Anda di halaman 1dari 24

PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB.

BANGKA SELATAN PROVINSI


KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB IV

HASIL SURVEI DAN ANALISA

4.1. SISTEM IRIGASI UTAMA


4.1.1. Kondisi Fisik dan Kinerja Prasarana Fisik

Kondisi fisik jaringan irigasi sangat mempengaruhi kinerja sistem irigasi, kondisi fisik
tersebut meliputi : kondisi saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier, bangunan
pelengkap (terjunan, bangunan silang, jembatan dan lain-lainnya), bangunan bagi,
bangunan bagi-sadap, bangunan sadap dan bangunan pengukur debit. Berdasarkan
survei inventarisasi secara umum kondisi fisik telah mengalami penurunan sejak awal
dibangun sampai sekarang.

Perbaikan sering dilaksanakan, tetapi dalam tingkat skala kecil dan parsial (setempat),
sehingga tidak mampu menyelesaikan permasalahan secara tuntas yaitu tingginya
kehilangan air di saluran/efisensi jaringan irigasi. Keandalan prasarana jaringan
merupakan inti dari kegiatan irigasi. Keandalan prasarana jaringan irigasi dicirikan
dengan proses penyadapan, pengaliran, pembagian dan pemberian ke daerah layanan
dapat efektif dan efisien tanpa mengenal cara dan waktu. Cara dan waktu pemberian
air tergantung kepada pengelola jaringan berdasar pola dan tata tanam.

Kerusakan jaringan irigasi akan mengakibatkan gangguan terhadap fungsi pelayanan


sehingga air irigasi tidak sepenuhnya dapat diberikan ke daerah layanan. Kerusakan
ringan didefinisikan sebagai gangguan fisik bangunan tetapi tidak mengganggu proses
penyadapan, pengaliran, pembagian dan pemberian air irigasi ke daerah layanan.
Kerusakan sedang dapat mengganggu proses pemberian yang tidak sesuai dengan
permintaan dan Kerusakan berat dicirikan dengan air irigasi tidak dapat diterima
daerah layanan sama sekali.

Hirarki pemberian air irigasi ke daerah layanan dimulai dari bangunan sadap utama
(bendung), saluran, bangunan bagi/sadap/bagi sadap dan bangunan pengatur dan
pengukur debit. Nilai total Kerusakan jaringan irigasi (100%) merupakan
penjumlahan kerusakan masing-masing bangunan dengan prosentase, dimana
prosentase nilai kerusakan tersebut berturut-turut sebesar 50%, 20%, 10% 15% dan

LAPORAN AKHIR IV - 1
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

5% untuk bendung, saluran, bangunan, tanggul dan jalan inspeksi, dan bangunan ukur
debit.

1. Bangunan Utama
D.I Rias terdapat 4 lokasi bangunan pengambilan, yaitu:
- Bendung Metukul (2.307 Ha)
- Bendung Pumpung (500 Ha)
- Free intake Kolong Yamin (186 Ha)
- Free intake Temayang (40 Ha)

Bendung Metukul terletak di Desa Rias Kecamatan Toboali yang berjarak sekitar 11
km dari Kota Toboali. Bendung ini dibangun tahun 2017. Adapun data teknis
Bendung ini adalah sebagai berikut.

- Luas baku D.I. Rias : 3.035 ha


- Luas potensial : 3.000 ha
- Luas fungsional : 2.251 ha
- Lebar bendung : 26 m
- Elevasi mercu bendung lama : +3,87 m
- Luas tampungan lama : 198 ha
- Elevasi mercu bendung baru : +4,437 m
- Luas tampungan baru : 204 ha
- Timbunan tanggul kiri : 1,8 km
- Timbunan tanggul kanan : 8 km
- Spone pile : 63 titik
- Steel site pile : 105 titik
- Jumlah pintu pembagi : 16 buah
- Jumlah pintu penguras : 4 buah
- Jumlah pintu intake : 2 buah
- Debit intake kiri : 2,05 m3/detik
- Debit intake kanan : 0,942 m3/detik

Bendung Metukul berada dalam DAS Bikang mempunyai wilayah tangkapan air
(catchment area) seluas 65 km2 dengan luas genangan 2, 4 km 2. Bendung ini dapat
menampung 1,88 juta m3 dengan debit inflow 100th sebesar 208,52 m3/det serta debit
outflow sebesar 26,4 m3/det.

LAPORAN AKHIR IV - 2
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Adapun data saluran D.I. Rias (3.035 ha) adalah sebagai berikut.

- Saluran primer : 19.305,36 m


- Saluran sekunder : 5.061,1 m
- Saluran tersier : 47,9884 m
- Saluran pembuang : 51,052 m
- Saluran suplesi : 2.700 m

Gambar 4.1. Lokasi Bendung Metukul pada DAS Bikang

Adapun hasil inventarisasi pada bangunan utama yaitu Bendung Metukul sebagai
berikut.

a. Bendung Metukul

LAPORAN AKHIR IV - 3
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Gambar 4.2. Mercu Bendung


Bendung Metukul memiliki lebar mercu 26 m dengan tipe bulat. Konstruksi
mercu bendung masih dalam keadaan utuh dan berfungsi dengan baik. Pada saat
survei inventarisasi, tidak ditemukan kerusakan yang berarti pada bangunan sipil
mercu.
b. Sayap Bendung

Gambar 4.3. Sayap Bendung


Konstruksi bangunan sipil pada sayap bendung masih dalam keadaan utuh dan
berfungsi dengan baik.

c. Pagar Pengaman dan Jembatan

LAPORAN AKHIR IV - 4
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Gambar 4.4. Pagar Pengaman dan Jembatan Bendung


Berdasarkan hasil inventarisasi kondisi Bendung Metukul terdapat pagar
pengaman sepanjang tubuh dan sayap bendung. Kondisi pagar tersebut sangat
baik. Selain itu, jembatan di atas bendung juga dalam kondisi baik dan berfungsi
dengan baik.
Tabel 4.1. Penilaian dan Skor Kinerja Bangunan Utama Pada Sistem Irigasi Utama

2. Penilaian Kondisi Fisik Saluran Pembawa


Pada saat survei inventarisasi sepanjang saluran Metukul, terdapat beberapa kerusakan
yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2. Inventarisasi Saluran Bendung Metukul

LAPORAN AKHIR IV - 5
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LAPORAN AKHIR IV - 6
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Pada umumnya, kondisi saluran pembawa tidak diplester dan ditumbuhi semak liar.
Sehingga diperlukan penanganan berupa perawatan plester dan pembersihan saluran
dari semak liar. Untuk kapasitas saluran membawa debit kebutuhan masih bekerja
dengan baik.
Tabel 4.3. Rekapitulasi Penilaian dan Skor Kinerja Saluran Pembawa Sistem Irigasi Utama
D.I. Rias

LAPORAN AKHIR IV - 7
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Berdasarkan tabel di atas, saluran pembawa D.I. Rias dengan kondisi saluran
pembawa sistem irigasi utama sebesar 80,53%. Yang artinya kondisi saluran
pembawa saat ini dalam keadaan baik, hanya perlu perawatan secara rutin seperti
pembersihan semak liar, plesteran, dan pengecatan pada tanggul.
3. Bangunan Pada Saluran Pembawa
Berdasarkan hasil penelusuran, terdapat bangunan yang memiliki kondisi baik. Hal ini
disebabkan kurangnya pemeliharaan secara rutin maupun berkala. Adapun beberapa
contoh kondisi bangunan berdasarkan hasil survei inventarisasi sebagai berikut.
Tabel 4.4. Inventarisasi Bangunan Pada Saluran Pembawa D.I. Rias

LAPORAN AKHIR IV - 8
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LAPORAN AKHIR IV - 9
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Tabel 4.5. Rekapitulasi Penilaian dan Skor Kinerja Bangunan Pada Saluran Pembawa Sistem
Irigasi Utama

Berdasarkan hasil penelusuran di lapangan dan analisa perhitungan kinerja, hasil


penelusuran kinerja bangunan pada saluran pembawa sistem irigasi utama D.I. Rias
mencapai indeks kondisi sebesar 75,77% dengan bobot final mencapai 7,10.
4. Saluran Pembuang dan Bangunannya
Permasalahan akan muncul apabila ketersediaan air tidak mencukupi permintaan,
namun di samping faktor ketersediaan air, kondisi dan fungsi saluran pembuang dan
bangunan-bangunan pembuangnya juga dapat memunculkan permasalahan lain, salah
satunya yaitu terjadinya banjir, oleh karenanya banjir perlu diantisipasi oleh petani
dan pengelola dengan pengelolaan saluran drainase dan perlu penutupan pintu
penyadapan di bendung, dan bangunan-bangunan pembuang di saluran induk. Dengan
ini kinerja pada saluran dan bangunan-bangunan pembuang harus lebih dioptimalkan.
Adapun penilaian kinerja bangunan dan saluran pembuang pada D.I. Rias adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.6. Rekapitulasi Penilaian dan Skor Kinerja Saluran Pembuang dan Bangunannya

LAPORAN AKHIR IV - 10
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Berdasarkan tabel di atas, saluran pembuang dan bangunannya pada D.I. Rias masih
berfungsi dengan baik dengan indeks kondisi 74,94%. Namun tetap dilakukan
pemeliharaan rutin dan berkala seperti perbaikan yang berlubang dan plesteran pada
bangunan yang retak.

5. Jalan Masuk/Inspeksi
Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi dan pembuang oleh Instansi Pengelola. Masyarakat boleh menggunakan jalan-
jalan inspeksi ini untuk keperluan-keperluan tertentu saja.
Apabila saluran dibangun sejajar dengan jalan umum didekatnya, maka tidak
diperlukan jalan inspeksi di sepanjang ruas saluran tersebut. Biasanya jalan inspeksi
terletak di sepanjang sisi saluran irigasi. Jembatan dibangun untuk saling
menghubungkan jalan-jalan inspeksi di seberang saluran irigasi/pembuang atau untuk
menghubungkan jalan inspeksi dengan jalan umum.
Adapun penilaian kinerja jalan masuk/inspeksi D.I. Rias dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.7. Rekapitulasi Penilaian dan Skor Kinerja Jalan Masuk/Inspeksi

Hasil penilaian kinerja pada jalan masuk D.I. Rias diperoleh indeks kondisi 74,94%
dengan bobot final sebesar 2,88. Artinya kondisi jalan masuk/inspeksi pada D.I Rias
baik.
6. Kantor, Perumahan, dan Gudang
Instansi atau Unit Pengelola yang bertanggungjawab dalam kegiatan operasi dan
pemeliharaan bangunan utama dan bangunan pengatur Bendung Metukul secara
langsung adalah Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan SDA BBWS Sumatera VIII
melalui pengamat pengairan, Toboali, Kabupaten Bangka Selatan. Secara fisik
bangunan kantor tersebut masih dalam kondisi baik dan layak untuk ditempati.

Tabel 4.8. Rekapitulasi Penilaian dan Skor Kinerja Kantor, Perumahan, dan Gudang

LAPORAN AKHIR IV - 11
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Berdasarkan hasil penilaian dan skor kinerja di atas, Kantor Pengamat/UPTD D.I.
Rias masih berfungsi dengan baik. Pada D.I. Rias tidak terdapat gudang. Untuk skor
kantor, perumahan dan gudang diperoleh indeks kondisi 63,33% dengan bobot final
2,85.

4.1.2. Kinerja Produktivitas Tanam


Ketersediaan secara kuantitatif banyak dipengaruhi oleh aspek hidroklimatologi dan
vegetasi. Biasanya tingkat ketersediaan air dinyatakan dengan keandalan debit tersebit
tersedia (debit andalan).
Ketersediaan air pada sistem jaringan irigasi diperoleh dari Sungai Gusung melalui
Bendung Metukul yang dimanfaatkan untuk irigasi. Oleh karena itu keandalan
ketersediaan air D.I. Rias untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sangat tergantung
pada tingkat keandalan Sungai Batang Anai. Rencana pola tata tanam bertujuan untuk
meningktakan efisiensi penggunaan air dan menambah luasan serta intensitas
tanaman, rencana pola tata tanam disesuaikan dengan pola tata tanam yang sudah
berjalan dengan mempertimbangkan kondisi ketersediaan air, lahan tersedia dan
tingkat ekonomis tanaman yang berlaku.
Kinerja pelayanan air meliputi: tingkat kecukupan air dan tingkat ketetapan
memperoleh air. Rencana penyediaan air tahunan dibuat oleh instansi teknis tingkat
kabupaten/tingkat provinsi sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketersediaan
air (debit andalan) dan mempertimbangkan usulan rencana tata tanam dan rencana
kebutuhan air tahunan, kondisi hidroklimatologi.

LAPORAN AKHIR IV - 12
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Adapun penilaian kinerja pada ketersediaan air dan indeks pertanaman pada Daerah
Irigasi Rias sebagai berikut.
Tabel 4.9. Rekapitulasi Penilaian dan Skor Kinerja produktivitas Tanam Sistem Irigasi Utama

Adapun beberapa penilaian kinerja produktivitas tanam dinilai berdasarkan tingkat


kinerja pemenuhan kebutuhan air, dimana hal ini berdasarkan pada tingkat kecukupan
air dan tingkat ketepatan pemberian air.

4.1.3. Kinerja Sarana Penunjang


1. Peralatan OP
Peralatan OP pada daerah irigasi sangat berpengaruh penilaiannya terhadap kinerja
operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Peralatan di kantor yang sangat
dibutuhkan seperti meja, kursi, computer, printer, plotter, dan lainnya harus
terpenuhi guna memadai kinerja Tenaga OP.
Selain itu, peralatan untuk pekerjaan di lapangan seperti cangkul, linggis, senter,
martil, gerobak, dan lainnya juga diperhitungkan agar Mantri/Juru dapat bekerja
dengan baik.
Alat – alat dasar untuk pemeliharaan rutin seperti: cangkul, sekop, kunci pintu
operasional bangunan bagi/bagi-sadap/sadap, lampu penerangan dalam kondisi rusak
namun cukup lengkap. Pada kondisi ini upaya yang harus dilakukan yaitu membeli

LAPORAN AKHIR IV - 13
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

peralatan baru dan disimpan dalam gudang agar tidak mudah rusak. Alat-alat kantor
pelaksana operasional seperti: meja, bangku, map folder, lemari berangkas, madding
dalam kondisi rusak ringan namun masih layak digunakan. Upaya yang dapat
dilakukan yaitu penambahan alat yang kurang dan perbaikan pada alat – alat kantor
yang rusak agar dapat digunakan dengan baik oleh para pelaksana operasional.
2. Transportasi
Dalam menjalankan tugasnya Mantri/Juru Pengairan perlu diberi fasilitas kendaraan
bermotor. Untuk keperluan sebagai berikut :
a. Penelusuran jaringan irigasi. melihat kondisi/Kerusakan Jaringan irigasi;
b. Monitoring pembagian dan pemberian air ke petak tersier;
c. Mengikuti kegiatan di tingkat Kecamatan (rapat koordinasi).
d. Penyuluhan P3A/GP3A/IP3A di lapangan.

Hasil inventarisasi di lapangan pengamat saat ini belum memiliki alat transportasi
sepeda motor, selama ini pengamat menggunakan sepeda motor milik pribadi dalam
kegiatan di lapangan sehingga perlu pengadaan sepeda motor dinas.

3. Alat-Alat Kantor Pengamat/UPTD dan Alat Komunikasi


Adapun alat komunikasi yang digunakan di Kantor UPTD Metukul dalam kegiatan
operasi harian menggunakan handphone/ponsel yang dimiliki masing-masing
personil, alat komunikasi dinilai cukup efektif dan cukup efisien dalam kegiatan
koordinasi dan komunikasi. Jaringan komunikasi melalui perangkat handphone saat
ini dipergunakan dalam kegiatan operasi harian dan juga dimanfaatkan dalam
kegiatan pemantauan banjir. Untuk lebih memperlancar arus komunikasi data perlu
dipertimbangkan pemanfaatan teknologi wireless.

Tabel 4.10. Rekapitulasi Penilaian dan Skor Kinerja Sarana Penunjang Sistem Irigasi Utama

LAPORAN AKHIR IV - 14
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Berdasarkan hasil analisa, kondisi sarana penunjang pada D.I Rias jelek, dengan
indeks kondisi 58,41%. Alat komunikasi pada UPTD tidak memadai, Petugas OP
menggunakan peralatan dan jaringan komunikasi seadanya yaitu menggunakan ponsel
pribadi dan jaringan komunikasi pribadi.

4.1.4. Kinerja Organisasi Personalia


Kinerja jaringan irigasi dapat dilihat dari pengelolaan jaringan irigasi berdasarkan
ketersediaan sumber daya manusia atau kondisi organisasi personalianya, disamping
itu juga biaya OP sebagai penunjang kelestarian fungsi dan ketersediaan air yang
mencukupi permintaan sepanjang tahun, karena pengelolaan jaringan irigasi
merupakan pekerjaan yang tidak mudah untuk dilaksanakan.
Di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.12/PRT/M/
Tahun 2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi menjelaskan bahwa
: Kepala Ranting/pengamat/UPTD/cabang dinas/korwil : 1 orang + 5 staff per 5.000 –
7.500 Ha, Mantri / Juru pengairan : 1 orang per 750 – 1.500 Ha, Petugas Operasi
Bendung (POB) : 1 orang per bendung, dapat ditambah beberapa pekerja untuk
bendung besar, Petugas Pintu Air (PPA) : 1 orang per 3 – 5 bangunan sadap dan
bangunan bagi pada saluran berjarak antara 2 - 3 km atau daerah layanan 150 sd. 500
ha. Namun pada hasil inventarisasi di lapangan pada data sumber daya manusia
UPTD D.I Rias, jumlah tenaga OP yang berstatus PNS hanya 1 orang yang terdiri dari
Kepala UPTD. Adapun rincian tenaga OP D.I. Rias dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.11. Rekapitulasi Penilaian dan Skor Kinerja Organisasi Personalia

LAPORAN AKHIR IV - 15
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Berdasarkan hasil analisa pada tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa Tenaga OP D.I
Rias yang berstatus PNS sangat kurang, hanya terdiri dari 1 orang saja. Bahkan
Tenaga OP non PNS juga masih kurang, sehingga dibutuhkan tenaga OP pada D.I.
Rias agar pekerjaan OP di D.I Rias terpenuhi.

4.1.5. Kinerja Dokumentasi


Pada saat survei dan investigasi ke kantor UPTD/Pengamat Pengairan D.i Rias, dalam
kantor terdapat gambar peta di dinding kantor, skema DI, skema bangunan, peta
ikhtisar, data P3A, dan data pendukung lainnya. Namun tidak ditemukannya Asbuilt
Drawing di kantor tersebut.
Adapun hasil analisa dan perhitungan penilaian dan skor kinerja dokumentasi yang
ada di Kantor Pengamat Pengairan dan UPTD yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.12. Rekapitulasi Penilaian dan Skor Kinerja Dokumentasi

4.1.6. Kinerja GP3A/IP3A


Untuk mendukung program pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional
salah satunya adalah peningkatan disektor pertanian yang berupa pembangunan
bangunan air dan jaringannya. Hal tersebut perlu diadakan pemanfaatan air irigasi

LAPORAN AKHIR IV - 16
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

yang tepat guna, perlu juga adanya pengelolaan air dalam petak tersier dan jaringan
utama serta operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi sebaik-baiknya. Tanpa adanya
usaha secara menyeluruh maka manfaat dari bangunan saluran dan jaringan utama
tidak akan tercapai.
Adapun penilaian dan skor kinerja GP3A dan IP3A sistem irigasi utama D.I Rias yang
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.13. Rekapitulasi Penilaian dan Skor Kinerja GP3A/IP3A D.I Rias

4.2. SISTEM IRIGASI TERSIER


4.2.1. Kinerja Prasarana Fisik
Pada pembahasan sebelumnya mengenai kinerja prasarana fisik system irigasi utama,
sama halnya dengan system irigasi tersier. Sistem irigasi tersier mencakup tentang
kualitas kinerja pada saluran tersier. Penilaian ini lebih mengacu kepada fungsi,
kondisi, dan kinerja saluran dan bangunan tersier.
Berdasarkan hasil penelusuran jaringan irigasi tersier, dapat kondisi kinerja saluran
tersier pada Bendung Metukul sebagai berikut.
Tabel 4.14. Rekpaitulasi Penilaian dan Skor Kinerja Prasarana Fisik Sistem Irigasi Tersier

LAPORAN AKHIR IV - 17
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Berdasarkan hasil analisa dan penilaian di atas, indeks kinerja prasarana fisik sistem
irigasi tersier D.I. Rias mencapai 63,75% dengan bobot final 8,96. Artinya kondisi
prasarana fisik sistem irigasi tersier buruk dan perlu perawatan.
4.2.2. Produktivitas Tanam

LAPORAN AKHIR IV - 18
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Pengembangan sistem irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab perkumpulan
petani pemakai air. Artinya, segala tanggung jawab pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi di tingkat tersier menjadi tanggung jawab lembaga Perkumpulan Petani
Pemakai Air atau P3A.
Adapun penilaian kinerja pada ketersediaan air dan indeks pertanaman pada Daerah
Irigasi Rias sebagai berikut.
Tabel 4.15. Rekapitulasi Penilaian dan Skor Kinerja Produktivitas Tanam Sistem Irigasi
Tersier

Berdasarkan hasil analisa dan penilaian di atas, indeks klinerja produktivitas tanam
sistem irigasi Tersier D.I. Rias mencapai 65,00% dengan bobot final 5,85. Artinya
ketersediaan air pada sistem irigasi tersier pada petak tertentu belum terpenuhi.

4.2.3. Kondisi Operasi dan Pemeliharaan


Untuk penilaian kondisi OP, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan yang
terdiri dari
1. Bobolan (pengambilan liar) dari saluran induk, sekunder, dan tersier

LAPORAN AKHIR IV - 19
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

2. Giliran Pembagian Air Pada Waktu Debit Kecil


3. Pembersihan Saluran Tersier
4. Perlengkapan Pendukung OP

Adapun penilaian dan skor kinerja kondisi OP pada sistem irigasi tersier berdasarkan
hasil analisa sebagai berikut.

Tabel 4.16. Rekapitulasi Penilaian dan Skor Kinerja Kondisi OP Sistem Irigasi Tersier

Berdasarkan hasil analisa pada tabel di atas, kondisi OP sistem irigasi tersier
mencapai 12,15 dari skala 20,00. Pada sistem irigasi tersier masih terdapat petani
yang melakukan pengambilan liar dari saluran induk, sekunder, maupun tersier.
Pembersihan saluran tersier juga masih terlihat kurang diberlakukan, dan juga
perlengkapan pendukung operasi dan pemeliharaan juga masih kurang.

4.2.4. Petugas Pembagi Air/Organisasi Personalia


Pengembangan sistem irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab perkumpulan
petani pemakai air. Artinya, segala tanggung jawab pengembangan Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A) adalah kelembagaan yang ditumbuhkan/dibentuk petani
yang mendapat manfaat secara langsung dari pengelolaan air dan jaringan irigasi, air
permukaan, embung dan air tanah untuk mewujudkan sistem pengembangan dan
pengelolaan air irigasi yang baik dan berkelanjutan, diperlukan kelembagaan yang
kuat, mandiri, dan berdaya yang pada akhirnya mampu meningkatkan produktivitas
dan produksi pertanian dalam mendukung upaya peningkatan kesejahteraan petani.
Kelembagaan petani pemakai air adalah lembaga/institusi yang dibentuk oleh petani
dan atau masyakarat dan atau pemerintah yang bertujuan untuk melaksanakan
pengembangan dan atau pengelolaan air irigasi dalam rangka pemenuhan untuk
mencukupi kebutuhan air irigasi di lahan pertanian para petani tersebut.
Tabel 4.17. Rekapitulasi Penilaian dan Skor Kinerja Petugas Pembagi Air/Organisasi
Personalia

LAPORAN AKHIR IV - 20
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

4.2.5. Dokumentasi
Pembangunan D.I. Rias di Kabupaten Bangka Selatan telah dimulai semenjak tahun
1996/1997 dengan membuat bangunan intake yaitu Bendung Metukul. Seiring dengan
perkembangan menjadi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan menjadikannya
sebagai lumbung beras, pada tahun 2003 – 2014 juga telah dilakukan rehabilitasi
Bendung Metukul dan jaringan D.I. Rias.
Berdasarkan survei dan penelusuran di Kantor Pengamat Pengairan Kabupaten
Bangka Selatan, skema bangunan dan jaringan irigasi masih lengkap, peta situasi, dan
foto-foto masih lengkap. Namun, gambar purnalaksana (as built drawing) tidak
ditemukan.
Adapun skor kinerja dokumentasi dari hasil survey dan analisa oleh konsultan dan
kunjungan ke kantor Pengamat Pengairan DI Rias bahwa kinerja dokumentasi DI Rias
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.18. Rekpaitulasi Penilaian dan Skor Kinerja Dokumentasi Sistem Irigasi Tersier D.I.
Rias

4.2.6. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)


Dalam rangka membentuk organisasi pemakai air pada tingkat desa, pemerintah telah
berupaya mengorganisasikan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dengan
memilih para pengurus dari kalangan petani sendiri. Tingkat keaktifan ini dapat

LAPORAN AKHIR IV - 21
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

dipengaruhi oleh tingkat kewengan P3A atas sumber utama yang terbatas. Kinerja
kelembagaan petani dapat dilihat dari struktur kelembagaan petani, dalam hal ini ialah
menyangkut P3A, yang meliputi ketersediaan AD/ART, program kerja. Selain itu
kinerja kelembagaan petani dapat pula dilihat dari prasarana dan keaktifan anggota.
Apabila struktur kelembagaan, prasarana dan keaktifan anggota memadai, misalnya
saja AD/ART tersedia, program kerja berjalan dengan baik, prasarana seperti
peralatan bertani, dan lain sebainya lengkap serta anggota turut aktif dalam kegiatan
yang menyangkut irigasi maka kinerja kelembagaan petani dapat dikategorikan sangat
baik.
Tabel 4.19. Rekapitulasi Penilaian dan Skor Kinerja P3A Sistem Irigasi Tersier

Daeri hasil surbei dan pertemuan dengan P3A kondisi fisik jaringan irigasi D.I Rias
sudah mengalami penurunan. Hal ini disebabkan pemeliharaan yang asih kurang baik,
akibat dari dana yang kurang memadai dan factor usia dari fisik jaringan itu sendiri.
Kontribusi Petani dengan P3A sistem irigasi tersier D.I Rias dari hasil survei dan
pertemuan yang diadakan, beberapa yang menjadi kesimpulan terkait dalam
pengembalian fungsi jaringan irigasi bendung Metukul, antara lain:

LAPORAN AKHIR IV - 22
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

1. Perawatan saluran tersier dengan kegiatan galian sedimentasi


2. Perbaikan saluran tersier sesuai kemampuan petani
3. Kontribusi tenaga dan material untuk perbaikan sesuai dengan kemampuan
4. Pemeliharaan bangunan-bangunan pengambilan (bagi sadap/bagi/sadap)

4.3. KINERJA SISTEM IRIGASI D.I. RIAS


Di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.12/PRT/M/ Tahun 2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
menjelaskan bahwa evaluasi kinerja sistem irigasi dinilai berdasarkan beberapa parameter
yaitu :
- Prasarana fisik
- Produktivitas tanaman
- Sarana penunjang
- Organisasi personalia
- Dokumentasi
- Kondisi kelembagaan P3A

Evaluasi ini dilaksanakan setiap tahun dengan menggunakan formulir 1 (untuk DI


utuh dalam 1 kabupaten/kota) dan 2 (untuk DI lintas kabupaten/kota) Indeks Kinerja
Sistem Irigasi dengan nilai:

- 80-100 : kinerja sangat baik


- 70-79 : kinerja baik
- 55-69 : kinerja kurang dan perlu perhatian
- < 55 : kinerja jelek dan perlu perhatian
maksimal 100, minimal 55 dan optimum 77,5

Penentuan kinerja individual aset jaringan dapat dinilai oleh petugas operasi dan
pemeliharaan jaringan yang berpengalaman. Untuk aset pendukung yang terdiri atas unsur

kelembagaan, SDM, bagunan gedung, peralatan, dan lahan, kinerjanya ditentukan atas

dasar perbandingan antara keberadaan dan kebutuhan aset pendukung, sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan

LAPORAN AKHIR IV - 23
PENYUSUNAN PAI, IKSI DAN AKNOP PADA D.I. RIAS KAB. BANGKA SELATAN PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Jaringan Irigasi. Adapun hasil analisa penghitungan kami dalam penilaian kinerja Daerah
Irigasi Rias juga dapat dilihat pada rekapitulasi penilaian hasil analisa pada tabel berikut :

Tabel 4.20. Rekapitulasi Penilaian Kinerja Sistem Irigasi D.I Rias

Secara keseluruhan kinerja sistem irigasi D.I. Rias adalah 63,23%, artinya kinerja jaringan
irigasi Bendung Metukul sistem kinerjanya KURANG (antara 55 – 70), hal ini
dikarenakan kondisi produktivitas tanam, sarana penunjang, dokumentasi, dan organisasi
personalia (P3A/GP3A/IP3A) yang masih kurang memadai. Sehingga perlu dilakukan
pemeliharaan. Adapun kondisi saluran yang masih belum terawatt dan ditumbuhi semak
liar.

LAPORAN AKHIR IV - 24

Anda mungkin juga menyukai