Anda di halaman 1dari 34

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA

UPT PUSKESMAS LEMPAKE

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

DINAS KESEHATAN KOTA SAMARINDA

UPT PUSKESMAS LEMPAKE

2019

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


1
I. PENGERTIAN

Pemantauan sarana dan prasarana adalah kegiatan pemeriksaan dan pemeliharaan, menjaga
dan memperbaiki sarana dan prasarana di puskesmas yang sesuai dengan standar dan
persyaratan.
Puskesmas merupakan sarana kesehatan terdepan yang berfungsi sebagai penggerak
pembangunan yang berwawasan kesehatan, yang memberikan pelayanan langsung kepada
masyarakat.
Puskesmas sebagai sarana pelayanan umum, wajib memelihara dan meningkatkan lingkungan
yang sehat sesuai dengan standar dan persyaratan.
Penyehatan lingkungan puskesmas adalah segala upaya untuk menyehatkan dan memelihara
lingkungan puskesmas sehingga tidak terganggu kesehatan manusia dan lingkungan
sekitarnya.

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


2
II. RUANG LINGKUP

A. PERSYARATAN LOKASI PUSKESMAS


1. Geografis
Puskesmas tidak didirikan di lokasi berbahaya, yaitu:
a. tidak di tepi lereng;
b. tidak dekat kaki gunung yang rawan terhadap tanah longsor;
c. tidak dekat anak sungai, sungai atau badan air yang dapat mengikis
pondasi;
d. tidak di atas atau dekat dengan jalur patahan aktif;
e. tidak di daerah rawan tsunami;
f. tidak di daerah rawan banjir;
g. tidak dalam zona topan;
h. tidak di daerah rawan badai, dan lain-lain.

2. Aksesibilitas untuk jalur transportasi


Puskesmas didirikan di lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan
dapat diakses dengan mudah menggunakan transportasi umum. Tersedia
jalur untuk pejalan kaki dan jalur-jalur yang aksesibel untuk penyandang
disabilitas.

3. Kontur Tanah
Kontur tanah mempunyai pengaruh penting pada perencanaan struktur, dan
harus dipilih sebelum perencanaan awal dapat dimulai. Selain itu kontur
tanah juga berpengaruh terhadap perencanaan sistem drainase, kondisi jalan
terhadap tapak bangunan dan lain-lain.

4. Fasilitasparkir
Perancangan dan perencanaan prasarana parkir cukup penting karena
prasarana parkir kendaraan akan menyita banyak lahan. Kapasitas parkir
harus memadai, menyesuaikan dengan kondisi lokasi, sosial dan ekonomi
daerah setempat.

5. Fasilitas Keamanan
Perancangan dan perencanaan prasarana keamanan sangat penting untuk
mendukung pencegahan dan penanggulangan keamanan minimal
menggunakan Pagar.

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


3
6. Ketersediaan utilitas publik
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan membutuhkan
air bersih, pembuangan air kotor/limbah, listrik,dan jalur telepon. Pemerintah
daerah harus mengupayakan utilitas tersebut selalu tersedia untuk kebutuhan
pelayanan dengan mempertimbangkan berbagai sumber daya yang ada pada
daerahnya.

7. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan


Puskesmas harus menyediakan fasilitas khusus untuk pengelolaan
kesehatan lingkungan antara lain air bersih, pengelolaan limbah B3 seperti
limbah padat dan cair yang bersifat infeksius dan non infeksius serta
pemantauan limbah gas/udara dari emisi incinerator dan genset.

8. Kondisi lainnya
Puskesmas tidak didirikan di area sekitar Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).

B. PERSYARATAN BANGUNAN PUSKESMAS


1. Arsitektur Bangunan
a. Tata Ruang Bangunan
1) Rancangan tata ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Bangunan harus diselenggarakan sesuai dengan peruntukan lokasi
yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten/Kota dan/Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) yang bersangkutan.
3) Tata ruang Puskesmas mengikuti Peraturan Tata Ruang Daerah:
a) Ditetapkan nilai Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimal untuk
Puskesmas adalah 60%.
b) Ditetapkan nilai Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimal untuk
Puskesmas adalah 1,8.
c) Ditetapkan nilai Koefisien Daerah Hijau (KDH) minimal untuk
Puskesmas adalah 15%.
d) Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Garis Sempadan Pagar
(GSP).

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


4
b. Desain
1) Tata letak ruang pelayanan pada bangunan Puskesmas harus diatur
dengan memperhatikan zona Puskesmas sebagai bangunan fasilitas
pelayanan kesehatan.
2) Tata letak ruangan diatur dan dikelompokkan dengan memperhatikan
zona infeksius dan non infeksius.
3) Zona berdasarkan privasi kegiatan:
a) Area publik, yaitu area yang mempunyai akses langsung dengan
lingkungan luar Puskesmas, misalnya ruang pendaftaran.
b) Area semi publik, yaitu area yang tidak berhubungan langsung
dengan lingkungan luar Puskesmas, umumnya merupakan area
yang menerima beban kerja dari area publik, misalnya
laboratorium, ruang rapat/diskusi.
c) Area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung Puskesmas,
misalnya ruang sterilisasi, ruang rawat inap.
4) Zona berdasarkan pelayanan:
Tata letak ruang diatur dengan memperhatikan kemudahan
pencapaian antar ruang yang saling memiliki hubungan fungsi,
misalnya:
a) Ruang rawat inap pasien letaknya mudah terjangkau dari ruang
jaga petugas.
b) Perawatan pasca persalinan antara ibu dengan bayi dilakukan
dengan sistem rawat gabung.
5) Pencahayaan dan penghawaan yang nyaman dan aman untuk semua
bagian bangunan.
6) Harus disediakan fasilitas pendingin untuk penyimpanan obat-obatan
khusus dan vaksin dengan suplai listrik yang tidak boleh terputus.
7) Lebar koridor disarankan 2,40 m dengan tinggi langit-langit minimal
2,80 m. Koridor sebaiknya lurus. Apabila terdapat perbedaan
ketinggian permukaan pijakan, maka dapat menggunakan ram dengan
kemiringannya tidak melebihi 7°.

8) Desain dari faktor berikut dapat mempengaruhi penularan infeksi


yaitu jumlah petugas kesehatan, desain ruang rawat, luas ruangan
yang tersedia, jumlah dan jenis pemeriksaan/prosedur, persyaratan
teknis komponen lantai, dinding dan langit-langit, air, listrik dan
sanitasi, ventilasi dan kualitas udara, pengelolaan alat medisreused
dan disposable, pengelolaan makanan, laundry dan limbah.
Untuklebih jelasnya diuraikan sebagai berikut :

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


5
a) Desain jumlah petugaskesehatan

- Perencanaan kebutuhan jumlahpetugankesehatan


disesuaikan dengan jumlahpasie

- Pertimbangan faktor kelelahan bisa berakibatkelalaian.

- Tingkat kesulitan pelayanan terhadap pasien berdasarkan


tingkat risiko jenispenyakit

b) Desain ruang rawat


- Tersedia ruang rawat satu pasien (single room) untuk isolasi
pasien infeksius dan pasien dengan imunitasrendah.
- Jarakantartempattiduradalah≥1meter.Bilamemungkinkan1,8m.
- Tiap kamar tersedia fasilitas Alcohol–Based Hand Rub
(ABHR),
disarankanuntukruangrawatintensiftersediaABHRdisetiaptemp
at tidur.
- Tersediatoiletyangdilengkapishowerdisetiapkamarpasien.

c) Luas ruangan yangtersedia

- Ruang rawat pasien disarankan mempunyai luas lantai bersih


antara 12-16 m2 per tempattidur.

- Ruang rawat intensif dengan modul kamar individual/kamar


isolasi luas lantainya 16-20 m2 perkamar.

- Rasio kebutuhan jumlah tempat duduk di ruang tunggu bagi


pengunjungpasienadalah1tempattidurpasien:1-2tempatduduk.
d) Jumlah, jenis pemeriksaan danprosedur
- Kebutuhan ketersediaan alat medisdan APD berdasarkan
jenis penyakit yangditangani.
- LokasipenyimpananperalatanmedisdanAPDdimasing-
masingunit pelayanan harus mudah dijangkau, tempat
penyimpanannya harus bersih dan steril terutama
peralatan medis harussteril.

c. Ruang

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


6
Jumlah dan jenis ruang di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
ditentukan melalui analisis kebutuhan ruang berdasarkan pelayanan yang
diselenggarakan dan ketersediaan sumber daya. Tabel dibawah ini
menunjukkan program ruang minimal pada Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu, sebagai berikut berikut:

1) Puskesmas Non Rawat Inap

No. Nama Ruang Keterangan

Ruang Kantor

Ruangan administrasi

1.

Kantor

Ruangan Kepala

2.

Puskesmas

Dapat digunakan untuk

kegiatan lain dalam

3. Ruangan rapat mendukung pelayanan

kesehatan (ruang

multifungsi).

Ruang Pelayanan

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


7
Ruangan pendaftaran

4.

dan rekam medik

5. Ruangan tunggu

No. Nama Ruang Keterangan

Ruangan pemeriksaan

6.

Umum

Ruang tindakan juga

digunakan untuk

7. Ruangan tindakan

pelayanan gawat

darurat.

Ruangan KIA, KB dan

8.

Imunisasi

Ruangan kesehatan gigi

9. dan mulut

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


8
10. Ruangan ASI

Dapat dipergunakan

11. Ruangan promosi untuk konsultasi dan

Kesehatan

konseling.

⁻ Sesuai dengan

Standar Pelayanan

Kefarmasian di

Puskesmas.

⁻ Ruang penerimaan

resep dapat

12. Ruang farmasi digabungkan dengan

ruang penyerahan

obat dan dirancang

agar tenaga

kefarmasian dapat

bertatap muka

dengan pasien.

13. Ruangan persalinan

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


9
Ruangan rawat pasca Hanya 1 tempat tidur

14. Persalinan

Sesuai dengan Standar

15. Laboratorium Pelayanan Laboratorium

di Puskesmas.

16. Ruangan sterilisasi

Ruangan Dapat memiliki fungsi

17. Penyelenggaraan hanya sebagai tempat

Makanan penyajian makanan.

No. Nama Ruang Keterangan

Kamar mandi/WC Dikondisikan untuk

18. pasien (laki-laki dan dapat digunakan oleh

perempuan terpisah) penyandang disabilitas.

Dikondisikan untuk

KM/WC untuk

19. dapat digunakan oleh

Persalinan

penyandang disabilitas

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


10
Dikondisikan untuk

20. KM/WC petugas dapat digunakan oleh

penyandang disabilitas

21. Gudang umum

Pendukung

Merupakan rumah

jabatan tenaga

Rumah dinas tenaga

22. kesehatan dan berjumlah

Kesehatan

paling sedikit 2 (dua)

unit.

Parkir kendaraan roda 2

dan 4 serta garasi untuk

23.

ambulans dan

Puskesmas keliling

2) Puskesmas Rawat Inap

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


11
No. Nama Ruang Keterangan

Ruang Kantor

Ruangan administrasi

1.

Kantor

Ruangan Kepala

2.

Puskesmas

Dapat digunakan untuk

kegiatan lain dalam

3. Ruangan rapat mendukung pelayanan

kesehatan (ruang

multifungsi).

No. Nama Ruang Keterangan

Ruang Pelayanan

Ruangan pendaftaran

4.

dan rekam medik

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


12
5. Ruangan tunggu

Ruangan pemeriksaan

6.

Umum

7. Ruangan gawat darurat

Ruangan kesehatan

8.

anak dan imunisasi

Ruangan kesehatan ibu

9.

dan KB

Ruangan kesehatan gigi

10.

dan mulut

11. Ruangan ASI

Dapat dipergunakan

12. Ruangan promosi untuk konsultasi dan

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


13
Kesehatan

konseling.

⁻ Sesuai dengan Standar

Pelayanan Kefarmasian

di Puskesmas

⁻ Ruang penerimaan

resep dapat

digabungkan dengan

13. Ruang farmasi

ruang penyerahan obat

dan dirancang agar

tenaga kefarmasian

dapat bertatap muka

dengan pasien

Letak ruang bergabung

14. Ruangan Persalinan

di area rawat inap

Hanya 1 tempat tidur,

Ruangan rawat pasca

15. letak ruang bergabung di

Persalinan area rawat inap

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


14
No. Nama Ruang Keterangan

16. Ruangan tindakan

Dibedakan antara laki-

laki, perempuan dan

17. Ruangan rawat inap

anak.

Kamar Mandi/ WC Dikondisikan untuk

18. Pasien (laki-laki dan dapat digunakan oleh

perempuan terpisah) penyandang disabilitas

Sesuai dengan Standar

19. Laboratorium Pelayanan Laboratorium

di Puskesmas

20. Ruangan cuci linen

21. Ruangan Sterilisasi

Ruangan Memiliki fungsi sebagai

22. Penyelenggaraan tempat pengolahan dan

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


15
Makanan penyajian makanan.

Dikondisikan untuk

KM/WC untuk rawat

23. dapat digunakan oleh

Inap

penyandang disabilitas

Dikondisikan untuk

24. KM/WC Petugas dapat digunakan oleh

penyandang disabilitas

25. Ruangan jaga petugas

26. Gudang umum

Pendukung

Rumah dinas merupakan

rumah jabatan tenaga

Rumah dinas tenaga

27. kesehatan dan berjumlah

Kesehatan

paling sedikit 2 (dua)

unit.

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


16
Parkir kendaraan roda 2

dan 4 serta garasi untuk

28.

ambulans dan

Puskesmas keliling

3) Puskesmas Pembantu

No. Nama Ruang Keterangan

Ruang Pelayanan

Ruangan pendaftaran

1.

dan administrasi

2. Ruangan tunggu

Ruangan pemeriksaan

3.

Umum

Dapat digunakan untuk

4. Ruangan KIA dan KB melakukan promosi

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


17
kesehatan

Dikondisikan untuk

KM/WC Petugas &

5. dapat digunakan oleh

Pasien

penyandang disabilitas

Pendukung

Rumah dinas merupakan

rumah jabatan tenaga

Rumah dinas tenaga

6. kesehatan dan berjumlah

Kesehatan

paling sedikit 1 (satu)

unit.

7. Parkir

d. Persyaratan Komponen Bangunan dan Material

1) Atap

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


18
a) Atap harus kuat terhadap kemungkinan bencana (angin puting
beliung, gempa, dan lain-lain), tidak bocor, tahan lama dan tidak
menjadi tempat perindukan vektor.
b) Material atap tidak korosif, tidak mudah terbakar.

2) Langit-langit

a) Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah


dibersihkan, tanpa profil dan terlihat tanpa sambungan
(seamless).
b) Ketinggian langit-langit dari lantai minimal 2,8 m.
c) Komponen langit-langitmeliputi:
- Harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan
terhadap air, tidak mengandung unsur yang dapat
membahayakan pasien, serta tidakberjamur.
- Memiliki lapisan penutup yang bersifat tidak berpori sehingga
tidak menyimpandebu.
- Berwarna cerah, tetapi tidakmenyilaukan.

3) Dinding

a) Material dinding harus keras, rata, tidak berpori, tidak


menyebabkan silau, kedap air, mudah dibersihkan, dan tidak ada
sambungan agar mudah dibersihkan. Material dapat disesuaikan
dengan kondisi di daerah setempat.
b) Dinding KM/WC harus kedap air, dilapisi keramik setinggi 150 cm.
c) Dinding laboratorium harus tahan bahan kimia, mudah
dibersihkan, tidak berpori.
d) Komponen dindingmeliputi:
- Dinding harus mudah dibersihkan,tahan cuaca dan tidak
mudah berjamur.
- Lapisan penutup dinding harus bersifat tidak berpori sehingga
dinding tidak menyimpan debu.
- Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukanmata.
- Pertemuan antara dinding dengan dinding harus tidak bersiku,
tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan dan
mikroba tidak terperangkap di tempat tersebut.

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


19
4) Lantai
Material lantai harus kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna
terang, mudah dibersihkan, dan dengan sambungan seminimal
mungkin.
Seluruh pemukaan lingkungan datar, bebas debu, bebas sampah,
bebas serangga (semut,kecoa,lalat,nyamuk) dan binatang pengganggu
(kucing, anjing dan tikus) dan harus dibersihkan secara terus menerus.
Tidak dianjurkan menggunakan karpet di ruang perawatan dan
menempatkan bunga segar,tanaman pot, bunga plastik diruang
perawatan. Perbersihan permukaan dapat dipakai klorin 0,05%, atau
H2O20, 5-1,4%, bila ada cairan tubuh menggunakan klorin 0,5%.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus membuat dan melaksanakan SOP
untuk pembersihan, disinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur,
peralatan disamping tempat tidur dan pinggirannya yang sering
tersentuh. Fasilitas pelayanan kesehatan harus mempunyai disinfektan
yang sesuai standar untuk mengurangi kemungkinan penyebaran
kontaminasi.
Untuk mencegah aerosolisasi kuman patogen penyebab infeksi pada
saluran napas, hindari penggunaan sapu ijuk dan yang sejenis, tapi
gunakan cara basah (kain basah) dan mop (untuk pembersihan
kering/lantai),bila dimungkinkan mop terbuat dari microfiber.
Mop untuk ruang isolasi harus digunakan tersendiri, tidak digunakan lagi
untuk ruang lainnya.

Larutan disinfektan yang biasa dipakai yaitu natrium hipoklorit 0,05-


0,5%. Bila ada cairan tubuh, alcohol digunakan untuk area sempit,
larutan peroksida (H2O2) 0,5-1,4% untuk ruangan rawat dan 2% untuk
permukaan kamar operasi, sedangkan 5-35% (dry mist) untukudara.
Ikuti aturan pakai cairan disinfektan, waktu kontak dan cara
pengencerannya. Untuk lingkungan yang sering digunakan
pembersihannya dapat diulang menggunakan air dan detergen,

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


20
terutama bila dilingkungan tersebut tidak ditemukan mikroba
multiresisten.
Pembersihan area sekitar pasien:
- Pembersihan permukaan sekitar pasien harus dilakukan secara rutin
setiap hari, termasuk setiap kali pasien pulang/keluar dari fasyankes
(terminal dekontaminasi).
- Pembersihan juga perlu dilaksanakan terhadap barang yang sering
tersentuh tangan, misalnya: nakas disamping tempat tidur,tepi
tempat tidur dengan bed rails,tiang infus, tombol telpon, gagang
pintu, permukaan meja kerja, anak kunci, dll.
- Bongkaran pada ruang rawat dilakukan setiap 1 (satu) bulan
atausesuai dengan kondisi hunian ruangan.

5) Pintu dan Jendela


a) Lebar bukaan pintu utama dan ruang gawat darurat minimal 120 cm
atau dapat dilalui brankar dan pintu-pintu yang bukan akses brankar
memiliki lebar bukaan minimal 90 cm. Pintu harus terbuka ke luar.
b) Pintu khusus untuk KM/WC di ruang perawatan dan pintu KM/WC
penyandang disabilitas, harus terbuka ke luar dan lebar daun pintu
minimal 90 cm.
c) Material pintu untuk KM/WC harus kedap air.

6) Kamar Mandi (KM)/WC


a) Memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar oleh
pengguna.
b) Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin dan air buangan tidak
boleh tergenang.
c) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
d) Kunci-kunci dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika
terjadi kondisi darurat.
e) Pemilihan tipe kloset disesuaikan dengan kebutuhan dan
kebiasaan pengguna pada daerah setempat.
f) Sebaiknya disediakan minimal 1 KM/WC umum untuk
penyandang disabilitas, dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol
penyandang disabilitas pada bagian luarnya dan dilengkapi
dengan pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi dan
ketinggiandisesuaikan dengan pengguna kursi roda dan
penyandang disabilitas lainnya. Pegangan disarankan memiliki

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


21
bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan
pengguna kursi roda.
Contoh Ruang gerak dalam KM/WC pasien dan penyandang
disabilitas

7) Aksesibilitas Penyandang Disabilitas dan Lansia


a) Umum.
Setiap bangunan Puskesmas harus menyediakan fasilitas dan
aksesibilitas untuk menjamin terwujudnya kemudahan, keamanan,
dan kenyamanan.
b) Persyaratan Teknis.
- Fasilitas dan aksesibilitas meliputi KM/WC, tempat parkir,
telepon umum, jalur pemandu, rambu dan marka, tangga, pintu,
ram.
- Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas disesuaikan dengan
fungsi, luas, dan ketinggian bangunan Puskesmas.

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


22
2. Struktur Bangunan
a. Struktur bangunan Puskesmas harus direncanakan kuat/kokoh, dan stabil dalam
menahan beban/kombinasi beban, baik beban muatan tetap maupun beban
muatan sementara yang timbul, antara lain beban gempa dan bebanangin, dan
memenuhi aspek pelayanan (service ability) selama umur layanan yang
direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan.
b. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembebanan, ketahanan terhadap gempa
dan/atau angin, dan perhitungan strukturnya mengikuti pedoman dan standar
teknis yang berlaku.

C. PERSYARATAN PRASARANA PUSKESMAS


1. Sistem Penghawaan (Ventilasi)
a. Ventilasi merupakan proses untuk mensuplai udara segar ke dalam
bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan, bertujuan
menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan, menghilangkan uap
air yang berlebih dan membantu mendapatkan kenyamanan termal.
b. Ventilasi ruangan pada bangunan Puskesmas, dapat berupa ventilasi
alami dan/atau ventilasi mekanis. Jumlah bukaan ventilasi alami tidak
kurang dari 15% terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan
ventilasi. Sedangkan sistem ventilasi mekanis diberikan jika ventilasi
alami yang memenuhi syarat tidak memadai.
c. Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi
ruangan di bangunan Puskesmas minimal 12x pertukaran udara per jam
dan untuk KM/WC 10x pertukaran udara per jam.
d. Penghawaan/ventilasi dalam ruang perlu memperhatikan 3 (tiga) elemen
dasar, yaitu: (1). jumlah udara luar berkualitas baik yang masuk dalam
ruang pada waktu tertentu; (2). arah umum aliran udara dalam gedung
yang seharusnya dari area bersih ke area terkontaminasi serta distribusi
udara luar ke setiap bagian dari ruangan dengan cara yang efisien dan
kontaminan airborne yang ada dalam ruangan dialirkan ke luar dengan
cara yang efisien; (3). setiap ruang diupayakan proses udara didalam
ruangan bergerak dan terjadi pertukaran antara udara didalam ruang
dengan udara dari luar.
e. Pemilihan sistem ventilasi yang alami, mekanik atau campuran, perlu
memperhatikan kondisi lokal, seperti struktur bangunan, cuaca, biaya dan
kualitas udara luar.
PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS
23
f. Tidakdianjurkanmelakukanfoggingdansinarultravioletuntukkebersihan
udara, kecuali dry mist dengan H2O2 dan penggunaan sinar UV untuk
terminaldekontaminasiruanganpasiendenganinfeksiyangditransmisikan
melalui air borne. Diperlukan pembatasan jumlah personil di ruangan dan
ventilasi yang memadai. Tidak direkomendasikan melakukan kultur
permukaan lingkungan secara rutin kecuali bila ada outbreak atau
renovasi/pembangunan gedungbaru.
2. Sistem Pencahayaan
a. Bangunan Puskesmas harus mempunyai pencahayaan alami dan/atau
pencahayaan buatan.
b. Pencahayaan harus terdistribusikan rata dalam ruangan.
c. Lampu-lampu yang digunakan diusahakan dari jenis hemat energi.Tingkat
pencahayaan rata-rata yang direkomendasikan.

FUNGSI RUANG TINGKAT PENCAHAYAAN (LUX)

Ruangan administrasi kantor,

ruangan Kepala Puskesmas,

ruangan rapat, ruangan

pendaftaran Dan rekam medik,

ruangan pemeriksaan umum,

ruangan Kesehatan Ibu dan Anak 200

(KIA), KB dan imunisasi, ruangan

kesehatan gigi dan mulut, ruangan

ASI, ruangan promosi kesehatan,

ruang farmasi, ruangan rawat inap,

ruangan rawat pasca persalinan

FUNGSI RUANG TINGKAT PENCAHAYAAN (LUX)

Laboratorium, ruangan tindakan, 300

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


24
ruang gawat darurat

Dapur, ruangan tunggu, gudang

umum, KM/WC, ruangan sterilisasi, 100

ruangan cuci linen

3. Sistem Sanitasi
Sistem sanitasi Puskesmas terdiri dari sistem air bersih, sistem pembuangan
air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air
hujan.Air dan Listrik di Puskesmas harus tersedia terus menerus selama 24
jam. Air minumharusmemenuhistandarmutuyangditetapkanolehpemerintah,
jadi harus diperiksa secara teratur dan rutin setiap bulan sekali. Toilet dan
wastafel harus dibersihkan setiaphari.
a. Sistem air bersih
1) Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem pengalirannya.
2) Sumber air bersih dapat diperoleh langsung dari sumber air
berlangganan dan/atau sumber air lainnya dengan baku mutu yang
memenuhi dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3) Seluruh persyaratan kualitas air bersih harus dipenuhi baik
menyangkut bau, rasa, warna dan susunan kimianya termasuk
debitnya sesuai ketentuan peraturan perundangan mengenai syarat-
syarat dan pengawasan kualitas air minum dan mengenai persyaratan
kualitas air minum.
4) Kehandalan penyaluran air bersih ke seluruh ruangan dan gedung
perlu memperhatikan :
a) Sistem Jaringan. Diusahakan ruangan yang membutuhkan air
yang bersih menggunakan jaringan yang handal. Alternatif
dengan 2saluran, salah satu di antaranya adalah saluran
cadangan.
PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS
25
b) Sistem Stop Kran danValve.

b. Sistem penyaluran air kotor dan/atau air limbah


1) Tersedia sistem pengolahan air limbah yang memenuhi persyaratan
kesehatan.
2) Saluran air limbah harus kedap air, bersih dari sampah dan dilengkapi
penutup dengan bak kontrol untuk menjaga kemiringan saluran
minimal 1%.
3) Di dalam sistem penyaluran air kotor dan/atau air limbah dari ruang
penyelenggaraan makanan disediakan perangkap lemak untuk
memisahkan dan/atau menyaring kotoran/lemak.

c. Sistem pembuangan limbah infeksius dan non infeksius.


1) Sistem pembuangan limbah infeksius dan non infeksiusharus
direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan fasilitas
pewadahan, Tempat Penampungan Sementara (TPS), dan
pengolahannya.
2) Pertimbangan jenis pewadahan dan pengolahan limbah infeksius dan
non infeksius diwujudkan dalam bentuk penempatan pewadahan
dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan
penghuni, masyarakat dan lingkungannya serta tidak mengundang
datangnya vektor/binatang penyebar penyakit.
3) Pertimbangan fasilitas Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang
terpisah diwujudkan dalam bentuk penyediaan Tempat Penampungan
Sementara (TPS) limbah infeksius dan non infeksius, yang
diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah penghuni, dan
volume limbah.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara perencanaan, pemasangan,
dan pengolahan fasilitas pembuangan limbah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Sistem Kelistrikan
1) Umum
a) Sistem kelistrikan dan penempatannya harus mudah dioperasikan,
diamati, dipelihara, tidak membahayakan, tidak mengganggu
lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lain.

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


26
b) Perancangan dan pelaksanaannya harus memenuhi SNI 0225-
2011, tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2011)
atau edisi yang terbaru.
2) Sumber Daya Listrik
a) Sumber daya listrik yang dibutuhkan, terdiri dari:
- Sumber daya listrik normal dengan daya paling rendah
2200VA; dan
- Sumber daya listrik darurat 75% dari sumber daya listrik
normal
.
b) Sumber daya listrik normal, diperoleh dari:
- Sumber daya listrik berlangganan seperti PLN;
- Sumber daya listrik dari pembangkit listrik sendiri, diperoleh
dari:
Generator listrik dengan bahan bakar cair atau gas elpiji.
Sumber listrik tenaga surya.
Sumber listrik tenaga angin.
Sumber listrik tenaga mikro hidro.
Sumber listrik tenaga air.

c) Sumber daya listrik darurat, diperoleh dari :

- Generator listrik.

- Uninterruptible Power Supply (UPS)

3) Sistem Distribusi
Sistem distribusi terdiri dari :
a) Panel-panel listrik.
b) Instalasi pengkabelan.
c) Instalasi kotak kontak dan sakelar.

4) Sistem Pembumian
Nilai pembumian (grounding) bangunan tidak boleh kurang
impedansinya dari 0.5 Ω. Nilai pembumian (grounding) alat kesehatan
tidak boleh kurang impedansinya dari 0.1 Ω.
PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS
27
e. Sistem Komunikasi
Alat komunikasi diperlukan untuk hubungan/komunikasi di lingkup dan
keluar Puskesmas, dalam upaya mendukung pelayanan di Puskesmas.
Alat komunikasi dapat berupa telepon kabel, seluler, radio komunikasi,
ataupun alat komunikasi lainnya.

f. Sistem Gas Medik


Gas medik yang digunakan di Puskesmas adalah Oksigen (O2). Sistem
gas medik harus direncanakan dan diletakkan dengan
mempertimbangkan tingkat keselamatan bagi penggunanya.
Persyaratan Teknis:
1) Pengolahan, penggunaan, penyimpanan dan pemeliharaan gas
medik harus sesuai ketentuan berlaku.
2) Tabung/silinder yang digunakan harus yang telah dibuat, diuji, dan
dipelihara sesuai spesifikasi dan ketentuan dari pihak yang
berwenang.
3) Tabung/silinder O2 harus di cat warna putih untuk membedakan
dengan tabung/silinder gas medik lainnya sesuai ketentuan yang
berlaku.
4) Tabung/silinder O2 pada saat digunakan, diletakkan di samping
tempat tidur pasien, dan harus menggunakan alat pengaman seperti
troli tabung atau dirantai.
5) Tutup pelindung katup harus dipasang erat pada tempatnya bila
tabung/silinder sedang tidak digunakan.
6) Apabila diperlukan, disediakan ruangan khusus penyimpanan silinder
gas medik. Tabung/silinder dipasang/diikat erat dengan
pengaman/rantai.
7) Hanya tabung/silinder gas medik dan perlengkapannya yang boleh
disimpan dalam ruangan penyimpanan gas medik.
8) Tidak boleh menyimpan bahan mudah terbakar berdekatan dengan
ruang penyimpanan gas medik.
9) Dilarang melakukan pengisian ulang tabung/silinder O2 dari
tabung/silinder gas medik besar ke tabung/silinder gas medik kecil.

g. Sistem Proteksi Petir

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


28
Sistem proteksi petir harus dapat melindungi semua bagian dari
bangunan Puskesmas, termasuk manusia yang ada di dalamnya, dan
instalasi serta peralatan lainnya terhadap kemungkinan bahaya sambaran
petir.

h. Sistem Proteksi Kebakaran

1) Bangunan Puskesmas harus menyiapkan alat pemadam


kebakaran untuk memproteksi kemungkinan terjadinya kebakaran.
2) Alat pemadam kebakaran kapasitas minimal 2 kg, dan dipasang 1
buah untuk setiap 15 m2.
3) Pemasangan alat pemadam kebakaran diletakkan pada dinding
dengan ketinggian antara 15 cm – 120 cm dari permukaan lantai,
dilindungi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan
kerusakan atau pencurian.
4) Apabila bangunan Puskesmas menggunakan generator sebagai
sumber daya listrik utama, maka pada ruangan generator harus
dipasangkan Alat Pemadam Kebakaran jenis CO2.

i. Sistem Pengendalian Kebisingan

1) Intensitas kebisingan equivalent (Leq) diluar bangunan Puskesmas


tidak lebih dari 55 dBA, dan di dalam bangunan Puskesmas tidak
lebih dari 45 dBA.
2) Pengendalian sumber kebisingan disesuaikan dengan sifat
sumber.
3) Sumber suara genset dikendalikan dengan meredam dan
membuat sekat yang memadai dan sumber suara dari lalu lintas
dikurangi dengan cara penanaman pohon ataupun cara lainnya.

j. Sistem Transportasi Vertikal dalam Puskesmas.


Setiap bangunan Puskesmas yang bertingkat harus menyediakan sarana
hubungan vertikal antar lantai yang memadai berupa tersedianya tangga
dan ram.
1) Tangga
a) Umum

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


29
Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang
dirancang dengan mempertimbangkan ukuran dan kemiringan
pijakan dan tanjakan dengan lebar yang memadai.
b) Persyaratan tangga
- Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran
seragam, dengan tinggi masing-masing pijakan/tanjakan
adalah 15 – 17 cm.
- Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 600.
- Lebar tangga minimal 120 cm untuk mempermudah evakuasi
dalam kondisi gawat darurat.
- Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat
membahayakan pengguna tangga.
- Harus dilengkapi dengan rel pegangan tangan (handrail).

k. Puskesmas Keliling (Pusling) dan Ambulans


Ketentuan mengenai kendaraan Puskesmas keliling dan ambulan
mengikuti ketentuan teknis yang berlaku.

D. Sarana Prasarana Alat Kesehatan


Invetaris saran prasarana alat kesehatan yang ada di puskesmas telah
tersusun dalam Aplikasi Sarana Prasarana Alat Kesehatan (ASPAK) dan
format data sarana dan prasarana menggunakan laporan yang berasal dari
ASPAK.

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


30
III. TATA LAKSANA

A. PERSIAPAN
Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan kegiatan pemantauan
sarana dan prasrana di puskesmas:
1. Menetapkan Standar sarana dan prasarana di Puskesmas
2. Inventaris sarana dan prasarana Puskesmas
3. Mempersiapkan formulir monitoring sarana dan prasarana
4. Mensosialisasikan kepada petugas yang mengisi
5. Pelaksanaan kegiatan pemantauan

B. PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan
1. Menyesuai antara standar sarana dan prasarana dengan inventaris yang ada
di puskesmas
2. Petugas mepersiapkan ceklis monitoring sarana dan prasarana puskesmas
dan ceklis monitoring fasilitas sanitasi puskesmas.
3. Penanggung jawab mensosialisasikan ke petugas pengisian monitoring
sarana dan prasarana
4. Petugas (yang ditunjuk) melaksanakan monitoring sarana dan prasarana
puskesmas, bangunan puskesmas dan fasilitas sanitasi puskesmas sesuai
ceklis yang tersedia
a. Melakukan pemantauan terhadap keamanan pada umumnya di
lingkungan Puskesmas dilakukan oleh petugas sanitarian setiap 3 bulan
sekali dan dilakukan monitoring serta evaluasi
b. Melakukan pemantauan terhadap pengelolaan bahan berbahayadi
ruangan setiap hari oleh petugas ruangan dan monitoring 1 bulan sekali
oleh petugas di sanitarian
c. Melakukan monitoring terhadap pembuangan limbah berbahaya oleh
petugas sanitarian dilakukan setiap hari
d. Melakukan monitoring terdapat instalasi listrik, jaringan internet, telepon,
air bersih, ventilasi, gas dan sistem lainnya secara berkala dilakukan
setiap hari oleh petugas yang ditetapkan
e. Melakukan pengamanan terhadap kebakaran (APAR) oleh petugas yang
ditunjuk (PJ) dilakukan setiap bulan sekali
f. Melakukan pemantauan kendaraan dinas oleh PJ yang di tunjuk setiap
hari
5. Petugas mengisi ceklis monitoring yang telah dipersiapkan

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


31
6. Petugas melaporkan hasil pemantauan kepada Kepala Sub. Bagian
TataUsaha jika tidak sesuai dengan persyaratan
7. Petugas mendokumentasikan hasil pemantaua

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


32
IV. DOKUMENTASI

Setelah dilaksanakan kegiatan monitoring sarana dan prasarana puskesmas, maka


dilakukan pencatatan dan pelaporan hasil pelaksanaan pemantauan pada lembar
monitoring masing-masing ruangan dan sarana prasarana.

PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


33
PANDUAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS 34

Anda mungkin juga menyukai