Anda di halaman 1dari 23

BAB II

LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Irigasi

Irigasi merupakan suatu proses untuk mengalirkan air dari suatu sumber air

ke sistem pertanian. Secara garis besar irigasi adalah usaha pemenuhan kebutuhan

air bagi tanaman agar tumbuh optimal (Nugroho, 2018). Irigasi dapat berasal dari

beberapa sumber, yaitu air permukaan dan air tanah ataupun teknologi yang

digunaan untuk mengalirkan air, seperti irigasi pompa. Fungsi utama irigasi adalah

untuk menambah air untuk memasok kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman

juga untuk menjamin ketersediaan air.

Sedangkan menurut Peraturan Menteri PUPR No.17/PRT/M/2015, Irigasi

adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk membantu

kelancaran bidang usaha pertanian. Jenis irigasi meliputi irigasi permukaan, irigasi

rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.

Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan

untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian,

pemberian dan penggunaannya. Jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan

jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran

sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang
berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari

suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi (Prasetio, 2021).

2. Sistem Irigasi

Sistem irigasi merupakan kumpulan beberapa komponen yang tersusun

menjadi satu dalam upaya: penyediaan, pembagian, pengelolaan, dan pengaturan

air irigasi dalam rangka menunjang peningkatan produktivitas pertanian. Sistem

irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan

pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia (Nugraha, 2021).

Sistem irigasi menurut Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 2006 tentang

Irigasi adalah prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagan

pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia. Jadi, sistem irigasi dapat diartikan

sebagai satu kesatuan yang tersusun dari berbagai komponen, menyangkut upaya

penyediaan, pembagian, pengelolaan, dan pengaturan air dalam rangka

meningkatkan produksi pertanian.

3. Operasi dan Jaringan Irigasi

Menurut Nugroho (2018), Operasi jaringan irigasi adalah kegiatan

pengaturan air dan jaringan irigasi yang meliputi penyediaan, pembagian,

penggunaan, dan pembuangannya, termasuk usaha maempertahankan kondisi

jaringan irigasi agar tetap berfungsi dengan baik. Tujuan dari operasi jaringan

irigasi adalah untuk membantu masyarakat pedesaan dalam melakukan


pengembangan irigasi desa dengan pendekatan partisipatif, serta pemberdayaan

masyarakan melalui perkumpulan petani pemakai air.

Sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR No. 12/PRT/M/2015 tentang

Pedoman Operasi dan Ekploitasi Jaringan Irigasi, operasi jaringan irigasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, merupakan upaya pengaturan air

irigasi dan pembuangannya. Tahapan kegiatan operasi jaringan irigasi adalah

perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kegiatan monitoring dan

evaluasi meliputi monitoring pelaksanaan operasi, kalibrasi alat ukur dan

monitoring kinerja daerah irigasi.

Eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi adalah serangkaian upaya

pengaturan air irigasi termasuk pembuangannya dan upaya menjaga serta

mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik.

Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna

mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula.

4. Evaluasi Kinerja

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, evaluasi adalah proses penilaian

yang sistematis mencakup pemberian nilai, apresiasi, serta pemberian solusi-solusi

atas permasalahan yang ditemukan. Kinerja sistem irigasi dapat diartikan sebagai

suatu pencapaian kemampuan kerja dari unsur-unsur pembentuk sistem irigasi.

Jadi evaluasi kinerja sistem irigasi dapat diartikan penilaian capaian kemampuan

kerja dari komponen pembentuk sistem irigasi.


5. Penilaian Kinerja Sistem Irigasi

Menurut Yekti (2020), nilai kinerja sistem irigasi adalah suatu nilai yang

menggambarkan tingkat capaian yang hendak dicapai suatu sistem irigasi. Dalam

teori evaluasi kinerja, nilai kinerja merupakan salah satu penilaian kinerja sistem

irigasi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Nilai kinerja yang baik sangat

dibutuhkan dalam penilaian kinerja sistem irigasi untuk menjaga kelestarian dan

dapat memberikan layanan irigasi secara optimal.

Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR No. 12/PRT/M/2015 tentang

Pedoman Operasi dan Ekploitasi Jaringan Irigasi, evaluasi kinerja jaringan irigasi

dilakukan setiap tahun sesuai dengan daerah irigasi (DI) kewenangannya. Evaluasi

dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kinerja sistem irigasi. Adapun komponen-

komponen yang dinilai kinerjanya adalah seperti yang akan dijelaskan dalam

uraian berikut :

a. Kondisi Prasarana Fisik

Prasarana fisik jaringan irigasi diperlukan untuk mengalirkan air dari

sumber air (bendung, waduk, sungai) ke lahan-lahan yang memerlukan air atau

area layanan irigasi. Sesuai dengan Permen PUPR No 12/PRT/M/2015 tentang

Pedoman Operasi dan Ekploitasi Jaringan Irigasi, prasarana fisik jaringan

irigasi terdiri dari bangunan utama, saluran pembawa, bangunan pengatur, dan

bangunan pelengkap. Dijelaskan dalam uraian berikut.


1) Bangunan Utama

Menurut (Standar Perencanaan Irigasi KP-01, 2010) bangunan utama

(head works) dapat didefinisikan sebagai komplek bangunan yang

direncanakan di dan sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan

air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi.

Bangunan utama bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan,

serta mengukur banyaknya air yang masuk. Bagian-bagian bangunan utama

terdiri dari :

a) Bangunan Bendung

Bangunan bendung adalah bagian dari bangunan utama yang dibangun

di dalam air. Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan

dibelokkannya air sungai ke jaringan irigasi, dengan jalan menaikkan

muka air di sungai.

b) Bangunan Pengambilan

Pengambilan adalah sebuah bangunan berupa pintu air. Air irigasi

dibelokkan dari sungai melalui bangunan ini. Pertimbangan utama

dalam merencanakan sebuah bangunan pengambilan adalah debit

rencana pengelakan sedimen.

c) Bangunan Pembilas

Bangunan pembilas adalah bangunan yang berfungsi untuk mencegah

masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan saluran irigasi


d) Kantong Lumpur

Bangunan kantong lumpur adalah bangunan yang berfungsi untuk

mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari fraksi pasir

halus tetapi masih termasuk pasir halus dengan diameter butir berukuran

0,088 mm.

e) Perkuatan Sungai

Pembuatan bangunan perkuatan sungai khusus di sekitar bangunan utama

untuk menjaga agar bangunan tetap berfungsi dengan baik, terdiri dari :

1) Bangunan perkuatan sungai guna melindungi bangunan terhadap

kerusakan akibat penggerusan dan sedimentasi. Pekerjaan-pekerjaan

ini umumnya berupa krib, matras batu, pasangan batu kosong dan/atau

dinding pengarah.

2) Tanggul banjir untuk melindungi lahan yang berdekatan terhadap

genangan akibat banjir.

3) Saringan bongkah untuk melindungi pengambilan atau pembilas, agar

bongkah tidak menyumbat bangunan selama terjadi banjir.

4) Tanggul penutup untuk menutup bagian sungai lama atau, bila

bangunan bendung dibuat di kopur, untuk mengelakkan sungai melalui

bangunan tersebut.
f) Bangunan-bangunan Pelengkap

Bangunan-bangunan atau perlengkapan yang akan ditambahkan ke

bangunan utama untuk keperluan :

1) Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran.

2) Rumah untuk operasi pintu.

3) Peralatan komunikasi, tempat teduh serta perumahan untuk tenaga

operasional, gudang dan ruang kerja untuk kegiatan operasional dan

pemeliharaan; d. Jembatan di atas bendung, agar seluruh bagian

bangunan utama mudah di jangkau, atau agar bagian-bagian itu

terbuka untuk umum.

4) Instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi

ekonomi serta kemungkinan hidrolik. Instalasi ini bisa dibangun di

dalam bangunan bendung atau di ujung kantong lumpur atau di awal

saluran.

5) Bangunan tangga ikan (fish ladder) diperlukan pada lokasi yang

senyatanya perlu dijaga keseimbangan lingkungannya sehingga

kehidupan biota tidak terganggu. Pada lokasi diluar pertimbangan

tersebut tidak diperlukan tangga ikan.

Gambar denah bangunan utama ditunjukkan pada Gambar 2.1 dan Gambar

2.2 dibawah ini.


Gambar 2.1 Denah Bangunan Utama dan Bendung (KP-01 Perencanaan, 2010)

Gambar 2.2 Potongan Memanjang Bangunan Utama dan Bendung (KP-02 Bendung,
2010)
2) Saluran Pembawa

Saluran pembawa berfungsi mengalirkan air dari sumber air menuju

petak sawah, meliputi:

a) Saluran primer yaitu saluran yang membawa air dari bangunan

pengambilan sampai bangunan pengatur pertama (bangunan bagi atau

bagi sadap atau sadap). Saluran ini biasanya dinamakan sesuai dengan

daerah irigasi yang dilayani.

b) Saluran sekunder yaitu saluran yang membawa air dari bangunan

pengatur pertama sampai bangunan pengatur terakhir. Saluran ini

biasanya dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak

sekunder tersebut.

c) Saluran tersier yaitu saluran yang membawa air dari bangunan sadap

menuju petak tersier.

d) Saluran kuarter yaitu saluran yang membawa air dari boks tersier ke

boks kuarter.

Gambar tipe-tipe dan potongan melintang saluran pembawa

ditunjukkan pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4 berikut ini:


Gambar 2.3 Tipe-Tipe Potongan Melintang Saluran Irigasi (KP-03 Saluran, 2010)

Gambar 2.3 Potongan Melintang Saluran Irigasi (KP-03 Saluran, 2010)

3) Bangunan Pelengkap

Dalam saluran terbuka, ada berbagai bangunan yang digunakan untuk

membawa air dari satu ruas hulu ke ruas hilir. Bangunanbangunan ini bisa

dibagi menjadi dua kelompok sesuai jenis aliran hidrolisnya, yaitu : (i)
Bangunan-bangunan dengan aliran subkritis, dan (ii) Bangunan-bangunan

dengan aliran superkritis. Contoh untuk kelompok bangunan pertama

adalah gorong-gorong, flum, talang, dan 19 sipon. Contoh untuk kelompok

kedua adalah bangunan-bangunan pengukur dan pengatur debit, bangunan

terjun serta got miring (Anonim KP 04, 2010).

Pada jaringan irigasi terdapat bangunan-bangunan pelengkap yang

terdiri dari tanggul-tanggul untuk melindungi daerah irigasi dari banjir,

kisi-sisi penyaring untuk menyegah tersumbatnya bangunan (pada

sipon/gorong-gorong), jembatan dan jalan penghubung dari desa untuk

keperluan penduduk. Selain bangunan utama dan pelengkap terdapat

bangunan pengontrol yang terdiri dari bangunan bagi sadap, bangunan

terjun, talang, got miring, sipon, peninggi muka air, bangunan pembuang

dan jalan inspeksi.

b. Sarana Penunjang Operasi dan Pemeliharaan (O&P)

Sarana penunjang operasi dan pemeliharaan adalah peralatanperalatan

yang digunakan untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan, meliputi :

1) Peralatan Operasi dan Pemeliharaan

Peralatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi meliputi alat dasar untuk

pemeliharaan rutin (cangkul, sabit dll), perlengkapan operasi (sepatu boot,

lampu senter dll) serta peralatan berat untuk membersihkan lumpur dan

memelihara tanggul (backhoe, bulldozer dll).


2) Alat Transportasi

Alat transportasi meliputi perlengkapan transportasi kegiatan operasi dan

pemeliharaan (sepeda, sepeda motor) untuk petugas pengairan.

3) Alat-alat Kantor pelaksana Operasi dan Pemeliharaan

Alat-alat kantor pelaksana operasi dan pemeliharaan irigasi meliputi jumlah

dan kondisi perabot alat-alat kantor (meja, kursi, almari arsip, rak arsip, dll)

untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan.

4) Alat Komunikasi

Alat komunikasi meliputi peralatan komunikasi (telepon, radio talky walky)

di kantor balai, perwakilan balai, dan juru/mantri untuk kegiatan operasi dan

pemeliharaan jaringan irigasi.

c. Produktivitas Tanam

Produksi tanaman adalah kesimpulan dari banyak kegiatan siklus hidup

tanaman. Setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan tanaman berdampak

pada prduksi.

Produktifitas tanam dipengaruhi oleh kondisi-kondisi seperti berikut

ini :

1) Faktor K
Faktor pemenuhan kebutuhan air atau faktor K adalah perbadingan debit air

yang tersedia untuk irigasi dengan kebutuhan air untuk keperluan irigasi.

Kinerja sistem irigasi yang baik adalah bila bisa memenuhi kebutuhan air,

dengan kata lain faktor K = 1.

2) Indeks Pertanaman

persentase realisasi luas tanam dalam satu tahun atau tiga kali musim tanam

dengan luas baku lahan yang ditanami.

3) Produktivitas Tanam

Produktivitas adalah jumlah hasil panen yang didapat dalam satu musim tanam

dibandingkan dengan luas lahan yang ditanami.

d. Organisasi Personalia
Tabel 1. Kebutuhan Tenaga Pelaksana O&P
NO Jabatan Kebutuhan
Kepala 1 orang + 5 staff per 5000-7500 Ha
1 ranting/pengamat/UPTD/cabang
dinas/korwil
2 Juru/Mantri Pengarian 1 orang per 750 - 1500 Ha
3 Petugas Operasi bendung 1 orang per bendung
4 Petugas Pintu Air 1 orang per 3-5 bangunan sadap dan
bangunan bagi pada saluran ebrjarak 2-3
km atau daerah layanan 150-500 Ha
5 Pekerja/Pekarya Saluran 1 orang per 2-3 km panjang saluran
Penilaian yang terkait organisasi personalia adalah penyusunan

organisasi Operasi dan Pemeliharaan (OP) berdasarkan tugas dan tanggung

jawab, jumlah petugas operasi dan pemeliharaan yang tersedia dan tingkat

pemahaman petugas operasi dan pemeliharaan terhadap tugas dan tanggung


jawabnya. Kodisi organisasi personalia dapat diukur menggunakan kebutuhan

dan kopetensi petugas seperti Tabel 1 dan Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Kompetensi petugas O&P


Pendidika
No Jabatan Kompetensi n Minimal Fasilitas
1 Kepala Mampu Sarjana Mobil pick up,
ranting/pengamat/UPTD/cabang melaksanakan Muda/DIII Rumah dinas,
dinas/korwil tupoksi untuk areal teknik dan alat
irigasi 5000-7500 Sipil komunikasi
(Sumber : Permen PUPR, 2015) Ha
2 Juru/Mantri Pengarian Mampu STM Sepeda motor
melaksanakan Bangunan dan alat
tupoksi untuk areal komunikasi
irigasi 750-1500
Ha
3 Petugas Operasi bendung Mampu ST, SMP Sepeda dan
melaksanakan alat
tupoksi komunikasi
4 Petugas Pintu Air Mampu ST, SMP Sepeda dan
melaksanakan alat
tupoksi komunikasi
5 Pekerja/Pekarya Saluran Mampu SD Sepeda dan
melaksanakan alat
tupoksi komunikasi
(Sumber : Permen PUPR, 2015)

e. Dokumentasi

Dokumentasi tentang daerah irigasi yang menjadi kewenangan

pengelola irigasi sangat diperlukan sebagai arsip data untuk operasi dan

pemeliharaan. Adapaun dokumentasi tersebut meliputi :


1) Buku data daerah irigasi

Buku data daerah irigasi berisi data-data teknis daerah irigasi yang menjadi

kewenangan pengelola irigasi. Data-data teknis tersebut meliputi luas daerah

irigasi, panjang saluran, jumlah bangunan, laporan-laporan hasil

inventarisasi kondisi bangunan dan saluran, dan data-data pencatatan debit.

2) Peta dan gambar-gambar

Peta dan gambar-gambar meliputi peta daerah irigasi, gambargambar

pelaksanaan, gambar skema bangunan dan jaringan irigasi dan skema

pelaksanaan pekerjaan operasi dan pemeliharaan.

f. Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A)

Perkumpulan Petani Pemakai Air yang selanjutnya disingkat P3A

adalah kelembagaan yang ditumbuhkan oleh petani yang mendapat manfaat

secara langsung dari pengelolaan air pada jaringan irigasi, air permukaan,

embung/dam parit dan air tanah.

(P3A) merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan daerah

irigasi, karena P3A tersebut yang akan memanfaatkan secara langsung.

Adapaun kondisi P3A yang dinilai adalah sebagai berikut :

1) Kondisi status badan hukum Perkumpulan Petani Pemakai Air

(P3A)/Gabungan Petani Pemakai Air (GP3A)/Induk Perkumpulan Petani


Pemakai Air (IP3A). Status badan hukum meliputi prosentase proses

pengajuan dan kelengkapan P3A/GP3A/IP3A yang belum berbadan hukum.

2) Kondisi kelembagaan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air

(P3A/GP3A/IP3A) Kondisi kelembagaan meliputi prosentase kondisi

kelembagaan P3A/GP3A/IP3A ditinjau dari Anggaran Dasar

(AD)/Anggaran Rumah Tangga (ART), termasuk kriteria status berkembang,

sedang berkembang atau belum berkembang.

3) Rapat Ulu-ulu/P3A desa/GP3A dengan pengamat/ranting Frekuensi Rapat

GP3A/P3A dengan ranting/pengamat/UPTD meliputi prosentase frekuensi

pertemuan dan keaktifan anggota antara GP3A / Ulu-ulu P3A Desa dengan

pengamat/ranting.

4) Keikutsertaan P3A

Keikutsertaan P3A meulai dari :

a) Proses perencanaan (penelusuran jaringan irigasi, perencanaan pola tata

tanam dan alokasi air dll).

b) Pelaksanaan pekerjaan (perbaikan jaringan irigasi dan penanganan

bencana alam).

c) Pengawasan pekerjaan.

d) Monitoring dan evaluasi.

6. Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi


Sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR No 12/PRT/M/2015 penilaian

kinerja jaringan irigasi dilakukan dengan menilai 6 (enam) aspek kinerja yaitu :

1. Aspek Prasarana Fisik

2. Aspek Produktivitas Tanam

3. Aspek Sarana Penunjang

4. Aspek Organisasi Personalia

5. Aspek Dokumentasi

6. Aspek Perkumpulan Petani Pengguna Air

Setiap aspek penilaian memiliki bobot masing-masing yang telah ditentukan

pada lampiran peraturan tersebut. Bobot penilaian atau indek kondisi maksimum

untuk masing-masing aspek adalah seperti pada Tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Bobot Penilaian Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi

ASPEK Indeks Kondisi


Maksimum (%)
JUMLAH 100
1. Aspek Prasarana Fisik 45
a. Bangunan Utama 13
b. Saluran pembawa 10
c. Bangunan pada saluran pembawa 9
d. Saluran pembuang dan bangunanya 4
e. jalan masuk/inspeksi 4
f. Kantor, perumahan dan gudang 5
2. Aspek Produktivitas Tanam 15
a. Pemenuhan kebutuhan air ( faktor K) 9
b. Realisasi luas tanam 4
c. Produktivitas padi 2
3. Aspek Sarana Penunjang OP 10
a. Peralatan OP 4
ASPEK Indeks Kondisi
Maksimum (%)
b. Transportasi 2
c. Alat-alat kantor OP 2
d. Alat komunikasi 2
4. Aspek Organisasi Personalia 15
a. Organisasi OP telah disusun dengan batasan batasan
tanggung jawab dan tugas yang jelas 5
tanggung jawab yang jelas
b. Personalia 10
5. Aspek Dokumentasi 5
a. Buku dan Daerah Irigasi (DI) 2
b. Peta dan Gamba-gambar 3
6. Aspek Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) 10
a. GP3A/IP3A sudah berbadan hukum 1.5
b. Kondisi kelembagaan GP3A/IP3A 0.5
c. Rapat ulu-ulu/P3A Desa/GP3A/IP3A dengan 2
Ranting/Pengamat/UPTD
d. GP3A/IP3A aktif mengikuti survei/penelusuran
jaringan 2
e. Partisipasi anggota GP3A/IP3A dalam perbaikan
jaringan 1
dan penanganan bencana alam
f. uran GP3A/IP3A untuk partisipasi perbaikan
jaringan utama 2
g. Partisipasi GP3A/IP3A dalam perencanaan tata
tanam dan 1
pengalokasian air
(Sumber : Permen PUPR, 2015)

7. Kategori Kinerja

Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR No 12/PRT/M/2015 maka penilaian

Indeks Kinerja Sistem Irigasi merupakan penjumlahan dari nilai tiap tiap

parameter/aspek dari hasil perhitungan kinerja irigasi.


Penjumlahan indeks kondisi yang ada adalah Indeks Kondisi Jaringan Irigasi

total. Rehabilitasi irigasi perlu dilakukan pada saat Indeks Kondisi Jaringan Irigasi

< 60%, sedang diatas nilai itu dilakukan pemeliharaan dengan klasifikasi sebagai

berikut:

a. Indeks Kondisi Jaringan Irigasi > 90%, dilakukan pemeliharaan rutin.

b. Indeks Kondisi Jaringan Irigasi 80-90%, dilakukan pemeliharaan berkala.

c. Indeks Kondisi Jaringan Irigasi 60-80%, dilakukan pemeliharaan khusus lebih

dikenal dengan SM (Spesial Maintenance).

Evaluasi ini dilaksanakan setiap tahun, berdasarkan hasil penilaian kinerja

sistem irigasi dihasilkan Indeks Kinerja Sistem Irigasi (IKSI) dan kriteria kondisi

prasarana fisik jaringan irigasi dengan nilai yang ditampilkan pada Tabel.4 dan

Tabel .5 berikut.

Tabel 4. Kategori Indek Kinerja Sistem Irigasi (IKSI)


No Presentase Kategori
1 80 - 100 Kinerja Sangat Baik
2 70 - 79 Kinerja Baik
3 55 - 69 Kinerja Kurang Perlu Perhatian
4 < 55 Kinerja Jelek Perlu Perhatian Intensif
(Sumber : Permen PUPR, 2015)

Tabel 5. Kriteria Kondisi Prasarana Fisik Jaringan Irigasi


N Tingkat Kondisi Prasarana
Kegiatan
o Kerusakan Fisik
1 < 10% Baik Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan yang
2 10 % - 20 % Rusak Ringan bersifat perawatan
Pemeliharaan yang
3 21 % - 40 % Rusak Sedang bersifat perawatan
Perbaikan berat atau
4 > 40% Rusak Berat penggantian
(Sumber : Permen PUPR, 2015)
Untuk menilai kondisi pada masing-masing aspek jaringan irigasi

menggunakan acuan kriteria penilaian kinerja jaringan irigasi yang dikeluarkan

oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dapat dilihat pada

lampiran.

B. Tinjauan Pustaka

Penelitian dengan judul “evaluasi kinerja di colo barat kabupaten sukoharjo”.

Nugraha dkk pada tahun 2022 melakukan penelitian terkait evaluasi kinerja jaringan

irigasi di colo barat kabupaten sukoharjo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui kondisi jaringan irigasi DI Colo Barat, mengetahui presentase kinerja

sistem irigasi pada tiap komponennya, dan mengetahui kinerja sistem irigasi DI Colo

Barat berdasarkan Permen PUPR No. 12/PRT/M/2015. Metode penelitian yang

digunakan yaitu dengan melakukan pengamatan dan observasi secara langsung di

lapangan pada jaringan irigasi DI Colo Barat serta melakukan analisis data sekunder.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja sistem irigasi di Colo Barat dinilai

baik dengan nilai kategori kinerja sebesar 75,72%. Evaluasi dilakukan berdasarkan

beberapa komponen seperti prasarana fisik, produktivitas tanam, sarana penunjang

OP, organisasi personalia, dokumentasi, dan GP3A/IP3A. Kerusakan yang terjadi

masih dalam batas wajar dan tidak berpengaruh pada kinerja sistem irigasi. Diagram

kondisi saluran pembawa, jalan inspeksi, bangunan pengatur, dan bangunan


pelengkap DI Colo Barat menunjukkan kondisi baik dan rusak ringan. Penilaian

prasarana fisik dan jaringan utama non fisik juga menunjukkan kondisi yang baik.

Penelitian dengan judul “ evaluasi penilaian kinerja sistem irigasi sungkur

kanan kabupaten ponorogo provinsi jawa timur”. Qomarudin noviyanto pada tahun

2022 melakukan penelitian dengan judul evaluasi penilaian kinerja sistem irigasi

sungkur kanan kabupaten ponorogo provinsi jawa timur. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengevaluasi kinerja sistem irigasi Sungkur Kanan di Kabupaten

Ponorogo, Jawa Timur berdasarkan PERMEN PUPR No. 12/PRT/M/2015, serta

untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi seperti kebocoran air, kerusakan pintu,

talud longsor, dan sedimentasi. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk

menyarankan perbaikan yang diperlukan dalam aspek prasarana fisik, produktivitas

tanam, sarana penunjang, organisasi personalia, dokumentasi, dan perkumpulan

petani pemakai air guna meningkatkan kinerja sistem irigasi. . Metode yang

digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui

penelusuran dan wawancara yang kemudian dianalisis berdasarkan Permen PUPR

No.12/PRT/M/2015. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja sistem

irigasi Sungkur Kanan di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur dinilai kurang dan

memerlukan perhatian lebih. Evaluasi dilakukan berdasarkan 6 aspek parameter yang

dimonitor dan dievaluasi, dengan beberapa masalah yang dihadapi seperti kebocoran

air, kerusakan pintu, talud longsor, dan sedimentasi. Kategori kinerja sistem irigasi

tersebut perlu ditingkatkan melalui perbaikan aspek prasarana fisik, produktivitas

tanam, sarana penunjang, organisasi personalia, dokumentasi, dan perkumpulan


petani pemakai air. Selain itu, penggunaan metode System of Rice Intensification

(SRI) juga diusulkan untuk meningkatkan produktivitas padi. Perawatan rutin,

pengadaan sarana penunjang, peningkatan kualitas personalia, dan pengadaan

dokumentasi yang lengkap juga diperlukan untuk optimalisasi kinerja sistem irigasi

Sungkur Kanan.

Penelitian dengan judul “evaluasi kinerja sistem irigasi berdasarkan permen

pupr no.12/prt/m/2015 (studi kasus: daerah irigasi tukad ayung, mambal, kabupaten

badung). Yekti dkk pada tahun 2020 melakukan penelitian terkait evaluasi kinerja

sistem irigasi berdasarkan permen pupr no.12/prt/m/2015. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk melakukan evaluasi kinerja sistem irigasi di Daerah Irigasi Tukad

Ayung, Mambal, Kabupaten Badung, berdasarkan Permen PUPR

No.12/PRT/M/2015. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui nilai kinerja sistem irigasi

utama dan tersier, serta untuk mengidentifikasi strategi penanganan yang diperlukan

untuk meningkatkan kinerja sistem irigasi tersebut. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui

wawancara dan observasi, serta penyusunan kuisioner untuk mengumpulkan data dari

responden yang dipilih secara purposive sampling.Penelitian ini menyimpulkan

bahwa evaluasi kinerja sistem irigasi di Daerah Irigasi Tukad Ayung, Mambal,

Kabupaten Badung, berdasarkan Permen PUPR No.12/PRT/M/2015 menunjukkan

kategori baik secara umum. Meskipun demikian, terdapat beberapa aspek yang perlu

diperbaiki, terutama pada aspek bangunan saluran pembawa yang masih di bawah
standar. Penanganan yang diperlukan adalah pemeliharaan rutin dan berkala, seperti

membersihkan saluran dan bangunan irigasi serta perbaikan saluran irigasi.

Anda mungkin juga menyukai