk itu diperlukan suatu bangunan yang fungsinya untuk

mengukur debit air pada saluran irigasi yang disebut banguan ukur debit.

Bangunan ukur biasanya difungsikan pula sebagai bangunan pengontrol. Hal ini

dimaksudkan untuk mendapatkan taraf muka air yang direncanakan dan untuk

mengalirkan debit tertentu. Bangunan ukur debit yang biasa digunakan pada umumnya

merupakan suatu pelimpah dengan ambang lebar atau ambang tajam.

Pengaliran pada bangunan pengontrol dilakukan dengan cara melalui atas

bangunan (melimpah / overflow) atau melalui bawah pintu / celah. Kondisi hidraulik ini

dimanfaatkan dalam desain dan perancangan pintu-pintu air, yang semuanya didasarkan

pada sifat aliran sempurna. Jika ternyata aliran yang terjadi bukan aliran sempurna,

maka dalam aplikasinya pintu-pintu tersebut diberi tabel-tabel koreksinya.

1. Jenis-Jenis Bangunan Ukur Debit

Jenis-jenis bangunan ukur yang biasa digunakan dalam jaringan teknis antara

lain, yaitu :

 Ambang tajam : aliran atas dan tidak dapat mengatur taraf muka

air.

 Ambang lebar : aliran atas dan tidak dapat mengatur taraf muka

air.

27
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

 Tipe Parshal : aliran atas dan tidak dapat mengatur taraf muka

air.

 Tipe Cipoletti : aliran atas dan tidak dapat mengatur taraf muka

air.

 Tipe Romijin : aliran atas dan dapat mengatur taraf muka air.

 Tipe Crump de Gruyter : aliran bawah, dapat mengatur taraf muka air.

 Pipa sadap sederhana : aliran bawah dan dapat mengatur taraf muka air.

 Constant head orifice : aliran bawah dan dapat mengatur taraf muka air.

 Tipe pintu sorong : aliran bawah dan dapat mengatur taraf muka air.

2. Persyaratan

Persyaratan dalam pembuatan dan pemakaian bangunan ukur yaitu :

 Semua debit harus dapat dialirkan lewat bangunan ukur dan pengukuran

harus dapat dilaksanakan dengan seksama.

 Mudah dan cepat pelayanannya.

 Tidak mahal pembuatan dan pemeliharaannya.

 Hasil pengukuran harus cukup teliti.

 Alat pengukur harus dapat dikunci supaya tidak mudah diganggu.

 Kehilangan tekanan harus sekecil mungkin.

 Harus peka sebagai akibat perubahan debit.

 Rumus pengalirannya sederhana.

 Terhindar dari gangguan sampah dan benda padat lainnya serta angkutan

sedimen.

28
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

B. Alat Ukur Romijn

Pintu romijn adalah alat ukur ambang lebar yang biasa digerakkan untuk

mengatur dan mengukur debit didalam jaringan saluran irigasi. Agar dapat bergerak,

mercunya dibuat dari plat baja dan dipasang diatas pintu sorong. Pintu ini dihubungkan

dengan alat penggerak.

1. Type-type alat ukur romijn

Sejak pengenalan pada tahun 1952, pintu Romijn telah dibuat dengan tiga

bentuk yaitu:

a. Bentuk mercu datar dan lingkaran dengan gabungan untuk peralihan

penyempit hulu.

b. Bentuk mercu miring keatas 1:25 dan lingkaran tunggal sebagai

pengalihan penyempitan.

c. Bentuk mercu datar dan lingkaran tunggal sebagai peralihan

penyempitan.

2. Mercu Horisontal dan Lingkaran Gabungan

Dipandang dari segi hidrolis, ini merupakan perencanaan yang baik. Tetapi

pembuatan lingkaran gabungan sulit, padahal tanpa lingkaran-lingkaran itu

pengarahan air diatas mercu pintu bisa saja dilakukan tanpa pemisahan aliran.

3. Mercu dengan Kemiringan 1:25 dan Lingkaran Tunggal

Mercu dengan kemiringan 1:25 dan lingkaran tunggal Vlugter(1941)

menganjurkan penggunaan pintu Romijn dengan kemiringan pintu 1:25. Hasil

penyelidikan model hidrolis di laboratorium yang mendasari rekomendasinnya

itu tidak dapat diproduksi kembali. Tetepi didalam program riset terakhir

29
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

mengenai mercu kemiringan 1:25, kekurangan-kekurangan mercu ini menjadi

jelas, kekurangan-kekurangan tersebut antara lain:

 Bagian pengontrol tidak berada diatas mercu, melainkan di tepi tajam

hilirnya, dimana garis-garis aliran benar-benar melengkung. Kerusakan pada

tepi ini menimbulkan perubahan pada debit alat ukur.

 Karena garis-garis aliran ini, batas moduler menjadi 0,25 bukan 0,67 seperti

anggapan umumnya, pada aliran tenggelam h2 : h1 = 0,67 pengurangan pada

aliran berkisar dari 3% untuk aliran rendah sampai 10% untuk aliran tinggi

(rencana). Karena mercu berkemiringan 1:25 juga lebih rumit pembuatannya

dibandingkan dengan mercu datar, maka mercu pada kemiringan itu tidak

dianjurkan.

4. Mercu Horisontal dan Lingkaran Tunggal

Ini adalah kombinasi yang bagus antara dimensi hidrolis yang benar dengan

perencanaan konstruksi. Jika dilaksanakan pintu romjin, maka sangat dianjurkan

untuk menggunakan mercu ini.

5. Perhitungan Hidraulik

Rumus pengalirannya adalah :

Q = m.b.2/3 h √2g.1/3h atau ,

Q = 1,71 m.b.h3/2

Dimana;

Q = Debit (m3/det)

m = Koefisien pengaliran

h = Tinggi basah (m)

30
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

Koefisien pengaliran (m) pada rumus di atas untuk mercu lebar

mempunyai nilai < 1,

Untuk panjang ambang datar (L) = 3 x tinggi muka air di udik ambang

maka koefisien pengaliran (m) berkisar 0,97-0,98. Dan bila panjang ambang

datar, L, sama dengan tinggi muka air di udik ambang, koefisien pengaliran (m)

berkisar 0,98-1,01.

Lebar H1 Debit max Kehilangan Tinggi meja


Tipe
(m) (m) ( lt/det ) Energi
I 0,50 0,33 160 0,08 0,48 + V
II 0,50 0,50 300 0,11 0,65 + V
III 0,75 0,50 450 0,11 0,65 + V
IV 1,00 0,50 600 0,11 0,65 + V
V 1,25 0,50 750 0,11 0,65 + V
VI 1,50 0,50 900 0,11 0,65 + V

Tabel 5.B.1 Dimensi standar bangunan ukur tipe romijn

Catatan : V = variant = 0,18 x H maks

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh alat ukur :

 Bangunan itu bisa mengukur dan mengatur sekaligus.

 Dapat membilas endapan sedimen halus.

 Kehilangan tinggi energi lebih kecil.

 Ketelitian baik.

 Eksploitasi mudah.

Kekurangan kekurangan alat ukur romijn:

 Pembuatannya rumit dan mahal.

 Bangunan itu membutuhkan muka air yang tinggi pada saluran

 Biaya pemeliharaan bangunan itu lebih mahal.

 Bangunan itu dapat disalah gunakan dengan cara membuka pintu bawah.

31
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

 Bangunan itu peka terhadap fluktuasi muka air saluran pengarahan.

6. Papan Duga

Untuk pengukuran debit jarak sederhana, ada tiga papan duga yang harus

dipasang, yaitu :

 Papan duga muka air disalurkan

 Skala centimeter yang dipasang pada kerangka bangunan

 Skala liter yang ikut bergerak pada meja pintu Romijn skala centimeter

dan liter dipasang pada posisi sedemikian rupa sehingga pada waktu

bagian atas meja berada pada ketinggian yang sama dengan muka air

disalurkan (dan oleh karena itu debit diatas meja, nol), titik pada skala

liter memberikan pada bacaan skala centimeter yang sesuai dengan

bacaan muka air pada papan duga disalurkan.

7. Karakteristik Alat Ukur Romijn

 Alat ukur romijn dibuat dengan mercu datar dengan peralihan

penyempitan sesuai dengan gambar terlampir, tabel debitnya sudah ada

dengan kesalahan kurang dari 3%.

 Debit yang masuk dapat diukur dan diatur dengan satu bangunan.

 Kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk aliran moduler adalah

dibawah 33% dari tinggi energi hulu dengan mercu sebagai acuannya

yang relatif kecil.

 Karena alat ukur romijn dapat disebut “berambang lebar” maka sudah

ada teori hidrolika untuk merencanakan bangunan tersebut.

 Alat ukur romijn dengan pintu dibawah bisa dieksploitasi oleh orang

yang tidak berwewenang, yaitu melewatkan air yang lebih banyak dari

yang diizinkan dengan cara mengangkat pintu bawah lebih tinggi.

32
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

Gambar 5.B.1 Pintu romijn

C. Alat Ukur Crump De Gruyter

Alat ukur ini menggunakan prinsip hidrolika aliran yang melalui bukaan

pada bawah pintu, Bagian bawah pintu dibuat dengan sistem bulat sedemikian

rupa sehingga mengurangi hambatan pada aliran. Eksploitasinya cukup mudah

dan juga cukup teliti, tetapi kehilangan tinggi tekan cukup besar.Bangunan ini

biasanya digunakan untuk mengukur debit saluran yang relatif besar yaitu di atas

900 l/det.

1. Penggunaan

Bangunan ukur ini digunakan untuk :

 Mengatur dan mengukur besarnya debit penyadapan .

 Dapat mengeluarkan endapan sedimen yang mungkin terjadi di udik

pintu

 Dapat digunakan pada bangunan bagi

33
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

2. Bentuk hidraulik

 Bangunan ukur ini terdiri atas tiga tipe yaitu masing-masing dengan

lebar 0,4 m, 0,8 m, dan 1,20 m untuk tipe I,II, dan III.

 Pengaliran melalui lubang persegi empat

 Kedua sisi kanan dan kiri dibatasi oleh dinding tegak, bagian bawah

merupakan ambang dengan lebar pendek

 Bagian atasnya terdapat pintu yang dapat dinaik turunkan.

3. Kapasitas dan karakteristik

Ketelitian pengukuran = Q maks/Q min. Diambil dari nilai 1-10.

Dalamnya air minimum (Y min) di bawah pintu di tentukan oleh ketelitian alat

ukur dengan ketentuan Y min = 0,02 m. Untuk mempermudah perhitungan

debit biasanya diikut sertakan grafik untuk berbagai lebar pintu (b) dan tinggi

air di atas ambang pintu (h).

4. Rumus Pengaliran

Q = c . b . y . √2g(H-Y)

Dimana : c = koefisien pengaliran,diambil = 0,94

y = 0,63 H (dalam praktek).

Q = 0,94 .b . 0,63 .H √2g . 0,37 .H

Q = 1,594 . b . H 3/2

Z = beda tinggi antara muka air dari saluran dan tinggi muka air di bangunan H

di dapat dari tabel berikut:

ɣ 1 2 3 4 5 6 7 8
β 0,630 0,218 0,140 0,100 0,080 0,065 0,055 0,049
α 0,167 0,386 0,445 0,575 0,620 0,665 0,690 0,715

Tabel 5.C.1 Acuan pintu CDG

34
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

γ = ketelitian

Qmax = 1,594 . b . H 3/2

b = Qmax

1,594 . H 3/2

Ymax = 0,63 H

5. Batasan Penggunaan

Batasan Penggunaan Bangunan ukur ini yaitu:

 Untuk mendapatkan aliran yang baik bukaan pintu maksimum 0,63 h.

 Bukaan minimum adalah 0,02 h.

 Dasar dari saluran ukur harus horizontal dan dinding kanan kirinya tegak

lurus.

 Minimum lebar pintu tidak kurang dari 0,20 m.

Gambar 5.C.1 Pot. Memanjang Crump de Gruyter

35
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

Gambar 5.3 Pintu Crump de Gruyter

D. Alat Ukur Tipe Sorong

Salah satu contoh bangunan pengontrol taraf muka air yaitu pintu sorong dari

besi. Bangunan ini dapat digunakan sebagai pengukur debit yang lewat bawah pintu.

Tipe aliran yang melalui lubang/celah pintu sorong adalah aliran bawah (underflow) ,

sehingga persamaan hidrauliknya sama dengan persamaan hidraulik aliran melalui

bawah pintu/celah.

1. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan :

 Dapat mengukur debit sekaligus mengatur muka air di udik

 Eksploitasinya mudah

36
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

Kelemahan :

 Terjadi masalah pada angkutan sampah dan angkutan benda padat

lainnya

 Kehilangan tinggi energinya

2. Perhitungan Hidraulik

Persamaan hidraulik pintu sorong (aliran bawah) sebagai berikut :

Q = K.μ.a.b.√2.g.z

Keterangan :

Q = Debit (m3/det)

K = Faktor aliran tidak sempurna (0,5 < K < 1,0)

= Koefisien debit (± 0,60)

a = Tinggi bukaan pintu (m)

b = Lebar bukaan pintu (m)

g = Percepatan gravitasi (m/det²)

Gambar 5.D.1 Pintu sorong

37
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

Gambar 5.D.2 Pot. Memanjang Pintu sorong

38
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

BAB. VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan untuk merencanakan

daerah irigasi Das Cemoro, maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Sistem irigasi yang direncanakan untuk daerah irigasi Das Cemoro adalah

sistem irigasi gravitasi.

2. Jaringan irigasi yang digunakan adalah jaringan irigasi teknis.

3. Luas Das Cemoro 23650,00 Ha yang dialiri adalah 1562,6 Ha. Petak

sawah yang direncanakan adalah sebanyak 11 petak dengan luas berkisar

kurang lebih 100 ha.

4. Kebutuhan air maksimum tiap petak adalah 1.5 liter/detik/hektar.

5. Perencanaan saluran meliputi 8 saluran primer dan saluran tersier ke tiap-

tiap petak sawah.

B. Saran

Adapun saran yang diberikan untuk Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I ini

yaitu:

1. Perencanaan irigasi pada tugas besar yang kurang/tidak aktual karena data-

data hidrologi dan klimatologi yang didapatkan merupakan data lama dan

sebagian besar sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Oleh karena

itu perlu dilakukan aktualisasi data-data hidrologi dan klimatologi agar

tugas besar ini lebih aktual.

39
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

2. Pemilihan stasiun hujan yang terlalu jauh untuk mengolah sistem irigasi

Das Cemoro ini, sehingga sebaiknya harus dipilih sedekat mungkin agar

akurasi hasil dapat mendekati kesempurnaan.

3. Karena sistem yang digunakan irigasi gravitasi, maka bagi yang petak

sawahnya lebih tinggi dari saluran, maka bisa menggunakan pompa.

40
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

DAFTAR PUSTAKA

Sub-Direktorat Perencanaan “Teknis, Direktorat irigasi 1”, Direktort Jendral


Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum 1986. Kriteria Perencanaan. Bandung
C.V Galang Persada.

Sub-Direktorat Perencanaan Teknis, Direktorat 1. Direktorat Jendral Pengairan


Departemen Pekerjaan Umum 1986. ‘’KP 01 07’’.Bandung : C.V. Galang
Persada.

41
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)

LAMPIRAN

42

Anda mungkin juga menyukai