PEMBAHASAN
A. Sistem Polder
dikendalikan sebagai satu kesatuan pengelolaan. Dengan sistem polder, maka lokasi
rawan banjir akan dibatasi dengan jelas, sehingga elevasi muka air, debit dan volume
air yang harus dikeluarkan dari sistem dapat dikendalikan. Oleh karena itu, sistem
polder disebut juga sebagai sistem drainase yang terkendali. Sistem ini dipakai untuk
daerah-daerah rendah dan daerah yang berupa cekungan, ketika air tidak dapat
mengalir secara gravitasi. Agar daerah ini tidak tergenang, maka dibuat saluran yang
mengelilingi cekungan. Air yang tertangkap dalam daerah cekungan itu sendiri
ditampung di dalam suatu waduk, dan selanjutnya dipompa ke kolam tampungan.
Polder adalah suatu kawasan yang didesain sedemikian rupa dan dibatasi
dengan tanggul sehingga limpasan air yang berasal dari luar kawasan tidak dapat
masuk. Dengan demikian hanya aliran permukaan atau kelebihan air yang berasal
dari kawasan itu sendiri yang akan dikelola oleh sistem polder. Di dalam polder tidak
ada aliran permukaan bebas seperti pada daerah tangkapan air alamiah, akan tetapi
dilengkapi dengan bangunan pengendali pada pembuangannya dengan penguras atau
pompa yang berfungsi mengendalikan kelebihan air. Muka air di dalam sistem polder
tidak bergantung pada permukaan air di daerah sekitarnya karena polder
mempergunakan tanggul dalam operasionalnya sehingga air dari luar kawasan tidak
dapat masuk ke dalam sistem polder.
C. Fungsi Polder
Sistem polder terdiri dari jaringan drainase, tanggul, kolam retensi dan badan
1. Jaringan Drainase
terjadinya pembebanan aliran dari suatu daerah terhadap daerah lain di bawahnya.
Saluran ini biasanya dibangun dan diletakkan pada bagian yang relatif sejajar dengan
bangunan kontur.
air buangan dari suatu daerah ke lokasi pembuangan tanpa membahayakan daerah
yang dilalui. Sebagai contoh adalah saluran banjir kanal atau sudetan-sudetan atau
saluran by pass yang bekerja khusus hanya mengalirkan air secara cepat sampai ke
lokasi pembuangan.
Semua bangunan yang disebutkan di atas tidak selalu harus ada pada setiap jaringan
drainase. Keberadaannya tergantung pada kebutuhan setempat yang biasanya
dipengaruhi oleh fungsi saluran, tuntutan akan kesempurnaan jaringannya, dan
kondisi lingkungan. Gambar ilustrasi mengenai jaringan drainase dalam sistem polder
dapat dilihat pada Gambar 2.2. 4
2. Tanggul
Tanggul merupakan suatu batas yang mengelilingi suatu badan air atau
daerah/wilayah tertentu dengan elevasi yang lebih tinggi daripada elevasi di sekitar
kawasan tersebut, yang bertujuan untuk melindungi kawasan tersebut dari limpasan
air yang berasal dari luar kawasan. Dalam bidang perairan, laut dan badan air
merupakan daerah yang memerlukan tanggul sebagai pelindung di sekitarnya. Jenis –
jenis tanggul, antara lain : tanggul alamiah, tanggul timbunan, tanggul beton dan
tanggul infrastruktur.
Tanggul alamiah yaitu tanggul yang sudah terbentuk secara alamiah dari
bentukan tanah dengan sendirinya. Contohnya bantaran sungai di pinggiran sungai
secara memanjang. Tanggul timbunan adalah tanggul yang sengaja dibuat dengan
menimbun tanah atau material lainnya, di pinggiran wilayah. Contohnya tanggul
timbunan batuan di sepanjang pinggiran laut. Tanggul beton merupakan tanggul yang
sengaja dibangun dari campuran perkerasan beton agar berdiri dengan kokoh dan
kuat. Contohnya tanggul bendung, dinding penahan tanah ( DPT ).
Tanggul infrastruktur merupakan sebuah struktur yang didesain dan dibangun secara
kuat dalam periode waktu yang lama dengan perbaikan dan pemeliharaan secara terus
menerus, sehingga seringkali dapat difungsikan sebagai sebuah tanggul, misal jalan
raya.
2. Kolam Retensi
Kolam retensi merupakan suatu cekungan atau kolam yang dapat menampung
atau meresapkan air didalamnya, tergantung dari jenis bahan pelapis dinding dan
dasar kolam. Kolam retensi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu kolam alami dan
kolam non alami.
Kolam alami yaitu kolam retensi yang berupa cekungan atau lahan resapan yang
sudah terdapat secara alami dan dapat dimanfaatkan baik pada kondisi aslinya atau
dilakukan penyesuaian. Pada umumnya perencanaan kolam jenis ini memadukan
fungsi sebagai kolam penyimpanan air dan penggunaan oleh masyarakat dan kondisi
lingkungan sekitarnya. Kolam jenis alami ini selain berfungsi sebagai tempat
penyimpanan, juga dapat meresapkan pada lahan atau kolam yang pervious, misalnya
lapangan sepak bola ( yang tertutup oleh rumput ), danau alami, seperti yang terdapat
di taman rekreasi dan kolam rawa Kolam non alami yaitu kolam retensi yang dibuat
sengaja didesain dengan bentuk dan kapasitas tertentu pada lokasi yang telah
direncanakan sebelumnya dengan lapisan bahan material yang kaku, seperti beton.
Pada kolam jenis ini air yang masuk ke dalam inlet harus dapat menampung air sesuai
dengan kapasitas yang telah direncanakan sehingga dapat mengurangi debit banjir
puncak (peak flow) pada saat over flow, sehingga kolam berfungsi sebagai tempat
mengurangi debit banjir dikarenakan adanya penambahan waktu kosentrasi air untuk
mengalir dipermukaan. Kapasitas kolam retensi yang dapat menampung volume air
pada saat debit banjir puncak, dihitung dengan persamaan umum seperti di bawah ini:
4. Stasiun Pompa
Di dalam stasiun pompa terdapat pompa yang digunakan untuk mengeluarkan air
yang sudah terkumpul dalam kolam retensi atau junction jaringan drainase ke luar
cakupan area. Prinsip dasar kerja pompa adalah menghisap air dengan menggunakan
sumber tenaga, baik itu listrik atau diesel/solar. Air dapat dibuang langsung ke laut
atau sungai/banjir kanal yang bagian hilirnya akan bermuara di laut. Biasanya pompa
digunakan pada suatu daerah dengan dataran rendah atau keadaan topografi atau
kontur yang cukup datar, sehingga saluran-saluran yang ada tidak mampu mengalir
secara gravitasi. Jumlah dan kapasitas pompa yang disediakan di dalam stasiun
pompa harus disesuaikan dengan volume layanan air yang harus dikeluarkan. Pompa
yang menggunakan tenaga listrik, disebut dengan pompa jenis sentrifugal, sedangkan
pompa yang menggunakan tenaga diesel dengan bahan bakar solar adalah pompa
submersible.
E. Drainase Perkotaan
Dalam bidang teknik sipil, drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai
suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air
hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan atau lahan,
sehingga fungsi kawasan tersebut tidak terganggu. Drainase sering diabaikan dan
seringkali direncanakan seolah-olah bukan pekerjaan yang penting. Pekerjaan
drainase merupakan pekerjaan yang rumit dan kompleks. Memerlukan biaya, tenaga,
dan waktu yang lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan pengendalian banjir.
Saat ini drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yan sangat
penting. Kualitas manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase
yang ada. Sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari genangan air.
Genangan 7air yang menyebabkan lingkungan yang tidak sehat. Menjadi sarang
nyamuk, sumber penyakit, sehingga menurunkan kualitas lingkungan dan kesehatan
masyarakat.
Salah satu aspek terpenting dalam perencanaan jalan raya adalah melindungi jalan
dari air permukaan tanah dan air tanah. Genangan air di permukaan jalan
memperlambat kendaraan dan memberikan andil terjadinya kecelakaan akibat
terganggunya pandangan oleh cipratan dan semprotan air. Jika air memasuki struktur
jalan, perkerasan dan tanah dasar menjadi lemah, dan hal ini akan mengakibatkan
konstruksi jalan lebih peka terhadap kerusakan akibat lalu lintas. Sampai saat ini,
faktor drainase jalan belum mendapatkan perhatian yang cukup dari para ahli jalan.
Terdapat kesalahan persepsi bahwa sistem drainase jalan yang baik tidak diperlukan
lagi jika ketebalan didesain berdasarkan kondisi jenuh. Dengan semakin
meningkatnya beban yang diterima oleh jalan. Air dapat menyebabkan kerusakan
pada perkerasan jalan.
Drainase Permukaan
Sistem drainase permukaan pada jalan raya mempunyai tiga fungsi utama, yaitu:
1. Membawa air hujan dari permukaan jalan ke pembuangan air.
2. Menampung air tanah dan air permukaan yang mengalir menuju lahan.
Drainase bawah permukaan terutama berfungsi untuk menampung dan membuang air
yang masuk ke dalam struktur jalan, sehingga tidak sampai menimbulkan kerusakan
pada jalan. Pencegahan masuknya air ke dalam struktur perkerasan memerlukan
penangkap air tanah (interceptor) dan penutup permukaan kekerasan. Pengaruh daya
merusak air tanah telah mendapat perhatian yang memadai dari para ahli jalan dengan
membuat penangkap air tanah, sedangkan pengaruh penutup permukaan untuk
mencegah infiltrasi air
Pada pembukaan suatu lahan pemukiman perlu disediakan tempat untuk sarana
drainase. Ketinggian tanah untuk perumahan harus cukup tinggi, untuk
8mengantisipasi bila terjadi penurunan tanah pada rumah dan agar aliran drainase
dapat mengalir menjauhi rumah. Kemiringan lahan di daerah pemukiman harus
mempunyai kemiringan minimum 2%. Untuk mengurangi resiko terjadinya
genangan dan untuk mempertahankan tinggi muka air tanah, di daerah perumahan
diperlukan adanya sumur-sumur resapan. Beberapa hal yang perlu dihindari pada
waktu membuat sumur resapan adalah:
Tidak membangun di daerah yang tanahnya tidak stabil atau mudah longsor.
bergantung pada besar kecilnya skala proyek. Namun secara garis besar tahapan
siklus
Inventarisasi jaringan drainase dan fasilitasnya serta kondisi pada saat itu harus pula
luas tanah, situasi dan layout pengembangan, data dan peta sistem drainase yang ada
secara mikro dan makro, data dan peta daerah genangan, data kependudukan sosial
ekonomi, batas administrasi, data peraturan dan kewenangan, data hidrologi dan data
lain.
Studi sistem drainase yang ada secara makro dan mikro dilakukan untuk
mendapatkan konfigurasi sistem yang ada pada saat itu yang nantinya dapat
dimanfaatkan untuk rencana yang baru. Secara makro dilakukan supaya rencana
mikro tidak terlepas dari rencana keseluruhan. Jika terpisah mungkin hasil rencana
tidak optimal seperti tinggi muka air drainase pembawa lebih rendah dari tinggi
muka air dan badan sungai yang mengakibatkan air tidak dapat dialirkan.
Masalah-masalah yang ada dirumuskan secara rinci dan dibuat prioritas yang
paling mendesak untuk segera ditangani. Beberapa alternatif penanganan
12dirumuskan dan disusun sesuai dengan penyelesaian urutan prioritas masalah yang
Batas layanan ditentukan berdasarkan kondisi lapangan, tata guna lahan, peta
badan air, perlengkapan drainase yang telah ada, dinding tutupan dan sarana jalan
yang ada.
Dalam upaya perencanaan sistem drainase ada tiga hal yang perlu
karakteristik daerah layanan, tata guna lahan, dan prospek pengembangan lahan.
mengalami kesulitan. Biasanya batas daerah berdasarkan jalan. Di kanan kiri jalan
biasanya ada saluran untuk mengalirkan air yang jatuh di jalan, Hal ini dimaksudkan
agar jalan dapat lebih tahan lama dari kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh
hujan.
Dengan penataan tata ruang yang baik pembagian daerah layanan dapat digolongkan
menurut jenisnya:
- Daerah pemukiman
- Daerah persawahan
dengan luas area hampir sama satu sama lain tergantung kondisi lapangan. Tata letak
jaringan dilakukan setelah daerah layanan terbagi dengan baik. Pada tahap ini
- Drainase pembawa, yang membawa air dari big collector drain ke badan air
Dalam penentuan tata letak ini juga direncanakan fasilitas drainasenya, misalnya
layout melewati saluran lain dapat digunakan talang atau sifon, dan jika melewati
jalan
1. Kecepatan aliran
saluran. Kecepatan aliran yang sangat lambat akan menyebabkan sedimen yang
terapung di air akan mengendap dan mendorong pertumbuhan tanaman air dan
abrasif akan mengakibatkan penggerusan pada saluran, namun hal ini tergantung
/s
/s
/s
/s
/s
melewatkan debit banjir yang besarnya lebih kecil atau sama dengan debit banjir
rencana dengan aman. Besarnya debit banjir rencana umumnya didefinisikan sebagai
besarnya debit dengan periode ulang tertentu. Prosedur standar untuk memilih debit
banjir rencana merupakan kriteria utama yang sangat dibutuhkan oleh perencana dan
pertama dengan menggunakan standar debit banjir rencana yang berlaku umum di
seluruh wilayah Indonesia, yaitu debit banjir rencana dengan periode ulang minimum.
Sedangkan metode kedua, yaitu dengan menggunakan debit banjir rencana optimum
17yang didapat dari hasil analisa kelayakan ekonomi yang sangat tergantung pada
kondisi
sosial dan ekonomi suatu daerah. Periode ulang minimum untuk menentukan
besarnya
debit banjir rencana pengendalian banjir, drainase perkotaan dan drainase di dataran
banjir dapat dilihat pada tabel 2.1. 18
Pertama kali program ini dibuat pada tahun 1971 dan sudah mengalami
memiliki peran yang besar untuk menjadi sebuah paket program analisis
hidrologi dan hidrolika sekaligus yang paling relevan dalam aplikasi praktek
¾ Simpanan Cekungan
Air pada simpanan cekungan di daerah tidak kedap, dapat habis oleh
infiltrasi. Nilai simpanan cekungan yang berbeda dapat diberikan untuk daerah
kedap pada setiap sub daerah layanan, sama halnya dengan nilai presentase
permukaan pada blok runoff, rumus limpasan permukaan yang digunakan dapat
Beberapa parameter yang diperlukan dapat dilihat pada Gambar 2.3 di dalam
aliran yang masuk (inflow) dan aliran yang keluar (outflow), atau kehilangan. 21
¾ Infiltrasi
Untuk F < Fs
(2.13)
Untuk F ≥ Fs
(2.14)
(2.15)
jenuh (ft)
permukaan jenuh tergantung pada nilai intensitas hujan yang terjadi. Untuk i> Ks,
nilai 22fs dihitung dan dibandingkan dengan volume hujan yang diresapkan untuk
kejadian ini.
Hanya jika F ≥ Fs kondisi ini dihitung lagi dengan menggunakan persamaan kedua.
Ketika hujan yang terjadi intensitasnya kurang dan sama dengan Ks , semua
kelembaban awal, IMD. Kumulatif infiltrasi tidak dirubah untuk intensitas hujan yang
rendah seperti ini. (relatif terhadap konduktivitas hidraulik tanah jenuh, Ks).
tergantung pada volume yang diinfiltrasikan, tergantung pada laju infiltrasi pada
langkah
T = waktu (second)
permukaan belum jenuh dan (F2 – F1) jika kejenuhan telah terjadi sebelumnya dan
infiltrasi) maka sejumlah air yang tertampung di permukaan diizinkan untuk meresap
masukan data, yaitu: 241. Suct, atau tinggi penyerapan kapiler rata-rata.
¾ Penelusuran Aliran
Elemen aliran pada saluran mencakup gorong-gorong dan pipa, termasuk selokan
dalam daerah tangkapan drainase perkotaan. Ketika dan setelah terjadinya hujan,
aliran
tidak tunak terjadi pada elemen ini. Terdapat dua jenis pendekatan yang dapat
dilakukan
dalam menyelesaikan masalah saluran aliran tak tunak, yaitu pendekatan dari segi
hidrolika. Bentukan ini berdasarkan pada konsep kolam penyimpanan atau reservoir.
Salah satu hal penerapan pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan penelusuran aliran, yaitu sebuah prosedur analisis untuk mengetahui jejak
aliran air pada suatu sistem hidrologi, dengan beberapa kejadian hujan sebagai input.
Untuk hydrologic routing input I (t), output Q(t), dan tampungan (storage) S (t)
I(t) Q(t) dt
ds = − (2.3)
kontinuitas dengan Manning , maka ditetapkan rumus kontinuitas dapat ditulis untuk
dA
v*=×−∂
∂=∂
∂ (2.4)
)
i*= curah hujan bersih = intensitas hujan dikurangi
/s)
13
ys
q = (2.5)
Dengan : q = debit aliran permukaan per meter lebar (m3
/s/m)
1 Q = W ( − (2.6)
/s)
/s/m)
+ = q dt
dA
dx
dQ (2.7)
Ql = a ×Am (2.8)
/s)
+ + = q dx
dA (a.m A m - 1) dt
dA (2.9)
Waktu konsentrasi adalah waktu yang dibutuhkan oleh air untuk bergerak dari
Tc = ( L )1-m (2.11)
a x i*(m-1)
Dengan : Tc = waktu konsentrasi
i* = intensitas hujan
Nilai a dan m tergantung dari perhitungan aliran seragam pada aliran normal.
m = 5/3 31