Saluran cabang
Saluran utama
Saluran cabang
Saluran utama
Saluran Pengumpul
4. Pola Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola
alamiah lebih besar
6. Pola Jaring-jaring
Mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah
jalan raya dan cocok untuk daerah dengan topografi datar
Saluran cabang
Saluran utama
Saluran cabang Saluran cabang
Saluran cabang
Saluran cabang
Siklus Hidrologi
Siklus Hidrologi
Drainase Buatan (artificial drainage), yaitu saluran atau bangunan khusus yang dibuat
oleh manusia. Konstruksinya bisa mirip dengan drainase alami, namun keunggulannya
mampu dibentuk menyesuaikan kebutuhan dibuat dengan tujuan tertentu,
memerlukan bangunan khusus.
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan
bangunan – bangunan khusus seperti selokan pasangan batu/beton, gorong-gorong,
pipa-pipa dan sebagainya
b. Menurut Letak Bangunan
Drainase permukaan (surface drainage) Saluran drainase yang
berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air
limpasan permukaan. ditujukan untuk menghilangkan air hujan dari
permukaan jalan sehingga lalu lintas dapat melaju dengan aman
dan efisien serta untuk meminimalkan penetrasi air hujan ke dalam
struktur jalan
Sistem drainase permukaan berfungsi untuk mengendalikan
limpasan air hujan di permukaan jalan dan juga dari daerah
sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan akibat air banjir yang
melimpas di atas perkerasan jalan atau erosi pada badan jalan
• Tata cara perencanaan drainase permukaan jalan di indonesia
meliputi persyaratan-persyaratan kemiringan melintang
perkerasan dan bahu jalan serta dimensi, jenis bahan, tipe
selokan samping jalan dan gorong-gorong (SNI 03-3424-1994).
• Drainase permukaan adalah sistem drainase yang berkaitan
dengan pengendalian air permukaan, oleh karena itu harus
memenuhi persyaratan antara lain:
(1) Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi
fasilitas drainase sebagai penampung, pembagi dan pembuang
air dapat sepenuhnya berdaya guna dan hasil guna.
(2) Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus
mempertimbangkan faktor ekonomi dan faktor keamanan
(3) Perencanaan drainase harus mempertimbangkan pula segi
kemudahan dan nilai ekonomis terhadap pemeliharaan sistem
drainase tersebut.
(4) Sebagai bagian sistem drainase yang lebih besar atau
sungai-sungai pengumpul drainase.
Drainase bawah permukaan (sub surface drainage), Saluran berfungsi untuk
mencegah masuknya air dalam struktur jalan dan/atau menangkap dan
mengeluarkan air dari struktur jalan.
Sistem drainase bawah permukaan bertujuan untuk menurunkan muka air tanah
dan mencegah serta membuang air infiltrasi dari daerah sekitar jalan dan
permukaan jalan atau air yang naik dari subgrade jalan.
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui
media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu.
Alasan itu antara lain Tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang
tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepak
bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain.
c. Saluran Drainase Menurut Fungsi
• Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan
satu jenis air buangan, misalnya air hujan saja atau jenis
air buangan yang lainnya seperti limbah domestik, air
limbah industri dan lain – lain.
• Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan
beberapa jenis air buangan baik secara bercampur
maupun bergantian.
d. Menurut Konstruksi
• Saluran Terbuka, yaitu sistem saluran yang permukaan airnya terpengaruh
dengan udara luar (atmosfir). Drainase saluran terbuka biasanya mempunyai
luasan yang cukup dan digunakan untuk mengalirkan air hujan atau air limbah
yang tidak membahayakan kesehatan lingkungan dan tidak mengganggu
keindahan. saluran terbuka lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di
daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-
hujan yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan.
• Saluran Tertutup, yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran
kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk saluran yang
terletak di kota/permukiman.
Saluran terbuka
Saluran tertutup
Drainase Memanjang
• Permukaan jalan harus dibuat dengan kemiringan
melintang yang cukup untuk membuang air hujan
secepatnya, dan permukaan jalan harus berada di atas
permukaan air tanah setempat.
• Bangunan drainase memanjang :
1. Parit/selokan (ditch)
2. Talang (gutters)
3. Saluran menikung keluar (turnouts)
4. Saluran curam (chutes)
5. Parit intersepsi (intercepting ditch)
• Parit adalah saluran yg disediakan utk membuang aliran air dari
perkerasan jalan, bahu jalan dan slope galian. Kemiringan dindingnya tdk
boleh lebih dari 1:4 (1 vertikal : 4 horizontal).
• Talang adalah saluran pada tepi perkerasan atau bahu jalan yang di
bentuk oleh curb. Talang dapat dilapisi beton, batu bata, batu kali dll.
Kemiringan memanjang dan kedalam air yang diizinkan sepanjang jalan
yang ber-curb.
• Turnouts adalah saluran pendek yg menikung keluar dari tepi jalan yg
berfunsi utk membuang air dari saluran atau talang. Jarak antara
turnouts tergantung pada aliran, kemiringan yg diizinkan, dan kemiringan
daerahnya. Untuk menghindari aliran yang menimbulkan erosi, ujung
saluran hrs dilebarkan
• Chutes adalah adalah saluran terbuka berlining yang berfungsi untuk
membawa air dari parit menuruni lereng urugan. Inlet chutes harus
direncanakan utk mencegah terjadinya limpasan yg dpt mengakibatkan
erosi pada lereng.
• Intercepting ditchs terletak dilahan alamiah didekat ujung lereng galian
untuk menampung aliran dari bukit sebelum mencapai jalan. Berfungsi
untuk menurunkan genangan pada jalan raya
Selokan/parit Talang (gutters)
Saluran menikung keluar (turnouts)
Saluran Curam (chute)
Drainase Melintang
• Untuk menentukan tipe persilangan dengan drainase
melintang diperlukan data hidrologi, dan prediksi arus
lalu lintas, drainase melintang dapat berupa: fords,
gorong-gorong, box culvert dan jembatan
• Saluran melintang sering menelan biaya yg cukup besar,
Sejauh dpt memilih lokasi persilangan dgn sungai,
dianjurkan utk meletakkan lokasi persilangan pd : bagian
sungai yg lurus dan jauh dari tikungan sejauh mungkin
dari pertemuan anak sungai yg cukup besar bagian
sungai dgn tebing dan tanggul yg bagus lokasi dimana
dpt dibuat jalan lurus dgn pandangan yg cukup luas
lokasi dimana dpt dibuat persilangan tegak lurus
Fords
Jembatan
Gorong-gorong
(culvert)
Box culvert
Gorong-gorong (culvert)
Bentuk Penampang Saluran Drainase Jalan
Kemiringan melintang perkerasan dan
bahu jalan
1) Daerah jalan yang datar dan lurus
a. Kemiringan perkerasan dan bahu jalan mulai dari
tengah perkerasan (as jalan) menurun/melandai ke
arah saluran drainase jalan
b. Besarnya kemiringan bahu jalan diambil 2% lebih
besar daripada kemiringan permukaan jalan.
c. Kemiringan melintang normal pada perkerasan jalan,
dapat dilihat pada Tabel berikut:
d. Pada bahu jalan yang terbuat dari tanah lempung atau
lanau dan tidak diperkeras, untuk mempercepat
pengaliran air hujan agar tidak meresap ke dalam
bahu jalan, dibuat saluran-saluran kecil yang
melintang bahu jalan
2) Daerah yang lurus pada tanjakan atau turunan
a. Perlu dibuat suatu saluran inlet dengan sudut kemiringan ± 60o-75o (Gambar
9) agar aliran air dapat mengalir ke drainase (walaupun tidak akan seluruhnya)
b. Untuk menentukan kemiringan perkerasan jalan, gunakan nilai-nilai dari Tabel
kemiringan perkerasan jalan sebelumnya
c. Untuk menghindari perkerasan jalan tidak rusak oleh aliran air hujan, maka
pada badan jalan, pada jarak tertentu dibuat saluran kecil melintang bahu
jalan
3) Daerah tikungan
a. Harus mempertimbangkan kebutuhan kemiringan jalan menurut persyaratan alinyemen
horisontal jalan (menurut ketentuan yang berlaku).
b. Kemiringan perkerasan jalan harus dimulai dari sisi luar tikungan menurun/melandai ke sisi dalam
tikungan.
c. Besarnya kemiringan daerah ini ditentukan oleh nilai maksimum kebutuhan kemiringan menurut
keperluan drainase.
d. Besarnya kemiringan bahu jalan ditentukan dengan kaidah-kaidah sub bab sebelumnya (lihat
gambar 9).
e. Kedalaman saluran di tepi luar jalan pada tikungan harus memperhatikan kesesuaian rencana
pengaliran sistem drainase saluran tersebut.
4) Pemeriksaan kemiringan lahan eksisting
• Penentuan kemiringan lahan eksisting pada lokasi pembangunan saluran,
gorong-gorong didapatkan dari hasil pengukuran di lapangan, Hal ini merupakan
salah satu pertimbangan untuk perancangan pembuatan bangunan pematah
arus
• Rumus:
dimana:
il = kemiringan lahan eksisting pada lokasi saluran
elev1 = tinggi tanah di bagian tertinggi (m)
elev2 = tinggi tanah di bagian terendah (m)
L = panjang saluran (m)
Prosedur Perancangan Drainase Jalan
• Perancangan dimulai dengan memplot rute jalan yang akan
ditinjau di peta topografi yang akan menentukan batas-
batas daerah layanan maupun data-data lain untuk
mengenal/mengetahui daerah layanan sehingga dapat
diperkirakan kebutuhan penempatan bangunan drainase
penunjang menentukan penempatan awal bangunan seperti
saluran samping jalan, fasilitas penahan air hujan, bangunan
pelengkap.
• Perancangan sistem drainase jalan harus memperhatikan
pengaliran air yang ada di permukaan (drainase permukaan)
maupun yang ada di bawah permukaan. Perancangan-
perancangan tersebut harus mengikuti ketentuan teknis yang
ada tanpa mengganggu stabilitas konstruksi jalan
Prosedur Perancangan Drainase Jalan
1) Plot rute jalan di peta topografi
a. Plot rute jalan rencana pada topografi diperlukan untuk
mengetahui gambaran topografi atau daerah kondisi
sepanjang trase jalan yang akan dilalui dapat dipelajari.
Dimana:
C1, C2, C3 = koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe
kondisi permukaan
A1, A2, A3 = luas daerah pengaliran yang diperhitungkan
sesuai dengan kondisi permukaan
fk = faktor limpasan sesuai guna lahan
Harga faktor limpasan (fk) disesuaikan dengan kondisi permukaan tanah
Analisis Hidrologi
Analisis Frekuensi dan Probabilitas
• Analisis frekuensi data hidrologi berkaitan dengan besaran peristiwa
ekstrem berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan
distribusi probabilitas.
• Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan
disamai atau dilampaui. Sebaliknya, kala ulang merupakan waktu
hipotetik dimana suatu hujan dengan besaran tertentu akan disamai atau
dilampaui. Dalam hal ini tidak terkandung bahwa kejadian tersebut akan
berulang secara teratur setiap kala ulang tersebut
• Dalam ilmu statistik dikenal beberapa jenis distribusi frekuensi dan empat
jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah:
1.Distribusi Normal
2.Distribusi Log Normal
3.Distribusi Log Pearson III
4.Distribusi Gumbel
a. Distribusi Normal
Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi
Gauss. Perhitungan curah hujan rencana menurut metode
distribusi normal, mempunyai persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
YT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan
periode ulang T-tahun
=nilai rata-rata hitung variat
S = deviasi standar nilai variat KT
= faktor frekuensi
c. Distribusi Gumbel
Umumnya digunakan untuk analisis data maksimum, misalnya analisis
frekuensi banjir. Faktor frekuensi untuk distribusi ini dapat dihitung
dengan mempergunakan persamaan sebagai berikut:
d. Distribusi Log Person III
• Distribusi Log Pearson Tipe III banyak dugunakan dalam analisis hidrologi,
terutama dalam analisis data maksimum (banjir) dan minimum (debit
minimum) dengan nilai ekstrim.
• Parameter penting dalam Log Pearson Type III ada tiga yaitu:
1. harga rata-rata, (mean)
2. simpangan baku (standard deviation)
3. koefisien kemencengan (skewness)
Curah hujan wilayah
• Curah hujan yang diperlukan untuk mengetahui profil muka air
sungai dan rancangan suatu drainase adalah curah hujan rata-
rata di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan
pada suatu titik tertentu.
• Menentukan curah hujan rerata harian maksimum daerah
dilakukan berdasarkan pengamatan beberapa stasiun pencatat
hujan. Perhitungan curah hujan rata-rata maksimum ini dapat
menggunakan beberapa metode, diantaranya menggunakan
metode rata -rata aljabar, garis Isohiet, dan poligon Thiessen.
• Pemilihan metode mana yang cocok dipakai pada suatu DAS
dapat ditentukan dengan mempertimbangkan tiga faktor,
terlepas dari kelebihan dan kelemahan kedua metoda yang
tersebut di atas. Menurut Suripin, 2004:31 Faktor – faktor
tersebut adalah sebagai berikut:
1.Jaring-jaring pos penakar hujan dalam DAS
2.Luas DAS
3.Topografi DAS
Daerah tangkapan hujan (catchment area)
Sumber :
Wesli,Ir.,2008, Drainase Perkotaan, Graha Ilmu,
Yogyakarta
Contoh Perhitungan 2
Saluran drainase berbentuk trapesium dengan kemiringan dinding saluran m= 1,
mempunyai kedalaman air 0,65 meter, lebar dasar 1,25 meter, koefisien
kekasaran Manning n = 0,010. Hitung kemiringan dasar saluran jika debit yang
mengalir sebesar 3,10 m3/det ?
Jawaban
Diketahui :
m=1
h = 0,65 m
B = 1,25 m
n= 0,010
Q = 3,10 m3
Ditanya : S ..........?
Penyelesaian :
Contoh Perhitungan 3
Saluran drainase sekunder berbentuk trapesium
mengalirkan debit sebesar 2,3 m3/det.
Kemiringan dasar saluran 1 : 5000. Dasar saluran
mempunyai koefisien kekasaran n = 0,012.
Tentukan dimensi tampang saluran yang paling
ekonomis ?
Jawaban.
Diketahui :
Q = 2,3 m3/det
S = 1 : 5000
n = 0,012
Ditanyakan : dimensi penampang yang ekonomis?
Penyelesaian :
Bentuk trapesium yang paling ekonomis
adalah setengah heksagonal, dengan jari-jari
hidraulik setengah dari kedalaman air