Anda di halaman 1dari 50

Pemeliharaan Drainase Jalan

BAB I
PENGERTIAN TENTANG DRAINASE JALAN

1.1. Umum

Secara umum yang dimaksud dengan pengertian drainase jalan adalah setiap
usaha pengeringan/pembuangan kelebihan air di suatu daerah, baik air permukaan
maupun air di bawah permukaan tanah. Pembuangannya dapat ke penampungan
alami seperti sungai atau danau, atau ke penampungan buatan misalnya saluran,
bangunan peresapan. Pembuangan ini dapat dilakukan secara alami dengan
menggunakan gaya gravitasi ataupun dengan cara mekanis yaitu dipompa, atau
kombinasi keduanya.
Sementara bangunan drainase jalan adalah prasarana yang berfungsi untuk melindungi
monstruksi jalan dari bahaya limpasan air permukaan atau air tanah yang akan
merembes ke dalam badan jalan dengan mengalirkannya ke penampungan atau sumur
resapan.

1.2. Tujuan

Tujuan drainase jalan adalah mengelola kelebihan air permukaan dan bawah
permukaan tanah yang dapat menjadi salah satu penyebab kerusakan konstruksi jalan
dengan cara mempertahankan kadar air pada badan jalan supaya tidak berlebihan.
Upaya-upaya drainase jalan ini mencakup:
1. Pengumpulan dan pembuangan air permukaan dari perkerasan jalan dan
daerah sekitarnya dengan cara membangun saluran samping atau side
ditch.
2. Pengumpulan dan pembuangan air tanah dari bagian bawah (pondasi jalan)
dan pertemuan antara bagian pondasi dengan tanah dasar, dengan cara
membuat saluran drainase bawah tanah atau sub-drain.
3. Melindungi atau memperlambat terjadinya erosi di badan jalan.
4. Pengumpulan dan pembuangan air pada jalur jalan yang berpotongan
dengan saluran alam, saluran irigasi dan aliran air lainnya dari satu sisi jalan

Pemeliharaan Jalan 1
Pemeliharaan Drainase Jalan

ke luar daerah penguasaan jalan tanpa merusak konstruksi jalan dnegan


cara membuat gorong-gorong, jembatan atau bangunan perlintasan
lainnya.
5. Pengumpulan dan pembuangan air perbukitan (dataran tinggi) yang
mengalir melalui permukaan jalan dengan cara membuat saluran
penangkap atau catch ditch.

1.3. Sistem drainase jalan.

Ditinjau dari fungsi dan tujuannya drainase jalan dibagi menjadi dua, yaitu:
drainase permukaan (surface drainage) dan drainase bawah permukaan (sub-surface
drainage).

Drainase permukaan
Sistem drainase permukaan berfungsi untuk mengendalikan limpasan air hujan
di permukaan jalan dan dari daerah di sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan
seperti misalnya kerusakan akibat banjir yang melimpas di atas perkerasan jalan atau
kerusakan pada badan jalan akibat erosi.
Pada prinsipnya sistem drainase permukaan jalan terdiri dari komponen-
komponen sebagai berikut:

1) Kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan.


2) Saluran samping (side ditch).
3) Gorong-gorong (culvert).
4) Saluran penangkap (catch ditch).

Pemeliharaan Jalan 2
Pemeliharaan Drainase Jalan

1. Kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan.

Supaya air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan dapat segera dibuang ke saluran
samping maka kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan harus memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. Di daerah datar dan lurus:


 Kemiringan perkerasan dan bahu jalan mulai dari tengah perkerasan dibuat
menurun/melandai ke arah selokan samping.
 Besarnya kemiringan bahu jalan diambil 2% lebih besar daripada
kemiringan permukaan jalan.
 Besarnya kemiringan normal pada perkerasan jalan dapat dilihat seperti
pada tabel sbb:

No Jenis lapisan Permukaan Jalan Kemiringan melintang Normal (%)


1 Aspal, beton 2-3
2 Japat 4-6
3 Kerikil 3-6
4 Tanah 4-6

b. Di daerah jalan yang lurus di tanjakan/turunan.

 Perlu mempertimbangkan besarnya kemiringan alignment vertical jalan


yang berupa tanjakan/turunan agar aliran air secepatnya dapat mengalir ke
saluran samping.

Pemeliharaan Jalan 3
Pemeliharaan Drainase Jalan

 Besarnya kemiringan perkerasan dapat diambil nilai-nilai maksimum dari


tabel diatas.
Pada daerah tanjakan atau turunan dengan landai jalan lebih curam
daripada lereng jalan maka umumnya limpasan air hujan akan mengalir
mengikuti arah pengaruh gaya tarik bumi di sepanjang tepi perkerasan
jalan (lihat gambar di bawah).

Untuk mempercepat
keluarnya aliran tersebut dari
daerahperkerasan jalan dan
meminimalkan kemungkinan
rusaknya perkerasan jalan akibat
aliran ini maka pada badan jalan
dapat dipertimbangkan pembuatan
selokan-selokan kecil melintang
bahu jalan dengan jarak tertentu.

c. Di daerah tikungan.

 Harus mempertimbangkan kebutuhan kemiringan jalan menurut


persyaratan alignment horizontal jalan sesuai dengan ketenetuan yang
berlaku.
 Kemiringan perkerasan jalan harus dimulai dari sisi luar tikungan dan
menurun/melandai ke arah sisi dalam tikungan.
 Besarnya kemiringan daerah ini ditentukan oleh nilai maksimum kebutuhan
kemiringan alignment horizontal atau kebutuhan kemiringan menurut
keperluan drainase.
 Besarnya kemiringan bahu jalan ditentukan dengan kaidah-kaidah seperti
digambarkan sbb:

Pemeliharaan Jalan 4
Pemeliharaan Drainase Jalan

2. Saluran samping (side ditch).

Saluran samping jalan adalah saluran yang dibuat di sisi kiri dan kanan dari badan
jalan yang berfungsi dan harus diperhitungkan mampu untuk:
 Menampung dan mengalirkan air hujan yang berasal dari permukaan
perkerasan jalan.
 Menampung dan mengalirkan air hujan yang berasal dari daerah penguasaan
jalan dan atau dari daerah pengaliran (catchment area) di sekitar saluran
samping jalan.

Bentuk saluran samping dipilih antara lain berdasarkan pertimbangan-


pertimbangan sebagai berikut:

 Kondisi tanah dasar,


 Kecepatan aliran, dan
 Kedalaman dari air tanah.

3. Gorong-gorong (culvert).

Gorong-gorong adalah bangunan drainase yang mempunyai fungsi:


 Memberi jalan kepada air dari alur alam (parit, sungai kecil, dsb) yang mengalir
melintasi jalan, dan atau

Pemeliharaan Jalan 5
Pemeliharaan Drainase Jalan

 Mengalirkan air dari saluran samping di satu sisi jalan ke sisi jalan yang lainnya
untuk dibuang ke luar, misalnya ke lembah-lembah atau sungai-sungai di
sekitar jalan.

Material untuk gorong-gorong ada dua macam, yaitu beton bertulang dan baja.
Beton bertulang dapat berpenampang lingkaran atau kotak (box culvert) dengan
berbagai macam ukuran.
Gorong-gorong baja umumnya lebih praktis dan dapat memiliki dimensi yang lebih
besar daripada gorong-gorong beton. Bentuk-bentuk penampang yang biasa dikenal
adalah lingkaran dan elipsoida.

4. Saluran penangkap (catch ditch).

Kadang-kadang air yang harus ditampung oleh saluran samping yang berasal dari
daerah pengaliran (catchment area) di sebelah luar saluran samping jalan mempunyai
debit yang besar. Hal ini dapat terjadi pada jalan yang berada di daerah-daerah
perbukitan atau pegunungan.
Pada keadaan yang demikian, untuk memperoleh dimensi saluran samping jalan
yang masih cukup tepat dan atau tidak terlampau besar serta untuk menghindari
terjadinya erosi pada lereng tebing di samping jalan maka tidak seluruh aliran air
ditampung kedalam saluran samping jalan tetapi ditangkap atau dicegat dahulu oleh
saluran penangkap. Untuk itu maka saluran penangkap ini harus dibuat disebelah atas
saluran samping atau diatas lereng galian, untk selanjutnya air dibuang ketempat lain.
Dengan dibangunnya saluran penangkap tidak seluruh aliran air dari daerah pengaliran
di bagian atas lereng galian akan menuju ke saluran samping jalan. Selain itu saluran
penangkap juga dapat berfungsi untuk mengamankan stabilitas lereng tebing.

Potongan memanjang saluran pembuang samping jalan.

Beberapa hal yang sangat berpengaruh dan harus diperhatikan dengan baik
dalam merencanakan potongan memanjang saluran pembuang samping jalan adalah:
(1) Tinggi muka air outlet rencana saluran, (2) Kemiringan topografi lokasi rencana
saluran; dan (3) Lengkung/belokan rencana saluran.

Pemeliharaan Jalan 6
Pemeliharaan Drainase Jalan

1. Tinggi muka air di outlet rencana saluran.

Supaya air disaluran pembuang samping jalan dapat mengalir dengan baik maka
perencanaan tinggi muka air di saluran harus dilaksanakan dengan mengacu kepada
tinggi muka air rencana di outlet saluran tersebut.
Perencanaan tinggi muka air di saluran pembuang harus dilakukan dari arah paling hilir
(outlet) ke arah hulu. Dalam perencanaan tersebut harus diperhatikan juga tinggi
muka air di bagian pertemuan dengan saluran-saluran lain yang direncanakan mengalir
masuk ke saluran pembuang samping jalan.
Muka air rencana pada outlet saluran pembuang samping jalan sebaiknya
diambil acuan sebagai berikut:
 Bila rencana outlet adalah sungai maka elevasi muka air sungai yang sesuai
dengan banjir dengan periode ulang lima kali per tahun,
 Bila rencana outlet adalah saluran pembuang lain yang tingkatannya lebih
tinggi maka elevasi muka air rencana adalah elevasi dari saluran pembuang
tersebut,
 Bila rencana outlet adalah lokasi yang terpengaruh pasang surut air laut maka
elevasi adalah muka air laut rata-rata (mean sea level/MSL).

2. Kemiringan topografi rencana lokasi saluran.

Kemiringan memanjang saluran pembuang idealnya mengikuti kemiringan medan


topografi setempat. Namun agar tujuan pembuatannya tercapai, saluran pembuang
samping jalan semaksimal mungkin harus mengikuti alinyemen vertikal jalan dan tinggi
muka air di outlet rencana saluran. Oleh karea itu maka ada kemungkinan kemiringan
memanjang saluran pembuang direncanakan lebih landai atau lebih curam daripada
kemiringan medan topografi aslinya.
Dalam hal kemiringan memanjang saluran pembuang terpaksa harus direncanakan
curam/terjal maka akan menyebabkan terjadinya erosi pada saluran tersebut. Untuk
mengatasi hal ini maka diperlukan adanya pengendali/pembatasan kecepatan aliran
dengan cara membuat bangunan-bangunan peredam energi atau pematah arus pada
jarak-jarak tertentu di saluran tersebut.

Pemeliharaan Jalan 7
Pemeliharaan Drainase Jalan

3. Lengkung/belokan rencana saluran.

Ketentuan tentang lengkng/belokan rencana saluran diperlukan untuk


meminimalkan dampak negatif kemungkinan terjadinya erosi tebing saluran.
Lengkung yang diizinkan untuk saluran tanah bergantung kepada:
 Ukuran dan kapasitas saluran,
 Jenis tanah, dan
 Kecepatan aliran.
Jari-jari minimum lengkung saluran pembuang buatan dengan debit rencana Q< 5
m3/det yang diukur dari as (titik tengah) saluran harus diambil sekurang-kurangnya
tiga kali lebar dasar dari saluran tersebut.
Tetapi kadang-kadang ketentuan tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan
topogafi setempat yang terbatas. Selain itu untuk mencapai tujuan pembuatannya
maka saluran pembuang jalan semaksimal mungkin harus mengikuti alinyemen
horisontal jalan. Jika terpaksa diperlukan jari-jari lengkung yang lebih kecil maka dapat
dilakukan dengan cara memberi pasangan pada bagian luar lengkung saluran,
setidaknya sepanjang empat kali kedalaman air pada tikungan saluran tersebut.

Drainase bawah permukaan (sub-surface drainage).

Sistem drainase bawah permukaan adalah sistem drainase yang berkaitan


dengan pengendalian air di bawah permukaan tanah (air tanah).
Sama halnya dengan drainase permukaan, tujuan utama drainase bawah permukaan
adalah untuk melindungi konstruksi jalan dari kerusakan akibat pengaruh-pengaruh
buruk dari air, hanya saja kalau drainase permukaan adalah untuk mengendalikan air
di atas permukaan tanah maka drainase bawah permukaan adalah untk
mengendalikan air tanah.
Aliran air bebas yang merembes masuk e dalam tanah atau tertahan di bawah
permukaan bumi disebut air tanah. Air tanah terjadi akibat air hujan (air permukaan)
yang menggenang dan masuk ke dalam tanah sampai mencapai lapisan kedap air. Di
lapisan ini juga terdapat air yang dapat berasal dari kolam bawah tanahyang berada di
rongga-rongga antara lapisan-lapisan batu. Air itu disebut air tanah dan permukaannya
disebut muka air tanah.

Pemeliharaan Jalan 8
Pemeliharaan Drainase Jalan

Air tanah yang berkumpul di bawah dan atau di badan jalan dapat disebabkan
oleh beberapa factor, dimana faktor yang terpenting meliputi:
 Tingginya muka air tanah di sekitar jalan,
 Adanya mata air atau rembesan air yang tersembul di bawah perkerasan jalan,
 Adanya air tanah yang merembes ke badan jalan dari saluran samping jalan,
 Air dari permukaan jalan masuk ke dalam badan jalan melalui retak-retak atau
lubang-lubang di permukaan jalan atau dari embesan air bahu jalan yang tidak
diperkeras.

Drainase bawah permukaan tanah hanyadiperlukan jika diperkirakan tinggi muka


air tanah akan menyebabkan tanah pondasi dan atau timbunan konstruksi jalan
mengalami kenaikan kadar air sampai mencapai batas tertentu yang akan
mengakibatkan tidak stabilnya kemampuan dukung tanah dan menyebabkan
keruntuhan. Terutama bagi tanah yang memiliki kadar lempung atau lanau yang tinggi
serta bagian jalan yang rendah seperti misalnya cekungan jalan atau bagian yang
rendah dari peninggian tikungan (super elevasi).
Jika air tanah yang merembes ke dalam badan jalan tidak segera ditangani
dengan baik maka dapat menyebabkan kerusakan pada perkerasan jalan. Daerah
perbatasan antara bahu jalan dan perkerasan jalan juga dapat mengalami kerusakan
akibat pengendalian air hujan pada bahu jalan yang tidak tertangani dengan baik,
sehingga genangan air pada bahu jalan meresap ke dalam badan jalan.
Muka air tanah yang berada di bawah lapisan pondasi jalan dapat meningkatkan kadar
air lapis bawah (subgrade) yang berada di atasnya karena adanya gerakan air kapiler
(tekanan hidrostatis).
Prinsip kerja sistem drainase bawah permukaan adalah bagaimana
mengenalikan atau menurunkan muka air tanah tersebut agar tidak sampai
mengganggu stabilitas subgrade. Berdasarkan prinsip tersebut maka cara
pengendalian air anah dengan sistem drainase bawah permukaan dapat dibedakan
atas: (1) Bila tekanan hisrostatis relatif kecil; dan (2) Bila tekanan hidrostatis cukup
besar.

Pemeliharaan Jalan 9
Pemeliharaan Drainase Jalan

1. Bila tekanan hidrostatis relatif kecil.

Dari sketsa seperti pada gambar di bawah, terlihat bahwa apabila aliran air ke atas
tidak dihalang-halangi oleh filter/blanket maka perekerasan jalan akan dirembesi air.
Untuk menghindari hal tersebut maka di bawah lapisan perkerasan dipasang
filter/blanket agar aliran air bawah permukaan tanah yang naik ke atas akibat tekanan
hidrostatis dapat dibelokkan ke saluran samping (side ditch).

2. Bila tekanan hidrostatis cukup besar.

Pada kasus ini aliran air bawah permukaan tanah harus segera dicegat sebelum
mencapai daerah bahu jalan dengan konstruksi seperti terlihat pada gambar dibawah.
Terlihat bahwa filter/blanket dipasang di bawah saluran samping kemudian di dasar
lapisan filter tersebut dipasang selokan tambahan berbentuk lingkaran yang berlubang-
lubang di bagian atasnya guna memberikan kemungkinan masuknya air dari lapisan
filter. Air pada saluran tambahan itu kemudian dibuang ke luar daerah penguasaan
jalan.

Pemeliharaan Jalan 10
Pemeliharaan Drainase Jalan

Pemeliharaan Jalan 11
Pemeliharaan Drainase Jalan

BAB II
MANAJEMEN PEMELIHARAAN BANGUNAN DRAINASE

2.1. Pemeliharaan bangunan hidrolika

Operasionalisasi yang efisien dari bangunan-bangunan hidrolika dalam suatu


sistem drainase jalan harus mendapat menjamin terbebasnya konstruksi jalan dari
pengaruh negatif air, baik air limpasan permukaan maupun air rembesan bawah
permukaan tanah. Sampai sejauh mana atau seberapa lama prasarana tersebut dapat
dipertahankan kelestariannya dan beroperasi secara maksimal adalah sangat
bergantung kepada cara-cara pemeliharannya.
Tata cara pengelolaan atau manajemen pemeliharaan bangunan hidrolika
dalam suatu sistem drainase jalanmerupakan hal penting untuk diperhatikan dan
dilaksanakan, antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Melakukan usaha untuk pengamanan, pemeliharaan dan pendaya gunaan


jaringan drainase secara efektif sehingga kebutuhan pengamanan konstruksi
jalan dari bahaya pengaruh negatif air dapat dipenuhi.
2. Upaya-upaya dalam mempertahankan kelestarian kondisi serta fungsi suatu
sistem drainase jalan harus dapat dilaksanakan secara periodik dan
berkesinambungan dengan biaya pemeliharaan yang sehemat-hematnya.
3. Pemeliharaan sistem drainase jalan minimal dapat dilaksanakan dalam dua
kategori jangka waktu sebagai berikut:
a. Pemeliharaan berkala (periodic maintenance): pemeliharaan yang harus
dilakukan setidaknya dua kali dalam setahun, pada saat menjelang
musim hujan dan setelah musim hujan. Diantara selang waktu
pemeliharaan tersebut, senantiasa dilakukan pemeliharaan rutin yang
paling tidak berupa pemantauan rutin terhadap kondisi sistem drainase
yang ada. Dalam hal jalan termasuk dalam kategori jalan yang sangat
penting maka pemantauan harus dilakukan rutin setiap hari.
b. Pemeliharaan khusus (special maintenance): merupakan pemeliharaan
berat yang harus dilakukan setidaknya sekali dalam tiga tahun atau
apabila terjadi suatu bencana alam yang dapat menyebabkan kerusakan
dan tidak berfungsinya prasarana yang ada. Periode waktu tiga tahun

Pemeliharaan Jalan 12
Pemeliharaan Drainase Jalan

umumnya adalah merupakan perkiraan usia guna (life time) saluran


drainase samping jalan yang dipakai dalam perencanaan. Hal ini
mengacu kepada standar probabilitas 40%-45% kemungkinan disamai
atau dilampauinya debit banjir rencana dengan periode ulang 5
tahunan.
4. Pengelolaan sistem drainase jalan harus dilakukan dalam suatu sistem struktur
organisasi pengelolaan yang jelas. Dengan demikian diharapkan manajemen
pemeliharaan sistem drainase jalan dapat dilaksanakan dengan lebih terstruktur
dimana tugas dan tanggung jawab para pengelolanya menjadi lebih jelas, tidak
terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas. Dengan adanya struktur
organisasi pengelola yang jelas, masalah anggaran (budgeting) juga menjadi
lebih terjamin ketersediannya serta lebih efektif dan efisien dalam
pemanfaatannya termasuk lebih mudah pertanggung jawabannya.
5. Organisasi pengelola pemeliharaan sistem jaringan drainase jalan tersebut
harus memiliki dan memahami gambar-gambar perencanaan dan gambar-
gambar terbangun (as built drawing) serta catatan spesifikasi teknik dari sistem
drainase jalan yang akan dikelolanya. Dalam hal sistem drainase tersebut sudah
sangat lama sehingga data tersebut tidak dapat diperoleh maka paling tidak
organisasi pengelola harus memiliki gambar peta kerja yang menggambarkan
secara jelas posisi dan jenis serta volume dan kondisi terakhir prasarana
drainase yang akan dikelolanya.
6. Para pengelola harus memahami kerusakan-kerusakan serta kesalahan-
kesalahan yang umum terjadi (common mistakes) dalam suatu sistem drainase
jalan.
7. Dalam suatu perencanaan jalan baru ataupun pada perencanaan rehabilitasi
dan peningkatan jalan maka konsultan Perencana harus selalu membuat
”pedoman Operasi dan Pemeliharaan Sistem Drainase Jalan” yang khas sesuai
dengan hasil perencanaan detailnya dan kondisi daerah setempat.

Bangunan hidrolika yang dimaksudkan dalam suatu sistem jaringan drainase jalan
adalah mencakup saluran drainase dan bangunan-bangunan pelengkap yang terkait.

Pemeliharaan Jalan 13
Pemeliharaan Drainase Jalan

Lingkup pekerjaan pemeliharaan berkala (periodic maintenance) bagi saluran


drainase antara lain mencakup beberapa hal sebagai berikut:
 Pembersihan tumbuh-tumbuhan di profil basah saluran.
 Pembersihan sampah-sampah di saluran.
 Perbaikan pasangan batu atau beton yang rusak.
 Perbaikan saluran-saluran yang longsor.
 Pengerukan endapan sedimen dari saluran dan bak-bak penampungan.
 Membuang gumpalan-gumpalan batu atau tanah yang mudah runtuh dari
saluran.
 Membuat rambu larangan dan penyuluhan ke masyarakat agar tidak
membuang sampah di saluran dan atau bak-bak penampung.
 Membuat larangan dan penyuluhan ke masyarakat agar tidak merendam
bambu atau kayu di saluran dan atau bak-bak penampung.
 Membuat rambu larangan dan penyuluhan ke masyarakat agar tidak
menggembalakan ternak di atas tanggul saluran dan atau bak-bak penampung.
 Membuat rambu larangan dan penyuluhan ke masyarakat agar tidak menanam
tumbuhan tanpa izin di atas tanggul saluran dan atau bak-bak penampung.

Adapun lingkup pekerjaan pemeliharaan berkala (periodic maintenance) bagi


bangunan-bangunan drainase terkait antara lain mencakup beberapa hal sebagai
berikut:

 Meneliti dan memperbaiki kebocoran-kebocoran yang mungkin terjadi.


 Membersihkan dan membuang tanaman yang tumbuh di bidang bangunan
sampai ke akar-akarnya.
 Pengerukan endapan sedimen yang ada di bidang bangunan seperti misalnya di
bak penampung, inlet dan otlet gorong-gorong, bila mungkin di dalam
sepanjang gorong-gorong.
 Membuang sampah-sampah yang ada di bidang bangunan seperti misalnya di
bak penampung, inlet dan otlet gorong-gorong, bila mungkin di dalam
sepanjang gorong-gorong.
 Perbaikan pasangan batu atau beton yang rusak.
 Bagian sayap bangunan yang menyambung pada talud dan dasar saluran harus
dijaga keutuhannya, bila terjadi indikasi keretakan harus segera diperbaiki.

Pemeliharaan Jalan 14
Pemeliharaan Drainase Jalan

Lingkup pekerjaan pemeliharaan berkala (periodic maintenance) bagi saluran


bawah permukaan tanah, antara lain mencakup beberapa hal sebagai berikut:

 Memeriksa dan merapikan serta memadatkan kembali urugan tanah kedap air
di bagian atas saluran penangkap (interception drainage) yang merupakan
lapisan penutup saluran bawah tanah yang terletak di samping bahu jalan
tersebut.
 Bila ada indikasi terjadinya penurunan (settlement) pada bahu jalan atau badan
jalan maka kondisi saluran/lapisn drainase yang ada di bawahnya harus
diperiksa keuuhan dan fungsionalnya dengan cara membongkar beberapa
bagian yang paling dicurigai, kemudian memperbaikinya kembali.
 Memeriksa dan membersihkan bagian outlet sistem drainase bawah permukaan
dari kemungkinan tersumbatnya outlet tersebut. Bila tidak ada air yang
mengalir padahal saat itu musim hujan baru berakhir maka ada indikasi
terjadinya penyumbatan yang mengakibatkan tidak berfungsinya sistem
drainase bawah permukaan. Bila terjadi demikian maka beberapa bagian terkait
yang paling dicurigai harus segera dibongkar, diperiksa dan kemudian
diperbaiki kembali.

2.2. Kesalahan yang biasa terjadi (common mistakes)

Umum
Untuk dapat mengidentifikasi permasalahan operasional sistem drainase jalan
maka perlu dipahami kerusakan atau kerugian secara umum yang dapat diakibatkan
oleh tidak berfungsinya sarana drainase tersebut serta kesalahan-kesalahan yang
seringkali terjadi (common mistakes) sehingga menyebabkan timbulnya kerusakan-
kerusakan pada sistem drainase tersebut.

Sebagian kerusakan jalan disebabkan oleh pengaruh air terhadap konstruksi


jalan, untuk itu perlu diidentifikasi kerusakan atau tidak berfungsinya sarana-sarana
drainase jalan yang meliputi:
1. Drainase permukaan jalan,
2. Drainase bawah permukaan tanah, dan

Pemeliharaan Jalan 15
Pemeliharaan Drainase Jalan

3. Drainase lingkungan yaitu sistem drainase yang berfungsi untuk menanggulangi


genangan air banjir pada suatu daerah tertentu dimana drainase ini seringkali
berpengaruh atau dipengaruhi oleh sistem drainase jalan baik drainase
permukaan maupun drainase bawah permukaan tanah.

Penjelasan identifikasi kerusakan atau tidak berfungsinya masing-masing jenis


drainase tersebut adalah seperti yang dijelaskan pada uraian berikut.

Kerusakan drainase permukaan


Untuk memahami kerusakan yang terjadi pada drainase permukaan maka
harus diketahui tujuan dari drainase permukaan yang secara spesifik adalah sebagai
berikut:
 Mencegah terkumpulnya air hujan/genangan yang dapat mengganggu lalu-
lintas.
 Menjaga kadar air tanah dan pondasi jalan agar tetap rendah atau optimum
sehingga konstruksi jalan tersebut berumur sesuai rencananya.
 Mencegah berkurangnya kekuatan bahan-bahan penutup atau lapisan aus.
 Mengurangi berubahnya volume tanah dasar.
 Mencegah erosi tanah.
 Mencegah kelongsoran lereng atau tebing.
 Menambah keindahan lingkungan jalan.

Identifikasi kerusakan drainase permukaan jalan meliputi hal-hal sebagai berikut:


a) Kemiringan melintang perkerasan jalan tidak memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan bagi keperluan drainase permukaan jalan. (Lihat tabel di halaman 3).
Hal ini disebabkan oleh rusaknya permukaan perkerasan jalan yang retak-retak.
Akibat adanya retakan tersebut permukaan jalan menjadi amblas akibat pengaruh
air yang meresap kedalam sehingga tanah dasar atau badan jalan tidak kuat
mendukung beban lalu-lintas.

b) Selokan samping tidak lagi berfungsi dengan baik sesuai tujuannya yaitu yang
seharusnya untuk menampung dan membuang air yang berasal dari permukaan
jalan dan dari daerah pengaliran sekitarnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh:

Pemeliharaan Jalan 16
Pemeliharaan Drainase Jalan

 Adanya kerusakan pada selokan samping, misalnya longsoran dinding selokan


yang disebabkan pelaksanaan yang kurang baik atau dasar selokan ditumbuhi
rumput dan menyumbat saluran.
 Pemilhan jenis material untuk selokan samping tidak sesuai dengan besarnya
kecepatan rencana aliran air yang akan melewatinya sehingga terjadi
penggerusan pada dinding maupun dasar saluran.
 Dimensi saluran samping terlalu kecil, tidak sesuai dengan kriteria desain yang
telah ditetapkan sehingga air meluap ke permukaan jalan.

c) Gorong-gorong tidak berfungsi dengan baik sehingga menyebabkan aliran


terganggu dan menimbulkan genangan pada permukaan jalan. Tidak berfungsinya
gorong-gorong dapat disebabkan oleh berbagai hal akibat kesalahan desain,
kesalahan penempatan dan kesalahan pelaksanaan konstruksi, antara lain:
 Penempatan kedalaman yang kurang tepat danaman terhadap permukaan jalan
sehingga rusak atau patah akibat beban lalu lintas.
 Jenis bahan yang digunakan untuk pembuatan gorong-gorong kurang
memenuhi syarat untuk dapat menahan beban lalu-lintas. Bila tidak kuat maka
gorong-gorong akan patah dan permukaan jalan akan amblas sehingga air
tidak mengalir melalui gorong-gorong. Hal ini mengurangi fungsi kemiringan
melintang perkerasan jalan sebagai drainase permukaan jalan.
 Penentuan dimensi gorong-gorong tidak sesuai dengan kriteria desain yang
telah ditetapkan sehingga kemungkinan debit yang masuk ke dalam gorong-
gorong lebih besar melebihi kapasitas gorong-gorong. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya genangan pada permukaan jalan dan menyebabkan
gorong-gorong rusak.
 Penetapan lokasi gorong-gorong tidak memperhatikan aliran dari daerah
sekitarnya atau aliran alamiah, termasuk penetapan lokasi inlet dan outlet
gorong-gorong. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya genangan pada
permukaan jalan dan menyebabkan gorong-gorong rusak.
 Kemiringan gorong-gorong tidak sesuai dengan kriteria desain yang telah
ditetapkan, dimana kemiringan yang terbaik antara 0,5% - 2% dan tergantung
pada lokasinya.
 Penempatan gorong-gorong tidak melihat kondisi di lapangan. Sementara
gorong-gorong yang berfungsi juga untuk drainase bawah permukaan jalan dan

Pemeliharaan Jalan 17
Pemeliharaan Drainase Jalan

atau termasuk drainase lingkungan maka penempatannya adalah tergantung


dari kondisi terrain-nya. Kesalahan penempatan dan desain gorong-gorong
akan menyebabkan terjadinya genangan air atau banjir pada lingkungan di
sekitar jalan termasuk badan jalan yang mengakibatkan kerusakan konstruksi
jalan.

d) Saluran penangkap (catch ditch) tidak berfungsi dengan baik. Tidak


berfungsinya saluran penangkap dapat terjadi disebabkan oleh adanya erosi tebing
di atas saluran tersebut sehingga menyebabkan tersumbat. Hal ini menyebabkan
meluapnya air dari saluran melalui tebing di bawahnya yang selanjutnya akan
masuk ke selokan samping. Air luapan dari saluran penangkap akan mengakibatkan
erosi dan menyebabkan rusaknya tanah tebing baik yang ada di atas maupun
bawahnya.

Pada keadaan tertentu misalnya kemiringan melintang yang disyaratkan pada


drainase permukaan jalan tidak terpenuhi atau disebabkan hujan yang sangat lebat
sehingga saluran samping tidak dapat mengalirkan air secara cepat maka kemungkinan
permukaan jalan menjadi licin dan membahayakan lalu-lintas karena kendaraan akan
mengalami slip.
Sehubungan dengan hal diatas maka perlu direncanakan ’anti slip’ pada permukaan
jalan. Untuk itu banyak cara yang diambil, misalnya dengan membuat permukaan
kasar dengan tingkat kekasaran berbeda pada setiap kecepatan tertentu.

Kerusakan drainase bawah permukaan tanah


Tujuan drainase bawah permukaan tanah adalah untuk mengendalikan air di
bawah permukaan tanah. Drainase ini biasanya dibangun dengan menggunakan pipa
yang berlubang-luban dan bahan filter atau saringan. Keperluan terhadap sistem
drainase bawah tanah yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lapangan perlu
dianalisa dengan tepat sehingga bisa dibuat sistem drainase bawah tanah yang cocok
untuk mengatasi masalah-masalah perlindungan dan pembuangan air di bawah
permukaan tanah.
Kerusakan yang terjadi pada tanah dasar dari suatu konstruksi jalan dapat
disebabkan oleh tidak berfungsinya sistem drainase bawah tanah. Kerusakan ini akibat

Pemeliharaan Jalan 18
Pemeliharaan Drainase Jalan

adanya rembesan air tanah atau air dari permukaan tanah ke dasar pondasi jalan yang
diakibatkan hal-hal sebagai berikut:
 Apabila tanah dasar dari konstruksi jalan jelek, mengandung tanah organis,
pasir halus atau lempung yang sangat mudah dimampatkan sehingga air dapat
merembes. Adanya muka air tanah yang tinggi pada tanah dasar atau galian di
sekitarnya.
 Apabila galian jalan pada muka bukit memotong muka air tanah (mata air)
pada tanah yang tidak rapat air dan berada diatas lapisan yang rapat air.
 Apabila jalan memotong tanah rawa-rawa dimana air tergenang dan
menyebabkan muka air tanah yang tinggi di waktu hujan lebat.
 Pada galian jalan dimana drainase muka air tanah sering terhalang oleh
longsoran-longsoran.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa dengan terjadinya kerusakan


drainase bawah permukaan tanah dapat mengakibatkan kerusakan pada tanah dasar
dari konstruksi jalan.
Sebagai contoh sistem bangunan drainase bawah permukaan tanah yang dipasang
melintang di sepanjang bawah permukaan tanah dasar (badan jalan): akibat beban
lalu-lintas, kurang tepatnya penempatan atau pemilihan lokasi, jeleknya kualitas bahan
dan atau pelaksanaan yang kurang baik maka akan menyebabkan bangunan drainase
bawah tanah tersebut tidak dapat berfungsi dengan semestinya. Hal ini menyebabkan
air tanah yang seharusnya tertampung di pipa peresapan untuk dialihkan dan dialirkan
dari bagian bawah permukaan tanah dasar akan merembes kembali secara liar ke
badan jalan dan menyebabkan permukaan air tanah akan kembali tinggi sehingga
kemampuan dukung tanah dasar menjadi menurun dan akan menyebabkan amblas
bila dilalui kendaraan.

Kerusakan yang mungkin terjadi pada drainase bawah permukaan tanah adalah
sebagai berikut:
 Kerusakan dapat terjadi pada saluran penangkap (interception drain) di samping
bahu jalan atau saluran samping akibat beban berat kendaraan yang parkir di tepi
jalan atau akibat salah satu roda kendaraan yang turun dari perkerasan dan
mengijak bahu jalan.

Pemeliharaan Jalan 19
Pemeliharaan Drainase Jalan

 Kerusakan pada lapisan pengering (drainage layer) di bawah pondasi jalan (sub
base) akibat badan jalan mengalami penurunan atau amblas.
 Kerusakan lainnya yang diakibatkan terbukanya penutup sambungan pipa saluran
drainase bawah permukaan tanah sehingga tanah akan masuk dan menutup serta
menyumbat bagian dalam dari pipa.
 Kerusakanakibat kurang terpeliharanya bagian atas dari saluran penangkap berupa
urugan tanah kedap air yang masuk ke dalam rongga lapisan bahan filter yang
berfungsi sebagai pengering (drainage).

Kerusakan drainase lingkungan


Fungsi drainase lingkungan adalah untuk mengalirkan air permukaan (surface
water) ke badan air atau ke bangunan resapan buatan. Drainase lingkungan juga
berfungsi untuk menampung air dari drainase jalan dan dapat merupakan drainase
makro dari suatu sistem drainase jalan.

Sistematika saluran drainase lingkungan terdiri dari: (1) saluran primer, (2)
saluran sekunder, (3) saluran tersier dan (4) saluran kuarter.

Saluran drainase primer berfungsi untuk menampung air dari saluran drainase
sekunder dan bermuara di badan air alam atau sungai.
Saluran drainase sekunder berfungsi menampung air dari saluran drainase tersier dan
bermuara di saluran drainase primer.

Pemeliharaan Jalan 20
Pemeliharaan Drainase Jalan

Saluran drainase tersier berfungsi menampung air dan saluran drainase kuarter dan
bermuara di saluran drainase tersier. Sedangkan saluran drainase kuarter berfungsi
menampung air dari lingkungan yang dirancang menjadi daerah pengalirannya dan
bermuara di saluran drainase tersier.
Tidak berfungsinya drainase lingkungan dapat menyebabkan genangan air atau
banjir dan akibatnya akan menimbulkan kerusakan dan kerugian.

Identifikasi kerusakan drainase lingkungan antara lain adalah sebagai berikut:


 Rusaknya talud saluran baik primer, sekunder, tersier maupun kuarter.
 Terdapatnya tumpukan sedimen ataupun sampah di saluran.
 Dimensi saluran primer dan atau sekunder dan atau tersier dan atau kuarter tidak
sesuai dengan desain rencana sehingga menimbulkan genangan atau banjir
apabila hujan yang mengakibatkan rusaknya prasarana jalan yang ada di sekitar
trase saluran tersebut.

Pengendalian erosi
Erosi disebabkan oleh air sehingga pengendalian erosi dapat disamakan dengan
pengendalian air. Dalam sistem drainase jalan pengendalian air meliputi pengendalian
air permukaan dan pengendalian air rembesan (air bawah permukaan tanah).

1. Pengendalian air permukaan

Genangan air permukaan merupakan salah satu faktor penyumbang ketidak-


mantapan lereng karena akan meningkatkan tekanan air pori. Genangan air
permukaan juga akan menimbulkan penjenuhan sehingga massa tanah akan menjadi
lembek dan menambah berat massa longsoran. Aliran air permukaan dapat juga
menimbulkan erosi sehingga akan mengganggu kemantapan lereng yang ada.
Oleh karena itu air permukaan perlu dikendalikan untuk mencegah masuknya atau
mengurangi rembesan air permukaan ke daerah longsoran. Mengendalikan air
permukaan dapat dilakukan dengan cara menanam tumbuh-tumbuhan, menutup
rekahan, pembuatan saluran penangkap dan perbaikan permukaan lereng.
Metoda penanggulangan dengan mengendalikan air permukaan yang datang dan
daerah lereng bukit atau daerah miring seperti terlihat di gambar sbb:

Pemeliharaan Jalan 21
Pemeliharaan Drainase Jalan

Keterangan gambar:

Air limpasan dicegat di saluran penangkap sehingga tidak masuk ke daerah


longsoran. Rekahan diisi dengan bahan kedap air sehingga air permukaan tidak
meresap ke dalam tanah. Lekukan atau tonjolan diratakan dengan mengisi lekukan
dengan bahan kedap air dan memotong tonjolan sehingga tidak mengakibatkan
terjadinya genangan.
Salah satu cara yang cukup efektif dan murah utuk mengendalikan air permukaan
terhadap bahaya erosi tanah adalah dengan cara menanam tumbuhan misalnya
menaburkan biji rumput-rumputan atau gebalan rumput.
Untuk mempercepat mengalirnya limpasan air permukaan tanpa menimbulkan erosi
permukaan lereng dapat disemprot dengan semen campur pasir. Sebelum
penyemprotan tersebut untuk mempertahankan kestabilan semen terlebih dulu
dipasang anyaman besi yang ditancapkan pada permukaan lereng.
Erosi tebing dapat juga disebabkan oleh pengaruh arus sungai yang bertemu
dengan tebing jalan di bagian lengkungan luar sungai terutama dengan sudut
pertemuan < 90o dengan tebing jalan. Erosi terjadi akibat gerusan arus sungai
terhadap tebing. Hal ini sangat membahayakan karena terjadinya longsoran tebing,
apalagi bila di atas tebing terdapat badan jalan dengan beban lalu-lintas cukup berat.
Untuk penanggulangan erosi tersebut dapat dibuat bangunan ”krib” dengan tujuan: (1)
melindungi tebing secara tidak langsung dari bahaya gerusan lokal akibat aurs sengai;
dan (2) memindahkan/mengarahkan arus sungai sesuai dengan tujuan.

Pemeliharaan Jalan 22
Pemeliharaan Drainase Jalan

Erosi pada tebing juga dapat terjadi di tempat keluarnya air tanah melalui drain
atau di tempat keluarnya air dari gorong-gorong. Untuk mengatasi erosi tersebut maka
pada tebing di bagian bawah tempat keluarnya (outlet) gorong-gorong dibuatkan
konstruksi pasangan batu sebagai pelindung tebing (slope protection).

2. Pengendalian air rembesan

Maksud dari pengendalian air rembesan (drainase bawah permukaan) adalah


untuk menurunkan muka air tanah di daerah longsoran. Dalam memilih cara yang
tepat perlu dipertimbangkan jenis dan letak muka air tanah.
Penetapan metoda pengendalian air rembesan sebagai usaha untuk
mengeringkan dan atau menurunkan muka air tanah di dalam lereng dengan
mengendalikan air rembesan umumnya cukup sulit dan memerlukan penyelidikan yang
cermat.

Pondasi jalan, dasar jalan , badan jalan dan lereng dari suatu jalan mengandung
sejumlah kadar air. Drainase bawah permukaan tanah hanya diperlukan jika terjadi
kenaikan kadar air atau diperkirakan akan terjadinya kenaikan kadar air sampai
mencapai batas tertentu yang dapat berakibat menjadi tidak stabilnya daya dukung
tanah bahkan mungkin diperkirakan dapat terjadi keruntuhan, terutama bagi tanah
yang mempunyai kadar lempung atau lanau yang tinggi dan untuk bagian jalan yang
rendah seperti cekungan jalan atau bagian rendah dari sebuah pinggiran tikungan
(super elevasi).

Bangunan pemasukan air (inlet)


Bangunana pemasukan air adalah suatu bukaan di dalam sistem drainase untuk
tempat masuknya air limpasan (air hujan). Pada jalan antar kota (rural drainage)
bangunan inlet biasanya terdapat di bangunan gorong-gorong pada kondisi:
 Pertemuan antara gorong-gorong dan saluran samping.
 Pertemuan antara gorong-gorong dengan lebih dari dua saluran samping.
Bangunan inlet pada pertemuan antara gorong-gorong dan saluran samping
biasanya berupa bak penampung. Fungsi dari bak penampung tersebut adalah
mengumpulkan air dari saluran samping untuk dialirkan ke saluran pembuang atau
sungai melalui gorong-gorong.

Pemeliharaan Jalan 23
Pemeliharaan Drainase Jalan

Untuk melindungi tebing saluran pembuang atau tebing sungai dari bahaya
erosi atau gerusan air yang keluar dari gorong-gorong maka tebing saluran atau tebing
sungai harus diberi lapisan dari pasangan batu kali atau beton (slope protection).
Elevasi dasar bak penampung dibuat lebih rendah dari elevasi dasar gorong-
gorong, fungsinya adalah untuk menampung endapan lumpur supaya tidak mengalir
melalui gorong-gorong dan mengalir masuk ke dalam saluran pembuang atau sungai.
Lantai dasar gorong-gorong pada bagian keluaran (outlet) diberi pondasi untuk
mencegah terjadinya longsoran.

Aspek teknik drainase

Dalam kaitan manajemen dan implementasi pemeliharaan bangunan-bangunan


hidrolika pada umumnya dan bangunan drainase jalan antar kota pada khususnya
maka aspek-aspek teknik drainase yang terkait dan mencakup aspek-aspek teknik
drainase yang terkait dan mencakup aspek hidrologi, hidrolika serta aspek struktur
haruslah dipahami dengan baik.

Pemeliharaan Jalan 24
Pemeliharaan Drainase Jalan

1. Aspek hidrologi

 Penentuan debit banjir rencana untuk sistem drainase jalan agar dihitung
dengan menggunakan lengkung intensitas-durasi-frekuensi curah hujan.
 Penentuan debit rencana dan tinggi jagaan agar didasarkan pada tingkat
kepentingan jalan yang harus dilindungi serta derajat resiko yang masih dapat
diterima bila terjadi kerusakan.
 Penetapan karakteristik daerah aliran berupa luas daerah aliran, koefisien
limpasan dan penetapan waktu konsentrasi agar didasarkan pada karakteristik
daerah sekitar jalan serta karakteristik jalan yang harus dilindungi.

2. Aspek hidrolika

 Kecepatan maksimum aliran agar ditentukan tidak lebih besar daripada


kecepatan maksimum yang diizinkan sehingga tidak terjadi kerusakan.
 Kecepatan minimum aliran agar ditentukan tidak lebih kecil daripada kecepatan
minimum yang diizinkan sehingga tidak terjadi pengendapan dan tumbuhnya
tanaman liar.
 Bentuk penampang saluran agar dipilih bentuk-bentuk penampang yang efisien
seperti misalnya bentuk-bentuk segi empat, trapesium, segitiga, setengah
lingkaran dan lingkaran.
 Dimensi saluran drainase permukaan dan bawah permukaan agar direncanakan
dan ditetapkan berdasarkan ketentuan-ketentuan desain.

3. Aspek struktur

 Jenis dan mutu bahan bangunan agar dipilih sesuai dengan persyaratan desain,
tersedia cukup banyak dan mudah diperoleh.
Kekuatan dan kestabilan bangunan agar diperhitungkan sesuai dengan umur layanan
yang ditentukan sesuai dengan norma-norma perhitungan struktur yang berlaku.

Pemeliharaan Jalan 25
Pemeliharaan Drainase Jalan

BAB III
INSPEKSI DAN PEMELIHARAAN DRAINASE JALAN

3.1. Ketentuan umum

Pedoman ini menetapkan ketentuan-ketentuan dan tata cara inspeksi serta


pemeliharaan drainase jalan baik yang bersifat rutin maupun khusus.
Untuk melengkapi pedoman ini tentunya harus disertai dengan acuan normatif yaitu
Standar Nasional Indonesia yang terkait baik berupa metoda, analisa, tatacara maupun
spesifikasi, diantaranya adalah:
 SNI 15-2530-1991 tentang Metode pengujian kehalusan semen Portland.
 SNI 15-2531-1991 tentang Metode pengujian berat jenis semen Portland.
 SNI 03-2914-1992 tentang Spesifikasi beton bertulang kedap air.
 SNI 03-3424-1994 tentang Tatacara perencanaan drainase permukaan jalan.
 SNI 03-3976-1995 tentang Tatacara pengadukan pengecoran beton.
 SNI 03-2835-2002 tentang Tatacara perhitungan harga satuan pekerjaan
tanah.
 SNI 03-2836-2002 tentang Tatacara perhitungan harga satuan pekerjaan
pondasi.
 SNI 03-2837-2002 tentang Analisa biaya konstruksi (ABK) bangunan gedung
dan perumahan pekerjaan plesteran.
 SNI 03-3436-2002 tentang Tatacara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu.
 SNI 03-6817-2002 tentang Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam
beton.
 SNI 03-6861.1-2002 tentang Spesifikasi bahan bangunan A (bahan bangunan
bukan logam).
 SNI 03-6861.2-2002 tentang Spesifikasi bahan bangunan B (bahan bangunan
dari besi/baja).
 SNI 03-6861.3-2002 tentang Spesifikasi bahan bangunan C (bahan bangunan
logam bukan besi).
 SNI 03-6862-2002 tentang Spesifikasi peralatan pemasangan dinding bata dan
plesteran.
 SNI 03-6897-2002 tentang Analisa biaya konstruksi (ABK) bangunan gedung
dan perumahan pekerjaan dinding.

Pemeliharaan Jalan 26
Pemeliharaan Drainase Jalan

3.2. Inspeksi rutin

Yang dimaksud dengan inspeksi rutin adalah:


 Merupakan kegiatan pengamatan secara langsung untuk mengetahui secara viasual
dengan mencatat kondisi saluran dan kondisi bangunan beserta sarana
pelengkapnya;
 Dilaksanakan minimum dua kali setahun, pada awal dan akhir musim penghujan.
 Hasil inspeksi rutin ini perlu dicatat dengan cara yang muda, jelas dan
standar/baku sehingga dapat dipakai sebagai bahan/data untuk evaluasi dalam
penyusunan program kegiatan pemeliharaan.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan inspeksi rutin mencakup bebarapa
aspek yaitu: (1) efisiensi dan koordinasi, (2) keselamatan dan (3) kelancaran lalu-
lintas.

1. Personil.
Personil yang langsung terjun ke lapangan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pelaksanaan inspeksi. Untuk itu seorang pelaksanaan inspeksi rutin
mempunyai kriteria:
 Mempunyai kemampuan yang luas dalam menilai kinerja dan kondisi bangunan
drainase jalan sehingga hasil inspeksi dapat dievaluasi dengan cepat,
 Sanggup bekerja keras karena hasil pelaksanaan inspeksi dilakukan secara
rinci sehingga diketahui hal-hal apa saja yang terjadi pada saluran,
 Bertanggung jawab terhadap hasil inspeksi sesuai tugas yang diembannya.

2. Keselamatan kerja.
Keselamatan kerja perlu mendapat perhatian karena akan mempengaruhi
pelaksanaan inspeksi rutin. Beberapa hal yang harus dilakukan adalah:
 Mempersiapkan peralatan dan bahan dalam keadaan siap pakai merupakan hal
yang perlu diperhatikan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
 Jika diperlukan, menyiapkan rambu-rambu lalu-lintas sementara dan petugas
pengatur lalu-lintas untuk keselamatan dan kelancaran inspeksi ataupun
pengguna jalan.

Pemeliharaan Jalan 27
Pemeliharaan Drainase Jalan

 Menempatkan peralatan dan bahan di tepi jalan secara aman terutama di lokasi
rawan kecelakaan.
 Personil yang terlibat dalam pelaksanaan inspeksi rutin harus mengenakan
pakaian yang memenuhi unsur keselamatan dan keamanan kerja, terlindung
dari gangguan alam seperti panas, hujan dsb.

3. Peralatan dan bahan.


Peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam inspeksi rutin antara lain:
 Alat ukur,
 Alat tulis,
 Formulir, dan
 Kendaraan yang memnuhi persyaratan laik pakai.

3.3 Inspeksi khusus


Ketentuan mengenai inspeksi khusus pada prinsipnya adalah sebagai berikut:
 Akibat adanya peristiwa/kejadian tertentu (luar biasa) seperti: bencana alam,
kecelakaan lalu-lintas dan atau informasi dari masyarakat sekitarnya,
 Merupakan kegiatan pengamatan secara langsung untuk mengetahui secara
visual kondisi saluran dan kondisi bangunan beserta sarana pelengkapnya ,
 Hasil inspeksi perlu dicatat dengan cara yang mudah, jelas dan standar/baku
sehingga dapat digunakan sebagai bahan/data untuk evaluasi dalam
penyusunan program kegiatan pemeliharaan khusus.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan inspeksi khusus mencakup
bebarapa aspek yaitu: (1) efisiensi dan koordinasi, (2) keselamatan dan (3)
kelancaran lalu-lintas.

1. Personil.

Personil yang langsung terjun ke lapangan mempunyai peranan yang sangat


penting dalam pelaksanaan inspeksi. Untuk itu seorang pelaksanaan inspeksi rutin
mempunyai kriteria:
 Mempunyai kemampuan yang luas dalam menilai kinerja dan kondisi bangunan
drainase jalan sehingga hasil inspeksi dapat dievaluasi dengan mudah dan

Pemeliharaan Jalan 28
Pemeliharaan Drainase Jalan

tepat,harus seorang ahli teknisi berpengalaman atau sarjana teknik sipil


setingkat D3.
 Sanggup bekerja keras karena hasil pelaksanaan inspeksi dilakukan secara
rinci sehingga diketahui hal-hal apa saja yang terjadi pada saluran,
 Bertanggung jawab terhadap hasil inspeksi sesuai tugas yang diembannya.
 Dapat disertai seorang tenaga ahli/engineer senior untuk lebih meyakinkan
dalam mengidentifikasi kerusakan-kerusakan yang terjadi.

2. Keselamatan kerja.

Keselamatan kerja perlu mendapat perhatian karena akan mempengaruhi


pelaksanaan inspeksi rutin. Beberapa hal yang harus dilakukan adalah:
 Mempersiapkan peralatan dan bahan dalam keadaan siap pakai merupakan hal
yang perlu diperhatikan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
 Jika diperlukan, menyiapkan rambu-rambu lalu-lintas sementara dan petugas
pengatur lalu-lintas untuk keselamatan dan kelancaran inspeksi ataupun
pengguna jalan.
 Menempatkan peralatan dan bahan di tepi jalan secara aman terutama di lokasi
rawan kecelakaan.
 Personil yang terlibat dalam pelaksanaan inspeksi rutin harus mengenakan
pakaian yang memenuhi unsur keselamatan dan keamanan kerja, terlindung
dari gangguan alam seperti panas, hujan dsb.
 Kondisi dan situasi yang terjadi seperti bencana alam perlu lebih waspada
dengan mempersiapkan segala kemungkinan (lapor, dan lain-lain).

3. Peralatan dan bahan.

Peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam inspeksi rutin antara lain:
 Alat ukur,
 Alat tulis,
 Formulir, dan
 Kendaraan yang memnuhi persyaratan laik pakai.

Pemeliharaan Jalan 29
Pemeliharaan Drainase Jalan

3.4 Pemeliharaan

Pada dasarnya pekerjaan pemeliharaan adalah tindakan perbaikan yang


tergantung dari tingkat kerusakan yang ditemukan pada saat dilakukan inspeksi rutin
maupun inspeksi khusus.
Sasaran pekerjaan pemeliharaan/perbaikan adalah mengembalikan kondisi drainase
sesuai dengan desain atau rencana teknik yang telah dibuat atau minimal sebagai
pemenuhan atas kebutuhan yang terjadi.

1. Tipe kerusakan.

Kerusakan saluran secara fisik dikategorikan sebagai berikut:


 Kerusakan ringan , kerusakan saluran yang dapat diperbaiki saat itu juga dan
tidak memerlukan waktu yang lama.
 Kerusakan sedang, kerusakan saluran yang dapat diperbaiki saat itu namun
memerlukan material dan waktu pelaksanaan yang lebih lama dari kerusakan
ringan.
 Kerusakan berat, kerusakan saluran yang diakibatkan oleh kecelakaan
kendaraan atau bencana alam sehingga dalam perbaikannya memerlukan
upaya khusus dan waktu pelaksanaan yang relatif lama.

2. Prinsip dasar penanganan.

Prinsip dasar penanganan pemeliharaan antara lain:


 Pemeliharaan saluran dengan menggali timbunan/sedimen tanah, sampah,
brangkal dan lain-lain.
 Mengangkut dan membuang galian pada butir diatas ke daerah yang tepat dan
tidak mengganggu lingkungan sekitar termasuk kelancaran lalu-lintas.
 Melakukan perbaikan saluran sesuai dengan tingkat kerusakan yang terjadi
dengan memperhatikan cara menyimpan bahan/brangkal.

Pemeliharaan Jalan 30
Pemeliharaan Drainase Jalan

3. Personil.

Personil yang yang diperlukan dalam pekerjaan pemeliharaan mempunyai kriteria


sebagai berikut:
 Pekerjaan pemeliharaan ringan dan sedang:
o Berpengalaman dalam hal pekerjaan konstruksi bangunan.
o Mempu mengikuti petunjuk teknisi/tenaga ahli lapangan.
 Pekerjaan pemeliharaan besar:
o Berpengalaman dalam hal pekerjaan konstruksi bangunan.
o Mampu mengikuti petunjuk teknisi/tenaga ahli lapangan.
o Didampingi tenaga ahli/engineer yang cukup berpengalaman dalam
bidang drainase dan pekerjaan konstruksi serta mampu
menterjemahkan laporan dari insptektur yang melaksanakan inspeksi.

4. Keselamatan kerja.

Keselamatan kerja perlu mendapat perhatian karena akan mempengaruhi


pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan. Beberapa hal yang harus dilakukan adalah:
 Mempersiapkan peralatan dan bahan dalam keadaan siap pakai merupakan hal
yang perlu diperhatikan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
 Jika diperlukan, menyiapkan rambu-rambu lalu-lintas sementara dan petugas
pengatur lalu-lintas untuk keselamatan dan kelancaran inspeksi ataupun
pengguna jalan.
 Menempatkan peralatan dan bahan di tepi jalan secara aman terutama di lokasi
rawan kecelakaan.
 Personil yang terlibat dalam pelaksanaan inspeksi rutin harus mengenakan
pakaian yang memenuhi unsur keselamatan dan keamanan kerja, terlindung
dari gangguan alam seperti panas, hujan dsb.
 Kondisi dan situasi yang terjadi seperti bencana alam perlu lebih waspada
dengan mempersiapkan segala kemungkinan (lapor, dan lain-lain).

Pemeliharaan Jalan 31
Pemeliharaan Drainase Jalan

5. Materal.

Materal yang digunakan dalam kegiatan pekerjaan pemeliharaan secara umum


harus memnuhi ketentuan:
 Air harus bersih dan bebas dari sejumlah asam yang merusak, alkali atau unsur
organik.
 Semen yang digunakan harus dalam keadaan kering dan tidak
membatu/menggumpal.
 Batu belah harus bersih dan mempunyai bidang belahan, tidak pipih, tidak bulat
dan tidak berkulit.
 Pasir pasang harus bersih dan tidak mengandung lumpur.
 Bata merah harus dari tanah liat dengan mutu yang terpilih.
 Agregat beton harus bersih, keras dan mempunyai bidang pecah dengan
bentuk menyerupai kubus, tidak pipih dan tidak bulat.
 Pasir beton harus bersih, tajam dan berbutir kasar serta tidak mengandung
lumpur.
 Besi beton harus dalam keadaan utuh, tidak berkarat, bebas dari minyak atau
cat lainnya yang dapat merusak dan mengurangi daya lengket dengan beton.
 Gorong-gorong harus dalam keadaan utuh tidak ada tanda-tanda retak, harus
kuat dan kering.

3.5. Ketentuan teknis.

1. Persiapan.
Persiapan yang harus dilakukan dalam melaksanakan inspeksi khusus adalah:
 Seluruh peralatan yang akan digunakan harus memenuhi ketentuan:
1) berfungsi dengan baik, tidak mudah rusak dan mudah dioperasikan.
2) Memenuhi persyaratan keamanan dan akurat.
 Kendaraan yang digunakan harus siap pakai dan memenuhi standar teknis
untuk melakukan pekerjaan inspeksi.
 Formulir harus memenuhi unsur/format sebagai berikut:
1) Nomor formulir,
2) Nama jalan,

Pemeliharaan Jalan 32
Pemeliharaan Drainase Jalan

3) Nomor ruas,
4) Fungsi jalan,
5) Nama kota,
6) Provinsi,
7) Letak drainase berada di: tepi kiri, tepi kanan atau median.
8) Tanggal,
9) Cuaca, dan
10) Nama petugas.
 Alat tulis yang digunakan adalah ballpoint, setiap inspektur dilengkapi
dengan ballpoint cadangan.
 Handboard sebagai alas menulis dan menjepit bundel data.
 Alat dokumentasi (kamera, handycam, atau lainnya) digunakan untuk
merekam gambar kegiatan inspeksi atau kejadian penting selama inspeksi
berlangsung.

2. Frekuensi pelaksanaan.

Inspeksi rutin dilaksanakan sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun, yaitu


pada awal dan akhir musim hujan.
Sedangkan inspeksi khusus dilaksanakan pada saat terjadi peristiwa tertentu
yang luar biasa seperti kecelakaan kendaraan atau bencana alam atau adanya laporan
dari masyarakat.

Pemeliharaan Jalan 33
Pemeliharaan Drainase Jalan

3. Persyaratan bahan.
 Material.
Penggunaan material dalam pekerjaan pemeliharaan harus sesuai dengan
standar yang berlaku dan terbaru. Material-material yang diperlukan sesuai
standar SNI dapat dilihat di tabel sbb:

No Material Standar yang digunakan


1 Air SNI 03-6861.1-2002
2 Semen SNI 15-2530-1991 dan SNI 03-6820-2002
3 Batu belah SNI 03-6861.1-2002
4 Pasir pasang SNI 03-6861.1-2002
5 Bata merah SNI 03-6861.1-2002 dan SNI 03-6862-2002
6 Agregat beton SNI 03-6861.1-2002
7 Pasir beton SNI 03-6861.1-2002
8 Besi beton SNI 03-6861.2-2002
9 Gorong-gorong SNI 03-6861.1-2002, SNI 03-3976-1995, SNI 03-2914-
beton 1992

 Adukan.
Bahan adukan dan perbandingannya sesuai SNI 03-6861.1-2002.

 Campuran beton.
o Semua bangunan beton bertulang sesuai SNI 03-2914-1992.
o Campuran pengisi sesuai SNI 03-2914-1992.
o Beton tumbuk sesuai SNI 03-2914-1992.

 Kekentalan adukan.
Perbandingan adukan semen:pasirpasang maupun untuk campuran beton
harus diperhatikan tingkat kekentalannya sesuai dengan slump yang diperlukan
sesuai dengan SNI 03-3976-1995.

Pemeliharaan Jalan 34
Pemeliharaan Drainase Jalan

 Perawatan beton.
Perawatan beton harus menggunakan air dan harus selalu dalam keadaan
basah minimal selama 14 hari (lihat SNI 03-2914-1992 dan SNI 03-3976-1995).

 Bahan kayu.
Bahan kayu harus mempunyai ukuran tebal yang cukup untuk memikul beban
beton yang baru dicor (lihat SNI 03-6861.1-2002).

 Bahan baja.
Bahan yang terbuat dari baja atau aluminium tidak boleh ada yang terpuntir,
bengkok atau benjol (lihat SNI 03-6861.2-2002 dan SNI 03-6861.3-2002).

 Faktor kemiringan dan elevasi dasar saluran.


Faktor kemiringan dan elevasi dasar saluran harus dipertahankan sesuai
dengan perencanaan teknisnya. Untuk itu dalam pelaksanaan pemeliharaan ini
harus disertai seorang ahli/engineer yang menguasai tentang hal tersebut.
Dengan memperhatikan faktor kemiringan dan elevasi dasar saluran dalam
pelaksanaan pemeliharaan maka diharapkan dapat mencegah terjadinya aliran
balik (backwater).

 Pekerjaan pemeliharaan/perbaikan.
Dalam tabel di halaman-halaman berikut akan dijelaskan secara singkat
mengenai pekerjaan pemeliharaan/perbaikan sarana drainase jalan dan
kebutuhan peralatan serta sumber daya manusianya :

Pemeliharaan Jalan 35
Pemeliharaan Drainase Jalan

Pemeliharaan Jalan 36
Pemeliharaan Drainase Jalan

Pemeliharaan Jalan 37
Pemeliharaan Drainase Jalan

Pemeliharaan Jalan 38
Pemeliharaan Drainase Jalan

Pemeliharaan Jalan 39
Pemeliharaan Drainase Jalan

Pemeliharaan Jalan 40
Pemeliharaan Drainase Jalan

BAB IV
TATA CARA PENGERJAAN DRAINASE JALAN

4.1. Diagram alir pekerjaan inspeksi dan pemeliharaan

Pekerjaan inspeksi dan pemeliharaan drainase jalan mengikuti diagram alir


seperti diatas, dimana melalui suatu Program Pemeliharaan ditetapkan pekerjaan
Inspeksi Rutin yang dilakukan dua kali setahun dan Inspeksi Khusus.
Inspeksi Rutin yang dilakukan akan menemukan apakah perlu langsung ditangani atau
tidak. Apabila tidak perlu dilaksanakan perbaikan secara langsung di lapangan maka
cukup dievaluasi dan dibuat pelaporannya.

Pemeliharaan Jalan 41
Pemeliharaan Drainase Jalan

Sementara untuk inspeksi khusus dapat juga dilaksanakan setelah adanya


bencana alam, kecelakaan kendaraan ataupu adanya laporan dari masyarakat.

4.2. Inspeksi rutin

 Siapkan segala peralatan dan bahan yang diperlukan untuk inspeksi termasuk
kendaraan, perlengkapan keselamatan dan formulir inspeksi.
Dianjurkan untuk membuat formulir daftar simak (check list) sehingga segala
sesuatu tidak ada yang terlupa atau tertinggal.

 Lakukan inspeksi secara teliti sesuai dengan kerusakan yang terjadi pada tiap
jenis konstruksi drainase dilengkapi dengan berbagai ukurannya unuk
memudahkan evaluasi.

4.3. Inspeksi khusus.

 Tanggapi masukan/laporan masyarakat, terjadinya bencana alam atau


kecelakaan kendaraan.
 Siapkan segala peralatan dan bahan yang diperlukan termasuk kendaraan,
perlengkapan keselamatan dan formulir inspeksi.
Dianjurkan untuk membuat formulir daftar simak (check list) sehingga segala
sesuatu tidak ada yang terlupa atau tertinggal.
 Lakukan inspeksi secara teliti sesuai dengan kerusakan yang terjadi pada tiap
jenis konstruksi drainase dan lengkapi dengan berbagai ukurannya agar
memudahkan dalam evaluasi.

4.4. Evaluasi

 Inspeksi rutin

Dari hasil inspeksi di lapangan selanjutnya dievaluasi dengan langkah-langkah


berikut:

Pemeliharaan Jalan 42
Pemeliharaan Drainase Jalan

o Catat dari mulai stasiun pendangkalan/kerusakan sampai stasiun akhir


pendangkalan/kerusakan. Selanjutnya ukur panjang, lebar, tinggi,
diameter, pendangkalan/kerusakan.
o Hitung luas, volume dan banyaknya pendangkalan/kerusakan untuk
keperluan pekerjaan pemeliharaan.

 Inspeksi khusus

Dari hasil inspeksi di lapangan selanjutnya dievaluasi dengan langkah-langkah


berikut:
o Catat dari mulai stasiun pendangkalan/kerusakan sampai stasiun akhir
pendangkalan/kerusakan. Selanjutnya ukur panjang, lebar, tinggi,
diameter, pendangkalan/kerusakan.
o Hitung luas, volume dan banyaknya pendangkalan/kerusakan untuk
keperluan pekerjaan pemeliharaan.

4.5. Pekerjaan pemeliharaan/perbaikan

 Pembuangan timbunan tanah/rumput liar/berangkal dan perbaikan


drainase konstruksi tanah.

o Tentukan volume pekerjaan yang akan selesai pada hari itu;


o Laksanakan pekerjaan dengan hati-hati dan jangan sampai merusak
saluran;
o Ambil seluruh timbunan tanah (lihat gambar), rumput liar atau
berangkal dengan menggunakan cangkul atau arit yang ada di dalam
saluran dan masukkan kedalam gerobak/alat angkut/troli;
o Buang seluruh timbunan tanah, rumput liar atau berangkal ke luar lokasi
pekerjaan atau ke tempat yang telah ditentukan.

Pemeliharaan Jalan 43
Pemeliharaan Drainase Jalan

Pengangkatan sampah dari bak kontrol

 Perbaikan drainase konstruksi pasangan batu kali atau bata merah

o Tentukan volume pekerjaan yang akan selesai pada hari itu;


o Bongkar pasangan batu kali yang kemungkinan masih bakal rusak;
o Laksanakan pekerjaan perbaikan pasangan batu kali atau bata merah
sesuai dengan ukuran dan kebutuhan. Lihat gambar;
o Ambil seluruh bongkaran dan masukkan ke dalam gerobak/alat angkut;
o Buang seluruh hasil bongkaran ke luar lokasi pekerjaan atau ke tempat
yang telah ditentukan.

Pemasangan batu pasang pada saluran drainase

 Perbaikan drainase konstruksi beton bertulang dan tidak bertulang

o Tentukan volume pekerjaan yang akan selesai pada hari itu;


o Bongkar beton yang kemungkinan masih akan rusak;
o Buat bekisting beton sesuai dengan ukuran dan kebutuhan;

Pemeliharaan Jalan 44
Pemeliharaan Drainase Jalan

o Potong dan atur besi beton sesuai dengan ukuran dan kebutuhan;
o Lakukan pengadukan sesuai persyaratan dan volume sesuai dengan
kebutuhan;
o Lakukan perbaikan beton sesuai dengan ukuran dan kebutuhan;
o Ambil seluruh hasil bongkaran dan masukkan ke dalam gerobak/alat
angkut;
o Buang seluruh hasil bongkaran ke luar lokasi pekerjaan atau ke tempat
yang telah ditentukan.

 Perbaikan gorong-gorong konstruksi beton

o Tentukan volume pekerjaan yang akan selesai pada hari itu;


o Bongkar pasangan gorong-gorong beton yang rusak;
o Atur dan pasangkan gorong-gorong beton yang mempunyai ukuran
sesuai kebutuhan untuk mengganti yang rusak;
o Lakukan pengadukan sesuai persyaratan dan volume sesuai dengan
kebutuhan;
o Sambungan antara gorong-gorong beton diberi selimut adukan;
o Ambil seluruh hasil bongkaran dan masukkan ke dalam gerobak/alat
angkut;
o Buang seluruh hasil bongkaran ke luar lokasi pekerjaan atau ke tempat
yang telah ditentukan.

 Perbaikan gorong-gorong pipa besi bergelombang (corrugated steel)

o Tentukan volume pekerjaan yang akan selesai pada hari itu;


o Bongkar pasangan gorong-gorong besi yang rusak;
o Atur dan pasangkan gorong-gorong pipa besi baru yang mempunyai
ukuran sesuai kebutuhan untuk mengganti yang rusak;
o Lakukan pengadukan sesuai persyaratan dan volume sesuai dengan
kebutuhan;
o Sambungan antara gorong-gorong besi ditautkan dengan tepat;
o Ambil seluruh hasil bongkaran dan masukkan ke dalam gerobak/alat
angkut;

Pemeliharaan Jalan 45
Pemeliharaan Drainase Jalan

o Buang seluruh hasil bongkaran ke luar lokasi pekerjaan atau ke tempat


yang telah ditentukan.

 Perbaikan bak kontrol konstruksi pasangan batu kali atau bata merah

o Tentukan volume pekerjaan yang akan selesai pada hari itu;


o Bongkar pasangan batu kali atau bata yang kemungkinan masih akan
rusak;
o Laksanakan pekerjaan perbaikan pasangan batu kali atau bata merah
sesuai dengan ukuran dan kebutuhan;
o Ambil seluruh hasil bongkaran dan masukkan ke dalam gerobak/alat
angkut;
o Buang seluruh hasil bongkaran ke luar lokasi pekerjaan atau ke tempat
yang telah ditentukan.

 Perbaikan bak kontrol konstruksi beton bertulang dan tidak bertulang

o Tentukan volume pekerjaan yang akan selesai pada hari itu;


o Bongkar beton yang kemungkinan masih akan rusak;
o Buat bekisting beton sesuai dengan ukuran dan kebutuhan;
o Potong dan atur besi beton sesuai dengan ukuran dan kebutuhan;
o Lakukan pengadukan sesuai dengan ukuran dan kebutuhan;
o Lakukan perbaikan beton sesuai dengan ukuran dan kebutuhan;
o Ambil seluruh hasil bongkaran dan masukkan ke dalam gerobak/alat
angkut;
o Buang seluruh hasil bongkaran ke luar lokasi pekerjaan atau ke tempat
yang telah ditentukan.

 Perbaikan tutup bak kontrol konstruksi pasangan batu kali atau bata
merah

o Tentukan volume pekerjaan yang akan selesai pada hari itu;


o Bongkar pasangan batu kali atau bata yang kemungkinan masih akan
rusak;

Pemeliharaan Jalan 46
Pemeliharaan Drainase Jalan

o Laksanakan pekerjaan perbaikan pasangan batu kali atau bata merah


sesuai dengan ukuran dan kebutuhan;
o Ambil seluruh hasil bongkaran dan masukkan ke dalam gerobak/alat
angkut;
o Buang seluruh hasil bongkaran ke luar lokasi pekerjaan atau ke tempat
yang telah ditentukan.

 Pembuangan timbunan tanah/rumput liar/berangkal dan perbaikan


saluran in-let konstruksi tanah.

o Tentukan volume pekerjaan yang akan selesai pada hari itu;


o Laksanakan pekerjaan dengan hati-hati dan jangan sampai merusak
saluran;
o Ambil seluruh timbunan tanah (lihat gambar), rumput liar atau
berangkal dengan menggunakan cangkul atau arit yang ada di dalam
saluran dan masukkan kedalam gerobak/alat angkut/troli;
o Buang seluruh timbunan tanah, rumput liar atau berangkal ke luar lokasi
pekerjaan atau ke tempat yang telah ditentukan.

 Perbaikan saluran in-let konstruksi pasangan batu kali atau bata


merah

o Tentukan volume pekerjaan yang akan selesai pada hari itu;


o Bongkar pasangan batu kali atau bata yang kemungkinan masih akan
rusak;
o Laksanakan pekerjaan perbaikan pasangan batu kali atau bata merah
sesuai dengan ukuran dan kebutuhan;
o Ambil seluruh hasil bongkaran dan masukkan ke dalam gerobak/alat
angkut;
o Buang seluruh hasil bongkaran ke luar lokasi pekerjaan atau ke tempat
yang telah ditentukan.

Pemeliharaan Jalan 47
Pemeliharaan Drainase Jalan

 Perbaikan saluran in-let konstruksi pasangan beton cetak

o Tentukan volume pekerjaan yang akan selesai pada hari itu;


o Bongkar beton cetak yang kemungkinan masih akan rusak;
o Potong dan atur beton cetak sesuai dengan ukuran dan kebutuhan;
o Lakukan pemasangan beton cetak sesuai dengan ukuran dan
kebutuhan;
o Ambil seluruh hasil bongkaran dan masukkan ke dalam gerobak/alat
angkut;
o Buang seluruh hasil bongkaran ke luar lokasi pekerjaan atau ke tempat
yang telah ditentukan.

 Perbaikan jeruji saluran in-let konstruksi besi beton, besi siku dan
besi kanal

o Tentukan volume pekerjaan yang akan selesai pada hari itu;


o Bongkar tutup saluran inlet yang rusak;
o Potong dan atur besi yang mempunyai ukuran sesuai dengan
kebutuhan;
o Lakukan pengelasan sesuai persyaratan;
o Lakukan pemasangan;
o Ambil seluruh hasil bongkaran dan masukkan ke dalam gerobak/alat
angkut;
o Bawa seluruh hasil bongkaran dan simpan atau buang ke tempat yang
telah ditentukan.

 Perbaikan tutup bak kontrol konstruksi beton bertulang dan tidak


bertulang

o Tentukan volume pekerjaan yang akan selesai pada hari itu;


o Bongkar beton yang kemungkinan masih akan rusak;
o Buat bekisting beton sesuai dengan ukuran dan kebutuhan;
o Potong dan atur besi beton sesuai dengan ukuran dan kebutuhan;

Pemeliharaan Jalan 48
Pemeliharaan Drainase Jalan

o Lakukan pengadukan sesuai persyaratan dan volume sesuai dengan


kebutuhan;
o Lakukan perbaikan beton sesuai dengan ukuran dan kebutuhan;
o Ambil seluruh hasil bongkaran dan masukkan ke dalam gerobak/alat
angkut;
o Buang seluruh hasil bongkaran ke luar lokasi pekerjaan atau ke tempat
yang telah ditentukan.

 Perbaikan tutup drainase konstruksi besi beton, besi siku dan besi
kanal

o Tentukan volume pekerjaan yang akan selesai pada hari itu;


o Bongkar tutup drainase dari besi yang rusak;
o Potong dan atur besi yang mempunyai ukuran sesuai dengan
kebutuhan;
o Lakukan pengelasan untuk tutup drainase konstruksi besi sesuai
persyaratan;
o Lakukan pemasangan tutup drainase konstruksi besi;
o Ambil seluruh hasil bongkaran dan masukkan ke dalam gerobak/alat
angkut;
o Bawa seluruh hasil bongkaran dan simpan atau buang ke tempat yang
telah ditentukan.

4.6. Pelaporan

Setelah dilakukan evaluasi selanjutnya dibuat laporan atas hasil kegiatan


dengan langkah-langkah sebagai berikut:
 Siapkan untuk setiap interval stasiun tertentu pendangkalan/kerusakan yang
terjadi dari hasil evaluasi inspeksi pemeliharaan lapangan;
 Laporan disertai lampiran hasil evaluasi;
 Laporan harus ditanda-tangani oleh penanggung jawab;
 Laporkan mengenai ukuran saluran (diperkecil, diperbesar dan atau diperlebar);
 Laporan inspeksi ini dapat dijadikan masukan untuk kegiatan pemeliharaan;
 Hasil inspeksi harus disimpan dengan baik untuk dievaluasi.

Pemeliharaan Jalan 49
Pemeliharaan Drainase Jalan

4.7. Program pemeliharaan

Dari seluruh kegiatan pekerjaan mulai inspeksi rutin, inspeksi khusus dan
pemeliharaan/perbaikan, kemudian disusun suatu program pemeliharaan yang rinci
dan terpadu sehingga kegiatan inspeksi dan pemeliharaan dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien

Pemeliharaan Jalan 50

Anda mungkin juga menyukai