A. PENGANTAR
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain
mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih,
pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang)
dan sebagainya.
Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha
untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan
media yang baik untuk terwujudnya kesehatan optimum bagi manusia yang hidup di
dalamnya. Masalah kesehatan lingkungan yang sedang berkembang adalah berkisar pada
masalah sanitasi (jamban), penyediaan air minum, perumahan (housing), pembuangan
sampah dan pembuangan air limbah (air kotor)
Sebagai salah satu Puskesmas yang berada dipusat Kabupaten dengan jumlah
penduduk lebih dari 15 ribu jiwa, masalah kesehatan lingkungan menjadi sangat kompleks
terutama di Puskesmas Molingkapoto. Hal tersebut disebabkan, antara lain :
1. Pembuangan kotoran manusia
Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman,
masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan
masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok
untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia (faeces) adalah sumber
penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada
faeces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara
2. Penyediaan sarana air bersih
Berdasarkan data bahwa hanya 10% penduduk mendapatkan air bersih dari PDAM,
terutama untuk penduduk yang dekat didaerah perkantoran, selebihnya mempergunakan
sumur atau sumber lain. Bila datang musim kemarau, krisis air dapat terjadi dan penyakit
mulai muncul dimana-mana.
3. Tempat pembuangan sampah
Di hampir setiap tempat sistem pembuangan sampah dilakukan secara dumping tanpa
ada pengolahan lebih lanjut. Sistem pembuangan semacam itu selain memerlukan lahan
yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah dan air selain
lahannya juga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agen dan vektor penyakit
menular.
4. Pembuangan limbah medis dan rumah tangga
Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dibuang langsung dan
bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut, ditambah lagi dengan kebiasaan
penduduk melakukan kegiatan MCK di bantaran sungai. Akibatnya, kualitas air sungai
menurun dan apabila digunakan untuk air baku memerlukan biaya yang tinggi.
Kesehatan lingkungan berangkat dari konsep konvensional dari pencegahan,
termasuk dalam upaya pencegahan primer yang menekankan pencegahan secara dini
kejadian suatu penyakit, ditujukan terutama kepada penghambatan perkembangbiakan dan
penularan serta kontak manusia dengan agent, vektor ataupun faktor risiko yang
berhubungan dengan penyakit (seperti kuman patogen, vektor, dan polutan). Misalnya,
penyediaan jamban saniter sangat efektif memutuskan kontaminasi dan perkembangbiakan
bakteri penyebab diare terhadap sumber air atau makanan. Mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun cukup efektif memutuskan mata rantai infeksi bakteri. Demikian pula klorinasi air
minum dapat mengurangi pemajanan kuman patogen. Ketiga upaya seperti dicontohkan di
atas dapat merupakan cara sederhana guna mengurangi risiko timbulnya beberapa penyakit
rakyat.
B. NARASI
Kesehatan lingkungan yang merupakan salah satu upaya pencegahan primer
diprioritaskan pada kegiatan kesehatan lingkungan yang murah, yang memberikan dampak
kesehatan yang besar, serta merupakan komitmen internasional, yaitu pencapaian "Universal
access".
Kebijakan strategis sangat erat kaitannya dengan sasaran strategis. Sasaran strategis
sendiri merupakan turunan langsung dari tujuan strategis. Dalan tahapan berikutnya, untuk
mencapai sasaran strategis ini kemudian harus ditetapkan kebijakan-kebijakan strategis yang
menyertainya, untuk kemudian kebijakan-kebijakan strategis ini diintervensi melalui
berbagai program strategis yang terdiri dari berbagai kegiatan strategis.
Program kesehatan lingkungan adalah salah satu program pokok
puskesmas yang berupaya untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungan
untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Ada 5 upaya dasar yang dilakukan dibidang Kesehatan lingkungan :
1. Penyehatan lingkungan pemukiman (Pemeriksaan Rumah)
Sarana sanitasi dasar yang dipantau meliputi jamban keluarga (jaga), saluran
pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan sampah (TPS).
2. Penyehatan sarana air bersih (SAB)
Kegiatan upaya penyehatan air meliputi ; surveilans kjualitas air, inspeksi
sanitasi SAB, pemeriksaan kualitas air, pembinaan kelompok pemakai air.
3. Penyehatan tempat dan fasilitas umum (TFU)
Penyehatan tempat dan fasilitas umum meliputi hotel dan tempat penginapan
lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, salon dan
pangkas rambut, dilakukan upaya pembinaan institusi rumah sakit dan sarana
kesehatan lain, sarana pendidikan dan perkantoran
4. Penyehatan tempat pengelolaan pangan (TPP)
Secara umum penyehatan TPP bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis
dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan minuman, kesiap-
siagaan dan penanggulangan KLB, keracunan, kewaspadaan dini serta
penyakit bawaan makanan. Penyehatan tempat pengelolaan pangan meliputi :
rumah makan/restoran, kantin, makanan jajanan, jasa boga, irtp, dapot air
minum.
5. Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan melalui sampah atau limbah yang dibuang baik internal
maupun external. Kerusakan bangunan dapat disebabkan oleh kimia yang
terlarut. Gangguan kerusakan tanaman dan binatang hidup disebabkan oleh
buangan bahan kimia dan bahan infeksius. Gangguan terhadap kesehatan
manusia disebabkan oleh virus atau bakteri bahan kimia dan gas
6. Konsultasi Kesehatan lingkungan klinik sanitasi dalam Gedung dan luar
Gedung
Pemberian konsultasi gratis kepada masyarakat/pasien yang menderita penyakit
yang berhubungan dengan lingkungan seperti; diare, kecacingan, penyakit kulit,
TB Paru, dan lainnya.
C. ANALISA MASALAH
Akses terhadap sanitasi layak dan perilaku buang air besar, proporsi rumah tangga di
wilayah Puskesmas Molingkapoto yang dapat mengakses sanitasi layak pada tahun 2021
sudah relative tinggi, sekitar 91 persen. Perbandingan antara tiap desa menunjukkan bahwa
angka proporsi yang lebih tinggi di Desa Molingkapoto Selatan dan Alata Karya 100 persen.
Angkanya berasosiasi positif dengan tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan status
ekonomi yang tinggi cenderung untuk memiliki fasilitas sanitasi yang layak
Di tengah tingginya angka akses terhadap sanitasi layak, data emonev STBM tahun
2021 mengungkapkan bahwa ada 9 Desa yang sebagian rumah tangga masih memiliki
perilaku buang air besar sembarangan (BABS) atau open defecation. Istilah ini merujuk
pada tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak-semak, sungai, pantai
atau area terbuka lainnya sehingga menimbulkan risiko mengkontaminasi lingkungan, tanah,
udara dan air. Hal ini menjadi perhatian kita sehingga gerakan Stop Buang Air Besar
Sembarangan menjadi salah satu pilar STBM. Hal ini sesuai dengan target global SDGs
yaitu pada tahun 2030 menghentikan praktik buang air besar ditempat terbuka dan menjadi
salah satu target kabupaten sehat tahun 2023.
Pembuangan kotoran/tinja yang tidak aman sangat terkait dengan peningkatan
kemungkinan penyakit diare, menunjukkan bahwa sebagain rumah tangga membuang tinja
ke tempat bukan dijamban/wc melainkan ke tempat lain termasuk saluran/selokan. Perilaku
ini mengandung risiko tercemarnya lingkungan oleh bakteri E.coli, keadaan seperti ini akan
mempengaruhi kualitas saran air bersih serta tidak terpenuhinya sarana air minum yang
layak
Akses berkelanjutan terhadap air minum dan kualitas air minum yang layak masih 14
persen penduduk mendapatkan air bersih dari perpipaan (PDAM, BPSPAM) selebihnya
mempergunakan sumur atau sumber lain sebanyak 845 buah. Untuk sarana air bersih yang
sudah di inspeksi kesehatan lingkungan (ikl) sebanyak 328 buah sehingga masih 517 buah
sarana yang belum di ikl.
Akses terhadap air minum yang aman merupakan hak asasi manusia dan juga
merupakan kebutuhan dasar hidup sehat. Air minum yang tidak aman (terkontaminasi
mikrobiologi dan kimia) dapat menyebabkan timbulnya penyakit seperti diare, kolera, tipus,
dan schistosomiasis. Jarak tempuh untuk mengakses sumber air minum juga sangat penting
bagi perempuan dan anak-anak, terutama pada aspek keamanan dan martabat, umumnya
tugas mereka mengambil dan membawa air dari sumber dengan jarak yang jauh. Sehingga
diperlukan pengawasan dan pemeriksaan survei kualitas air minum. Baik yang dari
perpipaan, sumur dan depot air minum.
Masalah sampah, air bersih, perilaku masyarakat yang masih BABS (Buang
Air Besar Sembrangan, kondisi linkungan infeksi silang (Nosokomial) dapat
terjadi pada pengguna puskesmas yaitu pasien, pengunjung dan karyawan.
Gangguan kesehatan dan keselamatan kerja terutama bagi karyawan puskesmas bila
tidak dilengkapi dengan sistem proteksi yang tepat. Gangguan estetika dan
kenyamanan berupa bau, serta kesan kotor yang dapat memberikan efek psikologis
bagi pengguna puskesmas. Sehingga diperlukan penaganna yang aman.
Laporan pelayanan Kesling Puskemas Molingkapoto pada tahun 2021 menunjukan
95% warga memiliki sumber air bersih, 91% warga memiliki jamban dan 26% warga
memiliki sistem pengelolaan air limbah dengan baik. Sanitasi pada TTU mencapai 61%
memenuhi syarat. Tempat pembuangan sampah (TPS) sementara warga mencapai 17% rata
pembuangan sampah disungai, pantai dan dibakar. sedangkan untuk penyakit berbasis
lingkungan terbanyak adalah ISPA 432 kasus, dermatitis 120 kasus, diare 58 kasus dan 23
kasus TB.
Penyakit berbasis lingkungan, yaitu karena sumber penyakitnya berasal dari
lingkungan yang jelek (air, udara, tanah yang tercemar), yaitu Penyakit Diare,
Kecacingan, ISPA, Malaria, DBD, TB Paru, Kulit/Gatal-Gatal, Keracunan
Makanan/minuman/Pestisida dan keluhan akibat lingkungan yang buruk/akibat
kerja.
Klinik Sanitasi Berada di Puskesmas dan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari program pelayanan Puskesmas dimana yang Bertugas di Klinik
Sanitasi yaitu Petugas sanitarian Puskesmas / Petugas Penyuluh Puskesmas
NO MASALAH U S G TOTAL