Anda di halaman 1dari 63

BANGUNAN DAN SALURAN IRIGASI KEJURON PRAJEKAN

(BUNUTAN, KOLPOH, dan BATULAWANG) KABUPATEN


BONDOWOSO

LAPORAN
diajukan guna memenuhi tugas Matakuliah Irigasi

Oleh

Wahyu Dwi Firmansyah


141710201044
TEP A

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PEMBAHASAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu aspek terpenting dalam bidang pertanian adalah
ketersediaan air irigasi untuk mengairi petak/lahan persawahan.PP Nomor 2
Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 menyatakan bahwa pemerintah
memprioritaskan pembangunan nasional untuk mencaai kedaulatan pangan,
ketersediaan energi dan pengelolaan sumber daya maritim serta kelautan
dalam jangka lima tahun ke depan. Berdasarkan Kementerian Pekerjaan
Umum tentang irigasi (2006) menyatakan bahwa irigasi berfungsi untuk
mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian
dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan saluran irigasi untuk menunjang penyediaan bahan


pangan nasional sangat diperlukan, sehingga ketersediaan air di lahan
akan terpenuhi walaupun lahan tersebut berada jauh dari sumber air
permukaan. irigasi berfungsi untuk mendukung produktivitas pertanian dalam
ragka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya
kepada para petani. Cara untuk meningkatkan produksi pangan antara lain
dengan ekstensifikasi pertanian dan intensifikasi pertanian. Terlebih lagi untuk
mensukseskan program pemerintah Indonesia untuk peninggkatan supplyair
baku untuk pertanian dengan pembangunan bendung atau dengan
meningkatkan inerja suatu daerah jaringan irigasi. Pengertian Irigasi sendiri
adalah upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam
dunia modern, saat ini telah banyak model irigasi yang dapat dilakukan
manusia. Tanpa adanya system irigasi, usaha pertanianmerupakan sesuatu
yang tidak maksimal, karena irigasi merupakan suatu factorpenunjang dalam
bidang usaha pertanian.

Irigasi tidak terlepas dari jaringan irigasi, dalam jaringan irigasi


adaempat unsure pokok dari bangunan irigasi yaitu : bangunan utama, jaringan
pembawa, kelengkapan pendukung, saluran pembuang, dan petak tersier.
Pengenalan jaringan irigasi merupakan langkah utama dalam hal pembelajaran
dan pemahaman tentangirigasi selanjutnya sekaligus dengan ini duharapkan
aka nada inovasi baru yangakan membawa perubahan yang lebih baik dalam
hal kegiataj keirigasian tersebut.

1.2. Perumusan Masalah


Perencanaan pemanfaatan jaringan irigasi Saluran Bunutan, Kolpoh, dan
Batulawang belum dapat dilakukan. Hal ini disebabkan oleh :

1. Jaringan Irigasi belum diidentifikasi secara baik

2. Kebutuhan air irigasi belum dihitung secara agroklimatolis

3. Data debit belum diinterpretasikan sebagai ketersediaan air

Ketiga parameter ini mengakibatkan perencanaan pemanfataan jaringan


irigasi Saluran Sekunder Bunutan, Kolpoh, dan Batulawang DI.Kejuron Prajekan
tidak dapat dilakukan secara optimal.

1.3. Tujuan
Tujuan kajian Potensi Dan Kondisi Saluran Sekunder Bunutan, Kolpoh,
dan Batulawang, sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi Jaringan Irigasi Saluran Sekunder Bunutan, Kolpoh, dan


Batulawang.

2. Menghitung kebutuhan air irigasi secara agroklimatolis di Saluran


Sekunder Bunutan, Kolpoh, dan Batulawang.

3. Menghitung Data Andalan sebagai ketersediaan air Saluran Sekunder


Bunutan, Kolpoh, dan Batulawang.
1.4. Manfaat
Manfaat kajian Potensi Dan Kondisi Saluran Bunutan, Kolpoh, dan
Batulawang. dibagi menjadi dua fokus yaitu yang pertama bagi pengelola irigasi
dan petani dan yang kedua untuk ilmu teknik pertanian yaitu sebagai berikut :

1. Bagi Pengelola Irigasi dan Petani


Sebagai dasar pertimbangan perencanaan pemanfataan pemanfataan
jaringan irigasi Saluran Sekunder Bunutan, Kolpoh, dan Batulawang.

2. Bagi Ilmu Teknik Pertanian


Sebagai uji coba penerapan ke-ilmu keteknikan pertanian.Permasalahan
dan penyelesaian permasalahan diharapkan dapat memperluas wacana ke-ilmuan
teknik pertanian.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Irigasi


Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi
untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi
rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak (PP No 20 tahun
2006). Berdasarkan PP No. 20 tahun 2006 bahwa irigasi merupakan sumber
utama yang sangat penting sebagai salah satu usaha peningkatan produktivitas
pertanian karena melalui irigasi kebutuhan air untuk pertanian diatur. Dalam
peningkatan produksi pangan, irigasi mempunyai peranan penting untuk
menyediakan air bagi tanaman dan memudahkan pengolahan tanah.

2.2 Jaringan Irigasi


Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi (PP No 20 tahun 2006).
Jaringan irigasi terdiri dari tiga bagian yakni (PP No 20 tahun 2006) sebagai
berikut.
a) Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan
bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
b) Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-
sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
c) Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier,
saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta
bangunan pelengkapnya.
2.2 Saluran Irigasi
Saluran irigasi di daerah irigasi teknis dibedakan menjadi saluran irigasi
pembawa dan saluran pembuang. Ditinjau dari jenis dan fungsinya saluran irigasi
pembawa dapat dibedakan menjadi saluran primer, sekunder, tersier serta kuarter
(Mawardi, 2007). Pada laporan praktikum ini, pembahasan hanya pada saluran
primer Kottok BK 12-21.

2.3 Bangunan Irigasi


Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan
dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai
dalam praktek irigasi antara lain: bangunan utama, bangunan pembawa, bangunan
bagi, bangunan sadap, bangunan pengatur muka air, bangunan pembuang dan
penguras serta bangunan pelengkap (Direktorat Jenderal Pengairan dalam Suroso,
2008). Menurut Direktorat Jenderal Pengairan dalam Suroso (2008) bangunan
utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke
seluruh daerah irigasi yang dilayani.

2.3.1 Bangunan Pengatur


Bangunan pengatur terdiri atas bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan
bagi-sadap, boks tersier, dan boks kuarter. Bangunan bagi merupakan bangunan
yang terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang dan
berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih. Bangunan sadap
merupakan banguan penyadap tersier yang mengalirkan air dari saluran primer
atau sekunder ke tersier penerima. Bangunan bagi sadap merupakan gabungan
antara bangunan bagi dan bangunan sadap. Simbol bangunan sadap, bagi-sadap,
dan bagi pada skema bangunan dapat dilihat seperti pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Simbol Bangunan Pengatur
Simbol Jenis Bangunan Simbol Jenis Bangunan
Bangunan Bagi-
Bangunan Bagi Sadap
Bangunan Sadap

Hal terpenting pada bangunan pengatur memiliki beberapa komponen


struktur seperti: bangunan pengatur muka air (1) yang terdiri atas: pintu kuras (1a)
dan mercu tetap (1b), pintu pengambilan (2), bak dan saluran ukur (3), dan
bangunan ukur (4). Bentuk bangunan pengatur dapat diperhatikan seperti pada
Gambar 2.1 berikut. Jenis dari bangunan pengatur muka air dapat dilihat seperti
pada Tabel 1.2. Jenis pintu air dapat dilihat seperti pada Tabel 1.3.

Gambar 2.1 Gambar Komponen Bangunan Pengatur

Tabel 1.2 Jenis Bangunan Pengatur Muka Air


Jenis Bangunan Pengatur Muka Air Gambar Bangunan
Pintu skot balok

Pintu sorong
Mercu tetap

Kontrol celah trapesium

Tabel 1.3 Jenis Pintu Air


Jenis Lebar Pintu Tipe Keterangan Gambar
Pintu (m)
A >2 Ulir

B 0,90 2,00 Ulir Sama seperti jenis pintu A


B* 0,90 - 2,00 Ulir daun pintu terbuat
dari kayu

C2 0,60 0,80 Ulir

C3 0,30 0,60 Ulir Sama seperti jenis pintu C2


C5 0,30 0,50 Angkat

2.3.2 Bangunan Pelengkap


Selama air irigasi dialirkan da dibagi sepanjang saluran primer atau
sekunder, terdapat bangunan pelengkap. Bangunan pelengkap berfungsi sebagai
untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan
pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan umum. Macam bangunan
pelengkap antara lain: talang, syphon, gorong-gorong, gorong-gorong silang,
bangunan terjun, got miring, pelimpah samping, bangunan penguras, masukan
pembuang (drain inlet), jembatan, jembatan orang, tangga mandi cuci, tempat
mandi hewan. Talang merupakan saluran buatan yang dibuat untuk melintaskan
saluran irigasi dengan permukaan tanah yang rendah. Facet bangunan dari talang
antara lain: bangunan peralihan masuk (1), penumpu beban (2), pilar (3), talang
(4), bangunan peralihan keluar (5). Gambar bangunan dan simbol talang pada
skema bangunan dapat dilihat seperti pada Gambar 2.2

(a) (b)
Gambar 2.3 (a) Gambar Bangunan Talang, (b) Simbol Bangunan

Jembatan merupakan bangunan yang menghubungkan jalan inspeksi yang terpisah


oleh saluran irigasi, saluran pembuang, dan sungai. Facet bangunan jembatan
antara laing: penumpu beban (1), sayap (2), plat beton (3), sandaran sayap (4),
sandaran plat beton (5), pipa sandaran (6). Gambar bangunan dan simbol
jembatan pada skema bangunan dapat dilihat seperti Gambar 2.4.

(a) (b)
Gambar 2.4 (a) Gambar Bangunan Jembatan, (b) Simbol Bangunan

2.3.3 Bangunan Ukur


Bangunan ukur biasanya difungsikan sebagai bangunan pengontrol. Tipe
dari banguan ukur dapat dilihat seperti pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4 Tipe Bangunan Ukur
Pelimpah ambang lebar Ambang lebar
Pintu Romijn

Pelimpah ambang tajam Cipoletti

Takik V (Thomson)

Penyempitan aliran Parshall flume


(flume)
Venturi flume
Aliran bawah (Orifice) Crump de Gruyter

Orifice dengan tinggi


energi tetap

2.5 Kebutuhan Air Irigasi


Kebutuhan air untuk penggenangan lahan pada ekosistem sawah bervariasi
untuk setiap fase pertumbuhan. Pengaturan penggenangan air pada lahan sawah
disesuaikan dengan umur serta fase pertumbuhan padi. Kebutuhan air tanaman
didefinisikan sebagai jumlah air yang diperlukan untuk memenuhi kehilangan air
karena proses evapotranspirasi tanaman (ETc) dari tanaman sehat yang tumbuh
pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah tidak mempunyai kendala
(kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai potensi produksi penuh
pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu. Kebutuhan air tanaman padi adalah
jumlah total air yang dikonsumsi tanaman untuk penguapan (evaporasi),
transpirasi dan aktivitas metabolisme tanaman. Kebutuhan air tanaman disebut
juga sebagai evapotranspirasi tanaman. Kebutuhan air tanaman dianalisis
berdasarkan estimasi kebutuhan air tanaman menurut Metode FAO (Doorenbos
dan Kassam 1979). Kebutuhan air irigasi dapat dihitung salah satunya dengan
metode FPR (faktor palawija relatif)-LPR (luas palawija relatif). Nilai LPR adalah
perbandingan kebutuhan air antara jenis tanaman satu dengan jenis tanaman
lainnya.

2.6 Tata Tanam


Rencana Tata Tanam Daerah Irigasi atau disebut Rencana Tata Tanam Global
(RTTDI/RTTG) menggambarkan rencana luas tanam pada suatu Daerah Irigasi,
belum terperinci per petak tersier. Ini penting untuk Komisi Irigasi Kabupaten,
PPTPA dan Dinas Teknis yang membidangi irigasi dalam menentukan rencana
penyediaan air irigasi. Rencana Tata Tanam Rinci atau disebut Rencana Tata
Tanam Detail (RTTR/RTTD), menggambarkan rencana luas tanam pada suatu
Daerah Irigasi dan diperinci per petak tersier. Ini penting untuk pegangan
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A/GP3A/IP3A), untuk mulai kegiatan usaha
tani dan menyusun rencana pembagian air.
Dalam penyusunan Rencana Tata Tanam, bila debit yang tersedia pada
awal pengolahan tanah tidak mencukupi untuk pengolahan tanah serentak, maka
dilakukan rencana golongan. Penggolongan petak-petak tersier dalam tiap
kelompok/golongan berbeda saat dimulainya pengolahan tanah untuk tanaman
padi. Hal ini dimaksudkan agar angka puncak kebutuhan air menjadl lebih kecil
dari pada kalau tidak memakai sistem golongan serta untuk menyesuaikan angka
puncak kebutuhan air dengan debit andalan.
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Irigasi dilakukan di Daerah Irigasi Kottok Kabupaten Jember
dan laboratorium TPKL Workshop Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Jember

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
a. Komputer dengan aplikasi Microsoft Office, MapInfow, Map Source dan
Google Earth
b. GPS
c. camera digital
d. rollmeter
e. ring sampel
f. alat tulis

3.2.2 Bahan
a. peta daerah irigasi Antirogo
b. data tanaman, data hujan, data debit dan data pembagian air
c. sampel tanah tiap petak (BK 1-BK 20, Bendung Sukorejo, Bendung
Muktisari, Bendung Bedadung)
1.3 Prosedur Pelaksanaan

Start

Aplikasi MapInfow,
Digitasi Peta Daerah Irigasi
Google Earth

Pengumpulan data (Klimatologi,


Aplikasi Microsoft
Tanaman, Debit dan Pembagian
Office
Air)

GPS, Camera Foto, pengukuran


Digital, Rollmeter, PenelusuranJaringan Irigasi kerusakan saluran,
Ring Sampel Sampel Tanah

Rencana Tata
Operasi Jaringan Irigasi Tanam, Rencana
Pembagian Air

Pemeliharaan Jaringan Air

Penulisan Laporan

Finish
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Potensi dan Kondisi Saluran Sekunder Batulawang, Kolpoh, dan


Bunutan
Wilayah kajian saluran Sekunder Batulawang, Kolpoh, dan Bunutan
merupakan saluran sekunder yang terletak di lima desa yaitu Desa Sempol,
Walidono, Prajekan Lor, dan Ramban Kulon. Secara pengelolaan perairan
wilayah ini termasuk di dalam UPT Pengairan Prajekan. Saluran sekunder
Bunutan, Kolpoh, dan Batulawang berada pada satu kejuron yaitu kejuron
Prajekan. Daerah wilayah kajian ini termasuk dalam lima desa, yaitu Desa Tarum,
Prajekan Lor, Ramban Kulon, Sempol, dan Walidono. Lokasi kajian disajikan
pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kerja


4.1.2 Klimatologi
Klimatologi wilayah kajian diinterpretasikan dengan data kelembaban,
kecepatan angin, suhu udara, dan lama penyinaran (Lampiran 1). Data ini
diperoleh dari stasiun Klimatologi Cindogo. Data dimulai dari tahun 1985 sampai
dengan tahun 1995.
Suhu Udara Rata-Rata
21.50
21.00
20.50
20.00
Suhu (0C)

19.50
19.00 Suhu Udara
18.50 Rata-Rata
18.00
17.50
17.00
16.50

Des
Mar

Nop
Peb

Apr

Jun
Jul
Ags

Okt
Sep
Jan

Mei

Bulan

Grafik 4.1 Suhu Udara Rata-rata

Kelembapan Udara Rata-Rata

74.00
Kelembaban Udara (%)

72.00
70.00
68.00
66.00 Kelembapan
Udara Rata-Rata
64.00
62.00
60.00
Des
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Peb
Mar

Okt
Sep

Nop
Jan

Bulan

Grafik 4.2 Kelembaban Udara Rata-rata


Lama Penyinaran Matahari

90.00
80.00
Lama Penyinaran(%)

70.00
60.00
50.00 Lama
40.00 Penyinaran
30.00
20.00
10.00
0.00

Des
Apr
Mei
Jun

Ags
Jul

Okt
Peb
Mar

Sep

Nop
Jan

Bulan

Grafik 4.3 Lama Penyinaran Matahari

Kecepatan Angin

0.80
Kecepatan Angin (KM/Jam)

0.70
0.60
0.50
Kecepatan
0.40
Angin
0.30
0.20
0.10
0.00

Bulan
Grafik 4.4 Kecepatan Rata-rata
Berdasarkan grafik di atas, maka data klimatologi yang terdiri dari suhu
rata-rata, kelembaban, kecepatan angin, dan lama penyinaran matahari dapat
diinterpretasikan sebagai berikut.
(1) Suhu pada grafik menunjukkan nilai suhu rata-rata pada bulan tersebut
selama 10 tahun dari tahun 1985 samapai dengan 1995. Berdasarkan
interpretasi tersebut nilai suhu berada pada kisaran dibawah 19 C terdapat
pada bulan-bulan awal yaitu bulan Januari samapi Juni. Pada bulan Juli dan
Agustus nilai dari suhu turun kisaran 18 C dan empat bulan terakhir
mengalami kenaikan. Nilai suhu paling tertinggi mencapai 20,5 C pada bulan
November. Nilai suhu rata-rata berdasarkan data tersebut menunujukkan nilai
19,05 C.
(2) Kelembaban udara pada wilayah kajian menunjukkan nilai dengan cakupan
nilai 69% sampai 73%. Pada bulan Mei sampai September memiliki nilai
kelembaban yang rendah, yaitu berada di bawah 70%. Nilai dari kelembaban
udara sangat dipengaruhi oleh lama penyinaran matahari karena pada saat
penyinaran matahari lama maka nilai kelembaban udara akan menjadi rendah.
(3) Kecepatan angin memiliki nilai yang semakin meningkat pada tahun
pertengahan menuju akhir, yaitu bulan Juni sampai Agustus. Pada empat
bulan berikutnya nilai kecepatan angin mengalami penurunan. Nilai
penurunan tidak lebih dari 0,4. Nilai kecepatan angin yang di bawah 0,4
terjadi pada bulan April sampai Mei.
(4) Lama penyinaran pada stasiun klimatologi dinyatakan dalam bbentuk
presentase. Lama penyinaran dapat mengindikasikan musim kemarau dan
juga musim hujan. Apabila musim hujan maka presentase penyinaran
matahari rendah dibandingkan presentase penyinaran matahariu saat kemarau.
Karenanya bulan dengan lama penyinaran yang rendah merupakan bulan
dengan musim hujan yaitu bulan dimulai bulan november dan berakhir bulan
maret. Lama penyinaran mempengaruhi nilai-nilai parameter iklim lain
seperti kelembaban udara dan suhu udara. Apabila musim penghujan maka
nilai penyinaran matahari rendah, suhu udara menjadi rendah, dan
kelembaban udara akan meningkat. Diamati dari stasiun hujan Kolpoh dan
stasiun hujan Glendengan. Data hujan diperoleh dari UPT Prajekan yang
melayani kecamatan Prajekan. Data hujan diamati dari dua stasiun selama 6
tahun. Detail data terdapat pada lampiran 1. Secara singkat, interpretasi dari
data tersebut adalah nilai curah hujan 3 harian (D3) pada DAM Kolpoh
memiliki niali maksimal sebesar 397 mm dan pada DAM Glendengan
memiliki nilai D2 maksimal dengan nilai 403 mm. Jumlah rata-rata bulan
basah dan bulan kering pada DAM kolpoh adalah 3 dan 9. Pada DAM
Glendengan jumlah rata-rata bulan basah dan kerimg adalah 3 dan 9.
Berdasrakan klasifikasi iklim menurut Oldeman, dengan mempertimbangkan
bulan kering dan bulan basah maka wilayah kajian memiliki tipe iklim E.
Tipe iklim ini berarti daerahnya terlalu kering, mungkin hanya ditanami 1 kali
polowijo itupun tergantung dengan adanya hujan.

4.1.3 Sumber Daya Lahan


Sumber daya lahan ditunjukkan oleh karakteristik jenis tanaman.
Karakteristik sumberdaya lahan ditunjukkan dengan peta jenis tanah. Dalam hal
ini dilakukan juga penentuan tekstur tanah menggunakan metode handfeeling
pada beberapa lokasi di wilayah kajian. Peta jenis tanah pada wilayah kerja adalah
sebagai berikut.

Gambar 4.2 Peta Jenis Tanah Wilayah Kerja, Peta Kemiringan, dan Peta Akifer

Berdasarkan gambar peta di atas, dapat diketahui bahwa pada wilayah


kerja terdapat beberapa jenis tanah yaitu tanah latosol, litosol, regosol, mediteran,
dan grumosol. Pada saluran sekunder Bunutan, Kolpoh , dan Batulawang terdapat
pada wilayah yang memiliki jenis tanah regosol, tanah bertekstur kasar dengan
kadar pasir lebih dari 60%, hanya mempunyai horison penciriochik, histik, atau
sulfurik.
Dalam penentuan karakteristik lahan dilakukan metode hand feeling. Hand
feeling dilakukan di masing-masing sadap tiap saluran sekunder. Penentuan hand
feeling dilihat pada panjang patahan tanah yang sudah di bentuk pita. Berikut
adalah hasil hand feeling yang dilakukan pada masing-masing sadap.
Tabel 4.1 Hasil Hand Feeling pada setiap sadap

Ukuran
No Bangunan Tekstur Keterangan
(cm)
1 B.TL.1 4 day loam sama rasa
2 B.TL.2 5 day loam sama rasa
3 B.TL.3 5,5 silty clay Debu
4 B.TL.4 5 day loam sama rasa
5 B.TL.5 2,5 Loam sama rasa
6 B.TL.6 5 day loam sama rasa
7 B.TL.7 5 day loam sama rasa
8 B.TL.8 6 day Lekat
9 B.TL.9 6 silty clay Debu
10 B.TL.10 3 silty day loam Debu
11 B.TL.11 3,5 silty day loam Debu
12 B.BU.1 5 day loam sama rasa
13 B.BU.2 4 day loam sama rasa
14 B.BU.3 8 Day Lekat
15 B.K.1 4,5 day loam sama rasa
16 B.K.2 5 day loam sama rasa
17 B.K.3 3,5 silty day loam Debu
18 B.K.4 7,5 Day Lekat
19 B.K.5 5,5 silty clay Debu
20 B.K.6 5 day loam sama rasa

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata tekstur pada


sadap adalah day loam atau sama rasa. Pada saluran sekunder Batulawang
terdapat 6 sadap yang mempunyai tekstur sama rasa, 4 sadap tekstur debu, dan 1
sadap tektur lekat. Pada saluran sekunder bunutan terdapat 2 sadap bertekstur
sama rasa dan 1 sadap bertekstur lekat. Sedangkan pada saluran sekunder Kolpoh
terdapat 3 sadap yang memiliki tekstur sama rasa, 2 bertekstur debu dan 1 sadap
bertekstur lekat.

4.1.4 Sumber Air


Sumber air wilayah kajian yaitu sluran sekunder batulawang, sluran
bunutan, dan saluran Kolpoh diperoleh dari DAM masing-masing. Saluran
sekunder Batulawang memiliki sumber air dari sungai Kali Sempol dan Bendung
pada DAM Batulawang. Saluran sekunder Kolpoh dan Saluran Sekunder Bunutan
memiliki sumber air dari sungai yang sama yaitu Kali Grujukan dan dari bendung
DAM Kolpoh dan Bunutan.

4.2 Jaringan Irigasi


Sumber air wilayah kajian ini berasal dari DAM masing-masing. Pada
sluran sekunder batulawang air dari kali sempol selanjutnya dialirkan ke sebelas
sadap yang terdapat pada saluran sekunder ini yaitu dari B. TL. 1 sampai sengan
B. TL. 11. Pada saluran sekkunder Kolpoh, air berasal dari kali grujukan yang
dialirkan ke-6 sadap yaitu dimulai dari B.K. 1 sampai B. K. 6. Pada saluran
sekunder Bunutan berasal dari kali grujukan yang diairkan ke tiga sadap yaitu B.
BU. 1 sampai B. BU. 3.
Ketiga saluran tersebut hanya memiliki bangunan sadap tanpa satupun
sluran yang memilki bangunan bagi sadap. Hal ini dikarenakan sumber air dari
ketiga saluran berasal dari kali yang dibendung dan ketiga saluran ini merupakan
saluran sekunder yang langsung mengalir ke petak tersier. Skema jaringan dari
ketiga saluran wilayah kajian disajikan pada gambar sebagai berikut.

Gambar 4.3 Jaringan Saluran Sekunder Batulawang


Gambar 4.4 Jaringan Saluran Sekunder Kolpoh

Gambar 4.5 Jaringan Saluran Sekunder Bunutan


Potensi jaringan irigasi disajikan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.2 Potensi Jaringan Irigasi
No. Jenis Bangunan/Saluran Bangunan/Saluran Jumlah
Satuan Nilai Aset
(buah)
I. Bangunan Utama
1 Bendungan -
2 Bendung 3 D.K, D.BU, D.BTL.
II. Bangunan Bagi/ Bagi-
Sadap/ Sadap
1. Bangunan Bagi Buah -
2. Bangunan Bagi-Sadap Buah -
3. Bangunan Sadap Buah 20 B.TL.1, B.TL.2,
B.TL.3, B.TL.4,
B.TL.5, B.TL.6,
B.TL.7, B.TL.8,
B.TL.9, B.TL.10,
B.TL.11, B.BU.1,
B.BU.2, B.BU.3,
B.K.1, B.K.2,
B.K..3, B.K.4,
B.K.5, B.K.6
III. Bangunan Pelengkap

1. Bangunan Ukur Buah 18


2. Kantong Lumpur Buah -
3. Terjunan Buah 9 B.TL.2a, B.TL.6a,
B.TL.6b, B.TL.6c,
B.TL.6d, B.TL.7b,
B.BU.2a, B.BU.2b,
B.K.3a
4. Got Miring Buah -
5. Siphon Buah -
6. Talang Buah -
7. Gorong-Gorong Buah -
8. Gorong-Gorong Silang Buah
9. Pelimpah Samping Buah
10. Pelimpah Corong Buah -
11. Pintu Pembuang Buah
12. Jembatan Orang Buah 15 B.K.3b, B.K.3c,
B.K.3d, B.K.3e,
B.K.3e, B.K.3f,
B.K.3g, B.K.3h,
B.K.3i, B.K.3j,
B.K.3k, B.K.3l,
B.TL.5a, B.K.6a,
B.K.6b
13. Jembatan Desa Buah 4 B.TL.1a, B.TL.7a,
B.K.1a,
14. Tempat Cuci Buah -
15. Tempat Mandi Hewan Buah 1 B.K.1b
16. Drain Inlet Buah -
III. Saluran -
1. Sal. Primer Pembawa Km -
2. Sal. Sekunder Pembawa Km 3
3. Sal. Suplesi Km -
4. Sal. Muka Km -

4.2.1 Saluran Sekunder Bunutan


Saluran Sekunder Bunutan

pada pembahasan laporan ini akan dibahas potensi dan kondisi dari
masing-masing aset irigasi 3 saluran sekunder tersebut. Bangunan yang
mengawali ke-3 saluran ini adalah bangunan bendung atau dam. seperti telah
dijelaskan sebelumnya bahwa bangunan bendung pada saluran sekunder bunutan
adalah dam bunutan, pada saluran sekunder batulawang adalah dam batulawang,
dan pada saluran sekunder kolpoh adalah dam kolpoh.
Gambar 4.6 mercu dan pintu pembilas bendung

Pada dam bunutan, komponen yang terdapat pada dam ini adalah mercu,
kolam olak, 1 pintu pembilas, 1 pintu pengambulan, dan 1 bangunan ukur. Dam
ini membendung air dari kali sempol. Pada bangunan ini tidak ditemukan pintu
penguras. Secara umum keadaan dam ini masih bagus, karena pada bangunannya
hampir tidak ditemukan nilai kerusakan. Begitu juga pada kedua pintu yang masih
mampu untuk menutup secara rapat dan tanpa kebocoran. Bangunan ukur dari
dam ini memiliki tipe drempel. Bangunan ukurnya bisa dikatakan sudah
memenuhi prasyrat bangunan ukur yaitu aliran yang menuju pada bangunan
ukurnya tenang, tedapat mercu yang memberikan beda tinggi lebih dari 5 cm.
bangunan ukur ini masih lurus ujungnya dan memiliki lengkungan yang baik,
serta tidak ditemukan endapan pada bangunan ukurnya.
Pada saluran ini terdapat 3 bangunan sadap 2 terjunan, dan 1 jembatan
desa. Pada Pada saluran ini pula terdapat 1 buah jembatan desa dengan
nomenklatur B. BU. 1d yang terletak pada R. BU. 2 yaitu antara sadap 1 dan
sadap 2. Saluran sekunder ini memiliki panjang kurang lebih 1,7 km.
Secara umum dari jumlah bangunan yang ada pada saluran ini
kerusakannya cenderung kecil atau tidak terlalu banyak. Kebanyakan kerusakan
saluran ini bukan berada pada bangunannya melainkan pada ruas salurannya. Pada
saluran ini ke-3 sadapnya tidak memiliki bangun ukur. Satu-satunya bangun ukur
yang terdapat pada saluran ini berada di dekat dam yang merupakan bangun ukur
untuk debit yang keluar dari dam atau yang akan masuk ke saluran. Hal ini sangat
disayangkan, karena dalam melakukan perhittungan nilai efisiensi debit dan juga
debit andalan diperlaukan data debit pada masing-masing sadap.
B.BU 1, B. BU. 2, dan B. BU.3 yang merupakan sadap pada saluran ini
memiliki ciri yang serupa. Hal ini dikarenakan sadap pada bangunan ini
kesemuanya menggunakan tipe pintu skot balok dan tanpa bangunan ukur.
Kondisinya relatif baik tanpa adanya kerusakan berat pada sadapnya. Pada
bangunan pelengkapnya terdapat 2 buah terjunan yang menandakan ada
perbedaan tinggi dari saluran ini. 2 terjunan ini terdapat pada ruas 2 yang berada
antara sadap 1 dan 2. Bangunan pelengkap pada saluran ini ada jembatan desa.
Jembatan ini berada pada ruas 2. Pada jembatan ini nilai kerusakannya cukup
banyak, meskipun kerusakannya tidak parah. Kerusakan pada jembatan ini
didominasi pada sayap jembatan yang terkelupas dan sedikit berlubang. Detail
dari informasi bangunan dan ruas pada saluan ini akan ditampilkan pada lampiran
beserta juga nilai dari kerusakannya.

4.2.2 Saluran Sekunder Kolpoh


1. DAM Kolpoh
Pada DAM Kolpoh terdapat 3 pintu yaitu 2 pintu pengambilan dan 1 pintu
penguras, DAM ini membendung air dari kali Gerujukan yang akan digunakan
untuk mengaliri 81 ha persawahan petani pada daerah tersebut, pada DAM ini
juga terdapat mercu yang digunakan untuk meninggikan muka air adapula 1
bangun ukur pada DAM Kolpoh yang digunakan untuk mengukur debit air untuk
air pada bangun ukurnya termasuk tenang dan dapat memenuhi persyaratan
sebagaimana bangun ukur seharusnya, pada DAM Kolpoh ini juga terdapat
stasiun hujan atau terdapat Ombrometer yang dapat digunakan untuk mengukur
curah hujan harian, untuk keseluruhan dari DAM Kolpoh ini berfungsi dengan
baik dan tidak terjadi kerusakan berat.

Gambar 4.7 DAM Kolpoh


2. R. K.1 (Ruas Sadap 1)
Pada ruas saluran pertama yakni R. K. 1a memiliki panjang 210 m dengan
kerusakan tipe roboh sepanjang 82 m dan tidak ada endapan sehingga berfungsi
dengan baik. Lalu pada R. K. 1b berganti pasangan dengan panjang 240 m. Lalu
berganti pasangan kembali pada R. K. 1c dengan panjang 328 m dan kerusakan
tipe roboh dengan panjang 6.15. Pada R. K. 1 terdapat beberapa bangunan yakni
jembatan desa dan tempat mandi hewan berjumlah 1.

Gambar 4.8 Ruas Sadap 1


3. B. K. 1 (Sadap 1)
Pada bangun sadap yakni B. K. 1 memiliki satu buah pintu pengambilan
dengan tinggi h 1 m, tinggi daun pintu 0.53 m, dan lebar daun pintu 0.51 m. B. K.
1 memiliki jarak langsung sepanjang 0.21 km dengan kondisi daun pintu dalam
kondisi baik dan terbuat dari besi. Pada sayap kanan dan kiri B. K. 1 masing-
masing memiliki pasangan batu kali.

Gambar 4.9 Sadap 1


4. R. K. 2 (Ruas Sadap 2)
Sebelum sadap 2 Kolpoh terdapat ruas R. K. 2 pada ruas ini memiliki panjang
ruas 398 m dan juga lebar ruas saluran 2,38 m dengan tinggi air pada aliran 0,30
m untuk tinggi tanggulnya sebesar 0,80 m, ruas ini tidak ada kerusakan.

Gambar 4.10 Ruas Sadap 2


5. B. K. 2 (Sadap 2)
Sadap 2 Dam Kolpoh ini memiliki 2 pintu dan juga 2 bangun ukur, pintu dan
bangun ukur pada sadap ini berfungsi dengan sempurna pada pintu yang bisa
tertutup dengan rapat dan untuk bangun ukur memiliki aliran yang tenang, sadap
ini memiliki luas layanan 3,251 ha, pada sadap ini tidak terdapat endapan yang
mengganggu aliran untuk kondisi dari sadap ini baik karena tidak terdapat
kerusakan yang berat.

Gambar 4.11 Sadap 2


6. R. K. 3 (Ruas Sadap 3)
Pada ruas saluran R. K. 3 kerusakan hampir sepanjang ruas mengalami
kerusakan. Kerusakan pada R. K. 3 yakni sekitar 75 %. Dengan tipe kerusakan
retak Pada ruas R. K. 3 memiliki beberapa bangunan antara lain terjunan
berjumlah 1 dan jembatan orang berjumlah 11.

Gambar 4.12 Ruas Sadap 3


7. B. K. 3 (Sadap 3)
Pada bangun sadap B. K. 3 memiliki satu buah pintu pengambilan dengan
tinggi h 0.80 m, tinggi daun pintu 0.53 m, dan lebar daun pintu 0.40 m. B. K. 3
memiliki jarak langsung sepanjang 1.049 km dengan kondisi daun pintu dalam
kondisi baik dan terbuat dari kayu dan besi.

Gambar 4.13 Sadap 3


8. R. K. 4 (Ruas Sadap 4)
Sebelum sadap 4 Kolpoh terdapat ruas R. K. 4 pada ruas ini memiliki panjang
ruas 1,093 m dan juga lebar ruas saluran 2,38 m dengan tinggi air pada aliran 0,30
m untuk tinggi tanggulnya sebesar 0,80 m, pada ruas ini terdapat kerusakan retak
dan ambrol pada bagian tanggul sebelah kanan.
Gambar 4.14 RuasSadap 4
9. B. K. 4 (Sadap 4)
Sadap 4 Dam Kolpoh ini memiliki 1 pintu dan tidak memiliki bangun ukur,
pintu pada sadap ini berfungsi dengan sempurna pada pintu yang bisa tertutup
dengan rapat, sadap ini memiliki luas layanan 10 ha, pada sadap ini tidak terdapat
endapan yang mengganggu aliran untuk kondisi dari sadap ini baik karena tidak
terdapat kerusakan yang berat.

Gambar 4.15 Sadap 4


10. R. K. 5 (Ruas Sadap 5)
Sebelum sadap 5 Kolpoh terdapat ruas R. K. 5 pada ruas ini memiliki panjang
ruas 1,191 m dan juga lebar ruas saluran 2,38 m dengan tinggi air pada aliran 0,30
m untuk tinggi tanggulnya sebesar 0,80 m, pada ruas ini terdapat kerusakan
ambrol pada bagian tanggul sebelah kiri.
Gambar 4.16 Ruas Sadap 5
11. B. K. 5 (Sadap 5)
Sadap 2 Dam Kolpoh ini memiliki 2 pintu dan juga 2 bangun ukur, pintu dan
bangun ukur pada sadap ini berfungsi dengan sempurna pada pintu yang bisa
tertutup dengan rapat dan untuk bangun ukur memiliki aliran yang tenang, sadap
ini memiliki luas layanan 10 ha, pada sadap ini tidak terdapat endapan yang
mengganggu aliran untuk kondisi dari sadap ini baik karena tidak terdapat
kerusakan yang berat.

Gambar 4.17 Sadap 5


12. R. K. 6 (Ruas Sadap 6)
Pada ruas saluran R. K. 6 kerusakan hampir sepanjang ruas mengalami
kerusakan. Kerusakan pada R. K. 6 yakni sekitar 75 % dengan tipe kerusakan
retak dan roboh. Pada ruas R. K. 6 memiliki beberapa bangunan antara lain
jembatan orang berjumlah 2 dan jembatan desa berjumlah 1.
Gambar 4.18 Ruas Sadap 6
13. B. K. 6 (Sadap 6)
Pada bangun sadap B. K. 6 memiliki jarak langsung 1.289 km dan memiliki
pintu pengambilan berjumlah 2 masing-masing berukuran tinggi h 0.64 m, tinggi
daun pintu 0.54 m, dan lebar daun pintu 0.40 m pada pintu pertama. Pada pintu
pengambilan kedua tinggi h 0.64 m, tinggi daun pintu 0.54 m, dan lebar daun
pintu 0.56 m. Daun pintu pada B. K. 6 terbuat dari kayu dan besi.

Gambar 4.19 Sadap 6

4.2.3 Saluran Sekunder Batulawang


Saluran sekunder batulawang ini bersumber dari bendung Batulawang
yang berada pada DI Batulawang. Sumber air dari bendung ini berasal dari Sungai
Sempol. Bendung ini mengaliri daerah layanan seluas 109 Ha dengan jumlah
bangunan sadap 11 dan 6 bangunan pelengkap.
Gambar 4.20 DAM Batulawang
Pada bendung Batulawang terdiri dari beberapa komponen, yaitu sayap
bendung, tanggul sungai, mercu, kolam olak, bangunan pengambilan, pintu
pengambilan, pintu bilas, saluran uku, da bangunan ukur. Sayap bendung
berfungsi sebagai stabilitas bendung, tanggul sungai berfungsi sebagai penahan
erosi, kolam olak berfungsi menguangi energi ketinggian air banjir. Bangunan
pengambilan digunakan untuk mengatur air kompleks bangunan. Bangunan ukur
untuk mengukur debit yang masuk ke jaringan irigasi.
Pada saluran sekunder Batulawang terdapat bangunan ukur, bangunan
ukur ini merupakan bangunan ukur DAM Batulawang yang berada pada ruas 1
(R.TL 1). Bangunan ukur ini memiliki tipe Drumpel. Saluran ukur dari bangunan
ukur ini memiliki aliran tipe laminer, kedua sisi dari bangunan sejajar dan
memiliki lengkung yang baik.

4.21 Bangunan Ukur


Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran sekunder menuju
saluran tersier. Pada saluran sekunder ini terdapat 11 sadap yaitu B.TL.1, B.TL.2,
B.TL.3, B.TL.4, B.TL.5, B.TL.6, B.TL.7, B.TL.8, B.TL.9, B.TL.10, dan B.TL.11.
1. Bangunan sadap 1 (B.TL.1)
Pada bangunan sadap ini memiliki dua bangun pintu pengambilan yaitu T.
BTL. 1 Ka dan T. BTL. 1 ki. Bangunan sadap ini mengaliri luas layanan sebesar
26 Ha yaitu pintu kanan dengan luas layanan 13 Ha yang mengaliri desa Tarum
dan pintu kiri mengaliri lahan 13 Ha yang mengaliri Desa Tarum.

Gambar 4.22 Bangunan Sadap (B. TL. 1)


Jarak DAM Batulawang sampai bangunan sadap pertama ini kurang lebih
0,214 km. Pada R. TL. 1 terdapat satu jembatan dengan nomenklatur B. TL. 1a.
Sayap dari bangunan sadap ini berupa pasangan batu kali baik kanan maupun kiri.
Pintu pengambilan kanan memiliki ukuran tinngi 0,5 m; tinggi daun pintu 0,3 m;
dan tinggi pintu 0,63 m. sedangkan pintu pengambilan sebelah kiri memiliki lebar
pintu 0,5 m; tinggi daun pintu 0,7 m; dan tinggi pintu 0,8 m. kedua dari bangun
pengambilan ini memiliki bangunan ukur yang bertipe drumpel. Keadaan kedua
dari bangunan ukur masih baik dan memiliki pischall. Kedua sisi bangunan ukur
sejajar dan memiliki mercu pada tengah bangunan ukur.

Gambar 4.23 Saluran Sekunder Pembawa (R.TL.1)


Saluran pembawa ini terdapat antara DAM (D.BTL.) dan bangunan sadap
pertama (B.TL.1). Ruas ini memiliki tipe profil saluran berupa saluran berada di
bawah permukaan tanah dan tanggul di atas permukaan tanah. Tipe lining dari
ruas ini adalah 5.

2. Jembatan Desa (B. TL. 1a)


Jembatan ini berada pada ruas pertama sebelum bangunan sadap satu.
Jarak jembatan ini dari DAM Batulawang adalah kurang lebih 0,139 km.
Jembatan ini mempunyai lebar 4.10 m dan panjang jembatan 2,58 m. Kepala atau
pijar dari jembatan ini memiliki pasangan berupa batukali. Jembatan ini memiliki
komponen berupa sayap, plat beton, dan penumpu berat. Keadaan dari jembatan
ini masih baik.

Gambar 4.24 Jembatan Desa (B. TL. 1 a)

3. Bangunan Sadap 2 (B. TL. 2)


Pada bangunan sadap ini memiliki satu bangun pintu pengambilan yaitu T.
BTL. 2 Ki. Bangunan sadap ini mengaliri luas layanan sebesar 3 Ha yang
mengaliri desa Tarum.
Gambar 4.25 banguan Sadap B.TL.2
Jarak DAM Batulawang sampai bangunan sadap kedua ini kurang lebih
0,286 km. Sayap dari bangunan sadap ini berupa pasangan batu kali baik kanan
maupun kiri. Pintu pengambilan memiliki ukuran tinngi 0,7 m; tinggi daun pintu
0,5 m; dan tinggi pintu 1,26 m. Bangun pengambilan ini memiliki bangunan ukur
yang bertipe drumpel dengan ukuran lebar ambang 0,55 m dan tinggi ambang 0,5
m. Keadaan bangunan ukur tidak baik, bangunan ukur banyak mengalami
kerusakan yaitu roboh dan pada saluran ukur pasangan dari kedua sayap
mengalami kerusakan.

Gambar 4.26 Bangunan Ukur B.TL.2


Diantara kedua sadap yaitu B.TL.1 dan B.TL.2 terdapat saluran sekunder
pembawa yang dinamakan R.TL.2. Ruas ini memiliki tipe profil saluran berupa
saluran berada di bawah permukaan tanah dan tanggul di atas permukaan tanah.
Tipe lining dari ruas ini berbeda-beda karena banyaknya ganti pasangan yang ada
pada ruas. Pada ruas ini banyak mengalami kerusakan, kerusakan yang terjadi
pada ruas ini adalah runtuh, roboh, dan bolong. Pada ruas ini juga banyak yang
mempunyai pasangan berupa tanah.

Gambar 4.27 Saluran Sekunder Pembawa (R.TL.2)


4. Terjunan (B. TL. 2a)
Antara bangunan sadap pertama dan kedua terdapat bangunan pelengkap
berupa terjunan yang bernomenklatur B. TL. 2a. Pada terjunan ini memiliki lebar
0,9 m, panjang terjunan 1 m, dan kolam olak 1,1 m. bangunan ini berfungsi untuk
mengurangi kemiringan saluran.

Gambar 4.28 Terjunan (B.TL. 2a)

5. Banguan Sadap 3 (B. TL. 3)


Pada bangunan sadap ini memiliki satu bangun pintu pengambilan yaitu T.
BTL. 3 Ka. Bangunan sadap ini mengaliri luas layanan sebesar 10 Ha yang
mengaliri desa Tarum.
Gambar 4.29 banguan Sadap B.TL.3
Jarak DAM Batulawang sampai bangunan sadap kedua ini kurang lebih
0,433 km. Sayap dari bangunan sadap ini berupa pasangan batu kali baik kanan
maupun kiri. Pintu pengambilan memiliki ukuran tinngi 0,7 m; tinggi daun pintu
0,45 m; dan tinggi pintu 0,65 m. Bangun pengambilan ini memiliki bangunan
ukur yang bertipe drumpel dengan ukuran lebar ambang 0,31 m dan tinggi
ambang 0,5 m. Keadaan bangunan ukur baik, kedua sisi dari bangunan ukur ini
sejajar, memiliki mercu pada bagian tengah, berbentuk lengkung, dan memiliki
pischall.

Gambar 4.30 Bangunan Ukur B.TL.3


Diantara kedua sadap yaitu B.TL.2 dan B.TL.3 terdapat saluran sekunder
pembawa yang dinamakan R.TL.3. Ruas ini memiliki tipe profil saluran berupa
saluran berada di bawah permukaan tanah dan tanggul di atas permukaan tanah.
Tipe lining dari ruas ini adalah 0, karena pada sisi pada ruas ini berupa tanah.
6. Bangunan Sadap 4 (B.TL.4)
Pada bangunan sadap ini memiliki satu bangun pintu pengambilan yaitu T.
BTL. 4 Ka. Bangunan sadap ini mengaliri luas layanan sebesar 5 Ha yang
mengaliri desa Tarum.

Gambar 4.31 banguan Sadap B.TL.4


Jarak DAM Batulawang sampai bangunan sadap kedua ini kurang lebih
0,507 km. Sayap dari bangunan sadap ini berupa pasangan batu kali baik kanan
maupun kiri. Pintu pengambilan memiliki ukuran tinggi 0,52 m; tinggi daun pintu
0,7 m; dan tinggi pintu 0,62 m. Bangun pengambilan ini memiliki bangunan ukur
yang bertipe drumpel dengan ukuran lebar ambang 0,4 m dan tinggi ambang 0,5
m. Keadaan bangunan ukur kurang baik, kedua sisi dari bangunan ukur ini sejajar,
memiliki mercu pada bagian tengah, dan memiliki pischall. Namun pada saluran
ukur pasangan dari kedua sisi sayap rusak (runtuh).

Gambar 4.32 Bangunan Ukur B.TL.4


Diantara kedua sadap yaitu B.TL.3 dan B.TL.4 terdapat saluran sekunder
pembawa yang dinamakan R.TL.4. Ruas ini memiliki tipe profil saluran berupa
saluran berada di bawah permukaan tanah dan tanggul di atas permukaan tanah.
Tipe lining dari ruas ini adalah 0, karena pada sisi pada ruas ini berupa tanah.

7. Bangun Sadap B. TL. 5

Gambar 4.33 Sadap B.TL 5


Berdasarkan gambar diatas bangun sadap B. TL. 5 pada sekunder
Batulawang terdapat 1 pintu pengambilan sebelah kiri sadap, 1 bangun ukur
yang berguna untuk menentukan besarnya debit yang dibutuhkan untuk
mengaliri petak tersier seluas 5 Ha. Kondisi bangun sadap kurang baik karena
pada lokasi tersebut terdapat sampah dan endapan lumpur yang dapat
mengganggu fungsi bangun sadap sendiri untuk membagi dan menyalurkan air
ke petak tersier yang telah ditetapkan. Untuk kondisi pintu masih belum terawat
terbukti bahwa pada morhes tidak terdapat oil yang membasahi morhesnya dan
sampah yang menutupi aliran yang akan dialirkan ke petak tersier sebelah kiri
sedangkan untuk bangun ukur pada sadap B. TL. 5 tipe drempel yang mana
kondisi bangun ukur masih baik.
Pada ruas B. TL. 5 terdapat 4 kerusakan yang berada di sebelah kanan dan
kiri bangunan yang mana kerusakan tersebut dapat mempengaruhi keberfungsian
tanggul kanan kiri untuk mengalirkan air yang telah ditampung.
8. Bangunan Pelengkap Jembatan Orang
Gambar 4.34 Jembatan Orang B.TL.5
Dilihat dari gambar jembatan diatas bahwa kondisi jembatan orang masih dalam
keadaan baik. Jembatan orang ini digunakan oleh petani untuk menyebrangi
saluran sekunder Batulawang yang melewati jalur dari desa ke ke sawah atau
petak tersiernya.
9. Bangun Sadap B. TL. 6

Gambar 4.35 Bangun Sadap B.TL.6


Dilihat pada gambar tersebut bahwa bangun sadap B. TL. 6 terdapat 1
pintu sebelah kiri dan bangun ukur sebelah kiri sedangkan luas layanan pada
bangun sadap ini seluas 4 Ha yang mana jumlah air yang dialirkan pada pintu
pengambilan sebelah kiri harus dapat mememnuhi kebutuhan air yang dibutuhkan
oleh petak tersiernya. Namun dilihat dari kondisi bangunan, bangun ukur, dan
pintu masih baik namun pada pintu terdapat batu yang menghalangi aliran
sehingga dapat menyebabkan aliran yang dialirkan tidak dapat mengalir dengan
lancar.
Pada ruas ini terdapat 6 kerusakan pada saluran sebelah kanan dan kiri
saluran sebagian besar kerusakan pada saluran yang terdapat pada ruas 6 ini antara
lain kerusakan retak dan berlubang.
10. Terjunan 6a B. TL. 6a

Gambar 4.36 Terjunan B.TL.6a


Pada terjunan 6a ini mempunyai tinggi terjunan 1,77 m, lebar terjunan
0,50 m. Untuk kondisi terjunan sendiri masih baik dan masih dapat berfungsi
dengan baik.
11. Terjunan 6b B. TL. 6b

Gambar 4.37 Terjunan B.TL.6b


Pada terjunan 6b ini mempunyai tinggi terjunan 1,13 m, lebar terjunan
0,24 m. Untuk kondisi terjunan sendiri masih baik namun pada atas ambangya itu
terdapat batu-batu yang mana dapat mengahalangi aliran air yang melewati
terjuan itu.
12. Terjunan 6c B. TL. 6c

Gambar 4.38 Terjunan B.TL.6c


Pada terjunan 6c ini mempunyai tinggi terjunan 1,25 m, lebar terjunan
0,36 m. Untuk kondisi terjunan sendiri masih baik sehingga aliran air yang
melewati terjuan itu masih dalam keadaan normal.

13. Terjunan 6d B. TL. 6d

Gambar 4.39 Terjunan B.TL.6d


Pada terjunan 6d ini mempunyai tinggi terjunan 1,25 m, lebar terjunan
0,36 m. Untuk kondisi terjunan sendiri masih baik sehingga aliran air yang
melewati terjuan itu masih dalam keadaan normal.

14. Bangun Sadap 7 B. TL. 7

Gambar 4.40 Bangun Sadap B. TL. 7

Berdasarkan gambar tersebut mempunyai kondisi bangun sadap ini masih


baik, namun bangun sadap ini tidak akan berfungsi sebagaimana semestinya
karena pada sadap ini tidak terdapat pintu yang dapat menahan dan membangi air
dengan baik sehingga kondisi air seperti pada gambar tidak memungkinkan untuk
mengairi petak tersier seluas 7 Ha dan 2 Ha.
15. Bangun Sadap 8 B. TL. 8

Gambar 4.41 Bangun Sadap B.TL.8


Jika dilihat dari gambar diatas kondisi bangun sadap 8 ini tidak terdapat
pintu dan sangat rusak berat sehingga konndisi aliran airnya tidak dapat diatur
untuk kebutuhan airnya antara petak tersier sebelah kanan dan kiri bangun sadap
tersebut.
16. Bangun Sadap 9 B. TL. 9

Jika dilihat dari gambar diatas kondisi bangun sadap 9 ini tidak terdapat
pintu, bangun ukur namun untuk kondisi bangunannya masih baik akan tetapi
dengann konndisi bangunan seperti itu maka aliran airnya tidak dapat diatur untuk
kebutuhan airnya antara petak tersiernya.

17. Bangun Sadap 10 B. TL. 10

Gambar 4.42 Bangun Sadap B. TL.10

Jika dilihat dari gambar diatas kondisi bangun sadap 10 ini tidak terdapat
pintu, bangun ukur namun untuk kondisi bangunannya masih cukup baik hanya
ada kerusakan sedikit pada pintu sebelah kiri sehingga dengan konndisi bangunan
seperti itu maka aliran airnya tidak dapat diatur untuk kebutuhan airnya antara
petak tersiernya.

4.3 Ketersediaan Air


Ketersediaan dari tiga saluran sekunder yaitu saluran sekunder Bunutan,
saluran sekunder Batulawang, saluran sekunder Kolpoh ditunjukkan dengan nilai
debit pada msing-masing DAM saluran tersebut. Pada saluran sekunder
Batulawang sumber airnya adalah berasal dari DAM Batulawang, pada saluran
sekunder Bunutan sumber air berasal dari DAM Bunutan, dan pada salluran
sekunder Kolpoh berasal dari DAM Kolpoh. Data debit, effisiensi, dan debit
andalan beserta interpretasinya ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3 Intake Andalan
Sekunder
Daerah Irigasi Saluran
Batulawang
Baku
109 Ha
Layanan
Debit
Bulan Periode Rata- Std.
Andalan
2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata Deviasi p(x20%) p(x50%) p(x80%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Jan 1 - 164 131 181 165 170 135 68 78 135 193
2 - 99 141 181 165 182 128 70 69 128 187
3 - 113 141 181 165 182 130 69 72 130 188
Feb 1 - 113 141 181 184 182 134 71 73 134 194
2 - 120 151 181 184 182 136 71 76 136 196
3 - 122 151 177 184 182 136 71 76 136 196
Mar 1 - 125 132 177 184 186 134 71 74 134 194
2 - 125 151 181 184 186 138 72 78 138 198
3 - 125 151 203 - 186 111 90 35 111 187
Apr 1 - 134 161 203 184 186 145 75 82 145 208
2 - 134 151 203 184 151 137 72 77 137 198
3 - - - 209 184 - 66 102 -20 66 151
Mei 1 - 134 151 209 184 194 145 76 81 145 210
2 - 134 151 214 184 194 146 77 81 146 211
3 - 149 161 171 172 194 141 71 82 141 201
Jun 1 - 151 161 170 181 194 143 72 83 143 203
2 - - 161 170 181 - 85 94 6 85 164
3 - - - 170 181 194 91 100 7 91 175
Jul 1 - 151 - 170 181 194 116 91 39 116 193
2 - 150 150 170 181 194 141 71 81 141 201
3 - 148 148 170 181 194 140 71 80 140 200
Ags 1 - 122 92 170 181 187 125 72 65 125 186
2 - 132 - 170 177 187 111 88 37 111 185
3 - 132 - 170 177 187 111 88 37 111 185
Sep 1 - 96 88 170 177 187 120 72 59 120 181
2 - 88 88 161 177 187 117 72 56 117 177
3 - 88 88 170 177 - 87 78 22 87 152
Okt 1 148 88 96 170 168 187 143 41 108 143 178
2 150 88 95 170 168 187 143 42 108 143 178
3 192 - 96 170 - 187 108 90 32 108 183
NOp 1 192 - 132 170 - 187 114 90 37 114 190
2 192 - 132 170 - 187 114 90 37 114 190
3 194 132 132 170 - - 105 84 34 105 176
Desa 1 150 132 132 170 - 224 135 74 72 135 197
2 160 132 132 170 - - 99 78 33 99 165
3 164 131 181 170 - - 108 85 36 108 179
Keterangan p(x20%) -0,842
p(x80%) 0,8416
Tabel 4.4 Effisiensi Irigasi
Sekunder
Daerah Irigasi Saluran
Batulawang
Baku Layanan 109 Ha
DebHt
Bulan PerHNde Rata- Std.
Andalan
2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata DevHas p(x20%) p(x50%) p(x80%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 - 126 96 97 93 98 85 43 49 85 121
Jan 2 - 98 95 97 93 93 79 39 47 79 112
3 - 96 97 97 93 93 79 39 47 79 112
1 - 96 97 97 93 93 79 39 47 79 112
Feb 2 - 94 102 97 93 93 80 39 47 80 113
3 - 97 95 97 93 93 79 39 46 79 112
1 - 95 98 97 93 91 79 39 46 79 112
Mar 2 - 97 91 100 93 91 79 39 46 79 111
3 - 97 91 93 - 91 62 48 22 62 102
1 - 88 96 93 93 84 76 37 44 76 107
Apr 2 - 96 91 93 93 91 77 38 45 77 109
3 - - - 99 93 - 32 50 -10 32 74
1 - 88 93 99 93 96 78 38 46 78 110
Mei 2 - 96 93 93 93 96 78 38 46 78 111
3 - 95 95 98 91 96 79 39 46 79 112
Jun 1 - 91 95 98 91 96 78 39 46 78 111
2 - - 98 98 91 - 48 52 4 48 92
3 - - - 98 91 96 47 52 4 47 91
1 - 91 - 98 91 96 63 49 22 63 103
Jul 2 - 96 96 98 91 96 79 39 47 79 112
3 - 93 93 98 91 96 78 38 46 78 111
1 - 89 83 98 91 96 76 38 44 76 108
Ags 2 - 92 - 98 86 96 62 48 21 62 102
3 - 92 - 98 86 96 62 48 21 62 102
1 - 84 89 98 86 96 75 37 44 75 107
Sep 2 - 78 88 103 86 96 75 38 43 75 107
3 - 78 85 98 86 - 58 45 20 58 96
1 83 81 91 98 92 96 90 7 84 90 96
Okt 2 95 78 92 98 92 96 92 7 86 92 98
3 95 - 91 98 - 96 63 49 22 63 104
1 86 - 98 98 - 96 63 49 22 63 104
Nov 2 94 - 98 98 - 96 64 50 22 64 106
3 74 91 98 98 - - 60 60 60 60
1 97 92 98 98 - - 64 64 64 64
Des 2 97 95 98 98 - - 65 65 65 65
3 97 96 96 98 - - 64 64 64 64
Keterangan p(x20%) -0,842
p(x80%) 0,8416
300

250

200
Debit (l/Detik)

Basah
Normal
150 Kering
2010
100 2011
2012
2013
50 2014
2015
0
123123123123123123123123123123123123
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep OktNOpDesa
Bulan

Grafik 4.5 Grafik ketersediaan air di Saluran Sekunder Batulawang

120 100
100
80
80
Debit (l/Detik)

Q-
60 60 Intake
40 Q Out
20 40
Efisie
0 nsi
20
-20 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2
-40 JanFebMarAprMeiJun Jul AgsSepOktNopDesa -
Bulan

Grafik 4.6 ketersediaan, pemanfaatan dan effisiensi debit di Saluran Sekunder


Batulawang
Tabel 4.5 Debit Intake Andalan
Daerah Irigasi Saluran Sekunder Kolpoh
Baku Layanan 110 Ha
Bulan Periode Rata- Std. Debit Andalan
2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata Deviasi p(x20%) p(x50%) p(x80%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Jan 1 - 166 149 164 151 140 128 64 75 128 182
2 - 166 149 164 151 140 128 64 75 128 182
3 - 114 164 164 151 151 124 63 71 124 177
Feb 1 - 114 164 164 151 151 124 63 71 124 177
2 - 114 149 164 151 151 122 62 69 122 174
3 - 122 151 177 184 182 136 71 76 136 196
Mar 1 - 125 132 177 184 186 134 71 74 134 194
2 - 125 151 181 184 186 138 72 78 138 198
3 - 125 151 203 - 186 111 90 35 111 187
Apr 1 - 134 161 203 184 186 145 75 82 145 208
2 - 120 149 196 151 149 128 67 71 128 184
3 - - - 209 151 - 60 95 -20 60 140
Mei 1 - 120 149 209 151 164 132 71 72 132 192
2 - 120 149 203 151 164 131 70 73 131 190
3 - 151 164 196 151 164 138 69 79 138 196
Jun 1 - 151 164 140 151 164 128 64 75 128 182
2 - - 149 140 151 - 73 80 6 73 141
3 - - - 140 151 164 76 83 6 76 146
Jul 1 - 151 - 140 151 164 101 79 35 101 167
2 - 151 151 140 151 164 126 62 74 126 179
3 - 150 150 140 151 164 126 62 74 126 178
Ags 1 - 164 164 140 151 164 131 65 76 131 185
2 - 149 - 140 151 164 101 78 35 101 167
3 - 149 - 181 151 164 108 84 37 108 178
Sep 1 - 82 164 140 151 164 117 65 62 117 171
2 - 94 164 181 151 164 126 68 68 126 183
3 - 94 164 140 151 - 92 75 29 92 154
Okt 1 160 82 164 140 134 164 141 31 114 141 167
2 162 94 164 140 134 164 143 27 120 143 166
3 174 - 164 140 - 164 107 84 37 107 177
NOp 1 174 - 180 140 - 164 110 86 37 110 182
2 174 - 164 140 - 164 107 84 -37 107 177
3 180 149 164 140 - - 106 83 36 106 175
Desa 1 162 149 164 140 - 192 135 68 77 135 192
2 162 149 180 140 - - 105 83 36 105 175
3 166 149 164 140 - - 103 80 35 103 171
Keterangan p(x20%) -0,842
p(x80%) 0,8416
Tabel 4.6 Effisiensi Irigasi
Daerah Irigasi Saluran Sekunder Kolpoh
Baku Layanan 110 Ha
Bulan PerHNde Rata- Std. Debit Andalan
2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata DevHas p(x20%) p(x50%) p(x80%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 - 98 89 96 94 97 79 39 46 79 112
Jan 2 - 91 90 96 94 97 78 38 46 78 110
3 - 93 91 96 94 97 78 38 46 78 111
1 - 93 91 96 94 97 78 38 46 78 111
Feb 2 - 96 91 96 94 97 79 39 46 79 112
3 - 96 91 98 94 97 79 39 47 79 112
1 - 96 85 98 94 97 78 39 46 78 111
Mar 2 - 98 93 96 94 94 79 39 47 79 112
3 - 98 93 98 - 94 64 50 22 64 106
1 - 99 87 98 94 89 78 38 45 78 110
Apr 2 - 99 93 98 94 93 79 39 47 79 112
3 - - - 97 94 - 32 49 -10 32 73
1 - 99 86 97 94 93 78 39 46 78 111
Mei 2 - 99 86 91 94 93 77 38 45 77 109
3 - 92 86 93 89 93 76 37 44 76 107
1 - 85 86 97 94 93 76 37 44 76 107
Jun 2 - - 97 97 94 - 48 53 4 48 92
3 - - - 97 94 93 47 52 4 47 91
1 - 95 - 97 94 93 63 49 22 63 105
Jul 2 - 94 94 97 94 93 79 39 46 79 111
3 - 95 95 97 94 93 79 39 46 79 112
1 - 72 93 97 94 93 75 38 43 75 107
Ags 2 - 81 - 97 230 93 84 85 12 84 155
3 - 81 - 75 230 93 80 84 9 80 151
1 - 85 94 97 230 93 100 74 38 100 162
Sep 2 - 80 94 75 89 93 72 36 42 72 102
3 - 80 91 97 89 - 60 47 20 60 99
1 98 85 91 97 94 93 93 4 89 93 97
Okt 2 94 80 91 97 94 93 92 6 86 92 97
3 78 - 91 97 - 93 60 47 21 60 99
1 98 - 89 97 - 93 63 49 22 63 104
Nov 2 98 - 91 97 - 93 63 49 22 63 105
3 84 88 91 97 - - 60 47 21 60 100
1 87 92 91 97 - - 61 48 21 61 101
Des 2 98 89 89 97 - - 62 48 22 62 103
3 98 89 93 97 - - 63 49 22 63 104
Keterangan p(x20%) -0,842
p(x80%) 0,8416
400

350

300
Debit (l/Detik)

250 Basah
Normal
200 Kering
2010
150 2011
2012
100 2013
2014
50
2015
0
123123123123123123123123123123123123
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep OktNOpDesa
Bulan

Grafik 4.7 Grafik ketersediaan air di Saluran Sekunder Kolpoh

140 120
120
100
100
80
80 Q-
Debit (l/Detik)

60 Intake
40 60 Q Out
20
40 Efisie
0
nsi
1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2
-20
JanFebMarAprMeiJun Jul AgsSepOktNopDesa 20
-40
-60 -
Bulan

Grafik 4.8 Ketersediaan, pemanfaatan dan effisiensi debit di Saluran Sekunder


Batulawang
Table 4.7 Debit Intake Andalan
Daerah Irigasi Saluran Sekunder Bunutan
Baku Layanan 110 Ha
Bulan PerHNde Rata- Std. Debit Andalan
2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata DevHas p(x20%) p(x50%) p(x80%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Jan 1 - 67 60 60 67 70 54 27 31 54 77
2 - 43 60 60 67 76 51 27 28 51 74
3 - 47 60 60 67 76 52 27 29 52 74
Feb 1 - 50 60 60 67 76 52 27 29 52 75
2 - 58 60 60 67 76 54 27 31 54 76
3 - 60 60 60 67 76 54 27 31 54 77
Mar 1 - 60 55 60 67 82 54 28 30 54 78
2 - 60 55 60 67 82 54 28 30 54 78
3 - 60 55 60 - 82 43 34 14 43 72
Apr 1 - 62 65 60 67 82 56 29 32 56 80
2 - 64 55 60 67 55 50 25 29 50 71
3 - - - 60 67 - 21 33 -6 21 49
Mei 1 - 64 65 60 67 92 58 31 32 58 84
2 - 64 65 52 67 92 57 31 31 57 83
3 - 62 60 45 67 92 54 31 29 54 80
Jun 1 - 59 60 70 72 92 59 31 33 59 85
2 - - 65 70 72 - 35 38 3 35 66
3 - - - 70 72 92 39 43 2 39 76
Jul 1 - 59 - 70 72 92 49 39 16 49 82
2 - 58 58 70 72 92 58 31 32 58 85
3 - 58 58 70 72 92 58 31 32 58 85
Ags 1 - 55 53 70 72 92 57 31 31 57 83
2 - 67 - 70 72 92 50 40 17 50 84
3 - 67 - 42 72 92 46 39 13 46 78
Sep 1 - 45 55 70 70 92 55 31 29 55 82
2 - 42 55 42 70 92 50 31 24 50 76
3 - 42 55 70 70 - 40 32 12 40 67
Okt 1 60 45 55 70 65 92 65 16 51 65 78
2 60 42 55 70 65 92 64 17 50 64 78
3 82 - 55 70 - 92 50 41 16 50 84
NOp 1 82 - 60 70 - 92 51 41 16 51 85
2 82 - 58 70 - 92 50 41 -16 50 85
3 85 45 58 70 - - 43 36 13 43 73
Desa 1 62 60 58 70 - 102 59 33 31 59 86
2 65 60 60 70 - - 43 33 15 43 70
3 67 60 60 70 - - 43 33 15 43 71
Keterangan p(x20%) -0,842
p(x80%) 0,8416
Tabel 4.8 Effisiensi Irigasi
Daerah Irigasi Saluran Sekunder Bunutan
Baku Layanan 110 Ha
Bulan Periode Rata- Std. Debit Andalan
2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata DevHas p(x20%) p(x50%) p(x80%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 - 94 83 96 96 87 76 38 44 76 108
Jan 2 - 95 83 82 96 96 75 37 44 75 107
3 - 100 83 82 96 96 76 38 44 76 108
1 - 94 83 82 96 96 75 37 44 75 107
Feb 2 - 97 88 18 96 96 66 44 28 66 103
3 - 93 88 88 96 96 77 38 45 77 109
1 - 97 87 88 96 89 76 37 45 76 108
Mar 2 - 97 89 83 96 89 76 37 44 76 107
3 - 97 89 83 - 89 60 46 21 60 99
1 - 100 86 83 96 84 75 37 43 75 106
Apr 2 - 97 89 83 96 89 76 37 44 76 107
3 - - - 83 96 - 30 46 -9 30 69
1 - 97 78 83 96 90 74 37 43 74 105
Mei 2 - 97 78 90 96 90 75 37 44 75 107
3 - 95 77 98 96 90 76 38 44 76 108
1 - 85 77 87 89 90 71 35 42 71 101
Jun 2 - - 89 87 89 - 44 48 3 44 85
3 - - - 87 89 90 44 49 3 44 85
1 - 85 - 87 89 90 58 45 20 58 97
Jul 2 - 86 86 87 89 90 73 36 43 73 103
3 - 86 86 87 89 90 73 36 43 73 103
1 - 82 92 87 89 90 73 36 43 73 104
Ags 2 - 76 - 87 85 90 56 44 19 56 93
3 - 76 - 145 81 90 65 56 18 65 113
1 - 80 89 87 83 90 72 35 42 72 101
Sep 2 - 74 89 145 83 90 80 47 41 80 119
3 - 74 89 87 83 - 55 43 19 55 92
1 98 80 89 87 85 90 88 6 83 88 93
Okt 2 100 74 89 87 85 90 87 9 80 87 95
3 90 - 89 87 - 90 59 46 21 59 98
1 90 - 90 87 - 90 60 46 21 60 98
Nov 2 90 - 84 87 - 90 59 46 20 59 97
3 71 87 84 87 - - 55 43 19 55 91
1 95 83 84 87 - - 58 45 20 58 97
Des 2 98 98 88 87 - - 62 48 21 62 103
3 131 83 82 87 - - 64 53 19 64 108
Keterangan p(x20%) -0,842
p(x80%) 0,8416
180
160
140
Debit (l/Detik)

120
Basah
100 Normal
80 Kering
60 2010
2011
40 2012
20 2013
2014
0
123123123123123123123123123123123123
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep OktNOpDesa
Bulan

Grafik 4.9 Grafik ketersediaan air di Saluran Sekunder Bunutan

60 100
50 90
80
40
70
Debit (l/Detik)

Q-
30 60 Intake
20 50 Q Out
10 40
30 Efisie
0 nsi
123123123123123123123123123123123123 20
-10 10
JanFebMarAprMeiJun Jul AgsSepOktNopDesa
-20 -
Bulan

Grafik 4.10 Ketersediaan, pemanfaatan dan effisiensi debit di Saluran Sekunder


Bunutan
Pada grafik di atas menunjukkan hasil intepretasi ketersediaan air, grafik 4.5
menunjukkan nilai debit intake pada saluran sekunder batulawang. Grafik 4.6 yang
ditampilkan merupakan hasil intepretasi dari nilai efisiensi saluran Batulawang. Dari
intepretasi tersebut dapat diketahui bahwa nilai efisiensi saluran sekunder Batulawang
berkisar antara 80%. Nilai dari intake saluran ini berkisar pada nilai 70 sedangkan
pada outputnya mengalami fluktuasi nilainya antara 80 sampai 20. Dari grafik
tersebut ada beberapa nilai yang memiliki nilai nol bahkan minus, hal ini dikarenakan
sumber datanya yang kurang akurat atau rusak.
Pada grafik 4.7 dan grafik 4.8 menunjukkan tentang intake saluran Kolpoh
dan efisiensi saluran Kolpoh. Dari hasil grafik tersebut nilai efisiensi dari saluran ini
berkisar pada nilai 70%. Nilai dari efisiensi saluran ini menurun pada bulan-bulan
akhir yaitu pada kisaran 40%. Hal ini bisa jadi disebabkan karena sumber data yang
rusak. Karena memang banyak dari data pada bulan november dasn desember yang
hilang. Kemungkinan nilai dari efisiensi saluran ini berkisar pada 70%.
Grafik menunjukan intepretasi yang sama dengan data yang berbeda. Data
pada grafik 4.9 dan grafik 4.10 merupakan data dari saluran sekunder bunutan. Nilai
dari data tersebut beberapa juga mengalami kerusakan seperti pada data ke-2 saluran
sebelumnya. Pada intepretasi tersebut menunjukkan bahwa saluran ini menunjukkan
nilai 75%. Ada satu nilai pada periode 2 di bulan november yang memiliki nilai
minus. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa hal ini dikarenakan sumber data
pada bulan-bulan terakhir mengalami kerusakan.
BAB. 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Saluran Sekunder Batulawang, Kolpoh, dan Bunutan termasuk iklim tipe E


(menurut iklim Oldeman) yakni hanya mungkinsatu kali polowijo, itu pun tergantung
dengan adanya hujan;

2. Sesuai dengan kondisi 3 saluran sekunder yang ada, beberapa dari komponen
sadap tidak memenuhi persyaratan, semisal terdapat beberapa sadap tanpa bangun
ukur (B. BU. 1 B. BU. 3, B. K. 4, B. TL. 7 B. TL. 11);

3. Jenis tanah pada Saluran Sekunder Batulawang, Kolpoh, dan Bunutan yaitu
regosol yang mempunyai kandungan pasir sebanyak 60% dan teksturnya merupakan
sama rasa;

4. Jaringan irigasi pada Saluran Sekunder Batulawang, Kolpoh, dan Bunutan bisa
dikatakan kurang baik, karena masih ada beberapa bangunan jaringan irigasi yang
kurang terawat dan masih ada beberapa sadap yang sudah tidak ada pintunya.

5.2 Saran
Pada Saluran irigasi sebaiknya lebih diperhatikan dari segi kondisi saluran
karena pada beberapa saluran sekunder Batulawang, Kolpoh, dan Bunutan ditemui
beberapa kerusakan. Perbaikan dan perawatan diperlukan agar kebutuhan air dapat
tercukupi di setiap petaknya dengan baik sehingga infrastuktur yang telah dibangun
dapat berumur sesuai dengan tingkat kualitas bangunannya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Sistem. http://id.wikipedia.org [diakses 20 Desember 2014].

FAO. 1987. Irrigation and water resources potential for Africa. AGL/Misc/11/87.
Rome. Kertasapoetra, A.G., Muyani, M.S., dan Pollein, E. 1990. Teknologi
Pengairan Pertanian (Irigasi). Jakarta: Bumi Aksara.

Hanafiah, Ali Kemas. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Peraturan Pemerintah Replubik Indonesia No.20 Tahun 2006.Tentang Irigasi.
Soemarto, C.D. 1986. Hidrologi Teknik Edisi 1. Surabaya: Usaha Nasional
Sosrodarsono, S dan Takeda, K. 1978. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya
Paramita
Suhardjono. 1994. Kebutuhan Air Tanaman. Malang: Institut Teknologi Nasional
Suroso. 2008. Sistem Irigasi. surososipil.files.wordpress.com/ [diakses 20 Desember
2014].

Anda mungkin juga menyukai