Anda di halaman 1dari 14

RENCANA USULAN KEGIATAN (RUK)

PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN TAHUN 2023

A. PENGANTAR
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain
mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih,
pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang)
dan sebagainya.
Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha
untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan
media yang baik untuk terwujudnya kesehatan optimum bagi manusia yang hidup di
dalamnya. Masalah kesehatan lingkungan yang sedang berkembang adalah berkisar pada
masalah sanitasi (jamban), penyediaan air minum, perumahan (housing), pembuangan
sampah dan pembuangan air limbah (air kotor)
Sebagai salah satu Puskesmas yang berada dipusat Kabupaten dengan jumlah
penduduk lebih dari 15 ribu jiwa, masalah kesehatan lingkungan menjadi sangat kompleks
terutama di Puskesmas Molingkapoto. Hal tersebut disebabkan, antara lain :
1. Pembuangan kotoran manusia
Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman,
masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan
masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok
untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia (faeces) adalah sumber
penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada
faeces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara
2. Penyediaan sarana air bersih
Berdasarkan data bahwa hanya 10% penduduk mendapatkan air bersih dari PDAM,
terutama untuk penduduk yang dekat didaerah perkantoran, selebihnya mempergunakan
sumur atau sumber lain. Bila datang musim kemarau, krisis air dapat terjadi dan penyakit
mulai muncul dimana-mana.
3. Tempat pembuangan sampah
Di hampir setiap tempat sistem pembuangan sampah dilakukan secara dumping tanpa
ada pengolahan lebih lanjut. Sistem pembuangan semacam itu selain memerlukan lahan
yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah dan air selain
lahannya juga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agen dan vektor penyakit
menular.
4. Pembuangan limbah medis dan rumah tangga
Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dibuang langsung dan
bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut, ditambah lagi dengan kebiasaan
penduduk melakukan kegiatan MCK di bantaran sungai. Akibatnya, kualitas air sungai
menurun dan apabila digunakan untuk air baku memerlukan biaya yang tinggi.
Kesehatan lingkungan berangkat dari konsep konvensional dari pencegahan,
termasuk dalam upaya pencegahan primer yang menekankan pencegahan secara dini
kejadian suatu penyakit, ditujukan terutama kepada penghambatan perkembangbiakan dan
penularan serta kontak manusia dengan agent, vektor ataupun faktor risiko yang
berhubungan dengan penyakit (seperti kuman patogen, vektor, dan polutan). Misalnya,
penyediaan jamban saniter sangat efektif memutuskan kontaminasi dan perkembangbiakan
bakteri penyebab diare terhadap sumber air atau makanan. Mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun cukup efektif memutuskan mata rantai infeksi bakteri. Demikian pula klorinasi air
minum dapat mengurangi pemajanan kuman patogen. Ketiga upaya seperti dicontohkan di
atas dapat merupakan cara sederhana guna mengurangi risiko timbulnya beberapa penyakit
rakyat.
B. NARASI
Kesehatan lingkungan yang merupakan salah satu upaya pencegahan primer
diprioritaskan pada kegiatan kesehatan lingkungan yang murah, yang memberikan dampak
kesehatan yang besar, serta merupakan komitmen internasional, yaitu pencapaian "Universal
access".
Kebijakan strategis sangat erat kaitannya dengan sasaran strategis. Sasaran strategis
sendiri merupakan turunan langsung dari tujuan strategis. Dalan tahapan berikutnya, untuk
mencapai sasaran strategis ini kemudian harus ditetapkan kebijakan-kebijakan strategis yang
menyertainya, untuk kemudian kebijakan-kebijakan strategis ini diintervensi melalui
berbagai program strategis yang terdiri dari berbagai kegiatan strategis.
Program kesehatan lingkungan adalah salah satu program pokok
puskesmas yang berupaya untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungan
untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Ada 5 upaya dasar yang dilakukan dibidang Kesehatan lingkungan :
1. Penyehatan lingkungan pemukiman (Pemeriksaan Rumah)
Sarana sanitasi dasar yang dipantau meliputi jamban keluarga (jaga), saluran
pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan sampah (TPS).
2. Penyehatan sarana air bersih (SAB)
Kegiatan upaya penyehatan air meliputi ; surveilans kjualitas air, inspeksi
sanitasi SAB, pemeriksaan kualitas air, pembinaan kelompok pemakai air.
3. Penyehatan tempat dan fasilitas umum (TFU)
Penyehatan tempat dan fasilitas umum meliputi hotel dan tempat penginapan
lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, salon dan
pangkas rambut, dilakukan upaya pembinaan institusi rumah sakit dan sarana
kesehatan lain, sarana pendidikan dan perkantoran
4. Penyehatan tempat pengelolaan pangan (TPP)
Secara umum penyehatan TPP bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis
dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan minuman, kesiap-
siagaan dan penanggulangan KLB, keracunan, kewaspadaan dini serta
penyakit bawaan makanan. Penyehatan tempat pengelolaan pangan meliputi :
rumah makan/restoran, kantin, makanan jajanan, jasa boga, irtp, dapot air
minum.
5. Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan melalui sampah atau limbah yang dibuang baik internal
maupun external. Kerusakan bangunan dapat disebabkan oleh kimia yang
terlarut. Gangguan kerusakan tanaman dan binatang hidup disebabkan oleh
buangan bahan kimia dan bahan infeksius. Gangguan terhadap kesehatan
manusia disebabkan oleh virus atau bakteri bahan kimia dan gas
6. Konsultasi Kesehatan lingkungan klinik sanitasi dalam Gedung dan luar
Gedung
Pemberian konsultasi gratis kepada masyarakat/pasien yang menderita penyakit
yang berhubungan dengan lingkungan seperti; diare, kecacingan, penyakit kulit,
TB Paru, dan lainnya.

C. ANALISA MASALAH
Akses terhadap sanitasi layak dan perilaku buang air besar, proporsi rumah tangga di
wilayah Puskesmas Molingkapoto yang dapat mengakses sanitasi layak pada tahun 2021
sudah relative tinggi, sekitar 91 persen. Perbandingan antara tiap desa menunjukkan bahwa
angka proporsi yang lebih tinggi di Desa Molingkapoto Selatan dan Alata Karya 100 persen.
Angkanya berasosiasi positif dengan tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan status
ekonomi yang tinggi cenderung untuk memiliki fasilitas sanitasi yang layak
Di tengah tingginya angka akses terhadap sanitasi layak, data emonev STBM tahun
2021 mengungkapkan bahwa ada 9 Desa yang sebagian rumah tangga masih memiliki
perilaku buang air besar sembarangan (BABS) atau open defecation. Istilah ini merujuk
pada tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak-semak, sungai, pantai
atau area terbuka lainnya sehingga menimbulkan risiko mengkontaminasi lingkungan, tanah,
udara dan air. Hal ini menjadi perhatian kita sehingga gerakan Stop Buang Air Besar
Sembarangan menjadi salah satu pilar STBM. Hal ini sesuai dengan target global SDGs
yaitu pada tahun 2030 menghentikan praktik buang air besar ditempat terbuka dan menjadi
salah satu target kabupaten sehat tahun 2023.
Pembuangan kotoran/tinja yang tidak aman sangat terkait dengan peningkatan
kemungkinan penyakit diare, menunjukkan bahwa sebagain rumah tangga membuang tinja
ke tempat bukan dijamban/wc melainkan ke tempat lain termasuk saluran/selokan. Perilaku
ini mengandung risiko tercemarnya lingkungan oleh bakteri E.coli, keadaan seperti ini akan
mempengaruhi kualitas saran air bersih serta tidak terpenuhinya sarana air minum yang
layak
Akses berkelanjutan terhadap air minum dan kualitas air minum yang layak masih 14
persen penduduk mendapatkan air bersih dari perpipaan (PDAM, BPSPAM) selebihnya
mempergunakan sumur atau sumber lain sebanyak 845 buah. Untuk sarana air bersih yang
sudah di inspeksi kesehatan lingkungan (ikl) sebanyak 328 buah sehingga masih 517 buah
sarana yang belum di ikl.
Akses terhadap air minum yang aman merupakan hak asasi manusia dan juga
merupakan kebutuhan dasar hidup sehat. Air minum yang tidak aman (terkontaminasi
mikrobiologi dan kimia) dapat menyebabkan timbulnya penyakit seperti diare, kolera, tipus,
dan schistosomiasis. Jarak tempuh untuk mengakses sumber air minum juga sangat penting
bagi perempuan dan anak-anak, terutama pada aspek keamanan dan martabat, umumnya
tugas mereka mengambil dan membawa air dari sumber dengan jarak yang jauh. Sehingga
diperlukan pengawasan dan pemeriksaan survei kualitas air minum. Baik yang dari
perpipaan, sumur dan depot air minum.
Masalah sampah, air bersih, perilaku masyarakat yang masih BABS (Buang
Air Besar Sembrangan, kondisi linkungan infeksi silang (Nosokomial) dapat
terjadi pada pengguna puskesmas yaitu pasien, pengunjung dan karyawan.
Gangguan kesehatan dan keselamatan kerja terutama bagi karyawan puskesmas bila
tidak dilengkapi dengan sistem proteksi yang tepat. Gangguan estetika dan
kenyamanan berupa bau, serta kesan kotor yang dapat memberikan efek psikologis
bagi pengguna puskesmas. Sehingga diperlukan penaganna yang aman.
Laporan pelayanan Kesling Puskemas Molingkapoto pada tahun 2021 menunjukan
95% warga memiliki sumber air bersih, 91% warga memiliki jamban dan 26% warga
memiliki sistem pengelolaan air limbah dengan baik. Sanitasi pada TTU mencapai 61%
memenuhi syarat. Tempat pembuangan sampah (TPS) sementara warga mencapai 17% rata
pembuangan sampah disungai, pantai dan dibakar. sedangkan untuk penyakit berbasis
lingkungan terbanyak adalah ISPA 432 kasus, dermatitis 120 kasus, diare 58 kasus dan 23
kasus TB.
Penyakit berbasis lingkungan, yaitu karena sumber penyakitnya berasal dari
lingkungan yang jelek (air, udara, tanah yang tercemar), yaitu Penyakit Diare,
Kecacingan, ISPA, Malaria, DBD, TB Paru, Kulit/Gatal-Gatal, Keracunan
Makanan/minuman/Pestisida dan keluhan akibat lingkungan yang buruk/akibat
kerja.
Klinik Sanitasi Berada di Puskesmas dan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari program pelayanan Puskesmas dimana yang Bertugas di Klinik
Sanitasi yaitu Petugas sanitarian Puskesmas / Petugas Penyuluh Puskesmas

D. PENENTUAN PRIORITAS MASALAH

NO MASALAH U S G TOTAL

1 Masih rendahnya Kualitas sumber air bersih 5 4 4 13

2 Masih ada 9 desa yang Babs 5 5 5 15

3 Masih banyak TTU yang belum memenuhi syarat kesehatan 4 3 3 10

4 Masih banyak TPM yang belum memenuhi syarat 4 4 3 11

5 Proses pengelolaan sampah medis dan non medis belum optimal 4 4 4 12

6 Kunjungan klinik sanitasi belum maksimal 3 3 3 9


E. ANALISA PENYEBAB MASALAH

Diagram sebab akibat Ishikawa


F. PEMECAHAN MASALAH

No Prioritas Penyebab Masalah Pemecahan Masalah


Masalah
1 Masih ada 9 - Kurangnya media - Monev STBM
desa yang penyuluhan pembuatan - Pemicuan
Babs jamban sehat - Mengadakan leaflet dan
- Kurangnya kesadaran brosur sebagai media
masyarakat informasi
- Kurangnya pengetahuan dan
kebiasaan informasi yang
mendukung
- Letak geografis kurang
mendukung karena berada di
wilayah yang strategis
- Faktor ekonomi
- Media kesehatan kurang
seperti leaflet,brosur

2 Masih - Belum semua SAB terdata - Inspeksi sanitasi SAB


rendahnya dan terpantau - Pengambilan Sampel
Kualitas - Is oleh kader
sumber air
bersih dan air
minum
3 Proses - Kurangnya kesadaran tentang - Meningkatkan
pengelolaan bahaya sampah yang dibakar pengetahuan dan
sampah medis - Tidak tersedia pemusnahan kesadaran
dan non medis sampah - Menyediakan fasilitas
belum optimal - Tidak tersedia fasilitas pengangkut sampah
pengangkut sampah - Mengajukan
- Belum tersedia alokasi dana permohonan dana
untuk pengelolaan sampah
4 Masih banyak - Kurangnya pengetahuan - Pembinaan pada
TPM yang pengelolah TPM dan Pengelolah TPM dan
belum Penjamah makanan penjamah makanan dan
memenuhi - Penjamah makanan yang inspeksi TPM
syarat tidak memakai APD
kesehatan - Penjamah makanan yang
tidak memeriksa kesehatan
secara berkala
- Pengelolah TPM yang tidak
memiliki sertifikat Laik
Sehat
5 Masih banyak - Kurangnya pengetahuan dan - Pengawasan tempat-
TTU yang kesadaran masyarakat tempat umum dan
belum - Tidak ada sarana sanitasi memberi penyuluhan agar
memenuhi - Kebiasaan masyarakat masyarakat mengetahui
syarat - Minimnya dana kegunaaan tempat tempat
kesehatan - Rentang waktu pemeriksaan umum
cukup lama - Koordinasi dengan
pengelolah TTU
- Menggerakan masyarakat
untuk selalu
memanfaatkan tempat-
tempat umum dengan baik
dan benar
- Mengadakan dana untuk
perbaikan TTU
- Inspeksi Tempat-tempat
Umum
6 Kunjungan - Masyarakat belum - Intervensi/kunjungan
klinik sanitasi mengetahui penyebab pasien dan klien
belum penyakit berbasis lingkungan - Pembuatan leaflet sanitasi
maksimal - Kurangya sosialisasi tentang
klinik sanitasi
- Kurangnya media
penyuluhan tentang saniatasi
seperti leaflet

G. RENCANA TINDAK LANJUT

Analisis Periksa Tindak


Masala Perencanaan Pelaksanaan Ke
Penyebab Hasilnya Lanjut
h (Plan) (Do) t
Masalah (Chek) (Action)
Masih Masih ada - Meningkatk - Kegiatan - Kegiatan - Pemicuan
ada 9 masyaraka an pengguna pemicuan pemicuan di desa
desa t yang jamban di semua sudah yang
yang BABS - Meningkatk desa dilaksanaka belum
Babs an desa - Koordina n ODF
ODF si lintas dibeberapa - Verifikasi
sektor RT tapi desa ODF
- Monitori masih ada - Monitorin
ng pasca masyarakat g pasca
pemicuan belum pemicuan
membangun
jamban
- Baru 2 desa
yang ODF
- Kerja sama
lintas sektor
sudah
maksimal
hanya saja
partisipasi
dari
masyarakat
belum ada
Masih Belum - Meningkatk - Meningkat - Kegiatan - Mendata
rendah semua an kegiatan kan inspeksi semua
nya SAB pendataan kegiatan sanitasi SAB
Kualita terdata dan pendataan SAB sudah - Melakuka
s dan pemantauan semua berjalan n kegiatan
sumber terpantau terhadap SAB inspeksi
air SAB yang - Melakuka sanitasi di
bersih ada di n inspeksi semua
dan air wilayah sanitasi SAB yang
minum kerja terhadap sudah
Puskesmas SAB terdata
Molingkapo - Melakuka
to n
monitorin
g secara
berkala
- Melakuka
n
pengawas
an dan
pengambil
an smapel
kualitas
air bersih
dan air
minum
Proses - Kurangn - Meningkatk - - -
pengel ya an
olaan kesadara pengetahua
sampa n n dan
h tentang kesadaran
medis bahaya - Menyediak
dan sampah an fasilitas
non yang pengangkut
medis dibakar sampah
belum - Tidak - Mengajukan
optima tersedia permohonan
l pemusna dana
han
sampah
- Tidak
tersedia
fasilitas
pengang
kut
sampah
Belum
tersedia
alokasi
dana
untuk
pengelola
an sampah
Masih Pengelola Meningkatka - Meningka - Kegiatan - Inspeksi
ada h TPM n TPM yang tkan pemeriksaa TPM
TPM belum memenuhi pemeriksa n sudah sudah
yang memiliki syarat an dan dilaksnakan dilakukan
belum sertifikat pembinaa hanya saja secara
memen Laik sehat n terhadap penjamah berkala
uhi TPM yang makanan/ka - Lebih
syarat ada ryawan dimaksim
- Koordinas yang tidak alkan
i lintas menetap koordinasi
sektor - Belum dengan
maksimal lintas
koordinasi sektor
lintas sektor

Masih Tidak ada Meningkatka - Inspeksi - Inspeksi - Inspeksi


ada sarana n TTU yang TTU TTU sudah TTU
TTU sanitasi di memenuhi - Koordinas dilaksanaka dilaksanak
yang TTU syarat i dengan n hanya saja an secara
belum Pengelola jangka berkala
memen h TTU waktunya - Memaksi
uhi dan lintas yang cukup malkan
syarat sektor lama koordinasi
dengan
pengelola
h TTU
- Memaksi
malkan
koordinasi
dengan
Lintas
sektor
Kunjun - Masyara - Sosialisasi - Melaksan - Kegiatan - Intervensi
gan kat klinik akan sudah /
klinik belum sanitasi koordinasi berjalan kunjunga
sanitasi mengeta - Intervensi/ dengan n pasien
belum hui dan klien
kunjungan lintas
maksi penyeba - Pembuata
mal b rumah program n leaflet
penyakit pasien/klien dan sektor sanitasi
berbasis - Pembuatan
lingkung leaflet
an sanitasi
- Kurangy
a
sosialisa
si
tentang
klinik
sanitasi
- Kurangn
ya
media
penyulu
han
tentang
saniatasi
seperti
leaflet

H. RENCANA USULAN KEGIATAN


Terlampir
I.

Anda mungkin juga menyukai