Anda di halaman 1dari 6

BAB III

KEGIATAN AKTUALISASI HABITUASI

3.1 Landasan Teori


3.1.1 Penyakit Berbasis Lingkungan
Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis
berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang
disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu
disekitarnya yang memiliki potensi penyakit. Menurut Pedoman Arah
Kebijakan Program Kesehatan Lingkungan Pada Tahun 2008
menyatakan bahwa Indonesia masih memiliki penyakit menular yang
berbasis lingkungan yang masih menonjol seperti DBD, TB paru,
malaria, diare, infeksi saluran pernafasan, HIV/AIDS, Filariasis,
Cacingan, Penyakit Kulit, Keracunan dan Keluhan akibat Lingkungan
Kerja yang buruk.
Para ahli kesehatan masyarakat pada umumnya sepakat bahwa
kualitas kesehatan lingkungan adalah salah satu dari empat faktor
yang mempengaruhi kesehatan manusia menurutH.L Blum yang
merupakan faktor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap
pencapaian derajat kesehatan. Memang tidak selalu lingkungan
menjadi faktor penyebab, melainkan juga sebagai penunjang, media
transmisi maupun memperberat penyakit yang telah ada. Faktor yang
menunjang munculnya penyakit berbasis lingkungan antara lain
ketersediaan dan akses terhadap air yang aman, akses sanitasi dasar
yang layak, penanganan sampah dan limbah, vektor penyakit dan
perilaku masyrakat.
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir
terjadinya penyakit berbasis lingkungan, diantaranya : (1) Penyehatan
Sumber Air Bersih (SAB), yang dapat dilakukan melalui Surveilans
kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas
air, dan Pembinaan kelompok pemakai air. (2) Penyehatan Lingkungan
Pemukiman dengan melakukan pemantauan jamban keluarga (Jaga),
saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan
sampah (TPS), penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU) meliputi hotel
dan tempat penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian
umum lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum, salon kecantikan,
bar dan tempat hiburan lainnya. (3) Dilakukan upaya pembinaan
institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana pendidikan,
dan perkantoran. (4) Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)
yang bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis dan pengawasan
terhadap tempat penyehatan makanan dan minuman, kesiap-siagaan
dan penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan dini serta
penyakit bawaan makanan. (5) Pemantauan Jentik Nyamuk dapat
dilakukan seluruh pemilik rumah bersama kader juru pengamatan
jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas, melakukan pemeriksaan
terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk
dan tumbuhnya jentik.
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut,
istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa inggris Acute Respiratory
Infection (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu
bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran
atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA
merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem
pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek
pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun, yang
berarti seorang balita rata- rata mendapat serangan batuk pilek
sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.
Diare adalah salah satu penyakit yang menjadi penyebab kematian
di dunia, tercatat sekitar 2,5 juta orang meninggal tiap tahun. Menurut
World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja
yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air
besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang
mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah.
Penyakit ini memiliki angka kejadian yang tinggi di negara
berkembang. Diare dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu diare akut,
kronik dan persisten. Agen yang dapat menyababkan diare antara lain
bisa melalui tiga jalur, yaitu: pada makanan, dalam air, atau penularan
dari satu orang ke orang lain. Perbedaan cara penularan melalui
ketiganya tergantung pada potensi ketersediaannya di lingkungan
tempat tinggal kita dan reflek yang diperlukan agen tersebut untuk
memunculkan infeksi.
Penyakit menular ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
lingkungan, agen penyebab penyakit, dan pejamu. Penyakit diare
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting karena
merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian
anak di berbagai negara termasuk Indonesia. Setiap anak mengalami
episode serangan diare rata rata 3,3 kali setiap tahun. Lebih kurang
80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua tahun.

3.1.2 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkat
STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan
saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.
(Permenkes RI No. 03 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat). Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk mewujudkan
perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. (Permenkes RI No.03 tahun 2014).
STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) mempunyai lima pilar
yaitu diantaranya
a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)
Suatu kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak
lagi melakukan perilaku buang air besar sembarangan yang
berpotensi menyebarkan penyakit dengan dapat mengakses
jamban.
b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Perilaku cuci tangan dengan menggunakan air bersih yang
mengalir dan sabun.
c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMMRT)
Masyarakat melakukan kegiatan mengelola air minum dan
makanan di rumah tangga untuk memperbaiki dan menjaga
kualitas air dari sumber air yang akan digunakan untuk air minum,
serta untuk menerapkan prinsip hygiene sanitasi pangan dalam
proses pengelolaan makanan di rumah tangga.
d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT)
Masyarakat dapat melakukan kegiatan pengolahan sampah di
rumah tangga dengan mengedepankan prinsip 3R yaitu Reduce
(mengurangi), Reuse (memakai ulang), dan Recycle (mendaur
ulang).
e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT)
Masyarakat melakukan kegiatan pengolahan limbah cair di rumah
tangga yang berasal dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan
dapur yang memenuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan
dan persyaratan kesehatan yang mampu memutusan mata rantai
penularan penyakit serta mengurangi pencemaran terhadap
lingkungan. ( Kemenkes RI, 2014).
Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dalam pelaksanaanya
program ini mempunyai beberapa prinsip utama, yaitu; tidak adanya
subsidi yang diberikan kepada masyarakat, tidak terkecuali untuk
kelompok miskin untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar;
meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan
kemampuandan kebutuhan masyarakat sasaran; menciptakan prilaku
masyarakat yang higienis dan saniter untuk mendukung terciptanya
sanitasi total; masyarakat sebagai pemimpin dan seluruh masyarakat
terlibat dalam analisa permasalahan, perencanaan, pelaksanaan serta
pemanfaatan dan pemeliharaan; melibatkan masyarakat dalam
kegiatan pemantauan dan evaluasi (Permenkes RI No.03 tahun
2014).

3.1.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

3.1.4 Limbah Medis Puskesmas

3.2 Kegiatan Aktualisasi

Membuat jadwal konseling pasien Penyakit Berbasis Lingkungan


Membuat instrumen wawancara pasien Penyakit Berbasis
Lingkungan.
Konseling Pasien Penyakit Berbaasis Lingkungan (ISPA, Diare,
Penyakit Kulit).
Penyuluhan dalam gedung mengenai STBM (Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat).
Penyuluhan di Posyandu mengenai PHBS (Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat).
Pengangkutan Limbah Medis Padat dari Ruang Pelayanan ke
Gudang Penyimpanan Limbah Medis Padat.

Anda mungkin juga menyukai