Anda di halaman 1dari 26

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Pengertian Irigasi


Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2007 irigasi adalah
usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang
pertanian. Jenis irigasi seperti irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah,
irigasi pompa, dan irigasi tambak. Secara umum tujuan dari irigasi adalah sebagai
berikut.
1. Untuk menyediakan cairan yang diperlukan dalam pertumbuhan tanaman.
2. Untuk mengairi tanaman pada saat musim kemarau yang pendek.
3. Untuk mendinginkan tanah dan atmosfir, sehingga menimbulkan lingkungan
yang baik.
4. Untuk mengurangi bahaya pembekuan.
5. Untuk mengurangi garam dalam tanah.
6. Untuk mengurangi bahaya erosi tanah.
7. Untuk melunakkan pembajakan dan gumpalan tanah.
8. Untuk memperlambat terbentuknya tunas dengan pendinginan karena
penguapan.

2.2. Jaringan Irigasi


Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.12/PRT/M/2015 tentang Pedoman Eksploitasi dan Pemeliharaan, jaringan irigasi
adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk pengaturan air
irigasi, mulai dari penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan
air irigasi.Sedangkan satu kesatuan lahan/wilayah yang mendapatkan air dari satu
jaringan irigasi disebut daerah irigasi. Jenis jaringan irigasi adalah sebagai berikut :
1. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas
bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan
bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
2. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas
saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan
bagisadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
3. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri atas saluran tersier, saluran
kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan
pelengkapnya.
Dalam Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP.01 Departemen Pekerjaan
Umum DirektoratJenderal Pengairan tahun 1986 terdapat ketentuan yang mengatur
tentang jaringan irigasi. Pada buku tersebut dijelaskan bahwa fungsi suatu jaringan
irigasi dapat dibedakan menjadi 4 (empat) unsur, yaitu :
1. Bangunan utama (headwork),merupakan bangunan yang berfungsi untuk
mengambil air dari sumbernya, umumnya adalah sungai atau waduk.
2. Jaringan pembawa, berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak- petak
tersier.
3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan
kolektif, dimana air irigasi dibagi dan dialirkan ke petak-petak sawah dan
kelebihannya ditampung dalam suatu sistem pembuangan didalam petak
tersier.
4. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang
kelebihan air irigasi ke sungai atau saluran-saluran alamiah lainnya.
2.3. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai merupakan daerah yang dibatasi punggung- punggung gunung
dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung
gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai- sungai kecil ke sungai utama
(Asdak,1995). Karena Daerah Aliran Sungai(DAS)dianggap sebagai suatu sistem,
dalam pengembangannya Daerah Aliran Sungai (DAS) harus diperlakukan sebagai
suatu sistem. Dengan memperlakukan sebagai suatu sistem dan pengembangannya
bertujuan untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, maka sasaran
pengembangan Daerah Aliran Sungai(DAS) akan menciptakan ciri–ciri yang baik
sebagai berikut: (Agus,dkk, 2007)
1. Mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi. Setiap bidang lahan harus
memberikan produktivitas yang cukup tinggi sehingga dapat mendukung
kehidupan yang layak bagi petani yang mengusahakannya.
2. Mampu mewujudkan, pemerataan produktivitas di seluruh Daerah Aliran
Sungai (DAS).
3. Dapat menjamin kelestarian sumber daya air.
Salah satu fungsi utama dari Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebagai pemasok air
dengan kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi orang di daerah hilir. Alih guna
lahan hutan menjadi lahan pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas tata air
pada DAS yang akan lebih dirasakan oleh petani di daerah hilir.

2.4. Bangunan Irigasi


Bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan
air. Dalam Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP.01 Departemen
Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Pengairan tahun 1986 jenis bangunan irigasi
adalah bangunan utama, bangunan pembawa, bangunan bagi dan sadap, bangunan
pengukur dan pengatur, bangunan pengatur muka air, bangunan pembuang dan
penguras, bangunan pelengkap, serta bangunan lindung.
2.4.1. Bangunan Utama
Bangunan utama merupakan penyadap dari sumber air yang kemudian akan dialirkan
ke seluruh daerah irigasi yang akan dilayani. Menurut sumber airnya bangunan utama
diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu :

1. Bendung
Bendung adalah bangunan air yang dibangun melintang sungai yang sengaja dibuat
dengan maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Dengan menaikkan muka
air sesuai elevasi yang telah direncanakan maka air akan dialirkan secara gravitasi
ke daerah yang akan dilayani/daerah yang memerlukan air. ada beberapa jenis bendung
yang diantaranya :
a. Bendung tetap (weir)
b. Bendung gerak (barrage)
c. Bendung karet (inflamle weir)
Pada umumnya bangunan bendung biasanya dilengkap dengan bangunan
pengelak, peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas, kantong
lumpur dan tanggul banjir.
2. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas ialah bangunan yang dibuat di tepi sungai dengan langsung
menyadap air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Pada bangunan
ini tidak menentukan tinggi elevasi muka air sungai. Bangunan ini bisa dibuat bila
elevasi sungai lebih tinggi dari daerah layanan sehingga air dapat mengalirkan secara
gravitasi menuju daerah yang akan dilayani.
3. Pengambilan dari waduk
Pada umumnya waduk dibangun sebagai tempat penampungan air pada saat terjadi
kelebihan air, waduk biasanya dibangun memiliki banyak kegunaan seperti untuk
irigasi, pembangkit listrik, peredam banjir, pariwisata dan perikanan. Salah satu
kegunaan waduk untuk irigasi, maka pada bangunan outlet dilengkapi dengan
bangunan sadap untuk irigasi yang akan di alokasikan untuk pemberian air
sebagai fungsi luar daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik waduk.
4. Stasiun pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya
penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan baik secara
teknis maupun ekonomis. Pengambilan air irigasi dengan pompa merupakan investasi
awal yang tidak begitu besar, tetapi biaya operasi dan eksploitasinya yang sangat besar.
2.4.2. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa merupakan bangunan yang berfungsi membawa atau mengalirkan
air dari sumbernya menuju petak irigasi. Yang termasuk bangunan pembawa adalah
saluran primer yaitu saluran yang membawa air dari bangunan sadap menuju saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi, yang batas ujungnya adalah pada
bangunan bagi yang terakhir, saluran sekunder yaitu saluran yang membawa air dari
bangunan yang menyadap dari saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani
oleh saluran sekunder tersebut yang batas akhirnya adalah bangunan sadap terakhir,
saluran tersier dan saluran kwarter. Bangunan pada bangunan pembawa adalah
bangunan yang terdapat pada saluran pembawa (khususnya saluran primer dan
sekunder) seperti bangunan pengatur, bangunan pengukur debit, bangunan pembawa
lainnya dan bangunan pelengkap (KP-01, 1986).
1. Bangunan pengatur

Bangunan pengatur adalah bangunan bagi, sadap dan bagi sadap. Bangunan bagi adalah
bangunan air yang terletak pada saluran primer dan sekunder dan berfungsi untuk
membagi aliran antara dua saluran atau lebih. Bangunan sadap adalah bangunan yang
befungsi untuk menyadap atau mengambil air dari saluran primer ke saluran sekunder
atau tersier dan atau dari saluran sekunder ke saluran tersier. Sedangkan bangunan bagi
sadap adalah rangkaian bangunan bagi dan sadap.
2. Bangunan pengukur debit
Menurut Standar Perencanaan Irigasi KP-02 (1986) bangunan pengukur debit adalah
bangunan ukur yang berfungsi untuk mengukur debit yang mengalir. Beberapa
bangunan ukur dapat juga dipakai untuk mengatur aliran air. beberapa contoh
bangunan ukur adalah ambang lebar, cipolleti, parshall, romijn, crump de gruyter dan
Constant Head Orifice (CHO).

3. Bangunan pembawa lainnya


Bangunan pembawa lainnya ini dibedakan berdasarkan alirannya, yaitu bangunan
dengan aliran superkritis dan bangunan dengan aliran subkritis. Bangunan dengan
aliran superkritis diperlukan di tempat dimana lereng medannya lebih curam daripada
kemiringan maksimum saluran, contohnya bangunan terjunan dan got miring.
Sedangkan bangunan dengan aliran subkritis, contohnya adalah gorong–gorong,
talang, shipon, dan flume.
4. Bangunan pelengkap
Bangunan pelengkap adalah bangunan yang dibuat untuk mengatasi
halangan/rintangan sepanjang saluran dan bangunan lainnya. Bangunan pelengkap ini
dibuat di sepanjang saluran pembawa, contohnya:
a. Pagar dan rel pengaman.
b. Tempat cuci, tempat cuci ini berupa tangga pada tanggul saluran yang berfungsi
untuk memudahkan penduduk yang tinggal dekat saluran mencapai air saluran.
c. Kolam mandi ternak
d. Kisi–kisi penyaring, yang berfungsi untuk mencegah tersumbatnya bangunan
(siphon dan gorong–gorong panjang) oleh benda–benda yang hanyut.

2.5. Irigasi Menurut Sistem Irigasi Air Tanah

Arti Air Tanah dalam Peraturan Daerah Provinsi Sambelia Nomor 9 Tahun 2012
tentang Air Tanah, adalah organisasi tradisional dibidang tata guna air dan atau tata
tanaman di tingkat usaha tani pada masyarakat adat di Sambelia yang bersifat
sosioagraris, religius, ekonomis yang secara historis terus tumbuh dan
berkembang.
Yang ditekankan pada sistem Air Tanah adalah keadilan dalam memperoleh air.
Apabila air yang mengalir tidak cukup untuk mengairi seluruh areal sawah maka
pemberian air dilakukan dengan cara pergiliran atau rotasi, yaitu Air Tanah dibagi
menjadi bagian lebih kecil yang disebut tempek. Pola rotasi biasanya diawasi oleh
patelik (petugas yang ditunjuk untuk mengawasi pergiliran air). Selain dengan cara
rotasi pada sistem Air Tanah juga dikenal pengaturan pemberian air dengan sistem
nyorog yaitu dengan mengatur waktu tanam tidak bersamaan.
Pola operasi dan pemeliharaan ditingkat Air Tanah biasanya diselenggarakan melalui
mekanisme musyawarah mufakat dalam sangkepan. Langkah perbaikan atau
rehabilitasi pada bangunan dan saluran irigasi, sehingga kehilangan air akibat
kebocoran pada saluran dapat dihindari, dan juga dikaitkan dengan pola dan jadwal
tanam yang hendak diterapkan dalam suatu organisasi Air Tanah. Ketika hendak
mengambil keputusan tentang pola dan jadwal tanam itulah musim atau iklim akan
diperhitungkan.

2.5.1. Sistem Jaringan Irigasi Air Tanah


Air Tanah sebagai sumber yang mempunyai fungsi utama untuk mengatur air irigasi
telah membangun sistem jaringan irigasi dengan keunggulan teknologi, dimana
konstruksi jaringan sangat disesuaikan oleh kondisi fisik alam dimana jaringan itu
dikonstruksi. Kondisi alam Sambelia yang bergelombang dan dilalui oleh banyak
sungai menjadikan luasan lahan sawah yang sempit, maka dengan kearifan yang
sangat tinggi Air Tanah telah berupaya menekan pemanfaatan lahan sekecil mungkin
dibebaskan untuk pembangunan jaringan irigasi. Maka atas dasar pertimbangan itu
ketika Air Tanah membangunan jaringan irigasi, banyak memanfaatkan alur alam
berupa lembah atau pangkung sebagai saluran pembawa.
Secara prinsip antara jaringan irigasi dengan jaringan irigasi Air Tanah memiliki tugas
dan kewajiban yang sama. Sehingga dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
jaringan irigasi adalah jaringan irigasi Air Tanah. Jaringan irigasi Air Tanah sudah
dikonstruksi sedemikian lengkap mulai dari bangunan pengambilan pada sumber air,
bangunan pembagi dan pengambilan di saluran sampai saluran distribusi di petak-petak
sawah, seperti ditunjukkan dalam gambar jaringan irigasi Air Tanah pada Gambar 2.1.
serta ilustrasi wilayah Air Tanah dalam wilayah desa adat.
sesuai dengan Gambar 2.2.
2.6. Evaluasi Kinerja

Evaluasi kinerja atau penilaian prestasi yang dikemukaan L.C Menggison (1998) dalam
Mangkunegara (2000) adalah suatu proses yang digunakan untuk menentukan apakah
seorang melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Menurut A.E. Sikula (1981) yang dikutib oleh Mangkunegara (2000) mengemukakan
bahwa evaluasi kinerja merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan dan
potensi yang dapat dikembangkan. Evaluasi dalam proses penafsiran atau penentuan
nilai, kualitas atau status dari beberapa obyek orang ataupun sesuatu (barang). Dari
beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah
penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan dan
kinerja organisasi. Disamping itu, tujuan dari evaluasi kinerja adalah untuk
memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari
Sumber Daya Manusia (SDM) organisasi tersebut.

Evaluasi kinerja terhadap tenaga kerja biasanya dilakukan oleh pihak manajemen atau
pegawai yang berwenang untuk memberikan penilaian terhadap tenaga kerja yang
bersangkutan dan biasanya merupakan atasan langsung atau juga bisa dari pihak lain
yang diberikan wewenang atau ditunjuk langsung untuk memberikan penilaian. Dalam
melakukan evaluasi kinerja terhadap seorang, pihak yang berwenang memberikan
penilaian seringkali menghadapi dua alternatif pilihan yang harus diambil, yaitu
dengan cara memberikan penilaian kinerja berdasarkan deskripsi pekerjaan yang telah
ditetapkan sebelumnya, dan dengan cara menilai kinerja berdasarkan harapan-harapan
pribadinya mengenai pekerjaan tersebut.{posted on 24 februari 2012 by Hadi Muttaqin
Hasyim} Jika evaluasi kinerja tersebut mendapatkan penilaian yang baik maka akan
berpengaruh dengan kepuasan petani. Pada dasarnya kepuasan adalah tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja yang dirasakan dengan
harapannya. Sedangkan kepuasan petani dapat didefinisikan secara sederhana sebagai
keadaan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan petani dapat terpenuhi melalui
kinerja (Oliver,1980).
2.8. Operasi dan Pemeliharaan
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:
12/PRT/M/2015 yang dimaksud dengan Eksploitasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi
adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka
menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem
golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan,
mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi. Sedangkan pemeliharaan jaringan
irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat
berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan
kelestariannya.
Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang No 11 Tahun 1974 tentang Pengairan dan
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Irigasi pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi ditetapkan:
1. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi
wewenang dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai
dengankewenangannya.
2. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi tersier menjadi hak dan
tanggungjawab masyarakat petani pemakai air.

2.9. Kinerja Pemerintah terhadap Kepuasan Petani dalam Operasi dan


Pemeliharaan Jaringan Irigasi dalam hal ini kinerja pemerintah dalam operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi berpedoman terhadap tugas Pemerintah yang telah
tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor: 12/PRT/M/2015 tentang Pedoman Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan
Irigasi. Sebagai ketentuan Daerah Irigasi yang menjadi tanggung jawab dan wewenang
pemerintah telah diatur pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 77
tahun 2001 tentang irigasi dan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No. 14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status
Daerah Irigasi dimana peraturan ini menjelaskan tentang wewenangan dan tanggung
jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan ketentuan: Daerah Irigasidengan
luas diatas 3000 ha menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah, Daerah Irigasi
antara 1000 ha–3000 ha kewenangan Pemerintah Provinsi dan Daerah Irigasi lebih
kecil dari 1000 ha sepenuhnya menjadi kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten,sedangkan jika berada pada lintas kabupaten maka menjadi tanggungjawab
Pemerintah Provinsi. Kinerja Pemerintah dalam Operasi Pemeliharaan Jaringan Irigasi
ini berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada petani, agar petani mendapatkan air
irigasi sesuai dengan kebutuhan masing–masing Air Tanah.

2.9.1. Kinerja Pemerintah dalam Operasi Jaringan Irigasi


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:
12/PRT/M/2015 tentang Pedoman Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi,
Pemerintah memiliki peran serta kinerja yang sangat penting dalam kegiatan operasi
jaringan irigasi adapun kinerja yang dilakukan pemerintah adalah:
1. Mengumpulkan data (data debit, data curah hujan, data luas tanam,serta
pembuatan laporan pengoperasian bangunan irigasi).
2. Membuat Rencana Penyediaan Air Tahunan, Pembagian dan Pemberian Air
Tahunan, Rencana Tata Tanam Tahunan, Rencana Pengeringan, dll.
3. Berperan sebagai pembimbing atau penasehat yang memberi masukan dan
pertimbangan berkaitan dengan ketersediaan air yang mungkin bisa
dipergunakan untuk pertanian.
4. Melaksanakan pembagian dan pemberian air (termasuk pekerjaan:
membuat laporan permintaan air, mengisi papan operasi, mengatur bukaan
pintu).
5. Melakukan pengoperasian pada bangunan irigasi
6. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan operasi jaringan irigasi,
melaporkan jika terjadi kekurangan air yang kritis.

2.9.2. Kinerja Pemerintah dalam Pemeliharaan Jaringan Irigasi


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:
12/PRT/M/2015 tentang Pedoman Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi,
selain dalam kegiatan operasi jaringan irigasi pemerintah juga turut mempunyai
kewajiban dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersebut. Adapun kinerja pemerintah
dalam pemeliharaan jaringan irigasi dapat dibagi dalam pengamanan jaringan irigasi,
pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan penanggulangan/perbaikan darurat, hal
tersebut diuraikan sebagai berikut:

Pengamanan jaringan irigasi


Pengamanan merupakan suatu tindak pemeliharaan yang di dalamnya terdapat
tindak pencegahan serta tindakan pengamanan, yang diuraikan sebagai
berikut:
1. Tindakan pencegahan, berikut tindakan pencegahan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Melarang pengambilan batu, pasir dan tanah pada lokasi ±500 m sebelah
hulu dan ±1.000 m sebelah hilir bendung irigasi atau sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Melarang memandikan hewan selain di tempat yang telah ditentukan
dengan memasang papan larangan.
c. Menetapkan garis sempadan saluran sesuai ketentuan dan peraturan yang
berlaku.
d. Memasang papan larangan tentang penggarapan tanah dan mendirikan
bangunan di dalam garis sempadan saluran.
e. Petugas pengelola irigasi harus mengontrol patok-patok batas tanah
pengairan supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat.
f. Memasang papan larangan untuk kendaraan yang melintas jalan inspeksi
yang melebihi kelas jalan.
g. Melarang mandi di sekitar bangunan atau lokasi-lokasi yang berbahaya.
h. Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam pohon di tanggul
saluran irigasi.
i. Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan instansi terkait
tentang pengamanan fungsi Jaringan Irigasi.
Pemeliharaan berkala

Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan


secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh dinas yang membidangi
Irigasi dan dapat bekerja sama dengan P3A/GP3A/IP3A secara swakelola berdasarkan
kemampuan lembaga tersebut dan dapat pula dilaksanakan secara kontraktual. Adapun
pekerjaan pemeliharaan berkala meliputi :
1. Pemeliharaan berkala yang bersifat perawatan
a. Pengecatan pintu
b. Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran
2. Pemeliharaan berkala yang bersifat perbaikan
a. Perbaikan bendung, bangunan pengambilan dan bangunan pengatur
b. Perbaikan bangunan ukur dan kelengkapannya
c. Perbaikan saluran dan perbaikan pintu-pintu dan skot balok
d. Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor, rumah dinas, kendaraan dan
peralatan, serta perbaikan jalan inpeksi
3. Pemeliharaan berkala yang bersifat penggantian
a. Penggantian pintu
b. Penggantian alat ukur
c. Penggantian peil schall

Penanggulangan/perbaikan darurat
Pekerjaan perbaikan darurat yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan perbaikan pada bangunan irigasi yang mengalami kerusakan
akibat bencana alam dengan menggunakan bahan yang tersedia di
Dinas/pengelola irigasi atau yang disediakan masyarakat seperti (bronjong,
karung plastik, batu, pasir, bambu, batang kelapa, dan lain - lain).
2. Selanjutnya perbaikan darurat ini disempurnakan dengan konstruksi yang
permanen dan dianggarkan secepatnya melalui program rehabilitasi.
2.10. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.10.1. Lokasi Penelitian


Secara Administratif lokasi penelitian berada di Kecamatan Sambelia Kabupaten
Lombok Timur Propinsi Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan letak geografis posisi
lokasi di Kecamatan Sambelia ini terletak diantara -80 15' 10.57" LS s/d -80 36' 19.69"
LS dan 1160 29' 31.22" BT s/d 1160 43' 30.84" BT.

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kecamatan Sambelia


Topografi lokasi kegiatan Kecamatan Sambelia terletak pada ketinggian antara -
0.000 s/d +2.319,95 meter diatas permukaan air laut.

Gambar 2.2. Peta Digital Elevation Model (DEM) Interval 12,50 m Kecamatan
Sambelia
2.10.2. Tata Guna Lahan (Landuse) Di Kecamatan Sambelia

Penggunaan lahan di lokasi penelitian Kecamatan Sambelia di dominasi oleh Hutan


Lahan Kering Primer seluas 44.89%. Untuk lebih jelasnya dapat disimak pada Tabel
berikut.

Tabel 2-1. Data Tata Guna Lahan pada Kecamatan Sambelia


No Landuse Sambelia

1 Hutan Lahan Kering Primer 44.89%

2 Hutan Lahan Kering Sekunder 17.01%

3 Hutan Mangrove Sekunder 0.32%

4 Hutan Tanaman Industri (HTI) 0.06%

5 Pemukiman 0.00%

6 Pertanian Lahan Kering 7.82%

7 Pertanian Lahan Kering dgn Semak 12.71%

8 Savana 2.59%

9 Sawah 4.29%

10 Semak/Belukar 8.01%

11 Tambak 0.99%

12 Tanah Terbuka 1.31%

TOTAL 100.00%

Sumber : Analisa BWS NT I, 2017


2.10.3. Kondisi Hidrogeologi

Kondisi hidrogeologi memberikan gambaran tentang komposisi litologi dan


kelulusannya. Sifat-sifat akuifer dipengaruhi oleh jenis litologi, ketebalan, penyebaran
dan posisinya. Secara umum kondisi litologi di Pulau Lombok terdiri dari :
a. Breksi, lava dan tufa dengan kelulusan rendah.
b. Batu gamping koral berlapis baik dengan kelulusan sedang.
c. Breksi, lava dan breksi gampingan dengan kelulusan rendah sampai sedang.
d. Tufa berbatu apung, breksi, lahar dan lava dengan kelulusan sedang sampai
tinggi.
e. Batuan gunung api tak terpisahkan, campuran dari bahan-bahan gunung api
lepas dan padu, terdiri dari lava, breksi dan tufa dengan kelulusan rendah
sampai sedang.
f. Batuan gunung api tak terpisahkan, campuran dari bahan-bahan gunung api
lepas dan padu, terdiri dari lava, breksi dan tufa dengan kelulusan rendah
sampai sedang.
g. Pada sebagian daerah pantai mempunyai komposisi litologi berupa aluvium
endapan pantai, terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, gambut, pecahan
koral dengan kelulusan sedang sampai tinggi.

Berdasarkan komposisi litologi tersebut diatas, maka kandungan air tanah dan
produktifitas akuifer di Pulau Lombok terdiri dari :

1. Akuifer dengan aliran melalui celahan dalam ruang antar butir, terdiri dari:
a. akuifer produktif tinggi, yaitu akuifer dengan keterusan dan kisaran kedalaman
muka air tanah sangat beragam, debit sumur lebih besar dari 5 lt/det;
b. akuifer produktif sedang, yaitu akuifer dengan keterusan sangat beragam
dengan kedalaman muka air tanah bebas umumnya dalam dan debit sumur lebih
kecil dari 5 lt/det;
c. setempat akuifer produktif, yaitu akuifer dengan keterusan sangat beragam,
umumnya air tanah tidak dimanfaatkan karena dalamnya muka air tanah, air
tanah setempat berdebit kecil dapat terturap;

2. Pada sebagian kecil daerah pantai dengan komposisi litologi berupa aluvium
endapan pantai, terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, gambut, pecahan koral
dengan kelulusan sedang sampai tinggi mempunyai akuifer (bercelah atau sarang)
produktif kecil dan daerah aliran langka, terdiri dari :
a. akuifer produktif kecil setempat, berarti umumnya keterusan sangat rendah,
setempat air tanah dangkal, dalam jumlah terbatas dapat diperoleh pada zona
pelapukan dari batuan padu.
b. daerah air tanah langka.

3. Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butirterdiridari :


a. akuifer produktif tinggi, yaitu akuifer dengan keterusan sedang sampai tinggi
dimana muka air tanah atau tinggi pisometri dekat dengan muka air tanah. Debit
sumur lebih besar dari 10 lt/det.
b. akuifer produktif sedang, yaitu akuifer dengan keterusan sedang, muka air tanah
dekat dengan muka tanah. Debit sumur antara 5 – 10 lt/det.

4. Sebagian kecil terdiri dari akuifer dengan aliran melalui rekahan, celahan dan
saluran yang merupakan setempat akuifer produktif, yaitu aliran air tanah terbatas
pada zona celahan, rekahan dan saluran peraluran, mempunyai keterusan rendah
sampai sedang. Muka air tanah dalam dan debit muka air kecil. Terdapat pada
daerah dengan komposisi litologi batuan intrusif terdiri dari andesit, basal dan dasit
dengan kelulusan rendah sampai kedap air
5. Pada sebagian daerah seperti Teluk Mawun, Teluk Kuta, Batu Nampar, Teluk Sepi
dan Teluk Lembar merupakan daerah air tanah payau.
1. Satuan Akuifer Produktif Tinggi di Pulau Lombok
Satuan akuifer produktif tinggi mempunyai penyebaran yang sangat luas,
antara lain adalah sebagai berikut :

 Akuifer produktif tinggi dengan aliran melalui ruang antar butir tersebar di
bagian barat yaitu di Mataram, Ampenan, Lembar, Gerung, Cakranegara,
Gunungsari dan Kediri, di bagian utara terdapat di Pemenang, Tanjung dan
Gondang. Sedangkan di bagian timur terdapat di daerah Pringgabaya dan
di bagian selatan terdapat di daerah Kuta. Struktur litologi batuan di daerah
tersebut sebagian besar didominasi oleh aluvium endapan pantai, terdiri
dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, gambut, pecahan koral dengan
kelulusan sedang sampai tinggi dan juga ekiplastik undak pantai yang
komponennya terdiri dari konglomerat, andesit dan basalt dengan
kelulusan tinggi. Lapisan ini terdapat mulai kedalaman kurang dari 10 m
hingga lebih dari 100 m di bawah muka tanah setempat. Bahkan pada
pematang pantai pada kedalaman sekitar 1 in sudah ditemukan lapisan
pembawa airtanah tawar.

 Akuifer produktif tinggi dengan aliran melalui celahan dan ruang antar
butir tersebar sangat luas di bagian utara yaitu di Lokopiko, Sudana, Anyar,
Bayan, dan Belanting, dan dibagian tengah tersebar di Narmada, Suranadi,
Sedau dan Sesaot. Sedangkan di bagian selatan tersebar di Aikmel, Anjani,
Sukamulya, Labuhan Lombok dan Sambelia. Kondisi litologi batuan
didaerah tersebut didominasi oleh tuf berbatu apung, breksi, lahar dan lava
dengan kelulusan sedang sampai tinggi.

Dari hasil pengeboran terbukti bahwa akuifer didaerah tersebut diatas


secara umum cukup produktif, satu sumur bor yang menembus endapan
ini sampai kedalaman 50-100 m, rata-rata dapat menghasilkan air tanah
antara 10-15 l/det, bahkan menurut hasil pengujian yang dilakukan
Crippen (1976) dapat menghasilkan airtanah sekitar 75 - 150 l/det.
Sebagian air tanah di daerah ini telah muncul ke permukaan dalam bentuk
mataair, antara lain mata air Sarasuta, Lingsar, Sesaot , Ranget, Suranadi,
Aikbone, Aikbukak, Aikmel, Loangbali, dan lain-lain.

2. Satuan Akuifer Produktif Sedang di Pulau Lombok


Satuan akuifer produktif sedang tersebar di bagian utara yaitu di Senaru dan
Santong, dengan susunan litologi berupa batuan gunungapi tak terpisahkan,
campuran dari bahan-bahan gunung api lepas dan padu terdiri dari lava, breksi
dan tufa dengan kelulusan rendah sampai sedang. Sedangkan di bagian tengah
tersebar di Ubung, Pringgarata, Sedau, Mantang dan Kopang dan bagian timur
tersebar di Terara, Sakra, Sikur, Masbagik, Selong dan Labuhan Haji. Susunan
litologi batuan pada daerah ini didominasi oleh breksi lava dan breksi
gampingan dengan kelulusan rendah sampai sedang.

3. Satuan Akuifer Produktif Sedang Setempat di Pulau Lombok


Satuan akuifer produktif sedang setempat sebagian besar tersebar di bagian
tengah yaitu di Penujak, Praya, Puyung, Mangkung, Sengkol, Mujur dan
Janapria, dibagian barat terdapat di daerah Gunung Pusuk dan gunung Punikan,
di bagian timur terdapat di daerah Keruak dan Jerowaru. Sedangkan dibagian
selatan hanya terdapat di daerah Ekas. Susunan litologi batuan pada daerah ini
didominasi oleh breksi lava dan breksi gampingan dengan kelulusan rendah
sampai sedang, sedangkan di daerah Ekas mempunyai struktur litologi berupa
batugamping koral berlapis baik dengan kelulusan sedang.

4. Satuan Akuifer Produktif Kecil dan Daerah Air Tanah Langka di


Pulau Lombok
Satuan akuifer produktif kecil sebagian besar tersebar di sekitar daerah pantai
bagian selatan Pulau Lombok, yaitu di Pelangan, Sekotong, Blongas, Sepi,
Keling, Silung Belanak, Mawun, Rambitan, Teruwai, dan Bumbang. Daerah air
tanah langka terdapat di bagian selatan yaitu di daerah sekitar Gunung Jaran
Bano, Gunung Mareje, Batu Nampar, sedangkan di bagian utara terdapat di
daerah sekitar Gunung Rinjani, Gunung Kondo, Gunung Baru, Gunung
Benteng dan Gunung Pusuk. Susunan litologi batuan di daerah ini sebagian
besar didominasi oleh breksi, lava dan tufa dengan kelulusan rendah dan juga
batuan terobosan yang terdiri dari andesit, basalt dan dasit dengan kelulusan
sangat rendah atau kedap air.

5. Cekungan Air Tanah di Pulau Lombok


Potensi Cekungan Air Tanah (CAT) di Pulau Lombok adalah 3490 km2 atau
36.83% dari luas seluruh CAT di Propinsi NTB (9475 km2), seperti terlihat pada
Tabel 2.4. dan Gambar 2.5. Pembagian zona CAT ini ternyata berkaitan juga
dengan pembagian Sub Wilayah Sungai (Sub WS) di Pulau Lombok.
Berdasarkan pembagian zona CAT dan Sub WS di Pulau Lombok, pada
dasarnya CAT Mataram - Selong berada pada Sub WS Menanga dan Dodokan.
Sedangkan CAT Tanjung – Sambelia berada pada Sub WS Putih. Adapun
daerah yang berada di Sub WS Jelateng bukan merupakan CAT, karena daerah
ini berada pada zona akuifer langka.

Tabel 2-1 Potensi Cekungan Air Tanah (CAT) di Pulau Lombok


Air Tanah Air Tanah
Cekungan Air Tanah Luas
No Bebas (juta Tertekan (juta
(CAT) (km2)
m3/tahun) m3/tahun)
1 Mataram -Selong 2366 662 8
2 Tanjung - Sambelia 1124 224 22
Total 3490 886 30
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi NTB, 20017

Gambaran tentang kondisi hidrogeologi di Kecamatan Sambelia dapat dilihat


berikut ini.
Gambar 2.3. Peta Cekungan Air Tanah WS. Lombok

2.10.4. SUMUR BOR PADA KECAMATAN PRINGGABAYA & SAMBELIA

Sumur Bor yang ada di Kecamatan Pringgabaya & Sambelia dapat di simak pada tabel
dan peta berikut :

Tahun
Kode Tahun Peren Tahun Q A
N0 Dusun Desa Kecamatan X Y
sumur Realisasi Rehab (l/d) (ha)
canaan

1 KB. 57 Kurbian Sambelia Sambelia 466089.86 9066861.27 1989 24 21

2 KB. 54 Kurbian Sambelia Sambelia 466885.05 9066739.06 1988 18 13

3 KB. 77 Kurbian Sambelia Sambelia 466223 9067205 1990 2012 2013 15 14

4 KB. 78 Kurbian Sambelia Sambelia 466242.5 9067199.24 1992 22 16


Tahun
Kode Tahun Peren Tahun Q A
N0 Dusun Desa Kecamatan X Y
sumur Realisasi Rehab (l/d) (ha)
canaan

5 S. 82 Sugian Sambelia Sambelia 466907.04 9077856.07 1990 15 13

6 S. 83 Sugian Sambelia Sambelia 466692.8 9078101.56 1990 12 10

7 S. 84 Sugian Sambelia Sambelia 466662.59 9077579.5 1990 19 9

8 S. 85 Sugian Sambelia Sambelia 466417.77 9077794.22 1990 19 16

9 S. 86 Sugian Sambelia Sambelia 466723.38 9078132.31 1990 12 9

10 S. 87 Sugian Sambelia Sambelia 466264.59 9078101.23 1990 9 9

11 S. 88 Sugian Sambelia Sambelia 465989.35 9078070.28 1990 12 10

12 S. 89 Sugian Sambelia Sambelia 465775.52 9077793.72 1990 16 13

Senang
13 SB. 183 Sambelia Sambelia 467767.28 9072697.44 1993 16 11
Galih

Senang
14 SB. 185 Sambelia Sambelia 468011.66 9073035.48 1994 8 15
Galih

SPS. Senang
15 Sambelia Sambelia 467645.13 9072482.43 1994 15 12
193 Galih

Ada
SPS. Senang jar.
16 Sambelia Sambelia 467923 9072252 1997 2012 25 25
204 Galih rigasi
tek

SPS. Senang
17 Sambelia Sambelia 467737.36 9071776.17 1996 26 16
205 Galih

SPS.
18 Sugian Sambelia Sambelia 466173.33 9077517.65 1996 28 18
207

SPS.
19 Kurbian Sambelia Sambelia 465692.14 9067137.34 1997 15 12
214

SPS.
20 Sugian Sambelia Sambelia 467152.8 9076535.68 1997 18 20
218

SPS.
21 Sugian Sambelia Sambelia 465509.08 9078561.87 2002 2012 2013 20 29
243
Tahun
Kode Tahun Peren Tahun Q A
N0 Dusun Desa Kecamatan X Y
sumur Realisasi Rehab (l/d) (ha)
canaan

SPS.
22 Sugian Sambelia Sambelia 465958.59 9078254.55 2002 9 13
244

SPS.
23 Sugian Sambelia Sambelia 464300 9079207 2003 2013 2014 20 20
248

SPS.
24 Sugian Sambelia Sambelia 465867.57 9077363.85 2003 20 20
249

Kokok
25 SPS.254 Sugian Sambelia 466816.02 9076934.64
Rajak

Kokok
26 SPS.255 Sugian Sambelia 467213.91 9076535.72
Rajak

27 SPS.256 Dadap Sugian Sambelia 467978.87 9076137.08

28 SPS.257 Dadap Sugian Sambelia 468283.95 9077058.66

Labuan
29 SPS.259 Transat Sambelia 467652 9070086 2006 18 18
Pandan

Labuan
30 SPS.260 Tibuborok Sambelia 467780 9071270 2006 18 18
Pandan

Labuan
31 SPS.261 Tibuborok Sambelia 468092 9071381 2006 2012 2013 13 13
Pandan

Labuan
32 SPS.262 Transat Sambelia 467886 9070452 2006 20 20
Pandan

Labuan
33 SPS.266 Transat Sambelia 467450 9069520
Pandan

Labuan
34 SPS.267 Transat Sambelia 467308 9069338
Pandan

Labuan
35 SPS.268 Tibuborok Sambelia 467539 9071476
Pandan

Labuan Labuan
36 SPS.269 Sambelia 468356 9072047
Pandan Pandan
Tahun
Kode Tahun Peren Tahun Q A
N0 Dusun Desa Kecamatan X Y
sumur Realisasi Rehab (l/d) (ha)
canaan

Labuan Labuan
37 SPS.279 Sambelia 468344 9072265
Pandan Pandan

38 STW.11 Bagik Sugian Sambelia 466082 9076005

Kokok
39 STW.2 Sugian Sambelia 460811 9058648
Rajak

40 STW.3 Dadap Sugian Sambelia 466647 9075843

Kokok
41 STW.6 Sugian Sambelia 467985 9076130
Rajak

42 STW.7 Dadap Sugian Sambelia 467335.15 9076806.99 2006 2012 2013 20 20

Kokok
43 STW.8 Sugian Sambelia 467096 9077090 -
Rajak

Labuan Labuan
44 SPS.279 Sambelia 468344 9072265 -
Pandan Pandan

45 SOB.01 Dadap Sugian Sambelia 467030.45 9076566.31 -

Obel -
46 MD. 90 Medas Sambelia 447780.68 9086559.04 1991 21 18
Obel

Obel -
47 MD. 91 Medas Sambelia 447810.9 9086896.82 1991 21 18
Obel

Obel -
48 MD. 92 Medas Sambelia 447719.05 9086988.92 27 11
Obel

Obel -
49 MD. 93 Medas Sambelia 448055.87 9086682.19 1991 20 17
Obel

Obel -
50 MD. 94 Medas Sambelia 448024.89 9087081.37 1991 15 13
Obel

Obel -
51 MD. 95 Medas Sambelia 448881.82 9086713.9 1991 21 15
Obel

Obel -
52 MD. 96 Medas Sambelia 448575.91 9086774.89 1991 21 17
Obel
Tahun
Kode Tahun Peren Tahun Q A
N0 Dusun Desa Kecamatan X Y
sumur Realisasi Rehab (l/d) (ha)
canaan

Obel -
53 MD. 97 Medas Sambelia 448820.3 9087051.58 1991 16 13
Obel

SPS. Obel -
54 Medas Sambelia 445486.17 9086679.07 1996 16 20
213 Obel

55 PD. 100 Belanting Sambelia 457511.35 9084082.03 1990 12 9


Pedamekan

MR. Menanga
56 Belanting Sambelia 462652.62 9081445.67 1993 20 11
170 Reak

MR. Menanga
57 Belanting Sambelia 461337.31 9081536.61 1993 20 19
171 Reak

MR. Menanga
58 Belanting Sambelia 461465 9082179 1993 2013 2014 25 15
174 Reak

MR. Menanga
59 Belanting Sambelia 461887 9082090 1993 2013 2014 28 20
175 Reak

SPS. Menanga
60 Belanting Sambelia 461796.08 9081629.11 1996 20 28
206 Reak

MR. Menanga
61 Belanting Sambelia 461796.08 9081629.11 1993 5 5
173 Reak

Menanga
62 MR.172 Belanting Sambelia 462989.36 9081169.57 1993 4 4
Reak

63 PD.98 Belanting Sambelia 457634.08 9083682.93 1992 5 5


Pedamekan

Sumber : Data Teknis Sumur Bor Pendayagunaan Air Tanah (PAT I) – Balai Wilayah Sungai
Nusa Tenggara I Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai