Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

CV. VERTIKAL HORIZON


PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

BAB IV
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN
YANG AKAN DIGUNAKAN
4.1 UMUM

Dalam penyusunan tata letak saluran (layout) suatu sistem jaringan


drainase, harus mengacu pada kriteria desain yang ada, selain itu juga
diperhatikan sistem jaringan yang telah ada (kondisi eksisting) dan
sementara dibangun. Tata letak saluran yang dibuat sebisa mungkin
masih menggunakan trase saluran yang sudah baik yang masih
berfungsi maupun yang sudah tidak berfungsi. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa tanah yang akan digunakan sebagai tempat
saluran tidak mendapat ganti rugi (kompensasi) dan bisa menghemat
biaya pelaksanaan.

4.2 PERENCANAAN TATA LETAK (LAY OUT) SISTEM JARINGAN


DRAINASE

Dalam melakukan perencanaan layout sistem jaringan drainase, ada


beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut :
Sumber air buangan
Diskripsi Lingkungan Fisik
Tata Letak

4.2.1 Sumber Air Buangan

Secara umum sumber-sumber air buangan kota dibagi dalam kelompok-


kelompok (disesuaikan dengan perencanaan air minum yang ada) ,
diantaranya :
dari rumah tangga
dari perdagangan
dari industri sedang dan ringan
dari pendidikan

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 1
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

dari kesehatan
dari tempat peribadatan
dari sarana rekreasi

Untuk menghindari terjadinya pembusukan dalam pengaliran air buangan


harus sudah tiba di bangunan pengolahan tidak lebih dari 18 jam, untuk
daerah tropis.
Dalam perencanaan, estimasi mengenai total aliran air buangan dibagi
dalam 3 (tiga) hal yaitu :
Air buangan domestik : maksimum aliran air buangan domestik untuk
daerah yang dilayani pada periode waktu tertentu.
Infiltrasi air permukaan (hujan) dan air tanah (pada daerah pelayanan
dan sepanjang pipa)
Air buangan industri dan komersial : tambahan aliran maksimum dari
daerah-daerah industri dan komersial.

Pada sistem pengumpulan air buangan yang diperhatikan ada 2 macam air
buangan, yaitu air hujan dan air kotor (bekas). Cara atau sistem buangan
ada 3(tiga), yaitu :

Sistem terpisah
Air kotor dan air hujan dilayani oleh sistem saluran masing-masing secara
terpisah. Pemilihan sistem ini didasarkan atas beberapa pertimbangan
antara lain :
a. Periode musim hujan dan kemarau yang terlalu lama;
b. Kuantitas yang jauh berbeda antara air buangan dan air hujan;
c. Air buangan memerlukan pengolahan terlebih dahulu sedangkan air
hujan tidak perlu dan harus secepatnya dibuang ke sungai yang terdapat
pada daerah yang ditinjau.

Sistem tercampur
Air kotor dan air hujan disalurkan melalui satu saluran yang sama. Saluran

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 2
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

ini harus tertutup. Pemilihan sistem ini didasarkan atas beberapa


pertimbangan, antara lain :
a. Debit masing-masing buangan relative kecil sehingga dapat disatukan;
b. Kuantitas air buangan dan air hujan tidak jauh berbeda;
c. Fluktuasi curah hujan dari tahun ke tahun relative kecil.

Sistem kombinasi
Merupakan perpaduan antara saluran air buangan dan saluran air hujan
dimana pada waktu musim hujan air buangan dan air hujan tercampur
dalam saluran air buangan, sedangkan air hujan berfungsi sebagai
pengencer dan penggelontor. Kedua saluran ini tidak bersatu tetapi
dihubungkan dengan sistem perpipaan interceptor.

Beberapa faktor yang dapat digunakan dalam menentukan pemilihan sistem


adalah :
a. Perbedaan yang besar antara kuantitas air buangan yang akan disalurkan
melalui jaringan penyalur air buangan dan kuantitas curah hujan pada
daerah pelayanan.
b. Umumnya di dalam kota dilalui sungai-sungai dimana air hujan secepatnya
dibuang ke dalam sungai-sungai tersebut.
c. Periode musim kemarau dan musim hujan yang lama dan fluktuasi air hujan
yang tidak tetap.

4.2.2 Diskripsi Lingkungan Fisik

Dalam perencanaan tata letak jaringan drainase, diskripsi lingkungan fisik


merupakan informasi yang sangat penting. Penempatan saluran,
bangunan dan jumlah kerapatan fasilitas tersebut akan sangat
dipengaruhi oleh kondisi daerah rencana. Dalam kaitan ini, maka
kepekaan dalam menginterpretasikan data yang tersedia baik berupa
data sekunder yang berupa peta dasar dan fenomena banjir yang pernah
terjadi, maupun pola aliran alam yang ada. Dimana informasi tentang
pola aliran ala mini juga bias diperoleh dari observasi langsung di

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 3
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

lapangan saat terjadi hujan (banjir).

Diskripsi lingkungan fisik yang dianggap penting diketahui , sesuai


jenisnya dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Tata guna lahan


Merupakan peta yang dapat menggambarkan tentang pola penggunaan
lahan di daerah rencana. Pola penggunaan lahan yang dimaksud harus
mencakup tentang kondisi eksisting maupun rencana pengembangan di
masa mendatang. Informasi tersebut diperlukan untuk menentukan
lingkup sistem drainase yang diperlukan dan untuk merencanakan
drainase yang tingkatnya sesuai dengan kategori tata guna tanah dari
daerah yang bersangkutan.

2. Prasarana lain
Informasi tentang prasarana lain yang dimaksud meliputi jaringan jalan,
air minum, listrik, jaringan telepon dan jairnga lain yang diperkirakan
dapat menyebabkan bottle leck. Ini dimaksudkan sebagai
pertimbangan dalam menentukan trase saluran dan untuk
mengidentifikasi jenis bangunan penunjang yang diperlukan.
3. Topograf
Informasi yang diperlukan untuk menentukan arah
penyaluran/pematusan dan batas wilayah tadahnya.

4. Pola aliran alam


Informasi tentang pola aliran alam diperlukan untuk mendapatkan
gambaran tentang kecenderungan pola letak dan arah aliran alam yang
terjadi sesuai kondisi lahan daerah rencana. Secara tidak langsung
sebenarnya informasi ini dapat diinterpretasikan dari peta topografi
dengancara mengidentifikasi bagian lembah dan punggung. Dimana
pola aliran buangan alam cenderung mengarah pada bagian lembah.
Namun untuk dapat memperoleh hasil informasi yang lebih akurat,
observasi lapangan juga diperlukan. Agar pekerjaan observasi lebih
efisien, hendaknya diidentifikasi terlebih dahulu daerah-daerah yang

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 4
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

akan di survai melalui informasi yang tersedia (data sekunder).

5. Pola aliran pada daerah pembuangan


Daerah pembuangan yang dimaksud adalah tempat pembuangan
kelebihan air dari lahan yang direncanakan (missal : sungai, laut, danau
dan lain-lain). Informasi ini sangat penting terutama berkaitan dengan
penempatan fasilitas outletnya. Elevasi fasilitas outlet harus ditetapkan
di atas muka maksimum daerah pembuangan, sehingga gejala
terjadinya muka air balik (back water) pada rencana saluran drainase
dapat dihindari.

4.2.3 Tata Letak


Dalam pengertian jaringan drainase, maka sesuai dengan fungsi dan
sistem kerjanya, jenis saluran dapat dibedakan menjadi :

a. Interceptor drain
Saluran interceptor adalah saluran yang berfungsi sebagai pencegah
terjadinya pembebanan aliran dari suatu daerah terhadap daerah lain
di bawahnya. Saluran ini biasa dibangun dan diletakkan pada bagian
yang relative sejajar dengan garis kontur. Outlet dari saluran ini
biasanya terdapat di saluran collector atau conveyor, atau langsung di
natural drainage (drainase alam)

b. Collector drain
Saluran collector adalah saluran yang berfungsi sebagai pengumpul
debit yang diperoleh dari saluran drainase yang lebih kecil dan
akhirnya akan dibuang ke saluran conveyor (pembawa).
c. Conveyor drain
Saluran conveyor adalah saluran yang berfungsi sebagai pembawa air
buangan dari satu daerah ke lokasi pembuangan tanpa harus
membahayakan daerah yang dilalui.
Letak saluran conveyor di bagian terendah lembah dari suatu daerah,
sehingga secara efektif dapat berfungsi sebagai pengumpul dari anak
cabang saluran yang ada.

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 5
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

Ada beberapa model tata letak saluran yang akan diterapkan dalam
perencanaan nanti, meliputi :
1. Pola Alamiah
Letak conveyor drain (b) ada di bagian terendah (lembah) dari suatu
daerah (alam) yang secara efektif berfungsi sebagai pengumpul dari
anak cabang saluran yang ada (collector drain), dimana collector maupun
conveyor drain merupakan saluran alamiah.

a a a a
b b

a a a a

a: collector drain
b: conveyor drain

2. Pola Siku
Conveyor drain (b) terletak di lembah dan merupakan saluran alamiah,
sedangkan conveyor drain dibuat tegak lurus dari conveyor drain.

a: collector drain
b: conveyor drain

3. Pola Paralel
Collevtor drain yang menampung debit dari sungai-sungai yang lebih kecil,
dibuat sejajar satu sama lain dan kemudian masuk ke dalam conveyor
drain.

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 6
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

a: collector drain
b: conveyor drain

4. Pola Grid Iron


Beberapa interceptor drain dibuat satu sama lain sejajar, kemudian
ditampung di collector drain untuk selanjutnya masuk ke dalam convetor
drain.

a: Interceptor drain
b: Collector drain
c: Conveyor drain

5. Pola Radial
Suatu daerah genangan dikeringkan melalui beberapa collector drain dari
satu titik menyebar ke segala arah (sesuai dengan kondisi topogrfai
daerah)

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 7
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

6. Pola Jaring-jaring
Untuk mencegah terjadinya pembebanan aliran dari suatu daerah
terhadap daerah lainnya, maka dapat dibuat beberapa interceptor drain
(a) yang kemudian ditampung ke dalam saluran collector (b) dan
selanjutnya dialirkan menuju saluran conveyor.

a: Interceptor drain
b: Collector drain
c: Conveyor drain

4.3 PROSEDUR PERANCANGAN TATA LETAK SISTEM JARINGAN


DRAINASE

Dalam melakukan kegiatan pembuatan layout pendahuluan ini, selain


mengacu pada kriteria desain yang ada, juga harus diperhatikan sistem
jaringan yang telah ada dan sementara dibangun. Hal lain yang harus
diperhatikan dalam pembuatan layout pendahuluan adalah trase saluran
rencana sedapat mungkin mengikuti trase saluran yang ada atau bekas
saluran yang sudah tertimbun. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa tanah yang akan digunakan sebagai tempat saluran tidak
mendapat ganti rugi (kompensasi) dan bisa menghemat biaya

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 8
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

pelaksanaan.

Untuk menjamin berfungsinya suatu sistem jaringan drainase perlu


diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pola arah aliran


Dengan melihat peta topografi kita dapat menentukan arah aliran yang
merupakan natural drainage sistem yang terbentuk secara alamiah, dan
dapat mengetahui toleransi lamanya genangan dari daerah rencana.

2. Situasi dan kondisi fisik kota


Informasi situasi dan kondisi fisik kota baik yang ada (eksisting) maupun
yang sedang direncanakan perlu diketahui, antara lain :
a. Sistem jaringan yang ada (drainase, irigasi, air minum, telepon, listrik,
dsb);
b. Bottle neck yang mungkin ada;
c. Batas-batas daerah pemilikan;
d. Letak dan jumlah prasarana yang ada;
e. Tingkat kebutuhan drainase yang diperlukan;
f. Gambaran prioritas daerah secara garis besar

4.4 Sosialisasi

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan bermanfaat, maka layout


pendahuluan yang telah dibuat tersebut perlu dilakukan pengecekan ke
lapangan dan didiskusikan dengan penduduk setempat yang bermukim
pada lokasi tersebut dan instansi pengelola saluran drainase dengan
melakukan kegiatan penelusuran trase saluran dan rencana lokasi
bangunan.

4.5 Finalisasi Sistem Layout Jaringan (Master Plan) Drainase

Sistem layout jaringan ( masterplan ) drainase Final merupakan sistem


layout jaringan drainase yang telah dikonsultasikan dengan penduduk

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 9
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

setempat yang bermukim di lokasi dan instansi terkait yang melakukan


pengelolaan jaringan drainase kota serta telah dilakukan pengecekan ke
lapangan, dan juga telah disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang
terjadi.

4.6 Pengukuran Topografi

Persiapan dilakukan dengan menyiapkan peralatan survey, blangko


blangko ukur, jadwal pelaksanaan dan peta kerja maupun surat surat
izin lainnya. Personil / tim juru ukur dibagi dan dilengkapi dengan sarana
transpor. Peta peta situasi 1 : 20.000 atau 1 : 10.000 yang sudah ada
perlu diupdating kembali untuk menyesuaikan kondisi terbaru
perkembangan kota, titik referensi diidentifikasi apakah memerlukan
tambahan tambahan. Selanjutnya dikoordinasikan dengan direksi /
proyek. Pengukuran topografi meliputi kondisi eksisting dan rencana
baru. Pengukuran pengukuran tambahan diperlukan pada situasi
situasi bangunan besar dengan skala 1 : 500 atau 1 : 200.

4.6.1 Pengukuran Polygon

Pengukuran ini pada base line yang dibuat disebelah saluran (pada bahu
jalan atau tanggul) melalui patok patok, prosedur sudut polygon diukur
seri ganda (biasa / luar biasa) dengan menggunakan Theodolite NT 1.

4.6.2 Pengukuran Waterpass ( Levelling )

Pengukuran waterpass ini menggunakan alat ukur automatic lavelling


( B2 Sokkhisa dan Topcon ).

4.6.3 Potongan Melintang ( Cross Section )

Cross Section dilakukan setiap interval 100 m dan 50 m pada belokan.


Metode yang digunakan adalah stadia survey dimana titik Cross jalur
sudah dikontrol elevasinya dengan alat Automatic Levelling.

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 10
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

Sketsa sketsa dan koreksi data harus dilakukan pada saat itu juga agar
hal hal yang detail tidak terlewatkan atau terlupakan.
4.6.4 Pemasangan Bench Mark (BM)

Pemasangan Bench Mark di lakukan pada tempat tempat yang aman


dan diikat kesistem koordinat yang ada. Konstruksi BM dibuat dari beton
bertulang dan ditandai dengan kode BM.

Semua hal tersebut di atas dimaksudkan agar dalam penyusunan tata


letak sistem jaringan drainase tidak terjadi pertentangan kepentingan
(conflict of interest)
Dan pada akhirnya dalam menentukan tata letak dari jaringan drainase
bertujuan untuk mencapai sasaran sebagai berikut :
a. Sistem jaringan drainase dapat berfungsi sesuai tujuan (sasaran)
b. Menekan dampak lingkungan (negatif) sekecil mungkin
c. Dapat bertahan lama (awet) ditinjau dari segi konstruksi dan
fungsinya;
d. Biaya pembangunan serendah mungkin.

4.7 PEMBAGIAN ZONE

Sistem drainase yang ada di Kota Barru saat ini sebagian sudah berfungsi
terdiri dari sub-sub sistem dan sebagian lagi belum berfungsi
sebagaimana mestinya. Untuk mempermudah dalam pengelolaan dan
pemeliharaan, maka sistem drainase yang ada dibagi menjadi beberapa
zone daerah pengaliran.

Dasar pembagian zone didasarkan pada kriteria-kriteria yang telah


disebutkan di atas, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

o Luas daerah pembebanan


o Sedapat mungkin memperhatikan batas-batas administratif
kelurahan
o Bentuk yang optimal

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 11
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

o Kondisi medan
o Jaringan drainase yang ada
o Eksploitasi jaringan

4.8 PENENTUAN DIMENSI SALURAN

Dalam menentukan besarnya kapasitas masing-masing saluran


didasarkan pada besarnya debit pembebanan yang masuk dalam
saluran. Setelah besarnya debit diketahui barulah dilakukan perhitungan
dimensi saluran. Untuk menentukan dimensi penampang pada saluran
drainase digunakan pendekatan-pendekatan rumus-rumus aliran
seragam yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

Dalamnya aliran, luas penampang lintang aliran, kecepatan aliran


serta debit selalu tetap pada setiap penampang lintang;
Garis energi dan dasar saluran selalu sejajar.

Bentuk penampang saluran drainase dapat merupakan saluran terbuka


maupun saluran tertutup tergantung dari kondisi daerahnya.

Rumus kecepatan rata-rata pada perhitungan dimensi penampang


saluran menggunakan rumus manning, karena rumus ini mempunyai
bentuk yang sangat sederhana tetapi memberikan hasil yang
memuaskan, oleh karena itu rumus ini dapat luas penggunaannya
sebagai rumus aliran seragam dalam perhitungan saluran. Adapun
persamaannya sebagai berikut :

V = 1/n. R2/3. S2/3

Q=V.A

A b.h m.h 2 h 2 (n m)

P b 2.h 1 m 2 h (n 2 1 m 2 )

A h (n m)
R
P n 2 1 m2

m=b/h

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 12
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

Dimana :

Q = Debit saluran (m3/det)


V = Kecepatan Aliran (m/det)
A = Potongan melintang (m2)
R = Jari-jari hidrolis (m)
P = Keliling basah (m)
b = Lebar dasar (m)
h = Tinggi air (m)
S = Kemiringan saluran
n = Koefisien manning
m = Kemiringan talud hor/vert

Gambar 4.1 Parameter Potongan Melintang

4.8.1 Bentuk Saluran


Bentuk-bentuk saluran untuk drainase tidak terlampau jauh berbeda
dengan saluran irigasi pada umumnya. Dalam perencanaan dimensi
saluran harus diusahakan dapat memperoleh dimensi tampang yang
ekonomis. Dimensi saluran yang terlalu besar berarti tidak ekonomis,
sebaliknya dimensi saluran yang terlalu kecil, tingkat kerugiannya akan
besar. Ada empat bentuk saluran drainase secara umum, dimana
efektifitas penggunaan yang dikaitkan dengan fungsi saluran adalah
sebagai berikut :

a. Bentuk trapesium, saluran drainase ini umumnya saluran tanah,


tetapi dimungkinkan juga dari pasangan. Saluran ini membutuhkan
ruang yang cukup dan berfungsi untuk pengaliran air hujan, air rumah
tangga maupun air irigasi.

b. Bentuk empat persegi panjang, saluran ini tidak banykak

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 13
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

membutuhkan ruang. Sebagai konsekuensinya, saluran ini harus dari


pasangan atau beton. Bentuk saluran demikian berfungsi sebagai
saluran air hujan, air rumah tangga maupun air irigasi.

c. Bentuk lingkaran, parabo dan bulat telur, saluran ini berupa saluran
dari pasangan atau kombinasi pasangan dan pipa beton. Dengan
bentuk dasar saluran yang bulat memudahkan pengangkutan bahan
endapan/limbah. Saluran ini pada umumnya dipakai pada saluran air
hujan maupun saluran rumah tangga.

d. Bentuk tersusun, saluran ini dapat berupa saluran tanah maupun dari
pasangan. Tampang saluran yang bawah berfungsi mengalirkan air
rumah tangga pada kondisi tidak ada hujan, apabila terjadi hujan
maka kelebihan air dapat ditampung pada saluran bagian atas.
Tampang saluran ini membutuhkan ruang ang cukup dan dapat
digunakan untuk saluran air hujan, air rumah tangga ataupun irigasi.

Bentuk-bentuk saluran drainase yang akan diterapkan dalam


perencanaan ini dapat dilihat pada gambar dibawah berikut :

Bentuk Trapesium Bentuk Empat persegipanjang

Bentuk Lingkaran Bentuk Parabol

Bentuk Bulat Telur

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 14
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

Bentuk Tersusun Bentuk Tersusun


Gambar 4.2 Bentuk-Bentuk Saluran Drainase

4.8.2 Macam Material


Lapisan dasar dan dinding saluran drainase tahan erosi bias dibuat dari
beton, pasangan batu kali, pasangan batu merah, aspal, kayu, besi cor,
dll. Pemilihan material tergantung pada tersedianya serta harga bahan,
cara konstruksi saluran.

Penampang melintang saluran drainase perkotaan, pada umumnya


dipakai bentuk segi empat, karena dipandang lebih efisien di dalam
pembebasan lahannya jika dibandingkan dengan bentuk trapesium.

Untuk keadaan tertentu bila dipakai bentuk trapesium maka besarnya


kemiringan dinding saluran yang dianjurkan sesuai dengan bahan yang
membentuk bahan saluran, mengikuti tabel berikut :

Tabel 4.1 Kemiringan Dinding Saluran Sesuai Bahan

Bahan Saluran Kemiringan


Dinding (m)
Batuan / cadas ~0
Tanah lumpur 0.25
Lempung keras / tanah 0.5 - 1
Tanah dengan pasangan batu 1
Lempung 1.5
Tanah berpasir lepas 2
Lumpur berpasir 3

4.8.3 Kemiringan Saluran


Kemiringan saluran adalah kemiringan dasar saluran dan kemiringan

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 15
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

dinding saluran. Kemiringan dasar saluran disini adalah kemiringan


dasar saluran arah memanjang dimana umumnya dipengaruhi oleh
kondisi topografi serta tinggi tekanan yang diperlukan untuk adanya
pengaliran sesuai dengan kecepatan yang diinginkan.

Kemiringan dasar saluran maksimum yang diperbolehkan adalah 0,0005


0,0008 tergantung pada bahan saluran yang digunakan. Kemiringan
yang lebih curam dari 0,002 bagi tanah lepas sampai dengan 0,005
untuk tanah padat akan menyebabkan erosi (penggerusan).

4.8.4 Kecepatan minimum yang diijinkan


Kecepatan minimum yang diijinkan, adalah kecepatan terkecil yang tidak
menimbulkan pengendapan dan tidak merangsang tumbuhnya tanaman
aquatic serta lumut.

Kecepatan sebesar 0,60 0,90 m/det dapat digunakan dengan aman


apabila prosentase Lumpur yang ada diair cukup kecil. Kecepatan 0,75
m/det bias mencegah tumbuhnya tumbuh-tumbuhan yang dapat
memperkecil daya angkut saluran.
4.8.5 Jagaan (Freeboard)
Jagaan atau freeboard dari suatu asaluran adalah jarak vertical dari
puncak tanggul sampai permukaan air pada kondisi perencanaan.

Jagaan direncanakan untuk dapat mencegah peluapan air akibat


gelombang serta fluktuasi permukaan air. Jagaan tersebut direncanakan
antara 5 % - 30 % dari kedalaman aliran yang direncanakan.
4.8.6 Koefisien kekasaran manning
Dari bermacam-macam jenis saluran, baik berupa saluran tanah maupun
dengan pasangan, besarnya koefisien Manning dapat mengacu pada
Tabel 5.2 berikut dibawah ini :

Tabel 4.2 Koefisien Kekasaran Manning


KONDISI
TYPE SALURAN CUKU BURU
BAIK P K
A. SALURAN BUATAN :
1. Saluran tanah, lurus beraturan 0.020 0.023 0.025

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 16
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

2. Saluran tanah, digali biasa 0.028 0.030 0.025


3. Saluran batuan, tidak lurus dan tidak
beraturan 0.040 0.015 0.045
4. Saluran batuan, lurus beraturan 0.030 0.033 0.035
5. Saluran batuan, vegetasi pada sisinya 0.030 0.035 0.040
6. Dasar tanah, sisi batuan koral 0.030 0.030 0.040
7. Saluran berliku-liku, kecepatan rendah 0.025 0.028 0.030
B. SALURAN ALAM :
1. Bersih, lurus tapi tanpa pasir dan
tanpa celah 0.080 0.030 0.033
2. Berliku, bersih, tapi berpasir dan
berlubang 0.035 0.040 0.045
3. Idem 3, tidak dalam, kurang beraturan 0.045 0.050 0.065
4. Aliran lambat, banyak tanaman dan
lubang dalam 0.060 0.070 0.080
5. Tumbuhan tinggi dan padat 0.100 0.125 0.150
C. SALURAN DILAPISI :
1. Batu kosong tanpa adukan semen 0.030 0.033 0.035
2. Idem 1, dengan adukan semen 0.020 0.025 0.030
3. Lapisan beton sangat halus 0.011 0.012 0.013
4. Lapisan beton biasa dengan tulangan
baja 0.014 0.014 0.015
5. Idem 4, tetapi tulangan kayu 0.016 0.016 0.018
Perhitungan kapasitas saluran dihitung dengan menggunakan
persamaan Manning (Uniform flow), sebagai berikut :

I
Q = ------- A . R2/3. I1/2
N
Dimana :
Q = Debit / kapasitas saluran (m/dtk)
n = Koefisien kekasaran Manning
A = Luas penampang basah (m)
R = Jari jari hidrolis (m)
I = Kemiringan dasar saluran

4.9 Perhitungan Dimensi Saluran


Perhitungan terhadap kapasitas masing-masing ruas saluran dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui apakah kapasitas yang ada masih

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 17
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

mampu menampung debit pembebanan yang masuk ke dalam saluran.


Apabila kapasitas yang ada saat ini masih lebih besar dari kapasitas
debit pembebanan maka saluran tetap dipertahankan dimensinya, tetapi
apabila kapasitas saluran yang ada lebih kecil dari kapasitas debit
pembebanan, maka diperlukan adanya perubahan dimensi. Perubahan
dimensi bisa dilakukan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi
topografi dan lingkungan sosial yang ada disekitar lokasi.

4.10 Perencanaan Bangunan Pelengkap


Dalam perencanaan drainase perkotaan, diperlukan pula bermacam-
macam bangunan yang berfungsi sebagai sarana untuk :

Memperlancar surutnya genangan yang mungkin timbul di atas


permukaan jalan, karena Q hujan > Qrencana;
Memperlancar arus saluran;
Mengamankan terhadap bahaya degradasi pada dasar saluran;
Mengatur saluran terhadap pasang surut, khususnya di daerah pantai.

Adapun bangunan-bangunan yang biasa dipergunakan dalam


perencanaan sistem jaringan drainase kota adalah sebagai berikut :

(1). Inlet-tegak

Bangunan inlet-tegak ditempatkan pada jarak-jarak tertentu di sepanjang


tepi jalan (Kerb) atau pada pertemuan kerb di perempat jalan.

Gambar 4.3 Inlet Tegak

(2). Inlet-datar

Bangunan inlet-datar ditempatkan pada pertigaan jalan, dimana pada arah

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 18
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

melintang jalan terdapat saluran.

Gambar 4.4 Inlet Datar

(3). Grill

Bangunan grill ditempatkan pada perempatan melintang jalan, dimana


dibawahnya terdapat saluran, yang berfungsi menerima air yang lewat
grill tersebut. Perlu diketahui penempatan grill tersebut harus berada
pada tempat yang terendah dari jalan yang menurun.

Gambar 4.5 Gril

(4). Manhole

Bangunan manhole diletakkan pada jarak-jarak tertentu di sepanjang


trotoar. Perlu diperhatikan bahwa ukuran manhole harus cukup untuk

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 19
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

keluar masuk orang ke saluran, sehingga mudah dalam pemeliharaan


saluran. Kecuali itu berat tutup manhole juga harus dengan mudah
diangkat maksimum oleh dua orang.

Gambar 4.6 Manhole

(5). Gorong-gorong

Bangunan gorong-gorong biasanya dibuat untuk menghubungkan saluran


di kaki bukit melintang jalan di bawahnya dan berakhir di sisi bawah dari
Bangunan penahan tanah yang mendukung struktur jalan tersebut.

Gambar 4.7 Gorong-gorong

(6). Jembatan

Bangunan jembatan dimaksudkan untuk mendukung pipa (saluran air)


atau jalan yang melintang saluran drainase.

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 20
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

Gambar 4.8 Jembatan

(7). Box Culvert ( Gorong gorong)

Gorong gorong adalah saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air


melewati jalan raya, atau timbunan lainnya. Gorong gorong biasanya
dibuat dari beton, aluminium gelombang, baja gelombang, dan kadang-
kadang plastik gelombang. Bentuk penampang melintang goronggorong
bermacam-macam, ada yang bulat, peregi, oval, tapal, dan segitiga.

Berdasarkan lokasi, dikenal ada 2 macam pengontrol yang dapat


digunakan pada gorong gorong, yaitu pengontrol di depan (inlet) dan di
belakang (outlet). Karakteristik tekanan, regim aliran subkritis, atau
superkritis memegang peranan penting dalam menentukan lokasi
pengontrol. Kontrol di depan ( pemasukan) terjadi jika kapasitas gorong-
gorong lebih besar daripada kapasitas pemasukan (inlet). Kedalaman
aliran kritis terletak pada pemasukan dan di dalam gorong-gorong terjadi
aliran superkritis.

Kontrol di belakang (outlet) terjadi jika kapasitas gorong-gorong lebih kecil


daripada kapasitas pemasukan. Dalam kondisi ini, dapat terjadi aliran
subkritis ataupun tertekan dalam gorong gorong. Hal ini tergantung pada
tinggi tekan dan elevasi air buritan. Pengontrol dapat bergeser dari inlet ke
outlet dan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan perubahan elevasi air di inlet
dan outlet.

Kontrol Pemasukan ( inlet control)

Pengaliran air dalam gorong-gorong memerlukan energi untuk mendorong

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 21
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

air melewatinya. Energi ini diambil dari beda tinggi muka air di hulu (inlet)
dan hilir (uotlet) gorong gorong. Kedalaman muka air di hulu gorong-
gorong yang diukur dari dasar pemasukan gorong-gorong disebut tinggi
kenaikan air.

Pada kontrol pemasukan, aliran yang melewati gorong-gorong terutama


tergantung pada kondisi pemasukan, yaitu luas penampang, bentuk, dan
konfigurasi pemasukan. Aliran dalam gorong-gorong adalah superkritis dan
aliran tidak tergantung pada kondisi di dalam gorong-gorong atau
penampang air buritan.

Besarnya debit air yang melalui gorong-gorong dapat dihitung dari


persamaan berikut (Henderson 1966) :

Q = 2/3 CBH 2/3 gH

Dimana :
B = lebar gorong gorong
C = koefisien konstraksi pada sisi sisi pemasukan. Apabila
ujungnya persegi, maka C = 0,9, sedangkan apabila ujungnya
dibulatkan, maka C = 1.

Pemasukan tenggelam atau H > 1,2 D

Dalam hal ini, debit dapat dihitung dari persamaan aliran melalui lubang
(orifce) sebagai berikut :

Q = CBD 2g(H-CD)

Dimana :

B = diameter gorong gorong


C = koefisien konstraksi pada sisi sisi pemasukan.
C = 0,6 untuk ujung persegi dan C = 0,8 untuk ujung yang
dibulatkan.

Kontrol Pengeluaran (Outlet control)

Pada kontrol pengeluaran, aliran dalam gorong-gorong dapat berupa aliran

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 22
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

penuh atau aliran tidak penuh. Apabila aliran tidak penuh, maka aliran
bersifat subkritis. Besarnya aliran sangat tergantung pada luas
penampang, bentuk, panjang gorong-gorong, kemiringan dasar,
kehilangan energi pada gorong-gorong, dan tinggi air di hulu dan di hilir
gorong-gorong.

Perhitungan profil muka air pada gorong-gorong aliran bebas dimulai dari
kedalaman air kritis atau dengan elevasi air buritan jika kedalaman air
lebih tinggi dari kedalaman kritis. Pada gorong gorong bertekanan, tinggi
tekan air ditentukan dengan menggunakan persamaan energi antara hulu
dan hilir sebagai berikut :

Zu + Vu2/2g = Hf + Zd + Vd2/2g

Dimana :
Zu = elevasi muka air hulu (upstream) diukur dari datum
Zd = elevasi muka air hilir (downstream) diukur dari datum
Hf = total kehilangan energi antara hulu dan hilir gorong-gorong.

Kehilangan energi pada gorong-gorong terdiri dari :

1) Kehilangan energi pada pemasukan ( entrance)


hc = 0,5. V2/2g
2) Kehilangan energi sepanjang gorong-gorong.
hf = L.V2/D.2g
3) Kehilangan energi pada pengeluaran (exit)
Ho = V2/2g

Dimana :
V = kecepatan aliran dalam gorong-gorong
= koefisien gesekan pada dinding gorong gorong
L = panjang gorong-gorong
D = diameter gorong-gorong

Bangunan persilangan pada saluran drainase perkotaan terdiri dari:


- Gorong gorong adalah saluran yang memotong jalan atau media lain.
- Siphon adalah saluran yang memotong saluran lainnya atau sungai.

Pada umumnya yang termasuk bangunan drainase perkotaan adalah


gorong-gorong dengan bentang pendek kurang dari 6 meter, sedangkan
untuk jembatan yang besar diperlukan pedoman tersendiri yang

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 23
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

dilakukan oleh Direktorat Bina Marga.

Gorong- gorong mempunyai potongan melintang lebih kecil dari pada


luas basah saluran di hulu maupun saluran di hilir. Sebagian dari
potongan melintang mungkin berada di atas muka air. Dalam hal ini
gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka dengan aliran bebas.
Pada gorong-gorong aliran bebas, benda-benda yng hanyut dapat lewat
dengan mudah, tetapi biaya pembuatan umumnya lebih mahal,
dibandingkan goron-gorong tenggelam.

Pada gorong gorong tenggelam, seluruh potongan melintang berada di


bawah permukaan air. Biaya pelaksanaannya relatif lebih murah, tetapi
bahaya tersumbat oleh sampah lebih besar.

Bentuk gorong gorong terdiri dari bentuk lingkaran yang terbuat dari
pipa beton dan bentuk segi empat dari beton bertulang.

Gorong-gorong dari beton bertulang terutama digunakan untuk debit


yang besar atau bila diinginkan yang kedap air.

Sarana penunjang lainnya yang ada pada gorong gorong adalah :


a) Saringan sampah di mulut saluran sebelah hulu.
b) Pintu air di inlet yang umumnya terdapat pada inlet siphon.
c) Saluran penenang dihulu (outlet) yang berfungsi sebagai
menenangkan aliran agar sedimen mengendap di tempat tersebut.
d) Kolam penenang dihilir sebagai peredam energi kecepatan aliran
turbulensi yang keluar dari dalam gorong-gorong atau siphon.
e) Papan duga air (Staf gauge) adalah papan dengan lebar 10 cm
panjang sesuai kebutuhan dan tebal kira-kira 1 1,5 cm. Pada
bagian muka diberi angka ukuran meteran yang berfungsi untuk
mengetahui turun naiknya permukaan air.

(8). Terjunan

a. Umum

Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan


tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan.

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 24
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

Bangunan semacam ini mempunyai empat bagian fungsional, masing-


masing memiliki sifat-sifat perencanaan yang khas (lihat Gambar 5.13) :

1. Bagian hulu pengontrol, yaitu bagian di mana aliran menjadi


superkritis.
2. Bagian di mana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah.
3. Bagian tepat di sebelah hilir potongan U dalam Gambar 5.13, yaitu
tempat dimana energi diredam.
4. Bagian peralihan saluran memerlukan lindungan untuk mencegah
erosi.

b. Bangunan Terjun Tegak

Bangunan terjun tegak menjadi lebih besar apabila ketinggiannya


ditambah. Juga kemampuan hidrolisnya dapat berkurang akibat variasi di
tempat jatuhnya pancaran di lantai kolam jika terjadi perubahan debit.
Bangunan terjun tegak sebaiknya tidak dipakai apabila perubahan tinggi
energi di atas bangunan melebihi 1,50 m.

Dengan bangunan terjun tegak, luapan yang jatuh bebas akan mengenai
lantai kolam dan bergerak ke hilir pada potongan U akibat luapan dan
turbulensi (pusaran air) di dalam kolam dibawah tirai luapan, sebagian dari
energi diredam di depan potongan U. Energi selebihnya akan diredam di
belakang potongan U. Sisa tinggi energi hilir yang memakai dasar kolam
sebagai bidang persaaan, Hd tidak berbeda jauh dari perbandingan Z/H1,
dan kurang lebih sama dengan 1,67H1. Harga Hd ini dapat dipakai untuk
menetukan Z untuk sebuah bangunan terjun tegak.

Perencanaan hidrolis bangunan dipengaruhi oleh besaran besaran


berikut :
H1 = tinggi energi di muka ambang,m
H = perubahan tinggi energi pada bangunan,m
Hd = tinggi energi hilir pada kolam olak, m
q = debit per satuan lebar ambang , m 2/dt
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (9,8)
n = tinggi ambang pada ujung kolam olak, m
Besaran besaran ini dapat digabung untuk membuat perkiraan awal
tingi bangunan terjun :

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 25
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

Z = (H + Hd) H1
Untuk perkiraan awal Hd, boleh diandaikan, bahwa :
Hd 1,67 H1
Kemudian kecepatan aliran pada potongan U dapat diperkirakan dengan
Vu = 2gZ
Dan selanjutnya :
Yu = q/vu
Aliran pada potongan U kemudian dapat dibedakan sifatnya dengan
bilangan Froude tak berdimensi :
Fru = Vu / gyu

c. Bangunan Terjun Miring

Permukaan miring, yang menghantar air ke dasar kolam olak, adalah


praktek perencanaan yang umum, khususnya jika tinggi jatuh melebihi 1,5
m. Pada bangunan terjun, kemiringan permukaan belakang dibuat
securam mungkin dan relatif pendek.

4.11 Perencanaan Struktur

4.11.1 Jenis Konstruksi


Umumnya jenis konstruksi yang sering dipakai dalam pekerjaan jaringan
drainase adalah konstruksi pasangan batu/beton. Dalam sistem
konstruksi jaringan drainase, selain konstruksi itu sendiri terdapat
beberapa bangunan penunjang/pelengkap yang merupakan satu
kesatuan dari sistem jaringan tersebut. Bangunan-bangunan yang
dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :

Kontruksi talud/pasangan
Gorong-gorong
Jalan/Jembatan
Outfalll
Bangunan terjun
Manhole
Dll.

4.11.2 Klasifikasi Beban


a. Beban Primer
Beban primer merupakan beban utama dalam perhitungan tegangan
pada setiap perencanaan bangunan drainase yang meliputi antara lain :
- Beban Mati

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 26
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

Beban mati adalah semua beban yang berasal dari berat sendiri
bangunan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan yang dianggap
merupakan satu kesatuan tetap dengannya
- Tekanan Air
Semua struktur permanen ataupun tidak permanen yang terendam harus
direncanakan untuk tekanan hidrostatis sebesar 1000 kg/m2 per meter
kedalaman air.
- Tekanan Angkat (uplift presseru)
Tekanan angkat (uplift pressure) dipakai utnuk merancang semua
struktur yang seluruhnya atau sebagian terendam dalam air.
- Tekanan Tanah
Tekanan tanah aktif dapat dihitung dengan rumus Rankine. Diagram
tekanan diasumsikan segitiga, sam dengan tekanan air, dengan gaya
bekerja 1/3 h di atas alas diagram.
- Beban T
Beban T adalah beban yang merupakan kendaraan truk yang
mempunyai beban roda ganda (dual wheel load) sebesar 10 ton dan
diperhitungkan dalam perencanaan gorong-gorong.
- Beban D
Beban D atau beban jalur adalah susunan beban pada setiap jalur lalu
lintas yang terdiri atas beban teragi rata sebesar q dan beban garis
p.
- Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari kendaraan yang
bergerak atau lalu lintas dan pejalan kaki.

b. Beban Sekunder

Beban sekunder merupakan beban sementara yang selalu diperhitungkan


dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan bangunan
termasuk gorong-gorong yang meliputi antara lain :
- Beban Akibat rangkak dan susut
- Beban Gempa
Pengaruh beban gempa biasanya diperhitungkan sesuai dengan
klasifikasi wilayah dimana bangunan tersebut akan dibangun.
- Gaya Rem dan traksi
Pengaruh gaya-gaya dalam arah memanjang bangunan akibat gaya rem
juga harus ditinjau. Gaya rem tersebut dianggap bekerja horizontal dalam
arah sumbu bangunan dengan titik tangkap setinggi 1,80 m diatas
permukaan lantai bangunan.

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 27
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

4.11.3 Stabilitas Struktur


Pada perhitungan stabilitas konstruksi bangunan ditinjau dalam beberapa
keadaan dengan faktor keamanan yang berbeda. Berikut pada tabel 5.7
disajikan koefisien stabilitas untuk berbagai konstruksi.

Tabel 4.3 Koefisien Stabilitas Untuk Berbagai Kondisi

Kondisi Exentrisit
Guling 1* Geser 2*
Pembebanan as 3*
Kondisi Normal 1,5 1,5 E < B/6
Kondisi Gempa 1,1 1,1 E < B/3
Dimana :
MT
1* : SF = ---------- (Stabilitas terhadap guling)
MG
fxV
2* : SF = ---------- (Stabilitas terhadap gaya geser)
H
V 6
3* : SF = 1,2 = ---------- 1 ------ (Stabilitas terhadap daya dukung)
A B
SF = Safety Faktor (Faktor keamanan)
E = Eksentrisitas

4.12 Perencanaan Kolam Retensi


Pembangunan kolam retensi ini bertujuan untuk menampung sementara
sebagian volume debit puncak banjir yang terjadi ke dalam kolam
retensi atau menahan air yang akan keluar ke muara sungai karena
terjadi air laut pasang, kemudian pada saat muka air banjir telah surut
mencapai batas yang direncanakan atau muka air laut telah normal,
maka tampungan dalam waduk dilepaskan kembali ke sungai di hilirnya.

Manfaat lain dari Kolam Retensi selain untuk pengendalian banjir antara
lain adalah :

Air baku untuk persediaan air bersih.


Pengisian air tanah di sekitarnya sehingga sumur penduduk akan
lebih dangkal, serta dapat mengurangi pengaruh dari intrusi air asin
di sekitarnya.

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 28
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

Pengembangan budi daya ikan air tawar.


Dengan penataan lansekap yang baik serta penyediaan sarananya,
maka kawasan ini bisa dimanfaatkan juga sebagai tempat rekreasi
yang dapat memberikan pemasukan pendapatan daerah maupun
penduduk sekitarnya.
Penyediaan air baku untuk persiapan pemadaman kebakaran dan
lain-lain.

Perencanaan kolam retensi ini memerlukan pemeliharaan berkelanjutan


agar fungsi areal genangan benar-benar dapat dipertahankan sebagai
daerah resapan. Peningkatan fungsi genangan untuk pemenuhan
kebutuhan lainnnya diusahakan agar tidak mengganggu fungsi utama
kolam retensi.

4.12.1 Pemilihan Lokasi


Untuk mengatasi permasalahan pada sistem drainase salah satu upaya
yang dilakukan adalah dengan membuat kolam retensi. Pemilihan lokasi
Kolam Retensi sangat penting karena sehubungan dengan efektifitas
dalam mengontrol banjir dibagian hilir. Lokasi kolam retensi lebih bagus
ditempatkan pada daerah hulu, seperti pada titik percabangan sungai
dimana terjadi akumulasi puncak debit yang cukup besar dari anak
sungai yang masuk yang menimbulkan banjir ke daerah hilirnya.
Dengan demikian kolam retensi dapat menahan sementara sebagian
debit banjir yang lewat disungai utama yang akan dapat mengontrol
ketinggian muka air banjir di daerah hilirnya. Namum demikian untuk
menentukan lokasi yang tepat masih perlu pula dilakukan beberapa
kajian lebih mendetail, terutama dari segi geologi teknik dan mekanika
tanah serta kondisi sosial ekonomi, terutama berkaitan dengan
kepemilikan lahan rencana tampungan.

4.12.2 Kapasitas Tampungan Kolam Retensi


Kapasitas tampungan Kolam Retensi direncanakan mampu menampung
volume luapan banjir dari kapasitas sungai yang ada di hilirnya pada
hidrograf debit banjir yang direncanakan. Sehingga volume tampungan
ini juga tergantung pada desain peningkatan kapasitas sungai di hilir

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 29
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

lokasi rencana Kolam Retensi. Karena itu kombinasi 30alternatif Kolam


Retensi dengan pekerjaan peningkatan kapasitas sungai di hilirnya harus
dipertimbangkan untuk selanjutnya dipilih aternatif yang lebih
menguntungkan.
Kapasitas volume tampungan untuk banjir sebagai prioritas utama yang
harus disediakan. Setelah itu dapat dianalisa rencana tampungan Kolam
Retensi untuk keperluan lain, seperti penyediaan air baku, sarana
budidaya ikan tawar dan kebutuhan lainnya.

4.12.3 Perencanaan Tanggul Keliling


Tanggul yang akan direncanakan adalah tanggul banjir di sepanjang sisi
sungai dan atau tanggul di sekeliling rencana Kolam Retensi. Akan tetapi
dalam menentukannya tergantung dari hasil study 30omogeny30ve
pengendalian banjir yang terpilih nantinya. Tinggi jagaan diambil sesuai
30omogeny perencanaan tanggul banjir sesuai dengan debit banjir
rancangan yang digunakan. Tubuh tanggul dibuat dari timbunan tanah
30omogeny dengan jenis tanah timbunan yang memenuhi syarat serta
pelaksanaan penimbunan yang memenuhi spesifikasi teknis yang
disyaratkan. Puncak tanggul diambil dari elevasi muka air banjir rencana
di sungai ditambah dengan tinggi jagaan.
Lebar puncak tanggul untuk Kolam Retensi akan disesuaikan dengan
besarnya tinggi tubuh tanggul rencana. Untuk tinggi tanggul sampai
dengan 5 m, lebar puncak tanggul diambil 2.00 m, sedangkan untuk
tinggi 5 10 m, lebar puncak tanggul diambil 3.00 m.
Kemiringan lereng urugan harus ditentukan sedemikian rupa agar stabil
terhadap longsoran. Hal ini sangat bergantung pada jenis material
urugan yang hendak dipakai. Kestabilan urugan harus diperhitungkan
terhadap surut cepat muka air waduk, dan rembesan langgeng, serta
harus tahan terhadap gempa. Dengan mempertimbangkan hal di atas
dan mengambil koefisien gempa sebesar besaran tertentu diperoleh
kemiringan urugan yang disarankan.

4.12.4 Perencanaan Pelimpah


Pelimpah akan direncanakan dengan tipe overflow, dengan jenis
pelimpah samping. Konstruksi pelimpah akan dipertimbangkan dari
beton bertulang pada permukaannya dan dari timbunan tanah kualitas

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 30
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

tinggi pada bagian dalam tubuh pelimpah. Posisi pelimpah akan


dipertimbangkan yang paling menguntungkan dari segi hidrolis maupun
kondisi geologi teknik. Pelimpah ditempatkan pada sisi antara sungai
dan Kolam Retensi. Salah satu tipe pelimpah yang bisa dipertimbangkan
adalah seperti pada Gambar B.3.19.

4.12.5 Perencanaan Pintu Pengatur


a. Fungsi
Pintu pengatur dalam Kolam Retensi digunakan untuk mengalirkan debit
air dari tampungan waduk ke saluran pembuangan atau ke sungai
langsung. Pengaliran dilakukan pada saat masih terdapat beda tinggi
antara elevasi muka air di waduk dengan di saluran pembuangan.
Pembuangan tampungan yang ada di kolam retensi sepenuhnya
dilakukan secara gravitasi, sehingga dasar kolam retensi direncanakan
lebih tinggi dari dasar sungai yang ada.
b. Lokasi Pintu
Lokasi pintu air ditempatkan pada posisi dimana pembuangan air dapat
dilakukan dari kolam ke saluran pembuangan. Disamping itu juga
pertimbangan-pertimbangan kestabilan pondasi dan konstruksi menjadi
bahan pertimbangan penting dalam penentuan lokasi pintu.
c. Dimensi Pintu
Dimensi pintu ditentukan berdasarkan analisa hidrolis, dengan beberapa
komponen yang mempengaruhinya antara lain seperti :
- Besarnya debit yang akan dilewatkan
- Elevasi muka air di waduk rencana dan elevasi muka air di saluran
pembuangan atau sungai
- Kecepatan aliran air yang diinginkan melalui pintu antara 1 - 2 m/dt
- Dimensi gorong-gorong yang diperlukan, jika ada

dimana :
Q .b.d 2 g ( a )

Q = debit rencana (m3/dt)

b = lebar pintu (m)


d = tinggi pintu (m)
g = gravitasi (9.9 m/dt)
= perbedaan elevasi muka air (m)
a = tinggi tekanan kecepatan masuk
= Va/2g
Va = kecepatan masuk (m/dt)

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 31
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

= koefisien kekasaran permukaan dinding pintu


= 0.85 - 0.95 untuk permukaan beton halus
= 0.60 - 0.85 untuk permukaan beton kasar
Umumnya bangunan pintu akan paling ekonomis apabila perbandingan b:d
= 1:1 atau 1:1.2.

d. Konstruksi Pintu
(1) Bagian-bagian pintu
Bagian-bagian pintu terdiri dari :
- Lantai / ambang pintu
- Kerangka pintu
- Pilar pintu
- Ruang operasi pintu
- Dinding halang
- Sayap
- Lantai lindung (apron)
- Konsolidasi dasar sungai

(2) Pondasi Pintu

Pondasi pintu harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut


:
- Harus mampu meneruskan beban sendiri serta beban yang ada di
atasnya ke lapisan tanah pondasi yang mendukungnya
- Tipe pondasi ditentukan berdasarkan : umur efektif, faktor
keamanan, berbagai persyaratan operasi, dan besarnya biaya.
- Pondasi telapak digunakan untuk batuan dasar keras dengan daya
dukung tinggi dan konsolidasi rendah
- Pondasi tiang pancang lebih banyak dipakai untuk pintu drainasi
yang berada di daerah dataran rendah dengan lapisan tanah aluvial
(3) Tubuh Utama Pintu
a. Gorong-gorong :
- Dimensinya tergantung : kapasitas pintu, biaya dan bentuk saluran
penghubung
- Bentuk penampang : segi empat, lingkaran, atau tapal kuda
- Sambungan konstruksi diusahakan seminim mungkin, panjang
maksimum tiap ruas sambungan adalah 20 m.
- Ketebalan minimum 35 cm
- Konstruksinya dari baja atau dari beton
b. Kerangka pintu dan lantai operasi :
- Kerangka pintu harus mampu mendukung : berat sendiri, beban
diatasnya, pilar pintu, daun pintu, mekanisme pengangkat pintu,
dan jembatan inspeksi
- Saat terjadi gempa harus mampu mendukung gaya-gaya horisontal

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 32
LAPORAN PENDAHULUAN
CV. VERTIKAL HORIZON
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
Komp. P dan K Blok J No. 3 Gununsari
MKS

- Kerangka pintu, daun pintu dan terowongan adalah konstruksi yang


menyatu
- Lantai operasi harus mempunyai luas yang cukup untuk
mengoperasikan alat pengangkat daun pintu dan konstruksinya
menyatu dengan pilar pintu
- Bila perlu lantai operasi dilengkapi dengan atap dan dinding, serta
ruangan dan disebut ruang operasi
- Bentuk penampang : segi empat, lingkaran, atau tapal kuda
c. Dinding tirai kedap air :
- Fungsinya untuk mencegah terjadinya erosi bawah tanah (piping)
oleh aliran air rembesan
- Bentuknya berupa sirip-sirip, tinggi dan lebarnya antara 1.0 - 1.5 m
dan tebalnya 35 cm atau lebih.
- Jika terowongan lebih dari 30 m, biasanya sirip dibuat dua atau
lebih.

d. Sponing :
- Untuk pintu drainasi dengan kapasitas besar akan lebih ekonomis
jika dibuat terowongan yang jumlahnya lebih dari satu, dan pada
bagian pemasukan dan keluaran dibuat sponing
(4) Dinding halang dan sayap
Dinding halang dibuat untuk mencegah tersedot keluarnya tanah bahan
tanggul dan untuk pencegahan sementara keruntuhan tanggul dan
gerusan banjir jika sayap pecah. (dinding halang dibuat pada kedua
ujung terowongan.
Sayap diperlukan untuk melindungi lereng dan kaki tanggul terhadap
gerusan, terutama pada wajtu banjir. Konstruksi sayap tidak dapat
menyatu dengan tubuh bangunan utama, untuk itu celah diantaranya
harus diisi dengan bahan yang kedap air tetapi fleksibel.
(5) Daun pintu, perapat pintu dan mekanisme pengangkat
- Untuk pintu besar digunakan daun pintu tipe roll, untuk pintu kecil
digunakan pintu geser
- Perapat pintu dipasang pada pinggir bawah dan kedua pinggir
sampingnya, untuk tipe terowongan perapat dipasang pada keempat
sisinya.
- Pembukaan dan penutupan pintu dilakukan dengan alat pengangkat,
untuk pintu berat digunakan dengan tenaga listrik, untuk pintu
ringan digunakan tenaga manual

PERENCANAAN TEKNIS DRAINASE LINGKUNGAN


KABUPATEN ENREKANG Halaman IV - 33

Anda mungkin juga menyukai