IRIGASI DAN
BANGUNAN
AIR
POKOK BAHASAN :
PERENCANAAN TATA LETAK
JARINGAN IRIGASI
05
Teknik Sipil Teknik Sipil A61111EL DR. IR. ROSMINA ZUCHRI, MT
Perencanaan
Abstract Kompetensi
Diharapkan memahami dan dapat .
Diharapkan memahami dan dapat
merencanakan Tata letak Jaringan Irigasi merencanakan Tata letak Jaringan Irigasi dan
dan Bangunan Air termasuk pemahaman Bangunan Air termasuk pemahaman atas
atas penempatan berbagai tipe bangunan penempatan berbagai tipe bangunan air
air sesuai fungsinya. Dan perhitungan sesuai fungsinya. Dan perhitungan tinggi
tinggi muka air jaringan irigasi. muka air jaringan irigasi dari petak sawah
sampai bangunan pengambilan.
Pembahasan
KULIAH KE 05 (LIMA) TANGGAL 29 SEPTEMBER 2021. HARI RABU 19.30 – 22.00 WIB
KAMPUS D KRANGGAN GEDUNG C-208
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
2
• data rencana lahan irigasi,
• data tanah/lahan,
Pada kuliah ini akan membahas perencanaan penyusunan tata letak jaringan irigasi dan
kebutuhan tinggi elevasi muka air di setiap petak lahan dan bangunan jaringan irigasi.
Perencanaan tata letak jaringan iirgasi dapat dikelompokkan menjadi 2 tahap yaitu ;
1). Tahap I. Perencanaan pendahuluan, diantaranya adalah pembuatan tata letak awal yang
mencakup penyusunan semua prasarana irigasi berdasarkan peta kontur/fhoto udara skala 1 :
25000 atau 1 : 1000 sesuai ketersediaan peta di Instansi terkait (missal
BAKORSURTANAL=Badan Koordinasi Survey dan Pertanahan Nasional) dan
mengembangkan peta tersebut kedalam peta skala 1 : 5000.
2). Tahap II. Perencanaan Rinci dengan melaksanakan survei pemetaan topografi dan
investigasi geoteknik di lapangan, diantaranya adalah :
• pengukuran;
dalam rangka pengecekan dan penyesuaian hasil-hasil dari perencanaan pendahuluan tahap I.
Berdasarkan peta kontur topografi awal yang tersedia, pada umumnya di Pulau Jawa
skala 1 :25000 atau skala yang lain, sedangkan di Luar Pulau jawa tersedia skala 1 : 50000
atau lebih besar, direncanakan Gambaran umum tata letak jaringan irigasi pendahuluan.
3
Langkah-langkah perencanaan pendahuluan, diantaranya meliputi :
1). Memastikan lokasi jalan desa, kecamatan dan bangunan eksisting lainnya atau lokasi
yang tidak dapat digunakan sebagai lahan pertanian dan irigasi.
2). Menentukan lokasi rute terendah untuk penempatan saluran pembuang akhir eksteren
atau sungai terdekat.
4). Melakukan pengecekan apakah jaringan saluran pembuang interen dan jaringan saluran
pembaung eksteren yang ada bias dipisahkan.
6). Melakukan ploting rencana petak lahan, saluran tersier, saluran sekunder dan saluran
primer hingga terhubung dengan bangunan pengambilan di sepanjang punggung daerah /
medan dan daerah tinggi.
7). Menyalin trase saluran dan batas-batas petak dan lokasi bangunan sadap pada peta skala 1
: 5000.
8). Mengecek kemiringan peta yang berskala 1 : 25000 dengan yang berskala 1 : 5000.
- Saluran tersier harus mengikuti kemiringan medan dengan kemiringan minimum 0,25
permil (0,025 persen) atau kecepatan minimum 0,20 m/det.
- Ukuran satu unit petak tersier berkisar antara 50 hektar sampai dengan 100 hektar.
4
Tata Letak Pendahuluan disajikan pada Gambar 5.1.
5
5.2. PERENCANAAN TATA LETAK JARINGAN IRIGASI.
Dalam perencanaan rinci diperlukan data peta kontur topografi yang lebih detail dengan
menggunakan skala 1 : 5000 atau mengingat luasnya lahan bila perlu juga dilakukan fhoto
udara untuk mendapatkan peta rinci agar dapat dilanjutkan dengan perencanaan jaringan
irigasi.
- Batas-batas dan perkiraan luas jaringan irigasi dengan petak primer, sekunder dan
tersier serta daerah yang tidak bias terairi.
Bangunan Utama Bangunan utama (head works) dapat didefinisikan sebagai kompleks
bangunan yang direncanakan di dan sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air
ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi. Bangunan utama bisa
mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan, serta mengukur banyaknya air yang
masuk. Bangunan utama terdiri dari bendung dengan peredam energi, satu atau dua
pengambilan utama pintu bilas kolam olak dan (jika diperlukan) kantong lumpur, tanggul
banjir pekerjaan sungai dan bangunanbangunan pelengkap. Bangunan utama dapat
diklasifikasi ke dalam sejumlah kategori,
b. bendung karet.
6
c) .Pengambilan bebas (free intake).
Dalam menentukan ketinggian muka air saluran diatas permukaan tanah yang harsu
dipertimbangkan adalah :
1). Muka air rencana di saluran harus sama atau di bawah ketinggian tanah, hal ini sekaligus
untuk mempersulit pencurian air atau penyadapan air.
3). Muka air di saluran tersier harus cukup tinggi agar dapat mengairi sawah-sawah yang
letak paling tinggi di petak tersier.
Muka air di bangunan Sadap tersier pada saluran primer atau sekunder dihitung sebagai
rumus berikut :
P = A +a+b+c+d+e+f+g+ Δh+z
Keterangan :
A = elevasi sawah.
7
g = kehilangan tinggi energi di bangunan sadap.
Bangunan Utama atau Bendung dan Kelengkapannya serta rute jaringan irigasi
disajikan pada Gambar 5.2.
8
Gambar 5.2. Bangunan Utama atau Bendung dan Kelengkapannya serta rute jaringan
irigasi
ISTILAH-ISTILAH
9
4). Profil saluran :….
SELESAI
10
i). Garis energy :………..
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Kriteria Perencanaan Irigasi. KP-01 sampai dengan KP 07. Dirjen Pengairan Irigasi.
Departemen Pekerjaan Umum. 1986.
2. Ir. Hadi Susilo, MM. Modul Jaringan Irigasi dan Bangunan Air. Fakultas Teknik
Sipil, Universitas Mercu Buana.
3. Dr. Ir. Rosmina Zuchri, MT. Modul Jaringan Irigasi dan bangunan Air. Fakultas
Teknik Sipil, Universitas Winaya Mukti. Bandung.Tahun 2015.
4. Dr. Ir. Rosmina Zuchri, MT. Modul Jaringan Irigasi dan bangunan Air. Fakultas
Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana. Tahun 2016 sampai dengan 2019.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya
Air.
6. Undang-Undang Pengairan. Nomor…….. Tahun……..
7. Peraturan pemerintah No. 23 / 1998 tentang Irigasi,
8. Keputusan Presiden RI No.12 Tahun 2012 Tentang Penetapan Wilayah Sungai.
12