OLEH
IDA BAGUS TARA JWALITA BHAYU
1805511067
Sistem drainase local/mikro adalah bagian dari seluruh sistem drainase yang
menampung air hujan dari bagian daerah aliran dan mengalirkan ke sistem drainase
utama. Karakteristik dari sistem ini untuk menampung atau mengeringkan unit-unit kecil
daerah aliran yang meliputi ; daerah perumahan, perdagangan, daerah industri atau
setiap daerah kecil yang mempunyai karakter perkotaan.
9.2.2 Hujan
Besarnya hujan tidak sama pada tempat yang satu ke tempat yang lain, dan sangat
tergantung pada keadaan cuaca. Berbagai keadaan hujan tersebut datangnya berulang –
ulang, keadaan tersebut disebut periode ulang.
Setiap periode ulang yang berbeda, jumlah air yang dicurahkan pada saat hujan turun
berbeda pula. Besarnya curah hujan dinyatakan dengan satuan mm. Besarnya curah
hujan dihitung dengan batasan waktu dalam menit, jam,hari.
Yang berkaitan dengan hujan, ada beberapa unsur yang perlu diketahui :
a. Intensitas
b. Lama waktu
c. Tinggi hujan
d.Frekuensi
e. Luas geografis curah hujan.
9.2.3 Saluran
Pola aliran sistem pembuangan saluran drainase menggunakan pendekatan
daerah tangkapan (DAS) pada suatu sistem pembuangan utama. Rencana pola
aliran ini sangat penting didalam penentuan besaran sistem, seperti luas
daerah tangkapan, dimensi saluran, dan panjang saluran. Pola aliran saluran
drainase yang direncanakan sebagai antisipasi penanganan banjir saat ini
maupun yang akan datang.
a. Saluran terbuka, dibuat pada daerah dimana masih cukup tersedia lahan
b. Saluran tertutup, dibuat di tempat-tempat yang produksi sampahnya
melebihi rata-rata, seperti: pasar, pertokoan dan pada daerah yang lalu
lintasnya padat.
3. Saluran Drainase Tersier
Fungsi saluran tersier adalah untuk meneruskan pengaliran air buangan
maupun air limpasan permukaan menuju ke pembuangan sekunder.
9.3 Bangunan Pelengkap Saluran Drainase
1. Street Inlet
Street inlet adalah lubang di sisi-sisi jalan yang berfungsi untuk menampung
dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang jalan menuju
ke dalam saluran. Sesuai dengan kondisi dan penempatan saluran serta fungsi
jalan yang ada, maka pada jenis penggunaan saluran terbuka tidak diperlukan
street inlet, karena ambang bebas. Peletakan street inlet mempunyai
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
c. Air hujan yang masuk ke street inlet harus dapat secepatnya menuju ke arah
saluran.
d. Jumlah street inlet harus cukup untuk dapat menangkap limpasan air hujan
pada jalan yang bersangkutan dengan spacing.
2. Gorong-gorong (Culvert)
Gorong-gorong adalah saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air
melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya. Gorong-gorong
biasanya dibuat dari beton, aluminium gelombang, baja gelombang, dan
kadang-kadang plastik gelombang. Bentuk penampang melintang gorong-
gorong bermacam-macam.
Berdasarkan lokasi, dikenal ada dua macam pengontrol yang dapat digunakan
pada gorong-gorong, yaitu pengontrol di depan (inlet) dan di belakang
(outlet). Kontrol di depan (pemasukan) terjadi jika kapasitas gorong-gorong
lebih besar dari kapasitas pemasukan (inlet). Kontrol di belakang (outlet)
terjadi jika kapasitas gorong-gorong lebih kecil daripada kapasitas
pemasukan.
Kontrol pemasukan (Inlet control)
Pengaliran air dalam gorong-gorong memerlukan energi untuk mendorong air
melewatinya. Energi ini diambil dari beda tinggi muka air di hulu (inlet) dan
di hilir (outlet) gorong-gorong. Kedalaman muka air di hulu gorong-gorong
yang diukur dari dasar pemasukan gorong-gorong disebut tinggi kenaikan air.
3. Bak Kontrol
Bak kontrol merupakan salah satu bangunan pelengkap drainase berupa bak
kecil yang biasa dibuat pada pertemuan saluran sekunder. Disamping itu bak
kontrol juga dibuat pada saluran yang berbelok, karena pada kondisi tersebut
berpotensi terjadi pengikisan atau erosi pada dinding saluran dan jika tidak
segera ditanggulangi akan mengakibatkan pengendapan atau sedimentasi,
yang berujung pada menurunnya kapasitas saluran. Bak kontrol umumnya
memiliki penutup dari beton bertulang dilengkapi dengan besi pegangan agar
mudah saat dibuka. Dasar bak kontrol harus lebih dalam dari dasar saluran
lainnya dimaksudkan apabila terdapat endapan lumpur mudah dibersihkan dan
sebagai peredam energi akibat kecepatan pengaliran.
4. Daerah depresi
Kondisi topografi di beberapa titik-titik terdapat dengan elevasi rendah
sehingga menyulitkan pengaliran dan kondisi ini menyebabkan genangan
dan menyulitkan pengairan secara gravitasi.
Penetapan tingkat layanan yang sesuai untuk suatu sistem drainase, juga
berperan dalam mencegah gagalnya fungsi sistem drainase. Tingkat layanan
yang optimal akan mengurangi biaya investasi yang ditanamkan, selain
menjamin tetap berfungsinya sistem drainase selama umur pelayanan yang
direncanakan. Untuk sistem drainase mikro disarankan periode ulang
rancangan diambil antara 2 sampai 5 tahunan untuk salran tersier dan periode
ulang 5 – 10 tahun untuk saluran sekunder. Periode ulang 25-100 tahunan
dipakai untuk perencanaan sistem drainase makro.
b. Waduk Konservasi
Menampung lebih banyak air permukaan dengan membuat waduk atau
embung mempunyai tujuan adalah memberi kesempatan dan jalan pada air
hujan yang jatuh di lahan untuk meresap ke dalam tanah dengan jalan
menampung air tersebut pada suatu system tampungan.
e. Pemeliharaan Sungai
Pemeliharaan sungai adalah segala usaha yang bertujuan untuk menjaga
kelestarian fungsi sungai. Pemeliharaan sungai meliputi pemeliharaan sungai,
misalnya pengerukan dasar sungai dan juga pemeliharaan bangunan-
bangunan dalam rangka perbaikan dan pengaturan sungai. Pemeliharaan
sungai dilaksanakan secara berkelanjutan dan berencana.
d. Normalisasi Saluran
Normalisasi saluran pembuang irrigási Sangat mendesak dilakukan untuk
mengantisipasi perkembangan daerah ini dan kebutuhan dimensi sesuai
debit banjir rencana.
f. Penataan Outfall-outfall
Outfall-outfall yang ada sebagian besar dibangun secara parsial dan kurang
efektif dalam mengalirkan air permukaan sehingga menimbulkan genangan-
genangan pada setiap musim hujan