BAB IV
SISTEM JARINGAN IRIGASI
Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan menjadi empat unsure fungsional
pokok (Anonim/KP-01, 1986 : 8), yaitu :
a. Bangunan-bangunan utama dimana air diambil dari sumbernya, umumnya
sungai atau waduk.
b. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-
petak tersier.
c. Petak-petak tersier dengan system pembagian air dan system pembuangan
kolektif. Air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan
kelebihan air ditampung di dalam suatu sistem pembuangan di dalam petak
tersier.
d. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang
kelebihan air lebih ke sungai atau ke saluran-saluran alamiah.
4.1.2. Tingkatan Jaringan Irigasi
Bab IV - 1
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
Perencanaan lay out jaringan irigasi meliputi pembagian petak tersier, nomenklatur, trase
saluran pembawa dan pembuang, bangunan air dan bangunan pelengkap lainnya sampai ke
sumber air / intake (pengambilan).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembagian petak tersier, diantaranya :
a. Luas petak tersier maksimum 80 ha.
b. Tata letak saluran : terpisah antara saluran irigasi dan drainase.
c. Pertimbangan penentuan batas petak :
1). Disesuaikan kondisi topografi dan batas alam.
2). Dalam satu daerah administrasi desa.
3). Diusahakan pada batas hak milik tanah.
Dasar pertimbangan dalam perencanaan lay out jaringan irigasi antara lain :
a. Memanfaatkan seoptimal mungkin areal potensi yang ada dengan memperhatikan
potensi debit pada sumber air.
Bab IV - 2
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
Bab IV - 3
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
Bab IV - 4
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
P = A + a + b + m.c + d + n.c + f + g + h + Z
Dimana :
P = Muka Air yang dibutuhkan di saluran sekunder
A = Elevasi sawah dengan elevasi yang menentukan
a = Lapisan air di sawah minimal 10 cm
b = kehilangan tinggi energi pada saluran kwarter sampai
sawah 5 cm
c = Kehilangan tinggi energi di boc kwarter 5 cm/boks
d = Kehilangan air pada bangunan pembawa di saluran irigasi
IxL
e = Kehilangan tinggi energi di boks bagi tersier 5 cm
f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong 5 cm
g = kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier
h = variasi muka air = 0.18 h100 (sekitar 0.05 - 30.00 cm)
Z = Kehilangan tinggi energi di bangunan petak tersier
lainnya.
m = Jumlah boks kuarter di trase tesebut
n = Jumlah boks tersier di bangunan tersebut.
= A xa
Dimana :
A = Luas bersih daerah irigasi di sebelah hilir ruas saluran tersebut
(ha )
NFR = Kebutuhan air bersih di sawah. (l/det/ha)
c = koefisien rotasi karena daerah layanan < 10.000 ha maka c = 1
e = Efisiensi
a = Kebutuhan air rencana (l/dt/ha)
Bab IV - 5
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
Dimana :
RWLu = Muka air yang di butuhkan di bangunan sadap hulu
RWLd = Muka air yang dibutuhkan di bangunan sadap hilir
Ho = Jumlah perkiraan kehilangan tinggi energi di
bangunan di ruas bangunan yang bersangkutan
(tidak termasuk bangunan terjun)
3). Kemiringan rencana
Guna memperkecil sedimentasi maka saluran harus dibuat
sedemikian rupa sehingga I;R makin ke arah hilir sama atau
semakin besar, selama pengeplotan titik-titik tidak diperkenankan
melebihi kecepatan dasar rencana.
4). Muka Air Rencana
Muka air rencana di saluran 70% dari debit rencana (Q70%) harus
sama atau lebih tinggi dari muka air yang diperlukan. Muka Air
rencana adalah pada muka air pada Q70% ditambah variasinya
(0.18 x h100%) atau lebih tinggi.
d. Saluran Pembawa
Bab IV - 6
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
Dimana :
Q = Debit Rencana ( m3/dt)
V = kecepatan aliran (m/det)
k = koefisien kekasaran Strickler (m1/3/det)
R = jari jari hidrolis (m)
I = kemiringan dasar saluran
m = kemiringan talud
Debit rencana k
(m3/det) (m1/3/detik)
Q > 10 45.00
5 < Q < 10 42.50
1 < Q < 5 40.00
Q < 1 dan saluran tersier 35.00
Bab IV - 7
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
Bab IV - 8
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
Bab IV - 9
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
e. Saluran Pasangan
Saluran pasangan (lining) yang direncanakan dibangun dimaksudkan
untuk :
Mencegah kehilangan air akibat rembesan
Mencegah gerusan dan erosi
Mengurangi biaya pemeliharaan
Memberi kelonggaran untuk lengkung yang lebih besar
Mempercepat distribusi aliran ke petak-petak, terutama petak
terjauh.
1). Jenis jenis pasangan
Bahan yang dianjurkan dipakai sebagai saluran pasangan :
Pasangan batu
Beton
Tanah
Pasangan batu dan beton sesuai dengan berbagai keperluan, kecuali
untuk per-baikan stabilitas tanggul, sedang pasangan tanah tanah
hanya sesuai untuk pengendalian rembesan dan perbaikan
stabilitas tanggul. Tersedianya bahan di tempat pelaksanaan
konstruksi merupakan faktor yang sangat penting dalam memilih
jenis pasangan. Aliran yang masuk ke dalam retak pasangan
dengan kecepatan tinggi dapat mengeluarkan bahan-bahan
pasangan tersebut. Kecepatan maksimum dibatasi dan berat
pasangan harus memadai untuk mengimbangi gaya tekan ke atas.
2). Perencanaan Hidrolis
Kecepatan-kecepatan maksimum untuk aliran sub kritis pada
saluran pasangan yang dianjurkan adalah :
pasangan batu : 2 m/det
pasangan beto : 3 m/det
pasangan tanah : kecepatan maksimum yang diijinkan
0.8 m/dt
Kecepatan maksimum ijin akan menentukan kecepatan rencana
untuk saluran tanah dengan pasangan campuran. Bilangan Froude
sangat penting untuk pemakaian kecepatan yang tinggi dan
kemiringan saluran yang tinggi. Dengan kriteria bilangan Froude
sebagai berikut :
< 0.55 : aliran stabil
0.55 < Fr < 1.40 : aliran sub kritis
> 1.40 : aliran super kritis
Bab IV - 10
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
f. Saluran Pembuang
Jaringan pembuang direncanakan untuk mengalirkan kelebihan air secara
gravitasi. Saluran pembuang direncanakan di tempat-tempat rendah dan
melalui daerah depresi. Kemiringan alamiah tanah dalam trase ini
menentukan kemiringan memanjang saluran pembuang.
Bila kemiringan dasar terlalu curam dan kecepatan ijin telah terlampaui,
maka perlu ditempatkan bangunan pengatur berupa bangunan terjun.
Kecepatan rencana diambil sama atau lebih kecil sedikit dari kecepatam
maksimum yang diijinkan, karena debit rencana jarang terjadi dan
Bab IV - 11
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
Bab IV - 12
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
a. Bangunan Bagi
Bila air irigasi dibagi dari saluran primer ke saluran sekunder, maka akan
dibuat bangunan bagi yang terdiri dari pintu-pintu sebagai pengukur dan
pengatur muka air. Salah satu dari pintu-pintu bagi berfungsi sebagai
pengatur muka air dan pintu sadap lainnya sebagai pengukur debit.
b. Bangunan Sadap
Bangunan sadap sekunder akan memberi air ke saluran tersier dan
melayani lebih dari satu petak tersier, dimana kapasitas bangunan sadap
lebih dari atau sama dengan 0,25 m3/detik. Dengan menggunakan muka
air rencana yang lebih rendah untuk bangunan sadap, periode peninggian
muka air berkurang. Muka air rencana yang lebih rendah memberikan
fleksibilitas dalam pembagian air irigasi.
Selama musim penghujan, maka ketersediaan air tidak menjadi masalah,
air irigasi lebih baik dieksplotasikan pada persediaan minimum (Q 70%)
dari debit rencana. Untuk pengaturan muka air digunakan bangunan
pengatur berupa pintu sorong.
Q = K.u.a.b.(2.g.h)0.5
Dimana :
Q = debit (m3/det)
u = Koefisien debit
a = Bukaan pintu ( m )
b = Lebar pintu ( m )
g = percepatan gravitasi ( m/dt2 )
h = kedalaman air di depan pintu, m.
Bab IV - 13
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
Dimana :
Q = debit pengaliran (m3/dt)
Cd = koefisien debit
Cv = koefisien kecepatan awal
h1 = tinggi muka air di atas ambang (m)
H1 = tinggi energi hulu (m)
bc = lebar ambang (m)
g = percepatan gravitasi (9.81 m/dt2)
VERTIKAL /
HORISONTAL
H1 = v12/2g + h1
V1 =Q/A
d. Bangunan Terjun
Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan
tanah lebih curam dari kemiringan masimum yang diijinkan. Bangunan
ini mempunyai empat bagian fungsional :
Bab IV - 14
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
e. Gorong-gorong
Dimensi gorong-gorong diperhitungkan berdasarkan debit rencana dan
perhitungan gorong-gorong dirumuskan sebagai berikut :
A = bxh
Dimana :
A = luas penampang (m2)
b = lebar dimensi (m)
h = tinggi (m)
f. Gorong-gorong lingkaran
A= r2
r = jari-jari lingkaran (m)
Bab IV - 15
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
Kecepatan :
V = 1/n . R2/3 I1/2
Dimana :
V = kecepatan aliran (m/det)
n = angka Manning
R = jari-jari hidrolis ( m )
I = kemiringan
Kapasitas debit :
Q = V x A
Dimana :
Q = debit aliran (m3/det)
A = luas penampang (m2)
V = kecepatan aliran (m/det)
Kecepatan aliran :
V1 = Kecepatan aliran pada hulu
V2 = Kecepatan aliran pada hilir
Bab IV - 16
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
P = A + a + b + n.c + d + m.e + f + g + H + z
Dimana :
Bab IV - 17
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
Saluran Saluran
Karakteristik Perencanaan Satuan
Tersier Kuarter
Bab IV - 18
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
M
A w
mR m
1 h 1
V = K x R2/3 x I1/2
R = A/P
A = h (b + m h)
P = b + 2 h ( m2 + 1 )0,5
Q = VxA
n = b/h
dimana :
Q = Debit saluran (m3/dt)
V = Kecapatan aliran (m/dt)
A = Luas penampang basah saluran (m2)
R = Jari-jari hidrolis (m)
P = Keliling basah (m)
b = Lebar dasar saluran (m)
h = Tinggi air (m)
n = Kedalaman – lebar
I = Kemiringan dasar saluran
K = Koefisien kekasaran Strickler (m1/3/dt)
m = Kemiringan talud (horisontal/vertikal)
w = Tinggi jagaan (m)
a. Debit Rencana
Debit drainase rencana dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Bab IV - 19
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
Dimana :
Qd = Debit rencana (lt/dt)
Dm = Modulus pembuang (lt/dt/ha)
Dn
Dm =
( n x 8,64 )
n = Jumlah hari
D(n) = Drainase permukaan selama n hari (mm)
D(n) = R(n) + nx ( IR – Eto – P ) – S
IR = Pemberian air irigasi (mm)
ETo = Evapotranspirasi harian (mm)
P = Perkolasi harian (mm)
S = Tampungan selama hujan (mm)
A = Luas daerah yang dibuang airnya (Ha)
Q = K x A x R2/3 x I½
Dimana :
Q = Debit rencana saluran pembuang (m3/dt)
K = Koefisien kekasaran Strickler (m1/3/dt)
A = Luas penampang basah saluran (m2)
P = Keliling basah saluran (m)
R = Jari-jari hidrolis (m)
I = Kemiringan dasar saluran
Bab IV - 20
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
Saluran Saluran
Karakteristik Perencanaan Satuan Pembuang Pembuang
Tersier Kuarter
Bab IV - 21
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
a. Boks Bagi
Boks bagi direncanakan dari pasangan batu kali, pengaturan debit ke tiap
saluran digunakan rumus ambang lebar sebagai berikut :
garis energi
H1 h1
h2
L
Gambar IV.2. Gambar Boks Bagi
Dimana :
Q = Debit rencana (m3/dt)
Cd = Koefisien debit = 0,85 (untuk harga 0,08 H1/L 0,33)
b = Lebar bukaan ambang (minimum bukaan = 0,20 m dan
maksimum = 0,60 m)
h1 = Kedalaman air di hulu ambang (m)
L = Panjang ambang (m)
H1 = Tinggi energi di hulu ambang (m)
b. Bangunan Terjun
Bangunan terjunan dipakai di tempat-tempat di mana kemiringan medan
lebih besar daripada kemiringan saluran dan diperlukan penurunan muka
air. Bangunan terjunan yang biasa dipakai di saluran tersier adalah
bangunan terjunan tegak dengan beda tinggi (Z) 1 m.
Perencanaan didasarkan pada rumus Etcheverry yang menghasilkan
panjang kolam olak (L) sebagai fungsi tinggi terjun dan fungsi
kedalaman kritis, rumus sebagai berikut :
Dimana :
Bab IV - 22
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
0,30
h1
Z1m
h2
a
0,60
L1 > 3 Z
c. Gorong-Gorong
Mengingat dimensi saluran tersier relatif kecil, maka untuk
merencanakan gorong-gorong konstruksinya digunakan dimensi yang
telah dibakukan di dalam Kriteria Perencanaan (KP) yang diterbitkan
oleh Direktorat Jendral Pengairan tahun 1986.
Bab IV - 23
Laporan Akhir SID Cetak Sawah (400 Ha) di Kecamatan Sambaliung dan
(Final Report) Perluasan Areal Lahan Kering (200 Ha) di Kecamatan
Biatan dan Kecamatan Talisayan
TABEL
Tabel IV.1. Harga-harga koefisien Strickler untuk saluran irigasi tanah...........7
Tabel IV.2. Kemiringan Saluran.................................................................................8
Tabel IV.3. Tinggi jagaan saluran tanpa pasangan.....................................................9
Tabel IV.4. Tinggi jagaan untuk saluran pasangan.....................................................11
Tabel IV.5. Batas Moduler Minimum (H2/H1) pada alat ukur ambang lebar..............14
Tabel IV.6. Kriteria Saluran Pembawa Tanpa Pasangan............................................18
Tabel IV.7. Kriteria Saluran pembuang......................................................................21
GAMBAR
Gambar IV.1. Gambar Saluran Pembawa Tanpa Pasangan................................19
Gambar IV.2. Gambar Boks Bagi...............................................................................22
Gambar IV.3. Gambar Bangunan Terjun....................................................................23
Bab IV - 24