Anda di halaman 1dari 8

BAB.

KETENTUAN UMUM
DRAINASE

2.1. Umum

Salah satu aspek terpenting dalam perencanaan jalan adalah melindungi


jalan dari air permukaan dan air tanah. Dengan kata lain drainase
merupakan salah satu faktor terpenting dalam perencanaan pekerjaan
jalan. Genangan air dipermukaan jalan memperlambat kendaraan dan
memberikan andil terjadinya kecelakaan akibat terganggunya pandangan
oleh cipratan dan semprotan air. Jika air memasuki struktur jalan, perkerasan
dan tanah dasar (subgrade) menjadi lemah, dan hal ini akan
menyebabkan konstruksi jalan lebih peka terhadap kerusakan karena beban lalu lintas.

2.2. Fungsi drainase permukaan.

Sistem drainase permukaan pada jalan mempunyai 3 fungsi utama yaitu:

1. Membawa air hujan dari permukaan jalan ke pembuangan air.

2. Menampung air tanah (dari sub-drain) dan air permukaan yang mengalir
menuju jalan.

3. Membawa air menyeberang alinemen jalan secara terkendali.

LAPORAN HIDROLOGI 2-1


2.3. Sistem drainase permukaan.

Sistem drainase permukaan berfungsi untuk mengendalikan limpasan air hujan di


permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan, seperti
kerusakan karena air banjir yang melimpas diatas perkerasan jalan atau kerusakan pada
badan jalan akibat erosi.

Sistem drainase jalan harus memperhitungkan debit pengaliran dari saluran samping jalan
yang memanfaatkan saluran samping jalan tersebut untuk menuju badan air atau resapan
buatan.

Suatu sistim drainase permukaan jalan terdiri dari kemiringan melintang


perkerasan dan bahu jalan, saluran samping jalan, drainase lereng, gorong
- gorong, seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

2.4. Prinsip Umum Perencanaan Drainase.

2.4.1. Perencanaan dimulai dengan memplot rute jalan yang akan


ditinjau di peta topografi yang akan menentukan batas-batas
daerah layanan maupun data-data lain untuk mengenal /
mengetahui daerah layanan sehingga dapat diperkirakan
kebutuhan penempatan bangunan drainase penunjang
menentukan penempatan awal bangunan seperti saluran samping
LAPORAN HIDROLOGI 2-2
2.4.2. Perencanaan sistem drainase jalan harus memperlihatkan
pengaliran air yang ada di permukaan (drainase permukaan)
maupun yang ada dibawah permukaan. Perencanaanperencanaan
tersebut harus mengikuti ketentuan teknis yang ada tanpa mengganggu stabilitas
konstruksi jalan.

2.5. Kemiringan melintang jalan.

Kemiringan melintang jalan sangat berpengaruh terhadap ketahanan


struktur jalan. Hal ini ditujukan untuk menghilangkan air hujan atau air apa
saja dari permukaan jalan sehingga lalu lintas dapat melaju dengan aman
dan efisien.
Disamping itu juga untuk meminimalkan penetrasi air hujan kedalam struktur
jalan.

LAPORAN HIDROLOGI 2-3


2.6. Selokan samping jalan.

Selokan samping jalan direncanakan untuk meneruskan/menghilangkan air hujan yang


tumpah diatas permukaan jalan yang terbuang dengan adanya kemiringan melintang
jalan.
Tujuan selokan samping ini adalah agar badan jalan tetap terjaga dari rembesan air
baik dari permukaan jalan maupun dari daerah limpasan yang terdapat pada rute
sepanjang jalan.
Pada umumnya selokan samping yang direncanakan untuk pembangunan
jalan adalah jenis saluran terbuka (open channel) yaitu pengaliran air
dengan permukaan bebas, dan tipe yang paling sering digunakan adalah tipe trapesium.

2.7. Menentukan debit aliran.

Langkah perhitungan debit aliran rencana (Q) diuraikan di bawah ini :

1. Plot rute jalan sesuai gbr rencana atau di peta topografi.

2. Tentukan panjang segmen, daerah pengaliran, luas (A), kemiringan


lahan (ip)dari peta topografi atau gbr rencana.

3. Identifikasi bahan permukaan daerah pengaliran.

4. Tentukan koefisien aliran (C) berdasarkan kondisi permukaan


kemudian kalikan dengan harga faktor limpasan yang terdapat pada
tabel berikut:

LAPORAN HIDROLOGI 2-4


t

2-5
7. Hitung waktu konsentrasi (Tc) dengan rumus :

Tc = t1 + t2

2 nd
t1 = (--- x 3,28 x Io x ----
3 √
8. Siapkan data curah hujan dari Badan Meteorologi dan Geofisika.
Tentukan periode ulang rencana untuk saluran drainase, yaitu 5
tahun.

9. Hitung insensitas curah hujan sesuai pada buku SNI 03-2415-1991.


Metode perhitungan debit banjir.

10. Hitung debit air (Q) dengan menggunakan rumus:

1
Q = ------ C x I x A
3.6

2.8. Menentukan dimensi saluran.

Menentukan dimensi saluran terdiri atas beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Perhitungan

dimensi saluran dapat disesuaikan dengan kondisi yang

ada yaitu berdasarkan :

a. Penentuan bahan yang digunakan sehingga terdapat batasan

kecepatan (V) dan kemiringan saluran (is) yang diisinkan.

b. Ketersediaan ruang di tepi jalan sehingga perhitungan dimulai


dengan penentuan dimensi.

2. Langkah awal perhitungan;

a. Penentuan awal bahan saluran.

 Penentuan bahan saluran, koefisien manning (n), dan


kecepatan (V) pada saluran yang diisinkan, bentuk saluran dan
penentuan kemiringan saluran is yang diisinkan.

 Tentukan kecepatan saluran < kecepatan saluran yang


diisinkan.

LAPORAN HIDROLOGI 2-6


 Hitung tinggi jagaan (W) saluran dengan rumus yang
umum digunakan.

b. Penentuan awal dimensi saluran.

 Tentukan perkiraan dimensi saluran sesuai ruang yang


tersedia, koefisien manning (n).

 Tentukan kemiringan saluran berdasarkan bahan atau


mengikuti kemiringan perkerasan jalan untuk menentukan
kecepatan air dalam saluran.

 Tentukan kecepatan saluran.

 Hitung tinggi jagaan (W) saluran.

3. Cek Debit saluran harus lebih kecil dari debit aliran, jika tidak sesuai
maka perhitungan dimensi harus diulang.

4. Hitung kemiringan saluran (is).

5. Periksa kemiringan tanah di lokasi yang akan dibangun saluran


(ilapangan).

6. Bandingkan kemiringan saluran hasil perhitungan (is perhitungan)


dengan kemiringan tanah yang diukur di lapangan (ilapangan);

- is lapangan ≤ is perhitungan, artinya bahwa kemiringan saluran


yang direncanakan sesuai dengan i perhitungan.
- is lapangan > is perhitungan, berarti saluran harus dibuatkan
pematah arus.
2.9. Penyederhanaan desain saluran.

Yang dimaksud penyederhanaan desain saluran disini adalah langkahlangkah praktis


yang diperlukan dalam mendesain saluran, khususnya saluran samping jalan baik saluran
diperkeras maupun saluran tanah sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan dana.

Biasanya langkah tersebut dibuat dalam diagram alir agar mudah dan cepat dipahami,
seperti diagram berikut:

LAPORAN HIDROLOGI 2-7


Box yang bersangkutan. Untuk penentuan dimensinya diambil berdasarkan pengamatan di
lapangan kemudian disesuaikan dengan standart-standart perencanaan dari Direktorat
Jendral Bina Marga.

LAPORAN HIDROLOGI 2-8

Anda mungkin juga menyukai