Anda di halaman 1dari 77

Pengantar Drainase jalan

Oleh: Ibayasid, Ashadi, Dhiana


Pengertian
• Drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan
air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan
tertentu
• Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang
dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan
masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam
perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya).
• Sistem drainase merupakan serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan
air dari suatu kawasan ke badan air (sungai dan danau) atau
tempat peresapan buatan
Saluran drainase
• Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap
pada ruas jalan dalam memenuhi salah satu persyaratan
teknis prasarana jalan. Saluran drainase jalan raya
berfungsi untuk mengalirkan air yang dapat mengganggu
pengguna jalan, sehingga badan jalan tetap kering
• Pada umumnya saluran drainase jalan raya adalah
saluran terbuka dengan menggunakan gaya gravitasi
untuk mengalirkan air menuju outlet.
• Distribusi aliran dalam saluran drainase menuju outlet ini
mengikuti kontur jalan raya, sehingga air permukaan
akan lebih mudah mengalir secara gravitasi

Jenis-jenis Drainase
a. Menurut Sejarah Terbentuknya
Drainase alamiah (natural drainage). Drainase yang terbentuk secara alami dan
tidak terdapat bangunan-bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah,
pasangan batu/beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh
gerusan air yang bergerak karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air
yang permanen seperti sungai.
Drainase Alamiah (natural drainage).
Pola Jaringan Drainase
1. Pola Siku
Pembuatannya pada daerah yang mempunyai topografi sedikit
lebih tinggi dari pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang
akhir berada akhir berada di tengah kota
2. Pola Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang
(sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi
perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri

Saluran cabang

Saluran utama

Saluran cabang

3. Pola Grid iron


Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran-
saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan
Saluran cabang

Saluran utama
Saluran Pengumpul
4. Pola Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola
alamiah lebih besar

Saluran cabang Saluran cabang

Saluran utama Saluran utama

Saluran cabang Saluran cabang


5. Pola Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala
arah

6. Pola Jaring-jaring
Mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah
jalan raya dan cocok untuk daerah dengan topografi datar
Saluran cabang

Saluran utama
Saluran cabang Saluran cabang

Saluran cabang

Saluran cabang
Siklus Hidrologi
Siklus Hidrologi
Drainase Buatan (artificial drainage), yaitu saluran atau bangunan khusus yang dibuat
oleh manusia. Konstruksinya bisa mirip dengan drainase alami, namun keunggulannya
mampu dibentuk menyesuaikan kebutuhan dibuat dengan tujuan tertentu,
memerlukan bangunan khusus.
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan
bangunan – bangunan khusus seperti selokan pasangan batu/beton, gorong-gorong,
pipa-pipa dan sebagainya
b. Menurut Letak Bangunan
Drainase permukaan (surface drainage) Saluran drainase yang
berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air
limpasan permukaan. ditujukan untuk menghilangkan air hujan dari
permukaan jalan sehingga lalu lintas dapat melaju dengan aman
dan efisien serta untuk meminimalkan penetrasi air hujan ke dalam
struktur jalan
Sistem drainase permukaan berfungsi untuk mengendalikan
limpasan air hujan di permukaan jalan dan juga dari daerah
sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan akibat air banjir yang
melimpas di atas perkerasan jalan atau erosi pada badan jalan
• Tata cara perencanaan drainase permukaan jalan di indonesia
meliputi persyaratan-persyaratan kemiringan melintang
perkerasan dan bahu jalan serta dimensi, jenis bahan, tipe
selokan samping jalan dan gorong-gorong (SNI 03-3424-1994).
• Drainase permukaan adalah sistem drainase yang berkaitan
dengan pengendalian air permukaan, oleh karena itu harus
memenuhi persyaratan antara lain:
(1) Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi
fasilitas drainase sebagai penampung, pembagi dan pembuang
air dapat sepenuhnya berdaya guna dan hasil guna.
(2) Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus
mempertimbangkan faktor ekonomi dan faktor keamanan
(3) Perencanaan drainase harus mempertimbangkan pula segi
kemudahan dan nilai ekonomis terhadap pemeliharaan sistem
drainase tersebut.
(4) Sebagai bagian sistem drainase yang lebih besar atau
sungai-sungai pengumpul drainase.
Drainase bawah permukaan (sub surface drainage), Saluran berfungsi untuk
mencegah masuknya air dalam struktur jalan dan/atau menangkap dan
mengeluarkan air dari struktur jalan.
Sistem drainase bawah permukaan bertujuan untuk menurunkan muka air tanah
dan mencegah serta membuang air infiltrasi dari daerah sekitar jalan dan
permukaan jalan atau air yang naik dari subgrade jalan.
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui
media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu.
Alasan itu antara lain Tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang
tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepak
bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain.
c. Saluran Drainase Menurut Fungsi
• Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan
satu jenis air buangan, misalnya air hujan saja atau jenis
air buangan yang lainnya seperti limbah domestik, air
limbah industri dan lain – lain.
• Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan
beberapa jenis air buangan baik secara bercampur
maupun bergantian.
d. Menurut Konstruksi
• Saluran Terbuka, yaitu sistem saluran yang permukaan airnya terpengaruh
dengan udara luar (atmosfir). Drainase saluran terbuka biasanya mempunyai
luasan yang cukup dan digunakan untuk mengalirkan air hujan atau air limbah
yang tidak membahayakan kesehatan lingkungan dan tidak mengganggu
keindahan. saluran terbuka lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di
daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-
hujan yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan.
• Saluran Tertutup, yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran
kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk saluran yang
terletak di kota/permukiman.
Saluran terbuka
Saluran tertutup
Drainase Memanjang
• Permukaan jalan harus dibuat dengan kemiringan
melintang yang cukup untuk membuang air hujan
secepatnya, dan permukaan jalan harus berada di atas
permukaan air tanah setempat.
• Bangunan drainase memanjang :
1. Parit/selokan (ditch)
2. Talang (gutters)
3. Saluran menikung keluar (turnouts)
4. Saluran curam (chutes)
5. Parit intersepsi (intercepting ditch)
• Parit adalah saluran yg disediakan utk membuang aliran air dari
perkerasan jalan, bahu jalan dan slope galian. Kemiringan dindingnya tdk
boleh lebih dari 1:4 (1 vertikal : 4 horizontal).
• Talang adalah saluran pada tepi perkerasan atau bahu jalan yang di
bentuk oleh curb. Talang dapat dilapisi beton, batu bata, batu kali dll.
Kemiringan memanjang dan kedalam air yang diizinkan sepanjang jalan
yang ber-curb.
• Turnouts adalah saluran pendek yg menikung keluar dari tepi jalan yg
berfunsi utk membuang air dari saluran atau talang. Jarak antara
turnouts tergantung pada aliran, kemiringan yg diizinkan, dan kemiringan
daerahnya. Untuk menghindari aliran yang menimbulkan erosi, ujung
saluran hrs dilebarkan
• Chutes adalah adalah saluran terbuka berlining yang berfungsi untuk
membawa air dari parit menuruni lereng urugan. Inlet chutes harus
direncanakan utk mencegah terjadinya limpasan yg dpt mengakibatkan
erosi pada lereng.
• Intercepting ditchs terletak dilahan alamiah didekat ujung lereng galian
untuk menampung aliran dari bukit sebelum mencapai jalan. Berfungsi
untuk menurunkan genangan pada jalan raya
Selokan/parit Talang (gutters)
Saluran menikung keluar (turnouts)
Saluran Curam (chute)
Drainase Melintang
• Untuk menentukan tipe persilangan dengan drainase
melintang diperlukan data hidrologi, dan prediksi arus
lalu lintas, drainase melintang dapat berupa: fords,
gorong-gorong, box culvert dan jembatan
• Saluran melintang sering menelan biaya yg cukup besar,
Sejauh dpt memilih lokasi persilangan dgn sungai,
dianjurkan utk meletakkan lokasi persilangan pd : bagian
sungai yg lurus dan jauh dari tikungan sejauh mungkin
dari pertemuan anak sungai yg cukup besar bagian
sungai dgn tebing dan tanggul yg bagus lokasi dimana
dpt dibuat jalan lurus dgn pandangan yg cukup luas
lokasi dimana dpt dibuat persilangan tegak lurus
Fords

Jembatan
Gorong-gorong
(culvert)

Box culvert

Gorong-gorong (culvert)
Bentuk Penampang Saluran Drainase Jalan
Kemiringan melintang perkerasan dan
bahu jalan
1) Daerah jalan yang datar dan lurus
a. Kemiringan perkerasan dan bahu jalan mulai dari
tengah perkerasan (as jalan) menurun/melandai ke
arah saluran drainase jalan
b. Besarnya kemiringan bahu jalan diambil 2% lebih
besar daripada kemiringan permukaan jalan.
c. Kemiringan melintang normal pada perkerasan jalan,
dapat dilihat pada Tabel berikut:
d. Pada bahu jalan yang terbuat dari tanah lempung atau
lanau dan tidak diperkeras, untuk mempercepat
pengaliran air hujan agar tidak meresap ke dalam
bahu jalan, dibuat saluran-saluran kecil yang
melintang bahu jalan
2) Daerah yang lurus pada tanjakan atau turunan
a. Perlu dibuat suatu saluran inlet dengan sudut kemiringan ± 60o-75o (Gambar
9) agar aliran air dapat mengalir ke drainase (walaupun tidak akan seluruhnya)
b. Untuk menentukan kemiringan perkerasan jalan, gunakan nilai-nilai dari Tabel
kemiringan perkerasan jalan sebelumnya
c. Untuk menghindari perkerasan jalan tidak rusak oleh aliran air hujan, maka
pada badan jalan, pada jarak tertentu dibuat saluran kecil melintang bahu
jalan
3) Daerah tikungan
a. Harus mempertimbangkan kebutuhan kemiringan jalan menurut persyaratan alinyemen
horisontal jalan (menurut ketentuan yang berlaku).
b. Kemiringan perkerasan jalan harus dimulai dari sisi luar tikungan menurun/melandai ke sisi dalam
tikungan.
c. Besarnya kemiringan daerah ini ditentukan oleh nilai maksimum kebutuhan kemiringan menurut
keperluan drainase.
d. Besarnya kemiringan bahu jalan ditentukan dengan kaidah-kaidah sub bab sebelumnya (lihat
gambar 9).
e. Kedalaman saluran di tepi luar jalan pada tikungan harus memperhatikan kesesuaian rencana
pengaliran sistem drainase saluran tersebut.
4) Pemeriksaan kemiringan lahan eksisting
• Penentuan kemiringan lahan eksisting pada lokasi pembangunan saluran,
gorong-gorong didapatkan dari hasil pengukuran di lapangan, Hal ini merupakan
salah satu pertimbangan untuk perancangan pembuatan bangunan pematah
arus
• Rumus:

dimana:
il = kemiringan lahan eksisting pada lokasi saluran
elev1 = tinggi tanah di bagian tertinggi (m)
elev2 = tinggi tanah di bagian terendah (m)
L = panjang saluran (m)
Prosedur Perancangan Drainase Jalan
• Perancangan dimulai dengan memplot rute jalan yang akan
ditinjau di peta topografi yang akan menentukan batas-
batas daerah layanan maupun data-data lain untuk
mengenal/mengetahui daerah layanan sehingga dapat
diperkirakan kebutuhan penempatan bangunan drainase
penunjang menentukan penempatan awal bangunan seperti
saluran samping jalan, fasilitas penahan air hujan, bangunan
pelengkap.
• Perancangan sistem drainase jalan harus memperhatikan
pengaliran air yang ada di permukaan (drainase permukaan)
maupun yang ada di bawah permukaan. Perancangan-
perancangan tersebut harus mengikuti ketentuan teknis yang
ada tanpa mengganggu stabilitas konstruksi jalan
Prosedur Perancangan Drainase Jalan
1) Plot rute jalan di peta topografi
a. Plot rute jalan rencana pada topografi diperlukan untuk
mengetahui gambaran topografi atau daerah kondisi
sepanjang trase jalan yang akan dilalui dapat dipelajari.

b. Kondisi terrain pada


daerah layanan diperlukan
untuk menentukan bentuk
dan kemiringan yang akan
mempengaruhi pola aliran
2) Inventarisasi data bangunan drainase (gorong-gorong,
jembatan, dll.) eksisting meliputi lokasi, dimensi, arah
aliran pembuangan, kondisi. Data ini digunakan agar
perancangan sistem drainase jalan tidak mengganggu
sistem drainase yang telah ada.
3) Segmen panjang segmen saluran (L)
Penentuan panjang segmen saluran (L) didasarkan
pada:
a. kemiringan rute jalan. Disarankan kemiringan
saluran mendekati kemiringan memanjang jalan.
b. adanya tempat buangan air seperti badan air
(seperti sungai, waduk, dll)
c. langkah coba-coba, sehingga dimensi saluran yang
ekonomis.
4) Luas daerah layanan (A)
a. Perhitungan luas daerah layanan didasarkan pada panjang segmen jalan yang
ditinjau.
b. Luas daerah layanan (A) untuk saluran samping jalan perlu diketahui agar dapat
diperkirakan daya tampungnya terhadap curah hujan atau untuk memperkirakan
volume limpasan permukaan yang akan ditampung saluran samping jalan
c. Luas daerah
layanan terdiri
atas luas setengah
badan jalan (A1),
luas bahu jalan
(A2) dan luas
daerah di sekitar
(A3)
d. Batasan luas daerah layanan tergantung dari daerah sekitar dan
topografi dan daerah sekelilingnya. Panjang daerah pengaliran
yang diperhitungkan terdiri atas setengah lebar badan jalan (l1),
lebar bahu jalan (l2), dan daerah sekitar (l3) yang terbagi atas
daerah perkotaan yaitu + 10 m dan untuk daerah luar kota yang
didasarkan pada topografi daerah tersebut (Gambar 5).
5) Koefisien pengaliran (C)
Koefisien pengaliran (C) dipengaruhi kondisi permukaan
tanah (tata guna lahan) pada daerah layanan dan
kemungkinan perubahan tata guna lahan. Angka ini akan
mempengaruhi debit yang mengalir sehingga dapat
diperkirakan daya tampung saluran. Diperlukan peta
topografi dan melakukan survey lapangan agar corak
topografi daerah proyek dapat lebih diperjelas.
6) Faktor limpasan (fk)
Merupakan faktor atau angka yang dikalikan dengan
koefisien runoff biasa dengan tujuan agar kinerja saluran
tidak melebihi kapasitasnya akibat daerah pengaliran yang
terlalu luas
Bila daerah pengaliran atau daerah layanan terdiri dari
beberapa tipe kondisi permukaan yang mempunyai nilai
C yang berbeda, Harga C rata-rata ditentukan dengan
persamaan berikut:

Dimana:
C1, C2, C3 = koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe
kondisi permukaan
A1, A2, A3 = luas daerah pengaliran yang diperhitungkan
sesuai dengan kondisi permukaan
fk = faktor limpasan sesuai guna lahan
Harga faktor limpasan (fk) disesuaikan dengan kondisi permukaan tanah
Analisis Hidrologi
Analisis Frekuensi dan Probabilitas
• Analisis frekuensi data hidrologi berkaitan dengan besaran peristiwa
ekstrem berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan
distribusi probabilitas.
• Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan
disamai atau dilampaui. Sebaliknya, kala ulang merupakan waktu
hipotetik dimana suatu hujan dengan besaran tertentu akan disamai atau
dilampaui. Dalam hal ini tidak terkandung bahwa kejadian tersebut akan
berulang secara teratur setiap kala ulang tersebut
• Dalam ilmu statistik dikenal beberapa jenis distribusi frekuensi dan empat
jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah:
1.Distribusi Normal
2.Distribusi Log Normal
3.Distribusi Log Pearson III
4.Distribusi Gumbel
a. Distribusi Normal
Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi
Gauss. Perhitungan curah hujan rencana menurut metode
distribusi normal, mempunyai persamaan sebagai berikut:

Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan


XT = periode ulang T-
tahunan,
= Nilai rata-rata hitung variat,
S = Deviasi standar nilai variat,
KT = Faktor frekuensi

Untuk mempermudah perhitungan, nilai faktor frekuensi


(KT) umumya sudah tersedia dalam tabel, disebut sebagai
tabel nilai variabel reduksi Gauss (Variable reduced Gauss)
Nilai variable reduksi Gauss
b. Distribusi Log Normal
Dalam distribusi log normal data X diubah kedalam bentuk logaritmik
Y = log X. Jika variabel acak Y = log X terdistribusi secara normal,
maka X dikatakan mengikuti Distribusi Log Normal. Untuk distribusi
Log Normal perhitungan curah hujan rencana menggunakan
persamaan berikut:

Keterangan:
YT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan
periode ulang T-tahun
=nilai rata-rata hitung variat
S = deviasi standar nilai variat KT
= faktor frekuensi
c. Distribusi Gumbel
Umumnya digunakan untuk analisis data maksimum, misalnya analisis
frekuensi banjir. Faktor frekuensi untuk distribusi ini dapat dihitung
dengan mempergunakan persamaan sebagai berikut:
d. Distribusi Log Person III
• Distribusi Log Pearson Tipe III banyak dugunakan dalam analisis hidrologi,
terutama dalam analisis data maksimum (banjir) dan minimum (debit
minimum) dengan nilai ekstrim.
• Parameter penting dalam Log Pearson Type III ada tiga yaitu:
1. harga rata-rata, (mean)
2. simpangan baku (standard deviation)
3. koefisien kemencengan (skewness)
Curah hujan wilayah
• Curah hujan yang diperlukan untuk mengetahui profil muka air
sungai dan rancangan suatu drainase adalah curah hujan rata-
rata di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan
pada suatu titik tertentu.
• Menentukan curah hujan rerata harian maksimum daerah
dilakukan berdasarkan pengamatan beberapa stasiun pencatat
hujan. Perhitungan curah hujan rata-rata maksimum ini dapat
menggunakan beberapa metode, diantaranya menggunakan
metode rata -rata aljabar, garis Isohiet, dan poligon Thiessen.
• Pemilihan metode mana yang cocok dipakai pada suatu DAS
dapat ditentukan dengan mempertimbangkan tiga faktor,
terlepas dari kelebihan dan kelemahan kedua metoda yang
tersebut di atas. Menurut Suripin, 2004:31 Faktor – faktor
tersebut adalah sebagai berikut:
1.Jaring-jaring pos penakar hujan dalam DAS
2.Luas DAS
3.Topografi DAS
Daerah tangkapan hujan (catchment area)

• Catchment area adalah suatu daerah tadah hujan dimana air


yang mengalir pada permukaannya ditampung oleh saluran yang
bersangkutan. Sistem drainase yang baik yaitu apabila ada hujan
yang jatuh di suatu daerah harus segera dapat dibuang, untuk itu
dibuat saluran yang menuju saluran utama
• Untuk menentukan daerah tangkapan hujan tergantung kepada
kondisi lapangan suatu daerah dan situasi topografinya/elevasi
permukaan tanah suatu wilayah disekitar saluran yang
bersangkutan yang merupakan daerah tangkapan hujan dan
mengalirkan air hujan kesaluran drainase. Untuk menentukan
daerah tangkapan hujan (Cathment area) sekitar drainase dapat
diasumsikan dengan membagi luas daerah yang akan ditinjau
Waktu konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan air dari
titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di
bagian hilir suatu saluran. Waktu konsentrasi dibagi atas 2 bagian :
a.Inlet time (to) yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di atas
permukaan tanah menuju saluran drainase.
b.Conduit time (td) yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
sepanjang saluran sampai titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir
Persamaan yang digunakan sebagai berikut:
Intensitas curah hujan
Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada kurun waktu dimana
air tersebut berkonsentrasi. Dalam menetukan debit banjir rencana (design flood), perlu
didapatkan harga sesuatu intensitas curah hujan terutama bila dipergunakan metode
rational
Debit Air Hujan/Limpasan
Perhitungan debit banjir rancangan dihitung pada setiap sub
daerah tangkapan. untuk tiap segmen dihitung dengan metode
rasional. Penggunaan metode rasional untuk menentukan debit
banjir rancangan dengan A (luas area) dalam satuan Km.
• Debit air hujan / limpasan adalah volume air hujan per
satuan waktu yang tidak mengalami infiltrasi sehingga harus
dialirkan melalui saluran drainase. Debit air limpasan terdiri
dari tiga komponen yaitu koefisien run off (C), data
intensitas curah hujan (I), dan catchment area (A)
• Koefisien yang digunakan untuk menunjukkan berapa
banyak bagian dari air hujan yang harus dialirkan melalui
saluran drainase karena tidak mengalami penyerapan ke
dalam tanah (infiltrasi)
Koefisien pengaliran adalah kocfisien yang besarnya tergantung
pada kondisi permukaan tanah, kemiringan medan, jenis
tanah, lamanya hujan di daerah pengaliran.
Metode rasional dikembangkan dengan asumsi bahwa:
1. Curah hujan terjadi dengan intensitas yang tetap dalam jangka
waktu tertentu, setidaknya sama dengan waktu konsentrasi
2. Limpasan langsung mencapai maksimum ketika durasi hujan
dengan intensitas tetap, sama dengan waktu konsentrasi
3. Koefisien run off dianggap tetap selama durasi hujan
4. Luas DAS tidak berubah selama durasi hujan
Jika asumsi terpenuhi maka curah hujan dan aliran permukaan
DAS dapat digambarkan pada grafik berikut
Bila daerah pengaliran terdiri dari beberapa tipe kondisi
permukaan yang mempunyai nilai c yang berbeda, harga
c rata-rata ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut: (Suripin : 2004)
Kemiringan Saluran
Kemiringan saluran adalah kemiringan dasar saluran dan
kemiringan dinding saluran. Kemiringan dasar saluran
maksimum yang diizinkan adalah 0,005-0,0075 tergantung
pada bahan yang digunakan. Sedangkan kemiringan dasar
minimun yang diperbolehkan adalah 0,001 kemiringan yang
lebih curam dari 0,005 untuk tanah padat akan menyebabkan
penggerusan (erosi).
Kecepatan minimum yang diizinkan adalah kecepatan terkecil
yang tidak menimbulkan pengendapan dan tidak merangsang
tumbuhnya tanaman air dan lumut.
Distribusi Kecepatan
Kecepatan aliran dalam saluran biasanya sangat bervariasi dari satu titik ke titik
lainnya. Hal ini disebabkan adanya tegangan geser di dasar dan dinding saluran dan
keberadaan permukaan bebas memperlihatkan distribusi kecepatan pada beberapa
tipe potongan saluran
Kecepatan minimum yang diizinkan adalah kecepatan terkecil yang tidak
menimbulkan pengendapan dan tidak merangsang tumbuhnya tanaman air dan
lumut.
Distribusi Kecepatan

Kecepatan aliran dalam saluran


biasanya sangat bervariasi dari
satu titik ke titik lainnya. Hal ini
disebabkan adanya tegangan
geser di dasar dan dinding
saluran dan keberadaan
permukaan bebas
memperlihatkan distribusi
kecepatan pada beberapa tipe
potongan saluran
Rumus Empiris Kecepatan Rata-Rata Manning (1889):
Contoh Perhitungan 1
Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran
0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter,
koefisien kekasaran Manning n= 0,010. Hitung kecepatan aliran dalam saluran, jika
debit rencana sebesar 1,25 m3/det.
Jawaban
Diketahui :
n = 0,010
S = 0,015
Q = 1,25 m3/det
h = 0,45 m
B = 0,50 m
Ditanyakan : V .....?
Penyelesaian :

Sumber :
Wesli,Ir.,2008, Drainase Perkotaan, Graha Ilmu,
Yogyakarta
Contoh Perhitungan 2
Saluran drainase berbentuk trapesium dengan kemiringan dinding saluran m= 1,
mempunyai kedalaman air 0,65 meter, lebar dasar 1,25 meter, koefisien
kekasaran Manning n = 0,010. Hitung kemiringan dasar saluran jika debit yang
mengalir sebesar 3,10 m3/det ?
Jawaban
Diketahui :
m=1
h = 0,65 m
B = 1,25 m
n= 0,010
Q = 3,10 m3
Ditanya : S ..........?
Penyelesaian :
Contoh Perhitungan 3
Saluran drainase sekunder berbentuk trapesium
mengalirkan debit sebesar 2,3 m3/det.
Kemiringan dasar saluran 1 : 5000. Dasar saluran
mempunyai koefisien kekasaran n = 0,012.
Tentukan dimensi tampang saluran yang paling
ekonomis ?
Jawaban.
Diketahui :
Q = 2,3 m3/det
S = 1 : 5000
n = 0,012
Ditanyakan : dimensi penampang yang ekonomis?
Penyelesaian :
Bentuk trapesium yang paling ekonomis
adalah setengah heksagonal, dengan jari-jari
hidraulik setengah dari kedalaman air

Anda mungkin juga menyukai