IRIGASI
Irigasi sudah dikenal di :
Mesir 4000 SM
China 2000 SM
Indonesia pada Jaman Majapahit
Air irigasi harus meninjau juga kualitas air,
dikarenakan air dapat mengandung:
Lumpur halus
Limbah industri
Zat mineral yang bermanfaat atau berbahaya bagi
tanaman
PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI
Tujuan pemerintah dalam pembangunan
jaringan irigasi :
Pembukaan daerah pesawahan baru
Peningkatan produksi pangan
Pemanfaatan air untuk sungai untuk keperluan
lainnya seperti : Air minum,PLTA, Industri
Untuk pembangunan sarana pengairan terutama
sarana irigasi harus dilakukan
penelitian/penyelidikan yang antara lain :
Ketersediaan air sepanjang tahun
Sifat-sifat tanah didaerah aliran sungai yang airnya
akan dimanfaatkan untuk irigasi yang akan diairi
Topografi daerah pengaliran
Luasan areal yang akan diairi
Janis tanaman pangan
Potensi produksi setiap tanaman pangan
Curah hujan dihulu sungai maupun didataran
rendah
ISTILAH DAN DEFINISI
Irigasi :
adalah usaha penyediaan, pengaturan , dan pembuangan
air irigasi untuk menunjang pertanian, yang jenisnya
meliputi irigasi permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi
pompa dan irigasi tambak
Jaringan Irigasi :
adalah saluran, bangunan dan bangunan pelengkapnya
yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk
penyediaan, pembagian,pemberian, penggunaan dan
pembuangan air irigasi
Daerah Irigasi:
adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu
jaringan irigasi
Jaringan Irigasi Primer
Adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
bangunan utama saluran induk/primer, saluran
pembuangnya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap,
bangunan sadap dan bangunan pelengkapnya
Jaringan Irigasi Sekunder
Adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran
sekunder, saluran pembuangnya, bangunan bagi,
bangunan bagi sadap, bangunan sadap dan bangunan
pelengkapnya
Jaringan Irigasi Tersier
adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari
saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang,
boks tersier,boks kuarter serta bangunan pelengkapnya
Petak tersier
adalah kumpulan petak irigasi yang merupakan
kesatuan dan mendapat air irigasi melalui saluran
tersier yang sama
Petak sekunder
Adalah kumpulan petak tersier yang merupakan
satu kesatuan dan mendapat air irigasi melalui
saluran sekunder yang sama
Petak Primer
Adalah kumpulan petak sekunder yang
merupakan satu kesatuan dan mendapat air irigasi
melalui saluran primer yang sama
Daerah Irigasi Total/Bruto/Baku
Adalah daerah yang tergambarkan dalam peta
situasi dikurangi dengan perkampungan, daerah
yang tidak dapat diairi, jalan utama, rawa-rawa
dan daerah yang tidak akan/bisa dikembangkan
lagi
Daerah fungsional
Adalah bagian dari daerah potensial yang telah
memiliki jaringan irigasi yang telah
dikembangkan.daerah fungsional luasnya sama
dengan atau lebih kecil dari daerah potensial.
Pengembangan Jaringan irigasi
Adalah pembangunan jaringan irigasi baru dan/atau
peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada
Pembangunan jaringan irigasi
Adalah seluruh kegiatan penyediaan jaringan rigasi di
wilayah tertentu yang belum ada jaringan irigasinya
Peningkatan jaringan irigasi
Adalah kegiatan meningkatkan fungsi dan kondisi
jaringan irigasi yang sudah ada atau kegiatan
menambah luas areal pelayanan pada jaringan irigasi
yang sudah ada dengan mempertimbangkan
perubahan kondisi lingkungan daerah irigasi
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
adalah kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi
wadah petani pemakai air dalam suatu daerah
pelayanan irigasi yang dibentuk oleh petani pemakai
air sendiri secara demokratis,termasuk lembaga lokal
pengelola irigasi.
Komisi irigasi
adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara
wakil pemerintah, wakil perkumpulan petani pemakai
air, wakil pengguna jaringan irigasi
PEMBAGIAN KEWENANGAN
Pada UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
pada pasal 41 (penjelasan) bahwa kewenangan
Pengelolaan Jaringan irigasi adalah berdasarkan pada
luasan areal sbb:
Pusat : areal > 3000 Ha
Provinsi :1000 Ha < areal < 3000 Ha
Kabupaten/Kota : areal < 1000 Ha
KLASIFIKASI JARINGAN IRIGASI
Ad. 2 Pola Dan Jadwal Tanam
Ialah susunan rencana penanaman berbagai jenis tanaman
selama satu tahun yang umumnya di di Indonesia
diklasifikasikan dala 3 (tiga) jenis tanaman Padi, tebu dan
palawija
POLA TANAM
Pola tanam adalah gambaran rencana tanam padi,
palawija/ tebu selama kurun waktu 1 ( satu ) tahun.
Berdasarkan pengalaman pola tanam yang sering dipakaI
adalah :
1. Padi – padi – palawija.
2. Padi – padi/palawija – padi.
3. Padi – palawija/tebu – bera.
Pola tersebut biasanya tergantung kepada ketersediaan air
di jaringna irigasi, dan pada daerah yang biasa menanam
tebu pola tersebut dia atas bisa diprogramkan tanaman
tebu.
Ad.3. Rencana Tata tanam/Sistim golongan
Rencana Tata Tanam suatu daerah irigasi adalah suatu
daftar perhitungan atau grafik yang menggambarkan hal-
hal sebagai berikut :
Berapa rencana luas tanam ( padi,palawija, tebu)
Kapan mulai tanam
Kapan diadakan pengeringan saluran
( Kalau dipakai rencana golongan, maka perlu ditentukan
kapan pertama kali dilaksanakan pemberian air untuk
untuk pengolahan tanah dari masing-masing golongan).
Ad.4.Penyiapan Lahan (LP = Land Preparation)
Perhitungan kebutuhan air untuk pengolahan tanah (LP)
sebelum penanaman padi dapat dihitung dengan
pendekatan berdasarkan hasil interpolasi tabel Van de
Goor/ Zijlstra yang dipengaruhi oleh :
Lamanya waktu pengolahan penyiapan lahan
(T : 30 – 45 hari)
Jumlah air yang diperlukan untuk penjenuhan
( S : 250 – 300 mm)
Jumlah air akibat kehilangan karena penguapan dan
rembesan, dengan menggunakan rumus :
M = Eo + P, dimana Eo adalah evaporasi air terbuka,
Eo = 1,1 x ETo
Ad.5.Penggunaan Konsumtif ( Etc)
Perkiraan kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman
diukur dari penguapan tanaman.
Pada penerapan praktis dapat dihitung dengan pendekatan
perkalian evapotranspirasi potensial (Eto) dengan
koefisien tanaman (kc) dengan rumus :
ETc = ETo x kc
Dimana :
ETc = penggunaan konsumtif
ETo = evaporasi potensial
kc = koefisien tanaman
Evaporasi Potensial dipengaruhi oleh :
Temperatur rerata (° C) bulanan/setengah bulanan
Kelembaban relatif rerata (Relative humadity, %)
Kecepatan angin (wind velocity, m/det) acuan setinggi 2 m
di atas tanah
Lamanya penyinaran matahari (Duration o Radiation, %)
Kedudukan meridian (Latitude, ..° , ..', .." )
Koefisien Albedo untuk tanaman acuan (rerumputan
pendek = 0,25)
Ad.6. KOEFISIEN TANAMAN (kc)
Koeisien Tanaman (kc) adalah besaran yang menunjukkan
kebutuhan tanaman akan air untuk pertumbuhan optimal
yang besarnya tergantung kepada tahapan perkembangan
tanaman tersebut
Periode PADI
Tengah NEDECO/PROSIDA FAO KEDELAI
Bulanan Varitas Biasa Varitas Unggul Varitas Biasa Variras Unggul
1 1,20 1,20 1,10 1,10 0,50
2 1,20 1,27 1,10 1,10 0,75
3 1,32 1,33 1,10 1,05 1.00
4 1,40 1,30 1,10 1,05 1.00
5 1,35 1,30 1,10 0,95 0,82
6 1,24 0.00 1,05 0.00 0,45
7 1,12 0,95
8 0.00 0.00
Ad.7 Perkolasi dan rembesan (P = Percolation)
Perkolasi atau gerakan aliran air dalam tanah secara
vertikal ke bawah dan kesamping sebenarnya juga
didapatkan dari hasil penelitian di lapangan, sangat
tergantung pada sifat-sifat tanah dan karakteristik
pengolahannya.
Pada tanah lempung dengan pengolahan yang baik
mempunyai laju perkolasi antar 1-3 mm/hari dan pada
tanah pasiran antara 3-6 mm/hari.
Ad.8. Penggantian Lapisan Air
(WLR = Water Layer Replacement)
Air untuk penjenuhan tanah adalah meliputi air yang dibutuhkan
untuk penyiapan lahan sebesar 250 mm(Padi 1) dan 200 mm(Padi
2) ditambah pergantian lapisan air di sawah sebesar 50 mm
sehingga total menjadi 300 mm untuk padi musim hujan dan 250
mm untuk padi musim kemarau.
Penggantian lapisan air di sawah ( Water Layer Replacement)
setinggai 50 mm selama jangka waktu penyiapan lahan (LP) yaitu,
Jika LP selama 45 hari maka WLR=50 mm/45 hari =1.1 mm/hari
Jika LP selama 30 hari makaWLR=50 mm/30 hari =1.7 mm/hari
Nilai WLR tersebut disusun dalam 2 atau 3 tahapan lama waktu
pengolahan tanah dengan selang tiap 15 harian.
Pertemuan 8
DIMENSI SALURAN
Setelah diketahui kebutuhan air disawah , kita akan
menghitung besarnya debit disaluran tersier, sekunder dan
saluran primer, kemudian menghitung dimensi saluran
dengan cara coba-coba dengan memakai rumus
keseimbangan seperti dibawah ini :
Q = VxA
V = k R 2/3 I ½
A = ( b + mh) h
P = b + 2 h V 1 + m2
R = A/P
Dimana :
Q = debit rencana , m3/det
V = kecepatan saluran (m/det), dengan memakai rumus
Strikler
k = kekasaran saluran dari Strikler, m 1/2/det
R = jari – jari hidrolis, m
I = kemiringan saluran
A = luas penampang saluran, m2
P = luas penampang basah saluran, m2
b = lebar dasar saluran, m
h = tinggi air disaluran ,m
m = kemiringan talud
PENAMPANG/PROFIL MEMANJANG SALURAN
Penampang memanjang saluran dibuat pada tampang
memanjang yang telah dibuat dari hasil pengukuran
lapangan dan setelah mendapatkan data :
Elevasi muka air rencana
Dimensi saluran
Elevasi Bangunan Sadap, Bangunan Bagi, dan Bangunan
Pelengkap
PENAMPANG/PROFIL MELINTANG SALURAN
Pertemuan 12