Anda di halaman 1dari 17

MODUL PERKULIAHAN

IRIGASI DAN
BANGUNAN
AIR
POKOK BAHASAN :
KLASIFIKASI JARINGAN IRIGASI
DAN PERENCANAAN TATA
LETAK JARINGAN IRIGASI

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

05
Teknik Sipil Teknik Sipil A61111EL DR. IR. ROSMINA ZUCHRI, MT
Perencanaan

Abstract Kompetensi
Diharapkan memahami Klasifikasi Jaringan .
Diharapkan memahami Klasifikasi Jaringan
Iirgasi dan dapat merencanakan Tata letak dan dapat merencanakan Tata letak Jaringan
Jaringan Irigasi dan Bangunan Air termasuk Irigasi dan Bangunan Air termasuk
pemahaman atas penempatan berbagai pemahaman atas penempatan berbagai tipe
tipe bangunan air sesuai fungsinya. Dan bangunan air sesuai fungsinya. Dan
perhitungan tinggi muka air jaringan perhitungan tinggi muka air jaringan irigasi dari petak
irigasi. sawah sampai bangunan pengambilan.
Pembahasan
KULIAH KE 05 (LIMA) TAHUN 2021. HARI RABU 19.30 – 22.00 WIB KAMPUS D
KRANGGAN GEDUNG C-208

MODUL O5 (LIMA)

KLASIFIKASI JARINGAN IRIGASI DAN

PERENCANAAN TATA LETAK JARINGAN IRIGASI

DAFTAR ISI

5.1. KLASIFIKASI JARINGAN IRIGASI

5.2. PERENCANAAN PENDAHULUAN.

5.3. PERENCANAAN TATA LETAK JARINGAN IRIGASI.

5.4. PERHITUNGAN TINGGI MUKA AIR JARINGAN IRIGASI.

Ke Sel, 30 Mar 2021 Sub-CPMK 3.1 Mahasiswa mampu mengklasifikasikan jaringan irigasi
-5 (CPMK 3). Indikasi : • Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan
jaringan irigasi sederhana, semi teknis dan teknis • Mahasiswa dapat
menjelaskan petak sawah dan saluran primer, sekunder, tersier,
kuarter • Mahasiswa dapat menjelaskan kaidah tata nama
(nomenklatur) pada jaringan irigasi. Materi : • Klasifikasi jaringan
irigasi • Jenis-jenis petak sawah dan saluran • Batasan perancangan
jaringan irigasi • Tata letak saluran dan lokasi bangunan penunjang
irigasi • Pemberian nama petak sawah dan saluran irigasi sesuai
dengan standar tata nama (nomenklatur)

2
5. KLASIFIKASI JARINGAN IRIGASI DAN PERENCANAAN TATA LETAK
JARINGAN IRIGASI.

Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian.
Menurut peraturan pemerintah No. 23 / 1998 tentang irigasi, bahwa Irigasi ialah usaha
untuk penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian.
Menurut PP No. 22 / 1998 irigasi juga termasuk dalam pengertian Drainase yaitu :
mengatur air terlebih dari media tumbuh tanaman atau petak agar tidak mengganggu
pertumbuhan maupun produksi tanaman.
Sedangkan Small dan Svendsen menyebutkan bahwa irigasi ialah : tindakan
intervensi (campur tangan) manusia untuk mengubah aliran air dari sumbernya menurut
ruang dan waktu serta mengolah sebagian atau seluruh jumlah tersebut menaikkan produksi
pertanian.

JARINGAN IRIGASI ADALAH : Seluruh bangunan dan saluran irigasi.


Saluran Irigasi adalah : saluran pembawa air untuk menambah air ke saluran
lain/daerah lain. Sedangkan Saluran pembuang alamiah adalah misal anak atau cabang
sungai.

5.1. KLASIFIKASI JARINGAN IRIGASI


Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 23/1982 Ps. 1. Irigasi adalah usaha
penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian. Sedangkan Jaringan irigasi adalah
saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air
irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaannya.
Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.

Klasifikasi Jaringan Irigasi


Jaringan Irigasi dan Bangunan - Bnagunan yang ada di setiap Jaringan tersebut sisakikan
pada Table 5.1.
Tabel 5.1. Klasifikasi Jaringan Iirgasi dan Bangunannya

3
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas, jaringan
irigasi dapat dibedakan kedalam tiga jenis yaitu:
1. Irigasi sederhana (Non Teknis)
Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu kelompok
petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan
mengatur masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai
kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan membagi
air.
Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasikan karena menyangkut pemakai air
dari latar belakang sosial yang sama. Namun jaringan ini masih memiliki beberapa
kelemahan antara lain, terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang, air yang
terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang lebih subur, dan bangunan
penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu bertahan lama.
Jaringan Irigasi sederhana disajikan pada Gambar 5.1.

4
Gambar 5.1. Jaringan Irigasi Sederhana

2. Irigasi semi teknis


Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun semi
permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan pengambil
dan pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat beberapa bangunan permanen, namun sistem
pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur. Karena belum mampu
mengatur dan mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit. Sistem
pembagian airnya sama dengan jaringan sederhana, bahwa pengambilan dipakai untuk
mengairi daerah yang lebih luas daripada daerah layanan jaringan sederhana.

Jaringan Irigasi Semi Teknis disajikan pada Gambar 5.2.

5
Gambar 5.2. Jaringan Irigasi Semi Teknis

3. Irigasi teknis
Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap
serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu terdapat pemisahan
antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan
penyadap sampai ke petak tersier. Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan
irigasi teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang
umumnya berkisar antara 50 – 100 ha. Petak tersier menerima air di suatu tempat dalam
jumlah yang sudah diukur dari suatu jaringan pembawa yang diatur oleh Dinas Pengairan.
Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu
organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak kuarter
dan petak sawah sebagai satuan terkecil.
Jaringan Irigasi Teknis disajikan pada Gambar 5.3.

6
Gambar 5.3. Jaringan Irigasi Teknis

Menurut Standar Perencanaan Irigasi KP-01, 1986, bahwa Bangunan air pada
Jaringan Irigasi dimaksudkan untuk lebih mengetahui bangunan air yang diperlukan untuk
mengalirkan air atau sungai hingga sampai ke lahan/petak lokasi pertanian atau irigasi
termasuk bangunan ukur debit.

Dalam suatu jaringan irigasi yang dapat dibedakan adanya empat unsur
fungsional pokok yaitu :
• Bangunan-bangunan utama (headworks) dimana air diambil dari sumbernya,
umumnya sungai atau waduk.
• Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petakpetak
tersier.
• Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif,
air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung
di dalam suatu system pembuangan di dalam petak tersier.

7
• Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air
lebih ke sungai atau saluran alamiah.

Dalam perencanaan tata letak jaringan Irigasi diperlukan tahapan pelaksanaan


pekerjaan mulai dari pengumpulan :

• data rencana lahan irigasi,

• data ketersediaan air,

• data tanah/lahan,

• data potensi tanaman yang akan digunakan dan

• data rencana pengelola lahan dan jaringan irigasi.

Pada Penjelasan ini akan membahas perencanaan penyusunan tata letak jaringan
irigasi dan kebutuhan tinggi elevasi muka air di setiap petak lahan dan bangunan jaringan
irigasi.

Perencanaan tata letak jaringan iirgasi dapat dikelompokkan menjadi 2 tahap yaitu ;

1). Tahap I. Perencanaan pendahuluan, diantaranya adalah pembuatan tata letak awal yang
mencakup penyusunan semua prasarana irigasi berdasarkan peta kontur/fhoto udara skala
1 : 25000 atau 1 : 1000 sesuai ketersediaan peta di Instansi terkait (missal
BAKORSURTANAL=Badan Koordinasi Survey dan Pertanahan Nasional) dan
mengembangkan peta tersebut kedalam peta skala 1 : 5000.

2). Tahap II. Perencanaan Rinci dengan melaksanakan survei pemetaan topografi dan
investigasi geoteknik di lapangan, diantaranya adalah :

• pengukuran;

• uji laboratorium dan

• perhitungan elevasi tinggi muka air rencana

dalam rangka pengecekan dan penyesuaian hasil-hasil dari perencanaan pendahuluan tahap I.

8
5.1. PERENCANAAN PENDAHULUAN.

Berdasarkan peta kontur topografi awal yang tersedia, pada umumnya di Pulau
Jawa skala 1 :25000 atau skala yang lain, sedangkan di Luar Pulau jawa tersedia skala 1 :
50000 atau lebih besar, direncanakan Gambaran umum tata letak jaringan irigasi
pendahuluan.

Langkah-langkah perencanaan pendahuluan, diantaranya meliputi :

1). Memastikan lokasi jalan desa, kecamatan dan bangunan eksisting lainnya atau lokasi
yang tidak dapat digunakan sebagai lahan pertanian dan irigasi.

2). Menentukan lokasi rute terendah untuk penempatan saluran pembuang akhir eksteren
atau sungai terdekat.

Salurang pembuang adalah : saluran buatan manusia. Untuk membuang kelebihan air.

Saluran pembuang alamiah adalah misal anak atau cabang sungai.


3). Menentukan lokasi dataran rendah/cekungan, rute dataran tinggi/punggung kontur
sebagai dasar penempatan saluran irigasi.

4). Melakukan pengecekan apakah jaringan saluran pembuang interen dan jaringan saluran
pembaung eksteren yang ada bias dipisahkan.

5). Membuat tata letak pendahuluan untuk jaringan pembuang primer.

6). Melakukan ploting rencana petak lahan, saluran tersier, saluran sekunder dan saluran
primer hingga terhubung dengan bangunan pengambilan di sepanjang punggung daerah /
medan dan daerah tinggi.

7). Menyalin trase saluran dan batas-batas petak dan lokasi bangunan sadap pada peta skala 1
: 5000.

8). Mengecek kemiringan peta yang berskala 1 : 25000 dengan yang berskala 1 : 5000.

9). Mennetukan batas-batas administrasi (batas-batas desa, kecamatan; kabupaten).

10). Melakukan ploting batas-batas petak tersier dengan kriteria :

- Menentukan batas-batas petak tersier berdasarkan kondisi topografi.

9
- Saluran tersier harus mengikuti kemiringan medan dengan kemiringan minimum 0,25
permil (0,025 persen) atau kecepatan minimum 0,20 m/det.

- Ukuran satu unit petak tersier berkisar antara 50 hektar sampai dengan 100 hektar.

- Menyesuaikan batas-batas petak tersier dengan batas-batas administrasi.

Tata Letak Pendahuluan disajikan pada Gambar 5.4.

10
Gambar 5.4. Tata Letak Pendahuluan Jaringan Irigasi.

11
5.2. PERENCANAAN TATA LETAK JARINGAN IRIGASI.

Dalam perencanaan rinci diperlukan data peta kontur topografi yang lebih detail
dengan menggunakan skala 1 : 5000 atau mengingat luasnya lahan bila perlu juga dilakukan
fhoto udara untuk mendapatkan peta rinci agar dapat dilanjutkan dengan perencanaan
jaringan irigasi.

5.3. PERHITUNGAN TINGGI MUKA AIR JARINGAN IRIGASI.

Dalam perencanaan tata letak jaringan irigasi telah dilakukan pertimbangan-


pertimbangan untuk menentukan tinggi muka air secara empiris pengalaman diantaranya :

- Lokasi bangunan utama (bendung).

- Trase jaringan irigasi dan pembuang.

- Batas-batas dan perkiraan luas jaringan irigasi dengan petak primer, sekunder dan
tersier serta daerah yang tidak bias terairi.

- Bangunan-bangunan utama jaringan irigasi dan pembuang.

- Konstruksi bangunan terhadap banjir seperti tanggul dan Rib.

- Jaringan jalan dan bangunan perlintasan.

Bangunan Utama Bangunan utama (head works) dapat didefinisikan sebagai kompleks
bangunan yang direncanakan di dan sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air
ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi. Bangunan utama bisa
mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan, serta mengukur banyaknya air yang masuk.
Bangunan utama terdiri dari bendung dengan peredam energi, satu atau dua pengambilan
utama pintu bilas kolam olak dan (jika diperlukan) kantong lumpur, tanggul banjir pekerjaan
sungai dan bangunanbangunan pelengkap. Bangunan utama dapat diklasifikasi ke dalam
sejumlah kategori,

Bangunan utama dapat diklasifikasi ke dalam sejumlah kategori, bergantung kepada


perencanaannya. Berikut ini akan dijelaskan beberapa kategori. a. Bendung, Bendung Gerak

12
b. bendung karet.

c) .Pengambilan bebas (free intake).

d). Pengambilan air dari waduk.

e). Stasiun Pompa.

Dalam menentukan ketinggian muka air saluran diatas permukaan tanah yang harsu
dipertimbangkan adalah :

1). Muka air rencana di saluran harus sama atau di bawah ketinggian tanah, hal ini sekaligus
untuk mempersulit pencurian air atau penyadapan air.

2). Bagian galian dan timbunan harus seimbang.

3). Muka air di saluran tersier harus cukup tinggi agar dapat mengairi sawah-sawah yang
letak paling tinggi di petak tersier.

Muka air di bangunan Sadap tersier pada saluran primer atau sekunder dihitung sebagai
rumus berikut :

P = A +a+b+c+d+e+f+g+ Δh+z

Keterangan :

P = muka air di saluran primer atau sekunder.

A = elevasi sawah.

a = lapisan air di sawah.=10 cm.

b =.kehilangan energi di saluran kuarter ke sawah, 5 cm.

c =. Kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter, 5 cm.

d = kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran .

e = kehilangan tinggi energi di boks bagi, 5 cm.

13
f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong, 5 cm.

g = kehilangan tinggi energi di bangunan sadap.

Δh = variasi tinggi muka air

z =kehilangan tinggi energi di bangunan-bangunan tersier lainnya.

Bangunan Utama atau Bendung dan Kelengkapannya serta rute jaringan irigasi
disajikan pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5. Bangunan Utama atau Bendung dan Kelengkapannya serta rute jaringan
irigasi

14
ISTILAH-ISTILAH

1). Bangunan sadap

2). Bangunan bagi

3). Trase saluran

4). Profil saluran

5). Skala 1 : 25000

6). Contur Irigasi

7). Kemiringan 0,25 per mil

8). Kehilangan energy

9). Garis energy

10). Tinggi Bersih

SELESAI

FORUM MODUL 5 (LIMA)

1. JELASKAN DENGAN GAMBAR KALISIFIKASI JARINGAN IRIGASI


2. JELASKAN DENGAN GAMBAR TENTANG PERENCANAAN
PENDAHULUAN TATA LETAK JARINGAN IRIGASI.
3. JELASKAN DENGAN GAMBAR PERENCANAAN TATA LETAK
JARINGAN IRIGASI.
4. JELASKAN DENGAN GAMBAR PERHITUNGAN BESERTA SOAL TINGGI
MUKA IR JARINGAN IRIGASI.
5. JELASKAN TENTANG ISTILAH-ISTILAH INI.
a). Bangunan sadap :…..

b). Bangunan bagi :………….

c). Trase saluran :…….

15
d). Profil saluran :….

e). Skala 1 : 25000 :………..

f). Contur Irigasi :………..

g). Kemiringan 0,25 per mil :……….

h). Kehilangan energy :……..

i). Garis energy :………..

y). Tinggi Bersih :…………

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Kriteria Perencanaan Irigasi. KP-01 sampai dengan KP 07. Dirjen Pengairan Irigasi.
Departemen Pekerjaan Umum. 1986.
2. Ir. Hadi Susilo, MM. Modul Jaringan Irigasi dan Bangunan Air. Fakultas Teknik
Sipil, Universitas Mercu Buana.
3. Dr. Ir. Rosmina Zuchri, MT. Modul Jaringan Irigasi dan bangunan Air. Fakultas
Teknik Sipil, Universitas Winaya Mukti. Bandung.Tahun 2015.
4. Dr. Ir. Rosmina Zuchri, MT. Modul Jaringan Irigasi dan bangunan Air. Fakultas
Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana. Tahun 2016 sampai dengan 2019.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya
Air.
6. Undang-Undang Pengairan. Nomor 11 Tahun 1974.
7. Peraturan pemerintah No. 23 / 1998 tentang Irigasi,
8. Keputusan Presiden RI No.12 Tahun 2012 Tentang Penetapan Wilayah Sungai.

9. Hidrologi Pertanian. Suyono dan Takeda. Irigasi Pertanian.


10. www.google.com Materi Kuliah Irigasi Dan Bangunan Air.

17

Anda mungkin juga menyukai