Anda di halaman 1dari 18

TEKNIK DRAINASE 2011

DRAINASE JALAN RAYA DAN DRAINASE JEMBATAN

1 Drainase Jalan Raya


Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota.Umumnya di
perkotaan dan luar perkotaan,drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase
muka tanah (Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup
sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaimana diluar perkotaan, ada
juga saluran drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas
saluran rata dengan muka jalan sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase
jalan raya pi perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka jalan .Air
masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat berupa inlet tegak ataupun inlet
horizontal. Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan
sisi kanan jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran akan
terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah
lebar jalan kea rah median jalan maka saluran akan terdapat pada median jalan
tersebut. Jika jalan tidak lurus ,menikung, maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua
arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini
menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang rendah. Untuk
menyalurkan air pada saluran ini pada jarak tertentu,direncanakan adanya pipa nol
yang diposisikan dibawah badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran.
Drainase merupakan salah satu faktor terpenting dalam perencanaan
pekerjaan jalan. Salah satu aspek terpenting dalam perencanaan jalan raya adalah
melindungi jalan dari air permukaan dan air tanah. Genangan air dipermukaan jalan
memperlambat kendaraan dan memberikan andil terjadinya kecelakaan akibat
terganggunya pandangan oleh cipratan dan semprotan air. Jika air memasuki struktur
jalan, perkerasan dan tanah dasar (subgrade) menjadi lemah, dan hal ini akan
menyebabkan konstruksi jalan lebih peka terhadap kerusakan akibat lalu-lintas. Air
juga berpengaruh kurang baik terhadap bahu jalan, lereng, saluran, dan bagian lain
dari jalan. Kegagalan dapat terjadi pada saat pemotongan tebing atau pembuatan
tanggul dan jembatan karena disapu oleh banjir. Kecepatan air yang besar pada saat
terjadi banjir menyebabkan erosi yang berakibat pada keruntuhan jalan atau

1
TEKNIK DRAINASE 2011

jembatan. Di sisi lain, kecepatan air yang rendah pada bangunan-bangunan drainase
mendorong adanya sedimentasi yang mengakibatkan terjadinya penyempitan dan
penyumbatan. Penyumbatan mengakibatkan erosi lebih lanjut atau limpas dan
mungkin juga keruntuhan.

1.2 Fungsi Drainase Jalan Raya


Berdasarkan fungsinya drainase jalan dibedakan menjadi drainase permukaan
dan drainase bawah permukaan. Sistem drainase permukaan pada jalan raya
mempunyai fungsi yaitu :
a. Membawa air hujan dari permukaan jalan ke pembuangan air.
b. Menampung air tanah (dari subdrain) dan air permukaan yang mengalir
menuju jalan.
c. Membawa air menyebrang alinyemen jalan secara terkendali.
Sedangkan drainase bawah permukaan berfungsi untuk mencegah masuknya air
dalam struktur jalan, menangkap, dan mengeluarkan air dari struktur jalan.

1.3 Tujuan Drainase Jalan Raya


a. Mencegah terkumpulnya air hujan (genangan) yang dapat mengganggu
transportasi.
b. Menjaga kadar air tanah badan/pondasi jalan tersebut berumur panjang
(masa layan).
c. Mencegah berkurangnya kekuatan bahan-bahan penutup.
d. Mengurangi perubahan volume tanah dasar.
e. Mencegah kerusakan pada perkerasan rigid dan mencegah timbulnya
gelombang pada perkerasan fleksibel.
f. Mencegah erosi tanah.
g. Mencegah kelongsoran lereng.
h. Menambah keindahan kota.

2
TEKNIK DRAINASE 2011

1.4 Tata letak saluran


1.4.1 Pada Daerah Jalan dengan Posisi yang Lurus Dan Datar
a. Letak saluran bisa disisi kanan kiri jalan
b. Letak saluran drainase juga bisa di tengah jalan jika di jalan tersebut terdapat
median jalan.
Penanganan pengendalian air untuk daerah ini biasanya dengan membuat
kemiringan perkerasan dan bahu jalan mulai dari tengah perkerasan menurun/
melandai kearah selokan samping. Besarnya kemiringan balm jalan biasanya diambil
2% lebih besar daripada kemiringan permukaan jalan. Besarnya kemiringan
melintang normal pada perkerasan jalan dapat dilihat ceperti tercantum dibawah ini.

1.4.2 Kemiringan melintang normal perkerasan jalan


Jenis lapis permukaan jalan Kemiringan melintang normal-I (%)
1. beraspal, beton (2% - 3%)
2. Japat (4% - 6%)
3. Kerikil (3% - 6%)
4. Tanah (4% - 6%)
Sumber : Petunjuk Disain Drainase Permukaan Jalan (NO. 008/T/BNKT/1990)

1.4.3 Pada Daerah Jalan yang Lurus pada Tanjakan / Penurunan


Penanganan pengendalian air pada daerah ini perlu mempertimbangkan pula
besarnya kemiringan alinyemen vertikal jalan yang berupa tanjakan dan turunan;
agar supaya aliran air secepatnya bisa mengalir ke selokan samping. Untuk itu maka
kemiringan melintang perkerasan jalan disarankan agar menggunakan nilai-nilai
maksimum dari di atas.

1.4.4 Pada Daerah Jalan yang Menikung


Kemiringan melintang perkerasan jalan pada daerah ini biasanya harus
mempertimbangkan pula kebutuhan kemiringan jalan menurut persyaratan
alinyemen horizontal jalan karena itu kemiringan perkerasan, jalan harus dimulai
dari sisi luar tikungan menurun/melandai ke sisi dalam tikungan. Besarnya

3
TEKNIK DRAINASE 2011

kemiringan pada daerah ini ditentukan oleh nilai maksimum dari kebutuhan
kemiringan alinyemen horizontal atau kebutuhan kemiringan menurut keperluan
drainase.
Saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang rendah. Untuk menyalurkan
air di saluran ini pada jarak tertentu, direncanakan adanya pipa riol yang diposisikan
di bawah badan jalan untuk mengalirkan air di saluran.

1.5 Prinsip-prinsip Umum Perencanaan Drainase


a. Daya Guna dan Hasil Guna (Efektif dan Efisien)
Perencanaan drainase haruslah sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas
drainase sebagai penampung, pembagi dan pembuang air dapat sepenuhnya
berdaya guna dan berhasil guna.
b. Ekonomis dan Aman.
Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase haruslah mempertimbangkan faktor
ekonomis dan faktor keamanan.
c. Pemeliharnan.
Perencanaan drainase haruslah mempertimbangkan pula segi kemudahan dan
nilai ekonomis dari pemeliharaan sistem drainase tersebut.

1.6 Saluran Samping


Saluran samping adalah selokan yang dibuat disisi kiri dan kanan badan jalan.
1.6.1 Fungsi Saluran Samping.
a. Menampung dan membuang air yang berasal dari permukaan jalan.
b. Menampung dan membuang air yang berasal dari daerah pengaliran sekitar
jalan.
c. Dalam hal daerah pengaliran luas sekali atau terdapat air limbah maka untuk
itu harus dibuat sistem drainase terpisah/tersendiri.

1.6.2 Penampang Melintang Saluran Samping


Pemilihan tipe penampang melintang selokan samping didasarkan atas :

4
TEKNIK DRAINASE 2011

a. Kondisi tanah dasar


b. Kedudukan muka air tanah
c. Kecepatan aliran air.

1.6.3 Perhitungan Dimensi Saluran Samping


Dalam garis besar, perencanaan selokan samping mencakup 3 (tiga) tahap
proses sebagai berikut:
a. Analisis hidrologi
b. Perhitungan hidrolika
c. Gambar Rencana
Analisis hidrologis dilakukan atas dasar data curah hujan, topografi daerah,
karakteristik daerah pengaliran serta frekuensi banjir rencana. Hasil analisis
hidrologi adalah besarnya debit air yang h arus ditampung oleh selokan samping.
Selanjutnya atas dasar debit yang kita peroleh maka dimensi selokan samping dapat
kita rencanakan berdasarkan analisa/perhitungan hidrolika.

1.6.4 Rumus untuk Menghitung Debit (Q)


Biasanya rumus yang digunakan adalah Rational Formula sebagai berikut:

dimana:
Q = Debit (m3/met)
C = Koefisien pengaliran, seperti pada Tabel 4 dibawah ini.
I = Intensitas hujan (mm/jam) dihitung selama waktu konsentrasi (Tc)
untuk periode banjir rencana.
A = Luas daerah pengaliran (km2).

Koefisien pengaliran adalah kocfisicn yang besarnya tergantung pada kondisi


permukaan tanah, kemiringan medan, jenis tanah, lamanya hujan di daerah
pengaliran.

5
TEKNIK DRAINASE 2011

1.6.5 Rumus untuk Menghitung Dimensi


Rumus umum yang dipakai untuk menghitung dimensi adalah sebagai berikut:

Dimana :
F = Luas penampang basah (m2)
Q = Debit (m3/dt)
V = Kecepatan aliran (m/dt)

1.6.6 Rumus untuk Menghitung Kecepatan aliran (V)


Kecepatan aliran (V) dapat dihitung dengan menggunakan Rumus Manning:

(Rumus Manning)

1.7 Gorong-gorong
1.7.1 Fungsi
Fungsi gorong-gorong adalah mengalirakan air dari sisi jalan ke sisi lainnya.
Untuk itu desainnya harus juga mempertimbangkan faktor hidrolis dan struktur
supaya gorong-gorong dapat berfungsi mengalirkan air dan mempunyai daya dukung
terhadap beban lalu lintas dan timbunan tanah.

1.7.2 Tipe / Jenis Kontruksi


Mengingat fungsinya maka gorong-gorong disarankan dibuat dengan tipe
kontruksi yang permanen (pipa/kotak beton, pasangan batu, armco) dan desain
umur rencana 10 tahun.

1.7.3 Komposisi gorong-gorong.


Bagian utama gorong-gorong terdiri atas :
a. Pipa : kanal air utama
b. Tembok kepala :
Tembok yang menopang ujung dan lereng jalan.
6
TEKNIK DRAINASE 2011

Tembok penahan yang dipasang bersudut dengan tembok kepala, untuk


menahan bahu jalan dan kemiringan jalan.
c. Apron (dasar)
Lantai dasar dibuat pada tempat masuk untuk mencegah terjadinya erosi
dan dapat berfungsi sebagai dinding penyekat lumpur.
Bentuk gorong-gorong umumnya tergantung pada tempat yang ada dan
tingginya timbunan.

1.7.4 Penempatan Gorong-gorong


Dalam perencanaan jalan, penempatan dan penentuan jumlah gorong-gorong
harus diperhatikan terhadap fungsi dan medan setempat. Agar dapat berfungsi
dengan baik, maka gorong-gorong ditempatkan pada :
a. Lokasi jalan yang memotong aliran air.
b. Daerah cekung, tempat air dapat menggenang.
c. Tempat kemiringan jalan yang tajam tempat air dapat merusak lereng dan
badan jalan.
d. Kedalaman gorong-gorong yang aman terhadap permukaan jalan minimum
adalah 60 cm.

Disamping itu juga harus memperhatikan faktor-faktor lain sebagai bahan


pertimbangan, yaitu :
a. Aliran air alamiah
b. Tempat air masuk
c. Sudut yang tajam pada bagian pengeluaran (outlet)
Dengan memperhatikan faktor tersebut maka penempatan gorong-gorong
disarankan untuk daerah datar. Disarankan dengan jarak maksimum 300 m.
1.7.5 Penentuan Dimensi Gorong-gorong
Untuk menentukan dimensi gorong-gorong dapat dipakai rumus :

Dimana :
a = luas penampang (m2)
7
TEKNIK DRAINASE 2011

Q = Debit (m3/dt)
V = Keceptan aliran (m/dt)
Dimana :

(Rumus Rational)

(Rumus Manning)

1.7.6 Penentuan Gorong-gorong


Pendekatan lain untuk menentukan ukuran gorong-gorong dan saluran kecil
atau ukuran jembatan yang mempunyai bentang 12 meter (bukaan saluran tidak
melebihi 30 m2), dapat menggunakan Rumus Talbot :

Dimana :
a = luas saluran gorong-gorong (m2)
r = koefisien pengaliran
= 1 untuk daerah pegunungan
= 0,75 untuk daerah perbukitan
= 0,50 untuk daerah bergelombang
= 0,25 untuk daerah datar
A = luas daerah pengaliran (HA)
Dimensi minimum untuk luas saluran/gorong-gorong adalah 1,13 m2 atau 0,60 cm.

1.8 Tata Letak Saluran


Untuk jalan raya pada posisi yang lurus, letak saluran bisa diletakkan pada sisi
kanan kiri jalan. Letak saluran drainase juga bisa ditengah jalan jika di jalan tersebut
terdapat median jalan. Yang perlu diperhatikan adalah kemiringan sisi melintang
jalan, apabila saluran di kanan kiri sisi jalan maka kemiringan akan mengaah ke
kanan kiri jalan, tetapi apabila saluran di tengah jalan maka kemiringan melintang
jalan juga kea rah median. Hal ini digunakan untuk memperlancar aliran air yang
akan dibuang ke saluran.

8
TEKNIK DRAINASE 2011

Untuk jalan yang menikung, maka kemiringan jalan satu arah. Kemiringan satu
arah ini akan mengakibatkan saluran hanya pada satu sisi jalan, yaitu sisi yang
rendah. Untuk menyalurkan air di saluran ini pada jarak tertentu, direncanakan
adanya pipa roil yang diposisikan di bawah badan jalan untuk mengalirkan air di
saluran.

1.9 Identifikasi Lapangan


Pada bagian ini akan diidentifikasi bangunan pendukung pada sebuah sistem
drainase pada jalan raya. Ruas jalan yang diidentifikasi bangunan pendukung
drainasenya adalah ruas Jl. H. R. Subrantas. Sepanjang Jl. H.R. Subrantas terdapat
bangunan pendukung berupa saluran drainase, gorong-gorong, box culvert, kolam
retensi, man hole, inlet, dan jembatan seperti terlihat pada gambar berikut.

(a)

9
TEKNIK DRAINASE 2011

(b)
Gambar 1 (a) dan 1 (b) Sketsa Arah Aliran

Air dibadan Jalan H.R Subrantas akan langsung mengalir ke dalam saluran
(Gambar 2) atau akan disalurkan ke dalam saluran melalui inlet (Gambar 1)

Gambar 2 Inlet

10
TEKNIK DRAINASE 2011

(a) (b) (c)


Gambar 3 (a) Saluran Menuju Box Culvert
(b) Saluran Menuju Inlet Ke Kolam Retensi
(c) Saluran di Jl. Bina Karya
Saluran di Jl. H.R Subrantas yang diamati adalah segmen dari Gerbang
Universitas Riau menuju ke MTC (Giant). Aliran pada segmen ini terbagi menjadi dua,
yaitu menuju kolam retensi di Universitas Riau dan menuju ke saluran di Jl. Bina
Karya. Sebagian air disepanjang segmen tersebut akan mengalir melalui saluran lalu
masuk ke inlet dan mengalir ke kolam retensi. Sedangkan sebagian lagi air akan
mengalir melalui saluran yang selanjutnya masuk ke box culvert yang selanjutnya
mengalir ke drainase di Jl. Bina Karya dan berujung di sebuah lahan kosong.

Gambar 4 Inlet Menuju Kolam Retensi

11
TEKNIK DRAINASE 2011

Gambar 5 Kolam Retensi

Gambar 6 Box Culvert

Gambar 7 Gorong-Gorong

12
TEKNIK DRAINASE 2011

Gambar 8 Jembatan di Atas Saluran

Gambar 9 Ujung Saluran di Jl. Bina Karya

13
TEKNIK DRAINASE 2011

Gambar 10 Outlet Menuju Saluran

Gambar 11 Man Hole

2. Drainase Jembatan
2.1 Tujuan

14
TEKNIK DRAINASE 2011

Tujuan dari perencanaan drainase pada jembatan adalah untuk


menghilangkan genangan air, dan melindungi konstruksi dari kerusakan akibat hujan.

2.2 Penempatan saluran


a. Saluran drainase ditempatkan pada bagian kanan kiri jembatan.
b. Perlu ditempatkan kisi-kisi pada jembatan.
c. Pada jalur pejalan kaki dibuat kemiringan agar air dapat mengalir.

2.3 Identifikasi Lapangan

Gambar 12 Jembatan Taskurun


Jembatan pada Gambar diatas terletak di Jalan Taskurun dan Jalan Garuda.
Jembatan ini terbuat dari konstruksi beton dengan lebar 4 meter. Dibawahnya
mengalir parit (saluran pengumpul ) dengan lebar +3 meter.

15
TEKNIK DRAINASE 2011

Gambar 13 Sketsa Arah Aliran

Gambar 12 menjelaskan sketsa aliran yang membebani saluran pengumpul.


Terdapat 3 saluran drainase yang bermuara ke saluran pengumpul. Masing masing
saluran tersebut memiliki dimensi yang hampir sama.

Gambar 14 Inlet

16
TEKNIK DRAINASE 2011

Terdapat 4 buah lubang inlet pada jembatan ini dengan fungsi menyalurkan
air yang menggenangi permukaan jalan pada jembatan dan lansung dibuang kebawah
(saluran pengumpul).

Gambar 15 Drainase disekitar Jembatan

Gambar 16 Drainase disekitar Jembatan

17
TEKNIK DRAINASE 2011

Gambar 17 Drainase disekitar Jembatan

Terdapat 3 saluran drainase yang bermuara pada saluran pengumpul ini.


Sementara 1 saluran lagi tertutup (ditimbun) oleh pemilik lahan tersebut. Drainase
ini berfungsi sebagai pembuang air yang tergenang pada daerah yang dilalulinya
menuju saluran pengumpul dibawah jembatan taskurun ini.

18

Anda mungkin juga menyukai