Anda di halaman 1dari 10

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Irigasi

Irigasi merupakan sebuah sarana sumberdaya air yang berfungsi untuk


mendistribusikan air ke setiap petak sawah melalui bangunan–bangunan bagi
guna menunjang kebutuhan air untuk pertanian. Menurut Asawa (2008:1)
menyatakan irigasi adalah sebuah bangunan air yang berfungsi sebagai
penyediaan air guna menjaga kelembababan tanah dan untuk memenuhi
kebutuhan tanaman yang dilakukan dengan mengalirkan air secara teratur
sehingga tanaman bisa tumbuh secara optimal. Ketersediaan air menjadi
kebutuhan penting dalam pertumbuhan tanaman, memenuhi kebutuhan air pada
musim kemarau merupakan fungsi utamanya.

Adapun sistem irigasi yang meliputi prasarana irigasi, air irigasi,


manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia
(Pemerintah republik Indonesia, 2006). Berdasarkan kajian diatas yang
merupakan faktor utama untuk menunjang kegiatan irigasi adalah prasarana
irigasi. Selain prasana irigasi yang sebagai faktor utama, pelaksanaan irigasi
banyak mengalami permasalahan. Menurut Snellen (1996), ada beberapa alasan
yang membuat pengelolaan irigasi sulit dilaksanakan, yaitu:

1. Melibatkan dua organisasi yang berbeda


2. Melibatkan operasi lebih rumit
3. Ada kemungkinan terjadinya konflik yang sulit diselesaikan
4. Para petani enggan membayar iuran pemakai air (IPAIR) sedangkan
permintaan air irigasi yang berlebihan.

Oleh karena itu, pelaksanaan irigasi dilaksanakan dalam sistem irigasi.


24

2.2 Prasarana Irigasi

Pendekatan konsep prasarana irigasi menurut Goladiyadda dan Renault


(1999), dalam “Generic Typology For Irrigation System Operation” dibagi
menjadi empat level dalam tipologi system irigasi yaitu: (i) sistem dan struktur,
(ii) network, (iii) air, dan pengguna air. Tipologi sistem irigasi tersebut dapat
dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Pendekatan Sistem Irigasi

2.2.1 Infrastruktur Irigasi

Bangunan dan saluran dalam melaksanakan menyalurkan air irigasi secara


hidroulik dapat dibedakan menjadi bangunan utama, saluran irigasi, bangunan
bagi, dan bangunan sadap, bangunan pengukur dan pengatur, bangunan pembawa,
bangunan lindung, jalan dan jembatan, serta bangunan pelengkap (Anonim,
1986a).

a. Bangunan Utama

Bangunan utama adalah bangunan yang direncanakan disepanjang


saluran yang berfungsi mendistribusikan air ke dalam jaringan irigasi atau
saluran irigasi, pada umumnya bangunan utama ini dilengkapi dengan
kantong lumpur yang berfungsi untuk mengukur dan mengatur air yang
25

masuk secara berlebihan. Bagian-bagian bangunan utama terdiri dari


bendung, pintu air, dan tanggul (Anonim, 1986).

b. Saluran Irigasi

Jaringan Irigasi merupakan bangunan pelengkap yang berfungsi


sebagai penyedia, pendistribusi, dan pembuangan air irigasi. Saluran
irigasi memiliki batas minimum dan batas maksimum. Batas minimum
untuk mengatur tinggi muka air agar saluran air dapat mengalirkan air ke
petak tersier. Sedangkan batas maksimum air tidak melebihi kapasitas
saluran atau bangunan, sehingga kondisi overtopping dan kerusakan
bangunan dapat dihindari. Batas minimum dan maksimum penyaluran air
tersebut dinyatakan dalam kapasitas saluran. Kapasitas saluran irigasi
ditentukan oleh lebar dasar saluran, kemiringan saluran, dan kebutuhan air
irigasi selama penyiapan lahan (Anonim, 1986).

c. Bangunan Bagi dan Sadap

Bangunan Bagi dan sadap dilengkapi dengan pintu dan alat


pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah dan
waktu tertentu. Apabila terdapat bangunan bagi dan sadap tanpa pintu dan
alat ukur, maka bangunan harus memenuhi syarat: elevasi ambang ke
semua arah harus sama, bentuk ambang harus sama agar koefisien debit
sama, dan lebar bukaan proporsional dengan luas sawah yang diairi
(Anonim, 1986).

d. Bangunan Pengukur dan Pengatur

Bangunan pengukur dalam pengelolaan irigasi berfungsi untuk


mengukur debit air yang dialirkan menuju saluran primer, saluran
sekunder dan tersier dan untuk menaikkan muka air saluran. Tipe – tipe
bangunan ukur yang dianjurkan terdiri dari 1) Ambang Lebar, 2) Cipolleti,
3) Parshall, 4) Romjin, dan 5) Crump-de Gruyter, dan 6) Orifis dengan
26

tinggi energi tetap. Sedangkan bangunan pengatur berfungsi mengatur


tinggi muka air pada batas-batas tertentu (Anonim, 1986).

e. Bangunan Pembawa

Bangunan-bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas


hilir saluran. Aliran yang melewati bangunan ini dibedakan menjadi dua,
yaitu aliran superkritis dan subkritis. Bangunan Pembawa Dengan Aliran
Superkritis bangunan ini dimaksudkan untuk membawa aliran air dengan
medan kemiringan lebih curam. Keadaan ini menghasilkan aliran
superkritis yang dapat merusak saluran. Bangunan pembawa dengan aliran
superkritis terdiri dari (i) bangunan terjunan dan (ii) got miring. Bangunan
Pembawa Dengan Aliran Subkritis Bangunan pembawa ini dimaksudkan
untuk membawa aliran air pada keadaan yang cukup landai. Bangunan
pembawa dengan aliran subkritis terdiri dari (i) gorong-gorong; (ii) talang;
(iii) siphon; (iv) jembatan shipon; (v) flume; (vi) saluran tertutup dan (viii)
terowongan (Anonim, 1986).

f. Bangunan Lindung
Bangunan lindung digunakan untuk melindungi saluran dan
bangunan dari kerusakan akibat limpasan air yang berlebihan (Anonim,
1986c). Bangunan lindung sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : (i)
bangunan pembuang silang melindungi dari luar (gorong-gorong dan
siphon); (ii) bangunan pelimpah melindungi dari kelebihan air (saluran
pelimpah, siphon pelimpah dan saluran pembuang samping) (Anonim,
1986).
g. Bangunan Pelengkap
Bangunan pelengkap terdiri dari tempat mandi cuci (TMC) tempat
mandi hewan(TMH), tanggul, jalan inspeksi dan jembatan (Anonim,
1986).
Berdasarkan operasi, dibedakan menjadi (i) bangunan utama, (ii)
bangunan pengatur, (iii) bangunan pelengkap dan (iv) saluran. Bangunan
utama adalah bangunan yang berfungsi menampung atau mengambil air
27

dari sumber air ke jaringan irigasi. Bangunan pengatur terdiri dari


bangunan bagi, bangunan bagi-sadap dan bangunan sadap yang memiliki
fungsi untuk membagi dan menyadap dari saluran. Bangunan pelengkap
adalah bangunan yang berfungsi sebagai bangunan pembawa, bengunan
lindung dan kemananan jaringan irigasi. Dan saluran berfungsi untuk
menyalurkan air irigasi dari satu tempat ke tempat yang lain (Anonim,
1986).

2.2.2 Jaringan Irigasi

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi menjelaskan


jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, pengguan, dan pembuangan air irigasi.

Berdasarkan ukuran dan kapasitasnya, irigasi dibedakan menjadi beberapa


jenis yaitu sebagai berikut: saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier,
saluran kuarter, dan anak sungai (Assawa, 2005). Sehingga setiap cabang pada
saluran memiliki ukuran dan kapasitasnya masing-masing. Pengolahan jaringan
irigasi dibedakan menjadi dua yaitu jaringan utama dan jaringan tersier (JICA,
1997). Masing-masing pengolahannya sebagai beriku :

a. Jaringan Utama

Jaringan utama meliputi bendung, saluran primer, saluran sekunder,


bangunan pelengkap, bangunan ukur, saluran pembawa, dan saluran
pembuang.

b. Jaringan Tersier

Jaringan tersier merupakan semua komponen yang digunakan


mengalirkan air dari saluran tersier sampai petak sawah. Jaringan tersier
meliputi bangunan ukur pada saluran tersier, bangunan pelengkap pada
saluran tersier sampai ke petak sawah, dan saluran kuarter.
28

Pengolahan Jaringan irigasi dilakukan oleh juru pengairan dan IHIPPA


atau GHIPPA sedangkan pengelolaan jaringan tersier dilakukan oleh
HIPPA.
2.3 Pengelolaan Jaringan Irigasi

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32 Tahun 2007 tentang


Pedoman Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi menyatakan konsep
pengelolaan irigasi terdiri dari operasi, pemeliharaan, perbaikan dan rehabilitasi
jaringan irigasi di daerah irigasi.

2.3.1 Operasi Jaringan Irigasi

Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengtturan air irigasi dan pembuang,
termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana
tata tanam, menyusun system golongan, menyusun rencana pembagian air,
melakukan kalibrasi pintu atau bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan
mengevaluasi (Pemerintah Republik Indonesia, 2006). Tujuan utama dari
pelayanan operasi jaringan irigasi adalah pengiriman tepat waktu air irigasi yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman.

2.3.2 Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Menurut Peraturan Pekerjaan Umum Nomor 32 tahun 2007 tentang


Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi menyatakan pemeliharaan
jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar
selalu dapt berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan
mempertahanlan kelestariannya. Ruang lingkup pemeliharaan meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan pemeliharaan (Sagardoy, 1985),
sedangkan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 32 Tahun 2007
menyebutkan ruang lingkup kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi yaitu
inventarisasi kondisi jaringan irigasi, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi.
29

a. Inventarisasi Jaringan Irigasi


Inventarisasi jaringan irigasi adalah kegiatan untuk mendapatkan data
jumlah, dimensi, jenis, kondisi, dan fungsi seluruh aset irigasi serta data
ketersediaan air, nilai aset jaringan irigasi, dan areal pelayanan.
Inventarisasi dilakukan setahun sekali. Hasil inventarisasi dilakukan
update data kondisi dan keberfungsian asset dengan melaksanakan
inspeksi dan penelusuran. Dalam melakukan kegiatan inventarisasi
dilakukan identifikasi kerusakan aset irigasi (Departemen Pekerjaan
Umum, 2007). Kriteria kerusakan dari jaringan irigasi disajikan pada
Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kriteria Kerusakan

No Tipe Kerusakan Keterangan

(1) (2) (3)

1. Konstruksi Tanah*
a. Rembesan Kondisi tanah merekah/retak sehingga air
meresap keluar melalui celah-celah retakan

b. Berlubang Kondisi tanah berlubang akibat tanah tererosi


atau binatang (tikus,yuyu, dan lain-lain)

c. Putus atau Longsor Sebagian struktur tanah hilang atau turun ke


bawah

d. Overtopping atau Air irigasi melimpah melewati tanggul,


Melimpah terutama pada musim hujan atau setelah turun
hujan

2. Struktur aset*

a. Roboh Kondisi struktur yang lepas/patah dari struktur


utama, akibat tanah pejahan hilang

b. Plesteran/siaran Plesteran atau siaran terkelupas atau lepas dari


terkelupas pasangan

c. Berlubang Konstruksi berlubang: Berlubang dipisah


menjadi, lubang ≥ Ø 0,40 m dan > Ø0,40 m.
30

Berlubang ≤ Ø0,40 m.

d. retak Konstruksi merkah tetapi rekahan tidak sampai


memisahkan konstruksi

3. Pintu Air**

a. Penyangga Pintu Kerusakan penyangga atau bantalan system


penggerak pintu

b. Konis Ulir yang sudah tidak sesuai dengan stang ulir

c. Piringan Roda gigi piringan system penggerak yang


tidak sesuai

d. Stang Gigi Ulir Gigi stang penghubung dengan piringan


Penghubung tidak sesuai

e. Stang Ulir Stang Ulir bengkok atau ulir stang sudah tidak
sesuai dengan konis

f.Engkol Sistem Ulir engkol system penggerak tidak sesuai


penggerak

g.Daun Pintu Daun pintu kropos atau berlubang lebih dari


10% luas permukaan pintu

Sumber: *Boschet et al. (1992) dan **Bappenprov (2009)


Kriteria kerusakan merupakan acuan untuk melakukan analisis kerusakan
yang dilakukan pada tahapan perencanaan dalam pemeliharaan jaringan irigasi.

b. Perencanaan
Perencanaan jaringan irigasi dilakukan untuk mencatat kondisi jaringan
irigasi sesuai dengan keadaan yang ada, kegiatan ini dilakukan dengan
melakukan inspeksi rutin dan penelurusan jaringan irigasi yang bertujuan
untuk mengidentifikasi dan mengalisis tingkat kerusakan.
1) Inspeksi Rutin
Inspeksi rutin dilakukan dengan memeriksa jaringan irigasi, yaitu saluran
irigasi, bangunan irigasi fasilitas dan sarana penunjang irigas. Inspeksi ini
dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi kerusakan saluran irigasi dan
31

bangunan irigasi sesuai dengan keadaan lapang. Inspeksi ini dilakukan


setiap 10 atau 15 hari sekali oleh juru dalam wilayahnya.
2) Penelusuran Jaringan irigasi
Penelusuran jaringan irigasi dilakukan dengan pengecekan jaringan irigasi.
Penelusuran jaringan irigasi dilakukan dengan mendiskripsikan lokasi dan
kondisi saluran irigasi dan bangunan irigasi secara jelas. Index kerusakan
berdasarkan kondisi dan fungsi aset irigasi.
3) Identifikasi dan analisi tingkat kerusakan
Identifikasi dana analisis kerusakan bertujuan untuk menyusun tindakan
dalam melakukan perbaikan asset jaringan irigasi berdasarkan rangking
prioritas. Penetapan prioritas ditentukan berdasarkan urutan prioritas
kebutuhan perbaikan irigasi dengan menentukan nilai bobot kondisi dan
fungsi jaringan irigasi yang dilaksanakan dalam rapat komisi irigasi.
Dari ketiga ruang lingkup, maka perencanaan pemeliharaan
merupakan aktivitas dominan dalam pengelolaan aset.
c. Program Kerja
Ruang lingkup tersebut dilaksanakan dengan program kerja
pemeliharaanyang dipaparkan oleh JICA (1997: 20), yaitu Pemeliharaan
Rutin, Pemeliharaan Berkala, Pemeliharaan Khusus. Kegiatan
pemeliharaan disajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kegiatan Pemeliharaan

No Tipe Kerusakan Keterangan

(1) (2) (3)

I Rutin
1. Perawatan  Memberikan minyak pelumas pada bagian
pintu.
 Memberikan saluran dan bangunan dari
tanaman liar dan semak-semak.
 Membersihkan saluran dan bangunan dari
sampah dan kotoran.
 Pembuangan endapan lumpur di bangunan
32

ukur.
 Memelihara tanaman lindung di sekitar
bangunan dan di tepi luar tanggul saluran.

2. Perbaikan Ringan  Menutup lubang-lubang bocoran kecil di


saluran/bangunan.
 Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya
siaran/plesteran yang retak atau beberapa batu
muka yang lepas.

II Berkala

1. Perawatan  pengecetan Pintu.


 Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran.
2. Perbaikan  Perbaikan Bendung, bangunan Pengambilan
dan Bangunan Pengatur.
 Perbaikan Bangunan Ukur dan kelengkapannya.
 Perbaikan saluran.
 Perbaikan pintu-pintu dan skot baik.
 Perbaikan jalan inspeksi.
 Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor,
rumah dinas, rumah PPA dan PBB, kendaraan
dan peralatan.

3. Penggantian  Penggantian pintu.


 Penggatian alat ukur.
 Penggantian peil schall.
III Darurat

Perbaikan Darurat Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam


dan atau kerusakan berat.

Sumber : Departemen Pekerjaan Umum (2007)

Anda mungkin juga menyukai