PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah tempat dimana orang-orang sakit akan mendapatkan
perawatan kesehatan. Rumah sakit artinya orang-orang yang butuh perawatan
kesehatan menginap dan tinggal di rumah sakit untuk beberapa waktu.
Sehubungan dengan fungsi rumah sakit yang mana mengobati orang-orang yang
sakit, maka sudah barang tentu desain rumah sakit sangat berbeda dengan desain
rumah ataupun desain kantor. Desain rumah bisa dimodifikasi atau dibuat
sedemikian rupa. Desain kantor dibuat seideal mungkin agar kesan tempat bekerja
tampak dengan jelas. Desain rumah sakit berbeda jauh dengan desain bangunan
lain. Seperti diketahui bahwa orang sakit membutuhkan tempat yang nyaman dan
tenang, maka desain rumah sakit harus menonjolkan sisi ketenangan bagi pasien.
Pada desain rumah sakit harus dipastikan semua ruangan memiliki sirkulasi udara
yang baik. Harus memperhatikan faktor kebisingan, bagaimana caranya membuat
bangunan rumah sakit bisa menangkal kebisingan yang ada di luar kamar pasien.
Prinsip dasar bangunan fisik pelayanan kesehatan pada umumnya harus
mengutamakan pada fungsi dan fungsi tersebut harus mengutamakan keselamatan
pasien (patient safety first), lebih efisien dan fleksibel agar terwujud kepuasan
pelanggan internal danexternal.
Desain rumah sakit juga harus memperhatikan letak kamar jenazah dan
memastikan semua ruangan yang dibuat memiliki sifat bebas akses dan leluasa
untuk dijamah. Dalam arti, ruangan yang ada di rumah sakit diusahakan sebisa
mungkin nyaman untuk para pasien dan para pekerja rumah sakit diantaranya para
dokter, perawat dan yang lainnya.
Design interior harus mencakup spesifikasi material dan rekomendasi
bagaimana konstruksi dan arsitektur harus dirancang secara ideal, diantaranya
jenis lantai, plafon, dinding, furniture, penggunaan finishing pabrikan, penutup
jendela, jenis pintu, dan accessories arsitek lain yang diperlukan sesuai dengan
standarisasi fungsi rumah sakit utamanya yang berkaitan langsung dengan “patient
safety”. Pendokumentasiannya harus detail dan digambarakan secara jelas dalam
bentuk RKS.
Memang tidak mudah untuk memenuhi standar desain rumah sakit, karena
dalam hal ini dibutuhkan biaya yang cukup besar untuk membuat semua ruangan
yang dibutuhkan oleh rumah sakit, tapi paling tidak ada keinginan yang baik dari
pengelola rumah sakit untuk membuat desain rumah sakit yang nyaman bagi siapa
saja yang berada di rumah sakit.
B. Tujuan
1. Menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat agar karyawan rumah sakit yang
bekerja dapat produktif
2. Menyediakan sarana kesehatan dengan mutu yang baik dan dapat dijangkau oleh
masyarakat di sekitarnya.
3. Zonasi
Pengkategorian pembagian area atau zonasi rumah sakit adalah zonasi
berdasarkan privasi dan zonasi berdasarkan pelayanan.
a. Zonasi berdasarkan tingkat resiko terjadinya penularan penyakit terdiri dari :
1. Area dengan risiko rendah, yaitu ruang kesekretariatan dan administrasi,
ruang komputer, ruang pertemuan, ruang arsip/rekam medis
2. Area dengan risiko sedang, yaitu ruang rawat inap non penyakit menular,
rawat jalan.
3. Area dengan risiko tinggi, yaitu ruang rawat inap ICU/ICCU, laboratorium,
pemulasaran jenazah dan ruangan bedah mayat, ruang radiodiagnostik.
4. Area dengan risiko sangat tinggi, yaitu ruang bedah, IGD, ruang bersalin,
ruang patologi
b. Zonasi berdasarkan privasi kegiatan terdiri dari :
1. Area publik, yaitu area yang mempunyai akses langsung dengan lingkungan
luar rumah sakit, misalkan poliklinik, IGD, apotek.
2. Area semi publik, yaitu area yang menerima tidak berhubungan langusng
dengan lingkungan luar rumah sakit, umumnya merupakan area yang
A. Atap
1. Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan
tikus, serangga dan binatang pengganggu lainnya.
2. Apabila menggunakan penutup atap dari bahan beton harus dilapisi dengan
lapisan tahan air. Dan apabila menggunakan genteng keramik, genteng beton
atau genteng tanah liat, pemasangannya harus dengan sudut kemiringan sesuai
ketentuan yang berlaku.
3. Rangka atap harus kuat memikul beban berat.
4. Apabila rangka atap terbuat dari bahan kayu, maka harus dilapisi dengan cat anti
rayap. Dan apabila rangka atap terbuat dari bahan metal harus dari metal yang
tidak mudah berkarat, atau dicat dengan cat dasar anti karat.
B. Langit-langit
1. Langit-langit harus kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
2. Tinggi langit-langit di ruangan minimal 2,80 m dan tinggi di selasar (koridor)
minimal 2,40m
3. Bahan langit-langit antara lain gypsum, acoustic tile, GRC (Grid Reinforce
Concrete), bahan logam/metal.
E. Struktur Bangunan
1. Persyaratan pembebanan bangunan rumah sakit
Setiap bangunan rumah sakit, strukturnya harus direncanakan agar kuat, kokoh
dan stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan
kelayanan (serviceability) selama umur layanan yang direncanakan dengan
mempertimbangkan fungsi bangunan rumah sakit, lokasi, keawetan dan
kemungkinan pelaksanaan kontruksinya. Kemampuan memikul beban
diperhitungkan terhadap pengaruh-pengaruh aksi sebagai akibat dari
beban-beban yang mungkin bekerja selama umur layanan struktur, baik beban
muatan tetap maupun beban muatan sementara yang timbul akibat gempa,
angin, pengaruh korosi, jamur dan serangga perusak.
Struktur bangunan rumah sakit harus direncanakan secara detail sehingga pada
kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjadi keruntuhan,
kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna bangunan rumah
sakit menyelamatkan diri. Untuk menentukan tingkat keandalan struktur
bangunan, harus dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala
sesuai dengan pedoman atau standar yang berlaku.
2. Struktur atas
Kontruksi atas bangunan rumah sakit dapat terbuat dari kontruksi beton,
kontruksi baja, kontruksi kayu atau kontruksi dengan bahan dan teknologi
khusus.
3. Struktur bawah
Struktur bawah bangunan rumah sakit dapat berupa pondasi langsung atau
pondasi dalam, disesuaikan dengan kondisi tanah di lokasi didirikannya rumah
sakit. Persyaratan teknisnya sebagai berikut :
a. Pondasi langsung
1. Kedalaman pondasi langsung harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga dasarnya terletak di atas lapisan tanah yan gmantap dengan daya
dukung tanah yang cukup kuat dan selama berfungsinya bangunan tidak
mengalami penurunan yang melampaui batas.
2. Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai teori
mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan
parameter tanah yang ditemukan dari penyelidikan tanah dengan
memperhatikan nilai tipikal dan korelasi tipikal dengan parameter tanah
yang lain.
F. Pintu
1. Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruangan yang merupakan
tempat untuk masuk dan ke luar dan pada umumnya dilengkapi dengan penutup
(daunpintu).
2. Pintu ke luar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 120 cm atau dapat
dilalui brankar pasien, dan pintu-pintu yang tidak menjadi akses pasien tirah
baring memiliki lebar bukaan minimal 90cm.
3. Di daerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp atau
perbedaan ketinggian lantai
4. Setiap rumah sakit yang bertingkat lebih dari 3 lantai harus dilengkapi dengan
pintu darurat. Lebar pintu darurat minimal 100 cm membuka kearah ruang
tangga penyelamatan (darurat) kecuali pada lantai dasar membuka ke arah luar
(halaman). Jarak antara pintu darurat dalam saru blok bangunan gedung
maksimal 25 m dari segala arah.
2. Tangga
Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan
mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan dengan lebar
yang memadahi.
Berikut ini adalah persyaratan dari tangga, antara lain :
a. Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam. Tinggi
masing-masing pijakan/tanjakan adalah 15-17 cm.
b. Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 600
c. Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawa usungan dalam keadaan
darurat, untuk mengevakuasi pasien dalam kasus terjadinya kebakaran atau
ancaman bom.
d. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna
3. Lift (elevator)
Lift merupakan fasilitas lalu lintas vertikal baik bagi petugas rumah sakit maupun
untuk pasien. Oleh karena itu harus direncanakan dapat menampung tempat
tidur pasien.
Berikut adalah persyaratan dari lift, antara lain :
a. Ukuran lift rumah sakit minimal 1,50 m x 2,30 m dan lebar pintunya tidak
kurang dari 1,20 m untuk memungkinkan lewatnya tempat tidur dan stretcher
bersama-sama dengan pengantarnya.
b. Lift penumpang dan lift service dipisah bila memungkinkan.
c. Jumlah, kapasitas dan spesifikasi lift sebagai sarana hubungan vertikal dalam
bangunan gedung harus mampu melakukan pelayanan yang optimal untuk
sirkulasi vertikal pada bangunan, sesuai dengan fungsi dan jumlah pengguna
bangunan rumah sakit.
d. Setiap bangunan rumah sakit yang menggunakan lift harus tersedia lift
kebakaran yangdimulai dari lantai dasar bangunan (groundfloor).
e. Lift kebakaran dapat berupa lift khusus kebakaran lift penumpang biasa/lift
barang yang dapat diatur pengoperasiannya sehingga dalam keadaan darurat
dapat digunakan khusus oleh petugas kebakaran.
B. Sarana Evakuasi
Setiap bangunan rumah sakit harus menyediakan sarana evakuasi bagi orang yang
berkebutuhan khusus termasuk penyandang cacat yang meliputi :
1. Sistem peringatan bahaya bagi pengguna’ pintu keluar darurat
2. Jalur evakuasi yang dapat menjamin pengguna bangunan rumah sakit untuk
melakukan evakuasi dari dalam bangunan rumah sakit secara aman apabila
terjadi bencana atau keadaan darurat.
Untuk persyaratan sarana evakuasi pada bangunan rumah sakit harus dipenuhi
standar tata cara perencanaan sarana evakuasi pada bangunan gedung.
Demikian Buku Pedoman ini disusun untuk dapat digunakan sebagai pedoman dan
pegangan seluruh karyawan RSUD Sungai Dareh pada umumnya. Penyusunan
Rancangan Pedoman ini adalah langkah awal suatu proses yang panjang, sehingga
memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak dalam penerapannya untuk
mencapai tujuan yang dimaksud.