BAB. I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menjadi prioritas utama. Indonesia merupakan salah satu Negara yang memberikan
pembangunan di bidang pertanian untuk meningkatkan produksi pangan. Maka dari itu
diperlukan suatu bentuk rekayasa yang baik sehingga seperti apapun lahan yang
tersedia, produksi pangan tetap dapat dilakukan dengan kualitas yang tinggi.
Satu hal yang cukup krusial dalam merekayasa lahan adalah jaringan irigasi. Hal
ini karena baik tanaman maupun padi (khususnya untuk bidang agraris), membutuhkan
air yang mencukupi agar pertumbuhannya baik. Namun ketersediaan air yang ada untuk
tanaman tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan air bagi tanaman tersebut untuk
tumbuh dengan baik. Sehingga diperlukan jaringan yang menyediakan kebutuhan air
bagi lahan tersebut. Langkah awal yang dapat dilakukan yaitu dengan pembangunan
saluran irigasi untuk menunjang ketersediaan air, sehingga ketersediaan air di lahan
akan terpenuhi walaupun lahan tersebut jauh dari sumber air permukaan.
Lokasi studi dalam laporan ini yaitu daerah irigasi Das Cemoro. Sungai ini
HA
memiliki panjang sungai sebesar 44,497 Km serta luas Das 23650,00 Perbedaan
kontur pada DAS Sungai Way Ratai cukup bervariasi mulai dari dataran tinggi sampai
rendah.
1
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
telah ditentukan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan laporan tugas besar ini yaitu perencanaan irigasi
daerah Sungai Das Cemoro. Adapun Ruang lingkup penulisan laporan ini meliputi:
2
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
Metodologi yang digunakan dalam laporan ini agar dapat mencapai tujuan yang
sinar matahari, dan data kecepatan angin rata-rata pada daerah tersebut.
sebagainya)
1. Membuat DAS dan perencanaan daerah irigasi dari peta yang diberikan
2. Menyusun jaringan
Adapun hasil akhir dari tugas besar ini adalah sebuah perencanaan jaringan
irigasi pada daerah Sungai Das Cemoro, yang meliputi data kebutuhan air, dimensi pada
3
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Irigasi
pertanian. Sehingga irigasi dapat didefinisikan sebagai sistem pemberian air dari suatu
sumber air permukaan (sungai, danau, rawa, waduk) menuju ke tempat lahan budidaya
tanaman sesuai kebutuhan tanaman (tepat guna), secara teratur dan tepat waktu.
kebutuhannya dan membuang air yang berlebihan dari lahan. Dengan adanya irigasi
pemberian dan pembuangan air dapat dikendalikan dari segi jumlah dan waktu
pemberiannya
Dalam perkembangannya sampai saat ini, ada 3 jenis sistem irigasi yang biasa
pengaliran airnya. Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang
secara gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik. Cara ini
Sumber air yang dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil dari
sungai.
4
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
3. Irigasi Pasang-surut
Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi
laut. Areal yang direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapat
pengaruh langsung dari peristiwa pasang-surut air laut. Untuk aerah Kalimantan
10 - 15 km masuk ke darat. Air genangan yang berupa air tawar dari sungai akan
Adapun untuk mengalirkan dan membagi air irigasi, dikenal 4 cara utama:
1. Pemberian air irigasi lewat permukaan tanah, yaitu pemberian air irigasi
sisi petak sawah. Akibat adanya air ini, muka air tanah pada petak-petak sawah
akan naik. Kemudian air tanah akan mencapai daerah perakaran secara kapiler.
Persyaratan:
tanah bawah cukup stabil dan kedap air berada pada kedalaman 1.5 sampai
3 meter.
5
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
3. Pemberian air dengan cara irigasi siraman. Pada sistem ini air akan
dengan kekuatan mesin pompa air. Sistem ini lebih efisien dibandingkan dengan
4. Pemberian air dengan cara tetesan, air irigasi disalurkan lewat jaringan
pipa dan diteteskan tepat di daerah perakaran tanaman. Irigasi ini juga
menggunakan mesin pompa air sebagai tenaga penggerak. Cara pemberian air
irigasi siraman :
lapangan 1 atm.
Petak irigasi adalah petak sawah atau daerah yang akan dialiri dari suatu
sumber air, baik waduk maupun langsung dari satu atau beberapa sungai melalui
a. Petak Tersier
Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan
sadap (off take) tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas Pengairan.
daerah yang ditanami padi luas petak tersier idealnya minimum 50 ha, dan
dalam keadaan tertentu dapat ditolelir sampai seluas 150 ha, disesuaikan
6
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
air dari satu bangunan sadap pada saluran sekunder. Yang perlu
1. Petak mempunyai batas yang jelas pada setiap petak sehingga terpisah
dari petak tersier lainnya dan sebagai batas petak adalah saluran
drainase.
3. Tanah dalam petak tersier sedapat mungkin harus dapat dimiliki oleh
5. Tiap petak harus dapat menerima atau membuang air, gerakan air
6. Luas petak diusahakan tidak lebih dari 60 ha. Petak yang terlalu kecil
hujan dan terlalu sedikit di musim kemarau. Untuk daerah berbukit luas
7. Dalam tiap bidang salah satu petak harus dapat mempergunakan air
dengan baik.
pembawa/bangunan pembawa
7
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
b. Petak sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani
oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari
bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak
c. Petak primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air
langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer
yang mengambil airnya langsung dari sumber air, biasanya sungai. Proyek-
proyek irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer. Ini menghasilkan dua
petak primer.
a. Saluran Pembawa
1. Saluran Primer
saluran sekunder. Air yang dibutuhkan untuk saluran irigasi didapat dari
sungai, danau atau waduk. Pada umumnya pengairan yang didapat dari
sungai jauh lebih baik dari yang lainnya. Air dari sungai mengandung
banyak zat lumpur yang biasanya merupakan pupuk bagi tanaman sehingga
8
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
gunanya terutama ialah menjaga agar tanaman tidak mati kekeringan dalam
musim kering. Untuk saluran primer ini harus merupakan saluran trance
karena juga mengikuti garis kontur, maka akan berkelok-kelok dan panjang.
2. Saluran Sekunder
saluran alam yang dapat digunakan untuk membuang air hujan dan air yang
dari saluran sekunder adalah membawa air dari saluran primer dan
air pada kedua belah sisi. Yang dimaksud dengan saluran punggung adalah
3. Saluran Tersier
airnya dari bangunan sadap melalui petak tersier sampai ke boks bagi
9
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
pada tanah bergelombang atau datar, saluran mengikuti kaki bukit atau
tempat-tempat tinggi. Boks tersier akan membagi air ke saluran tersier atau
kuarter. terjal saluran kuarter biasanya merupakan saluran garis tinggi yang
b. Saluran pembuang
garis tinggi pada medan terjal atau alur alamiah kecil pada medan
tersier menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter dan sering
10
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
1. Bendung
melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk
meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung mencapai
elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan
a. Pengambilan bebas
muka air di sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara, gravitasi muka air di
Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan air
dapat bersifat manunggal dan multi guna. Apabila salah satu kegunaan waduk
11
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
untuk irigasi, maka pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap
untuk irigasi. Alokasi pemberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi yang
c. Stasiun Pompa
baik dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan
irigasi dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun
a. Bangunan Bagi
Bangunan yang terletak pada saluran primer yang membagi air ke saluran-
saluran sekunder atau pada saluran sekunder yang membagi air ke saluran
sekunder lainnya. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti
b. Bangunan sadap
c. Bangunan bagi-sadap
Bangunan yang berupa bangunan bagi, dan bersama itu pula sebagai
bagi dan bangunan sadap (bangunan yang terletak di saluran primer atau
12
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
Kuarter)
pada hulu saluran primer, pada cabang saluran dan pada bangunan sadap
4. Bangunan Pembawa
13
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
BAB. III
Daerah Aliran Sungai ( DAS ) merupakan hamparan wilayah yang dibatasi oleh
pembatas topografi yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara
serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet).
Lokasi studi dalam laporan ini yaitu daerah irigasi Das Cemoro. Daerah irigasi
HA
Das Cemoro ini memiliki panjang sungai 44,497 Km serta luas Das 23650,00 ,
Perbedaan kontur pada DAS Sungai Cemoro cukup bervariasi mulai dari dataran tinggi
sampai rendah.
14
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
stasiun pengukuran curah hujan. Ketiga stasiun hujan ini diharapkan bisa
merepresentasikan DAS tersebut. Adapun data dari ketiga stasiun diatas adalah data
curah hujan terbesar menurut metode thiessen dari tahun 2001 hingga tahun 2015.
Setelah dilakukan analisa frekuensi dengan data curah hujan di atas kemudian
di dapat debit andalannya dengan beberapa metode seperti metode Melchior, Rasional
jepang, Weduwen, Haspers, dan Mononobe. Berikut tabel hasil rekapituasi debit
15
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
16
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
BAB. IV
A. Perencanaan Saluran
Dalam perhitungan ini, ditentukan dimensi saluran untuk primer, sekunder, dan tersier.
B. Dimensi Saluran
setiap saluran.
Luas daerah layanan ditentukan dengan menghitung luas petak yang sudah
dibuat dalam peta. Untuk luas daerah layanan saluran tersier, didapat dengan
menghitung luas petak yang terdapat saluran tersier tersebut. Untuk luas daerah
tersier yang mendapatkan air dari saluran sekunder tersebut. Untuk luas daerah
17
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
Nilai b/h (n), dan kemiringan talud (m) didapat dari tabel dengan melihat
nilai Q dari setiap saluran. Berikut adalah tabel untuk mendapatkan parameter-
parameter tersebut.
Debit Rencana K
m3/det
Q > 10 45
5 < Q < 10 42,5
1<Q<5 40
Q < 1 dan saluran
tersier 35
18
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
5. Menentukan nilai b
6. Menghitung nilai h
h= b/n
A= (b + m x n) x h
19
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
8. Menghitung nilai P
P= b + 2h x √1 + m2
9. Menghitung nilai R
R = A/P
V = k x R2/3 x i 1/2
Q=Axv
Nilai b’ dapat ditentukan setelah didapatkan nilai b dari hasil iterasi lalu
h’ = b’ /n
A’ = ( b’ x m x h’) x h’
V’ = Q /A’
20
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
Tinggi muka air dari setiap saluran dapat dihitung dengan langkah-langkah
berikut:
elevasi tertinggi sawah didapat dengan menghitung langsung pada peta jarak
Tinggi muka air pada sawah dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
tabel berikut:
21
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
V = variant = 0,18 x H
Catatan : max
Untuk menentukan tipe romijn yang digunakan, data yang dibutuhkan adalah
nilai debit dari setiap saluran. Dengan debit tersebut, tentukan dimana nilai debit itu
berada pada range debit yang sudah ada di tabel. Setelah itu dilihat jenis pintu romijn
Digunakan Nilai H max, kapasitas, lebar pintu ditentukan dari tabel x.x
berdasarkan tipe pintu romijn yang digunakan. Untuk kapasitas pintu romin,
diambil dari nilai Q max pada tabel. Untuk menentukan jumlah pintu,
Z = H max / 3
Dimana :
22
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
Nilai tinggi muka air dekat pintu ukur dibagi menjadi 2 yaitu pada hulu dan
hilir. Nilai tinggi muka air dekat pintu ukur pada hulu dapat dihitung dengan
Contoh Perhitungan
Dimensi Saluran
1) Menghitung nialai Q
Q = 3.9 m3 / s
b/h = 3m = 1.5
Untuk nilai debit sebesar 3.9 m / s. Dari tabel akan didapatkan nilai k sebesar
40
5) Mengitung nilai h
h=3xb
h=3x1
h=3m
23
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
A = ( b + m x (n x b) x (n x b)
A = ( 1 + 1.5 x 3 ) x 3
A = 16.5 m2
7) Menghitung nilai P
P = b + 2 (nb) x √1 + m2
8) Menghitung nilai R
R=A/P
R = (b + m x n) x (n x b) / b + 2 (nb) x √1 + m2
R = 1.31 m
v = k x R 2/3 x i1/2
v = 40 x 1.312/3 x 0.00151/2
v = 1.85 m / s
24
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
Q’ = A x v
Q’ = 16.5 x 1.85
Q’ = 30.525 m3 / s
Nilai b’ dapat ditentukan setelah didapatkan nilai b dari hasil iterasi lalu
h’ = b’ / n
h’ = 2.7 / 3
h’ = 0.9 m
A’ = (b’ + m x h’) x h’
A’ = 3.59 m2
v’ = Q / A
v’ = 3.95 / 3.59
v’ = 1.1 m / s
25
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
I= (V/ K x R2/3 )2
I = ( 1.1 / 40 x 0.62/3)2
Tinggi muka air dari setiap saluran dapat dihitung dengan langkah-langkah
berikut:
Dengan melihat peta, letak tertinggi muka air untuk saluran primer
Dengan melihat peta, jarak elevasi tertinggi dengan bangunan bagi pada saluran
26
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
BAB. V
A Umum
Dalam jaringan irigasi teknis, banyaknya debit air yang mengalir ke dalam
saluran harus dapat diukur dengan seksama agar pembagian air dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya. Untuk itu diperlukan suatu bangunan yang fungsinya untuk
mengukur debit air pada saluran irigasi yang disebut banguan ukur debit.
Bangunan ukur biasanya difungsikan pula sebagai bangunan pengontrol. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan taraf muka air yang direncanakan dan untuk
mengalirkan debit tertentu. Bangunan ukur debit yang biasa digunakan pada umumnya
bangunan (melimpah / overflow) atau melalui bawah pintu / celah. Kondisi hidraulik ini
dimanfaatkan dalam desain dan perancangan pintu-pintu air, yang semuanya didasarkan
pada sifat aliran sempurna. Jika ternyata aliran yang terjadi bukan aliran sempurna,
Jenis-jenis bangunan ukur yang biasa digunakan dalam jaringan teknis antara
lain, yaitu :
Ambang tajam : aliran atas dan tidak dapat mengatur taraf muka
air.
Ambang lebar : aliran atas dan tidak dapat mengatur taraf muka
air.
27
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
Tipe Parshal : aliran atas dan tidak dapat mengatur taraf muka
air.
Tipe Cipoletti : aliran atas dan tidak dapat mengatur taraf muka
air.
Tipe Romijin : aliran atas dan dapat mengatur taraf muka air.
Tipe Crump de Gruyter : aliran bawah, dapat mengatur taraf muka air.
Pipa sadap sederhana : aliran bawah dan dapat mengatur taraf muka air.
Constant head orifice : aliran bawah dan dapat mengatur taraf muka air.
Tipe pintu sorong : aliran bawah dan dapat mengatur taraf muka air.
2. Persyaratan
Semua debit harus dapat dialirkan lewat bangunan ukur dan pengukuran
Terhindar dari gangguan sampah dan benda padat lainnya serta angkutan
sedimen.
28
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
Pintu romijn adalah alat ukur ambang lebar yang biasa digerakkan untuk
mengatur dan mengukur debit didalam jaringan saluran irigasi. Agar dapat bergerak,
mercunya dibuat dari plat baja dan dipasang diatas pintu sorong. Pintu ini dihubungkan
Sejak pengenalan pada tahun 1952, pintu Romijn telah dibuat dengan tiga
bentuk yaitu:
penyempit hulu.
pengalihan penyempitan.
penyempitan.
Dipandang dari segi hidrolis, ini merupakan perencanaan yang baik. Tetapi
pengarahan air diatas mercu pintu bisa saja dilakukan tanpa pemisahan aliran.
itu tidak dapat diproduksi kembali. Tetepi didalam program riset terakhir
29
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
Karena garis-garis aliran ini, batas moduler menjadi 0,25 bukan 0,67 seperti
aliran berkisar dari 3% untuk aliran rendah sampai 10% untuk aliran tinggi
dibandingkan dengan mercu datar, maka mercu pada kemiringan itu tidak
dianjurkan.
Ini adalah kombinasi yang bagus antara dimensi hidrolis yang benar dengan
5. Perhitungan Hidraulik
Q = 1,71 m.b.h3/2
Dimana;
Q = Debit (m3/det)
m = Koefisien pengaliran
30
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
Untuk panjang ambang datar (L) = 3 x tinggi muka air di udik ambang
maka koefisien pengaliran (m) berkisar 0,97-0,98. Dan bila panjang ambang
datar, L, sama dengan tinggi muka air di udik ambang, koefisien pengaliran (m)
berkisar 0,98-1,01.
Ketelitian baik.
Eksploitasi mudah.
Bangunan itu dapat disalah gunakan dengan cara membuka pintu bawah.
31
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
6. Papan Duga
Untuk pengukuran debit jarak sederhana, ada tiga papan duga yang harus
dipasang, yaitu :
Skala liter yang ikut bergerak pada meja pintu Romijn skala centimeter
dan liter dipasang pada posisi sedemikian rupa sehingga pada waktu
bagian atas meja berada pada ketinggian yang sama dengan muka air
disalurkan (dan oleh karena itu debit diatas meja, nol), titik pada skala
Debit yang masuk dapat diukur dan diatur dengan satu bangunan.
dibawah 33% dari tinggi energi hulu dengan mercu sebagai acuannya
Karena alat ukur romijn dapat disebut “berambang lebar” maka sudah
Alat ukur romijn dengan pintu dibawah bisa dieksploitasi oleh orang
yang tidak berwewenang, yaitu melewatkan air yang lebih banyak dari
32
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
Alat ukur ini menggunakan prinsip hidrolika aliran yang melalui bukaan
pada bawah pintu, Bagian bawah pintu dibuat dengan sistem bulat sedemikian
dan juga cukup teliti, tetapi kehilangan tinggi tekan cukup besar.Bangunan ini
biasanya digunakan untuk mengukur debit saluran yang relatif besar yaitu di atas
900 l/det.
1. Penggunaan
pintu
33
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
2. Bentuk hidraulik
Bangunan ukur ini terdiri atas tiga tipe yaitu masing-masing dengan
lebar 0,4 m, 0,8 m, dan 1,20 m untuk tipe I,II, dan III.
Kedua sisi kanan dan kiri dibatasi oleh dinding tegak, bagian bawah
Dalamnya air minimum (Y min) di bawah pintu di tentukan oleh ketelitian alat
debit biasanya diikut sertakan grafik untuk berbagai lebar pintu (b) dan tinggi
4. Rumus Pengaliran
Q = c . b . y . √2g(H-Y)
Q = 1,594 . b . H 3/2
Z = beda tinggi antara muka air dari saluran dan tinggi muka air di bangunan H
ɣ 1 2 3 4 5 6 7 8
β 0,630 0,218 0,140 0,100 0,080 0,065 0,055 0,049
α 0,167 0,386 0,445 0,575 0,620 0,665 0,690 0,715
34
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
γ = ketelitian
b = Qmax
1,594 . H 3/2
Ymax = 0,63 H
5. Batasan Penggunaan
Dasar dari saluran ukur harus horizontal dan dinding kanan kirinya tegak
lurus.
35
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
Salah satu contoh bangunan pengontrol taraf muka air yaitu pintu sorong dari
besi. Bangunan ini dapat digunakan sebagai pengukur debit yang lewat bawah pintu.
Tipe aliran yang melalui lubang/celah pintu sorong adalah aliran bawah (underflow) ,
bawah pintu/celah.
Kelebihan :
Eksploitasinya mudah
36
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
Kelemahan :
lainnya
2. Perhitungan Hidraulik
Q = K.μ.a.b.√2.g.z
Keterangan :
Q = Debit (m3/det)
37
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
38
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
BAB. VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sistem irigasi yang direncanakan untuk daerah irigasi Das Cemoro adalah
3. Luas Das Cemoro 23650,00 Ha yang dialiri adalah 1562,6 Ha. Petak
B. Saran
Adapun saran yang diberikan untuk Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I ini
yaitu:
1. Perencanaan irigasi pada tugas besar yang kurang/tidak aktual karena data-
data hidrologi dan klimatologi yang didapatkan merupakan data lama dan
sebagian besar sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Oleh karena
39
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
2. Pemilihan stasiun hujan yang terlalu jauh untuk mengolah sistem irigasi
Das Cemoro ini, sehingga sebaiknya harus dipilih sedekat mungkin agar
3. Karena sistem yang digunakan irigasi gravitasi, maka bagi yang petak
40
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
DAFTAR PUSTAKA
41
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
SUGI HARTINI (15311021)
LAMPIRAN
42