Anda di halaman 1dari 9

USTEK

Perencanaan Review Masterplan RSUD Cilacap

BAB 2
Apresiasi Inovasi
(Evaluasi Pasca Huni)

2.1.
Lokasi Rumah Sakit

2.1.1. Aksesibilitas

Lokasi sebuah rumah sakit harus mudah dijangkau oleh masyarakat atau dekat ke
jalan raya dan tersedia infrastruktur dan fasilitas dengan mudah. Lokasi rumah sakit
harus bebas dari kebisingan, asap, uap dan gangguan lain. Hal tersebut
dimaksudkan karena pasien dan petugas membutuhkan udara bersih
danlingkungan yang tenang. Adakalanya rumah sakit berbatasan langsung dengan
jalan raya yang mempunyai intensitas lalu lintas dua arah yang tinggi. Hal ini
membuat lingkungan rumah sakit ini tidak terbebas sepenuhnya dari polusi udara
dan suara. Untuk itu dibutuhkan barier seperti pepohonan untuk mengurangi polusi
udara dan polusi suara di area rumah sakit. Pada area depan rumah sakit dapat
ditanami pohon sebagai barier sekaligus peneduh di area parkir.

2.1.2. Kontur tanah

Kontur tanah mempunyai pengaruh penting pada perencanaan struktur, dan juga
berpengaruh terhadap perencanaan sistem drainase, kondisi jalan terhadap tapak
bangunan dan utilitas publik seperti ketersediaan dan saluran air bersih,
pembuangan air kotor/limbah, listrik dan jalur telepon.

II - 1
USTEK
Perencanaan Review Masterplan RSUD Cilacap

2.1.3. Fasilitas parkir

Perancangan dan perencanaan prasarana parkir di rumah sakit sangatpenting,


karena prasarana parkir dan jalan masuk kendaraan akan menyita banyak lahan.
Perhitungan kebutuhan lahan parkir pada rumah sakit idealnya 1,5 sampai dengan 2
kendaraan/TT (37,5 m²- 50 m²/TT) atau menyesuaikandengan kondisi sosial
ekonomi daerah setempat.

2.1.4. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan

Setiap rumah sakit harus dilengkapi dengan persyaratan pengendalian dampak


lingkungan dalam bentuk implementasi Upaya PengelolaanLingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UKL UPL),yang selanjutnya dilaporkan setiap 6 (enam)
bulan (KepmenKLH/08/2006). Untuk itu diperlukan penyusunan UKLUPL pada
tahap selanjutnya di luar masterplan ini.

2.2.
Massa Bangunan Rumah Sakit

2.2.1. Intensitas antar Bangunan Gedung

Intensitas antar Bangunan Gedung di rumah sakit harus memperhitungkan jarak


antara massa bangunan di dalam rumah sakit dengan mempertimbangkan hal-hal
berikut ini:
 Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;
 Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan;
 Kenyamanan;
 Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan.
Selanjutnya, dalam komposisi solid-void, penting untuk diperhatikan adalah dimensi
koridor yang menghubungkan sirkulasi antar gedung. Koridor harus mudah dan
aman dilewati pasien, baik pasien yang berjalan kaki, berpindah menggunakan kursi
roda maupun brankar.

II - 2
USTEK
Perencanaan Review Masterplan RSUD Cilacap

2.2.2. Rumah Sakit harus mengikuti Rencana Tata Bangunan & Lingkungan (RTBL)

 Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

Bangunan rumah sakit harus mengikuti ketentuan besaran KDB yang telah
ditetapkan peraturan daerah setempat. Bila belum ada aturan RTBL di lokasi RSUD
Cilacap, maka mengikuti peraturan KDB sebuah rumah sakit dengan massa
bangunan berupa bangunan berlantai banyak (bertingkat). Kaidah untuk rumah
sakit dengan bangunan bertingkat adalah luas lahan minimal yang dimiliki adalah 2
x luas bangunan lantai dasar atau KDB adalah sebesar 50%.

 Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

Ketentuan besarnya KLB mengikuti peraturan daerah setempat. KLB menentukan


luas total lantai bangunan yang boleh dibangun. Apabila Ketentuan KLB setempat
adalah maksimum 3 dengan KDB maksimum 50% maka luas total lantai yang dapat
dibangun adalah 3 kali luas total area area/tanah dengan luas lantai dasar 50%.

 Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Garis Sempadan Pagar (GSP)

Ketentuan besarnya GSB dan GSP harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam
RTBL atau peraturan daerah Kabupaten Cilacap. Area kosong yang tercipta dari
sempadan jalan dan bangunan rumah sakit merupakan halaman luar yang
diperkeras dan digunakan sebagai area parkir, jalur dropping ambulans, jalur
sirkulasi eksternal dan digunakan untuk area terbuka hijau. Jarak sempadan
bangunan yang memadai sangat penting untuk kemudahan dropping ambulans
dengan sirkulasi searah sehingga ambulans tidak perlu mundur.

2.2.3. Zonasi

Prinsip umum dalam perencanaan rumah sakit salah satunya adalah pemisahan
aktivitas yang berbeda, pemisahan antara pekerjaan bersih dan pekerjaan kotor,
aktivitas tenang dan bising, perbedaan tipe layanan pasien, dan tipe berbeda
darilalu lintas di dalam dan di luar bangunan

Berdasarkan Pedoman Teknis di Bidang Sarana dan Prasarana Kesehatan Tahun


2011, terdapat 3 pengkategorian pembagian area atau zonasi, yaitu:

II - 3
USTEK
Perencanaan Review Masterplan RSUD Cilacap

a. Zonasi berdasarkan tingkat resiko terjadinya penularan penyakit, terdiri


dari:
 Area dengan resiko rendah, yaitu ruang kesekretariatan dan administrasi,
ruang komputer, ruang pertemuan, ruang arsip/rekam medis.
 Area dengan resiko sedang, yaitu ruang rawat inap non penyakit menular,
rawat jalan.
 Area dengan resiko tinggi, yaitu ruang isolasi, ruang ICU/ICCU, laboratorium,
pemulasaran jenazah dan ruang bedah mayat, ruang radiodiagnostik.
 Area dengan resiko sangat tinggi, yaitu ruang bedah, IGD, ruang bersalin,
ruang laboratorium patologi.

b. Zonasi berdasarkan privasi kegiatan, terdiri dari:


 Area publik, yaitu area yang mempunyai akses langsung dengan lingkungan
luar rumah sakit, misalnya poliklinik, IGD dan apotek.

 Area semi publik, yaitu area yang tidak berhubungan langsung dengan
lingkungan luar rumah sakit, umumnya merupakan area yang menerima
beban kerja dari area publik, misalnya laboratorium, radiologi, rehabilitasi
medis serta hemodialisis.

 Area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung rumah sakit,
umumnya area tertutup, misalnya ICU/ICCU, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi
Kebidanan dan Penyakit Kandungan, serta ruang rawat inap.

c. Zonasi berdasarkan pelayanan, terdiri dari:


 Zona Pelayanan Medik dan Perawatan, yang terdiri dari Instalasi Rawat Jalan
(IRJ), Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Rawat Inap (IRNA), Instalasi
Perawatan Intensif (ICU/ICCU/PICU/NICU), Instalasi Bedah Sentral (IBS),
Instalasi Rehabilitasi Medik (IRM), Instalasi Kebidanan dan Penyakit
Kandungan, Unit Hemodialisa, Instalasi Radioterapi, Instalasi Kedokteran
Nuklir, Unit Transfusi Darah (Bank Darah).

 Zona Penunjang dan Operasional, yang terdiri dari Instalasi Farmasi, Instalasi
Radiodiagnostik, Laboratorium, Instalasi Diagnostik Terpadu (IDT), Instalasi
Sterilisasi Pusat (Central Sterilization Supply Dept. /CSSD), Dapur Utama,
Laundri, Pemulasaran Jenazah dan Forensik, Instalasi Sanitasi, Instalasi
Pemeliharaan Sarana (IPS).
II - 4
USTEK
Perencanaan Review Masterplan RSUD Cilacap

 Zona Penunjang Umum dan Administrasi, yang terdiri dari Kesekretariatan


dan Akuntasi, Rekam Medik, Logistik/Gudang, Perencanaan dan
Pengembangan (Renbang), Sistem Pengawasan Internal (SPI), Pendidikan
dan Penelitian, Sumber Daya Manusia (SDM).

2.2.4. Sirkulasi

Sistem sirkulasi pada dasarnya terbagi menjadi sirkulasi eksternal dan sirkulasi
internal. Sirkulasi eksternal merupakan sirkulasi di luar bangunan yang didominasi
oleh sirkulasi kendaraan bermotor dalam mengakses rumah sakit, dikelompokkan
menjadi :

 Akses dan sirkulasi gawat darurat, yaitu akses langsung menuju IGD. Karakter
sirkulasi ini cepat dan bebas hambatan.

 Sirkulasi pengunjung rawat inap, yaitu akses oleh pembesuk ke gedung rawat inap
seharusnya tidak melalui unit-unit lain seperti poliklinik dan penunjang medik.

 Sirkulasi staf, yaitu akses karyawan medik maupun non-medik menuju ke area
kerja/ aktivitasnya masing-masing.

 Sirkulasi barang dan servis, terdiri dari drop-off bahan di instalasi gizi, pemeliharaan
IPAL, pengangkutan sampah, penjemputan jenazah dan akses dan sirkulasi mobil
pemadam kebakaran.

Selain sirkulasi eksternal terdapat pula sirkulasi internal atau sirkulasi di dalam
rumah sakit yang sebaiknya juga dipisahkan berdasarkan penggunanya. Pemisahan
sirkulasi internal selain untuk mendukung kinerja antar layanan/zona yang ada di
dalam sebuah rumah sakit juga sebagai upaya menjaga sterilitas dan tidak
terjadicross infection, khususnya untuk sirkulasi alat bersih dan alat kotor. Kelompok
sirkulasi dibedakan:
 Sirkulasi umum – pengantar/keluarga pasien, yaitu sirkulasi yang digunakan
oleh pengunjung dengan berbagai keperluan di dalam rumah sakit.
 Sirkulasi medik - petugas, yaitu sirkulasi yang digunakan oleh staf medik rumah
sakit dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan kesehatan.
 Sirkulasi medik – pasien, yaitu sirkulasi untuk pasien rumah sakit dalam
mendapatkan pelayanan oleh rumah sakit.

II - 5
USTEK
Perencanaan Review Masterplan RSUD Cilacap

 Sirkulasi barang dan servis, yaitu sirkulasi yang digunakan untuk distribusi atau
mobilisasi barang dan logistik serta sirkulasi untuk fungsi pemeliharaan.

Prinsip umum dalam perencanaan rumah sakit menyebutkan bahwa perlindungan


terhadap pasien merupakan hal yang harus diprioritaskan. Terlalu banyak lalu lintas
akan mengganggu pasien, mengurangi efisiensi pelayanan pasien dan meninggikan
risiko infeksi. Jaminan perlindungan terhadap infeksi merupakan persyaratan utama
yang harus dipenuhi dalam kegiatan pelayanan terhadap pasien, khususnya untuk
pasien bedah dimana kondisi bersih dan steril sangat penting.

Untuk itu dalam pengembangan fisik di masa mendatang dilakukan dengan


merencanakan sependek mungkin jalur lalu lintas. Kondisi ini membantu menjaga
kebersihan dan mengamankan langkah setiap orang, pasien dan petugas rumah
sakit. Jalur lalu lintas harus direncanakan seefisien mungkin baik dari segi waktu,
biaya maupun tenaga.

Ruang sirkulasi di dalam rumah sakit adalah ruang yang menjadi tempat pergerakan
bagi manusia dan barang, khususnya pergerakan pasien baik ketika menggunakan
brankard atau kursi roda. Sirkulasi untuk perpindahan pasien dari satu area ke area
lain seharusnya tersedia dan dalam kondisi bebas. Berada dalam kondisi bebas
adalah dengan tidak meletakkan barang-barang atau tempat parkir kursi roda dan
brankard.

Secara teknis sistem sirkulasi dalam rumah sakit dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

)a Sistem Sirkulasi Horizontal

 Kemudahan hubungan ke, dari dan di dalam rumah sakit meliputi tersedianya
fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman bagi orang yang
berkebutuhan khusus termasuk penyandang cacat.

 Kelengkapan prasarana disesuaikan dengan fungsi rumah sakit.

 Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas harus mempertimbangkan tersedianya


hubungan horizontal antar ruang dalam bangunan rumah sakit, termasuk
evakuasi bagi orang berkebutuhan khusus termasuk penyandang cacat.

 Ukuran koridor yang aksesibel untuk brankar pasien minimal 2.40 m.

II - 6
USTEK
Perencanaan Review Masterplan RSUD Cilacap

)b Sistem Sirkulasi Vertikal

 Setiap bangunan RS yang bertingkat harus menyediakan sarana hubungan


vertikal antar lantai yang memadai untuk terselenggaranya fungsi bangunan RS
tersebut.

 Persyaratan tangga RS:


- Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam.
Tinggi masing-masing pijakan/tanjakan adalah 15-17 cm
- Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 60°
- Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawa usungan dalam keadaan
darurat, untuk mengevakuasi pasien saat kebakaran atau ancaman bom.
- Tidak terdapat tanjakan berlubang yang dapat membahayakan pengguna
- Harus dilengkapi pegangan rambat (handrail). Pegangan rambat harus
mudah dipegang dengan ketinggian 65 cm – 80 cm dari lantai, bebas dari
elemen konstruksi yang mengganggu dan bagian ujungnya harus bulat atau
dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang

- Untuk tangga yang terletak pada luar bangunan harus dirancang sehingga
tidak ada air hujan yang menggenang pada lantainya.

 Bangunan RS yang fungsinya untuk kepentingan publik(fungsi keagamaan,


usaha,sosial budaya) harus menyediakan sarana hubungan vertikal bagi
penyandang cacat.

 Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu,
sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga. Fungsi ramp
secara umum dapat digantikan dengan lift namun fungsinya sebagai sarana
sirkulasi evakuasi bencana tidak dapat digantikan dengan lift. Persyaratan ramp :
- Kemiringan suatu ramp tidak boleh melebihi 7°, perhitungan kemiringan
tersebut tidak termasuk awalan dan akhiran ramp (curb ramps/landing).
- Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 7°) tidak boleh lebih
dari 9 m. Panjang ramp dengan kemiringan lebih rendah dapat lebih panjang.
- Lebar minimum dari ramp adalah 120 cm dengan tepi pengaman.
- Bordes pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus bebas dan datar
sehingga memungkinkan untuk memutar kursi roda dan stretcher dengan
ukuran min. 160 cm.

II - 7
USTEK
Perencanaan Review Masterplan RSUD Cilacap

- Permukaan ramp memiliki lapisan antislip untuk menjaga keamanan saat


pengangkutan pasien dengan kursi roda dan brankar. Permukaan datar
awalan atau akhiran ramp memiliki tekstur sehingga tidak licin saat hujan.
- Lebar tepi pengaman ramp (low curb) 10 cm, dirancang untuk menghalangi
roda tidak terperosok atau keluar dari jalur ramp.
- Ramp harus diterangi pencahayaan yang cukup sehingga membantu
penggunaan ramp saat malam hari. Pencahayaan disediakan pada bagian
ramp yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian-
bagian yang membahayakan.

- Ramp harus dilengkapi dengan pengaman rambatan (handrail) yang dijamin


kekuatannya dengan ketinggian yang sesuai.

)c Sistem Sirkulasi sebagai Sarana Evakuasi

Setiap bangunan RS harus menyediakan sarana evakuasi bagi orang yang


berkebutuhan khusus termasuk penyandang cacat yang meliputi:
.a Sistem peringatan bahaya bagi pengguna.
.b Pintu keluar darurat
.c Jalur evakuasi yang dapat menjamin pengguna bangunan RS untuk
melakukan evakuasi dan dalam bangunan RS secara aman apabila terjadi
bencana atau keadaan darurat.

Standar keamanan untuk akses bencana adalah setiap sisi gedung memiliki
minimum 2 buah pintu keluar yang berjauhan dan berhubungan langsung
dengan tempat terbuka di luar bangunan. Masing-masing massa bangunan RS
harus dilengkapi dengan peta evakuasi serta penanda jalur evakuasi.

Area RS harus memiliki jalur yang dapat digunakan untuk akses kendaraan besar
seperti mobil pemadam kebakaran, yaitu melalui jalur sirkulasi eksternal yang
melewati tengah-tengah site rumah sakit. Dengan adanya jalan ini mobil
pemadam kebakaran bisa memutar sepenuhnya ke seluruh site dan bangunan.
Dari sisi keamanan dan keselamatan darurat, penting untuk diperhatikan
fasilitas pelengkap seperti alat pencegah dan pemadam kebakaran.

2.2.5. Aspek Keselamatan dan Keamanan Bangunan

Pentingnya aspek keselamatan dan keamanan bangunan adalah untuk melindungi


manusia, kegiatan, aset di dalamnya serta bangunan itu sendiri dari terjadinya

II - 8
USTEK
Perencanaan Review Masterplan RSUD Cilacap

kerusakan baik karena kecelakaan ataupun bencana yang disebabkan karena faktor
internal maupun eksternal.

Sebaiknya semua toilet untuk pasien baik toilet di area rawat jalan maupun untuk
rawat inap dilengkapi dengan handrail (pegangan tangan) sebagai alat bantu
keselamatan pasien, dan dilengkapi bel. Selain handrail (pegangan tangan) dan bel,
kebersihan toilet juga perlu dijaga untuk meminimalkan resiko kecelakaan ringan
seperti terpeleset, mengurangi berkembangnya kuman, mengurangi penularan
penyakit dan infeksi nosokomial di lingkungan rumah sakit. Oleh karena itu penting
menjaga toilet dalam kondisi yang bersih terawat agar tidak berbau tidak sedap dan
menjadi sumber penularan penyakit.

Sisi keselamatan pasien dan pengunjung rumah sakit karena resiko penularan
nosokomial dapat diminimalkan dengan ketersediaan air mengalir pada wastafel
untuk mencuci tangan.Untuk itu pada tiap ruangan rumah sakit harus ada wastafel
(air mengalir).

2.2.6. Aspek Kenyamanan

Lingkungan rumah sakit harus bebas dari kebisingan, asap, uap dan gangguan lain.
Pasien, pengunjung dan petugas membutuhkan udara bersih dan lingkungan yang
tenang. Pemilihan lokasi sebaiknya bebas dari kebisingan yang tidak semestinya dan
polusi atmosfer yang datang dari berbagai sumber. Termasuk bebas dari kondisi
lingkungan yang kurang terawat, kotor dan bau serta berbagai kemungkinan
timbulnya kuman dan penularan penyakit.

II - 9

Anda mungkin juga menyukai