Anda di halaman 1dari 109

BAB I

GAMBARAN UMUM DI KALIBAWANG


1.1. SEJARAH DI KALIBAWANG
Daerah Irigasi Kalibawang mengambil air dari Free Intake Kalibawang yang
membendung Sungai Kalibawang. Free Intake Kalibawang terletak di Desa Panyabarangan,
Kecamatan Cikeusal Kabupaten Serang. Sedangkan Jaringan Irigasi Kalibawang terbagi
menjadi tiga Saluran Induk yaitu: Saluran Induk Pamarayan Barat, Saluran Induk
Pamarayan Timurdan Saluran Induk Pamarayan Utara. Jaringan Irigasi Kalibawang ini
melayani sekitar 21.350 ha sawah yang terletak di Kabupaten Serang, Kota Serang dan
Kota Cilegon.
Daerah Irigasi Kalibawang dibangun sejak tahun 1918 dengan tujuan mensuplai air
irigasi untuk 21.350 ha tanaman padi dari Sungai Kalibawang, dan sampai saat ini telah
beroperasi selama kurang lebih 100 tahun.Selama waktu operasi yang panjang tersebut,
beberapa pekerjaan rehabilitasi telah dilakukan pada bangunan utama dan sistem saluran.
Daerah Irigasi Kalibawang telah ditingkatkan pada tahun 1987-1989 dibawah program
“special maintenance (S.M) dan upgrading project” dengan bantuan Bank Dunia.
Pada tahun 1987 Free Intake Kalibawang Lamapenurunan kondisi yang buruk akibat
erosi yang serius pada hilir bangunan bendung dan sekitarnya. Pada tahun tersebut
Pemerintah memutuskan tindakan cepat untuk mengatasi kemunduran Free Intake
Kalibawang Lamadan bersamaan dengan kegiatan rehabilitasiIrigasi Kalibawang pada bulan
November 1989 dengan bantuan biaya dari OECF. Dalam kegiatan tersebut disimpulkan
bahwa Free Intake Kalibawang Lamayang ada harus diganti atau dipindah lokasinya.
Pekerjaan kontruksi Free Intake Kalibawang Baru dimulai Januari 1992 dan selesai pada
awal tahun 1997.

Gambar 1. Free Intake Kalibawang Lama dan (b) Free Intake Kalibawang Baru

1
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Gambar 2. Peta Daerah Irigasi Kalibawang

Supervisi Peningkatan Jaringan Irigasi D.I. Kalibawang, Kab. Kulonprogo 2


MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Daerah Irigasi Kalibawang didesain hanya menggunakan debit Sungai


Kalibawangdengan fluktasi(turun naiknya) debit yang tinggi sepanjang tahun. Khususnya
debit pada musim kemarau yang hanya 30% dibandingkan dengan debit pada musim hujan
sehingga mengakibatkan prosentase intensitas tanam yang tidak maksimalpadaDaerah
Irigasi Kalibawang. Saat ini pelaksanaan Pola Tanam DI Kalibawang hanya dua kali yaitu
Masa Tanam (MT) I yang dimulai pada Bulan November hinga bulan April dengan luas
tanam 21.350 ha (100%) dan Masa Tanam (MT) II dimulai pada Bulan Mei hingga Bulan
Oktober dengan luas tanam sebesar 18.075 ha (85%).Berdasarkan Master Plan Study on
North DI. Yogyakarta Water Development pada tahun 1983diusulkan untuk Bendungan
Karian pada hilir Sungai Kalibawang untuk mengatasi rendahnya intensitas tanam pada DI
Kalibawang dan juga untuk memenuhi kebutuhan penduduk dan industri di daerah Serang
dan perindustrian Kota Cilegon. Pembangunan Bendungan Karian saat ini sudah mulai
dikerjakan dan menjadi salah satu program untuk meningkatkan intesitas tanam di Daerah
Irigasi Kalibawang sehingga menjadi 3 kali Masa Tanam.

Supervisi Peningkatan Jaringan Irigasi D.I. Kalibawang, Kab. Kulonprogo 3


MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

1.2. DATA TEKNIS DI KALIBAWANG


Tabel 1. Data Teknis di Kalibawang

No ITEM DATA TEKNIS KETERANGAN


1 Nama Daerah Irigasi Daerah Irigasi Kalibawang
2 Luas Daerah Irigasi
2A. KEPMEN PUPR 14/PRT/M/2015 7.152 Ha
3 Status Kewenangan Kewenangan Pusat
4 Sistem Daerah Irigasi
A. Sistem DI Utama... Intake Kalibawang
B. Sub Sistem DI..... 27 Sub Daerah Irigasi
5 Jumlah Dan Panjang Saluran
A. Saluran Induk 211 Unit Bangunan
B. Saluran Sekunder .. 509 Unit Bangunan
6 Jenis bangunan utama .... Free Intake
7 Jumlah Bangunan Bagi/Sadap... 235 Unit Bangunan
8 Jumlah Bangunan Pelengkap 854 Unit Bangunan
9 Jumlah Petak Tersier
10 Jumlah Bangunan Pelengkap 854 Unit Bangunan
A. Gorong Gorong 151 Unit Bangunan
B. Jembatan 625 Unit Bangunan
C. Talang 78 Unit Bangunan

11 Jaringan Tersier : Ada / Tidak Ada Belum Merata


12 Bangunan Ukur
A. Pada saluran induk 2 Unit Bangunan
B. Pada saluran sekunder 13 Unit Bangunan
C. Pada saluran tersier -
13 Fasilitas OP
A. Rumah Jaga Bendung Ada
B. Rumah Jaga Jaringan Tidak ada
C. Papan OP Ada
D. Dll -
14 Kelompok Petani
A. GP3A 8 GP3A
B. P3A 155 P3A
C. Skema Wilayah Kerja Ada
15 Buku OP Ada/Tidak Ada Ada
16 Pola Tanam Padi-Padi Palawija

4
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

NO NAMA SALURAN LUAS (Ha)


1 Saluran Primer Kalibawang 1576.31
2 Saluran Sekunder Donomulyo 50.65
3 Saluran Sekunder Donomulyo Kanan 108.75
4 Saluran Sekunder Donomulyo Kiri 433.6
5 Saluran Sekunder Munggang 96.25
6 Saluran Sekunder Angin - Angin 52.4
7 Saluran Induk Kemekusudu 125.95
8 Saluran Sekunder Kalisonggo 181.65
9 Saluran Sekunder Kayujaran 62.3
10 Saluran Sekunder Penjalin 245.45
11 Saluran Sekunder Jelog 23.5
12 Saluran Sekunder Papah 1040.85
JUMLAH 3997.66

Skema jaringan irigasi DI Kalibawang disajikan pada Gambar berikut ini.

Supervisi Peningkatan Jaringan Irigasi D.I. Kalibawang, Kab. Kulonprogo 5


MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Gambar 3. Skema Irigasi Di Kalibawang

Supervisi Peningkatan Jaringan Irigasi D.I. Kalibawang, Kab. Kulonprogo 6


MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB II
ORGANISASI OP DI KALIBAWANG
Daerah Irigasi Kalibawang merupakan DI yang kewenangannya ada pada
Pemerintah Pusat karena memiliki areal 21.350 Ha, sesuai dengan Undang-Undang No 23
tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang mengurusi Sumber Daya air dengan
pembagian pemerintah pusat, daerah Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Kegiatan Operasi dan
Pemeliharaan DI Kalibawang tidak hanya dikelola oleh pemerintah pusat melalui BBWS
Serayu Opak, tetapi juga ditangani oleh beberapa instansi terkait. Uraian organisasi
pelaksana Operasi dan Pemeliharaan DI Kalibawang disampaikan sebagai berikut.

2.1. Organisasi Operasi dan Pemeliharaan oleh Pemerintah Pusat


Operasi dan Pemeliharaan DI Kalibawang yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat
melalui Satker Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air BBWS Serayu Opak. Kegiatan
operasi dan pemeliharaan yang ditangani oleh BBWS Serayu Opak utamanya untuk
kegiatan Operasi dan Pemeliharaan pada Bangunan Utama (Free Intake Kalibawang ).

2.2. Organisasi Operasi dan Pemeliharaan di Tingkat Provinsi DI. Yogyakarta


Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan DI Kalibawang tingkat Provinsi DI.
Yogyakarta dilaksanakan melalui skema Tugas Pembantuan. Tugas Pembantuan Operasi
dan Pemeliharaan (TPOP) DI Kalibawang dilaksanakan Oleh Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Provinsi DI. Yogyakarta. TPOP merupakan bentuk penugasan
Pemerintah Pusat (dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
kepada Pemerintah Provinsi DI. Yogyakarta untuk melaksanakan tugas Operasi dan
Pemeliharaan (OP) DI Kalibawang. Dana pelaksanaan TPOP merupakan dana yang berasal
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pembentukan TPOP DI Kalibawang
mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 15/PRT/M/2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan
Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan Melalui Dekosentrasi dan Tugas Pembantuan.

2.3. Organisasi Operasi dan Pemeliharaan di Tingkat Kabupaten/Kota


Di Tingkat Kabupaten Kulonprogo, pelaksanaan OP DI Kalibawang dilaksanakan
oleh Bidang Irigasi Dinas Pekerjaan Umum. Pelaksanaan OP DI Kalibawang di tingkat
Kabupaten Kulonprogo utamanya terkait jaringan tersier. Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Kulonprogo memiliki Unit Pelayanan (UPTD) di masing-masing kecamatan yang
terkait dengan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan DI. Kalibawang. UPTD-UPTD ini
bekerjasama dengan TPOP DI Kalibawang dalam melaksanakan kegiatan OP Jaringan
Irigasi Kalibawang.

Supervisi Peningkatan Jaringan Irigasi D.I. Kalibawang, Kab. Kulonprogo 7


MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Tugas dan Tanggung Jawab pelaksana O&P tingkat kabupaten/kota secara garis
besar melaksanakan pengaturan pembagian air secara efektif, efisien dan merata serta
memelihara jaringan irigasi agar berfungsi secara baik dan berkelanjutan yang meliputi:
Perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan/monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara
berjenjang yang masing-masing tingkatan mempunyai tugas dan tanggung jawab.Terdapat
8 UPTD PU yang menangani DI Kalibawang meliputi Kabupaten Serang, Kota Serang, dan
Kota Cilegon. Adapun Pembagian wilayah kerja masing-masing UPTD disajikan pada Tabel
2 dan Gambar 5 berikut ini.

Tabel 1. Pembagian Wilayah Kerja UPTD di Jaringan Irigasi DI Kalibawang

Wilayah Kerja
No UPTD
Saluran Induk Saluran Sekunder
1 Pamarayan BPT1-BP3, Kama,
pring wulung
Sasak
BPB1-BPB11
2 Kibin BPT4a-BPT28 Babakan
Cikotok
Cerukcuk
Tersaba
3 Ciruas BPB 12-BPB21 Ondar-Andir
Cijeruk
Kebon Ratu
Bayongbong
Kademangan
Kesampangan
Bitung
5 Pontang BPU 1 – BPU 17 Semua Saluran Sekunder di
Saluran Induk Utara
6 Kota Serang BPB 22-BPB 27 Cibomo
Bogowati
Sinaba
Tersana
7 Kramatwatu BPB 28-BPB 37 Karangantu
Pamarican
Gempol
Tonjong
Cililia
8 Kota Cilegon BPB 38 – BPB 43 Seruni
Karang Tengah
Tunggak
Warung Kurung

8
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

PEMBAGIAN WILAYAH KERJA UPTD PADA DAERAH IRIGASI CIUJUNG

K e bon
Sal. Sek. Sedayu BPU. 17 Sal. Sek. Lontar
PONTANG
Sujung

As im
Sal. Sek. Tersaba
BPT. 28
Sal. Sek. Laban

K a ra ngTe ngah
W r. kurung
Sa l.Se k.

KOTA CILEGON BPU. 15


BPT. 26
BPU. 14
BPB. 43 Sal. Sek. Tirtayasa Sal. Sek. Cerukcuk
BPU. 13

K e m a nisan
Sal. Sek.Tunggak

Sa l.Se k.K aserangan


Sal. Sek. Cikotok

Sa l.Se k. K alipe an
Sal. Sek. Kasmaran
Sal. Sek. Karang Tengah BPU. 12 BPT. 23

BPB. 39

Bola ng
Saluran Induk Pam arayan Barat

BPT. 22
Sal. Sek. Seruni Sal. Sek. Begog
BPU. 10

K e nc ana
Sal. Sek. Babakan
BPB. 38

P uji
BPT. 18

P uyuhK uning
Sa l.Se k. K ubang

Saluran Induk Pamarayan U tara


Sal. Sek. Cililia

Sa l.Se k. P ulo
KIBIN

Saluran Induk Pamarayan Tim ur


BPB. 34 KRAMATWATU
Kragilan Carenang

Kademangan

BYB. 5 Ragas
Sal. Sek. Tonjong KOTA SERANG BPU. 7

Sa l.Se k. Bayombong
Sa l.Se k. K esam pangan
CIRUAS

.Se k. K e bon Ratu


Sa l.Se k. K aranga ntu
Sa l.Se k. P ama rican

Bogowati

Sa l.Se k. Cibomo
BW. 2

Sa l.Se k. Cijeruk
BW. 7
Bogow a ti
Sal. Sek. Gempol
Sina ba
Te rs a na

Kiri BPU. 1

BYB. 1 BPT. 4
BPB. 32

BPB. 14
BPB. 30 BPB. 29 BPB. 28 BPB. 26 BPB. 24 BPB. 22 BPB. 21 BPB. 19 BPB. 15
Ondar- Andir
BPB. 12

BPB 11 BPT 3
PAMARAYAN Pring Wulung
BPT. 2

SUNGAICIUJUNG
BPT. 1 Sal. Sek. Kama
BPB. 1

Sal. Sek. Sasak


Bendung Pamarayan
BENDUNG

Gambar 4. Pembagian Wilayah Kerja UPTD di DI Kalibawang

Pekerjaan Penilaian Kinerja Dan Penyusunan AKNOP Irigasi DI. Ciujung 9


MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

UPTD PU Kabupaten/Kota dikepalai oleh kepala UPTD dan dibantu oleh staf UPTD,
juru pengairan, P.P.A dan pekarya.Uraian tugas masing-masing terkait dengan kegiatan
operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi DI Kalibawang yaitu:

1) Kepala UPTD
a) Mempersiapkan penyusunan RTTG dan RTTD sesuai usulan petani
P3A/GP3A/IP3A
b) Menetapkan besarnya faktor-k untuk pembagian air jika debit sungai
menurun
c) Rapat di kantor ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil setiap
minggu untuk mengetahui permasalahan operasi dan pemeliharaan, hadir
para mantri / juru pengairan, petugas pintu air (PPA), petugas operasi
bendung serta P3A/GP3A/IP3A.
d) Menghadiri rapat di kecamatan dan dinas PSDA kabupatendalam kegiatan
Operasi dan pemeliharaan.
e) Membina P3A/GP3A/IP3A untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan Operasi
f) Membantu proses pengajuan bantuan biaya operasi dan pemeliharaan yang
diajukan P3A/GP3A/IP3A.
g) Membuat laporan kegiatan operasi dan pemeliharaan ke Dinas.

2) Staf UPTD
a) Membantu kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil dalam
pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.

3) Mantri/Juru
a) Membantu kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil untuk tugas-
tugas yang berkaitan dengan operasi.
 Melaksanakan instruksi dari ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil
tentang pemberian air pada tiap bangunan pengatur;
 Memberi instruksi kepada PPA untuk mengatur pintu air sesuai debit
yang ditetapkan;
 Memberi saran kepada Petani tentang awal tanam & jenis tanaman;
 Pengaturan Giliran;
 Mengisi papan operasi/ eksploitasi

Supervisi Peningkatan Jaringan Irigasi D.I. Kalibawang, Kab. Kulonprogo 36


MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

b) Membuat laporan operasi :


 Pengumpulan Data Debit ;
 Pengumpulan Data Tanaman & Kerusakan Tanaman;
 Pengumpulan Data Curah Hujan (sesuai kebutuhan daerah);
 Menyusun Data Mutasi Baku Sawah (sesuai kebutuhan daerah);
 Mengumpulkan data Usulan Rencana Tata Tanam;
 Melaporkan kejadian banjir kepada Rantig/ Pengamat;
 Melaporkan jika terjadi kekurangan air yang kritis kepada Pengamat;
c) Membantu kepala ranting untuk tugas-tugas yang berkaitan dengan
pemeliharaan.
d) Mengawasi pekerjaan pemeliharaan rutin yang dikerjakan oleh para pekerja
saluran (PS) dan petugas pintu air (PPA).
e) Mengawasi pekerjaan pemelihraan berkala yang dikerjakan oleh
pemborong.
f) Membuat laporan pemeliharaan mengenai :
 Kerusakan saluran dan bangunan air
 Realisasi pelaksanaan pemeliharaan rutin maupun berkala
 Menaksir biaya pemeliharaan berkala.

4) Petugas Pintu Air


a) Membuka dan menutup pintu air sehingga debit air yang mengalir sesuai
dengan perintah Juru/Mantri Pengairan.
b) Memberi minyak pelumas pada pintu air
c) Melaksanakan pengecatan pintu dan rumah pintu secara periodik
d) Membersihkan endapan sampah di sekitar bangunan sadap / bagi-sadap
dan di sekitar alat pengukur debit.
e) Mencatat kerusakan bangunan air / pintu air pada Blangko pemeliharaan.
f) Memelihara saluran sepanjang 50 m di sebelah hilir bangunan sadap.

5) Pekerja/Pekarya Saluran (PS)


a) Membersihkan saluran dari gangguan rumput, sampah, dan lainlain
(misal hewan dan ternak).

2
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

b) Membersihkan endapan dan sampah di sekitar bangunan penting (bangunan


bagi, siphon, talang dll).
c) Menutup bocoran kecil di sepanjang saluran termasuk pengambilan liar.
d) Merapikan kemiringan talud saluran.
e) Menghalau ternak (kerbau dll) supaya tidak masuk dan merusak saluran.
f) Melaporkan kalau ada kerusakan saluran yang cukup parah.

2.4. Komisi Irigasi


DI Kalibawang merupakan daerah irigasi strategis nasional dan memiliki
luas 21.350 ha (lebih dari 3000 ha) sehingga berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Pekerjaan Umum Nomor: 17/PRT/M/2015 tentang Komisi
Irigasi maka DI Kalibawang menjadi menjadi wilayah kerja Komisi Irigasi Provinsi.
Komisi irigasi Provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil
pemerintah daerah provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat
daerah irigasi, wakil pengguna jaringan irigasi pada provinsi, dan wakil komisi
irigasi kabupaten/kota yang terkait.
Komisi Irigasi di Provinsi DI. Yogyakarta dibentuk melalui Surat Keputusan
Gubernur DI. Yogyakarta No: 611.05/Kep.485-Huk/2009 tentang Komisi Irigasi.
Komisi Irigasi Provinsi DI. Yogyakarta khusunya terkait DI Kalibawang membantu
gubernur dengan tugas:

a. mengusulkan rencana rumusan kebijakan kepada Menteri untuk


mempertahankan dan meningkatkan kondisi dan fungsi irigasi;
b. merumuskan rencana tahunan penyediaan, pembagian, dan pemberian air
irigasi bagi pertanian dan keperluan lain;
c. merekomendasikan usulan prioritas alokasi dana pengelolaan irigasi melalui
forum musyawarah pembangunan untuk diteruskan kepada Menteri;
d. merumuskan rencana tata tanam yang telah disiapkan oleh dinas instansi
terkait dengan mempertimbangkan data debit air yang tersedia pada setiap
daerah irigasi, pemberian air serentak atau golongan, kesesuaian jenis
tanaman, rencana pembagian dan pemberian air;
e. merumuskan rencana pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi yang
meliputi prioritas penyediaan dana, pemeliharaan, dan rehabilitasi untuk
diteruskan kepada Menteri;
f. memberikan masukan dalam rangka evaluasi pengelolaan aset irigasi untuk
3
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

diteruskan kepada Menteri;


g. memberikan pertimbangan dan masukan atas pemberian izin alokasi air untuk
kegiatan perluasan daerah layanan jaringan irigasi dan peningkatan jaringan
irigasi;
h. memberikan masukan kepada gubernur atas penetapan hak guna pakai air
untuk irigasi dan hak guna usaha air untuk irigasi kepada badan usaha,
badan sosial, ataupun perseorangan;
i. membahas dan memberi pertimbangan dalam mengatasi permasalahan
daerah irigasi akibat kekeringan, kebanjiran, dan akibat bencana alam lain;
j. memberikan masukan dan pertimbangan dalam proses penetapan peraturan
daerah tentang irigasi;
k. memberikan masukan dan pertimbangan dalam upaya menjaga keandalan
dan keberlanjutan sistem irigasi; dan
l. melaporkan hasil kegiatan kepada gubernur mengenai program dan progres,
masukan yang diperoleh, serta melaporkan kegiatan yang dilakukan selama
satu tahun.

2.5. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)


Petani pemakai air adalah semua petani yang mendapat manfaat secara langsung
dari pengelolaan air dan jaringan irigasi, termasuk irigasi pompa yang meliputi pemilik
sawah, penggarap sawah, penyakap sawah, pemilik kolam ikan yang mendapat air
irigasi, dan badan usaha di bidang pertanian yang memanfaatkan air irigasi. Bentuk
kelembagaan Dalam pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam
suatu daerah layanan/petak tersier atau desa yang dibentuk secara demokratis oleh
petani pemakai air termasuk lembaga local pengelola irigasi disebut Perkumpulan petani
pemakai air (P3A). P3A dapat membentuk kelembagaan yang lebih besar/luas di dalam
memanfaatkan air dengan membentuk Gabungan petani pemakai air (GP3A). Gabungan
petani pemakai air (GP3A) adalah kelembagaan sejumlah P3A yang bersepakat bekerja
sama memanfaatkan air irigasi dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok sekunder,
gabungan beberapa blok sekunder, atau satu daerah irigasi.

Perkumpulan petani pemakai air dapat berperan serta dalam operasi jaringan
irigasi primer dan sekunder sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya antara
lain:
a) Kegiatan Pengumpulan Data
4
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

 mencatat data luas dan jenis tanaman, luas panen, dan kerusakan
tanaman
b) Perencanaan Operasi
 menyampaikan usulan rencana tata tanam
 menyampaikan usulan rencana pembagian dan pemberian air irigasi
 menyepakati secara tertulis rencana tahunan operasi
 menyepakati rencana pembagian dan pemberian air irigasi
c) Pelaksanaan Operasi
 menerima alokasi air irigasi, mengusulkan peninjauan kembali apabila
ada alokasi air yang tidak sesuai dengan rencana penyediaan air
 melaporkan kondisi kekurangan/kelebihan air setiap periode operasi
 membantu melaksanakan pekerjaan operasi seperti membuka,
menutup pintu, dan memberikan pelumasan pintu air
 menyampaikan usulan kebutuhan air irigasi berdasarkan luas dan jenis
tanaman setiap periode operasi
d) Monitoring Dan Evaluasi Operasi
 melaporkan adanya pengambilan air irigasi secara tidak resmi
 melaporkan kejadian perusakan bangunan, saluran, dan pintu air
 melaporkan konflik air dan mengupayakan penyelesaiannya

P3A DI Kalibawang tercatat sebanyak 277 P3A dengan jumlah tersier/sadap 334
buah. Dari jumlah tersebut sebanyak 133 P3A sudah disahkan oleh Bupati Kulonprogo,
sedangkan sisanya 144 buah belum disahkan. Sebagian kecil P3A sudah mandiri yaitu 13
P3A, 57 P3A menuju mandiri, dan 207 P3A belum mandiri. Tabel 2 menunjukkan jumlah
P3A di DI Kalibawang.
Tabel 2. P3A di DI Kalibawang
Jumlah
Pengesahan Kriteria
Jumlah GP3A
No UPTD
P3A Belu Menuju Belum
Sudah Mandiri
m Mandiri Mandiri
2
1 Pamarayan 2 9 9 2
0 2
1
1 8
2 Pontang 0 3 9
0 3 6 0
3
4 3
3 Ciruas 4 7 4
6 6 0 5
4 Kibin 4 0 8 3 6
5
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

0 6 2
3 2
5 Kramatwatu 0 8 4
1 2 9 7
3 2
6 Kota Serang 4 9 8
7 3 4
2 2
1 5
Total 7 3 4 0 33
3 7
7 3 4 7
Sumber: Sie Bina Manfaat Bid. Irigasi DPU Kab Serang, 2016

BAB III
OP FREE INTAKE KALIBAWANG

3.1. OPERASI PINTU PADA KEADAAN NORMAL


3.1.1. Debit Pengambilan
Berdasarkan desain awal pengambilan air dari Free Intake Kalibawang tidak hanya
untuk irigasi tapi juga untuk kebutuhan penduduk penduduk & industri khusunya areal
Kota Cilegon. Debit desain pengambilan pada intake barat dan timur berdasarkan desain
pada kegiatan “review study” pada tahun 1994 adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Desain Debit Pengambilan pada Free Intake Kalibawang (m3/dt)


Uraian Intake barat Intake timur Total
Kebutuhan air irigasi 26, 15*) 7, 07**) 33, 22
Permintaan M&I cilegon 1, 56 - 1, 56
Pemintaan penduduk 0, 02 0, 00***) 0, 02
Total 27, 73 7, 07 34, 80
*) : 1.56 I/d/ha × 16, 762 ha/1000 = 26, 15 m /d
3

**) : 1.56 I/d/ha × 4, 532 ha/1000 = 7, 07 m3/d


***) : 0, 0034 m3/d

Petugas Free Intake Kalibawang bertanggung jawab atas pengaturan debit


pengambilan berdasarkan jadwal irigasi sesuai keputusan panitia irigasi dan permintaan
air lainnya seperti tersebut diatas. Saat pintu tidak dibuka selama 1 bulan yaitu pada
periode pemeliharaan perludisiapkan persediaan kubutuhan air untuk M & I. Debit
pengambilan diukur pada ujung kantong lumpur dimana sebuah alat ukur yaitu alat ukur
ambang lebar (broad cresting weir) yang terdapat pada tiap-tiap sub kantong lumpur.
Muka air pada pada alat ukur ditunjukan pada papan kontrol di ruang kontrol. Besaran
curva dari alat ukur ini terlihat dalam gambar 6 berikut ini.

6
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Gambar 5. Kurva Debit pada Alat Ukur di Akhir Kantong Lumpur


3.1.2. Pengaturan Muka Air Hulu
Desain elevasi muka air pengambilan di Free Intake Kalibawang ditetapkan
13.00 m Dengan demikian pintu pelimpah dan pintu katup hendaknya
dioperasikan secara teliti sehingga elevasi muka air dihulu menjadi 13.00 m dan
paling tinggi 13.10 m. Debit yang masuk di musim hujan harus diatur dengan
posisi bukaan pintu yang sama dari pintu pelimpah PS2 dan PS5 untuk menjaga
posisi sungai pada posisi yang termudah membagi air pada posisi kedua sisi
intake. Pintu katup hanya membantu untuk mengatur penyesuaian muka air
pengambilan dengan tepat.
Debit minimum yang dipertahankan(maintenance flow) harus dapat
mencapai daerah hilir Sungai Kalibawang untuk memelihara saluran terusan
(channel) dengan baik terutama musim kemarau. Debit minimum tersebut
ditetapkan sebesar 3, 6 m3/dt. Aliran tersebut hendaknya harus melewati pintu
pelimpah atau pintu katup. Dalam hal debit sungai lebih kecil dari total debit
pemasukan barat dan timur, muka debit minimum sebesar 3, 6 m 3/dt iniharus
diprioritaskan.

3.1.3. Pengaturan Debit Pengambilan


1) Fluktuasi debit pengambilan
Menurut usulan pola tanam debit pengambilan sistem saluran kanan dan timur
mengalami fluktuasi sepanjang tahun sebagaimana terlihat dalam gambar dibawah
ini:

7
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

21
Intake Barat Intake Barat
Intake Timur
18

15
Debit (m3/detik)

12

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Bulan

Gambar 6. Debit Pengambilan pada Free Intake Kalibawang

Agar dapat mengatai fluktuasi debit pengambilanyang demikian besar tersebut


maka bangunan pengambilan barat dibagi ke dalam 4 pintu pengambilan dan
bangunan pengambilan timur dibagi 2 pintu pengambilan dan pintu-pintu ini
memerlukan operasi yang tepat.

2) Penetapan debit pemasukan minimum


Pintu pengaturan umumnya disediakan pada setiap sistem saluran dengan tujuan
untuk menjaga muka air yang dibutuhkan terhadap fluktuasi debit yang besar dari
saluran. Demikian juga dengan Free Intake Kalibawang yang dilengkapi dengan
pintu-pintu pengatur sehingga sistemsaluran telah didesain untuk memungkinkan
debit mengalir kesaluran sekunder dan tersier dibawah 70% dari ke dalam an muka
air desain disaluran induk. Dengan kata lain apabila ke dalam an muka air dibawah
70% dari ke dalam an desain, kecil kemungkinan pembagian air dapat dilakukan
secara teliti. Karena tidak memberikan keadilan pembagian air kepada saluran
sekunder dan tersier. Terutama didaerah hulu dan saluran induk barat tinggi,
bangunan bagi dan sadap dikontruksikan lebih tinggi dari pada dasar saluran, akan
memberikan kesulitan dalam membagi air kesaluran sekunder dan tersier, apabila
pintu pengatur tidak tersedia dimana debit yang mengalir disaluran induk kecil.

8
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

3) Usulan operasi pintu


Menurut desain dari bangunan pengambilan dan bagian dari kantong lumpur, debit
pengambilan dibagi ke dalam 4 bagian mulai dari pintu pengambilan sampai bagian
akhir kantong lumpur melalui masing-masing saluran pengarah dan sub kantong
lumpur. Ini berarti bahwa semua pintu pengambilanakan dioperasikan bersama
ketetapan penggunaan efektif dari seluruh kantong lumpur. Dalam beberapa hal
diatas dan penggunaan debitpemasukan minimum semua pintu pengambilan
hendaknya dioperasikan dengan pembukaan yang sama.

3.1.4. Prosedur Operasi pintu


Petugas Operasi Bendung (POB) harus memeriksa muka air dihulu dan
debit pengambilanpada pukul 09.00 tiap pagi. Apabila muka air tidak berada pada
angka yang diinginkan yaitu EI.13, 00 - EI13, 10dan atau debit pengambilantidak
memenuhi yang diinginkan ± 10% dari permmintaan kebutuhan, seorang Petugas
Operasi Bendung (POB)harus menyesuaikan pembukaan pintu pelimpah dan pintu
katup, dan juga pintu pengambilansehingga memenuhi kebutuhan di atas.
Dibawah ini prosedur harian operasi pintu pelimpah, pintu katup dan pintu
pengambilan.

1) Cek muka air hulu


Muka air hulu, ditunjukkan pada panel kontrol ruangan kontrol dan harus dicek
apakah berada pada EI.13, 00 m – EI.13, 10 atau tidak.
2) Atur muka air hulu
Apabila muka air hulu tidak memenuhi muka air yang diinginkan, pintu pelimpah
dan/atau pintu katup desesuaikan dengan monitor indikator dipanel kontrol.
3) Cek debit pemasukan saat ini
Muka air hulu dari pintu pengatur pada akhir kantong lumpur harus dicek dan
dikonversikan kedalam debit pengambilandengan menggunakan grafik berikut yang
dapat dilihat pada gambar 14 dari ”Report Hydraulic Model Test, Experiment of
Sediment Trap Model” dan juga hendaknya dimodifikasikan berdasarkan
pengukuran nyata dengan sebuah current meter.

9
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Gambar 7. Kurva Debit Pada Ujung Kantong Lumpur

Agar supaya lebih mudah menyetel pintu pengambilansesuai dengan kebutuhan


debit, gambar 9 dikembangkan melalui tes lapangan. Untuk pintu pengambilan
barat pada muka air hulu EI.12, 74 m. Direkomendasikan bahwa gambar demikian
hendaknya disiapkan melalui tes yang samapada elevasi muka air EI.13, 00 m
segera setelah penyelesaian semua pekerjaan. Bahwa direkondasi bahwa aktifitas
yang sama hendaknya diambil untuk pemasukan bagian timur untuk mempermudah
operasi pintu pengambilan.

Gambar 8. Hubungan Antara Debit Pengambilan dan Bukaan Pintu

10
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

4) Operasi pintu pengambilan


Setelah muka air pada hulu( upstream) stabil pintu pengambilan hendaknya
dioperasikan sehingga perbedaan antara debit pemasukandan debit yang diinginkan
jauh pada batas toleran (±10%) dari debityang dibutuhkan.
5) Cek pelepasan debit ke hulu
Apabila muka air hulu terjaga pada EI.13, 00 m. Suatu angka besaran curve dari
bukaan pintu dandebit yang dihasilkan diberikan dibawah, yang dikembangkan dari
“report on hydraulic model test, experiment of overall model ”. Dari curva ini, debit
yang di hasilkan oleh pintu pelimpah tidak diketahui. Angka besaran yang lebih rinci
diberikan pada gambar 10.

11
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Gambar 9. Besaran Kurva Pintu Pembuang di Free Intake Kalibawang


Debit kecil yang dihasilkan khususnya musim kemarau akan diatur dengan bukaan
operasi yang sama dengan pintupelimpah PS2 dan PS5. Untuk menjaga arah
sungaiyang benar pada kedua sisi pemasukan tetapi pemeliharaan aliran pada
daerah hilir hanya 3, 6 m 3/d pada bangunan utama. Sehingga dapat dikreasikan
dengan operasi pintu katup yang ditempatkan pada pintu pelimpah. Besaran pintu
katup diberikan dibawah ini.

12
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Gambar 10. Debit yang Melimpah pada Pintu Katup

6) Catatan debit pemasukan dan debit sungai


Setelah operasi pintu, debit pemasukan, muka air hulu dan tinggi bukaan haruslah
dicatat. Blanko catatan diberikan dalam LAMPIRAN-1.

3.2. OPERASI PINTU PADA SAAT BANJIR


3.2.1. Uraian Operasi Pintu
Operasi pintu menghadapi banjir, harus dilaksanakan menurutmuka air
hulu tidak bertambah dari EI.13, 00 m dan arah sungai harus dijaga dalam
keadaanseperti biasa sehingga dapat menjaga pembagianair pada kedua sistem
saluran induk barat dan saluran induk kiri.
Pada prinsipnya operasi pintu pelimpah, pintu katup, pintu pembilasatas
dan pembilas bawah akan dibuat dengan memonitor muka air hulu pada pada
situasi pengamatan muka air di Rangkasbitung kira-kira 14 km arah hulu dari Free
Intake Kalibawang . tinggi muka air yang ditunjukkan akan dicatat dalam form
diberikan dalam LAMPIRAN-1 untuk aktifitas monitoring.
Menurut kemungkinan hydrograph, waktu banjir adalah 12 jam, dan rata-
rata kenaikan banjir kira-kira 5m3/dt. Juga pengalaman masa lalu dilaporkan
bahwa jarak waktu untuk mencapai puncak banjir antara Rangkasbitung dan Free
Intake Kalibawang kira-kira antara 2 – 3 jam. Dilain pihak kecepatan naik dari
pintu pelimpah dirancang 0, 3 m/mt, sehingga pelepasan debit akan diperkirakan
kurang lebih 20 m3/d/menit. Ini berarti bahwa ada cukup waktu untuk operasi
pintu pelimpah terhadap datangnya banjir di Rangkasbitung dapat tercatat pada
waktunya.

13
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

1) Operasi pintu pada saat naiknya banjir


Seperti disebutkan sebelumnya, muka air hulu di Free Intake Kalibawang harus
diatur pada tinggi muka air EI.13, 00 m dengan mengatur pembukaan pintu
pelimpah, pintu pembilas atas dan pintu katup, meskipun pintu katup hanya
digunakan untuk mempercepat penyesuaian muka air. Detik yang dilepaskan selama
musim kemarau akan diatur secara normal dengan operasi pembukaan yang
samadari PS2 dan PS5 misalnya 15 cm, 30 cm dan sebagainya, untuk pengturan
pembagian yang adil pada kedua bagian pemasukan .
Bangunan Intake Barat

Bangunan Intake Timur


Pintu pelimpah

PS1 PS2 PS3 PS4 PS5 PS6


Aliran

Gambar 11. Skema Pintu Pelimpah Free Intake Kalibawang

Sebelum permulaan musim hujan bukaan pintu PS2 dan PS5 harus sama, dan
kemudian PS2 disetel pada 1, 2 m dan PS5 pun harus mengikuti bukaan 1, 2 m
selaras dengan bertambahnya debit sungai. Apabila bertambah terus, pintu-pintu
pelimpah yang lain dibuka berurutan satu persatu dalam rangkaian PS1, PS6, PS3
dan PS4. Dalam hal tinggi muka air hulu masih naik, bahkansetelah pembukaan
pintu pelimpah 1, 2 m, pembukaan penuh semua pintu-pintu pelimpah dilakukan
satu persatu dalam rangkaian urutan yang sama dengan tersebut diatas, selama
debit sungai terus bertambah. Apabila tinggi muka airlebih dari 13, 00 m pada
pembukaan penuh pintu pelimpah, maka pintu pengambilan harus ditutup dan
kemudian pintu pembilas atas dibuka untuk menjaga EI.13, 00 m.

14
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Dari hasil “hydraulic model test” banjir rencana sebesar 2, 000m 3/dt dapat
melimpah dengan pengaturan dengan pengaturan pembukaan semua pintu
pelimpah dan pintu-pintu pembilas atas akan menjaga muka air pada hulu EI.13, 00
m.
2) Operasi pintu pada waktu banjir
Apabila hasil monitoring muka air diRangkasbitung menunjukkan tendensi banjir
menurun dan debit banjir berkurang dan tinggi muka air hulu dibangunan utama
lebih rendah dari EI.13, 00 m. Pintu pembilas atas apabila sedang terbuka harus
ditutup. Setelah pintu pembilas atas ditutup, pintu pengambilan harus dibuka.
Pembukaan pintu pengambilan hendaknya ditetapkan menggunkan gambar 13.
apabila tinggi muka air terus jatuh pada saat pintu-pintu pembilas atas tertutup
penuh pintu pelimpah turunkansampai pembukaan tinggal1, 2 m dalam urutan PS4,
PS3, PS6, PS1, PS5 dan PS2 .apabila debit sungai berkurang lebih lanjut, pintu
pelimpah harus ditutup penuh satu persatu untuk menjaga tinggi muka air pada El.
13, 00 m, dalam garis urutan di atas kecuali PS2 dan PS5, dimana dimaksudkan
untuk membiarkan air lebih lepas ke arah hilir (downstream).

15
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Gambar 12. Urutan Operasi Pintu Saat Naiknya Banjir

3) Operasi pintu penguras lumpur


Umumnya terjadi perubahan kecil ketika semua pintupelimpah dibuka penuh dan
beberapa pintu ditutup, bahkan pada pintu ditutup, bahkan pada musim hujan,
untuk mempertahankan tinggi muka air hulu, ketelitian pemasukan air kemasing-
masing sistem saluran mengibatkan terjadinya pengendapan dari sedimen-sedimen
terapung, pada dasar saluran hulu dan sampah-sampah terapung seperti kayu,
pohon pisang, dan daun-daunan akan terkumpul dimuka pintu. Apabila didapatkan
banyak endapan dan sampah terapung, disarankan untuk merubah operasi pintu
agar endapan dan sampah tersebut dapat dibuang dan tetap mempertahankan
kapasitas aliran air dari alur sungai. Dalam hal ini, apabila banjir dalam skala

16
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

sedang dimana debitpuncak berada di atas 400 m 3/dt yang diperoleh dari data pada
stasion pengamatan muka air di Rangkasbitung. Semua pintu pelimpah harus
dibuka penuh sebelum datangnya banjir dan dijaga agar tetap terbuka penuh
selama waktu banjir. Pintu-pintu pengambilan harus ditutup selama operasi pintu-
pintu ini. Diharapkan operasi semacam ini diadakan pada permulaan,
pertengahandan akhir musim hujan .

3.2.2. Prosedur Operasi Pintu-Pintu Pelimpah


Selama waktu banjirpintu pelimpah harus dioperasikan berdasarkan
prosedur berikut:
1) Pengamatan Tinggi Muka Air Pada Stasiun Pengukuran di Rangkasbitung
Tinggi muka air distasiun pengukuran di Rangkasbitung yang tercatat pada papan
kontrol di ruang an kontrol harus diamati dan dicatat setiap 1 jam. Dari catatan ini
dan kondisi cuaca di daerah penangkapan hujan ( catchment area) kejadian banjir
dapat diramalkan .
2) Operasi Pintu Sebelum Banjir
Sebelum datangnya banjir PS2 dan PS5 harus dijaga pada pembukaan yang sama,
untuk menjamin arah aliran sungai pada posisi yang benar untuk pembagian air
yang adil ke sistem saluran barat dan timur.
3) Waktu banjir naik
a) Bukaan pintu pelimpah apabila tinggi muka air melebihi El.13, 00 m
Ketika tinggi muka air di hulumelampaui El.13, 00 m, pintu-pintu pelimpah
harus dibuka pada posisi 3, 0 m biasanya dengan titik 0, 6 m, satu persatu
dalam rangkaian PS2, PS5 , PS1, PS6, PS3 dan PS4. Apabila muka air dihulu
masih lebih dari El.13, 00 m, pintu pintu pelimpah ini harus dibuka penuh satu
persatu dalamrangkaian yang sama .
Apabila peningkatan muka air dihuluterus berlangsung, setelah semua pintu
masuk pelimpah terbuka penuh, maka pintu pembilas atas harus dibuka untuk
mempertahankan muka air pada EI.13, 00 m rangkaian operasi diberikan dalam
gambar 13. Menurut test model hydraulic, debit banjir sebesar 2, 000 m 3/d
dapat melimpah dengan bukaan pintu-pintu pelimpah dan pintu pembilas atas,
untuk menjaga muka air pada EI.13, 00 m.
b) Hentikan segera pintu pelimpah sesaat setelah tinggi muka air menurun

17
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Selama operasi pembukaan pintu, tinggi muka air di hulu, demikian juga
stasiun pengamatan muka air di Rangkasbitungharus dimonitor secara hati-hati.
Apabila diketahui adanya tendensi muka air menurun, bukaan pintu harus
segera dihentikan.
4) Waktu penurunan
a) Tutup pintu spilway apabila tinggi muka air jatuh dariEI.13, 00m
Prosedur penutupan pintu harus dilaksanakan dengan caar kebalikan dari
pembukaan pintu. Apabila tinggi muka air dibawah 13, 00 m dan pintu pembilas
atas sedang terbuka, harus segera ditutup mulai dari timur dengan mengamati
perubahan tinggi muka air, dan pemasukan harus ditutup.
Apabila tinggi muka air lebih lanjut menurun dari EI.13, 00 m pintu pelimpah
harus ditutup dengan rangkaian PS4, PS3, PS6, PS1, PS5 dan PS2 sejalan
dengan penurunan debit, dan akhirnya kelebihan debit dapat melewati
pembukaan kecil kurang dari 1, 2 m masing-masing. Melalui PS2 dan PS5 dalam
bukaan pintu yang sama.
b) Perkiraan waktu berhetinya banjir
Berdasarkan hasil monitoring perubahan tinggi muka air di Rangkasbitungwaktu
berhentinya bajir harus diperhitungkan guna persiapan yang tepat untuk
penutupan pintu.
5) Kumpulan dan Laporan Hasil Monitoring Perubahan Muka Air dan Operasi Pintu
Hasil monitoring perubahan muka air di Rangkasbitung dan di bangunan utam dan
pelaksanaan operasi pintu, akan dianalisa dan dilaporkan keUPTD dimana sangat
berguna untuk lebih mengembangkan operasi yang lebih tepat dalam menghadapi
banjir.
6) Operasi untuk pengurasan lumpur dan sampah terapung
a) adanya kemungkinan banjir pada stasiun pengamatan di Rangkasbitung.
b) Informasikan semua UPTD/Pengamat tentang penangguhan (penyetopan
sementara) suplai air.
c) Adakanpersiapan kerja untuk pembukaan semua pintu pelimpah dan pintu
pembilas atas termasuk mengontrol bangunan utama untuk tujuan yang tepat.
d) Buka semua pintu pelimpah dan pintu pembilas atas satu persatu 2 jam
sebelum banjir datang, monitor tinggi muka iar hulu dan hilir di ruang kontrol.
e) Tutup penuh pintu pengambilan barat dan timur.

18
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

f) Buka perlahan-lahan pintu pelimpah dan kemudian pintu pembilas atas dan
amati ketinggian muka air.
g) Sesuaikan bukaan dari PS1 – PS6, untuk mengatur tinggi muka air pada El.130
m.
h) Bukaan pintu pengambilan barat dan pintu pengambilan timur.

3.3. OPERASI PINTU PEMBILAS UNTUK PENGURASAN LUMPUR


3.3.1. Fungsi Pintu Pembilas Atas dan Pintu Pembilas Bawah
Free Intake Kalibawang dilengkapi dengan 2 jaringan pengurasan satu
pada bagian barat dan yang lainnya pada bagian timur. Fasilitas pengurasan
tersusun dari pintu pembilas atas dan bawah, pintu pembilas atas dilengkapi
dengan pintu plat. Pintu pembilas bawah ditempatkan pada penghubung aliran
dan pintu pembilas bagian atas dipasang pada dasar penghubung aliran.
Pintu pembuang sampah (under sluice gate) berfungsi untuk menguras
endapan lumpur pada dasar saluran sekitar pintu pengambilan ( intake gate) untuk
menjaga arah sungai yang benar. Pintu pembuang atas ( upper sluice gate)
membantu pengurasan lumpur pada dasar penghubung aliran ( slab of conduit)
dan membuang sampah-sampah terapung di depan pintu pengambilan. Pintu
katup (valve gate) ditempatkan pada pintu pembuang atas ( upper sluice gate)
digunakan untuk membuang sampah-sampah terapung dan menghaluskan
penyesuaian tinggi muka air hulu.
Melalui test model hydraulic (hydraulic model test) ditetapkan bahwa
jaringan pengurasan ini berfungsi dengan baik.

3.3.2. Operasi dari Pintu Pembilas Bawah


1) Syarat-syarat operasi
a) Operasi setengah bukaan
Menurut laporan “Hydraulic Model Test, Experiment of Overall Model”tes
pengurasan oleh pintu pembilas bawah dilaksanakan ketika muka air hulu
El.13, 00m. Sehingga setengah pembukaan dari pintu akan memberikan hasil
memuaskan. Dari hasil ini, laporan merekomendasi bahwa pintu pembuang
bawah (under sluice gate) akan dioperasikan dalam keadaan setengah bukaan
untuk mencegah pengurasan lokal kehilir arah pembilas.
b) Frekuensi yang dibutuhkan untuk pembukaan pintu.

19
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

- Pada musim November - April pintu pembilas bawah akan dibuka dua kali
dalam satu bulan, ketika debit sungai lebih dari 160 m 3/d, sebab kira-kira
126 m3/d dibutuhkan untuk menguraslumpur pada setengah bukaan dari
pintu danmuka air hulu pada El.13, 00 m dan kira-kira 35 m 3/d akan
mensuplai air irigasi dan M&I pada saat puncak. Dalam hal pengurasan
lumpur dasar hulu sungai dengan pembukaan penuh pintu pelimpah, pintu
pembilas bawah akan dibuka setengah, segera setelah selesainya kegiatan
pengurasan oleh pintu pelimpah.
- Pada musim kemarau mei-october pintu pembilas bawah tidak dioperasikan .
c) Muka air hulu
Muka air hulu dipertahankan sekitar 13, 00 m saat pelaksanaan pengurasan
lumpur.
d) Kabutuhan
Waktu yang diperlukan untuk kegiatan pengurasan lumpur adalah 25 menit
untuk operasi satu pintu pembilas bawah, terdiri dari 4 menit selama bukaan
pintu, 15 menit lamanya pengurasan dan 4 menit untuk menutup pintu. Dari
saat itu dua pintu yang terbuka, sehingga diperlukan waktu kira-kira 50
menit.
e) Operasi pintu pengambilan dan pintu pembilas atas selama pembukaan pintu
pembilas bawah, pintu pengambilan dapat dibuka terus menerus, tetapi pintu
pembilas atas ditutup penuh.
f) Alternatif operasi pintu pembilas bawah bagian barat dan timur
Dari kapasitas suplai listrik, untuk operasi dibuat alternatif, misalkan
pembilas bawah bagian timur akan dioperasikan lebih dahulu maka kemudian
dioperasikan bagian barat .
2) Prosedur operasi
a) Pastikanlebih dahulu masalah-masalah berikut sebelum memulai pengurasan
lumpur,
- Lepaskan debit lebih dari 120 m 3/d, yang sesuai dengan 0, 9 m
pembukaan pintu pelimpah dari PS2 dan PS5
- Tutup penuh pintu pembilas atas
- Muka air dihulu El.13, 00 m
- Tidak ada orang baik dihulu maupun dihilir arah pembilas

20
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

- Pasangkan stoplog pada celah yang disediakan sampai pada posisi yang
benar.
b) Buka pintu pembilas bawah pada posisi setengah bukaan misalnya 1, 0 m
Dibawah muka air El.13, 00 m dan setengah bukaan pintu, debit yang
3
dilepaskan lewat pwmbilas bawah kira-kira 120 m /s. Apabila tidak mengambil
perlakuan pada operasi dari pintu pelimpah, muka air di hulu akan turun dan
tidak dapat dipertahankan pada El.13, 00 msebagaimana jadwal operasi.
Karena itu selama operasi pintu pembilas bagian bawah, tinggi muka air
harus diatur melalui pintu-pintu pelimpah .
c) Tutup pintu pembilas bawah dan buka pintu pelimpah untuk melepaskan kira-
kira 120 m3/d ke arah downstream.

3.3.3. Operasi Dari Pintu Pembilas Atas


1) Syarat-syarat operasi
a) Pengurasan lumpur pada lantai atas dari aliran pembilas bawah
Lumpur pada lantai atas dari aliran pembilasbawah akan dikuras
menggunakan pintu pembilas atas lebih dahulu pada operasi kantong
lumpur.Oleh sebab itu dikerjakan apabila debit sungai lebih dari 250 m 3/d dan
dikerjakan berseling dengan cara yang sama dengan operasi pintu pembilas
bawah, karena suplai listrik tidak mencukupi. Sebelum operasi stoplog yang
terpasang dinaikkan dan disimpan pada tempat penyimpanan.
Waktu yang diperlukan untuk operasi kurang lebih 45 menit terdiri dari 10
menit untuk menutup pintu pengambilan, 15 menit untuk membuka pintu
pembilas atas, 5 menit untuk pengurasan lumpur 15 menit untuk menutup
pintu pembilas atas dan 10 menit untuk membuka kembali pintu pintu
pengambilan. Seperti disebutkan di atas, sekitar 250 m 3/d akan diperlukan
untuk menguras lumpur pada kondisi muka air hulu El.13.00 m. Selama
operasi dari pintu pembilas atas, pintu pelimpah harus dioperasikanuntuk
menjaga muka air hulu seperti yang direncanakan .
b) Pembuangan sampah terapung melalui pintu katup (flap)
Pintu katup diletakkan pada pintu pembilas atas dapat dioperasikan pada
setiap saat tergantung kepada keadaan sampah terapung itu sediri.

21
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

2) Prosedur operasi
a) Pastikan dahulu masalah-masalah berikut sebelum memulai pengurasan
lumpur dan pembuangan sampah terapung.
- Debit sungai lebih dari 250 m 3/d yang dapat diketahui dari bukaan 1.2 m
dari 3 pintu pelimpah PS2, PS5 dan PS1.
- Tutup penuh pintu pembilas bawah.
- Muka air hulu El.13, 00 m.
- Tidak ada orang di daerah hulu dan hilir dari pembilas.
- Angkat stoplog dari tempatnya (slot).
b) Lakukan penutupan dari semua pintu pengambilan sebelum membuka pintu
pembilas.
c) Lakukan bukaan penuh dari pintu pembilas atas
d) Atur pintu pelimpah sehingga dapat menjaga muka air hulu El.13, 00 m untuk
mengefektifkan pekerjaan pengurasan.
e) Tutup pintu pembilas atas
f) Sesuaikan pintu pelimpah sehingga tetap menjaga muka air hulu pada
El.13.00 m
g) Buka pintu pengambilan setelah penutupan pintu pembilas atas.

3.4. OPERASI KANTONG LUMPUR BARAT DAN TIMUR


Saluran Induk Pamarayan Barat dan Timur dilengkapi masing-masing
sebuah kantong lumpur setelah bangunan pemasukan, untuk mengendapkan dan
menguras endapan yang berdiameter kurang dari 0, 2 mm. Kantonglumpur barat
terbagi ke dalam 4 sub kantong dan kantong bagian timur terbagi ke dalam 2
sub kantong. Setelah masing-masing sub kantong dihubungkan langsung dengan
1 pintu pengambilan, maka debit yang masuk kekantong lumpur diatur melalui
pintu pengambilan. Pada ujung dari pada kantong lumpur, 2 pintu masing-masing
membagi sub kantong, satu pintu berguna untuk mencegah aliran balik dari
bagian hilir, dan yang lainnya adalah pintu penguras yang berguna untuk
membuang endapan lumpur pada sub kantong yang dihubungkan dengan pintu
pengatur hilir. Pada ujung sub kantong dimana pintu pengatur dipasang terdapat
sebuah alat ukur ambang lebar (broad crested weir) untuk menghitung debit yang
dilepaskan ke hilir saluran. Tinggi muka air pada alat ukur dapat dilihat pada
papan kontrol (control panel) di ruang kontrol. Pintu pengambilan ini akan

22
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

dioperasikan dengan memonitor tinggi muka air didalam mensuplai air ke areal
yang dialiri irigasi.Bentuk kapasitas kantong dan erfektifitas pengurasan
pengurasan dikonfirmasikan lewat “hydraulic model test” dengan tambahan,
testmenjelaskan hubungan antara waktu pengurasan dan lumpur yang terbawa
sebagaimana dapatdilihat padaGambar 14.

3.4.1. Syarat-Syarat Operasi


1) Kantong lumpur terbagi ke dalam 4 sub kantong dan 2 sub kantong. Karena itu
operasi pengurasan lumpur dilakukan sub kantong per sub kantong. Frekuensi
pengurasan lumpur ditetapkan setiap 2 bulan sekali, paling 2 kali dalam semusim
yaitu sebelum dan sesudah musim kemarau dimana permintaan air irigasi masih
kecil.
2) Kondisi operasi
Sebagaimana hasilmodel tes hydraulic untuk menguras lumpur dengan baik pada
kantong lumpur bagian barat yang ada diperlukan pelepasan debit sebesar 5 m 3/d
dengan waktu operasi 45 menitsebagaimana dilihat dalam gambar 14 dengan
ketentuan muka air hilir pada El.09, 25 m, dimana daerah kekuatan pelepasan air
tidak dipengaruhi oleh muka air hilir bendung sebagaimana dilihat pada gambar 15.
Dengan mengambil referensi dari hasil tes terakhir debit dan waktu pengurasan
lumpur untuk kantong lumpur bagian timur ditetapkan sebesar 3.0 m/s dan waktu
masing-masing 45 menit.

23
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Gambar 13. Hubungan antara Prosentase Endapan Lumpur dan Waktu Pengurasan

Gambar 14. Pengaruh Muka Air Hilir terhadap Kecepatan Pengurasan

Menurut curva H-Q pada hilir bendung yang dapat dilihat pada gambar 16, catatan
debit pada El.9, 25 diperkirakan sebesar 720 m 3/d. Dengan demikian pengurasan
lumpur harus dilaksanakan apabila debit sungai dibawah 720 m 3/d. Dalam

24
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

hubungan ini, curva H-Q harus diperbarui berdasarkan hasil monitoring pada muka
air hilir pada dasar sungai. Tinggi muka air hulu harus dipertahankan antara El.13,
00 sampai 13.10 m.

Gambar 15. Kurva H-Q di Hilir Free Intake Kalibawang

3.4.2. Prosedur Operasi


1) Pastikan dahulu hal-hal berikut sebelum memulai pengurasan lumpur.
a) Muka air hilir dibawah El.9.25 m
b) Muka air hulu antara El.13.00-13.10 m
c) Tidak ada orang berada di sekitar pengeluaran air (outlet) dari saluran
penguras.
2) Tutup pintu pengambilan dan pintu pengatur, dan buka pintu kontrol hilir.
Bersihkan pintu pengambilan yang berhubungandengan kantong lumpur, dan
harus ditutup. Juga pintu pengatur yang dipasang pada akhir sub kantong harus
ditutup untuk menghindari gangguan dari air hilir, pintu kontrol pengeluaran air
dari saluran penguras harus dibuka.
3) Buka pintu penguras pada bagian akhir sub kantong lumpur.
4) Hitung jumlah endapan lumpur yang ada pada sub kantong lumpur
Tebal endapan harus diukur memanjang dari bagian depan tengah dan ujung,
kemudian diukur tebalnya dari arah melintang pada titik kanan, tengah, kiri.
Jumlah endapan yang mengendap penting sekali untuk dihitung untuk
menetapkan frekuensi operasi yang tepat dikemudian hari.
5) Bukaan pintu pengambilan

25
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Pintu pengambilan harus dibuka untuk mendapatkan debit sebesar 5 m 3/d untuk
kantong lumpur bagian timur. Bukaan pintu pengambilan barat ditentukan dengan
menggunakan gambar 9 dan untuk pintu pengambilan bagian timur juga akan
ditetapkan dengan gambar yang demikian.
6) Tutup pintu pengambilan dan cek efektifitas pengurasan
Setelah pengurasan endapan lumpur selama 45menit, pintu pengambilan harus
ditutup. Kemudian pastikan apakah semua endapan lumpur sudah terkuras semua
atau tidak dari sub kantong dan saluran penguras. Apabila masih ada endapan
lumpur yang tersisa ulangi lagi pengurasan lumpur dengan cara yang sama,
apabila tidak memungkinkan gunakan tenaga orang untuk mengangkatnya.
7) Tutup pintu penguras dan pintu k kontrol hilir.
8) Buka pintu pembilas bawah apabila didapatkan hasil pengurasan endapan lumpur
yang tinggi dari kantong lumpur.
Pintu pembilas bawah harus dioperasikan setengah bukaan misalnya 1, 0 m kira-
kira 10 menit, supaya dapat membersihkan endapan lumpur dari kantong lumpur,
dalam hubungannya dengan operasi ini, pintu pelimpah harus ditutup untuk
mempertahankan muka air hulu, antara El 13.00 – 13.10 m.
9) Tutup pintu pengambilan dan buka penuh pintu pengatur.

3.5. OPERASI PIPA AQUEDUCT PADA SALURAN INDUK PAMARAYAN TIMUR


Suatu tipe siphon aqueduct yang dibuat dari pipa baja disediakan setelah
kantong lumpur bagian timur melintang arah Sungai Kalibawang. Aqueduct ini
dilengkapi dengan 3 buah katup udara, 3katup pembuangan dan 3 lubang
pengarah. Pembersihan dalam pipa cukup dilakukan sekali dalam 3 tahun sebab
sedikit kandungan lumpur yang terbawa aliran air ke dalam pipa karena lumpur
sudah dahulu mengendap pada kantong lumpur. Tetapi dilaksanakan untuk
melakukan percobaan pembersihan pipa dalam bulan Oktober yang pertama
setelah satu tahun operasi, untuk mengetahui banyaknya lumpur
yangmengendap. Dalam mengoperasikan aqueduct pipa besi, hal-hal berikut
harus dilakukan dengan hati-hati.
1) Buang sampah-sampah terapung dari muka saringan sampah (trash rack)
Seperti disebutkan di atas aqueduct berada persis di hilir dari kantong lumpur
sehingga sedikit sampah terjaring pada saringan sampah (trash rack). Tetapi halnya
dengan aqueduct dikontruksi sebagai pengganti saluran terbuka selama

26
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

waktukontruksi membiarkan bagian penurunan muka air menjadi sangat terbatas,


apabila muka air naik karena sampah dimuka saringan sampah, pengukuran debit
pada kantong lumpur bagian akhir menjadi tidak betul, disebabkan efek balik dari
air. Inspeksi yang hati-hati harus dilakukan terhadap saringan sampah ini.

2) Pembersihan pipa
a) Bagian hulu dan hilir pada pipa harus kosong (kering)
Sistem saluran seluruhnya akan kering total pada akhir bulan Oktober, saat
pekerjaan pemeliharaan hampir selesai karenanya pembersihan pipa dapat
dikerjakan saat itu.
b) Air dalam pipa harus dikeringkan denganmenggunakn tiga katup pembuangan .
c) Bagian didalam pipa harus dicek menggunakan tenaga manausia(lewat lubang
orang / manholes) apakah semua endapan lumpur sudah terkuras habis /
belum. Apabila terjadi volume endapan lumpur masih tersisa, maka harus
dibersihkan dengan menggunakan tenaga manusia.
d) Ketiga terowongan pembuangan harus ditutup setelah selesainya pekerjaan
pembersihan.
e) Pintu pengatur di BPT1 harus ditutup rapat.
f) Pintu pengambilan harus dibuka dan pipa akan segera terisi air setelah
penutupan ketiga katup pembuangan. Kegiatan ini sangat penting untuk
mencegah kerusakan pada aqueduct oleh “tekanan naik” ketika muka air naik
akibat banjir.
g) Pelayanan katup yang dilengkapi dengan katup udara harus selalu terbuka,
kecuali pada pemeliharaan kattup udara. Apabila katup udara dalam pekerjaan
pemeliharaan, maka katup pelayanan ( service valve) lebih baik ditutup. Segera
setelah pemeliharaan katup udara selesai muka katup pelayanan di buka.

3.6. PEMELIHARAAN FREE INTAKE KALIBAWANG


3.6.1. Inspeksi Kondisi Free Intake Kalibawang
Petugas Operasi Bendung (POB) harus melakukan inspeksi kondisi Free
Intake Kalibawang setiap 10 hari atau 15 hari sekali. Inspeksi ini dilakukan untuk
memastikan bahwa Bendung dan bangunan pelengkapnya dapat berfungsi
dengan baik sesuai dengan ketentuan. Kerusakan ringan yang dijumpai dalam
inspeksi rutin harus segera dilaksanakan perbaikannya sebagai pemeliharaan

27
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

rutin, dicatat dalam Blangko 01-P dan dikirim ke pengamat setiap akhir bulan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam inspeksi ini yaitu:
a) Kondisi kedua bangunan tipis pasangan batu dan bagian timbunan batu,
khususnya untuk retakan, penurunan muka tanah, dan longsoran bisa terjadi
pada tibunan yang kurang kuat/kurang padat setelah hujan besar dan banjir.
b) Kondisi bagian dinding saluran pengarah aliran khususnya pada bagian yang
sering terjadi kebocoran.
c) Kondisi semua pintu-pintu, apakah dalam keadan baik atau tidak, terutama
terhadap kebocoran lewat pintu.
d) Kondisi saringan sampah/trash rack didepan pintu pengambilan (intake) dan
siphon. Sampah terapung harus diangkat /dibuang dalam pekerjaan
pemeliharan jaringan.
e) Kondisi operasi dari perlengkapan pengangkat pintu dan generator, seperti
getaran bagian yang berputar , suara, panas yang tinggi dan bagian penahan
dan lain-lain harus selalu berpedoman kepada manual/petunjuk perintah
manual yang disediakan oleh pabrik.
f) Kondisi peralatan listrik dan petunjuk tinggi muka air, debit dan bukaan pintu
dimana detailnya diuraikan dalam perintah manual yang disediakan oleh
pabrik.

3.6.2. Pemeliharaan Free Intake Kalibawang


Pemeliharaan Free Intake Kalibawang terdiri atas pemeliharaan rutin serta
pemeliharaan berkala. Secara umum kegiatan pemeliharaan Free Intake
Kalibawang terdiri atas:
a) Angkat dan buang sampah-sampah terapung dimuka pintu intake, pintu
pembuang atas dan bawahpintu pelimpah.
b) Sistem pembagian dan penempatan tenaga kerja harian untuk pemeliharaan.
c) Pemeliharaan harian untuk pengamatan muka air otomatis (AWLR).
d) Pemeliharan harian untuk semua kabel-kabel listrik, perabotan, peralatan
dan papan (panel) kontrol muka air.
e) Pemeliharaan harian dari peralatan telekomunikasi.
f) Pemeliharan dari semua mesin penggerak pintu yang dijalankandengan
tenaga listrik, pintu pelimpah, pintu penguras bawah dan atas, pintu katup,
pintu penguras, pintu kotrol hilir dan pintu pengambilan ( intake), termasuk

28
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

pemberian oli, pelumasan semua gigi ( gear) dan tambang kawat, menurut
petunjuk (manual) yang disiapkanoleh pabrik.
g) Menganti bagian-bagian yang rusak (parts) dari semua sistem kabel listrik.
h) Pencegahan tiang-tiang dan blok beton.
i) Bangunan terutama pengecatan
j) Mengecat stoplog, daun pintu pelimpah, pintu katup, pintu pembuang atas
dan bawah, pintu pengambilan (intake), pintu pengguras, pintu pengatur
dan pintu kontrol hilir
k) Penecatan tangga dan galang/sandaran jembatan operasi, tangga dan rangka
pengangkat stoplog.

Secara umum siklus pemeliharaan Free Intake Kalibawang disajikan pada


tabel 5 berikut ini.
Tabel 4. Siklus Pemeliharaan Free Intake Kalibawang

No Jenis Pemeliharaan Siklus standar Pemeliharaan

1 Penguras lumpur (pintu pembilas atas) Sebelum Pengurasan Kantong


Lumpur

2 Pengurasan Lumpur (Pintu Pembilas Dua Kali/Bulan Dalam Musim


Bawah) Hujan

3 Pengurasan Lumpur (Kantong Lumpur) Awal Dan Akhir Musim Kemarau


Dua Kali/Bulan Dalam Musim Hujan

4 Penguras Lumpur (Dasar Sungai Hulu) Awal Dan Akhir Musim Kemarau
Buka Penuh Semua Pintu Pelimpah
Saat Awal, Pertengahan Dan Akhir
Musim Hujan
5 Pintu
- Pengecatan
5 Tahun Sekali
- Pelumasan
2 Tahun Sekali

6 Pekerjaan Baja Lainnya 2 Atau 3 Tahun Sekali

7 Peralatan Dan Instrumen Lihat Petunjuk Manual

29
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB IV
OPERASI JARINGAN IRIGASI

4.1. Operasi Jaringan Irigasi

Operasi Jaringan Irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan


pembuangannya agar air irigasi dapat dimanfatkan secara efektif, efisien,
dan merata melalui kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi,
menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun
rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan,
mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi.
Kegiatan operasi jaringan irigasi secara rinci meliputi :
a) Pekerjaan pengumpulan data (data debit, data curah hujan, data luas
tanam, dll);
b) Pekerjaan kalibrasi alat pengukur debit;
c) Pekerjaan membuat Rencana Penyediaan Air Tahunan, Pembagian
dan Pemberian Air Tahunan, Rencana Tata Tanam Tahunan,
Rencana Pengeringan, dll.;
d) Pekerjaan melaksanakan pembagian dan pemberian air (termasuk
pekerjaan: membuat laporan permintaan air, mengisi papan operasi,
mengatur bukaan pintu);
e) Pekerjaan mengatur pintu-pintu air pada bendung berkaitan dengan
datangnya debit banjir;
f) Pekerjaan mengatur pintu kantong lumpur untuk menguras endapan
lumpur;
g) Koordinasi antar instansi terkait;
h) Monitoring dan Evaluasi kegiatan Operasi Jaringan Irigasi.

30
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

4.2. Ruang Lingkup Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi


Seperti telah disebutkan di atas bahwa Diklat Operasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi Tingkat Dasar ini merupakan diklat teknis keahlian/
keterampilan mengoparasikan jaringan irigasi dengan menggunakan
blanko-blanko Operasi yang jumlahnya 12 blanko, maka yang ditekankan
pada modul ini adalah keahlian/keterampilan dalam mengoperasikan
jaringan irigasi dengan menggunakan blanko Operasi 01-O sd 12-O.
Pertama-tama dipaparkan mengenai Operasi Jaringan Irigasi diawali
dengan penyampaian:
a) Undang-Undang No.11 Tahun 1974 Tentang Pengairan.
b) Peraturan Pemerintah No 23 tahun 1982 tentang Irigasi.
c) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
12 Tahun 2015 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi.
d) Pengertian Istilah atau Definisi Operasi Jaringan Irigasi. Kegiatan
Operasi Jaringan Irigasi, Tata Cara Operasi Jaringan Irigasi kemudian
Kelembagaan Sumber Daya Manusia yang melaksanakan Operasi
terdiri dari; (1.Tugas pokok dan fungsi Kepala Ranting/Pengamat,
Petugas Mantri/Juru pengairan, Staf ranting, Petugas Operasi
Bendung, Petugas Pintu Air, Petugas/pekerja Saluran; 2. Kerapatan
Petugas Operasi Jaringan Irigasi untuk Kepala Ranting/Pemgamat,
Petugas Mantri/Juru pengairan, Staf ranting, Petugas Operasi
Bendung, Petugas Pintu Air, Petugas/pekerja Saluran; dan 3.
Persyaratan petugas Operasi Jaringan Irigasi untuk untuk Kepala
Ranting/Pemgamat, Petugas Mantri/Juru pengairan, Staf ranting,
Petugas Operasi Bendung, Petugas Pintu Air, Petugas/pekerja
Saluran.
4.2.1. Perencanaan
a) Perencanaan Penyediaan Air Tahunan.
b) Perencanaan Tata Tanam Detail.
c) Rapat Komisi Irigasi untuk Menyusun Rencana Tata Tanam.
d) SK Bupati/Walikota atau Gubernur Mengenai Rencana Tata Tanam.
e) Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air Tahunan

31
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

4.2.2. Pelaksanaan
a) Laporan keadaan air dan tanaman (04-O)
b) Penentuan rencana kebutuhan air di pintu pengambilan
(05-O)
c) Pencatatan Debit Saluran (06-O)
d) Penetapan Pembagian Air pada Jaringan Sekunder dan Primer(07-O)
e) Pencatatan Debit Sungai/ Bangunan Pengambilan (08-O)
f) Perhitungan faktor-K atau Faktor Palawija Relatif (FPR)
(09-O)
g) Laporan Produktivitas dan Neraca Pembagian Air per DI (10- O)
h) Rekap Kabupaten per Masa Tanam (11-O)
i) Rekap Provinsi (12-O)

4.2.3. Monitoring dan Evaluasi


a) Monitoring Pelaksanaan Operasi
b) Kalibrasi alat ukur
c) Monitoring Kinerja Daerah Irigasi

4.3. Perencanaan Operasi Jaringan Irigasi


a) Perencanaan Penyediaan Air Tahunan
Rencana Penyediaan Air Tahunan dibuat berdasarkan ketersediaan
air (debit andalan) dan mempertimbangkan usulan rencana tata tanam
dan rencana kebutuhan air tahunan, kondisi hidroklimatologi.
b) Perencanaan Tata Tanam Tahunan
Penyusunan Rencana Tata Tanam Tahunan dilakukan berdasarkan
prinsip partisipatif dengan melibatkan peran aktif masyarakat petani.
Perencanaan tata tanam tahunan terdiri dari :
1) Rencana Tata Tanam Global (RTTG)
2) Rencana Tata Tanam Detail (RTTD)
Langkah penyusunan Rencana Tata Tanam adalah sebagai berikut :
a. Langkah 1 : selambat-lambatnya 2 bulan sebelum MT-1.
Dilakukan Pertemuan P3A /GP3A/IP3A, untuk menentukan usulan
rencana tata tanam yang diinginkan secara musyawarah bersama

32
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

anggotanya berdasarkan hak guna air yang diberikan dengan


mengisi blangko 01-O.
b. Langkah 2 : P3A/GP3A/IP3A, bersama seluruh anggotanya
mengadakan rapat lengkap untuk membahas usulan Rencana
Tata Tanam (RTT) di masing-masing wilayah kerjanya.
c. Langkah 3 : selambat-lambatnya 1 bulan sebelum MT-1 Pengurus
P3A/GP3A/IP3A, membawa usulan RTT tersebut ke dinas melalui
juru/pengamat yang selanjutnya direkap dalam blangko 02-O dan
03-O dan dievaluasi serta dikoordinasikan dalam Komisi Irigasi
kabupaten/kota atau provinsi guna menentukan Rencana Tata
Tanam Tahunan.
d. Langkah 4 : Komisi Irigasi kabupaten/kota atau provinsi
mengkoordinasikan usulan-usulan dari P3A/GP3A/IP3A, dalam
rapat penentuan RTT Tahunan dalam satu daerah irigasi (DI).
Dalam penentuan RTT Tahunan tersebut agar mempertimbangkan
ketersediaan air irigasi, rencana pemeliharaan jaringan irigasi,
hama dan penyakit tanaman. Pihak-pihak penyedia sarana
produksi pertanian mengacu kepada RTT Tahunan yang
ditetapkan.
e. Langkah 5 : RTT Tahunan meliputi Rancana Tata Tanam Global
(RTTG) dan Rencana Tata Tanam Detail (RTTD).
f. Langkah 6 : Hasil koordinasi ini disosialisasikan dalam forum
P3A/GP3AIP3A yang selanjutnya disebarluaskan kepada para P3A
lainnya dan disosialisasikan kepada para anggota P3A untuk dapat
dilaksanakan di daerah masing-masing.
g. Langkah 7 : Masing-masing P3A/GP3A/IP3A, mensosialisasikan
kesepakatan RTT Tahunan tersebut kepada anggota P3A
c) Rapat Komisi Irigasi Untuk Menyusun Rencana Tata Tanam Tahunan
Komisi Irigasi Kabupaten/Kota atau Provinsi disetiap tahun sebelum
musim tanam ke-1 mengadakan rapat membahas dan
mengkoordinasikan usulan-usulan dari P3A/ GP3A/IP3A, guna
menentukan Rencana Tata Tanam Tahunan dari setiap daerah irigasi

33
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

yang meliputi RTTG dan RTTD. RTT Tahunan ini diusulkan ke


bupati/walikota atau gubernur untuk ditetapkan.
d) SK Bupati/Walikota atau Gubernur Tentang Rencana Tata Tanam
Tahunan
Setelah ada kesepakatan dalam rapat komisi irigasi maka disusun
penetapan melalui SK bupati/walikota atau gubernur tentang Rencana
Tata Tanam Tahunan. SK tersebut sebagai dasar dalam menyusun
rencana pembagian dan pemberian air serta waktu pengeringan dan
sebelum MT-I ,SK ini harus sudah terbit/jadi.
e) Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air Tahunan
Rencana pembagian dan pemberian air setelah disepakati oleh komisi
irigasi kab/kota atau provinsi ditetapkan melalui keputusan
bupati/walikota, gubernur, atau menteri sesuai kewenangannya dan
atau penyelenggaraan wewenang yang dilimpahkan kepada
pemerintah daerah yang bersangkutan.
Rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi pada daerah
irigasi lintas provinsi dan strategis nasional yang belum dilimpahkan
kepada pemerintah provinsi atau pemerintah kab/kota disusun oleh
instansi pusat yang membidangi irigasi/sumber daya air dan
disepakati bersama dalam forum koordinasi komisi irigasi atau yang
disebut dengan nama lain yang ditetapkan oleh Menteri.
Prinsip cara pemberian air irigasi, bila:
1) Kondisi debit lebih besar dari 70% debit rencana air irigasi dari
saluran primer dan sekunder dialirkan secara terus-menerus
(continous flow) ke petak-petak tersier melalui pintu sadap tersier.
2) Kondisi debit 50-70% dari debit rencana air irigasi dialirkan ke
petak-petak tersier dilakukan dengan rotasi. Pelaksanaan rotasi
dapat diatur antar saluran sekunder misalnya jaringan irigasi
mempunyai 2 (dua) saluran sekunder A dan sekunder B maka
rotasi dilakukan selama 3 (tiga) hari air irigasi dialirkan ke
sekunder A dan 3 (tiga) berikutnya ke sekunder B demikian
seterusnya setiap 3 (tiga) hari dilakukan penggantian sampai
suatu saat debitnya kembali normal.

34
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

3) Kondisi debit < 50% debit rencana, cara pemberian air terputus-
putus (intermitten).
Dilaksanakan dalam rangka efisiensi penggunaan air pada jaringan
irigasi yang mempunyai sumber air dari waduk atau dari sistem irigasi
pompa, misalnya 1 (satu) minggu air waduk dialirkan ke jaringan
irigasi dan 1 (satu) minggu kemudian waduknya ditutup demikian
seterusnya sehingga setiap minggu mendapat air dan satu minggu
kemudian tidak mendapat air.
f) Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air
Setelah ditetapkan rencana pembagian dan pemberian air tahunan
oleh bupati/walikota, gubernur, atau menteri maka masing-masing
pengelola irigasi tersebut menyusun rencana pembagian dan
pemberian air pada jaringan sekunder dan primer. Secara umum
dapat dilihat dari flow chart dibawah ini :

PERENCANAAN O

Pertemuan P3A Pertemuan GP3A


Evaluasi Debit Andalan
*) Usulan Rencana Tata *) Rapat lengkap
*) Dinas Pengairan Tanam (Blanko 01-O) membahas Usulan RTT
Bidang Irigasi *) Selambat-lambatnya di masing-masing
2 Bulan Sebelum MT I wilayah kerja

Hasil RTT Rapat Komisi Irigasi Rekap Blanko 02-O Rencana


Tanam Per Wilayah Mantri
Rencana Tata Tanam Komir mengkoordinasikan
Global (RTTG) & usulan-usulan dari GP3A Per Masa Tanam
Rencana Tata Tanam Menentukan RTT Tahunan Dibuat 1 bulan
Detail (RTTD) per Daerah Irigasi sebelum MT 1

Sosialisasi RTT Oleh GP3A Sosialisasi RTT Oleh P3A


Kepada P3A kepada Anggota P3A

Gambar 16. Rencana Pembagian dan Pemberian Air Pada Jaringan Sekunder
dan Primer

35
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

4.4. Pelaksanaan Operasi Jaringan Irigasi


Berdasarkan SK Bupati/Walikota atau Gubernur tentang Rencana Tata
Tanam Tahunan yang dilengkapi dengan Rencana Pembagian dan
Pemberian Air, maka pelaksanaan kegiatan operasi dapat dilakukan
sebagai berikut :
a) Laporan keadaan air dan tanaman
Berdasarkan isian blangko 04-O yang dilaksanakan oleh juru/mantri
setiap 2 (dua) mingguan dapat diketahui realisasi keadaan air dan
tanaman di masing-masing wilayah kerja juru pengairan/mantri.
b) Penentuan Kebutuhan Air di Pintu Pengambilan
Berdasarkan laporan realisasi keadaan air dan tanaman, maka
ditetapkan kebutuhan air di tiap pintu pengambilan sesuai dengan
realisasi pada periode 2 (dua) mingguan dengan menggunakan
blangko 05-O.
c) Pencatatan Debit Saluran
Pencatatan debit saluran dengan menggunakan blangko 06-O
dilakukan oleh petugas operasi bendung (POB)/petugas pintu air
(PPA) pada setiap bangunan pengambilan utama, sekunder, dan
bangunan sadap tersier yang dilaksanakan setiap 2 (dua) mingguan
guna mengetahui realisasi detil yang dialirkan setiap luas saluran
sesuai dengan rencana pembagian dan pemberian air.
d) Penetapan Pembagian Air pada Jaringan Sekunder dan Primer
Setelah diketahui realisasi keadaan air dan tanaman pada tiap petak
tersier serta kebutuhan air di pintu pengambilan maka dengan
menggunakan blangko 07-O dapat ditetapkan pembagian air pada
jaringan sekunder dan primer yang merupakan jumlah kebutuhan air
di petak-petak tersier di masing-masing jaringan sekunder dan primer
ditambah dengan kehilangan air sebesar 10% sd. 20%
e) Pencatatan Debit Sungai pada Bangunan Pengambilan
Pelaksanaan pencatatan debit sungai pada bangunan pengambilan
dilakukan 2 kali setiap hari (pagi dan sore) dengan menggunakan
blangko 08-O oleh petugas pintu air baik yang dialirkan ke jaringan
primer maupun yang limpas bendung. Hal ini dilakukan guna

36
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

mengetahui apakah debit yang tersedia sesuai dengan yang


direncanakan.
f) Perhitungan faktor K
Dari hasil pencatatan debit sungai pada bangunan pengambilan terjadi
kekurangan air (pada tanggal tertentu) maka pembagian dan
pemberian air irigasi perlu dikoreksi dengan menggunakan
perhitungan faktor K. Dimana :

Qtersedia di bendung
K=
Q yang diperlukan di bendung

Maka koreksi pembagian dan pemberian air dengan blangko 09-O.


Untuk daerah yang telah menggunakan cara perhitungan/metode lain
dalam pembagian air (pasten, FPR, dll) tetap dapat digunakan.
g) Pencatatan Realisasi Luas Tanam Per Daerah Irigasi
Petugas dinas kabupaten/kota yang membidangi irigasi setingkat
pengamat/cabang dinas/ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil/
korwil PSDA melaksanakan pencatatan realisasi luas tanam dan
pembagian serta pemberian airnya per daerah irigasi dengan
melakukan pencatatan per musim tanam selama satu tahun dengan
menggunakan blangko 10-O. Blangko ini menginformasikan antara
lain :
1) Realisasi tanam per musim tanam (MT-I, MT-II, MT-III);
2) Kerusakan tanaman;
3) Rencana tanam pada tahun berjalan dan pada tahun mendatang;
4) Keadaan air;
5) Produksi tanaman.
h) Pencatatan Realisasi Luas Tanam Per Kabupaten/Kota
Petugas dinas kabupaten/kota, yang membidangi irigasi, setIngkat
subdin PSDA, melaksanakan pencatatan realisasi luas tanam per
daerah irigasi per musim tanam (MT) per kabupaten/kota. Dengan
menggunakan blangko 11-O yang dilaksanakan oleh petugas Dinas
Kabupaten yang membidangi irigasi/sumber daya air. Pencatatan ini

37
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

dilakukan setiap satu tahun sekali setelah MT-III. Blangko ini adalah
informasi mengenai rencana luas tanam, realisasi tanam, dan areal
terkena musibah.
i) Pencatatan Realisasi Luas Tanam Per Provinsi
Petugas dinas provinsi yang membidangi irigasi setingkat subdin
PSDA melaksanakan pencatatan rekapitulasi dari blangko 12-O yang
diisi oleh petugas Dinas Provinsi/Balai yang membidangi
irigasi/sumber daya air. Pencatatan ini dilakukan setiap satu tahun
sekali setelah MT-III. Blangko ini adalah informasi mengenai rencana
luas tanam, realisasi tanam, dan areal terkena musibah.
Secara umum dapat dilihat pada flow chart dibawah ini :

Pelaksanaan Operasi
MEKANISME PEMBAGIAN AIR
Blangko 07. O
Blangko 04. O
Blangko 05. O Rencana
Laporan Keadaan
Rencana Kebutuhan Air di
Air & Tanaman Qn
Kebutuhan Air di Jaringan Utama
pada Petak
Pintu Tersier dan Penetapan
Tersier
Faktor K
K = Qn
Qi

Bendung

PENGISIAN
PAPAN SKEMA
Papan Tersier Papan
PEMBAGIAN AIR
Qi

Induk/Sekunder

Qa = K . Qi Qa = K . Qi
Keterangan :
Petak K = Koefisien
Tersier Qn = Debit tersedia
Qi = Debit yang
dibutuhkan
Qa = Debit dialirkan

Gambar 17. Rencana Luas Tanam, Realisasi Tanam, dan Areal Terkena
Musibah

38
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

4.5. Data Pendukung Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi


Agar operasi jaringan irigasi dapat dilaksanakan dengan baik, harus
tersedia data pendukung antara lain :
a) Peta Wilayah Kerja Pengelolaan Irigasi sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab (Skala 1 : 25.000 atau disesuaikan), Dengan plotting
sumber air, waduk, bendung, saluran induk, lahan irigasi
b) Peta Daerah Irigasi (Skala 1 : 5.000 atau disesuaikan), Dengan batas
daerah irigasi dan plotting saluran induk & sekunder, bangunan air,
lahan irigasi serta pembagian golongan.
c) Skema Jaringan Irigasi, Menggambarkan saluran induk & sekunder,
bangunan air & bangunan lainnya yang ada di setiap ruas dan
panjang saluran, petak tersier dengan data debit rencana, luas petak,
kode golongan yang masing-masing dilengkapi dengan nomenklatur.
d) Skema Rencana Pembagian dan Pemberian Air, Menggambarkan
skema petak dengan data pembagian dan pemberian air mulai dari
petak tersier, saluran sekunder, saluran induk dan bendung/sumber
air.
e) Gambar Purna Konstruksi (as built drawing), Gambar kerja purna
konstruksi untuk saluran maupun bangunan.
f) Dokumen & Data lain Berupa :
1) Manual pengoperasian bendung, bangunan ukur debit atau
bangunan khusus lainnya;
2) Data seri dari catatan curah hujan;
3) Data debit sungai;
4) Data klimatologi;
5) Dan data lainnya.

4.6. Peran Serta P3A Dalam Operasi Jaringan Irigasi


Dinas/Balai yang membidangi irigasi menyusun rencana operasi
jaringan irigasi di suatu daerah irigasi, setelah mendapat masukan dari
dinas yang membidangi pertanian. Dalam kegiatan operasi jaringan irigasi
dilakukan dengan melibatkan peran serta P3A/GP3A/IP3A diwujudkan
mulai dari pemikiran awal, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan

39
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

kegiatan dalam operasi jaringan.


Dalam rangka mengikutsertakan masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A
kegiatan perencanaan dan pelaksanaan operasi didapat melalui usulan
dari P3A/GP3A/IP3A, dengan proses sebagai berikut:
a) P3A/GP3A/IP3A mengusulkan rencana tanam dan luas areal
kepada Dinas yang membidangi irigasi.
b) Dinas /Balai yang membidangi irigasi bersama-sama Dinas yang
Membidangi Pertanian menyusun rencana tanam dan luas areal
tersebut.
c) Komisi irigasi yang beranggotakan instansi terkait dan wakil
perkumpulan petani pemakai air membahas pola dan rencana tata
tanam, rencana tahunan penyediaan air irigasi, rencana tahunan
pembagian dan pemberian air irigasi dan merekomendasikan kepada
Bupati/Walikota atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya.
d) Dinas/Balai yang membidangi irigasi, melaksanakan operasi jaringan
irigasi atau dapat dilakukan dengan melibatkan peran GP3A/IP3A
untuk melaksanakannya.
4.7. Latihan

1. Meliputi apa sajakan kegiatan operasi jaringan irigasi secara rinci!


2. Perencanaan tata tanam tahunan terdiri dari!
3. Gambarkan rencana pembagian dan pemberian air pada jaringan
sekunder dan primer.
4.8. Rangkuman

Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan


pembuangannya agar air irigasi dapat dimanfatkan secara efektif, efisien,
dan merata melalui kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi,
menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun
rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan,
mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi.

Dalam kegiatan operasi jaringan irigasi dilakukan dengan melibatkan


peran serta P3A/GP3A/IP3A diwujudkan mulai dari pemikiran awal,
pengambilan keputusan, dan pelaksanaan kegiatan dalam operasi
40
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

jaringan

4.9. Perencanaan Operasi Jaringan Irigasi


4.9.1. Perencanaan Penyediaan Air Tahunan

Rencana Penyediaan Air Tahunan dibuat oleh instansi teknis tingkat


kabupaten/tingkat provinsi sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
ketersediaan air (debit andalan) dan mempertimbangkan usulan rencana
tata tanam dan rencana kebutuhan air tahunan, kondisi hidroklimatologi.
4.9.2. Perencanaan Tata Tanam Tahunan

Penyusunan Rencana Tata Tanam Tahunan dilakukan berdasarkan


prinsip partisipatif dengan melibatkan peran aktif masyarakat petani.
Secara aktif petani mendiskusikan komoditas yang akan ditanam bersama
dengan petani lain dalam P3A maupun dengan kelompok P3A lainnya,
sementara pemerintah bertindak dan berperan sebagai pembimbing atau
penasehat yang memberi masukan dan pertimbangan berkaitan dengan
ketersediaan air yang mungkin bisa dipergunakan untuk pertanian.

Perencanaan tata tanam tahunan terdiri dari :

a) Rencana Tata Tanam Global (RTTG)

b) Rencana Tata Tanam Detail (RTTD)

Sebelumnya dinas kabupaten/kota atau provinsi yang membidangi irigasi


menghitung dan mengevaluasi debit andalan yang ada untuk digunakan
pada saat penyusunan rencana tata tanam oleh P3A maupun Gabungan
P3A. Secara lengkap langkah penyusunan Rencana Tata Tanam adalah
sebagai berikut ;

Langkah 1 : Pertemuan P3A untuk menentukan usulan rencana tata


tanam yang diinginkan secara musyawarah bersama anggotanya
berdasarkan hak guna air yang diberikan dengan mengisi blangko 01-O,
selambat-lambatnya 2 bulan sebelum MT-1.

Langkah 2 : GP3A bersama seluruh anggotanya mengadakan rapat


41
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

lengkap untuk membahas usulan Rencana Tata Tanam (RTT) di masing-


masing wilayah kerjanya.
Langkah 3 : Pengurus GP3A membawa usulan RTT tersebut ke
dinas melalui juru/pengamat yang selanjutnya direkap dalam blangko
02-O dan 03-O selambat- lambatnya 1 bulan sebelum MT-1 dan
dievaluasi serta dikoordinasikan dalam Komisi Irigasi kabupaten/kota atau
provinsi guna menentukan Rencana Tata Tanam Tahunan.
Langkah 4 : Komisi Irigasi kabupaten/kota atau provinsi
mengkoordinasikan usulan-usulan dari Gabungan P3A dalam rapat
penentuan RTT Tahunan dalam satu daerah irigasi (DI). Dalam
penentuan RTT Tahunan tersebut agar mempertimbangkan ketersediaan
air irigasi, rencana pemeliharaan jaringan irigasi, hama dan penyakit
tanaman. Pihak-pihak penyedia sarana produksi pertanian mengacu
kepada RTT Tahunan yang ditetapkan.
Langkah 5 : RTT Tahunan meliputi Rancana Tata Tanam Global (RTTG)
dan Rencana Tata Tanam Detail (RTTD).
Langkah 6 : Hasil koordinasi ini disosialisasikan dalam forum GP3A yang
selanjutnya disebarluaskan kepada para P3A dan disosialisasikan kepada
para anggota P3A untuk dapat dilaksanakan di daerah masing-masing.
Langkah 7: Masing-masing P3A mensosialisasikan kesepakatan RTT
Tahunan tersebut kepada anggota P3A.
Mengingat ketersediaan air pada sumber-sumber air tidak merata
(konstan) sepanjang tahun dimana pada awal musim hujan yaitu pada
saat pengolahan tanah, debit yang tersedia dari sumber air maupun hujan
masih kurang, maka rencana tata tanam diatur dengan sistem golongan.
Pengaturan jadwal waktu mulai pengolahan tanah tiap golongan berbeda
antara 10 sd. 15 hari menyesuaikan ketersediaan debit air.
Dengan pengaturan golongan beban puncak kebutuhan air dapat
ditekan sehingga mendekati debit maksimum ketersediaan air di
bendung. Jenis golongan dapat dibagi menjadi :
a) Golongan vertikal
b) Golongan horisontal
c) Golongan tersebar

42
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Pemilihan golongan ini tergantung dari :


a) Kesiapan petugas atau pelaksana lapangan yang melaksanakan
kegiatan operasi jaringan irigasi (P3A/GP3A, petugas pintu/bendung,
mantri, dan lain- lain);
b) Kedisiplinan petani/P3A/GP3A, terhadap kesepakatan rencana tata
tanam;
c) Kondisi bangunan jaringan irigasi (saluran, pintu, bangunan/alat
pengukur debit).

Tabel 6. Kelebihan dan Kekurangan Macam Golongan


Tingkat
Rencana Tingkat Efisiensi Tingkat Keadilan
Kemudahan
Golongan Penggunaan Air Pembagian Air
Operasi
Vertikal Mudah Efisien Tidak adil
Horisontal agak sulit Agak efisien Kurang adil
Tersebar Sulit Tidak efisien Adil

Untuk Daerah Irigasi yang P3A kurang/belum/tidak aktif disarankan untuk


memakai rencana golongan vertikal, setelah P3A/petugas operasi sudah
cukup aktif dan memadai, dapat dilaksanakan rencana golongan
horisontal. Jika P3A sudah maju/terampil/terlatih dalam operasi dan
kondisi jaringan irigasi bagus dapat diterapkan rencana golongan
tersebar.
4.9.3. Rapat Komisi Irigasi Untuk Menyusun Rencana Tata Tanam Tahunan
Komisi Irigasi Kabupaten/Kota atau Provinsi disetiap tahun sebelum
musim tanam ke-1 mengadakan rapat membahas dan
mengkoordinasikan usulan-usulan dari GP3A guna menentukan Rencana
Tata Tanam Tahunan dari setiap daerah irigasi yang meliputi RTTG dan
RTTD. RTT Tahunan ini diusulkan ke bupati/walikota atau gubernur untuk
ditetapkan.

43
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

4.9.4. SK Bupati/Walikota atau Gubernur Tentang Rencana Tata Tanam


Tahunan

Setelah ada kesepakatan dalam rapat komisi irigasi maka disusun


penetapan melalui SK bupati/walikota atau gubernur tentang Rencana

Tata Tanam Tahunan. SK tersebut sebagai dasar dalam menyusun


rencana pembagian dan pemberian air serta waktu pengeringan dan
sebelum MT-I SK ini harus sudah terbit/jadi.
4.9.5. Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air Tahunan

Rencana Tahunan Pembagian dan Pemberian Air Irigasi disusun oleh


dinas kab/kota atau provinsi yang membidangi irigasi/Balai sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan rencana tahunan penyediaan air irigasi dan
pemakaian air untuk keperluan lainnya.

Rencana pembagian dan pemberian air setelah disepakati oleh komisi


irigasi kab/kota atau provinsi ditetapkan melalui keputusan
bupati/walikota, gubernur, atau menteri sesuai kewenangannya dan atau
penyelenggaraan wewenang yang dilimpahkan kepada pemerintah
daerah yang bersangkutan.

Rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi pada daerah


irigasi lintas provinsi dan strategis nasional yang belum dilimpahkan
kepada pemerintah provinsi atau pemerintah kab/kota disusun oleh
instansi pusat yang membidangi irigasi/sumber daya air dan disepakati
bersama dalam forum koordinasi komisi irigasi atau yang disebut dengan
nama lain yang ditetapkan oleh Menteri.

Ada beberapa cara pemberian air irigasi :

a) Kondisi debit lebih besar dari 70% debit rencana air irigasi dari
saluran primer dan sekunder dialirkan secara terus-menerus
(continous flow) ke petak-petak tersier melalui pintu sadap tersier.

b) Kondisi debit 50-70% dari debit rencana air irigasi dialirkan ke petak-
petak tersier dilakukan dengan rotasi. Pelaksanaan rotasi dapat diatur

44
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

antar saluran sekunder misalnya jaringan irigasi mempunyai 2 (dua)


saluran sekunder A dan sekunder B maka rotasi dilakukan selama 3
(tiga) hari air irigasi dialirkan ke sekunder A dan 3 (tiga) berikutnya ke
sekunder B demikian seterusnya setiap 3 (tiga) hari dilakukan

c) penggantian sampai suatu saat debitnya kembali normal.

d) Cara pemberian air terputus-putus (intermitten) dilaksanakan dalam


rangka efisiensi penggunaan air pada jaringan irigasi yang
mempunyai sumber air dari waduk atau dari sistem irigasi pompa,

e) misalnya 1 (satu) minggu air waduk dialirkan ke jaringan irigasi dan 1


(satu) minggu kemudian waduknya ditutup demikian seterusnya
sehingga setiap minggu mendapat air dan satu minggu kemudian
tidak mendapat air.
4.9.6. Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air pada Jaringan
Sekunder dan Primer

Setelah ditetapkan rencana pembagian dan pemberian air tahunan oleh


bupati/walikota, gubernur, atau menteri maka masing-masing pengelola
irigasi tersebut menyusun rencana pembagian dan pemberian air pada
jaringan sekunder dan primer.
Perencanaan tersebut disesuaikan dengan luas areal yang telah
ditetapkan akan mendapatkan pembagian dan pemberian air dari jaringan
sekunder dan primer. Perencanaan tersebut merupakan jumlah Rencana
Pemberian Air (RPA) di petak tersier ditambah kehilangan air di saluran
primer dan sekunder. Besarnya kehilangan air ini biasanya sebesar 10%
sd. 20% (tergantung panjang saluran, jenis tanah dll).

4.10. Rencana Penyediaan Air Tahunan

Berdasarkan SK bupati/walikota atau gubernur tentang Rencana Tata


Tanam Tahunan yang dilengkapi dengan Rencana Pembagian dan
Pemberian Air, maka pelaksanaan kegiatan operasi dapat dilakukan
sebagai berikut :

45
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

4.10.1. Laporan Keadaan Air dan Tanaman

Berdasarkan isian blangko 04-O yang dilaksanakan oleh juru/mantri


setiap 2 (dua) mingguan dapat diketahui realisasi keadaan air dan
tanaman di masing-masing wilayah kerja juru pengairan/mantri.
4.10.2. Penentuan Kebutuhan Air di Pintu Pengambilan

Berdasarkan laporan realisasi keadaan air dan tanaman, maka ditetapkan


kebutuhan air di tiap pintu pengambilan sesuai dengan realisasi pada
periode 2 (dua) mingguan dengan menggunakan blangko 05-O.
4.10.3. Pencatatan Debit Saluran

Pencatatan debit saluran dengan menggunakan blangko 06-O dilakukan


oleh petugas pintu air (PPA) pada setiap bangunan pengambilan utama,

sekunder, dan bangunan sadap tersier yang dilaksanakan 2 kali dalam


sehari pagi dan sore , guna mengetahui realisasi detil yang dialirkan
setiap luas saluran sesuai dengan rencana pembagian dan pemberian air.
4.10.4. Penetapan Pembagian Air pada Jaringan Sekunder dan Primer

Setelah diketahui realisasi keadaan air dan tanaman pada tiap petak
tersier serta kebutuhan air di pintu pengambilan maka dengan
menggunakan blangko 07-O dapat ditetapkan pembagian air pada
jaringan sekunder dan primer yang merupakan jumlah kebutuhan air di
petak-petak tersier di masing-masing jaringan sekunder dan primer
ditambah dengan kehilangan air sebesar 10% sd. 20%.
4.10.5. Pencatatan Debit Sungai pada Bangunan Pengambilan

Pelaksanaan pencatatan debit sungai pada bangunan pengambilan


dilakukan 2 kali setiap hari (pagi dan sore) dengan menggunakan blangko
08-O oleh petugas pintu air baik yang dialirkan ke jaringan primer maupun
yang limpas bendung. Hal ini dilakukan guna mengetahui apakah debit
yang tersedia sesaui dengan yang direncanakan.
4.10.6. Perhitungan Faktor K

Dari hasil pencatatan debit sungai pada bangunan pengambilan terjadi


kekurangan air (pada tanggal tertentu) maka pembagian dan pemberian
46
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

air irigasi perlu dikoreksi dengan menggunakan perhitungan faktor K.


Dimana :
Qtersedia dibendung
K=
Q yang diperlukan di bendung

Maka koreksi pembagian dan pemberian air dengan blangko 09-O untuk
daerah yang telah menggunakan cara perhitungan/metode lain dalam
pembagian air (pasten, FPR, dll) tetap dapat digunakan.
4.10.7. Pencatatan Realisasi Luas Tanam Per Daerah Irigasi

Petugas dinas kabupaten/kota/Balai yang membidangi irigasi setingkat


pengamat/cabang/dinas/ ranting/pengamat/ UPTD/cabang dinas/korwil/
korwil PSDA melaksanakan pencatatan realisasi luas tanam dan
pembagian serta pemberian airnya per daerah irigasi dengan melakukan
pencatatan per musim tanam selama satu tahun dengan menggunakan
blangko 10-O. Blangko ini menginformasikan antara lain:

a) Realisasi tanam per musim tanam (MT-I, MT-II, MT-III);


b) Kerusakan tanaman;
c) Rencana tanam pada tahun berjalan dan pada tahun mendatang;
d) Keadaan air;
e) Produksi tanaman.
4.10.8. Pencatatan Realisasi Luas Tanam Per Kabupaten/Kota
Petugas dinas kabupaten/kota/Balai yang membidangi irigasi setingkat
subdin PSDA melaksanakan pencatatan realisasi luas tanam per daerah
irigasi per musim tanam (MT) per kabupaten/kota. Dengan menggunakan
blangko 11-O yang dilaksanakan oleh petugas Dinas Kabupaten yang
membidangi irigasi/sumber daya air. Pencatatan ini dilakukan setiap satu
tahun sekali setelah MT-III. Blangko ini adalah informasi mengenai rencana
luas tanam, realisasi tanam, dan areal terkena musibah.
4.10.9. Pencatatan Realisasi Luas Tanam Per Provinsi
Petugas dinas provinsi yang membidangi irigasi setingkat subdin PSDA
melaksanakan pencatatan rekapitulasi dari blangko 12-O yang diisi oleh
petugas Dinas Provinsi/Balai yang membidangi irigasi/sumber daya air.

47
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Pencatatan ini dilakukan setiap satu tahun sekali setelah MT-III. Blangko
ini adalah informasi mengenai rencana luas tanam, realisasi tanam, dan
areal terkena musibah.
4.10.10. Latihan mengisi Blanko Operasi 01-O sd 12-O. (contoh terlampir)
4.10.11. Pengoperasian Bangunan Pengatur Irigasi
Pengoperasian bangunan pengatur ini dilakukan oleh petugas/mantri/juru
pengairan untuk mengatur debit air sesuai dengan kebutuhan yang telah
ditetapkan.
a) Operasi Bangunan Pengambilan Utama.
1) Pembukaan dan penutupan pintu pengambilan dan pintu
pembilas yang terkoordinir akan menyebabkan debit air dapat
dialirkan sesuai dengan kebutuhan.
2) Pada saat banjir atau pada saat kandungan endapan di sungai
tinggi, pintu pengambilan ditutup.
3) Tinggi muka air di hulu bendung tidak boleh melampaui puncak
tanggul banjir atau elevasi yang ditetapkan.
4) Endapan di hulu bendung sewaktu-waktu harus dibilas.
5) Elevasi muka air di hulu bendung dicatat dua kali sehari atau tiap
jam di musim banjir.
6) Debit air yang masuk ke saluran dicatat setiap kali terjadi
perubahan.
Bangunan pengambilan dilengkapi pintu dengan tujuan sebagai
berikut :
1) Untuk mengatur air yang masuk ke dalam saluran,
2) Untuk mencegah endapan masuk ke dalam saluran,
3) Untuk mencegah air banjir masuk ke dalam saluran.
Apabila pintu pengambilan lebih dari satu buah maka selama operasi
berlangsung tinggi bukaan pintu harus sama besar, kecuali ada salah
satu pintu yang sedang diperbaiki.
Pada waktu banjir atau kandungan endapan di sungai terlalu besar,
pintu bangunan pengambilan harus ditutup dan pengaliran air di
saluran dihentikan.
Kalau di depan pintu pengambilan di pasang saringan sampah,

48
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

pembersihan sampah dilakukan setelah pintu pengambilan ditutup.


b) Operasi Bangunan Pembilas.
Tiga cara pengoperasian kantong pembilas sebagai berikut :
1) Operasi kolam tenang (still pond regulation)
Pada cara ini semua pintu pembilas ditutup. Hanya jumlah air
yang diperlukan saluran yang dialirkan ke dalam kantong
pembilas, selebihnya dialirkan di bagian lain dari bangunan
utama. Kecepatan air di dalam kantong pembilas dengan
demikian akan rendah, oleh karena itu jumlah air yang masuk ke
dalamnya kecil dan menyebabkan air yang masuk ke saluran
relatif bersih.
Endapan dibiarkan mengedap di dalam kantong pembilas sampai
mencapai ketinggian kurang lebih 0,5 meter. Kemudian pintu
pengambilan ditutup dan pintu pembilas dibuka untuk
membersihkan kantong pembilas. Setelah kantong pembilas
bersih, pintu pembilas ditutup kembali dan pintu pengambilan
dibuka kembali untuk mengalirkan air ke saluran.
Cara pengoperasian ini disebut Operasi Kolam Tenang dan
sangat efektif untuk mengurangi endapan masuk ke saluran. Akan
tetapi operasi semacam ini hanya dilakukan kalau ambang pintu
pengambilan relatif tinggi di atas dasar kantong pembilas dan
dapat menyebabkan penghentian pengaliran ke saluran selama
pembilasan.
2) Operasi Kolam Semi Tenang
Pada cara ini air dialirkan ke dalam kantong pembilas lebih
besar dari debit yang dialirkan ke dalam saluran. Kelebihan air
dialirkan ke hilir melalui pintu pembilas yang dibuka sebagian.
Aliran air yang masuk ke dalam kantong pembilas dengan
demikian akan terbagi dua lapisan. Lapisan atas mengalir ke
saluran melalui pintu pengambilan, sedangkan lapisan bawah
dialirkan ke hilir melalui bukaan pintu pembilas. Akibat dari
operasi ini kecepatan aliran di kantong pembilas akan tinggi yang
menyebabkan endapan melayang dan tidak mengendap, bahkan

49
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

dengan terjadinya aliran turbulen kadang-kadang dapat


menaikkan endapan dasar ke permukaan. Dengan demikian
fungsi pengendapan di kantong pembilas akan berkurang.
Kelebihan dari cara ini ialah endapan terus menerus dibilas dan
saluran tidak perlu ditutup sebagaimana yang dilakukan pada
cara operasi kolam tenang.
3) Operasi Pengaliran Terbuka
Pengoperasian semacam ini dilakukan dengan membuka penuh
pintu pembilas. Dalam keadaan demikian akan banyak endapan
masuk ke dalam saluran, dan dianjurkan semua pintu
pengambilan ditutup.
c) Operasi Kantong Lumpur.
1) Pengurasan berkala.
Selama terjadi pengendapan di kantong lumpur kecepatan air
akan bertambah dan proses pengendapan mulai berkurang pada
saat itu endapan mulai akan masuk ke dalam saluran. Untuk
menanggulangi keadaan ini kantong lumpur harus dikuras.
Operasi dilakukan sebagai berikut :
Pertama-tama pintu saluran ditutup dengan demikian pengaliran
di kantong lumpur terhenti dan permukaan air berangsur-angsur
naik sampai sama dengan permukaan air di hilir bendung.
Sesudah itu bukaan pintu pengambilan diatur sedemikian agar
debit yang masuk sama dengan debit yang dibutuhkan untuk
pengurasan (sekitar 0,5 -1,0 debit rencana ruangan), kemudian
pintu penguras diangkat sepenuhnya. Dengan urutan seperti itu
permukaan air di kantong lumpur turun dan air mulai masuk ke
kantong lumpur sesuai dengan debit yang diperlukan untuk
pengurasan. Akibat kecepatan air endapan di dasar kantong
lumpur mulai terkuras. Setelah pengurasan selesai, pintu
penguras ditutup, permukaan air di kantong lumpur kemudian
akan sama dengan permukaan air di hulu bendung, selanjutnya
pintu pengambilan dibuka penuh dan setelah itu pintu saluran
dibuka.

50
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

2) Pengurasan terus menerus


Dari namanya jenis kantong lumpur ini endapan tidak dibiarkan
mengendap, melainkan dikuras terus menerus melalui pintu
penguras yang dipasang di ujung kantong lumpur. Oleh karena itu
debit air yang masuk melalui pintu pengambilan harus lebih
besar, sebanyak debit saluran (Qs) ditambah debit pengurasan
(Qp) dari dasar. Akan tetapi operasi semacam ini dilakukan hanya
pada saat banjir ketika kandungan endapan dalam air sungai
cukup tinggi, sedangkan di musim kemarau dapat diadakan
pengurasan
berkala. Agar di saat banjir air di hilir bendung tidak masuk ke
dalam kantong lumpur melalui pintu penguras, dasar kantong
lumpur harus lebih tinggi dan muka air di hilir bendung atau pada
saat muka air di hilir bendung lebih tinggi dan dasar kantong
lumpur, pintu penguras ditutup dan kalau perlu pengaliran air ke
saluran dihentikan.
d) Operasi Bangunan Pengelak
Operasi bangunan pengelak merupakan operasi pengaliran air ke
saluran jaringan irigasi dan merupakan kombinasi kegiatan
operasional dari masing- masing bangunan seperti yang telah
dijelaskan diatas. Penjelasan mengenai berbagai operasi bangunan
pengelak sebagai berikut:
1) Bendung Tetap
(a) Operasi dalam keadaan muka air normal
Pengoperasian selama musim kemarau pada saat debit
sungai yang disadap sama dengan debit rencana saluran,
disarankan pintu pembilas ditutup penuh.
Dalarn keadaan ini dianjurkan menggunakan operasi kolam
tenang, karena air sungai relatif lebih bersih. Kelebihan air
setelah debit saluran terpenuhi, dialirkan melalui pembilas
sungai apabila bangunan utama dilengkapi dengan pembilas
sungai atau apabila tidak ada dibiarkan melimpas melalui
mercu bendung. Apabila alur sungai pindah dan kantung

51
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

pembilas, operasi kolam semi tenang dilaksanakan agar arus


kembali menuju kantong pembilas. Pada bangunan pembilas
yang dilengkapi bangunan pembersih lumpur, debit sisa dapat
diarahkan melalui bangunan tersebut sehingga akan terjadi
pembilasan yang terus menerus dengan kecepatan antara
2,0 sampai 2,5 m/det untuk membilas lumpur dari 3,0
sampai 4,0 m/det untuk membilas pasir dan kerikil. Pada saat
tersebut, pintu pembilas dibuka sesuai dengan kebutuhan,
agar kecepatan tersebut di atas tercapai. Air yang mengalir di
atas lantai atas bangunan pembersih lumpur, masuk kedalam
saluran sedangkan debit sisa dialirkan melalui bukaan pintu
pembilas sungai atau melimpas di atas mercu bendung.
Apabila pada bangunan pembilas tidak dilengkapi dengan
bangunan pembersih lumpur, akan terjadi pengendapan di
dalam kantong pembilas. Pengendapan sedimen ini
diharapkan sampai mencapai ketinggian 30 sampai 50 cm
diawal ambang pintu pengambilan, kemudian dilakukan
pembilasan dengan menutup pengambilan dan membuka
pintu pembilas.
(b) Operasi pada saat banjir tahunan dan banjir periode 20 tahun
Kondisi semacam ini hampir terjadi setiap tahun dan debit
sungai mencapai banjir periode 20 tahun. Pengoperasian
pintu harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah
endapan masuk kedalam saluran dan terlampau banyak
terjadi pengendapan di kantong pembilas. Apabila dalam
pengamatan kegiatan operasi kolam tenang dapat berfungsi
dengan baik, maka kegiatan ini dapat diteruskan bersamaan
dengan pembilas endapan pada kantong pembilas. Apabila
ada bangunan pembersih lumpur, pintu pembilas dapat
dioperasikan sebagaimana pada pengoperasian debit normal.
Bila memungkinkan debit sungai rnelalui pembilas sungai,
dengan debit pembilas sungai dibuat lebih besar dan pada
debit saluran ditambah debit pembilas atau Vs / Vp >1.

52
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Debit yang rnasih tersisa dibiarkan melimpas di atas mercu


bendung. Apabila tidak ada pembilas sungai, debit sisa dan
debit saluran ditambah debit pembilas dapat dibiarkan
melimpas di atas mercu bendung.
Apabila dalam kenyataan cara operasi kolam tenang
rnenyebabkan terlampau banyak endapan di kantong
pembilas dan di dasar sungai atau debit yang masuk terlalu
besar dan dikawatirkan kandungan sedimen yang masuk ke
dalam saluran terlalu besar, sebaiknya pintu pengambilan
ditutup penuh sementara waktu. Untuk menetapkan prosedur
operasi yang tepat, perlu dilakukan penelitian yang seksama
pada berbagai ketinggian air atau berbagai kandungan
endapan.
(c) Operasi pada saat banjir periode 50 dan 100 tahun
Pada saat banjir seperti ini, kandungan sedimen sangat tinggi
dan dianjurkan pintu pengambilan ditutup penuh serta
membuka pintu kantong pembilas dan pintu pembilas sungai
(jika ada) untuk menghindari sedimen masuk ke dalam
saluran.
Pada saat itu air irigasi tidak diperlukan di sawah dan cukup
dengan air hujan. Setelah banjir surut dan kandungan
sedimen mulai rendah atau dalam batas toleransi, pintu
pengambilan dapat dibuka. Untuk mengetahui kapan pintu
pengambilan boleh ditutup dan sebagainya, pada saat banjir
sebaiknya diambil contoh air dan sungai dan saluran untuk
dianalisa kandungan endapannya.
2) Bendung Gerak
Bendung gerak dibagi dalam beberapa bagian, dibatasi oleh pilar-
pilar dan tembok tepi satu ke tepi lainnya. Tiap pintu dapat dibuka
untuk membilas endapan yang berada di hulu masing-masing
pintu (tidak serupa dengan bendung tetap yang rnenyebabkan
endapan bertambah terus sampai mencapai ketinggian mendekati
mercu bendung).

53
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Bendung gerak mempunyai perubahan ketinggian air (affux) kecil,


akibatnya bendung gerak sering dibangun bila tepi / tebing sungai
rendah. Pada bendung gerak yang agak kecil (kurang dan 200 in),
hanya dibuat pintu pelimpah/pintu spillway dan pintu kantong
bilas. Pada konstruksi yang lebih panjang dapat dibangun
pembilas sungai dan diletakkan antara pintu bilas dan pintu
pelimpah/pintu gerak (spillway gate). Bangunan pembersih lumpur
boleh dibuat atau pun tidak. Umumnya bila tak dilengkapi
bangunan pembersih lumpur dan kandungan lumpurnya tinggi,
kantong lumpur perlu dibangun pada saluran induk di hilir
pengambilan.
Cara mengoperasikan pintu gerak dianjurkan sebagai berikut:
(a) Pada musim kemarau atau debit normal
Dianjurkan mengoperasikan dengan cara kolam tenang. Bila
tak ada pembilasan (pintu pembilas ditutup), pintu
pengambilan dibuka untuk memperoleh debit pengambilan
yang dibutuhkan. Sisa debit pengambilan dilepas melalui
pembilas sungai (jika ada) atau melalui beberapa pintu
pelimpah (“spillway gate”) yang dekat dengan pintu pembilas.
Pembilasan dilaksanakan bila endapan dalarn kantong
pembilas telah mencapai 30 sampai 50 cm di bawah ambang
pengambilan dengan menutup pintu pengambilan dan
membuka pintu pembilas. Setelah selesai pembilasan, pintu
pembilas ditutup kembali dan pintu pengambilan dibuka.
Umumnya kandungan endapan pada musim kemarau kecil.
Bila bendung gerak dilengkapi bangunan pembersih lumpur,
debit pengambilan maupun debit pembilasan mengalir melalui
kantong pembilas. Cara pengoperasian dan cara penentuan
debit pembilas sama dengan cara pada bendung tetap. Debit
sisa dialirkan rnelalui pembilas sungai (jika ada) atau melalui
dua atau tiga pintu pelimpah yang dekat dengan pembilas.
Pintu pembilas tidak dibuka lebih tinggi dan atap (lantai atas)
bangunan pembersih lumpur. Apabila dalam kenyataan alur

54
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

sungai menjauhi kantong pembilas, operasi kolam semi


tenang dapat dicoba.
(b) Waktu banjir kecil (banjir tahunan) dan periode 20 tahun
Pada musim banjir kecil, operasi kolam tenang sama dengan
cara pada musim kemarau. Debit sisa dan pembilasan dan
bangunan pembersih lumpur diatur sebagai berikut :
(1) Bendung gerak dengan pembilas sungai
Debit melalui pembilas sungai dengan perbandingan
(Vs/Vp >1) dan debit sisa dan pembilasan dan pembilas
sungai dialirkan melalui bendung gerak (spillway bay),
dengan membuka sernua pintu/bendung gerak sama
besar. Apabila ada endapan di muka pintu gerak yang
perlu dibilas, pintu tersebut dibuka penuh untuk
mengaktifkan pembilasan.
(2) Bendung gerak tanpa pembilas sungai
Debit sisa (sisa debit pengambilan ditambah debit
pembilasan) dialirkan melalui bendung gerak (spillway
hat). Untuk pelimpahan, secara menyeluruh bukaan pintu
lebih disukai berbentuk miring (wedge shape) dan pada
membuka pintu dengan tinggi sarna. Pintu dekat pembilas
dibuka lebih tinggi selanjutnya berangsur mengecil makin
jauh dan pembilas. Bila pengambilan air hanya pada satu
sisi saja maka bukaan pintu gerak pada sisi yang tak
ada pengambilan air dibuka paling kecil atau ditutup
sama sekali. Dengan kata lain, bila ada dua pengambilan
(kiri-kanan) maka pintu gerak paling tengah dibuka paling
kecil.
Bukaan pintu harus demikian rupa sehingga tak ada air
melimpah melalui atas daun pintu/alas bendung gerak,
kecuali didesain dengan pelimpah alas.
Penelitian model hidrolika tiga dimensi diperlukan untuk
menentukan bukaan pintu bendung gerak. Kalau tidak
ada penelitian, petunjuk berikut dianjurkan untuk

55
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

pengaturan pembukaan cara “wedge shape” ini:


Contoh bila pengambilan hanya terletak pada salah satu
sisi (katakanlah sisi kanan)
 Anggap lebar kantong pembilas” W” , yaitu lebar
dan tembok tepi ke dinding pembatas (pilar) pertama.
 Bagilah (daun) pintu gerak dalam grup-grup,
misalnya W1, W2, W3 dan W4 flap grup sama
dengan” W”
 Bila debit pada kantong pembilas Qi, atur bukaan
pintu melalui grup. Wi yang debitnya = 1,25 x Qi
Catatan: Qi adalah debit pengambilan ditambah debit
excluder jika ada.
 Sekarang, diharapkan Vs/Vp > 1
 Buka pintu grup W4 yang terletak paling jauh dari
kantong pembilas sedemikian agar bagian atas pintu
15 cm di atas muka banjir rencana (muka air di hulu
bendung).
 Buka pintu W2 dan W3 berbentuk miring (wedge
shape) Misalnya bukaan pintu W1 dan W4 masing-
masing 160 cm dan 70 cm, maka bukaan W3 = 70
+ (160 - 70) / 3 = 100 cm. Sedangkan bukaan W2
= 70 + (160 - 70) x 2 / 3 = 130 cm.
Contoh bila bendung gerak dilengkapi bangunan
pengambilan pada dua sisi sungai, apabila:
W1 = lebar pembilas kanan
W2 = lebar pembilas kiri
Qi = debit yang lewat pada pembilas (kantong pembilas)
kanan
Q2= debit pembilas yang lewat pembilas kiri
Urutan grup pintu adalah (dari kiri ke kanan) W2, W5, W4,
W3, W1
 Lepaskan debit sebesar 1,25 x Q1 pada pintu gerak
paling dekat dengan pintu bilas kanan (W1)
56
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

 Dengan cara yang sama atur bukaan pintu di


samping dinding paling kiri sehingga debit = 1,25 x
Q2 (W2)
 Bagilah bukaan grup lain misalnya W3, W4, W5,
agar (bank) grup W4 terletak paling tengah
 Atur grup pintu tengah (W4) hingga puncaknya 15
cm diatas muka air banjir rencana
 Atur W3 disamping Wi agar bukaannya sama
dengan (W1 + W4)/2
 Dengan cara sama, atur bukaan W5 = ( W4 + W2) / 2
Catatan : Pelaksanaan operasi di lapangan mungkin perlu
sedikit berbeda tergantung pada pengangkatan
kandungan sedimen yang masuk ke dalam saluran.
(3) Waktu banjir besar periode 50 dan 100 tahun
Pada saat banjir seperti ini, kandungan sedimen sangat
tinggi dan dianjurkan pintu pengambilan ditutup penuh
serta membuka pintu kantong pembilas dan pintu
pembilas sungai (jika ada) untuk menghindari sedimen
masuk ke dalam saluran.
Pada saat itu air irigasi tidak diperlukan di sawah dan
cukup dengan air hujan. Setelah banjir surut dan
kandungan sedimen mulai rendah atau dalam batas
toleransi, pintu pengambilan dapat dibuka. Untuk
mengetahui kapan pintu pengambilan boleh ditutup dan
sebagainya, pada saat banjir sebaiknya diambil contoh air
dan sungai dan saluran untuk dianalisa kandungan
endapannya.

4.11. Pemanfaatan Sumber Lain


Apabila terjadi kekurangan air dalam kegiatan pemberian air irigasi dapat
diupayakan pemanfaatan sumber-sumber air lainnya seperti pemanfaatan
air tanah dan pemanfaatan kembali air drainase.

57
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

4.11.1. Pemanfaatan Air Tanah (Conjunctive use)


Air tanah dapat merupakan sumber air utama atau secara terpadu
bersama-sama dengan air permukaan memenuhi kebutuhan air irigasi
(Conjunctive use). Pengelolaan terpadu dalam penggunaan air
permukaan dan air tanah diperlukan terutama pada pemanfaatan air
tanah sebagai pengganti air irigasi permukaan pada musim kemarau dan
atau sebagai tambahan (suplesi) bagi irigasi air permukaan.
4.11.2. Pemanfaatan Kembali Air Drainase
Pada daerah-daerah irigasi yang tanahnya sangat porous (berpori)
dimana air merembes ke saluran drainase maka air tersebut dapat
dimanfaatkan di lahan itu kembali seperti dengan pompanisasi dan
gravitasi.

4.12. Monitoring Dan Evaluasi


4.12.1. Monitoring Pelaksanaan Operasi

Monitoring pelaksanaan operasi dilakukan dengan menggunakan daftar


simak Bagan Alir Blangko Operasi.
Blangko tersebut harus dikondisikan dengan kewenangan pengelolaan
daerah irigasi yang bersangkutan yaitu DI kewenangan pemerintah pusat,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
4.12.2. Kalibrasi Alat Ukur

Jenis alat ukur yang dipakai dalam pembagian air sesuai dengan Kriteria
Perencanaan (KP) Irigasi ada 6 yaitu :

a) Tipe Romijn

b) Tipe Cipoletti

c) Tipe Parshall Flume

d) Tipe CHO (Constan head orifice)

e) Tipe Crump de Gruyter

f) Tipe Drempell

58
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Dari enam tipe di atas sudah ada rumus standar (asal dipenuhi syarat
hidrolisnya). untuk dapat dicapainya operasi yang efektif dan efisien,
pembagian dan pemberian air harus dapat diukur dengan baik. Besarnya
air yang mengalir melewati suatu alat ukur dalam satuan waktu tertentu
tidak selalu sama dengan perhitungan memakai rumus standar yang
berlaku . Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain nilai kekasaran,
endapan, umur dan kekentalan air itu sendiri. Disamping itu
pengerjaan dan pemasangan alat ukur pada saat pembangunan juga
sangat berpengaruh.

Mengingat hal tersebut sebelum dipergunakan, alat ukur harus dikalibrasi


yaitu dengan membandingkan kenyataan besarnya debit yang mengalir
dengan besarnya debit sesuai dengan perhitungan menggunakan rumus
umum. Tata cara kalibrasi harus dilakukan sesuai dengan petunjuk
pelaksanaan tata cara kalibrasi. Kalibrasi harus dilakukan setiap ada

perubahan/perbaikan dari alat ukur atau minimal lima tahun sekali.

Apabila terjadi kerusakan alat ukur pada jaringan irigasi teknis maka
sambil menunggu perbaikan, pengukuran debit pada alat ukur yang rusak

dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :

a) Pengukuran debit dengan metode pelampung

b) Dibuat lubang pintu ukur yang proporsional dengan pintu ukur yang
masih berfungsi

4.12.3. Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi

Evaluasi kinerja sistem irigasi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi


kinerja sistem irigasi yang meliputi :

a) Prasarana fisik

b) Produktivitas tanaman
59
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

c) Sarana penunjang

d) Organisasi personalia

e) Dokumentasi

f) Kondisi kelembagaan P3A

Evaluasi ini dilaksanakan setiap tahun dengan menggunakan formulir 1


(untuk DI utuh dalam 1 kabupaten/kota) dan 2 (untuk DI lintas
kabupaten/kota) Indeks Kinerja Sistem Irigasi dengan nilai :

a) 80-100 : kinerja sangat baik

b) 70-79 : kinerja baik

c) 55-69 : kinerja kurang dan perlu perhatian

d) < 55 : kinerja jelek dan perlu perhatian

e) maksimal 100, minimal 55 dan optimum 77,5

Formulir tersebut harus dikondisikan dengan kewenangan pengelolaan


daerah irigasi yang bersangkutan yaitu DI kewenangan pemerintah pusat,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota

4.13. Latihan

1. Sebutkan secara lengkap langkah penyusunan Rencana Tata Tanam!


2. Sebutkan 3 jenis golongan!
3. Gambarkan Kelebihan dan kekurangan macam golongan!

4.14. Rangkuman

Penyusunan Rencana Tata Tanam Tahunan dilakukan berdasarkan


prinsip partisipatif dengan melibatkan peran aktif masyarakat petani.

Secara aktif petani mendiskusikan komoditas yang akan ditanam bersama


dengan petani lain dalam P3A maupun dengan kelompok P3A lainnya,

60
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

sementara pemerintah bertindak dan berperan sebagai pembimbing atau


penasehat yang memberi masukan dan pertimbangan berkaitan dengan
ketersediaan air yang mungkin bisa dipergunakan untuk pertanian.

Perencanaan tata tanam tahunan terdiri dari :

a) Rencana Tata Tanam Global (RTTG)


b) Rencana Tata Tanam Detail (RTTD)
Bendung gerak dibagi dalam beberapa bagian, dibatasi oleh pilar-pilar
dan tembok tepi satu ke tepi lainnya. Tiap pintu dapat dibuka untuk
membilas endapan yang berada di hulu masing-masing pintu (tidak
serupa dengan bendung tetap yang rnenyebabkan endapan bertambah
terus sampai mencapai ketinggian mendekati mercu bendung).

61
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

4.15. Tugas Pokok Dan Fungsi Petugas Dalam Kegiatan Operasi Yang
Berada Dilapangan
4.15.1. Kepala Ranting/Pengamat/UPTD/Cabang Dinas
a) Mempersiapkan penyusunan RTTG dan RTTD sesuai usulan
Masyarakat petani/P3A/GP3A/IP3A
b) Menetapkan besarnya faktor-k untuk pembagian air jika debit sungai
menurun
c) Rapat di kantor ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil setiap
minggu untuk mengetahui permasalahan operasi, hadir para mantri/
juru pengairan, petugas pintu air (PPA), petugas operasi bendung
serta P3A/GP3A/IP3A.
d) Menghadiri rapat di kecamatan dan dinas PSDA kabupaten.
e) Membina P3A/GP3A/IP3A untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
Operasi
f) Membantu proses pengajuan bantuan biaya operasi yang diajukan
P3A/GP3A/IP3A.
g) Membuat laporan kegiatan operasi ke Dinas/Balai
4.15.2. Petugas Mantri/Juru Pengairan
a) Membantu kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil untuk
tugas-tugas yang berkaitan dengan operasi.
1) Melaksanakan instruksi dari ranting/pengamat/UPTD/cabang
dinas/korwil tentang pemberian air pada tiap bangunan pengatur;
2) Memberi instruksi kepada PPA untuk mengatur pintu air sesuai
debit yang ditetapkan;
3) Memberi saran kepada Petani tentang awal tanam & jenis
tanaman;
4) Pengaturan Giliran;
5) Mengisi papan operasi/ eksploitasi
b) Membuat laporan operasi :
1) Pengumpulan Data Debit ;
62
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

2) Pengumpulan Data Tanaman & Kerusakan Tanaman;


3) Pengumpulan Data Curah Hujan (sesuai kebutuhan daerah);
4) Menyusun Data Mutasi Baku Sawah (sesuai kebutuhan daerah);
5) Mengumpulkan data Usulan Rencana Tata Tanam;
6) Melaporkan kejadian banjir kepada Rantig/ Pengamat;
7) Melaporkan jika terjadi kekurangan air yang kritis kepada
Pengamat;
4.15.3. Staf Ranting/Pengamat/UPTD/Cabang Dinas/Korwil
Membantu kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil dalam
pelaksanaan operasi jaringan irigasi.
4.15.4. Petugas Operasi Bendung (POB)
1) Melaksanakan pengaturan pintu penguras bendung terhadap banjir
yang datang
2) Melaksanakan pengurasan kantong Lumpur
3) Membuka/menutup pintu pengambilan utama, sesuai debit dan jadwal
yang direncanakan.
4) Mencatat besarnya debit yang mengalir / atau masuk ke saluran
induk pada blangko operasi.
5) Mencatat elevasi muka air banjir
4.15.5. Petugas Pintu Air (PPA)
Membuka dan menutup pintu air sehingga debit air yang mengalir
sesuai dengan perintah Juru/Mantri Pengairan.
4.16. Kebutuhan Tenaga Pelaksana Operasi & Pemeliharaan
a) Kepala Ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil : 1 orang + 5
staff per 5.000 – 7.500 Ha
b) Mantri / Juru pengairan : 1 orang per 750 – 1.500 Ha
c) Petugas Operasi Bendung (POB) : 1 orang per bendung, dapat
ditambah beberapa pekerja untuk bendung besar
d) Petugas Pintu Air (PPA) : 1 orang per 3 – 5 bangunan sadap dan
bangunan bagi pada saluran berjarak antara 2 - 3 km/daerah layanan
150 sd. 500 ha

63
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

4.16.1. Kebutuhan Air di Sawah untuk Tanaman Ladang dan Tebu

Tabel 7. Kebutuhan Air di Sawah untuk Tanaman Ladang dan Tebu


Pendidikan
Jabatan Kompetensi Fasilitas
Minimal
Kepala Ranting/ Mampu
pengamat/ melaksanakan Mobil pick up
Sarjana Muda/
UPTD/ cabang tupoksi untuk Rumah dinas
D-III Teknik Sipil
dinas/ korwil/ areal irigasi Alat komunikasi
Pengamat 5.000-7.500 Ha
Mampu
melaksanakan
Juru / Mantri Sepeda motor
tupoksi untuk STM Bangunan
Pengairan Alat komunikasi
areal irigasi 750-
1.500 Ha
Petugas Mampu
Sepeda
Operasi melaksanakan ST, SMP
Alat komunikasi
Bendung tupoksi

4.17. Tugas Pokok dan Fungsi GP3A Dalam Operasi Jaringan Irigasi

Gabungan Perkumpulan petani pemakai air dapat berperan serta dalam


operasi jaringan irigasi primer dan sekunder sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuannya antara lain :
4.18. Kegiatan Pengumpulan Data

Mencatat data luas dan jenis tanaman, luas panen, dan kerusakan
tanaman.
4.18.1. Perencanaan Operasi

a) Menyampaikan usulan rencana tata tanam


b) Menyampaikan usulan rencana pembagian dan pemberian air irigasi
c) Menyepakati secara tertulis rencana tahunan operasi
d) Menyepakati rencana pembagian dan pemberian air irigasi

64
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

4.18.2. Pelaksanaan Operasi

a) Menerima alokasi air irigasi, mengusulkan peninjauan kembali


apabila ada alokasi air yang tidak sesuai dengan rencana penyediaan
air
b) Melaporkan kondisi kekurangan/kelebihan air setiap periode operasi
c) Membantu melaksanakan pekerjaan operasi seperti membuka,
menutup pintu, dan memberikan pelumasan pintu air
d) Menyampaikan usulan kebutuhan air irigasi berdasarkan luas dan
jenis tanaman setiap periode operasi
4.18.3. Monitoring Dan Evaluasi Operasi

a) Melaporkan adanya pengambilan air irigasi secara tidak resmi


b) Melaporkan kejadian perusakan bangunan, saluran, dan pintu air
c) Melaporkan konflik air dan mengupayakan penyelesaiannya

Panduan untuk peran GP3A lebih lanjut dalam operasi jaringan irigasi
akan diatur secara terpisah.

4.19. Latihan
1. Sebutkan Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Ranting/Pengamat/
UPTD/Cabang Dinas!
2. Sebutkan Sebutkan Tugas Pokok dan Fungsi Petugas Mantri/Juru
Pengairan!
3. Sebutkan Sebutkan Tugas Pokok dan Fungsi Petugas Operasi
Bendung (POB)

65
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

4.20. Tata Cara Pengisian Blangko Operasi Jaringan Irigasi


4.20.1. Penjelasan Blanko (01-O)
*1). Blanko ini untuk 2 keperluan yaitu usulan dari IP3A/GP3A dan
Keputusan Komisi Irigasi.
*2). Usulan P3A: Dibuat 1 bulan sebelum dimulainya MT.1
Keputusan: Disalin dari blanko (03-O) dan ini menjadi pedoman P3A,
berapa luas tanam yang diizinkan.

4.20.2. Penjelasan Blanko (02-O)


*1). Blanko ini untuk 2 keperluan yaitu usulan dari IP3A/GP3A dan
Keputusan Komisi Irigasi Per Musim Tanam (MT)
*2). Periode Musim Tanam : Disilang (X) yang tidak dipergunakan
*3). Usulan P3A : Dibuat 1 bulan sebelum dimulainya MT.1
*4). Keputusan : Disalin dari blanko (03-O) dan ini menjadi
pedoman P3A, berapa luas tanam yang
diizinkan

4.20.3. Cara Pengisian Blanko (03-O)


1. Blanko (03-O): Kutipan Lampiran Keputusan Komisi Irigasi Mengenai
Rencana Tata Tanam Per Daerah Irigasi.
2. Blanko ini diisi oleh Kasubdin/Ka Dinas Pengairan Kabupaten/Balai
yang dikutip dari Lampiran Keputusan Komisi Irigasi Kabupaten
tentang Pola Tanam dan Rencana Tata tanam.
3. Lampiran Keputusan Komisi Irigasi Kabupaten/Provinsi mengenai
Rencana Tata Tanam dan perlu dilengkapi dengan analisa neraca air
serta memperhitungkan parameter lain. Blanko ini dibuat 2 bulan
sebelum MT.1 dimulai.

66
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

4.20.4. Penjelasan Blanko (04-O)

1. Blanko ini dibuat tiap 2 mingguan / tengah bulanan


2. Butir (1) (Keputusan Target Areal Tanam) diisi oleh Pembantu
Pelaksana OP datanya disalin dari blanko (03-O).
3. Butir (2) (Usulan dan Realisasi Luas Tanam) diisi berdasarkan
data dari IP3A/ GP3A,
4. Angka-angka areal pada butir (2) tidak boleh melampaui angka-angka
areal butir (1). Bila melampaui maka Pembantu Pelaksana OP
mengoreksi angka- angka pada butir (2) dengan mengurangi angka-
angka areal pada butir (2)
5. Bila IP3A /GP3A belum ada atau belum aktif, maka data diambil dari
Kepala Desa.
6. Distribusi Blanko (04-O) : Dibuat oleh Pembantu Pelaksana OP
dikirim ke Pelaksana OP, Kasubdin/Ka Dinas Pengairan Kabupaten,
Koordinator OP Irigasi Wilayah Sungai dank e Bagian Pelaksana
Kegiatan Irigasi Wilayah.

4.20.5. Cara Pengisian Blanko (05-O)

1. Blanko (05-O) : Rencana Kebutuhan Air di Pintu Pengambilan


2. Blanko ini harus diisi oleh Pelaksana OP Irigasi pada tanggal 12 dan
27 setiap bulan. Data kolem “Usulan Luas Tanam” dari buku catatan
IP3A/GP3A, dan kemudian dikalikan dengan angka “Satuan
Kebutuhan Air di Sawah”. Angka-angka untuk satuan kebutuhan air
dapat bervariasi dari satu daerah ke daerah lainnya; apabila sudah
ada suatu penelitian, maka hasil penelitian yang harus dipakai (yang
tercantum dalam blanko ini hanya sebagai referensi/acuan saja)
3. Pengisian angka satuan kebutuhan air untuk tanam lain-lain diisikan
sesuai dengan jenis tanam tersebut.
4. Jumlah air disawah adalah jumlah kebutuhan air di Daerah Irigasi
sedang kebutuhan air dipintu tersier adalah jumlah air disawah
dikalikan dengan factor tersier.

67
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

5. Apabila factor tersier belum ada penyelidikan dapat diambil


sebesar 20 sampai dengan 30%. Tanda tangan IP3A/GP3A pada
baris (9).

Catatan :
Angka satuan kebutuhan air untuk tanam lain-lain diisikan sesuai
dengan jenis tanam :
Satuan 3) Kebutuhan
N
Uraian / Bab Air di Sawah (l/det/ha)
o
MT.1 MT.2/MT.3
(1) (2) (3.1) (3.2)
1 Padi Rendeng/Padi Gadu Izin
a) Pengolahan tanah + Persemaian 1,250
b) Pertumbuhan / Pemasakan 0,725
c) Panen 0

2 Tebu
a) Pengolahan tanah + Persemaian 0,850
b) Tebu Muda (MT.1) 0,36
c) Tebu Tua (MT.2) 0,125

3 Palawija
a) Yang perlu banyak air 0,30
b) Yang perlu sedikit air 0,20

4.20.6. Penjelasan Blanko (06-O)


1. Blanko ini dibuat tiap tanggal 13 dan tanggal 28
2. Pencatatan debit dilakukan setiap hari, jam 08.00 WIB. Angka debit
dibulatkan dalam satuan l/det.
3. Cara pengukuran debit :
a) Dengan alat pengukur debit standar (Romijn, Cipoletti dll)
b) Dengan cara lain (pelampung dll)

68
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

4. Jika debit masuk, tetapi tidak diketahui besarnya (berhubung alat ukur
rusak, petugas sakit, dll) □ supaya diberi tanda TD = tidak diukur.
5. Jika pintu ditutup, debit tidak mengalir (misalnya waktu terjadi
giliran) supaya diberi tanda 0 (nol)
6. Dari data ini dapat dihitung berapa besarnya kehilangan air disetiap
ruas saluran  dengan memakai blanko (14) kemudian dibuat
evaluasi: berapa debit masuk dan berapa debit keluar  sehingga
diperoleh berapa besarnya debit hilang (operation + Coveyance
losses).
Setelah ada kesepakatan dalam rapat Komisi Irigasi maka disusun
penetapan melalui SK bupati/walikota atau gubernur tentang Rencana
Tata Tanam Tahunan. SK tersebut sebagai dasar dalam menyusun

4.20.7. Cara Pengisian Blanko (07-O)


1. Blanko (07-O) : Rencana Kebutuhan Air di Jaringan Utama dan
Penetapan Pemberiannya.
2. Blanko ini diisi oleh Pelaksana OP pada tanggal 14 dan 29. Data dari
blanko (05-O) harus dipindahkan ke kolom 7 dalam blanko ini.
3. Isi blanko mulai dari urutan petak tersier yang paling hilir menuju ke
petak tersier yang paling hulu. Semua sadap yang berada dibagian
saluran diisi kebutuhan airnya masing-masing (dari blanko 05-O),
lalu diisi kebutuhan lain, kehilangan air beserta suplesi dibagian
saluran itu. Semua data itu dijumlahkan menjadi kebutuhan debit
untuk bagian tersebut. Debit ini ditambah jumlah kebutuhan pada
bangunan bagi yang langsung member air masuk bagian saluran itu.
4. Selanjutnya jumlahkan data untuk saluran bagian saluran (induk dan
sekunder).
5. Selanjutnya Ranting/Pengamat menghitung factor K dengan blanko
(09-O) dan data dari blanko (08-O) (catatan debit sungai).
6. Bila debit sungai (Qs) lebih besar dari kebutuhan maka factor-K
ditetapkan = 1, apabila debit sungai (Qs) lebih kecil dari debit
kebutuhan maka factor- Kharus dihitung.

69
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

4.20.8. Cara Pengisian Blanko (08-O)

1. Blanko (8-O) ; Pencatatan Debit Sungai Normal/Bangunan


Pengambilan.
2. Blanko ini untuk mencatat debit (Q) sungai yang melimpah bendung
pada waktu sungai yang bersangkutan belum ada debit banjir, dan
debit yang diambil masuk kepintu pengambilan/intake yang terletak
dibendung itu. Jumlah debit itu adalah debit sungai pada lokasi
bending. Atau Bangunan Pengambilan (Bagi/sadap) di awal daeral
wilayah kerja Mantri/Juru.
3. Petugas operasi bending atau Pengelola Irigasi setiap hari membaca
besarnya Q sungai di bending pada setiap pagi hari pukul 08.00 WIB,
dan hasilnya dicatat pada blanko 08-O.
4. Cara menentukan Debit Tersedia :
a) Hitung rata-rata setengah bulanan.
b) Hitung rata-rata 5 harian terakhir.
c) Menggunakan data pencatatan debit tanggal 15 atau 30/31 untuk
masing-masing periode.
d) Bandingkan hasil a,b,c, kemudia ambil debit yang paling
realistis pada periode itu untuk DI yang bersangkutan.

4.20.9. Cara Pengisian Blanko (09-O)

1. Blanko (09-O) : Perhitungan Faktor – K


2. Blanko ini dipergunakan untuk menghitung nilai Faktor “K”, yang diisi
Pelaksana OP pada tanggal 1 dan 16 berdasarkan blanko (07-O) dan
(08- O).
3. Rician prosedur perhitungan nilai Faktor K dengan memakai blanko
(09-O) diuraikan sebagai berikut :
4. Bagian 1 : Debit diperlukan
Dari blanko 07-O dikutip data-data bagian kebutuhan air sebagai
berikut :
a) Total kebutuhan air di pintu tersier (Qt) kolom 7
b) Kebutuhan lain-lain, untuk pabrik dan lain-lain (Ql) kolom 8

70
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

c) Debit tambahan ke jaringan, yaitu suplesi (Qs) kolom 10

d) Kebutuhan air dibendung Qb = Qt + Ql + Qh – Qs


5. Bagian 2 : Debit Tersedia
Debit Tersedia (=Qs)
a) Hitung rata-rata setengah bulanan,
b) Hitung rata-rata 5 harian terakhir,
c) Menggunakan data pencatatan debit tanggal 15 atau 30/31 untuk
masing-masing periode.
d) Bandingkan hasil a, b, c, kemudian ambil debit yang paling
realistis pada periode itu untuk DI yang bersangkutan.
6. Bagian 3 : Debit dialirkan
Dalam bagian ini terdiri dari dua data : Q tersedia (Qrs) dan Q
diperlukan (Qb) untuk dibandingkan dan dipilih Q yang akan dialirkan
pada bangunan pengambilan (Qa). Cara pemilihannya adalah :
Qa = Qrs, apabila Qrs < Qb, atau
Qa = Qb, apabila Qb < Qrs
Besarnya Qa antara 100% dan 70% dari pada kapasitas saluran
(Q100% & 70% saluran), untuk kondisi yang demikian, maka
pemberian/pembagian secara terus menerus. Apabila debit disaluran
lebih kecil dari pada Q 60% saluran, maka pemberian air
dilaksanakan secara giliran.
7. Bagian 4 : Perhitungan Faktor K
Factor K dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Total air yang tersediadi pintu pengambilan


K=
Total kebutuh an air di pintu tersier
( Qdialirkan + QSuplesi )−(Qlain−lain +Qke h ilangan )
K=
Q tersier

Setelah K dihitung nilainya, kemudian dimasukan ke blanko (07-O)


untuk menghitung debit yang akan deberikan pada tiap-tiap tersier
pada kolom 12 apabila didalam pemantauan setelah factor K

71
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

ditetapkan ternyata debit tersedia lebih besar atau lebih kecil dari
10%, maka factor K dihitung kembali.

4.20.10. Cara Pengisian Blanko (10-O)


1. Blanko (10-O) : Laporan Produktivitas dan Neraca Pembagian Air per
Daerah Irigasi.
2. Blanko (10-O) merupakan laporan tahunan yang isinya adalah
sebagai berikut :

a) :
- Luas tanaman padi (ha) pada MT.1, MT.2, MT.3.
- Luas tanaman palawija (ha) pada MT.1, MT.2, MT.3.
- Luas tanaman tebu, lain-lain dan bero (ha)
- Dicatat puncak luas tanam, intensitas tanam masing-masing
MT dan intensitas tanam dalam 1 tahun.
b) :
- Luas genangan / banjir (ha) dari bagian 1
- Luas kekeringan (ha) dari bagian 1
c) :
- Rencana tanam tahun ini (blanko 03-O)
- Rencana tahun yang akan datang
d) :
- Total debit tersedia (m3/det) – dari blanko (08-O) kolom 9
- Debit Pengambilan (m3/det) – dari blanko (08-O) kolom 5+7
- Debit limpas bending (m3/det) – dari blanko (08-O) kolom 3
- Kehilangan air di jaringan utama (m3/det) – dari blanko (06-O)
- Debit suplesi (m3/det) – dari blanko (09-O)
- Kebutuhan Air (m3/det) – dari blanko (07-O) kolom 7 & 8
- Faktor – K rata-rata – dari blanko (09-O)
- Debit Rencana (m3/det) – dari blanko (07-O) kolom 12
- Curah hujan (mm) – dari blanko (12-O)
- Neraca air (m3/det) = (14)+(17)-(16)+(18)-(9)

72
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

- Debit Pengambilan (m3/det) = 914) : (21)


e) :
- Puncak luas tanam (ha)
- Data ubin rata-rata dari DIPERTA (ton/m)

73
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

- Produksi padi (ton)


- Jumlah produksi (ton)

4.20.11. Cara Pengisian Blanko (11-O)


1. Blanko (11-O) : Rekap Kabupaten per Masa tanam
2. Blanko (11-O) merupakan laporan per masa tanam yang
dikerjakan oleh Koordinator OP Irigasi Wilayah Kabupaten.
3. Blanko ini menyangkut rencana/target luas tanam dan
realisasinya setiap musim tanam (MT.1, MT.2, MT.3) bagi setiap
daerah Irigasi.
4. Pada blanko ini diisi juga luas areal tanam yang kena masalah yang
terdiri dari kekeringan dan genangan/kebanjiran dalam setiap masa
tanam itu diisikan juga sudah lewat/berlalu.

4.20.12. Cara Pengisian Blanko (12-O)


1. Blanko (12-O) : Rekap Propinsi
2. Blanko ini diisi untuk semua DI yang terletak dalam daerah
pengelolaan Bagian pelaksana Kegiatan Irigasi Wilayah. Blanko
(12-O) adalah rekapitulasi 3 Musim Tanam (MT.1, MT.2, dan MT.3)
dari blanko (11-O).

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-1
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB V
PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

5.1. Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Pemeliharaan Jaringan Irigasi adalah upaya menjaga dan


mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik
guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan
kelestariannya melalui kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan dan
pengamanan yang harus dilakukan secara terus menerus. Ruang lingkup
kegiatan pemeliharaan jaringan meliputi :
a) Inventarisasi kondisi jaringan irigasi
b) Perencanaan
c) Pelaksanaan
d) Pemantauan dan evaluasi

5.1.1. Inventarisasi Jaringan Irigasi


Inventarisasi Jaringan Irigasi dilakukan untuk mendapatkan data
jumlah, dimensi, jenis, kondisi dan fungsi seluruh asset irigasi serta data
ketersediaan air, nilai asset jaringan irigasi dan areal pelayanan pada
setiap daerah irigasi. Inventarisasi jaringan irigasi dilaksanakan setiap
tahun mengacu pada ketentuan/pedoman yang berlaku. Hasil
inventarisasi diharapkan dapat dipakai untuk pemeliharaan dan
pengelolaan aset irigasi.
Untuk kegiatan pemeliharaan dari inventarisasi tersebut yang sangat
diperlukan adalah data kondisi jaringan irigasi yang meliputi data
kerusakan dan pengaruhnya terhadap areal pelayanan.
Pelaksanaan inventarisasi jaringan irigasi ini dilaksanakan secara
partisipatif melalui penelusuran jaringan irigasi oleh aparat Dinas secara
berjenjang bersama-sama dengan perkumpulan petani pemakai air (P3A)
dengan menggunakan Blanko Inventaris Jaringan Irigasi (terlampir). Dari

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-2
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

hasil inventarisasi tersebut disusun program 5 tahunan yang akan


diusulkan untuk mendapatkan biaya pemeliharaan.
Inventarisasi pada dasarnya melakukan pemeriksaan kondisi dan fungsi
saluran dan bangunan irigasi, sehingga kadang-kadang diperlukan
pengeringan saluran. Kalau hal ini dilakukan harus dilakukan konsultasi
dengan pemangku kepentingan untuk mendapat kesepakatan kapan
dikeringkan, berapa lama, bagian mana yang dikeringka. Apalagi kalau
jaringan tersebut multiguna, perlu disepakati dulu pemanfaat air yang
mana yang tidak dapat dihentikan sama sekali, misal air minum.

5.1.2. Perencanaan Pemeliharaan Jaringan Irigasi


Perencanaan pemeliharaan dibuat oleh Dinas/pengelola irigasi
bersama perkumpulan petani pemakai air berdasarkan rencana prioritas
hasil inventarisasi jaringan irigasi. Dalam rencana pemeliharaan terdapat
pembagian tugas, antara P3A dengan pemerintah diantaranya bagian
mana bisa ditangani P3A dan bagian mana yang ditangani pemerintah
melalui Nota Kesepakatan kerjasama O&P. Penyusunan rencana
pemeliharaan meliputi :
a) Inspeksi Rutin
Dalam melaksanakan tugasnya juru pengairan harus selalu
mengadakan inspeksi/pemeriksaan secara rutin di wilayah kerjanya
setiap 10 hari atau 15 hari sekali, untuk memastikan bahwa jaringan
irigasi dapat berfungsi dengan baik dan air dapat dibagi/dialirkan
sesuai dengan ketentuan. Kerusakan ringan yang dijumpai dalam
inspeksi rutin harus segera dilaksanakan perbaikannya sebagai
pemeliharaan rutin, dicatat dalam Blanko 01-P dan dikirim ke
pengamat setiap akhir bulan. Selanjutnya Pengamat akan
menghimpun semua berkas usulan dan menyampaikannya ke dinas
pada awal bulan berikutnya.
b) Penelusuran Jaringan Irigasi
Berdasarkan usulan kerusakan yang dikirim oleh juru secara rutin,
dilakukan penelusuran jaringan untuk mengetahui tingkat kerusakan
dalam rangka pembuatan usulan pekerjaan pemeliharaan tahun

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-3
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

depan. Penelusuran dilaksanakan setahun dua kali yaitu pada saat


Pengeringan, untuk mengetahui endapan, dan mengetahui tingkat
kerusakan yang terjadi ketika air di saluran berada di bawah air
normal dan pada saat air normal (saat Pengolahan Tanah) untuk
mengetahui besarnya rembesan dan bocoran jaringan.
Penelusuran dilakukan bersama secara partisipatif antara
Pengamat/UPT/ Ranting,dan Juru/Mantri, serta P3A/ GP3A/IP3A.
Hasil dari penelusuran bersama dicatat dalam Blanko 02-P dan
ditentukan ranking prioritasnya.
c) Identifikasi dan Analisis Tingkat Kerusakan
Berdasarkan hasil inventarisasi dilakukan survai identifikasi
permasalahan dan kebutuhan pemeliharaan secara partisipatif, dan
dibuat suatu rangkaian rencana aksi yang tersusun dengan skala
prioritas serta uraian pekerjaan pemeliharaan. Dalam menentukan
kriteria pemeliharaan dilihat dari kondisi kerusakan Fisik jaringan
irigasi. Pada hakekatnya pemeliharaan jaringan irigasi yang tertunda
akan mengakibatkan kerusakan yang lebih parah dan memerlukan
rehabilitasi lebih dini. Klasifikasi kondisi fisik jaringan irigasi sebagai
berikut :
1) Kondisi baik jika kinerja irigasi > 90% atau tingkat
kerusakan < 10 % dari kondisi awal bangunan/saluran dan
diperlukan pemeliharaan rutin.
2) Kondisi rusak ringan jika kinerja irigasi 80% - 90%,
atau tingkat kerusakan 10 – 20 % dari kondisi awal
bangunan/saluran dan diperlukan pemeliharaan berkala.
3) Kondisi rusak sedang jika kinerja irigasi 60 - 80%, atau
tingkat kerusakan 21 – 40 % dari kondisi awal bangunan/saluran
dan diperlukan perbaikan.
4) Kondisi rusak berat jika kinerja irigasi < 60%, atau
tingkat kerusakan > 40 % dari kondisi awal bangunan/saluran dan
diperlukan perbaikan berat atau penggantian.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-4
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Hasil identifikasi dan analisa kerusakan merupakan bahan dalam


penyusunan detail desain pemeliharaan,adapun proses SID adalah
sebagai berikut :
1) Pengukuran Dan Pembuatan Detail Desain Perbaikan Jaringan
Irigasi
(a) Survai Dan Pengukuran Perbaikan Jaringan Irigasi
Survai dan pengukuran untuk pemeliharaan jaringan irigasi
dapat dilaksanakan secara sederhana oleh petugas
Dinas/pengelola irigasi bersama-sama perkumpulan petani
pemakai air dengan menggunakan roll meter, alat bantu ukur,
selang air atau, tali. Hasil survai yang dituangkan dalam
gambar skets atau diatas gambar as built drawing. Sedangkan
untuk pekerjaan perbaikan, perbaikan berat maupun
penggantian harus menggunakan alat ukur waterpass atau
theodolit untuk mendapatkan elevasi yang akurat. Hasil survai
dan pengukuran ini selanjutnya digunakan oleh petugas
Dinas/pengelola irigasi dalam penyusunan detail desain.
(b) Pembuatan Detail Desain
Berdasarkan hasil survai dan pengukuran disusun rancangan
detail desain dan penggambaran. Hasil rancangan detail
desain ini didiskusikan kembali dengan perkumpulan petani
pemakai air sebagai dasar pembuatan desain akhir.
2) Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rencana anggaran biaya, dalam hal ini untuk pekerjaan fisik
(Swakelola maupun Kontraktual) dihitung berdasarkan
perhitungan volume dan harga satuan yang sesuai dengan
standar yang berlaku di wilayah setempat. Sumber-sumber
pembiayaan pemeliharaan jaringan irigasi berasal dari:
(a) Alokasi biaya pemeliharaan dari sumber APBN, APBD, atau
DAK.
(b) Kontribusi biaya pemeliharaan oleh perkumpulan petani
pemakai air
(c) Alokasi biaya dari badan usaha atau sumber lainnya.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-5
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

3) Penyusunan Program/Rencana Kerja


Rencana Program/Rencana kerja dibuat oleh Dinas/Pengelola
irigasi bersama perkumpulan petani pemakai air. Untuk lebih
teratur dan terarah dalam mencapai tujuan kegiatan pemeliharaan
Jaringan Irigasi perlu adanya suatu program atau rencana kerja
sebagai berikut :
(a) Pekerjaan Yang Dilaksanakan Secara Swakelola.
Pekerjaan yang dapat dilaksanakan dengan cara swakelola
antara lain adalah berupa pemeliharaan rutin, pemeliharaan
berkala yang bersifat perawatan, dan penanggulangan
(1) Pemeliharaan Rutin :
 Pekerjaan pemeliharaan rutin dilaksanakan secara
terus menerus sesuai dengan kebutuhan/hasil
inspeksi rutin juru.
 Pelaksanaan oleh dinas/pengelola irigasi atau oleh
perkumpulan petani pemakai air secara gotong royong
dengan bimbingan teknis dari dinas/pengelola irigasi.
(2) Pemeliharaan Berkala :
 Pekerjaan dilaksanakan secara periodik disesuaikan
dengan tersedianya anggaran (misal setiap 3 bulanan,
6 bulanan, atau tahunan)
 Pelaksanaan secara swakelola oleh dinas/pengelola
irigasi atau dapat melibatkan perkumpulan petani
pemakai air.
 Pekerjaan berupa perawatan
(3) Penanggulangan (bersifat darurat)
 Pekerjaan bersifat darurat agar bangunan dan saluran
segera berfungsi.
 Pelaksanaan oleh dinas bersama masyarakat/
perkumpulan petani pemakai air dengan cara gotong
royong.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-6
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Untuk program pemeliharaan yang akan dilaksanakan dengan


cara swakelola dibuat oleh dinas/pengelola irigasi dengan
menggunakan Blanko 04-P
(b) Pekerjaan Yang Dapat Dikontrakkan
(1) Pekerjaan bersifat perbaikan, perbaikan berat, dan
penggantian.
(2) Pelaksanaan melalui pihak ketiga (kontraktor).
Untuk program pemeliharaan yang akan dilaksanakan dengan
cara kontraktual dibuat oleh dinas/pengelola irigasi dengan
menggunakan Blanko 05-P. Secara umum kegiatan
perencanaan pemeliharaan adalah seperti flow chart dibawah
ini.

PERENCANAAN P

Gambar 18. Kegiatan Perencanaan Pemeliharaan

5.1.3. Pelaksanaan Operasi Jaringan Irigasi


Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan berdasarkan detail desain dan
rencana kerja yang telah disusun oleh Dinas/Pengelola irigasi bersama
perkumpulan petani pemakai air. Adapun waktu pelaksanaannya
menyesuaikan dengan jadwal pengaturan air dan masa pengeringan yang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-7
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

telah disepakati bersama dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Gubernur


sesuai kewenangannya.
Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a) Persiapan Pelaksanaan Pemeliharaan
Sebelum kegiatan pemeliharaan dilaksanakan perlu dilakukan
sosialisasi kepada petani pemakai air sebagai anggota P3A/GP3A/
IP3A, tentang waktu, jenis kegiatan, jumlah tenaga, bahan, peralatan
yang harus disediakan dan disesuaikan dengan jenis, sifat
pemeliharaan dan tingkat kesulitannya.
1) Pekerjaan pemeliharaan yang dilaksanakan secara Swakelola
oleh Pekarya/P3A/GP3A/IP3A perlu dilakukan persiapan yang
menyangkut Pengusulan kebutuhan bahan, penyediaan tenaga,
pengaturan regu kerja, pelatihan praktis mengenai jasa konstruksi
dan jaminan mutu agar tercapainya kualitas pekerjaan sesuai
spesifikasi yang ditetapkan. Untuk pemeliharaan rutin pengamat
mengusulkan kebutuhan bahan menggunakan Blanko 06-P dan
untuk berkala menggunakan Blanko 07- P.
2) Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh kontraktor. Disusun
dalam paket paket pekerjaan yang menggambarkan lokasi, jenis
pekerjaan, rencana biaya dan waktu pelaksanaannya. Dalam
perjanjian kontrak kerja antara Dinas/Pengelola irigasi dengan
kontraktor perlu dicantumkan ketentuan yang mengikat antara
lain:
(a) Kontraktor harus menggunakan tenaga kerja setempat kecuali
tenaga kerja tersebut tidak tersedia.
(b) adanya kesepakatan bersama antara kontraktor dengan P3A/
GP3A/IP3A mengenai jam kerja, upah kerja dan hal-hal
lainnya.
b) Pelaksanaan Pemeliharaan
1) P3A/GP3A/IP3A dan atau kontraktor dalam melaksanakan
pekerjaan pemeliharaan wajib memahami dan menerapkan
persyaratan teknis yang telah ditetapkan oleh Dinas/Pengelola
irigasi.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-8
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

2) Pelaksanaan pemeliharaan tidak mengganggu kelancaran


pembagian air untuk tanaman, artinya pelaksanaannya
disesuaikan dengan jadwal pengeringan dan giliran air.
3) Dinas/Pengelola irigasi wajib menyampaikan kepada masyarakat
pemakai air mengenai rencana pengeringan paling lambat tiga
puluh hari sebelum pelaksanaan pengeringan.
4) Untuk pekerjaaan yang dilaksanakan oleh P3A/GP3A/IP3A agar
sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang dipersyaratkan, perlu
adanya bimbingan dari tenaga pendamping lapangan.
5) Untuk pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor, sebagai kontrol
sosial P3A dapat berperan serta secara swadaya mengawasi
pekerjaan.
6) Setelah pekerjaan perbaikan selesai dikerjakan harus dibuat berita
acara bahwa pekerjaan perbaikan telah selesai dilaksanakan dan
berfungsi baik.

5.1.4. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan


a) Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi pada pemeliharaan jaringan irigasi
dilakukan untuk kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan sendiri
secara swakelola ataupun dikontrakkan, baik untuk jenis pengamanan
jaringan irigasi, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan
penanggulangan/perbaikan darurat.
1) Pemeliharaan Jaringan Irigasi Yang Dilaksanakan Secara
Swakelola Pemantauan untuk pekerjaan pemeliharaan jaringan
irigasi yang dilakukan secara swakelola baik pemeliharaan rutin
maupun pemeliharaan berkala dilakukan oleh Dinas/Pengelola
irigasi bersama P3A/GP3A/IP3A.
Pemantauan dilakukan terhadap realisasi penggunaan
sumberdaya yang meliputi : tenaga kerja, bahan (pelumas, cat
dsb.), peralatan secara berkala dipantau dan dibandingkan
dengan program pemeliharaan rutin atau rencana yang telah
ditetapkan dan dituangkan dalam Blanko 06-P

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-9
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Waktu pemantauannya dapat ditetapkan harian atau mingguan


oleh Dinas/Pengelola irigasi.
Setiap akhir bulan dilakukan evaluasi untuk penyempurnaan
proses pemeliharaan yang sedang dijalankan di lapangan. Setiap
akhir pekerjaan dilakukan juga evaluasi untuk penyempurnaan
kegiatan pemeliharaan yang akan datang. Hasil evaluasi tersebut
dikirimkan kepada penanggungjawab pekerjaan.
Juru dan Pengamat Pengairan mencatat hasil kegiatan
pemeliharaan didalam buku catatan pemeliharaan (BCP).
Didalam BCP dapat diketahui bagian bangunan atau ruas saluran
yang sudah dan yang belum dilaksanakan pemeliharaannya.
2) Pemeliharaan Jaringan Irigasi Yang Dilaksanakan Secara
Kontraktual Pemantauan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan
jaringan irigasi yang dilakukan secara kontraktual baik
pemeliharaan berkala maupun perbaikan/penggantian dilakukan
oleh Dinas/Pengelola irigasi dengan melibatkan peran serta
P3A/GP3A/IP3A.
(a) Pemantauan Dan Evaluasi Mingguan
Pemantauan dan evaluasi kemajuan pekerjaan dilakukan
secara mingguan. Hal-hal yang dipantau dan dievaluasi
secara mingguan antara lain meliputi :
1. Jenis dan volume pekerjaan;
2. Rencana dan realisasi fisik dan keuangan;
3. Nilai bobot (dlm %) yaitu biaya dibagi volume yang telah
dilaksanakan;
4. Kemajuan hasil pekerjaan;
5. Nilai pelaksanaan (%) yaitu kemajuan hasil pekerjaan
dibandingkan dengan nilai bobot seluruh kegiatan.
(b) Pemantauan Dan Evaluasi Bulanan
Pada setiap akhir bulan, dilakukan pemantauan dan evaluasi
bulanan yang mencakup :
1. Jenis dan volume pekerjaan;
2. Rencana dan realisasi fisik dan keuangan;

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-10
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

3. Nilai bobot (dlm %) yaitu biaya dibagi volume yang telah


dilaksanakan;
4. Kemajuan pekerjaan fisik (volume v.s. waktu);
5. Nilai tertimbang (%) yaitu bobot kemajuan biaya serta
kinerja fisik.
Hasil pemantauan dan evaluasi tersebut terutama ditujukan
untuk keperluan perbaikan pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan yang sedang berjalan. Sedangkan untuk
perbaikan perencanaan program pemeliharaan, pemantauan
dan evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir tahun. Dengan
melihat hasil evaluasi tahunan. tersebut, dapat dipelajari
masalah dan kekurangan yang pernah terjadi, sehingga dapat
dilakukan perbaikan rencana tahun berikutnya.
Apabila pekerjaan sudah selesai, penilaian hasil pekerjaan
dilakukan terhadap kuantitas dan kualitas pekerjaan. Juga
evaluasi dilakukan terhadap fungsi atau kinerja jaringan irigasi
melalui penelusuran jaringan dan pengujian lapangan (trial
run).
b) Laporan Kemajuan Pelaksanaan
Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dilakukan secara berkala
meliputi :
1) Laporan bulanan
(a) Penggunaan bahan swakelola (Blanko 08 –P)
(b) Realisasi pekerjaan yang diborongkan (Blanko 09 - P)
2) Laporan Tahunan (Blanko 10-P)
Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dibuat oleh pelaksana
kegiatan dan disampaikan kepada Dinas/pengelola irigasi.

5.2. Indikator Keberhasilan Kegiatan Pemeliharaan


Indikator :
a) Terpenuhinya kapasitas saluran sesuai dengan kapasitas rencana.
b) Terjaganya kondisi bangunan dan saluran : kondisi baik, rusak ringan,
rusak sedang, atau rusak berat, seperti dijelaskan dalam butir 3.2.3.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-11
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

c) Meminimalkan biaya rehabilitasi jaringan irigasi


d) Tercapainya umur rencana jaringan irigasi

5.3. Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan pemeliharaan jaringan irigasi?
2. Meliputi apa saja ruang lingkup kegiatan pemeliharaan jaringan!
3. Sebutkan Indikator Keberhasilan Kegiatan Pemeliharaan!

5.4. Rangkuman
Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan
jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna
memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya
melalui kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan
yang harus dilakukan secara terus menerus.
Inventarisasi jaringan irigasi dilakukan untuk mendapatkan data jumlah,
dimensi, jenis, kondisi dan fungsi seluruh asset irigasi serta data
ketersediaan air, nilai asset jaringan irigasi dan areal pelayanan pada
setiap daerah irigasi

5.5. Tatacara Pemeliharaan Jaringan Irigasi


Untuk mendapatkan hasil pemeliharaan yang optimal, diperlukan
tata cara/prosedur yang tepat seperti pada bagan alir (lampiran 1)
dengan mengacu pada tahapan sebagai berikut :
a) Inventarisasi jaringan irigasi pada setiap daerah irigasi
b) Perencanaan pemeliharaan jaringan irigasi
c) Pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi
d) Pemantauan dan evaluasi pemeliharaan jaringan irigasi

5.5.1. Inventarisasi Jaringan Irigasi


Inventarisasi jaringan irigasi dilakukan untuk mendapatkan data
jumlah, dimensi, jenis, kondisi dan fungsi seluruh asset irigasi serta data
ketersediaan air, nilai asset jaringan irigasi dan areal pelayanan pada
setiap daerah irigasi. Inventarisasi jaringan irigasi dilaksanakan setiap

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-12
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

tahun mengacu pada ketentuan/pedoman yang berlaku. Hasil


inventarisasi diharapkan dapat dipakai untuk pemeliharaan dan
pengelolaan aset irigasi.
Untuk kegiatan pemeliharaan dari inventarisasi tersebut yang
sangat diperlukan adalah data kondisi jaringan irigasi yang meliputi data
kerusakan dan pengaruhnya terhadap areal pelayanan.
Pelaksanaan inventarisasi jaringan irigasi ini dilaksanakan secara
partisipatif melalui penelusuran jaringan irigasi oleh aparat Dinas secara
berjenjang bersama-sama dengan perkumpulan petani pemakai air (P3A)
dengan menggunakan Blanko Inventaris Jaringan Irigasi (terlampir). Dari
hasil inventarisasi tersebut disusun program 5 tahunan yang akan
diusulkan untuk mendapatkan biaya pemeliharaan.
Inventarisasi pada dasarnya melakukan pemeriksaan kondisi dan fungsi
saluran dan bangunan irigasi, sehingga kadang-kadang diperlukan
pengeringan saluran.

Kalau hal ini dilakukan harus dilakukan konsultasi dengan pemangku


kepentingan untuk mendapat kesepakatan kapan dikeringkan, berapa
lama, bagian mana yang dikeringka. Apalagi kalau jaringan tersebut
multiguna, perlu disepakati dulu pemanfaat air yang mana yang tidak
dapat dihentikan sama sekali, misal air minum.

5.5.2. Perencanaan Pemeliharaan Jaringan Irigasi


Perencanaan pemeliharaan dibuat oleh Dinas/Balai pengelola irigasi
bersama perkumpulan petani pemakai air berdasarkan rencana prioritas
hasil inventarisasi jaringan irigasi. Dalam rencana pemeliharaan terdapat
pembagian tugas, antara P3A/GP3A dengan pemerintah diantaranya
bagian mana bisa ditangani P3A/GP3A dan bagian mana yang ditangani
pemerintah melalui Nota Kesepakatan kerjasama O&P. Penyusunan
rencana pemeliharaan meliputi :

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-13
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

a. Inspeksi Rutin
Dalam melaksanakan tugasnya juru pengairan harus selalu
mengadakan inspeksi/pemeriksaan secara rutin di wilayah kerjanya
setiap 10 hari atau 15 hari sekali, untuk memastikan bahwa jaringan
irigasi dapat berfungsi dengan baik dan air dapat dibagi/dialirkan
sesuai dengan ketentuan. Kerusakan ringan yang dijumpai dalam
inspeksi rutin harus segera dilaksanakan perbaikannya sebagai
pemeliharaan rutin, dicatat dalam Blanko 01-P dan dikirim ke
pengamat setiap akhir bulan. Selanjutnya Pengamat akan
menghimpun semua berkas usulan dan menyampaikannya ke
dinas/Balai pada awal bulan berikutnya.
b. Penelusuran Jaringan Irigasi
Berdasarkan usulan kerusakan yang dikirim oleh juru secara rutin,
dilakukan penelusuran jaringan untuk mengetahui tingkat kerusakan
dalam rangka pembuatan usulan pekerjaan pemeliharaan tahun
depan. Penelusuran dilaksanakan setahun dua kali yaitu pada saat
Pengeringan, untuk mengetahui endapan, dan mengetahui tingkat
kerusakan yang terjadi ketika air di saluran berada di bawah air normal
dan pada saat air normal (saat Pengolahan Tanah) untuk mengetahui
besarnya rembesan dan bocoran jaringan
Penelusuran dilakukan bersama secara partisipatif antara
Pengamat/UPT/ Ranting, Juru/Mantri, dan GP3A/IP3A. Hasil dari
penelusuran bersama dicatat dalam Blanko 02-P dan ditentukan
ranking prioritasnya.
c. Identifikasi dan Analisis Tingkat Kerusakan
Berdasarkan hasil inventarisasi dilakukan survai identifikasi
permasalahan dan kebutuhan pemeliharaan secara partisipatif, dan
dibuat suatu rangkaian rencana aksi yang tersusun dengan skala
prioritas serta uraian pekerjaan pemeliharaan. Dalam menentukan
kriteria pemeliharaan dilihat dari kondisi kerusakan phisik jaringan
irigasi. Pada hakekatnya pemeliharaan jaringan irigasi yang tertunda
akan mengakibatkan kerusakan yang lebih parah dan memerlukan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-14
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

rehabilitasi lebih dini. Klasifikasi kondisi fisik jaringan irigasi sebagai


berikut :
a) Kondisi baik jika kinerja irigasi > 90% atau tingkat kerusakan < 10
% dari kondisi awal bangunan/saluran dan diperlukan pemeliharaan
rutin.
b) Kondisi rusak ringan jika kinerja irigasi 80% - 90%, atau tingkat
kerusakan 10 – 20 % dari kondisi awal bangunan/saluran dan
diperlukan pemeliharaan berkala.
c) Kondisi rusak sedang jika kinerja irigasi 60 - 80%, atau tingkat
kerusakan 21 – 40 % dari kondisi awal bangunan/saluran dan
diperlukan perbaikan.
d) Kondisi rusak berat jika kinerja irigasi < 60%, atau tingkat kerusakan
> 40% dari kondisi awal bangunan/saluran dan diperlukan perbaikan
berat atau penggantian.
Hasil identifikasi dan analisa kerusakan merupakan bahan dalam
penyusunan detail desain pemeliharaan.
d. Pengukuran Dan Pembuatan Detail Desain Perbaikan Jaringan
Irigasi
a). Survey dan Pengukuran Perbaikan Jaringan Irigasi
Survey dan pengukuran untuk pemeliharaan jaringan irigasi dapat
dilaksanakan secara sederhana oleh petugas Dinas/pengelola
irigasi bersama-sama perkumpulan petani pemakai air dengan
menggunakan roll meter, alat bantu ukur, selang air atau, tali. Hasil
survey yang dituangkan dalam gambar sketsa atau diatas gambar
as built drawing.
Sedangkan untuk pekerjaan perbaikan, perbaikan berat maupun
penggantian harus menggunakan alat ukur waterpass atau
theodolite untuk mendapatkan elevasi yang akurat. Hasil survey
dan pengukuran ini selanjutnya digunakan oleh petugas
Dinas/pengelola irigasi dalam penyusunan detail desain.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-15
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

b). Pembuatan Detail Desain


Berdasarkan hasil survai dan pengukuran disusun rancangan
detail desain dan penggambaran. Hasil rancangan detail desain
ini didiskusikan kembali dengan perkumpulan petani pemakai air
sebagai dasar pembuatan desain akhir.
e. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rencana anggaran biaya dihitung berdasarkan perhitungan volume dan
harga satuan yang sesuai dengan standar yang berlaku di wilayah
setempat mengacu pada Permen PU No 11 tahun 2013. Sumber-
sumber pembiayaan pemeliharaan jaringan irigasi berasal dari :
a) Alokasi biaya pemeliharaan dari sumber APBN, APBD, atau DAK.
b) Kontribusi biaya pemeliharaan oleh perkumpulan petani pemakai air
c) Alokasi biaya dari badan usaha atau sumber lainnya.
f. Penyusunan Program/Rencana Kerja
Rencana Program/Rencana kerja dibuat oleh Dinas/Balai Pengelola
irigasi bersama perkumpulan petani pemakai air. Untuk lebih teratur
dan terarah dalam mencapai tujuan kegiatan pemeliharaan Jaringan
Irigasi perlu adanya suatu program atau rencana kerja sebagai berikut
:
a) Pekerjaan Yang Dilaksanakan Secara Swakelola
Pekerjaan yang dapat dilaksanakan dengan cara swakelola antara
lain adalah berupa pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala yang
bersifat perawatan, dan penanggulangan.
1) Pemeliharaan Rutin :
(a) Pekerjaan pemeliharaan rutin dilaksanakan secara terus
menerus sesuai dengan kebutuhan/hasil inspeksi rutin juru.
( b ) Pelaksanaan oleh dinas/pengelola irigasi atau oleh
perkumpulan petani pemakai air secara gotong royong
dengan bimbingan teknis dari dinas/pengelola irigasi.
2) Pemeliharaan Berkala :
(a) Pekerjaan dilaksanakan secara periodik disesuaikan dengan
tersedianya anggaran (misal setiap 3 bulanan, 6 bulanan, atau
tahunan).

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-16
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

(b) Pelaksanaan secara swakelola oleh dinas/pengelola irigasi


atau dapat melibatkan perkumpulan petani pemakai air.
(c) Pekerjaan berupa perawatan.
3) Penanggulangan (bersifat darurat) :
(a) Pekerjaan bersifat darurat agar bangunan dan saluran segera
berfungsi.
(b) Pelaksanaan oleh dinas bersama masyarakat/perkumpulan
petani pemakai air dengan cara gotong royong.
Untuk program pemeliharaan yang akan dilaksanakan dengan
cara swakelola dibuat oleh dinas/pengelola irigasi dengan
menggunakan Blanko 04-P.
b) Pekerjaan Yang Dapat Dikontrakkan
(a) Pekerjaan bersifat perbaikan, perbaikan berat, dan
penggantian.
(b) Pelaksanaan melalui pihak ketiga (kontraktor).
Untuk program pemeliharaan yang akan dilaksanakan dengan cara
kontraktual dibuat oleh dinas/pengelola irigasi dengan menggunakan
Blanko 05-P.
g. Pelaksanaan Pemeliharaan
Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan berdasarkan detail desain
dan rencana kerja yang telah disusun oleh Dinas/Pengelola
irigasi bersama perkumpulan petani pemakai air. Adapun waktu
pelaksanaannya menyesuaikan dengan jadwal pengaturan air dan
masa pengeringan yang telah disepakati bersama dan ditetapkan
oleh Bupati/ Walikota/Gubernur sesuai kewenangannya.
Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :
h. Persiapan Pelaksanaan Pemeliharaan
Sebelum kegiatan pemeliharaan dilaksanakan perlu dilakukan
sosialisasi kepada petani pemakai air sebagai anggota
P3A/GP3A/IP3A, tentang waktu, jenis kegiatan, jumlah tenaga,
bahan, peralatan yang harus disediakan dan disesuaikan dengan
jenis, sifat pemeliharaan dan tingkat kesulitannya.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-17
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

a) Pekerjaan pemeliharaan yang akan dilaksanakan oleh


Pekarya/GP3A/IP3A perlu dilakukan persiapan yang menyangkut
Pengusulan kebutuhan bahan, penyediaan tenaga, pengaturan
regu kerja, pelatihan praktis mengenai jasa konstruksi dan
jaminan mutu agar tercapainya kualitas pekerjaan sesuai
spesifikasi yang ditetapkan. Untuk pemeliharaan rutin pengamat
mengusulkan kebutuhan bahan menggunakan Blanko 06-P dan
untuk berkala menggunakan Blanko 07- P
b) Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh kontraktor. Disusun
dalam paket paket pekerjaan yang menggambarkan lokasi, jenis
pekerjaan, rencana biaya dan waktu pelaksanaannya. Dalam
perjanjian kontrak kerja antara Dinas/Pengelola irigasi dengan
kontraktor perlu dicantumkan ketentuan yang mengikat antara lain
:
1) Kontraktor harus menggunakan tenaga kerja setempat
kecuali tenaga kerja tersebut tidak tersedia.
2) Adanya kesepakatan bersama antara kontraktor dengan
P3A/GP3A/IP3A mengenai jam kerja, upah kerja dan hal-hal
lainnya.
5.5.3. Pelaksanaan Pemeliharaan
a) P3A/GP3A/IP3A dan atau kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan
pemeliharaan wajib memahami dan menerapkan persyaratan teknis
yang telah ditetapkan oleh Dinas/Pengelola irigasi.
b) Pelaksanaan pemeliharaan tidak mengganggu kelancaran pembagian
air untuk tanaman, artinya pelaksanaannya disesuaikan dengan
jadwal pengeringan dan giliran air.
c) Dinas/Balai Pengelola irigasi wajib menyampaikan kepada
masyarakat pemakai air mengenai rencana pengeringan paling
lambat tiga puluh hari sebelum pelaksanaan pengeringan.
d) Untuk pekerjaaan yang dilaksanakan oleh P3A/GP3A/IP3A agar
sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang dipersyaratkan, perlu
adanya bimbingan dari tenaga pendamping lapangan.
e) Untuk pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor, sebagai kontrol

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-18
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

sosial P3A/GPA3A/ IP3A dapat berperan serta secara swadaya


mengawasi pekerjaan.
f) Setelah pekerjaan perbaikan selesai dikerjakan harus dibuat
berita acara bahwa pekerjaan perbaikan telah selesai dilaksanakan
dan berfungsi baik.

5.5.4. Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan


Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi pada pemeliharaan jaringan irigasi
dilakukan untuk kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan sendiri
secara swakelola ataupun dikontrakkan, baik untuk jenis pengamanan
jaringan irigasi, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan
penanggulangan/ perbaikan darurat.
a) Pemeliharaan Jaringan Irigasi Yang Dilaksanakan Secara Swakelola
Pemantauan untuk pekerjaan pemeliharaan jaringan irigasi yang
dilakukan secara swakelola baik pemeliharaan rutin maupun
pemeliharaan berkala dilakukan oleh Dinas/Pengelola irigasi bersama
P3A/GP3A/IP3A.
Pemantauan dilakukan terhadap realisasi penggunaan sumberdaya
yang meliputi: tenaga kerja, bahan (pelumas, cat dsb.), peralatan
secara berkala dipantau dan dibandingkan dengan program
pemeliharaan rutin atau rencana yang telah ditetapkan dan
dituangkan dalam Blanko 06-P
Waktu pemantauannya dapat ditetapkan harian atau mingguan oleh
Dinas/Pengelola irigasi.
Setiap akhir bulan dilakukan evaluasi untuk penyempurnaan proses
pemeliharaan yang sedang dijalankan di lapangan. Setiap akhir
pekerjaan dilakukan juga evaluasi untuk penyempurnaan kegiatan
pemeliharaan yang akan datang. Hasil evaluasi tersebut dikirimkan
kepada penanggungjawab pekerjaan.
Juru/Pengamat Pengairan mencatat hasil kegiatan pemeliharaan
didalam buku catatan pemeliharaan (BCP).

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-19
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Didalam BCP dapat diketahui bagian bangunan atau ruas saluran


yang sudah dan yang belum dilaksanakan pemeliharaannya.
b) Pemeliharaan Jaringan Irigasi Yang Dilaksanakan Secara Kontraktual
Pemantauan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan jaringan irigasi
yang dilakukan secara kontraktual baik pemeliharaan berkala maupun
perbaikan/penggantian dilakukan oleh Dinas/Pengelola irigasi dengan
melibatkan peran serta P3A/GP3A/IP3A.
5.5.5. Pemantauan Dan Evaluasi Mingguan
Pemantauan dan evaluasi kemajuan pekerjaan dilakukan secara
mingguan. Hal-hal yang dipantau dan dievaluasi secara mingguan antara
lain meliputi :
a) Jenis dan volume pekerjaan;
b) Rencana dan realisasi fisik dan keuangan;
c) Nilai bobot (dlm %) yaitu biaya dibagi volume yang telah
dilaksanakan;
d) Kemajuan hasil pekerjaan;
e) Nilai pelaksanaan (%) yaitu kemajuan hasil pekerjaan dibandingkan
dengan nilai bobot seluruh kegiatan.
5.5.6. Pemantauan Dan Evaluasi Bulanan
Pada setiap akhir bulan, dilakukan pemantauan dan evaluasi bulanan
yang mencakup :
a) Jenis dan volume pekerjaan;
b) Rencana dan realisasi fisik dan keuangan;
c) Nilai bobot (dlm %) yaitu biaya dibagi volume yang telah
dilaksanakan;
d) Kemajuan pekerjaan fisik (volume v.s. Waktu);
e) Nilai tertimbang (%) yaitu bobot kemajuan biaya serta kinerja fisik.
Hasil pemantauan dan evaluasi tersebut terutama ditujukan untuk
keperluan perbaikan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan yang sedang
berjalan. Sedangkan untuk perbaikan perencanaan program
pemeliharaan, pemantauan dan evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir
tahun. Dengan melihat hasil evaluasi tahunan. tersebut, dapat dipelajari
masalah dan kekurangan yang pernah terjadi, sehingga dapat dilakukan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-20
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

perbaikan rencana tahun berikutnya.


Apabila pekerjaan sudah selesai, penilaian hasil pekerjaan dilakukan
terhadap kuantitas dan kualitas pekerjaan. Juga evaluasi dilakukan
terhadap fungsi atau kinerja jaringan irigasi melalui penelusuran jaringan
dan pengujian lapangan (trial run).
5.5.7. Laporan Kemajuan Pelaksanaan
Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dilakukan secara berkala
meliputi :
a) Laporan bulanan
1) Penggunaan bahan swakelola (Blanko 08 –P)
2) Realisasi pekerjaan yang diborongkan (Blanko 09 - P)
b) Laporan Tahunan (Blanko 10-P)
Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dibuat oleh pelaksana
kegiatan dan disampaikan kepada Dinas/pengelola irigasi.

5.6. Indikator Keberhasilan Kegiatan Pemeliharaan


Indikator :
a) Terpenuhinya kapasitas saluran sesuai dengan kapasitas rencana.
b) Terjaganya kondisi bangunan dan saluran : kondisi baik, rusak ringan,
rusak sedang, atau rusak berat, seperti dijelaskan dalam butir 3.2.3.
c) Meminimalkan biaya rehabilitasi jaringan irigasi d) Tercapainya umur
rencana jaringan irigasi.

5.7. Latihan
1. Sumber- sumber pembiayaan pemeliharaan jaringan irigasi berasal
dari!
2. Hal-hal yang dipantau dan dievaluasi secara mingguan antara lain
meliputi!
3. Sebutkan tahapan pelaksanaan pemeliharaan dilakukan!

5.8. Rangkuman
Inventarisasi jaringan irigasi dilakukan untuk mendapatkan data
jumlah, dimensi, jenis, kondisi dan fungsi seluruh asset irigasi serta data

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-21
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

ketersediaan air, nilai asset jaringan irigasi dan areal pelayanan pada
setiap daerah irigasi. Inventarisasi jaringan irigasi dilaksanakan setiap
tahun mengacu pada ketentuan/pedoman yang berlaku. Hasil
inventarisasi diharapkan dapat dipakai untuk pemeliharaan dan
pengelolaan aset irigasi.
Perencanaan pemeliharaan dibuat oleh Dinas/Balai pengelola irigasi
bersama perkumpulan petani pemakai air berdasarkan rencana prioritas
hasil inventarisasi jaringan irigasi.

5.9. Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia


5.9.1. Tugas Pokok dan Fungsi Petugas Pemeliharaan yang Berada di
Lapangan
a) Pengamat/Ranting/UPTD
1) Rapat di kantor setiap bulan untuk mengetahui permasalahan
pemeliharaan, hadir para mantri/ juru pengairan, petugas pintu
air (PPA), petugas operasi bendung (POB) serta P3A/GP3A/IP3A.
2) Menghadiri rapat di kecamatan dan dinas/pengelola irigasi dalam
kegiatan pemeliharaan.
3) Membina P3A/GP3A/IP3A untuk ikut berpartisipasi dalam
kegiatan pemeliharaan.
4) Membantu proses pengajuan bantuan biaya pemeliharaan yang
diajukan P3A/GP3A/IP3A.
5) Membuat laporan kegiatan pemeliharaan ke Dinas/Balai.
b) Mantri/Juru
1) Membantu kepala ranting untuk tugas-tugas yang berkaitan
dengan pemeliharaan.
2) Mengawasi pekerjaan pemeliharaan rutin yang dikerjakan oleh
para pekerja saluran (PS) dan petugas pintu air (PPA).
3) Mengawasi pekerjaan pemelihraan berkala yang dikerjakan oleh
Kontraktor.
4) Membuat laporan pemeliharaan mengenai :
(a) Kerusakan saluran dan bangunan air
(b) Realisasi pelaksanaan pemeliharaan rutin maupun berkala

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-22
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

(c) Menaksir biaya pemeliharaan berkala.


5) Bersama masyarakat petani P3A/GP3A/IP3A melakukan
penelusuran jaringan utnuk mengetahui kerusakan jaringan yang
perlu segera diatasi.
6) Menyusun/memilih secara bersama kebutuhan biaya pada
kerusakan yang dipilih atau disepakati.
c) Staf Ranting/Pengamat/UPTD/Cabang Dinas/Korwil
Membantu kepala ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil
dalam pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi.
d) Petugas Operasi Bendung (POB)
1) Melaksanakan pengurasan kantong lumpur;
2) Memberi minyak pelumas pada pintu-pintu air;
3) Melaksanakan pengecatan pintu dan rumah pintu secara periodik;
4) Mencatat kerusakan bangunan dan pintu air pada Blanko
pemeliharaan; dan
5) Membersihkan semak belukar di sekitar bendung.
e) Petugas Pintu Air (PPA)
1) Memberi minyak pelumas pada pintu air;
2) Melaksanakan pengecatan pintu dan rumah pintu secara periodik;
3) Membersihkan endapan sampah di sekitar bangunan
sadap/bagi-sadap dan di sekitar alat pengukur debit;
4) Mencatat kerusakan bangunan air/pintu air pada Blanko
pemeliharaan; dan
5) Memelihara saluran sepanjang 50 m di sebelah hilir bangunan
sadap.
f) Pekerja/Pekarya Saluran (PS)
1) Membersihkan saluran dari gangguan rumput, sampah, dan
lain-lain (misal hewan dan ternak);
2) Membersihkan endapan dan sampah di sekitar bangunan penting
(bangunan bagi, siphon, talang dll);
3) Menutup bocoran kecil di sepanjang saluran termasuk
pengambilan air tanpa izin (liar).
4) Merapikan kemiringan talud saluran;

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-23
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

5) Menghalau ternak (kerbau dll) supaya tidak masuk dan merusak


saluran; dan
6) Melaporkan kalau ada kerusakan saluran yang cukup parah.
5.9.2. Kebutuhan Tenaga Pelaksana Operasi & Pemeliharaan
a) Kepala Ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil: 1 orang + 5
staff per 5.000 – 7.500 Ha.
b) Mantri / Juru pengairan: 1 orang per 750 – 1.500 Ha.
c) Petugas Operasi Bendung (POB) : 1 orang per bendung, dapat
ditambah beberapa pekerja untuk bendung besar.
d) Petugas Pintu Air (PPA) : 1 orang per 3 – 5 bangunan sadap dan
bangunan bagi pada saluran berjarak antara 2 - 3 km atau daerah
layanan 150 sd. 500 ha.
e) Pekerja/pekarya Saluran (PS) : 1 orang per 2-3 km panjang saluran.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-24
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

5.10. Kompetensi Petugas Pemeliharaan


Tabel 8. Kompetensi Petugas Pemeliharaan
Pendidikan
Jabatan Kompetensi Fasilitas
Minimal
Kepala Ranting/ Mampu
pengamat/ melaksanakan Sarjana Muda / D- Mobil pick up
UPTD/ cabang tupoksi untuk areal III Teknik Rumah dinas
dinas/ korwil/ irigasi 5.000-7.500 Sipil Alat komunikasi
Pengamat Ha
Mampu
melaksanakan
Juru / Mantri Sepeda motor
tupoksi untuk areal STM Bangunan
Pengairan Alat komunikasi
irigasi 750-1.500
Ha
Mampu
Petugas Operasi Sepeda
melaksanakan ST, SMP
Bendung Alat komunikasi
tupoksi
Mampu
Sepeda
Petugas Pintu Air melaksanakan ST, SMP
Alat komunikasi
tupoksi
Mampu
Pekerja/Pekarya
melaksanakan SD Alat kerja pokok
saluran
tupoksi

5.11. Latihan
a. Sebutkan tugas pokok dan fungsi Pengamat/Ranting/UPTD!
b. Sebutkat tugas pokok dan fungsi mantri/juru!
c. Sebutkat tugas pokok dan fungsi petugas Operasi Bendungan!

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-25
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

5.12. PENJELASAN BLANKO PEMELIHARAAN


5.12.1. Bagan Alir Tahapan Kegiatan Pemeliharaan
Pada dasarnya kegiatan pemeliharaan memenuhi proses
manajemen pada umumnya, yaitu dimulai dengan perencanaan
dilanjutkan dengan pelaksanaan dan diakhiri dengan kegiatan monitoring
dan evaluasi untuk mengetahui gap antara target yang direncanakan
dan realisasi pelaksanaan dalam rangka perbaikan kegiatan berikutnya.
Untuk itu perlu dibuatkan bagan alir tahapan kegiatan pemeliharaan
seperti tertuang dalam lampiran 1).

5.13. Blanko Pemeliharaan


Dalam rangka pemelihraan irigasi telah dibangun 10 Blanko
pemeliharaan dalam rangka memudahkan pelaksanaan pemeliharaan.
Blanko pemeliharaan seperti tertuang dalam lampiran 2). Dijelaskan
dalam latihan.

5.14. Blanko Inventarisasi


Dalam rangka mengetahui aset irigasi telah disiapkan Blanko
inventarisasi seperti tertuang dalam lampiran 3). Dijelaskan & latihan
pengisian.

5.15. Buku Catatan Pemeliharaan


Hasil kegiatan pemeliharaan tahunan perlu dicatat sebagai informasi
untuk pemeliharaan tahun berikutnya yang dituangkan dalam Buku
Catatan Pemeliharaan seperti terlihat dalam lampiran 4). Dijelaskan &
latihan pengisian

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-26
MANUAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-xxvii

Anda mungkin juga menyukai