KESEHATAN LINGKUNGAN
A. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sekarang banyak sekali masyarakat yang tidak menerapkan
hidup sehat. Hal tersebut bisa disebabkan karena masyarakat Indonesia yang tidak
mengerti bagaimana menerapkan hidup sehat atau bahkan ada yang mengerti tetapi tidak
menerapkannya karena suatu alasan tertentu, misalnya masalah ekonomi keluarga. Dalam
menerapkan hidup sehat, harusnya masyarakat memulainya dari kebersihan lingkungan
terlebih dahulu. Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam
kesejahteraan penduduk. Dimana lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan bukan hanya
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup
dan meningkatkan efisiensi kerja dan belajar.
Penyehatan lingkungan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan
dan pencegahan terhadap penurunan kualitas lingkungan melalui upaya promotif,
penyelidikan, pemantauan terhadap tempat umum, lingkungan pemukiman, lingkungan
kerja, angkutan umum, lingkungan lainnya terhadap subtansi yaitu air, udara , tanah, limbah
padat, cair, gas, kebisingan, pencahayaan, habitat vektor penyakit, radiasi, kecelakaan,
makanan, minuman, dan bahan berbahaya.
B. LATAR BELAKANG
Kondisi atau keadaan lingkungan merupakan faktor penentu utama derajat
kesehatan masyarakat dalam suatu proses pengamatan, pencatatan, penyuluhan,
pendokumentasian, secara verbal dan visual menurut prosedur standar tertentu terhadap
satu atau beberapa komponen lingkungan dengan menggunakan satu atau beberapa
parameter sebagai tolak ukur yang dilakukan secara terencana, terjadwal, dan terkendali
dalam satu siklus waktu tertentu yang menekankan kegiatan pada sumber, ambient
(lingkungan), pemaparan dan dampak pada manusia yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Dua Puluh Tiga Ilir.
Tujuan Khusus :
1. Kesehatan lingkungan yang dilaksanakan terhadap tempat umum lingkungan
pemukiman dan lingkungan lainnya.
2. Kesehatan lingkungan meliputi kesehatan air dan udara.
3. Setiap tempat dan sarana pelayanan umum wajib memelihara dan meningkatkan
lingkungan yang sehat.
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
1. Penyehatan air
2. Penyehatan perumahan dan sanitasi dasar
3. Pembinaan tempat- tempat umum
4. Klinik sanitasi
5. Pengawasan depot air minum (DAMIU)
6. Pengawasan Dan Pengendalian Air Kualitas Lingkungan.
7. Penyehatan makanan dan minuman.
F. SASARAN
1. Penyehatan air
Sasaran KK (Kepala Keluarga) yang mengguanakan sarana air bersih.
2. Penyehatan perumahan dan sanitasi dasar
Rumah- rumah yang berpenghuni diwilayah kerja puskesmas.
3. Pembinaan tempat- tempat umum
Tempat- tempat umum yang memiliki potensi dampak besar terhadap kesehatan
masyarakat, Misalnya : Hotel, Tempat Wisata, Sekolah, pasar dan tempat ibadah.
4. Klinik sanitasi
Klien dan/ atau penderita (pasien) yang menderita penyakit berbasis lingkungan.
5. Pengawasan depot air minum (DAM)
Seluruh depot air minum yang ada diwilayah kerja puskesmas.
6. Penyehatan makanan dan minuman
Tempat pengelolaan makanan (TPM) Yang Ada diwilayah kerja puskesmas.
G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN.
1. Penyehatan air
Setiap bulan
Pemeriksaan Sampel Air Bersih (SAB)
- Proyek 1 kali/tahun
2. Penyehatan Perumahan dan Sanitasi Dasar
Setiap Bulan
3. Pembinaan Tempat-tempat Umum
Setiap Bulan
4. Klinik Sanitasi
Setiap Bulan
5. Pengawasan Depot Air Minum (DAMIU)
Setiap bulan
Pemeriksaan Sampel Air DAMIU
- Proyek 1 kali/tahun
6. Penyehatan Makanan dan Minuman
Setiap bulan
A. PENDAHULUAN
Tempat-tempat umum adalah suatu tempat dimana bersifat umum (semua orang)
dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul melakukan kegiatan baik secara insidentil
maupun terus menerus. Jadi, tempat-tempat umum adalah suatu us aha untuk mengawasi
dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya
dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Tempat-tempat umum merupakan
tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat sarana dan kegiatan tetap yang
diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta dan atau perorangan yang dipergunakan
langsung oleh masyarakat.
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya dengan
tempat-tempat umum, baik untuk bekerja, melakukan interaksi sosial, belajar maupun
melakukan aktivitas lainnya. Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat
terjadinya penularan penyakit, penularan lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya.
Kondisi lingkungan tempat-tempat umum yang tidak terpelihara akan menambah besarnya
resiko penyebaran penyakit serta penularan lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya
pencegahan dengan menerapkan sanitasi lingkungan yang baik dan tempat-tempat umum
perlu dijaga sanitasinya.
B. LATAR BELAKANG
Sanitasi tempat-tempat umum yang ada di wilayah kerja Puskesmas Dua Puluh
Tiga Ilir sangatlah penting dijaga sanitasinya agar tidak menimbulkan berbagai masalah
kesehatan, misalnya menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. Sanitasi yang diperiksa
meliputi sarana air bersih, saluran pembuangan air limbah, tempat pembuangan sampah,
jamban dan kualitas bangunan terpelihara dengan baik atau tidak. Masih rendahnya
cakupan sanitasi tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Dua Puluh Tiga Ilir karena kurangnya kesadaran pengelola TTU tentang
kesehatan lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi kepada lintas sektor
dalam penerapan kesehatan lingkungan di tempat-tempat umum.
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui sanitasi SAB (Sarana Air Bersih) di TTU (Tempat-tempat Umum)
2. Untuk mengetahui sanitasi pembuangan kotoran di TTU
3. Untuk mengetahui sanitasi pengelolaan limbah cair di TTU
4. Untuk mengetahui sanitasi pengelolaan sampah di TTU
5. Untuk mengetahui sanitasi kualitas bangunan yang terpelihara dengan baik yang
memenuhi syarat kesehatan TTU
F. SASARAN
1. Tempat ibadah (masjid atau gereja)
2. Sekolah
3. Kolam renang
4. Pasar
5. Pemangkas Rambut
6. Salon
7. Rumah sakit
8. Rumah bersalin
9. Pertokoan
10. Hotel
No Kegiatan 2021
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Inspeksi Sanitasi Tempat-Tempat Umum X X
A. PENDAHULUAN
Rumah makan, depot dan warung adalah setiap tempat usaha komersil yang
lengkap kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat
usahanya. Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan,
orang, tempat dan perlengkapan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit
atau gangguan kesehatan.
Pengawasan sanitasi makanan pada rumah makan, depot, warung, adalah
pemantauan secara terus menerus terhadap rumah makan, depot, warung atas
perkembangan tindakan atau kegiatan atau persyaratan sanitasi makanan dan keadaan
yang terdapat setelah usaha tindak lanjut dari pemeriksaan.
Pemeriksaan merupakan usaha melihat dan menyaksikan secara langsung serta
menilai tentang keadaan, tindakan aau kegiatan yang dilakukan serta memberikan
petunjuk/saran perbaikan.
Kegiatan pengawasan sanitasi makanan meliputi pendataan tempat pengelolaan
makanan, pemeriksaan berkala, memberi saran perbaikan, melakukan kunjungan kembali,
memberi peringatan dan rekomendasi kepada pihak terkait serta laporan hasil pengawasan.
B. LATAR BELAKANG
Berdasarkan pengamatan awal beberapa rumah makan, depot dan warung yang
letaknya cukup strategis dan sering dilalui banyak kendaraan bermotor, ada beberapa
penjamah makanan yang menunjukan prilaku yang tidak sehat dalam menjamah makanan,
misal menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja dan mengola makanan ketika
sedang sakit.
Demikian juga dengan sarana disekitarnya, dimana sering ditemukan adanya
rumah makan, depot, warung yang melakukan pencucian peralatan makanan tanpa
menggunakan sabun, peralatan hanya dicelupkan sumber air pencucian yang sudah kotor,
serta bahan makanan belum jadi disimpan dalam ruangan yang tidak dilengkapi dengan
pelindung dari hama.
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui lokasi atau letak bangunan
2. Untuk mengetahui ruangan pengolahan
3. Untuk mengetahui tempat pencucian alat dan bahan makanan
4. Untuk mengetahui tempat sampah
5. Untuk mengetahui cara pembersihan dan tempat pemeliharaan
6. Untuk mengetahui tempat cuci tangan
7. Untuk mengetahui sarana air bersih ( SAB)
8. Untuk mengetahui JAMBAN
F. SASARAN
1. Rumah Makan
2. Restoran
3. Jasa Boga / Catering
4. Indsutri Makanan
5. Kantin
6. Warung
7. Makanan Jajanan
No Kegiatan 2021
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Inspeksi Sanitasi Tempat pengolahan X X
makanan
A. PENDAHULUAN
Air sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan.
Tanpa air manusia tidak akan bertahan hidup lama. Selain berguna untuk manusia, air
juga diperlukan oleh mahluk hidup lain misalnya hewan dan tumbuh- tumbuhan. Bagi
manusia air diperlukan untuk menunjang kehidupan antara lain dalam kondisi yang layak
untuk diminum tanpa menggangu kesehatan atau air yang harus dimasak terlebih dahulu
sebelum dapat diminum.
Air minum untuk tubuh manusia berguna untuk menjaga keseimbangan
metabolisme dan fisiologi tubuh setiap waktu. Konsumsi air diperlukan karna setiap saat
tubuh bekerja dan berproses. Disamping itu air juga digunakan untuk melarutkan dan
mengolah makanan agar dapat dicerna tubuh manusia dan kehidupan dari berjuta sel.
Komponen terbnayak dari sel adalah air. Apabila kekurangan cairan sel tubuh akan
menciut dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Begitu pula air merupakan bagian
EKSKRETA CAIR (keringat, air seni, air mata), uap pernafasan, dan cairan tubuh
(darah, Lymphe).
B. LATAR BELAKANG
Kebutuhan penduduk terhadap air minum dapat dipenuhi melalui air yang
dialirkan melalui saluran perpipaan (PAM), air minum dalam kemasan (AMDK), maupun
depot air minum isi ulang (DAMIU). Selain itu air tanah dangkal dari sumur sumur gali (SGL)
atau pompa serta iar hujan yang diolah oleh pendudu menjadi air minum setelah dimasak
terlebih dahulu.
Kecenderungan penduduk untuk mengkonsumsi air minum siap pakai sangat
besar, sehingga usaha depot pengisian air minum tumbuh subur. Perlu dilakukan
pengawasan, pembinaan dan pengawasan kualitas air dari DAMIU agar selalu aman dan
sehat untuk dikonsumsi masyarakat.
Tujuan Khusus :
1. Terisolasinya hygiene sanitasi depot air minum isi ulang (DAMIU) diseluruh
masyarakat
2. Terlaksananya pembinaan dan pengawasan oleh petugas kesehatan kabupaten/
kota sehingga dapat menjamin mutu air minum yang dijual
3. Terlaksananya praktek penyelenggaraan DAMIU yang melaksanakan kaedah
hygiene sanitasi serta pelakuan hidup bersih dan sehat (PHBS) Dalam melayani
masyarakat.
4. Teridenfikasinya masalah DAMIU yang harus dibina oleh pemerintah daerah baik
dikabupaten / kota.
F. SASARAN
Seluruh depot air minum isi ulang (DAMIU) yang ada diwilayah kerja Puskesmas Dua
Puluh Tiga Ilir.
No Kegiatan 2021
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Inspeksi Sanitasi DAMIU X X
A. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, keamanan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal (UU Kesehatan No. 32 Tahun 2009) Untuk mencapai tujuan tersebut
berbagai program atau kegiatan telah dan akan dilaksanakan atau dikembangkan baik oleh
pemerintah swasta maupun masyarakat, salah satu diantaranya adalah program
penyediaan air bersih.
Sesuai dengan penjelasan dalam undang – undang kesehatan No. 32 tahun 2009
yang dimaksud dengan penyehatan air meliputi pengamana dan penetapan kualitas air
untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia. Dalam kaitan dengan hal-hal tersebut
maka seharusnya air bersih yang digunakan selain harus mencukupi dalam arti kualitas
untuk kebutuhan sehari hari dan juga harus memenuhi persyaratan dualitas yang telah
ditetapkan baik kualitas fisik, bakteriologis maupun kimia.
Persyaratan kualitas tersebut tertuang dalam Permenkes No. 416 Tahun 1990
tentang Syarat – syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Berdasarkan kondisi dan
permasalahan diatas telah diupayakan suatu pendekatan Penyehatan Air. Pendekatan
Penyehatan Air diawali dengan kegiatan pengawasan kualitas air yang ditinadlanjuti oleh
kegiatan perbaikan kualitas air dan pembinaan pemakai air untuk pengamanan
kualitas air dengan melibatkan peran serta masyarakat
B. LATAR BELAKANG
Program penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan tujuannya adalah
menyediakan air bersih dan sarana sanitasi yang memadai serta memenuhi syarat
kesehatan. Program ini diharapkan dapat memperbaiki status kesehatan masyarakat yang
ada di wilayah kerja UPmelalui penurunan angka kesakitan yang disebabkan oleh penyakit
yang ditularkan melalui air.
F. SASARAN
Pengawasan kualitas air masyarakat atau Kepala Keluarga yang menggunakan sarana air
bersih (SAB) yang ada di wilayah kerja puskesmas Dua Puluh Tiga Ilir mencakup air yang
dipakai untuk keperluan rumah tangga (minum, masak dan air untuk cuci alat rumah
tangga) juga sarana air bersih dan lingkungannya diutamakan yang dipergunakan untuk
umum.
No Kegiatan 2021
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Sarana Air Bersih X X X
A. PENDAHULUAN
Klinik sanitasi merupakan suatu upaya atau kegiatan yang mengintegrasikan
pelayanan kesehatan promotif, prefentif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang
beresiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit yang berbasis lingkungan dan
masalah kesehatan lingkungan pemukiman.
Anamnesa adalah wawancara terhadap pasien atau kelurganya mengenai:
1. Keluhan utama 5. Lamanya sakit
2. Keluhan tambahan 6. Kondisi lingkungan
3. Riwayat penyakit terdahulu 7. Sarana sanitasi yang digunakan
4. Riwayat penyakit keluarga
Konseling adalah komunikasi antara dua orang atau lebih antara petugas
konseling dan pasien atau klien yang memutuskan untuk bekerja sama sehingga pasien
dan klien dapat mengenali dan memecahkan masalah kesehatan lingkungan secara mandiri
maupun dengan bantuan pihak lain.
B. LATAR BELAKANG
1. Penyakit – penyakit yang berhubungan dengan air meliputi : penyakit diare,
demam berdarah, malaria dan kulit yang ada di wilayah kerja Puskesmas Dua Puluh
Tiga Ilir
2. Penyakit – penyakit yang penularannya berkaitan dengan kondisi perumahan dan
lingkungan yang buruk antara lain ISPA dan TB Paru yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Dua Puluh Tiga Ilir
3. Penyakit – penyakit yang penyebabnya atau cara penularannya melalui makanan antara
lain : diare, kecacingan dan keracunan makanan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Dua Puluh Tiga Ilir.
4. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia dan pestisida
di rumah tangga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Dua Puluh Tiga Ilir.
Tujuan Khusus :
1. Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas seKtor dalam program
pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan dengan memberdayakan
masyarakat.
2. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampua dari perilaku masyarakat
(pasien,klien, dan masyarakat) untuk mewujudkan lingkungan dan perilaku hidup
bersih dan sehat.
3. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk mencegah
4. dan menanggulangi penyakit berbasis lingkungan serta masalah kesehatan lingkungan
dengan sumber daya yang ada.
5. Menurunnya angka penyakit berbasis lingkungan dan meningkatnya kondisi kesehatan
lingkungan.
F. SASARAN
1. Penderita penyakit / pasien / keluarga yang berhubungan dengan masalah
kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan yang datang ke puskesmas.
2. Masyarakat umum / klien yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan dan penyakit
berbasis lingkungan yang datang ke puskesmas.
3. Penderita penyakit / pasien / keluarga yang berhubungan dengan masalah
kesehatan lingkungan, dan penyakit yang berbasis lingkungan yang dikunjungi
rumahnya.
4. Masyarakat umum / klien yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan dan penyakit
yangberbasis lingkungan yang daerahnya dikunjungi.
A. PENDAHULUAN
Tempat pengolahan pestisida adalah : unit usaha yang sebagian atau seluruh
kegiatannya atau seluruh kegiatan melakukan pengelolaan pestisida. Tugas tenaga
sanitarian / penggati dalam pengawasan, dalam pengawasan tempat pengelolaan pestisida
adalah mengawasi toko / kios pestisida dan KUD (koperasi unit desa). Salah satu jenis
pestisida yang familier adalah pestisida hygiene lingkungan. Pestisida ini merupakan
pestisida yang digunakan untuk pemberantasan vektor penyakit menular (serangga, tikus)
atau untuk pengendalian hama di rumah-rumah, pekarangan, tempat kerja, tempat umum
lain, termasuk sarana angkutan dan tempat penyimpanan/pergudangan. Dan aplikasi dari
jenis pestisida ini kita mengenalnya dengan foggig, thermal fog, atau kegiatan dan istilah
lainnya terkait pemberantasan vektor secara kimia.
Regulasi dan pengaturan teknis penggunaan pestisida memang harus sedemikian
detail, mengingat dampak pengunaan pestisida ini. Berbagai komponen yang terlibat dalam
tata kelola Pestisida beresiko terpapar pestisida. Terjadinya keracunan pestisida sangat
berpotensi terjadi pada petani atau petugas pengelola (Toko) Pestisida. Keracunan baik
pada tingkat ringan atau sedang sangat terkait dengan frekuensi penyemprotan atau
dengan potensi terpapar melalui kontak dengan pestisida selama jam kerja (pada tenaga
kerja toko penjual pestisida). Berdasarkan statistik, lebih dari 80% kecelakaan dan penyakit
akibat kerja terjadi karena adanya perilaku yang tidak aman. Kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi karena kondisi lingkungan yang tidak aman (unsafe condition) dan
karena perilaku yang tidak aman (unsafe act).
B. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan tujuan MDGs 7 kelestarian lingkungan hidup, maka diadakan
kegiatan pengawasan kualitas tempat penjualan dan pengolahan pestisida. Kegiatan ini
merupakan media untuk menyampaikan pengetahuan mengenai cara pengolahan dan
penyimpanan pestisida yang baik dan benar. Adanya pengawasan ini diharapkan akan
menurunkan angka kejadian keracunan pestisida akibat kecelakaan kerja di wilayah kerja
Puskesmas Dua Puluh Tiga Ilir.
Tujuan Khusus :
1. Mengurangi angka kejadian keracunan pestisida akibat kecelakaan kerja
2. Memberikan pengetahuan kepada pengolah dan penjual pestisida cara pengolahan
dan penyimpanan pestisida yang baik dan benar
F. SASARAN
Tempat Penjualan dan Pengolahan Pestisida yang ada di wilayah kerja Puskesmas Dua
Puluh Tiga Ilir.
No Kegiatan 2021
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Sarana Air Bersih X