Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Air adalah sumberdaya yang sangat diperlukan dan penting bagi makhluk
hidup. Dalam pemanfaatan air khususnya untuk kebutuhan air di persawahan
maka perlu didirikan sistem irigasi dan bangunan bendung. Kebutuhan air di
persawahan ini kemudian disebut dengan kebutuhan air irigasi. Dalam dunia
teknik sipil ada yang disebut dengan bangunan air irigasi digunakan untuk usaha
penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian
yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah,
irigasi pompa, dan irigasi tambak. Tujuan irigasi adalah untuk memanfaatkan air
irigasi yang tersedia secara benar yakni seefisien dan seefektif mungkin agar
produktivitas pertanian dapat meningkat sesuai yang diharapkan.

Penyelenggaraan pengelolaan jaringan irigasi pada dasarnya dipengaruhi oleh


beberapa factor diantaranya factor teknis dan non teknis. Oleh karena itu perlu
adanya peningkatan antar factor tersebut agar dapat menunjang penyelenggaraan
pengelolaan jaringan irigasi yang baik. Pengelolaan system irigasi bertujuan
untuk mewujudkan pemanfaatan air dalam bidang pertanian, yang
diselenggarakan secara partisipatif, terpadu, berwawasan lingkungan, transparan,
akuntabel, dan berkeadilan.

Pengelolaan sistem irigasi secara transparan dan akuntabel mengandung


pengertian bahwa pengelolaan sistem irigasi dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan, sedangkan pengelolaan sistem irigasi yang berkeadilan
mengandung pengertian bahwa pengelolaan sistem irigasi dilakukan secara
proporsional sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemakai air irigasi dari bagian
hulu, tengah sampai kehilir.

1
1.2 Rumusan Masalah

1) Apakah yang dimaksud dengan irigasi?


2) Bagaimana sejarah sistem Irigasi di mulai?
3) Apa saja jenis dari irigasi?
4) Apa saja unsur dan tingkatan jaringan irigasi?
5) Apa saja macam-macam dari petak ikhtisar irigasi?
6) Apa saja macam-macam dari bangunan irigasi?
7) Bagaimana sistem tata nama irigasi?
8) Bagaimana sistem irigasi di Indonesia saat ini?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghetahui pengertian irigasi
2. Untuk menghetahui sejarah dari sistem irigasi
3. Untuk menghetahui jenis dari irigasi
4. Untuk menghetahui unsur dan tingkatan jaringan irigasi
5. Untuk menghetahui macam-macam petak ikhtisar irigasi
6. Untuk menghetahui macam-macam bangunan irigasi
7. Untuk menghetahui sistem tata nama irigasi
8. Untuk menghetahui sistem irigasi di Indonesia saat ini?

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN BANGUNAN AIR


Definisi, “Bangunan air merupakan bangunan yang digunakan
untuk memanfaatkan dan mengendalikan air di sungai maupun danau”. Bentuk dan
ukuran bangunan tergantung kebutuhan, kapasitas maksimum sungai, dana
pembangunan dan sifat hidrolik sungai. Kebanyakan konstruksi bangunan air bersifat
lebih masif dan tidak memerlukan segi keindahan dibanding dengan bangunan-
bangunan gedung atau jembatan, dan perencanaan bangunannya secara detail tidak
terlalu halus. Permukaan bangunan air atau bagian depannya sebaiknya berbentuk
lengkung untuk menghindari kontraksi sehingga mempunyai efisiensi yang tinggi dan
mengurangi gerusan lokal (local scoure) di sekililing bangunan atau di hilir
bangunan.

2.2 BANGUNAN AIR UNTUK IRIGASI


Bangunan ini merupakan bangunan utama yang dibangun di sungai untuk
memenui kebutuhan air irigasi. Jenis bangunan yang dipilih harus sesuai dengan: sifat
hidrolik dari sungai, daerah yang akan dialiri, kemudian jenis tanaman yang
dibutuhkan. Kemudian ada persyaratan air untuk irigasi yaitu: dapat mengalir secara
gravitasi, mengurangi kadar sedimen, dan dapat diukur ketika masuk kedalam
jaringan irigasi.
Dalam bangunan air untuk irigasi ada beberapa jenis bangunan utama yaitu:
2.2.1 Bangunan pengambil bebas
Bangunan ini dibuat untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai ke
jaringan irigasi tanpa merubah kondisi sungai, jika muka air sungai cukup tinggi
untuk mencapai lahan yang akan diairi. Bangunan tersebut berupa saluran

3
pengambilan yang dilengkapi dengan pintu air untuk mengatur debit air yang
masuk untuk memenuhi kebutuhan irigasi. Bangunan tersebut harus dapat
mengambil air dengan jumlah yang cukup pada masa pemberian air irigasi tanpa
memerlukan peninggian muka air sungai.
Bangunan seperti ini jarang diaplikasikan. Sulitnya sistem ini seringkali kali
memerlukan saluran yang sangat panjang untuk mencapai sawah yang dapat
diairi. Panjang saluran disebabkan beda tinggi tekan yang harus disediakan agar
air sampai ke sawah secara gravitasi. Saluran yang terlalu panjang menyebabkan
banyaknya kehilangan air, akibat rembesan dan penguapan. Hal ini
memprihatinkan banyaknya pencurian air disaluran yang sulit dicegah.

2.2.2 Bangunan bendung


Bangunan ini dibangun melintangi sungai yang berfungsi untuk menaikkan
muka air sungai, serta menaikan tinggi tekan dan atau membendung aliran sungai
sehingga aliran sungai mudah disap dan dialirkan secara gravitasi ke daerah yang
membutuhkannya dengan jarak saluran yang relatif pendek. Bila untuk mengatur
elevasi muka air sungai ada 3 tipe yang dapat dibangun:
1) Bendungan tetap
Bendungan tetap adalah bendungan yang dipergunakan untuk meninggikan
muka air sungai, sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat mengalir
ke saluran irigasi dan petak. Fungsi lain dari bending tetap yaitu menjadi
penghalang ketika terjadi banjir yang menyebabkan genangan air dihulu bendung.
Ditinjau dari bahan yang dipergunakan, maka bending tetap dapat dibagi
menjadi:
a. Bendung tetap permanen, bahan yang digunakan misalnya dari beton,
pasangan batu, dan beronjong dengan mantel.
b. Bending tetap semi permanen, bahan yang digunakan misalnya dari
beronjong dan kayu.

4
c. Bending tetap tidak permanen, bahan yang digunakan misalnya dari kayu dan
tumpukan batu.
2) Bendung gerak
Bendung gerak adalha bangunan yang sebagian besar konstruksi terdiri dari
pintu yang dapat bergerak untuk mengatur ketinggian muka air di sungai
(Departemen Pekerjaan Umum-Pengairan). Bendung gerak dapat dibagi menjadi
2 yaitu:
a. Bendung gerak berupa pintu air, cara kerja bendung ini adalah dengan cara
membuka pintu air kemudian air mengaliri irigasi. Pintu dari bendung ini
harus terjaga agar tidak menimbulkan kenaikan muka air di hilir bendung
secara berlebihan.
b. Bendung gerak berupa bendung karet, bendung ini dapat mengembang dan
mengempis secara otomatis, apabila air telah mencapai ketinggian yang telah
ditentukan. Ada banyak kelebihan bendung karet dibanding pintu air, antara
lain bentangnya jauh lebih lebar dan operasinya dilakukan secara otomatis,
tanpa menjaga dan mengoperasikan pintu secara terus menerus, baik pada
aliran tinggi maupun aliran rendah. Namun dengan kondisi sungai yang
banyak mengandung sedimen kasar atau sampa padat, bendung karet tidak
dianjurkan karena akan cepat robek. Isi bendung karet bisa udara bisa juga
diisi air, namun pengisian udara lebih mudah karena tidak diperlukan
tampungan air untuk mengisi bendung karet

3) Bendungan
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air
menjadi waduk, danau, PLTA, atau tempat rekreasi. Kebanyakan bendungan
memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak
diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan. Bendungan dibangun melintang
sungai untuk meninggkan muka air dan membuat tampungan air.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 DEFINISI IRIGASI


Irigasi merupakan proses penambahan air untuk memenuhi kebutuhan lengas
tanah bagi pertumbuhan tanaman (Israelsen & Hansen, 1980). Irigasi merupakan
suatu ilmu yang memanfaatkan air untuk tanaman mulai dari tumbuh sampai
masa panen. Air tersebut diambil dari sumbernya, dibawa melalui saluran,
dibagikan kepada tanaman yang memerlukan secara teratur, dan setelah air
tersebut terpakai, kemudian dibuang melalui saluran pembuang menuju sungai
kembali.Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 23/1982 Ps. 1, pengertian irigasi,
bangunan irigasi, dan petak irigasi telah dibakukan yaitu sebagai berikut :

a. Irigasi adalah usaha penyediaan dan penyediaan dan pengaturan airuntuk


menunjang pertanian.
b. Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan
dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan,
pengambilan, pembagian pemberian dan penggunaannya.
c. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi.
d. Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.
Jadi, irigasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk mengaliri
lahanpertanian

3.2 SEJARAH IRIGASI DI INDONESIA


3.2.1 Irigasi Mesir Kuno dan Tradisional Nusantara

6
Sejak Mesir Kuno telah dikenal dengan memanfaatkan Sungai Nil. Di
Indonesia, irigasi tradisional telah juga berlangsung sejak nenek moyang kita.
Hal ini dapat dilihat juga cara bercocok tanam pada masa kerajaan-kerajaan
yang ada di Indonesia. Dengan membendung kali secara bergantian untuk
dialirkan ke sawah. Cara lain adalah mencari sumber air pegunungan dan
dialirkan dengan bambu yang bersambung. Ada juga dengan membawa
dengan ember yang terbuat dari daun pinang atau menimba dari kali yang
dilemparkan ke sawah dengan ember daun pinang juga

3.2.2 Sistem Irigasi Zaman Hindia Belanda


Sistem irigasi adalah salah satu upaya Belanda dalam melaksanakan Tanam
Paksa (Cultuurstelsel) pada tahun 1830. Pemerintah Hindia Belanda dalam
Tanam Paksa tersebut mengupayakan agar semua lahan yang dicetak untuk
persawahan maupun perkebunan harus menghasilkan panen yang optimal
dalam mengeksplotasi tanah jajahannya. Sistem irigasi yang dulu telah
mengenal saluran primer, sekunder, ataupun tersier. Tetapi sumber air belum
memakai sistem Waduk Serbaguna seperti TVA di Amerika Serikat. Air
dalam irigasi lama disalurkan dari sumber kali yang disusun dalam sistem
irigasi terpadu, untuk memenuhi pengairan persawahan, di mana para petani
diharuskan membayar uang iuran sewa pemakaian air untuk sawahnya.

3.2.3 Waduk Jatiluhur 1955 di Jawa Barat dan Pengalaman TVA 1933 di
Amerika Serikat
Tennessee Valley Authority (TVA) yang diprakasai oleh Presiden AS
Franklin D. Roosevelt pada tahun 1933 merupakan salah satu Waduk Serba
Guna yang pertama dibangun di dunia.[1] Resesi ekonomi (inflasi) tahun
1930 melanda seluruh dunia, sehingga TVA adalah salah satu model dalam
membangun kembali ekonomi Amerika Serikat. Isu TVA adalah mengenai:
produksi tenaga listrik, navigasi, pengendalian banjir, pencegahan malaria,
reboisasi, dan kontrol erosi, sehingga di kemudian hari, Proyek TVA menjadi

7
salah satu model dalam menangani hal yang mirip. Oleh sebab itu, Proyek
Waduk Jatiluhur merupakan tiruan yang hampir mirip dengan TVA di AS
tersebut.
Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten
Purwakarta (±9 km dari pusat Kota Purwakarta). Bendungan itu dinamakan
oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda, dengan panorama danau yang luasnya
8.300 ha. Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor
asal Perancis, dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 miliar m3/tahun
dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia.

3.3 JENIS-JENIS IRIGASI


3.3.1 Irigasi Permukaan
Irigasi permukaan adalah sistem irigasi yang menyadap langsung disungai
melalui bendung maupun bangunan pengambil bebas(free intake) kemudian
air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran sampai ke lahan pertanian
3.3.2 Irigasi Lokal
Irigasi local adalah sistem yang didistribusikan air dengan cara pipanisasi.
Irigasi ini berlaku gravitasi, dimana lahan yang tinggi mendapat air lebih
dahulu.Air yang disebar hanya terbatas sekali atau secara local.
3.3.2 Irigasi dengan Penyemprotan
Irigasi dengan penyemprotan biasanya dipakai penyemprotan air atau
spirinkle. Air yang disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman mendapat
air dari atas, daun akan basah lebih dahulu, kemudian menetes ke akar.
3.3.4 Irigasi pompa air
Dalam irigasi ini air diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui pompa
air, kemudian dialirkan dengan berbagai cara, misalnya dengan pipa
atausaluran. Dalam musim kemarau irigasi ini dapat terus mengalir dengan
deras.

8
3.4 UNSUR DAN JARINGAN IRIGASI
Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang 
merupakan  satu  kesatuan  yang  diperlukan  untuk  penyediaan,  pembagian, 
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi. (Sumber : Undang‐undang 
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Bab I pasal
1).  Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional 
pokok, yaitu :
a. Bangunan‐bangunan  utama  (headworks)  di  mana  air 
diambil dari sumbernya, umumnya sungai atau waduk,
b. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi  ke petak‐
petak tersier,
c. Petak‐petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kole
ktif, air irigasi dibagi‐bagi dan dialirkan kesawah dan kelebihan air di
tampung di dalam suatu sistem pembuangan di dalam petak tersier;
d. Sistempembuang berupa saluran dan bangunan bertujuan untuk membuankel
ebihan air dari sawah ke sungai atau saluran‐saluran alamiah.

Gambar 1. Klasifikasi jaringan irigasi

9
Berdasarkan cara pengaturan pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas,
jaringan irigasi dapat dibedakan ke dalam tiga tingkatan yakni:
1) Jaringan irigasi sederhana
Di dalam irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur, air lebih
akan mengalir ke saluran pembuang. Para petani pemakai air itu tergabung dalam
satu kelompok jaringan irigasi yang sama, sehingga tidak memerlukan
keterlibatan pemerintah di dalam organisasi jaringan irigasi semacam ini.
Persediaan air biasanya berlimpah dengan kemiringan berkisar antara sedang
sampai curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit
untuk sistem pembagian airnya.
Kelemahan jaringan irigasi sederhana yaitu: pemborosan air dam karena pada
umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi air yang terbuang itu tidak
selalu dapat mencapai daerah rendah yang lebih subur, terdapat banyak
penyadapan yang memerlukan lebih banyak biaya, dan umurnya relative pendek
karena bangunan pengelaknya bukan bangunan tetap/permanen.

2) Jaringan irigasi semi teknis

10
Dalam banyak hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan irigasi sederhana
dan jaringan semi teknis adalah bahwa jaringan semi teknis ini bendungnya
terletak di sungai lengkap dengan bangunan pengambilan dan bangunan pengukur
di bagian hilirnya. Mungkin juga dibangun beberapa bangunan permanen di
jaringan saluran. Sistem pembagian air biasanya serupa dengan jaringan
sederhana. Adalah mungkin bahwa pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi
daerah yang lebih luas dari daerah layanan pada jaringan sederhana. Oleh karena
itu biayanya ditanggung oleh lebih banyak daerah layanan. Organisasinya akan
lebih rumit jika bangunan tetapnya berupa bangunan pengambilan dari sungai,
karena diperlukan lebih banyak keterlibatan dari pemerintah.

3) Jaringan irigasi teknis


Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan teknis adalah pemisahan antara
jaringan irigasi dan jaringan pembuang/pematus. Hal ini berarti bahwa baik
saluran irigasi maupun pembuang tetap bekerja sesuai dengan fungsinya
masingmasing, dari pangkal hingga ujung. Saluran irigasi mengalirkan air irigasi
ke sawahsawah dan saluran pembuang mengalirkan air lebih dari sawah-sawah ke
saluran pembuang alamiah yang kemudian akan diteruskan ke laut.

3.5 PETAK IKHTISAR IRIGASI


Petak Ikhtisar irigasi adalah cara penggambaran berbagai macam bagian dari
suatujaringanirigasiyangsalingberhubungan.Petakikhtisaririgasimemperlihatkan:
 Bangunan-bangunan utama
 Jaringan dan trase saluran irigasi
 Jaringan dan trase saluran pembuang
 Petak-petak primer, sekunder, dan tersier
 Lokasi bangunan
 Batas-batas daerah irigasi

11
 Jaringan dan trase jalan
 Daerah yang tidak dialiri (missal desa-desa)
 Daerah yang tidak dapat dialiri (missal: tanah yang kurang bagus, dan
terlalu tinggi

3.5.1 Petak Tersier


Petak tersier menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan
sadap (off take) tersier. Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran
tersier. Petak tersier yang kelewat besar akan mengakibatkan pembagian air
menjadi tidak efisien. Faktor-faktor penting lainnya adalah jenis tanaman dan
topografi. Di daerah-daerah yang ditanami padi luas petak tersier idealnya
maksimum 50 ha, tapi dalam keadaan tertentu dapat ditolelir sampai seluas 75 ha,
disesuaikan dengan kondisi topografi dan kemudahan eksploitasi dengan tujuan
agar pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan lebih mudah. Petak tersier harus
mempunyai batas-batas yang jelas seperti misalnya parit, jalan, batas desa dan
batas perubahan bentuk medan (terrain fault). Petak tersier dibagi menjadi petak-
petak kuarter, masing- masing seluas kurang lebih 8 - 15 ha. Apabila keadaan
topografi memungkinkan, bentuk petak tersier sebaiknya bujur sangkar atau segi
empat untuk mempermudah pengaturan tata letak dan memungkinkan pembagian
air secara efisien. Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan saluran
sekunder atau saluran primer. Perkecualian kalau petak-petak tersier tidak secara
langsung terletak di sepanjang jaringan saluran irigasi utama yang dengan
demikian, memerlukan saluran tersier yang membatasi petak-petak tersier
lainnya, hal ini harus dihindari. Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari
1.500 m, tetapi dalam kenyataan kadang-kadang panjang saluran ini mencapai
2.500 m. Panjang saluran kuarter lebih baik dibawah 500m, tetapi prakteknya
kadang-kadang sampai 800m.

12
3.5.2 Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani
oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan
bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder
pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas, seperti misalnya saluran
pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda-beda, tergantung pada situasi
daerah. Saluran sekunder sering terletak di punggung medan mengairi kedua sisi
saluran hingga saluran pembuang yang membatasinya. Saluran sekunder boleh
juga direncana sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng- lereng medan
yang lebih rendah saja.

3.5.2 Petak Primer


Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air
langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang
mengambil airnya langsung dari sumber air, biasanya sungai. Proyek-proyek
irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer. Ini menghasilkan dua petak
primer. Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan
mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer
melewati sepanjang garis tinggi, daerah saluran primer yang berdekatan harus
dilayani langsung dari saluran primer.

3.6 BANGUNAN IRIGASI


Bangunan irigasi digunakan untuk keperluan dalam menunjang pengambilan
dan pengaturan air irigasi, sehingga air dapat mengalir dengan baik ke areal
persawahan
3.6.1 Bangunan utama (head works)
Bangunan Utama dapat didefinisikan sebagai kompleks bangunan yang
direncanakan dan disepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke

13
dalam jaringan saluran agar dapat di pakai untuk keperluan irigasi. Bangunan
utama bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan, serta mengukur
banyaknya air yang masuk. Bangunan utama terdiri dari bendung dengan peredam
energi, satu atau dua pengambilan utama pintu bilas kolam olah dan (jika
diperlukan) kantong lumpur, tanggul banjir pekerjaan sungai dan bangunan-
bangunan pelengkap.
Bangunan utama dapat diklasifikasi ke dalam sejumlah kategori, bergantung
kepada perencanaannya. Berikut ini terdapat beberapa kategori antara lain:
1. Bendung atau Bendung gerak
2. Bendung karet
3. Pengambilan bebas
4. Pengambilan dari waduk
3.6.2 Bangunan pembawa
Bangunan-bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir
saluran. Aliran yang melalui bangunan ini bisa superkritis atau subkritis.
1. Bangunan pembawa dengan aliran superkritis
Bangunan pembawa dengan aliran tempat di mana lereng medannya
maksimum saluran. Superkritis diperlukan di tempat lebih curam daripada
kemiringan maksimal saluran. (Jika di tempat dimana kemiringan medannya
lebih curam daripada kemiringan dasar saluran, maka bisa terjadi aliran
superkritis yang akan dapat merusak saluran. Untuk itu diperlukan bangunan
peredam). Macammacam bangunan pembawa dengan aliran superkritis:
Bangunan Terjun, dan Got Miring.

2. Bangunan pembawa dengan aliran subkritis (Bangunan silang)


Macam-macam bangunan pembawa dengan aliran subkritis (bangunan
silang):
a. Gorong-gorong
b. Talang

14
c. Sipon
d. Jembatan sipon
e. Flum (flume)
f. Saluran tertutup
g. Terowongan

3.6.3 Bangunan bagi dan sadap


Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan pintu dan alat
pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah dan pada
waktu tertentu. Untuk itu kriteria ini menetapkan agar diterapkan tetap memakai
pintu dan alat ukur debit dengan memenuhi tiga syarat proporsional.
1. Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang
dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.
2. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke
saluran tersier penerima.
3. Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu rangkaian
bangunan.
Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran
atau lebih (tersier, subtersier dan atau kuarter).

3.6.4 Bangunan pengatur dan pengukur


Aliran akan di ukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang saluran
jaringan primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier. Bangunan ukur
dapat dibedakan menjadi bangunan ukur aliran atas bebas (free overflow) dan
bangunan ukur alirah bawah (underflow). Beberapa dari bangunan pengukur
dapat juga dipakai untuk mengatur aliran air.
Berdasarkan KP-04 Bangunan memberikan uraian terinci mengenai peralatan
ukur dan penggunaannya. Peralatan berikut dianjurkan pemakaiannya :

15
a. Di hulu saluran primer Untuk aliran besar alat ukur ambang lebar dipakai
untuk pengukuran dan pintu sorong atau radial untuk pengatur
b. Di bangunan bagi bangunan sadap sekunder Pintu romijn dan pintu crump-de
gruyter dipakai untuk mengukur dan mengatur aliran. Bila debit terlalu besar,
maka alat ukur ambang lebar dengan pintu sorong atau radial bisa dipakai
seperti untuk saluran primer.
c. Di bangunan sadap tersier Untuk mengatur dan mengukur aliran dipakai alat
ukur romijn atau jika fluktuasi di saluran besar dapat dipakai alat ukur
crump-de gruyter. Di petakpetak tersier kecil di sepanjang saluran primer
dengan tinggi muka air yang bervariasi dapat dipertimbangkan untuk
memakai bangunan sadap pipa sederhana, di lokasi yang petani tidak bisa
menerima bentuk ambang sebaiknya dipasang alat ukur parshall atau cut
throat flume.
Alat ukur parshall memerlukan ruangan yang panjang, presisi yang tinggi
dan sulit pembacaannya, alat ukur cut throat flume lebih pendek dan
mudah pembacaannya.

3.6.5 Bangunan lindung


Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari luar. Dari
luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air buangan yang
berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang berlebihan akibat kesalahan
eksploitasi atau akibat masuknya air dan luar saluran. Bangunan lindung terdiri dari:
1. Bangunan pembuang silang
2 .Pelimpah (spillway)
3. Bangunan penggelontor sedimen (sediment excluder)
4. Bangunan penguras (wasteway)
5. Saluran pembuang samping dan gendong

3.6.6 Bangunan pelengkap

16
Tanggul-tanggul diperlukan untuk melindungi daerah irigasi terhadap
banjir yang berasal dari sungai atau saluran pembuang yang besar. Pada
umumnya tanggul diperlukan di sepanjang sungai di sebelah hulu bendung
atau di sepanjang saluran primer.

3.7 STANDAR TATA NAMA IRIGASI


Nama-nama yang diberikan untuk saluran-saluran irigasi dan pembuang,
bangunan-bangunan dan daerah irigasi harus jelas dan logis. Nama yang diberikan
harus pendek dan tidak mempunyai tafsiran ganda (ambigu). Nama-nama harus
dipilih dan dibuat sedemikian sehingga jika dibuat bangunan baru kita tidak
perlu mengubah semua nama yang sudah ada.
Gambar 3. Skema tata nama untuk irigasi

Gambar 4. Skema sistem tata nama untuk bangunan irigasi

17
3.7.1 Daerah irigasi
Daerah irigasi dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat,
atau desa penting di daerah itu, yang biasanya terletak didaerah bangunan
utama atau sungai yang airnya diambil untuk jaringan irigasi, contohnya
adalah Daerah Irigasi Jatiluhur. Apabila ada dua pengambilan atau lebih,
maka daerah irigasi tersebut sebaiknya diberi nama sesuai dengan desa desa
terkenal di daerah-daerah layanan setempat.
3.7.2 Saluran irigasi
Saluran irigasi primer sebaiknya diberi nama sesuai dengan daerah irigasi
yang dilayani. Saluran sekunder sering diberi nama sesuai dengan nama desa
yang terletak di petak sekunder. Petak sekunder akan diberi nama sesuai
dengan nama saluran sekundernya.
Saluran dibagi menjadi ruas-ruas yang berkapasitas sama. Bangunan
pengelak atau bagi adalah bangunan terakhir di suatu ruas. Bangunan-
bangunan yang ada di antara bangunan-bangunan bagi sadap (gorong-gorong.
jembatan, talang bangunan terjun, dan sebagainya) diberi nama sesuai
dengan nama ruas di mana bangunan tersebut terletak juga mulai dengan

18
huruf B (bangunan) lalu diikuti dengan huruf kecil sedemikian sehingga
bangunan yang terletak di ujung hilir mulai dengan "a" dan bangunan-
bangunan yang berada lebih jauh di hilir memakai hurut b, c, dan seterusnya.
3.7.3 Jaringan pembuang
Pada umumnya jaringan pembuang primer merupakan sungai-sungai
alamiah, yang semuanya akan diberi nama. Apabila ada saluran-saluran
pembuang primer baru yang akan dibuat, maka saluran-saluran diberi nama
tersendiri. Jika saluran pembuang dibagi menjadi ruas-ruas, maka masing-
masing akan diberi nama mulai dari ujung hilir.
Pembuang sekunder pada umunya berupa sungai atau anak sungai yang
lebih kecil. Beberapa diantaranya sudah memiliki nama tetap biasa dipakai,
jika sungai akan ditunjukkan dengan sebuah huruf bersama-sama dan nomor
seri, nama-nama ini akan diawali dengan huruf d (drainase). Pembuang tersier
adalah pembuang kategori terkecil dan akan dibagi-bagi menjadi ruas-ruas
dengan debit seragam, masing-masing diberi nomor. Masing-masing petak
tersier akan mempunyai nomor seri sendiri-sendiri.

3.8 SISTEM IRIGASI DI INDONEISA SAAT INI


Sistem Irigasi diIndonesia cukup besar dan baik, mengingat Indonesia adalah
Negara agraris dengan tanaman dan makanan utama penduduknya adalah beras,
maka peran irigasi sebagai penghasil utama beras menduduki posisi penting.
Irigasi memerlukan investasi yang besar untuk pembangunan sarana dan
prasarana, pengoperasian dan pemeliharaan. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengelolaan yang baik, benar, dan tepat sehingga pemakaian air untuk irigasi
dapat seoptimal mungkin.
Jumlah air yang diperlukan untuk irigasi sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor alam, juga tergantung pada macam tanaman serta masa pertumbuhannya.
Untuk itu diperlukan sistem pengaturan yang baik agar kebutuhan air bagi
tanaman sapat terpenuhi dan efisien dalam pemanfaatan air.

19
Mengingat air yang tersedia di alam sering tidak sesuai dengan kebutuhan
baik lokasi maupun waktunya, maka diperlukan saluran (saluran irigasi dan
saluran drainasi) dan bangunan pelengkap (misal : bendungan, bendung, pompa
air, siphon, gorong-gorong / culvert, talang air dan sebagainya) untuk membawa
air dari sumbernya ke lokasi yang akan dialiri dan sekaligus untuk mengatur besar
kecilnya air yang diambil maupun yang diperlukan.
Pemerintah sekarang ini mulai menumbuhkan minat petani untuk kemali
berlomba-lomba menanam padi lagi. Salah satu usaha pemerintah saat ini adalah
dengan program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Infrastruktur Sumber
Daya Air Irigasi Kecil (P4-ISDA-IK). Maksud dan Tujuan dari P4-ISDA-IK
adalah menumbuhkan partisipasi masyarakat tani dalam kegiatan rehabilitasi
irigasi kecil sesuai dengan kebutuhan dan berdasarkan prinsip kemandirian agar
terlaksananya pemberdayaan dan partisipasi masyarakat tani dalam kegiatan
rehabilitasi irigasi kecil dan rehabilitasi terhadap kondisi dan fungsi prasarana
irigasi kecil. Program ini merupakan salah satu bentuk harapan pemerintah
kepada petani agar mau menjalankan misi Negara dengan mau bersama-sama
membangun dan memperbaiki system penyediaan air untuk lahan sawah mereka.
Dalam program ini sifatnya adalah “dari petani, untuk petani dan oleh petani”
yang berarti bahwa pemerintah memberikan kewenangan kepada petani untuk
berusaha membangun dan mengusahakan agar air bias sampai dan tersedia di
lahan mereka. Hal ini mulai diwujudkan pemerintah karena kesadaran akan
pentingnya ketersediaan air itu sangat penting dan memang harus diutamakan.
Tiga sasaran dari program ini adalah ;
1. Penyediaan air baku.
2. Pengamanan pantai.
3. Perbaikan irigasi kecil.
Inti dari program ini adalah pemerintah memberikan bantuan berupa dana dan
pengawasan langsung kepada desa untuk membangun dan mengerjakan sendiri
proyek pembangunan dan perbaikan irigasinya agar air bisa tersedia dengan baik

20
di lahan. pembangunan infrastruktur pertanian yang dilakukan oleh pemerintah
biasanya diserahkan kepada pihak ketiga. Namun, dalam P4 ISDA IK, para
petanilah yang diberi kepercayaan untuk menentukan titik-titik saluran irigasi
yang menjadi sasaran pembangunan dan melaksanakan pembangunan saluran
irigasi. Dengan adanya program ini memang dirasa oleh petani sangat
menguntungkan, karena ada banayk manfaat yang ditimbulkan dengan adanya
program ini, diantaranya yaitu :
1. Air tersedia di lahan.
2. Produksi jauh meningkat.
3. Terjalinnya hubungan yang baik antar petani dalam satu kawasan desa.
4. Mengurangi tingkat kemungkinan korupsi oleh pihak pemerintah.
5. Mengurangi dana yang seharusnya dikeluarkan pemerintah.

Kelemahan dari program ini adalah masih memiliki batasan-batasan tertentu


yang menjadi syarat bagi desa yang akan mendapatkan bantuan dana untuk
pembuatan dan perbaikan system irigasi bagi desa mereka. Diantara syarat
tersebut tentunya membuat beberapa desa atau daerah yang sebenarnya sangat
membutuhkan bantuan dana tersebut harus terpaksa rela menghilangkan
harapannya akan ketersediaan air di sawahnya. Pemerintah mensyaratakan bagi
dresa yag akan menerima bantuannya adalah : Desa yang memiliki irigasi kecil
yang luasnya kurang dari 1.000 hektare. Namun menanggapai masalah tersebut
memang pemerintah sudah merevisi aturannya yaitu menjadi : cakupan kriteria
desa yang bisa mengakses program tersebut berkembang. Payung hukum program
percepatan itu ialah Keputusan Menteri PU No 328/2013 tentang Pelaksanaan P4
ISDA IK. Aturan itu juga diperbarui dengan Keputusan Menteri PU 396/2013,
yang juga menetapkan jumlah desa penerima P4 ISDA IK bertambah, dari 4.000
desa menjadi 5.010 desa. Sejumlah kriteria pun ditetapkan, salah satunya desa
yang bersangkutan harus memiliki irigasi dengan luas di atas 1.000 hektare dan

21
3.000 hektare pada saluran irigasi sekunder. Program juga bisa digelar di daerah
rawa yang potensial untuk pengembangan tanaman padi, serta daerah tadah hujan
yang ke depannya bisa dijadikan lahan irigasi.
Dengan adanya program Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Infrastruktur Sumber Daya Air Irigasi Kecil (P4-ISDA-IK) ini diharapkan mampu
memperbaiki sistem di indonesia ini. System ini sudah membawa setidaknya
sedikit perbaikan terhadap system irigasi di Indonesia ini. Yang terpenting adalah
melalui program ini maka pikiran ataupun paradigma tentang pentingnya air dan
irigasi di lahan itu sangat penting telah meningkat.

BAB IV
PENUTUP

3.4 Kesimpulan
Air adalah sumberdaya yang sangat diperlukan dan penting bagi makhluk
hidup. Dalam hal ini bangunan air sangat diperlukan untuk membantu pekerjaan
ataupun kehidupan sehari-hari, bangunan air merupakan bangunan yang
digunakan untuk memanfaatkan dan mengendalikan air di sungai maupun danau.
Dalam pemanfaatan air khususnya untuk kebutuhan air di persawahan maka perlu
didirikan sistem irigasi.
Irigasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk mengaliri lahan pertanian.
Dalam dunia pertanian irigasi sangat diperlukan untuk menunjang pertaniannya
agar tetap berjalan.
Macam-macam bangunan air untuk irigasi sangat beragam, irigasi juga
memiliki banyak unsur dan jaringan yang menunjang agar irigasi berjalan dengan
baik. Peta ikhtisar dalam suatu jaringan sangat berhubungan, peta ini sangat
membantu untuk tata letak dan penemaan nama untuk irigasi.

22
Diindonesia irigasi sangat dibutuhkan, karena Indonesia termasuk dalam
Negara agraris dengan tanaman dan makanan utama penduduknya adalah beras,
maka peran irigasi sebagai penghasil utama beras menduduki posisi penting.

3.5 Saran
Irigasi merupakan suatu yang sangat dibutuhkan, kita harus lebih mengenal
macam dan jenis irigasi terutama di Indonesia. Sistem irigasi di Indonesia ini
memang sudah mulai diusahakan, namun masih sangat jarang dan minim sekali
aplikasinya baik dari pemerintah maupun petani itu sendiri padahal Indonesia
adalah Negara agraris dengan makanan pokok adalah beras.
Situasi dan fakta seperti itulah yang seharusnya menumbuhkan dan
menyadarkan betapa pentingnya system irigasi yang baik di lahan pertanian.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://blog.ub.ac.id/evananp/2010/05/14/pengertian-irigasi/

https://jeisenpailalah.wordpress.com/2010/12/20/teori-dasar-irigasi/

http://agriculture.vic.gov.au/agriculture/farm-management/soil-and-water/
irrigation/about-irrigation

https://id.wikipedia.org/wiki/Irigasi

http://sardianto-aet12.blogspot.com/2014/01/makalah-tentang-irigasi.html

Ramdhani, Aditiyana Sukma.2017.ANALISIS KINERJA SISTEM DAERAH IRIGASI


BENDUNG TIRTANEGARA KABUPATEN MAJALENGKA.Cirebon:Jurnal
konstruksi Unswagati.

24

Anda mungkin juga menyukai