LAPORAN
diajukan guna memenuhi tugas Matakuliah Irigasi
Oleh
TEP A
BAB 1. PEMBAHASAN
adaempat unsure pokok dari bangunan irigasi yaitu : bangunan utama, jaringan
aka nada inovasi baru yangakan membawa perubahan yang lebih baik dalam
hal kegiataj keirigasian tersebut.
1.3. Tujuan
Tujuan kajian Potensi Dan Kondisi Saluran Sekunder Bunutan, Kolpoh,
Kolpoh,
dan Batulawang, sebagai berikut :
Batulawang.
1.4. Manfaat
Manfaat kajian Potensi Dan Kondisi Saluran Bunutan, Kolpoh, dan
Batulawang. dibagi menjadi dua fokus yaitu yang pertama bagi pengelola irigasi
dan petani dan yang kedua untuk ilmu teknik pertanian yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Pengelola Irigasi dan Petani
2.1 Air Irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi
untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi
rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak (PP No 20 tahun
2006). Berdasarkan PP No. 20 tahun 2006 bahwa irigasi merupakan sumber
utama yang sangat penting sebagai salah satu usaha peningkatan produktivitas
pertanian karena melalui irigasi kebutuhan air untuk pertanian diatur. Dalam
peningkatan produksi pangan, irigasi mempunyai peranan penting untuk
menyediakan air bagi tanaman dan memudahkan pengolahan tanah.
2.2 Saluran Irigasi
Saluran irigasi di daerah irigasi teknis dibedakan menjadi saluran irigasi
pembawa dan saluran pembuang. Ditinjau dari jenis dan fungsinya saluran
s aluran irigasi
berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih. Bangunan sadap
merupakan banguan penyadap tersier yang mengalirkan air dari saluran primer
atau sekunder ke tersier penerima. Bangunan bagi sadap merupakan gabungan
antara bangunan bagi dan bangunan
bangunan sadap. Simbol bangunan sadap, bagi-sadap,
dan bagi pada skema bangunan dapat dilihat seperti pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Simbol Bangunan Pengatur
Simbol Jenis Bangunan Simbol Jenis Bangunan
Bangunan Bagi-
Bangunan Bagi Sadap
Bangunan Sadap
Pintu sorong
Mercu tetap
B 0,90 – 2,00
2,00 Ulir Sama seperti jenis pintu A
B 0,90 - 2,00
2,00 Ulir daun pintu terbuat
dari kayu
C2 0,60 – 0,80
0,80 Ulir
C5 0,30 – 0,50
0,50 Angkat
Angkat
(a) (b)
Gambar 2.3 (a) Gambar Bangunan Talang, (b) Simbol Bangunan
antara laing: penumpu beban (1), sayap (2), plat beton (3), sandaran sayap (4),
sandaran plat beton (5), pipa sandaran (6). Gambar bangunan dan simbol
jembatan pada skema bangunan dapat
dapat dilihat seperti Gambar 2.4.
(a) (b)
Gambar 2.4 (a) Gambar Bangunan Jembatan, (b) Simbol Bangunan
Takik V (Thomson)
(Thomson)
Venturi flume
flume
Aliran bawah (Orifice)
(Orifice) Crump de Gruyter
2.6 Tata Tanam
Rencana Tata Tanam Daerah Irigasi atau disebut Rencana Tata Tanam Global
(RTTDI/RTTG) menggambarkan rencana luas tanam pada suatu Daerah Irigasi,
belum terperinci per petak tersier. Ini penting untuk Komisi Irigasi Kabupaten,
PPTPA dan Dinas Teknis yang membidangi irigasi dalam menentukan rencana
penyediaan air irigasi. Rencana Tata Tanam Rinci atau disebut Rencana Tata
Tanam Detail (RTTR/RTTD), menggambarkan rencana luas tanam pada suatu
Daerah Irigasi dan diperinci per petak tersier. Ini penting untuk pegangan
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A/GP3A/IP3A), untuk mulai kegiatan usaha
tani dan menyusun rencana pembagian air.
Dalam penyusunan Rencana Tata Tanam, bila debit yang tersedia pada
awal pengolahan tanah tidak mencukupi untuk pengolahan tanah serentak, maka
dilakukan rencana golongan. Penggolongan petak-petak tersier dalam tiap
kelompok/golongan berbeda saat dimulainya pengolahan tanah untuk tanaman
padi. Hal ini dimaksudkan agar angka puncak kebutuhan air menjadl lebih kecil
dari pada kalau tidak memakai sistem golongan serta untuk menyesuaikan angka
BAB 3. METODOLOGI
b. GPS
c. camera digital
d. rollmeter
e. ring sampel
f. alat tulis
3.2.2 Bahan
a. peta daerah irigasi Antirogo
b. data tanaman, data hujan, data debit dan data pembagian air
c. sampel tanah tiap petak (BK 1-BK 20, Bendung Sukorejo, Bendung
Muktisari, Bendung Bedadung)
Start
Aplikasi MapInfow,
Digitasi Peta Daerah Irigasi
Google Earth
Rencana Tata
Operasi Jaringan Irigasi Tanam, Rencana
Pembagian Air
Penulisan Laporan
Finish
) 20.50
20.00
C19.50
0
(
u 19.00 Suhu Udara
h 18.50 Rata-Rata
u
S 18.00
17.50
17.00
16.50
r i l s p t p s
n
a
b
e a r
p e n
u u g e k o e
J P M A M J J A S O N D
Bulan
Grafik 4.1 Suhu Udara Rata-rata
) 74.00
%
( 72.00
a
r
a
d 70.00
U
n 68.00
a Kelembapan
b 66.00
a
b Udara Rata-Rata
m
e
64.00
l
e 62.00
K
60.00
n b r r i l s p t p s
a e a p e n
u u g e k o e
J P A J J S O D
M M Bulan A N
90.00
) 80.00
n 70.00
%
(
a
r
60.00
a 50.00
n
i
Lama
y 40.00 Penyinaran
n
e
P 30.00
a 20.00
m
a 10.00
L
0.00
n b r r i l s p t p s
a e a p e n
u u g e k o e
J P M A M J J A S O N D
Bulan
Grafik 4.3 Lama Penyinaran Matahari
Kecepatan
Kecepatan Angin
) 0.80
m
a 0.70
J
/
M 0.60
K
( 0.50
n
i Kecepatan
g 0.40
n Angin
A 0.30
n
a 0.20
t
a
p
e 0.10
c
e 0.00
K
Bulan
Agustus nilai dari suhu turun kisaran 18 C dan empat bulan terakhir
mengalami kenaikan. Nilai suhu paling tertinggi mencapai 20,5 C pada bulan
November. Nilai suhu rata-rata
rata -rata berdasarkan data
dat a tersebut menunujukkan nilai
19,05 C.
(2) Kelembaban udara pada wilayah kajian menunjukkan nilai dengan cakupan
nilai 69% sampai 73%. Pada bulan Mei sampai September memiliki nilai
kelembaban yang rendah, yaitu berada di bawah 70%. Nilai dari kelembaban
udara sangat dipengaruhi oleh lama penyinaran matahari karena pada saat
penyinaran matahari lama maka nilai kelembaban udara akan menjadi rendah.
(3) Kecepatan angin memiliki nilai yang semakin meningkat pada tahun
pertengahan menuju akhir, yaitu bulan Juni sampai Agustus. Pada empat
bulan berikutnya nilai kecepatan angin mengalami penurunan. Nilai
penurunan tidak lebih dari 0,4. Nilai kecepatan angin yang di bawah 0,4
terjadi pada bulan April sampai Mei.
(4) Lama penyinaran pada stasiun klimatologi dinyatakan dalam bbentuk
presentase. Lama penyinaran dapat mengindikasikan musim kemarau dan
juga musim hujan. Apabila musim hujan maka presentase penyinaran
matahari rendah dibandingkan presentase penyinaran matahariu saat kemarau.
Karenanya bulan dengan lama penyinaran yang rendah merupakan bulan
dengan musim hujan yaitu bulan dimulai bulan november dan berakhir bulan
maret. Lama penyinaran mempengaruhi nilai-nilai parameter iklim lain
seperti kelembaban udara dan suhu udara. Apabila musim penghujan maka
nilai penyinaran matahari rendah, suhu udara menjadi rendah, dan
kelembaban udara akan meningkat. Diamati dari stasiun hujan Kolpoh dan
stasiun hujan Glendengan. Data hujan diperoleh dari UPT Prajekan yang
melayani kecamatan Prajekan. Data hujan diamati dari dua stasiun selama 6
tahun. Detail data terdapat pada lampiran 1. Secara singkat, interpretasi dari
data tersebut adalah nilai curah hujan 3 harian (D3) pada DAM Kolpoh
memiliki niali maksimal sebesar 397 mm dan pada DAM Glendengan
memiliki nilai D2 maksimal dengan nilai 403 mm. Jumlah rata-rata bulan
basah dan bulan kering pada DAM kolpoh adalah 3 dan 9. Pada DAM
Tipe iklim ini berarti daerahnya terlalu kering, mungkin hanya ditanami 1 kali
polowijo itupun tergantung dengan adanya hujan.
Gambar 4.2 Peta Jenis Tanah Wilayah Kerja, Peta Kemiringan, dan Peta Akifer
pada wilayah yang memiliki jenis tanah regosol, tanah bertekstur kasar dengan
kadar pasir lebih dari 60%, hanya mempunyai horison penciriochik, histik, atau
sulfurik.
Dalam penentuan karakteristik lahan dilakukan metode hand feeling . Hand
Ukuran
No Bangunan Tekstur Keterangan
(cm)
sama rasa dan 1 sadap bertekstur lekat. Sedangkan pada saluran sekunder Kolpoh
terdapat 3 sadap yang memiliki tekstur sama rasa, 2 bertekstur debu dan 1 sadap
bertekstur lekat.
Sumber air wilayah kajian ini berasal dari DAM masing-masing. Pada
sluran sekunder batulawang air dari kali sempol selanjutnya dialirkan ke sebelas
sadap yang terdapat pada saluran sekunder ini yaitu dari B. TL. 1 sampai sengan
B. TL. 11. Pada saluran sekkunder Kolpoh, air berasal dari kali grujukan yang
dialirkan ke-6 sadap yaitu dimulai dari B.K. 1 sampai B. K. 6. Pada saluran
sekunder Bunutan berasal dari kali grujukan yang diairkan ke tiga sadap yaitu B.
BU. 1 sampai B. BU. 3.
Ketiga saluran tersebut hanya memiliki bangunan sadap tanpa satupun
sluran yang memilki bangunan bagi sadap. Hal ini dikarenakan sumber air dari
ketiga saluran berasal dari kali yang dibendung dan ketiga saluran ini merupakan
saluran sekunder yang langsung mengalir ke petak tersier. Skema jaringan dari
ketiga saluran wilayah kajian disajikan pada gambar sebagai berikut.
Gambar 4.4 Jaringan Saluran Sekunder Kolpoh
B.TL.5a,
B.K.6b B.K.6a,
13. Jembatan Desa Buah 4 B.TL.1a, B.TL.7a,
B.K.1a,
14. Tempat Cuci Buah -
15. Tempat Mandi Hewan Buah 1 B.K.1b
16. Drain Inlet Buah -
III. Saluran -
1. Sal. Primer Pembawa Km -
2. Sal. Sekunder Pembawa Km 3
3. Sal. Suplesi Km -
4. Sal. Muka Km -
pada pembahasan laporan ini akan dibahas potensi dan kondisi dari
masing-masing aset irigasi 3 saluran sekunder tersebut. Bangunan yang
mengawali ke-3 saluran ini adalah bangunan bendung atau dam. seperti telah
dijelaskan sebelumnya bahwa bangunan bendung pada saluran sekunder bunutan
adalah dam bunutan, pada saluran sekunder batulawang adalah dam batulawang,
dan pada saluran sekunder kolpoh adalah dam kolpoh.
Gambar 4.6 mercu dan pintu pembilas bendung
Pada dam bunutan, komponen yang terdapat pada dam ini adalah mercu,
kolam olak, 1 pintu pembilas, 1 pintu pengambulan, dan 1 bangunan ukur. Dam
ini membendung air dari kali sempol. Pada bangunan ini tidak ditemukan pintu
penguras. Secara umum keadaan dam ini masih bagus,
bagus, karena pada bangunanny
bangunannyaa
hampir tidak ditemukan nilai kerusakan. Begitu juga pada kedua pintu yang masih
mampu untuk menutup secara rapat dan tanpa kebocoran. Bangunan ukur dari
dam ini memiliki tipe drempel. Bangunan ukurnya bisa dikatakan sudah
memenuhi prasyrat bangunan ukur yaitu aliran yang menuju pada bangunan
ukurnya tenang, tedapat mercu yang memberikan beda tinggi lebih dari 5 cm.
bangunan ukur
ukur ini masih lurus ujungnya dan memiliki lengk
lengkungan
ungan yang baik,
serta tidak ditemukan endapan pada bangunan ukurnya.
Pada saluran ini terdapat 3 bangunan sadap 2 terjunan, dan 1 jembatan
desa. Pada
Pada Pada saluran ini pula terdapat 1 buah jembatan desa dengan
nomenklatur B. BU. 1d yang terletak pada R. BU. 2 yaitu antara sadap 1 dan
sadap 2. Saluran sekunder ini memiliki panjang
panjang kurang lebih 1,7 km.
Secara umum dari jumlah bangunan yang ada pada saluran ini
kerusakannya cenderung kecil atau tidak terlalu banyak. Kebanyakan kerusakan
saluran ini bukan berada pada bangunannya melainkan pada ruas salurannya. Pada
saluran ini ke-3 sadapnya tidak memiliki bangun ukur. Satu-satunya bangun ukur
yang terdapat pada saluran ini berada di dekat dam yang merupakan bangun ukur
untuk debit yang keluar dari dam atau yang akan masuk ke saluran. Hal ini sangat
disayangkan, karena dalam melakukan perhittungan nilai efisiensi debit dan juga
debit andalan diperlaukan data debit pada masing-masing sadap.
B.BU 1, B. BU. 2, dan B. BU.3 yang merupakan sadap pada saluran ini
memiliki ciri yang serupa. Hal ini dikarenakan sadap pada bangunan ini
kesemuanya menggunakan tipe pintu skot balok dan tanpa bangunan ukur.
Kondisinya relatif baik tanpa adanya kerusakan berat pada sadapnya. Pada
bangunan pelengkapnya terdapat 2 buah terjunan yang menandakan ada
perbedaan tinggi dari saluran ini. 2 terjunan ini terdapat pada ruas 2 yang berada
antara sadap 1 dan 2. Bangunan pelengkap pada saluran ini ada jembatan desa.
Jembatan ini berada pada ruas 2. Pada jembatan ini nilai kerusakannya cukup
banyak, meskipun kerusakannya tidak parah. Kerusakan pada jembatan ini
didominasi pada sayap jembatan yang terkelupas dan sedikit berlubang. Detail
dari informasi bangunan dan ruas pada saluan ini akan ditampilkan pada lampiran
beserta juga nilai dari kerusakannya.
dengan baik. Lalu pada R. K. 1b berganti pasangan dengan panjang 240 m. Lalu
berganti pasangan kembali pada R. K. 1c dengan panjang 328 m dan kerusakan
tipe roboh dengan panjang 6.15. Pada R. K. 1 terdapat beberapa bangunan yakni
jembatan desa dan tempat mandi hewan berjumlah 1.
m untuk tinggi tanggulnya sebesar 0,80 m, ruas ini tidak ada kerusakan.
5. B. K. 2 (Sadap 2)
Sadap 2 Dam Kolpoh ini memiliki 2 pintu dan juga 2 bangun ukur, pintu dan
bangun ukur pada sadap ini berfungsi dengan sempurna pada pintu yang bisa
tertutup dengan rapat dan untuk bangun ukur memiliki aliran yang tenang, sadap
ini memiliki luas layanan 3,251 ha, pada sadap ini tidak terdapat endapan yang
mengganggu aliran untuk kondisi dari sadap ini baik karena tidak terdapat
kerusakan yang berat.
Gambar 4.14 RuasSadap 4
9. B. K. 4 (Sadap 4)
Sadap 4 Dam Kolpoh ini memiliki 1 pintu dan tidak memiliki bangun ukur,
pintu pada sadap ini berfungsi dengan sempurna pada pintu yang bisa tertutup
dengan rapat, sadap ini memiliki luas layanan 10 ha, pada sadap ini tidak terdapat
endapan yang mengganggu aliran untuk kondisi dari sadap ini baik karena tidak
terdapat kerusakan yang berat.
Gambar 4.16 Ruas Sadap 5
11. B. K. 5 (Sadap 5)
Sadap 2 Dam Kolpoh ini memiliki 2 pintu dan juga 2 bangun ukur, pintu dan
bangun ukur pada sadap ini berfungsi dengan sempurna pada pintu yang bisa
tertutup dengan rapat dan untuk bangun ukur memiliki aliran yang tenang, sadap
ini memiliki luas layanan 10 ha, pada sadap ini tidak terdapat endapan yang
mengganggu aliran untuk kondisi dari sadap ini baik karena tidak terdapat
kerusakan yang berat.
Gambar 4.18 Ruas Sadap 6
13. B. K. 6 (Sadap 6)
Pada bangun sadap B. K. 6 memiliki jarak langsung 1.289 km dan memiliki
pintu pengambilan berjumlah 2 masing-masing
masing-masing berukuran tinggi h’ 0.64 m, tinggi
daun pintu 0.54 m, dan lebar daun pintu 0.40 m pada pintu pertama. Pada pintu
pengambilan kedua tinggi h’
h’ 0.64 m, tinggi daun pintu 0.54 m, dan lebar daun
pintu 0.56 m. Daun pintu pada B. K. 6 terbuat dari
dari kayu dan besi.
Gambar 4.20 DAM Batulawang
Pada bendung Batulawang terdiri dari beberapa komponen, yaitu sayap
bendung, tanggul sungai, mercu, kolam olak, bangunan pengambilan, pintu
pengambilan, pintu bilas, saluran uku, da bangunan ukur. Sayap bendung
berfungsi sebagai stabilitas bendung, tanggul sungai berfungsi sebagai penahan
erosi, kolam olak berfungsi menguangi energi ketinggian air banjir. Bangunan
pengambilan digunakan untuk mengatur air kompleks bangunan. Bangunan ukur
untuk mengukur debit yang masuk ke jaringan irigasi.
Pada saluran sekunder Batulawang terdapat bangunan ukur, bangunan
ukur ini merupakan bangunan ukur DAM Batulawang yang berada pada ruas 1
(R.TL 1). Bangunan ukur ini memiliki tipe Drumpel. Saluran ukur dari bangunan
ukur ini memiliki aliran tipe laminer, kedua sisi dari bangunan sejajar dan
memiliki lengkung yang baik.
26 Ha yaitu pintu kanan dengan luas layanan 13 Ha yang mengaliri desa Tarum
dan pintu kiri mengaliri lahan 13 Ha yang mengaliri Desa Tarum.
Saluran pembawa ini terdapat antara DAM (D.BTL.) dan bangunan sadap
pertama (B.TL.1). Ruas ini memiliki tipe profil saluran berupa saluran berada di
bawah permukaan tanah dan tanggul di atas permukaan tanah. Tipe lining dari
Gambar 4.25 banguan Sadap B.TL.2
Jarak DAM Batulawang sampai bangunan sadap kedua ini kurang lebih
0,286 km. Sayap dari bangunan sadap ini berupa pasangan batu kali baik kanan
maupun kiri. Pintu pengambilan memiliki ukuran tinngi 0,7 m; tinggi daun pintu
0,5 m; dan tinggi pintu 1,26 m. Bangun pengambilan ini memiliki bangunan ukur
yang bertipe drumpel dengan ukuran lebar ambang 0,55 m dan tinggi ambang 0,5
m. Keadaan bangunan ukur tidak baik, bangunan ukur banyak mengalami
kerusakan yaitu roboh dan pada saluran ukur pasangan dari kedua sayap
mengalami kerusakan.
pada ruas ini adalah runtuh, roboh, dan bolong. Pada ruas ini juga banyak yang
mempunyai pasangan berupa tanah.
0,9 m, panjang terjunan 1 m, dan kolam olak 1,1 m. bangunan ini berfungsi untuk
mengurangi kemiringan saluran.
Gambar 4.29 banguan Sadap B.TL.3
Jarak DAM Batulawang sampai bangunan sadap kedua ini kurang lebih
0,433 km. Sayap dari bangunan sadap ini berupa pasangan batu kali baik kanan
maupun kiri. Pintu pengambilan memiliki ukuran tinngi 0,7 m; tinggi daun pintu
0,45 m; dan tinggi pintu 0,65 m. Bangun pengambilan ini memiliki bangunan
ukur yang bertipe drumpel dengan ukuran lebar ambang 0,31 m dan tinggi
ambang 0,5 m. Keadaan bangunan ukur baik, kedua sisi dari bangunan ukur ini
sejajar, memiliki mercu pada bagian tengah, berbentuk lengkung, dan memiliki
pischall.
saluran berada di bawah permukaan tanah dan tanggul di atas permukaan tanah.
Tipe lining dari ruas ini adalah 0, karena pada sisi pada ruas ini berupa tanah.
sedangkan untuk bangun ukur pada sadap B. TL. 5 tipe drempel yang mana
kondisi bangun ukur masih baik.
Pada ruas B. TL. 5 terdapat 4 kerusakan yang berada di sebelah kanan dan
kiri bangunan yang mana kerusakan tersebut dapat mempengaruhi keberfungsian
tanggul kanan kiri untuk mengalirkan air yang telah ditampung.
8. Bangunan Pelengkap Jembatan Orang
Gambar 4.34 Jembatan Orang B.TL.5
Dilihat dari gambar jembatan diatas bahwa kondisi jembatan orang masih dalam
keadaan baik. Jembatan orang ini digunakan oleh petani untuk menyebrangi
saluran sekunder Batulawang yang melewati jalur dari desa ke ke sawah atau
petak tersiernya.
9. Bangun Sadap B. TL. 6
pintu sebelah kiri dan bangun ukur sebelah kiri sedangkan luas layanan pada
bangun sadap ini seluas 4 Ha yang mana jumlah air yang dialirkan pada pintu
pengambilan sebelah kiri harus dapat mememnuhi kebutuhan air yang dibutuhkan
oleh petak tersiernya. Namun dilihat dari kondisi bangunan, bangun ukur, dan
pintu masih baik namun pada pintu terdapat batu yang menghalangi aliran
sehingga dapat menyebabkan aliran yang dialirkan tidak dapat mengalir dengan
lancar.
Pada ruas ini terdapat 6 kerusakan pada saluran sebelah kanan dan kiri
saluran sebagian besar kerusakan pada saluran yang terdapat pada ruas 6 ini antara